Anda di halaman 1dari 32

Pembelajaran 7.

Teknik Pembenihan Komoditas


Perikanan

A. Kompetensi

Setelah mempelajari keseluruhan materi pada pembelajaran ini, Anda diharapkan


dapat :
1. Menerapkan K3 ditempat kerja
2. Mengelola induk ikan
3. Memijahkan induk ikan secara alami
4. Memijahakna induk ikan secara buatan
5. Menetaskan telur
6. Memelihara larva
7. Membuat rencana kelayakan usaha

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah mempelajari materi dalam pembelajaran ini, Anda dapat :


1. Menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2. Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
3. Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kondisi
berbahaya / darurat
4. Memelihara peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
5. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemeliharaan
6. Menyeleksi induk jantan dan betina
7. Menentukan kepadatan ikan
8. Memberi pakan
9. Mengelola kualitas air media
10. Mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang ikan
11. Menyiapkan peralatan, bahan dan media pemijahan
12. Memilih induk siap pijah
13. Memberok (memisah dan memuasakan) induk

Agribisnis Perikanan I 157


14. Melakukan pemijahan
15. Memeriksa hasil pemijahan
16. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemijahan
17. Memilih induk siap pijah
18. Menyiapkan hormon
19. Menyuntik Induk Ikan
20. Melakukan pembuahan telur
21. Menyiapkan peralatan, bahan dan media penetasan
22. Mengelola kualitas air penetasan
23. Menebarkan telur
24. Memeriksa hasil penetasan
25. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemeliharaan
26. Menebar larva ikan
27. Mengelola kualitas dan kuantitas air pemeliharaan
28. Memberi pakan
29. Mengendalikan hama dan penyakit
30. Memanen benih
31. Menyusun sistem manajemen dan organisasi sesuai dengan program
32. Menganalisis usaha
33. Menentukan teknologi produksi
34. Menentukan sistem pemasaran
35. Dampak hasil analisis kelayakan usaha

C. Uraian Materi

1. Menerapkan K3 ditempat kerja

a. Menjelaskan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Penerapan K3 didasarkan kepada UU No.01 tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja. Berdasarkan penjelasan UU ini, berlakunya UU keselamatan kerja
ditentukan oleh adanya 3 unsur yaitu : a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi
sesuatu usaha b. Adanya tenaga kerja di tempat itu c. Adanya bahaya kerja di
tepat itu.

158 I Agribisnis Perikanan


Penerapannya dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang teintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif. Kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap metode
budidaya ikan ini sangat berbeda karena sangat berbeda terkait peralatan-
peralatan produksi yang digunakannya untuk mencapai target usaha budidaya
ikan.

b. Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 )

Sumber bahaya yang teridentifikasi dalam kegiatan Budidaya Ikan bertujuan untuk
menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja serta kesiapan perlengkapan dan peralatan
K3. Identifikasi sumber bahaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan : a.
Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Semua jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang teridentifikasi harus
disusun prosedur menghadapinya dalam bentuk prosedur menghadapi kondisi
darurat atau bencana berupa mempersiapkan peralatan dan perlengkapan K3
antara lain: a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai
sampai mendapatkan pertolongan medik b. Peralatan pemadam kebakaran
(Terutama alat pemadam api ringan/ APAR). c. Proses perawatan lanjutan.
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian,
dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian
kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja
yang tinggi.

Pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui


metoda : a. Pengendalian teknis/ rekayasa yang meliputi eliminasi, substitusi,
isolasi, ventilasi, higiene dan sanitasi b. Pendidikan dan pelatihan c.
Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistes bonus insentif,

Agribisnis Perikanan I 159


penghargaan dan motivasi diri d. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan
insiden dan etiologi e. Penegakan hokum

Unsur penunjang K3 terbagi 2 (dua) yaitu unsur material dan non material. Unsur-
unsur yang bersifat material antara lain Alat Pelindung Diri (APD) sedangkan yang
bersifat non material adalah; buku petunjuk penggunaan alat, rambu-rambu dan
isyarat bahaya, himbauan-himbauan dan tersedianya petugas keamanan
dilingkungan kerja.

c. Melakukan tindakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam


kondisi berbahaya / darurat

Prosedur tindakan K3 dalam kondisi berbahaya yang mungkin terjadi pada


bidang budidaya perikanan antara lain :
1) Penanganan Luka
Luka pada prinsipnya digolongkan pada luka biasa dan luka yang mengakibatkan
pendarahan. Khusus untuk luka biasa, tidak menimbulkan pendarahan sehingga
tidak perlu begitu dirisaukan. Cukup dijaga saja agar tidak menjadi infeksi.
2) Tindakan pertolongan pendarahan :
a) Pendarahan Luar
✔ Luka ditekan dengan gas steril / verband / kain bersih,
✔ Bila alat-alat lengkap dapat dicoba menjahit luka,
✔ Khusus pendarahan karena putusnya pembuluh nadi pada alat gerak
(tangan/kaki) yaitu pengikatan bagian atas dari luka (torniquet) yaitu
dengan simpul tali kemudian masukkan potongan kayu diantara simpul
tali dan kulit kemudian putar kuat-kuat
b) Pendarahan Dalam
✔ Usahakan mencegah terjadinya shock
✔ Beri banyak minum sebagai ganti cairan darah yang keluar
✔ Kalau sarana dan keadaan memungkinkan pasang infus
✔ Hubungi dokter terdekat atau usahakan secepatnya dibawa ke rumah
sakit
3) Penanganan orang pingsan
✔ Segera pindah ke tempat yang relatif lebih aman

160 I Agribisnis Perikanan


✔ Kendorkan pakaian-pakaian yang terlalu ketat
✔ Lakukan PPPK sesuai urutan urgensinya
✔ Observasi terus vital signnya
✔ Keadaan sudah aman / bantuan datang segera pindahkan ke RS terdekat
✔ Sebaiknya di catat jenis, tempat kecelakaan serta identitas korban untuk
kemudian diserahkan kepada yang berwenang
4) Penanganan kebakaran
Bila sendiri, segera padamkan api dengan alat pemadam terdekat. Bila mungkin
beritahu orang lain dulu baru memadamkan api. Bila berdua atau lebih seorang
membunyikan alarm yang lainnya memadamkan.
✔ Selamatkan material atau dokumen.
✔ Ingat ! keselamatan diri.
✔ Bila ada korban celaka, lakukan P3K sesuai prosedur
✔ Segera hubungi dinas kebakaran apabila tidak dapat menanggulangi
kebakaran sebutkan identitas, nama lokasi, kondisi dan korban
✔ Ikuti prosedur darurat dan evakuasi

Penanganan Keadaan Darurat


1) Setiap karyawan yang mengetahui adanya keadaan darurat harus
melaporkannya kepada team penanganan keadaan darurat.
2) Tim penanggulangan keadaan darurat bertanggungjawab menangani keadaan
darurat yang ada. Untuk keadaan darurat kebakaran, penggunaan alat
pemadam mengikuti standar penggunaan APAR dan standar penggunaan
APAB.
3) Jika keadaan darurat tidak dapat ditangani oleh team penanggulangan
keadaan darurat, maka koordinator team harus segera menghubungi pihak
luar yang terkait untuk meminta bantuan
4) Setelah keadaan terkendali, koordinator team bertanggungjawab melakukan
koordinasi investigasi bersama Management Representatif dan kepala
departemen terkait maksimal 2 X 24 jam.
5) Lakukan aktivitas pemulihan keadaan segera setelah keadaan terkendali
6) Simpan semua record investigasi sesuai prosedur pengendalian catatan

Agribisnis Perikanan I 161


d. Memelihara peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

Peralatan dan perlengkapan K3 harus dalam kondisi baik dan selalu siap untuk
digunakan dalam keadaan darurat. Gunakan form checklist kelengkapan kotak
P3K dan Chekslist APAR. Perlengkapan P3K di chek terkait jumlah kecukupan
termasuk masa kadaluarsa terutama untuk perlengkapan P3K seperti obat-obatan.
Sedangkan untuk peralatan pemadam kebakaran dipastikan bahan didalamnya
tidak melebihi tanggal kadaluarsanya.

2. Mengelola induk ikan

a. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemeliharaan

Peralatan, wadah dan media pemeliharaan induk ikan air tawar ada beberapa jenis
yang pemilihannya sangat bergantung kepada sistem teknologi yang diterapkan
dalam melakukan usaha budidaya ikan dan jenis ikan yang akan dipelihara. Sistem
teknologi dalam membudidayakan ikan atau memelihara induk ikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu teknologi ekstensif atau tradisional, teknologi
semi intensif dan teknologi intensif. Untuk memperoleh hasil produktifitas yang
kontinue dan sesuai target produksi para pembudidaya ikan saat ini lebih sering
menggunakan teknologi intensif yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan
meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap faktor
internal dan eksternal.

Peralatan, wadah dan media yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan induk
perlu disanitasi dan dikeringkan terlebih dahulu untuk memutus rantai penyekait
yang kemungkinan terbawa. Pada kegiatan wadah budidaya yang secara ekstensif
dapat dilakukan pemupukan dan pengapuran untuk mendukung kebutuhan kolam
pemeliharaan induk.

162 I Agribisnis Perikanan


b. Menyeleksi induk jantan dan betina

Induk yang dipergunakan dalam produksi benih harus berasal dari calon-calon
induk terpilih. Adapun persyaratan calon induk yang baik secara umum antara lain
adalah :
1) Calon induk betina dan jantan harus berasal dari keturunan yang berbeda
(induk berbeda), karena apabila satu induk maka akan dominan menghasilkan
keturunan (benih) ikan yang jelek seperti pertumbuhan lambat, rentan
terhadap penyakit, pertumbuhan tidak seragam, dsb.
2) Sehat. Induk yang sehat akan menghasilkan benih ikan yang sehat juga,
demikian juga sebaliknya.
3) Bentuk tubuh proporsional. Ikan yang memiliki bentuk tubuh proporsional
biasanya mencirikan ikan sehat dan pertumbuhan yang normal. Ikan yang
terlalu gemuk tidak baik karena biasanya fekunditasnya sedikit dan mengalami
kendala dalam mengeluarkan telurnya. Sedangkan ikan yang kurus disamping
fekunditasnya sedikit juga mencirikan pertumbuhan yang lambat, jadi jelek
apabila digunakan untuk indukan.
4) Tidak cacat. Induk yang cacat disamping dapat menurutkan sifat jeleknya juga
akan menimbulkan kendala lain apabila digunakan sebagai indukan.

c. Menentukan kepadatan ikan

Perhitungan jumlah induk jantan dan induk betina yang dibutuhkan dalam suatu
usaha budidaya ikan sangat diperlukan untuk menghitung biaya produksi dan
target produksi yang diharapkan. Setiap jenis ikan mempunyai tingkah laku
pemijahan yang berbeda sehingga jumlah induk jantan dan betina yang
dibutuhkan akan sangat berbeda. Padat penebaran adalah perbandingan jumlah
ikan-ikan yang akan ditebar dengan luas wadah pemeliharaan induk. Dengan
mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan induk ikan akan diperoleh
manfaat antara lain adalah :
✔ Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan
✔ Dapat mengoptimalkan wadah pemeliharaan induk sesuai dengan daya
dukung wadah pemeliharaan induk tersebut.

Agribisnis Perikanan I 163


✔ Dapat mengurangi timbulnya penyakit pada wadah pemeliharaan induk karena
kepadatan tinggi.
✔ Dapat menetukan target produksi pada akhir pemeliharaan.

Penentuan nisbah induk jantan dan betina ikan air tawar dilakukan agar proses
pemijahan ikan berlangsung sesuai kebiasaan dan tingkah laku ikan memijah.
Nisbah mempunyai makna perbandingan, sehingga nisbah induk jantan dan betina
merupakan perbandingan jumlah induk jantan dan induk betina. Hal ini harus
dilakukan agar proses pemijahan ikan berlangsung secara optimal. Perbandingan
induk jantan dan betina pada ikan mas adalah 1 : 1 dalam satuan berat. Induk ikan
jantan dan betina yang telah diseleksi dan diperhitungan jumlahnya harus
dilakukan pemeliharaan pada wadah yang berbeda agar induk-induk tersebut
dapat tumbuh secara optimal gonadnya dan tidak terjadi pemijahan yang tidak
terkontrol. Beberapa pertimbangan lain dalam menentukan perbandingan induk
jantan dan betina dalam pemeliharaan dan penyediaan induk ikan antara lain
adalah:
✔ Jadwal dan kapasitas produksi
✔ Lama pembentukan dan kematangan gonad induk jantan dan induk betina
✔ Efisiensi biaya
✔ Efisiensi kolam pemeliharaan induk

d. Memberi pakan

Pakan alami biasanya diberikan secara tidak langsung pada calon induk ikan air
tawar yang dipelihara pada kolam dengan dasar kolam tanah. Untuk calon induk
ikan air tawar yang dipelihara pada bak beton atau kolam tembok biasanya
diberikan pakan buatan. Pakan buatan untuk induk ikan air tawar harus memilki
kandungan protein antara 30 – 35 persen, dan lemak dibawah 4 persen.
Kandungan lemak yang terlalu tinggi baik bagi induk, terutama dapat
menyebabkan kandung lemak pada telur menjadi tinggi, yang akhirnya bisa
menyebabkan ikan sulit memijah, atau masa adaptasi saat pemijahan sangat
lama.

Waktu pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Di


pemeliharaan benih ikan di jaring terapung, nafsu makan benih ikan air tawar tinggi

164 I Agribisnis Perikanan


dengan kandungan oksigen terlarut tinggi dan suhu air hangat. Pada saat itu, porsi
pakan yang diberikan relatif banyak. Namun demikian, sering kali waktu pemberian
pakan disesuaikan dengan kepraktisan operasional usaha sehingga waktu makan
umumnya ditetapkan siang hari. Selain ukuran dan biomasa ikan, jenis ikan yang
dipelihara juga menentukan frekuensi dan waktu pemberian pakan.

Pengaruh pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kualitas telur dan larva
yang dihasilkan. Kandungan asam lemak dalam pakan mempengaruhi tingkat
kematangan gonad dan kualitas telur dari induk, khususnya asam lemak n-3 dan
n-6 (Collins, 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa kedua asam lemak ini bersifat
essensial karena struktur kimia dari keduanya, maka n-3 dan n-6 dapat digunakan
untuk membentuk hormon, diantaranya prostaglandins. Hormon ini membantu
dalam proses regulasi aspek-aspek tertentu dari metabolisme, seperti kekentalan
(viskositas) darah, proses penyebab terjadinya peradangan, kolesterol darah dan
keseimbangan kandungan air dalam tubuh Pada induk betina, kekurangan pakan
menyebabkan kualitas telur menjadi rendah. Keadaan ini berdampak negatif pada
proses pembuahan, dimana tingkat pembuahan menjadi rendah, telur tak mampu
menangkap satupun sel dari sperma. Yang akhirnya menyebabkan daya tetas
telur menjadi rendah, meski kualitas sperma baik. Daya tetas telur ikan air tawar
yang berkualitas baik dapat mencapai 80 – 90 persen. Sementara daya tetas telur
yang berkualitas kurang baik, paling tinggi mencapai 50 persen. Bahkan terkadang
tidak menetas. Pada induk jantan, kekurangan pakan menyebabkan kualitas
sperma menjadi rendah. Seperti pada telur, keadaan ini juga berdampak negatif
pada proses pembuahan, dimana tingkat pembuahannya menjadi rendah, karena
sperma tak mampu menembus dinding, dan selaput selaput pada telur.
Pembuahan yang kurang sempurna menyebabkan daya tetas telur menjadi
rendah, meski kualitas telur baik.

e. Mengelola kualitas air media

Pengelolaan kualitas air secara berkala meliputi monitpring kualitas air harian
untuk beberapa parameter inti antara lain suhu, pH, kadar oksigen terlarut,
ammonia, nitrit dan nitrat. Penggantian air juga dapat dilakukan secara berkala
pada budidaya yang dilakukan secara tradisional, namun pada budidaya yang
dilakukan secara waterbased system tidak perlu dilakukan penggantian air namun

Agribisnis Perikanan I 165


diperlukan pengelolaan lingkungan dengan manajemen pakan yang baik,
penerapan budidaya ramah lingkungan atau dengan pemindahan unit budidaya
secara berkala. Dengan penerapan teknologi digital pada budidaya perikanan
monitoring kualitas air dapat dilakukan secara realtime dan selalu dalam
pemantauan pembudidaya. Sehingga penurunan kualitas air secara drastis yang
menyebabkan kematian dan kerugian dapat dihindari.

f. Mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang ikan

Penyakit yang muncul pada ikan selain di pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga
cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit pada ikan antara lain :
1) Adanya serangan organisme parasit, virus, bakteri dan jamur.
2) Lingkungan yang tercemar (amonia, sulfida atau bahan-bahan kimia beracun)
3) Lingkungan dengan fluktuasi ; suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
4) Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
5) Kondisi tubuh ikan sendiri yang lemah, karena faktor genetik (kurang kuat
menghadapi perubahan lingkungan).

Oleh karena itu untuk mencegah serangan penyakit pada ikan dapat dilakukan
dengan cara antara lain ; mengetahui sifat dari organisme yang menyebabkan
penyakit, pemberian pakan yang sesuai (keseimbangan gizi yang cukup), hasil
keturunan yang unggul dan penanganan benih ikan yang baik (saat panen dan
transportasi benih). Dalam hal penanganan saat tranportasi benih, agar benih ikan
tidak mengalami stress perlu perlakuan sebagai berikut antara lain; dengan
pemberian KMnO4, fluktuasi suhu yang tidak tinggi, penambahan O 2 yang tinggi,
pH yang normal, menghilangkan bahan yang beracun serta kepadatan benih
dalam wadah yang optimal.

Beberapa tindakan pencegahan penyakit yang dapat dilakukan sebagai berikut:


1) Sebelum pemeliharaan, kolam harus dikeringkan dan dikapur untuk
memotong siklus hidup penyakit.
2) Kondisi lingkungan harus tetap dijaga, misalnya kualitas air tetap baik.
3) Pakan tambahan yang diberikan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Jika berlebihan dapat mengganggu lingkungan dalam kolam.

166 I Agribisnis Perikanan


4) Penanganan saat panen harus baik dan benar untuk menghindari agar ikan
tidak luka-luka.
5) Harus dihindari masuknya binatang pembawa penyakit

3. Memijahkan induk ikan secara alami

a. Menyiapkan peralatan, bahan dan media pemijahan

Pemilihan wadah dan sarana pendukung untuk pemijahan secara alami perlu
memperhatikan kebiasaan pemijahan komoditas iakn yang dibudidayakan.
Dengan memahami karakter pemijahan setiap komoditas yang akan dipijahkan
secara alami maka bentuk wadah, kebutuhan sarana prasarana serta manipulasi
media budidaya yang dapat mendukung pemijahan dapat disesuaikan dan
dikendalikan. Pengkondisian wadah dan media budidaya misalnya seperti
menutup area pemijahan hatchery dibuat gelap bagi ikan yang senang memmijah
pada kondisi gelap atau nocturnal. Pemijahan ikan kakap atau kerapu dapat
dimanupilasi dengan menaikkan atau menurunkan ketungguan media
pemeliharaan sehingga menyerupai pasang surut air laut.

b. Memilih induk siap pijah

Secara anatomis induk yang siap pijah dinyatakan dengan tingkat kematangan
gonad. Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal and Braum,
1968) dalam Effendi (1997) adalah sebaga berikut :
I. Dara. Organ seksual sanget kecil dekat di bawah tulang punggung.Testis dan
ovari transparan, tidak berwarna sampai berwarna abu-abu.Telur tidak terlihat
dengan mata biasa.
II. Dara berkembang. Testis dan ovari jernih, abu-abu kemerah-merahan.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu
persatu dapat dilihat dengan kaca pembesar.
III. Perkembangan I. Testis dan ovari bentuknya bulat telur, berwarna
kemerahmerahan dengan pembulu kapiler. Gonad mengisi kira-kira setegah
ruang ke bagian bawah.

Agribisnis Perikanan I 167


IV. Perkembangan II. Testis berwarna kemerah-merahan. Tidak ada sperma
keluar kalau bagian perut ditekan. Ovari berwarna oranye kemerah-merahan.
Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovari mengisi kira-kira dua
pertiga ruang bawah.
V. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testisnya berwarna putih.
Tetesan sperma keluar kalau perut, beberapa jernih dan masak.
VI. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan memberi sedikit tekanan ke perut.
Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat
telur tinggal dalam ovari Beberapa telur sedang dalam keadaan dihisap..
VII. Mijah/Salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat
telur.
VIII. Salin. Testis dan ovari kosong dan berwarna merah.
IX. Pulih salin. Testis dan ovariberwarna jernih, abu-abu sampai merah.

Pada udang tingkat kematangan gonad dapat dapat diamati pada bagian
punggung udang dengan bantuan senter, ovari berwarna hijau, semakin matang
warna gelap akan semakin melebar dan berkembang kearah kepala. Berikut
tanda-tanda dari TKG untuk udang betina :

● TKG I (Early Maturing Stage): Garis ovari akan terlihat berwarna hijau
kehitaman yang kemudian membesar. Pada akhir fase TKG 1, akan terlihat
jelas garis lurus yang tebal.
● TKG II (Late Maturing Stage): Warna ovari akan terlihat semakin jelas dan
semakin tebal. Pada akhir fase TKG II, ovarium akan membentuk gelembung
pada ruas abdomen pertama.
● TKG III (The Mature Stage): Pada fase ini akan terbentuk beberapa gelembung
lagi, sehingga ovarium akan mempunyai beberapa gelembung di ruas
abdomennya. Gelembung pada ruas pertama akan membentuk cabang ke kiri
dan kanan yang terlihat menyerupai bulan sabit. Fase ini merupakan fase
terakhir sebelum udang melepaskan telurnya.
● TKG IV (Spent Recovering Stage): Pada fase ini ovarium akan terlihat pucat,
hal itu menandakan bahwa telur telah dilepaskan.

168 I Agribisnis Perikanan


Gambar 31. Perkembangan gonad udang

Sumber : https://www.isw.co.id/post/ciri-udang-yang-telah-mengalami-matang-gonad

Perkembangan reproduksi ikan ditunjukkan melalui tingkat kematangan gonad,


gonad ikan berkembang seiring dengan kesiapan reproduksi induk ikan.
Perkembangan gonad ikan dipengaruhi juga oleh beberapa hal seperti kandungan
nutrisi pakan dan lingkungan/ media pemeliharaan ikan tersebut.

c. Memberok (memisah dan memuasakan) induk

Pemberokan merupakan pemeliharaan induk jantan dan betina matang gonad


secara terpisah. Selama proses pemberokan induk jantan dan betina dipuasakan
selama kuarng lebih 1-2 hari. Tujuan dilakukannya pemberokan untuk mengurangi
lemak tubuh yang ada pada induk sehingga tidak menghambat saluran reproduksi
sehingga telur ataupun sperma dapat keluar dengan baik selama proses
pemijahan. Tujuan lain dari pemberiokan adalah untuk menghindari pemijahan
yang liar atau tidak terkontrol, untuk tetap menjaga kualitas anakan yang akan
diproduksi.

d. Melakukan pemijahan

Berdasarkan tekniknya, pemijahan ikan dapat dilakukan dengan 3 macam cara


yaitu:

Agribisnis Perikanan I 169


1) Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan yang dilakukan tanpa
adanya campur tangan manusia. Terjadi secara alamiah (tanpa pemberian
rangsangan hormon).
2) Pemijahan ikan secara semi buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad,
akan tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam.
3) Pemijahan ikan secara buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan cara
memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad
serta ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/pengurutan

Pada beberepa jenis ikan pemijahan alami dilakukan dengan menempelkan


telurnya pada substrat pemijahan seperti kakaban, tanaman air, batu ataupun
sarang yang telah disiapkan sebelumnya. Pemijahan induk ikan secara alami
umumnya sangat dipengaruhi oleh tingkah laku pemijahan ikan. Terkadang jika
lingkungan tidak sesuai dengan kebiasaan memijahkan atau lingkungan membuat
induk stress maka induk tidak akan dapat mengeluarkan telur dengan baik. Untuk
itu perlu menjaga kondisi pemijahan dengan baik pada proses pemijahan secara
alami.

Salah satu upaya yang dilakukan pada pemijahan induk ikan secara alami adalah
pengaturan debit dan ketinggian air. Pengaturan debit air berhubungan dengan
kebiasaan memijah induk ikan. Saat proses pemijahan dan pembuahan sel telur
oleh sel sperma yang terjadi secara eksternal di dalam badan air, pergerakan air
secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses pembuahan. Semakin deras
debit air maka peluang terjadinya pembuahan akan lebih sulit, untuk itu diperlukan
debit air yang rendah saat terjadinya pembuahan.

e. Memeriksa hasil pemijahan

Pada pemijahan ikan atau udang secara alami pemeriksaan hasil pemijahan dapat
dicek keesokan harinya setelah ikan diprediksi telah melakukan pemijahan.
Pemeriksaan dilakukan secara perlahan dan hati-hati untuk menghindari ikan
berontak. Pemeriksaan substrat penempelan telur, ataupun telur yang telah
dikeluarkan diperiksa dengan menggunakan peralatan dan wadah yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Pemanenan telur atau pemindahan induk dapat
dilakukan dengan hati-hati disesuaikan dengan karakteristik induk. Tingkat

170 I Agribisnis Perikanan


pembuahan telur juga dapat diamati dengan mengamati atau menghitung sebaran
telur dan perubahan warna telur. Telur yang terbuahi dengan baik akan berwarna
bening dan bersih, namun telur yang tidak terbuahi atau mati akan berwarna putih
dan keruh. Pada beberapa komoditas pemeriksaan hasil pemijahan umumnya
dilakukan bersamaan dengan pemanenan telur atau pemindahan induk ke untuk
dikembalikan ketempat pemeliharaan induk atau treatmen induk pasca pemijahan.

4. Memijahkan induk ikan secara buatan

Pemijahan buatan merupakan pemijahan dengan cara penyuntikan hormone


sintetis atau hipofisa yang dapat merangsang pematangan gonad ataupun proses
ovulasi induk. Pada ikan pemijahan buatan biasa dilakukan dengan induced
breeding, namun pada udang atau krustasea pemijahan dilakukan dengan cara
ablasi tangkai mata pada krustasea.

a. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemijahan

Alat yang akan disiapkan untuk pemijahan ikan secara buatan menggunakan
hormone buatan harus memahami cara kerja dan penggunaanya. Selain itu, alat
yang akan digunakan harus berfungsi dengan baik. Peralatan dan bahan yang
digunakan pada proses pemijahan buatan antara lain : jarum suntik, alat bedah,
mangkok, gelas ukur, seser induk, wadah penampungan (ember), tissue/lap,
hormone sintetis, aquadest, serta larutan fisiologis.

Wadah dan media yang akan digunakan harus dicuci bersih dan disterilisasi
terlebih dahulu untuk memutus mata rantai benih penyakit yang kemungkinan
terbawa pada wadah atau media budidaya. Pada pemijahan buatan umumnya
sarana dan prasarana yang digunakan menggunakan sistem budidaya secara
semi tertutup atau tertutup dengan Teknik semi intensi ataupun intensif. Hal ini
juga berpengaruh terhadap wadah dann media yang digunakan pada kegiatan
budidaya ikan baik untuk wadah penampungan induk setelah dipijahkan, wadah
pemeijahan dan wadah yang diperlukan untuk penetasan telur.

Agribisnis Perikanan I 171


b. Memilih induk siap pijah

Zairin.M.J. (2002) mengatakan untuk mendeteksi kematangan gonad ikan bisa


dilihat dari tanda-tanda morfologi dan fisiologi sel telur atau sel sperma.
Tandatanda morfologis ikan matang gonad untuk ikan betina adalah : Gerakannya
lamban, Perut gembung, Perut bila diraba terasa lunak, Kulit kadang kelihatan
memerah, Kadang-kadang telur telah keluar pada lubang genital, Lubang genital
memerah dan menonjol. Dan tanda-tanda sel telur matang secara fisiologis
adalah: Polar Body I telah keluar, Germinal Visicle (Inti sel) telah menepi berada
di depan micropile, Warna telur telah transparan, Ukuran telur mendekati 1 mm,
(Sumantadinata, 1983).

Kematangan induk ikan dapat juga dilihat dari fisiologi sel telur dengan cara
kanulasi. Kanulasi bertujuan untuk mengetahui derajat kematangan gonad induk
betina dengan mengukur keseragaman diameter telur. Kanulasi dilakukan dengan
cara menyedot telur dengan menggunakan selang kecil (kateter) berdiameter 2-
2,5 mm. Selang kecil tersebut dimasukkan ke dalam lubang urogenital sedalam 4
- 6 cm ke dalam ovarium. Ujung selang yang lain dihisap dengan mulut selanjutnya
selang tadi ditarik keluar dari lubang urogenital, lalu ditiup untuk mendorong telur
keluar dari selang. Telur yang keluar dari selang ditampung pada lempeng kaca
tipis atau pada wadah lain. Selanjutnya telur tersebut diukur garis tengahnya
menggunakan penggaris. Dan tanda-tanda sel telur matang secara fisiologis
adalah: polar body I telah keluar, germinal visicle (inti sel) telah menepi berada di
depan micropile, warna telur telah transparan kuran telur mendekati 1 mm ,
(Zairin.M.J. 2002). Bila 90 - 95% telur memiliki garis tengah 1,0 – 2,0 mm, berarti
induk betina tersebut dapat dipijahkan. Selain itu ciri-ciri telur yang telah matang
adalah akan cepat mengering atau saling berpisah bila diletakkan dipunggung
tangan.

Ciri-ciri induk ikan jantan lebih langsing dibanding ikan betina, Gerakannya lincah,
Bila diurut kearah lubang genital cairan seperti susu akan keluar. Dan tanda-tanda
sel sperma matang adalah : Warna kental seperti susu/santan, Organ sperma
telah lengkap, Motilitas tinggi, Kenormalan lebih dari 90%. Disamping kesehatan,
kenormalan ikan merupakan unsur yang penting juga, karena faktor ini akan
diturunkan kepada anaknya. Induk ikan yang telah diseleksi selanjutnya diberok

172 I Agribisnis Perikanan


(dipuasakan) selama 1-2 hari. Selama pemberokan induk ikan, air terus menerus
dialirkan ke kolam/wadah pemberokan.

c. Menyiapkan hormon

Hormon yang sering digunakan untuk mempercepat pematangan gonad dan


ovulasi adalah golongan protein. Protein tersebut disusun dari asam-asam amino).
Pada beberapa hormon sintetis yang digunakan untuk pemijahan merupakan
hormon analog. Hormon yang sering digunakan mempercepat pematangan gonad
pada pemijahan ikan secara buatan adalah gonadotropin yang terkandung dalam
ekstrak hipofisa, gonadothropin realising hormone (GnRH LHRH), HCG, dan lain
lain. Hormone buatan yang sering digunakan untuk pemijahan induk ikan adalah
ovaprim dan HCG. Penggunaan kedua hormone buatan tersebut memiliki dosis
yang berbeda. Penggunaan kedua hormone sintetis tersebut memiliki dosis yang
berbeda. Dosis penyuntikan berbeda setiap hormon dan jenis ikan. Dosis
penggunaan hormone sintetis biasanya digunakan sebanyak 0,3 – 0,5 cc/kg induk.

Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya


berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan
sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi
dengan antagonisnya, maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi
gonadotropin akan meningkat.

GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) : disekresikan oleh hipotalamus untuk


merangsang hipofisa menyeskresikan FSH pada betina untuk mematangkan
ovarium dan LH pada Jantan Gametogenesis yaitu memacu kematangan telur dan
sperma. Luteinizing hormone releasing hormone (LHRH) berfungsi untuk
memunculkan sifat pariental care pada ikan Nandeesha et al, (1990) dalam Zairin
(2002). Teori lain untuk pematangan sel telur adalah adanya hubungan erat antara
poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad. Hipotalamus akan melepas GnRH jika
dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya GtH
(Gonadotropin) yang berada pada hipofisa. Jika GtH keluar, maka hormon
testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron
akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17β yang berada pada sel
granulosa. Hormon Estradiol-17β ini akan menggertak kerja liver untuk

Agribisnis Perikanan I 173


memproses precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur sebagai
kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi.

d. Menyuntik Induk Ikan

Penyuntikan induk adalah usaha memasukkan zat baik bentuk padat atau cair
kedalam tubuh ikan. Induk ikan yang telah matang gonad disuntik menggunakan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin), ovaprim atau hormon buatan lainnya.
Penyuntikan menggunakan setiap jenis hormon buatan (artificial hormone)
memiliki dosis yang berbeda menurut jenis ikannya. Penyuntikan induk ikan
menggunakan hormon HCG maka dosis yang digunakan adalah 500 IU/kg induk.

Teknik penyuntikan hormon untuk pemijahan secara buatan pada beberapa jenis
ikan berbeda-beda. Penyuntikan induk betina ikan patin dilakukan sebanyak 2 kali,
penyuntikan pertama digunakan ½–1/3 bagian dosis hormon yang dibutuhkan, dan
sisanya (1/2 atau 2/3) untuk penyuntikan ke dua. Penyuntikan dilakukan pada
bagian punggung induk ikan. Selang waktu penyuntikan pertama dan kedua
adalah 6 - 8 jam. Demikian juga dengan pengurutan telur (stripping) selama 6 - 8
jam setelah penyuntikan kedua. Biasanya setelah penyuntikan kedua, gerakan
induk betina lebih lamban jika dibandingkan dengan sebelum disuntik.

e. Melakukan pembuahan telur

Setelah ovulasi kemudian akan diikuti oleh ikan jantan untuk mengeluarkan
sperma. Sperma yang tadinya bergerak lamban menjadi bergerak cepat (motilitas
tinggi) dikarenakan bersentuhan dengan air. Pergerakan sperma tersebut akan
mengarah pada sel telur kerena distimulasi oleh adanya Gimnogamon I yang
dieksresikan oleh telur. Setelah sperma menempel pada telur, telur akan
mengeluarkan Androgamon I untuk menekan motilitas sperma dan Gymnogamon
II untuk menggumpalkan sperma. Berjuta-juta sperma menempel pada sel telur
tetapi hanya satu sperma yang bisa masuk melalui micropil. Kepala sperma masuk
dan ekornya tertinggal diluar, sebagai sumbat micropile sehingga yang lain tidak
bisa masuk. Berjuta-juta sperma yang menempel pada telur disingkirkan oleh telur
dengan reaksi kortek. Karena apabila tidak disingkirkan akan mengganggu
metabolisme zigot.

174 I Agribisnis Perikanan


Stripping adalah proses dikeluarkannya telur ikan dengan bantuan manusia/bukan
secara alamiah. Proses pengeluaran telur tersebut tentu saja menghendaki cara
tertentu agar telur tidak rusak ataupun justru induk ikan yang akan rusak/mati.
Seseorang yang akan melukan stripping telur ikan mesti harus telah tahu cara
stripping yang baik, dan tahu posisi gonad ikan, dengan demikian arah
urutan/stripping akan benar atau organ yang diurut tidak salah. Sebelum dilakukan
pengurutan telur ikan (stripping), perlu dilakukan persiapan alat dan bahan yang
dibutuhkan seperti bulu bebek, mangkok yang kering dan bersih, Larutan NaCl
0,9%. Bulu bebek berfungsi untuk mengaduk telur dan sperma. Mangkok
digunakan untuk menampung dan untuk tempat mengaduk telur dan sperma hasil
stripping. Jika salah satu alat tersebut mengandung air (basah) akan berakibat
fatal, karena bila telur atau sperma kena air akan bergerak aktif, sehingga sulit
untuk terjadi pembuahan akhirnya telur atau sperma tersebut mati, (Heru Susanto,.
1996).

Pengurutan dilakukan dengan menangkap induk betina. Induk betina tersebut


dilap menggunakan kain atau tissue. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan air
yang terdapat pada tubuh induk. Setelah tubuh induk ikan kering, dilakukan
pengurutan. Pengurutan dilakukan dengan menekan secara perlahan-lahan
bagian perut paling depan ke arah lubang genital. Telur yang keluar ditampung
dalam mangkok yang telah disiapkan sebelumnya. Stripping dilakukan berulang-
ulang sampai telur habis. Segera setelah selesai mengeluarkan telur induk jantan
ditangkap dan bagian tubuh induk jantan dilap dengan menggunakan kain atau
tissue. Setelah tubuh induk jantan kering dilakukan stripping. Pengurutan diawali
dengan menekan bagian perut ikan bagian depan ke arah lubang papila. Sperma
yang keluar ditampung pada mangkok lain, selanjutnya dilakukan pengenceran
dengan larutan NaCl. Sperma pada mangkok yang telah diencerkan, dituangkan
ke mangkok berisi telur lalu diaduk sampai merata. Telur yang sudah dibuahi oleh
sperma dibersihkan dari sisa-sisa sperma dengan cara mencucinya menggunakan
air bersih berulang-ulang. Setelah itu telur siap untuk ditebar merata ke wadah
penetasan telur. Telur yang telah dicampur dengan sperma diaduk secara hati-hati
menggunakan bulu ayam. Selanjutnya telur tersebut dapat ditebar ke wadah
penetasan telur. Penebaran telur ikan dilakukan dengan hati-hati dan merata

Agribisnis Perikanan I 175


didasar wadah penetasan yang telah disiapkan sebelumnya. Air wadah penetasan
telur harus bersih dan dilengkapi dengan aerasi.

Pembuahan atau disebut juga fertilisasi adalah proses bergabungnya inti sperma
dengan inti sel telur dalam sitoplasma sehingga membentuk zigot. Sumantadinata,
(1983) mengatakan pada dasarnya fertilisasi adalah merupakan penyatuan atau
fusi sel gamet jantan dan sel gamet betina untuk membentuk satu sel (zygot).
Proses ganda di dalam fertilisasi adalah : Aspek embriologi yaitu pengaktifan ovum
oleh sperma dan aspek genetik yaitu pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan
ke dalam ovum. Aspek genetika inilah yang dimanfaatkan dalam pembuahan
buatan atau inseminasi buatan yakni menyatukan faktor-faktor unnggul yang
dimiliki spermatozoa dan hewan betina melalui sel telurnya.

5. Menetaskan telur

Effendie (1997) mengelompokkan telur ikan berdasarkan kepada kualitas kulit


luarnya, yaitu :
✔ Non adhesif : Telur mungkin sedikit adhesif pada waktu pengerasan
cangkangnya, namun kemudian sesudah itu telur sama sekali tidak menempel
pada apapun juga. Sebagai contohnya telur ikan salmon.
✔ Adhesif : Setelah proses pengerasan cangkangnya telur itu bersifat lengket
sehingga akan mudah menempel pada daun, akar tanaman, sampah, dll.
Contohnya adalah telur ikan mas (Cyprinus carpio).
✔ Bertangkai : Sungguh-sungguh merupakan keragaman yang khas dari bentuk
adhesife, terdapat suatu bentuk tangkai kecil untuk menempelkan telur pada
substrat. Telur macam demikian terdapat pada ikan smelt.
✔ Telur berenang : Pada telur ini terdapat filamen yang panjang untuk menempel
pada substrat atau filamen tersebut untuk membantu telur terapung sehingga
sampai mendapatkan tempat untuk menempel. Contohnya pada telur ikan hiu
(Scylliorhinus)
✔ Gumpalan lendir : Telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan
lendir seperti pada ikan perch atau ikan lele Amerika (channel catfish).

Sedangkan berdasarkan berat jenisnya, karakteristik telur ikan dapat dibedakan


menjadi :

176 I Agribisnis Perikanan


✔ Non bouyant : telur yang tenggelam ke dasar bila sudah dikeluarkan oleh induk
ikan dan akan, tetap di sana. Golongan telur ini menyesuaikan dengan tidak
ada cahaya matahari. Kadang-kadang telur ini oleh induknya ditaruh atau
ditimbun dengan batu-batuan atau kerikil.
✔ Semi bouyant : telur tenggelam ke dasar perlahan-lahan, mudah tersangkut,
dan umumnya telur itu berukuran kecil.
✔ Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga
terapung.

a. Menyiapkan peralatan, bahan dan media penetasan

Alat yang akan di siapkan untuk pemijahan ikan secara buatan menggunakan
hormone buatan harus memahami cara kerja dan penggunaanya. Selain itu, alat
yang akan digunakan harus berfungsi dengan baik. Wadah dan media yang akan
digunakan harus dicuci bersih dan disterilisasi terlebih dahulu untuk memutus
mata rantai benih penyakit yang kemungkinan terbawa pada wadah atau media
budidaya. Peralatan, bahan dan media yang disiapkan untuk penetasan telur perlu
disesuaikan dengan karakter telur itu sendiri. Selain wadah dan media teknis yang
digunakan pada kegiatan penetasan telur, terkadang perlu menyiapkan water
heater dan aerasi.

b. Mengelola kualitas air penetasan

Water heater digunakan untuk menstabilkan suhu media budidaya. Hal ini
disebabkan karena telur merupakan fase kritis pada kehidupan organisme baru.
Secara garis besar, suhu air dapat mempengaruhi kegiatan metabolisme,
perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung dan sirkulasi darah, kegiatan
enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan. Selain mempengaruhi pertukaran
zat, suhu juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya
racun suatu bahan pencemar. Aerasi sangat berperan dalam membantu suplai
oksigen. Bila kadar oksigen rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis
dan lambatnya pertumbuhan ikan, bahkan dapat mengakibatkan kematian
organisme termasuk ikan.

Agribisnis Perikanan I 177


Sumantadinata (1983) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya tetas
telur adalah:

1) Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan
pada induk dan tingkat kematangan telur.
2) Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbon dioksida, dan
amonia.
3) Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang
keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah

Blaxter dalam Sumantadinata (1983), penetasan telur dapat disebabkan oleh


gerakan telur, peningkatan suhu, intensitas cahaya, atau pengurangan tekanan
oksigen. Dalam penekanan mortalitas telur, yang banyak berperan adalah faktor
kualitas air dan kualitas telur selain penanganan secara intensif.

c. Menebarkan telur

Proses penetasan telur yang dilakukan pada wadah yang terpisah harus dilakukan
secara perlahan dan menyesuaikan karakter telurnya. Pada pemijahan yang
dilakukan secara alami maka telur akan tersebar pada wadah pemijahan atau
menempel pada substrat penetasan yang telah disediakan. Telur yang sudah
terbuahi pada wadah pemijahan akan dipanen dan ditebar pada wadah penetasan
telur yang berupa conicel tank ataupun bak khusus penetasan telur yang telah
dikondisikan sesuai dengan kebutuhan penetasan telur. Sedangkan pada
pemijahan buatan telur yang telah dicampur dan dibuahi oleh sperma, telur akan
ditebar pada wadah penetasan secara perlahan dan merata. Perataan telur dapat
dibantu dengan aerasi yang telah dikondisikan.

178 I Agribisnis Perikanan


Gambar 32. Wadah peetasan telur

d. Memeriksa hasil penetasan

Hasil penetasan telur adalah larva yang masih membawa cadangan kuning telur.
Telur yang baru menetas masih sangat rentan terhadap perubahan lingkungan
untuk itu perlakuan terhadap telur yang baru menetas harus dilakukan dengan
hati-hati. Pengontrolan kualitas air pun harus dilakukan dengan seksama. Proses
organogenesis pada larva yang baru menetas membutuhkan energi yang cukup
besar bagi larva yang masih mengandalkan energinya dari cadangan kuning telur,
sehingga perubahan lingkungan terutama suhu dan oksigen dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap hasil penetasan, bahkan dapat menyebabkan
kematian larva. Hasil penetasan telur dapat juga dihitung dengan menggunakan
derajat penetasan telur (hatching rate) untuk mengetahui presentase telur yang
berhasil menetas.

6. Memelihara larva

a. Menyiapkan peralatan, wadah dan media pemeliharaan

Sarana prasarana yang diguanakan pada kegiatan pemeliharaan larva meliputi


sarana pokok dan sarana penunjang. Sarana prasarana pokok meliputi wadah
pemeliharaan larva, wadah pendederan, wadah kultur pakan alami, wadah
penampungan hasil panen serta peralatan operasional lainnya. Sedangkan sarana
prasarana penunjang yang harus disiapkan antara lain bangunan hatchery,

Agribisnis Perikanan I 179


gudang pakan, laboratorium kualitas air atau hama penyakit. Seluruh wadah dan
peralatan operasional yang akan digunakan harus dicuci bersih dan disterilisasi
terlebih dahulu untuk memutus mata rantai benih penyakit yang kemungkinan
terbawa pada wadah atau media budidaya.

b. Menebar larva ikan

Penebaran larva ikan ke wadah pendederan diawali dengan aklimatisasi.


Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian kualitas air khususnya suhu dan atau
salinitas terhadap lingkungan baru. Suhu merupakan Controling factor yaitu
apabila suhu air berubah maka faktor yang lain akan berubah. Sedangkan pH
termasuk Masking factor yaitu sebagai faktor pengendali perubahan kimia dalam
air. Ikan mempunyai alat dan cara untuk beradaptasi terhadap lingkungannya.
Alat-alat tersebut akan dipergunakan pada saat sedang mengadakan proses
osmoregulasi. Alat-alat tersebut antara lain kulit, insang, ginjal. Namun demikian
ikan mempunyai batas toleransi terhadap perubahan lingkungannya. Penebaran
benih dilakukan pada pagi atau sore hari saat suasana teduh untuk menghindari
fluktuasi suhu yang dapat menyebabkan larva menjadi stress. Aklimatisasi pada
benih dapat dilakukan dengan cara mengapungkan kantong pengangkutan di
permukaan air selama 3 – 5 menit untuk menyesuaikan suhu air didalam kantong
dengan suhu didalam wadah pemeliharaan. Padat penebaran sangat tergantung
Carying Capacity (daya dukung) suatu perairan. Daya dukung perairan merupakan
kemampuan suatu perairan untuk mendukung kehidupan organisme (ikan) untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik. Daya dukung perairan terdiri dari
ketersediaan pakan, kualitas dan kuantitas air serta keberadaan hama dan
penyakit ikan.

c. Mengelola kualitas dan kuantitas air pemeliharaan

Kualitas dan kuantitas air merupakan hal penting dalam meningkatkan


kelulushidupan dan pertumbuhan larva/benih selama pemeliharaan. Pengelolaan
kualitas air bertujuan untuk menyediakan lingkungan hidup yang optimal bagi larva
untuk bisa hidup, berkembang, dan tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan
hidup dan pertumbuhan larva yang maksimum. Bentuk kegiatan pengelolaan air
dalam wadah pemeliharaan larva antara lain pemberian dan pengaturan aerasi,
pemeriksaan/ pemantauan kualitas air dan pergantian air.

180 I Agribisnis Perikanan


Penggunaan sistem resirkulasi air merupakan salah satu untuk memperbaiki air
yang lebih efisien dalam penggunaan air. Air dalam kolam/bak yang telah
mengalami penurunan kualitas, dialirkan dan difilter menggunakan biologi,
mekanik dan kimia. Sehingga kualitas air air kembali baik dan alirkan kembali ke
bak/kolam pemeliharaan.

d. Memberi pakan

Secara umum larva ikan mulai makan setelah kuning telurnya habis. Lamanya
kuning telur larva habis dipengaruhi ukuran kuning telur, suhu dan oksigen terlarut
air pemeliharaan. Peralihan sumber makan larva dari kuning telur (yolksack) ke
pakan yang diberikan adalah saat yang sensitif. Pada saat tersebut larva masih
mengenal, mendekati, dan mencoba makanan tersebut. Menurut Verschure et al.
(2000) Salah satu mortalitas larva terbanyak pada saat peralihan makanan dari
kuning telur (yolksack) ke makanan yang diambil dari luar tubuh karena banyak
larva belum mengenal makanan tersebut. Oleh sebab itu awal pemberian makan
sebaiknya memiliki frekuensi lebih sering. Suhu air pemeliharaan meningkat maka
metabolism akan semakin cepat sehingga kuning telur lebih cepat habis.

Aktivitas enzim protease di dalam saluran pencernaan semakin meningkat dengan


bertambahnya umur benih dan mencapai puncaknya pada umur 17 hari.
Peningkatan aktivitas protease tersebut disebabkan oleh meningkatnya luas
permukaan usus dalam penambahan lekukan (vili) bagian dalam usus dan
bertambah panjangnya usus yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel
penghasil enzim. Persyaratan pakan larva ikan adalah ukuran lebih kecil dari mulut
larva, gerakan lambat, memiliki protein tinggi dan mudah di cerna. Pertimbangan
lain pemberian pakan larva ikan adalah ketersediaan baik dalam kuantitas maupun
kontinuitas. Fase larva merupakan fase kritis pada ikan hal ini disebabkan karena
kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism dan penyempurnaan organ memerlukan nilai gizi yang baik.
Perubahan pola makan larva juga mempengaruhi fase kritis pada larva, selama
masih memiliki cadangan kuning telur larva masih bergantung dari endogenous
feeding, sedangkan dengan keterbatasan organ dan aktifitasnya larva dituntut
untuk dapat beradaptasi untuk mampu menangkap makanan dari luar
(eksogenous feeding), hal inilah yang menyebabkan pakan alami yang bersifat

Agribisnis Perikanan I 181


planktonis merupakan pakan terbaik bagi larva. Plankton dengan pergerakan yang
terbatas dan hidup mampu merangsang penglihatan larva untuk mampu
menangkap pakan, kandungan nutrisi pakan alami yang relative tinggi pun mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi bagi larva.

e. Mengendalikan hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit meliputi pencegahan dan pengobatan hama dan
penyakit. Pencegahan adalah langkah yang paling efektif untuk mengurangi risiko
hama dan penyakit ikan nila. Jika hama dan penyakit sudah menyerang pada
populasi massal, biaya mitigasi akan lebih besar. Pencegahan hama dan penyakit
meliputi, pengeringan wadah, pengolahan dasar kolam, sanitasi, pengapuran dan
pemupukan. Pengeringan dilakukan dengan pengeringan wadah setiap waktu
untuk memulai budidaya. Sinar matahari dapat membunuh hama dan penyakit
yang mungkin ada dalam periode budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam
juga membantu mematikan penyakit yang paling. Pengobatan merupakan suatu
tindakan menyembuhkan penderitaan/kelainan yangterdapat pada ikan
menggunakan bahan atau alat lain.

f. Memanen Benih

Sebelum melakukan pemanenan benih ikan, biasanya petani ikan akan melakukan
pengamatan dan pengambilan sampel. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk
mengetahui ukuran benih ikan yang dipelihara sudah mencapai ukuran untuk
dipanen. Untuk benih atau ikan yang sudah siap dijual, bisanya ditentukan dari
jenis ikan dan kebiasaan petani dalam melakukan proses budidaya. Ada tingkatan-
tingkatan petani ikan dalam melakukan usahanya, antara lain petani pembenih
ikan, petani pendeder benih ikan dan petani pembesaran ikan.

Pemanenan benih ikan harus dilakukan pada saat suhu air rendah. Umumnya
suhu air rendah pada pagi atau sore hari. Suhu air yang rendah selain terkait
terhadap metabolisme tubuh benih ikan, juga berpengaruh terhadap oksigen
terlarut benih ikan. Suhu air yang rendah memiliki oksigen terlarut relatif tinggi dan
sebaliknya. Selain itu suhu air rendah menyebabkan metabolisme tubuh ikan dan
penguraian bahan organik di dasar kolam relatif lambat sehingga ikan tidak stress.

182 I Agribisnis Perikanan


Beberapa kegiatan penanganan hasil panen meliputi seleksi, penimbangan,
pemberokan dan pengangkutan.
1) Sortasi benih ikan, Benih ikan yang telah selesai dipanen dan ditampung
sementara dibiarkan selama 1-2 jam sambil mengalirkan air secara terus-
menerus. Hal tersebut bertujuan untuk memberi kesempatan benih ikan pulih
dari stres akibat proses panen. Sortasi benih ikan dilakukan berdasarkan
kesehatan ikan, cacat, luka atau mati. Ikan hasil panen dipilih secara manual
bagi ikan yang sakit, cacat, luka dan mati.
2) Grading benih ikan, Grading benih ikan merupakan pengelompokan benih ikan
berdasarkan ukuran (Farkas.J. 2006). Umumnya dalam satu populasi terdapat
3 atau 4 ukuran benih ikan, maka minimal harus disiapkan minimal 3 atau 4
wadah penampungan. Media masing masing hasil grading dicampur dengan
anti jamur dan bakteri dan diaerasi. Benih ikan hasil grading sebaiknya tidak
terlalu padat. Grading benih ikan dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan alat grading.

7. Membuat Rencana Kelayakan Usaha

a. Menyusun sistem manajemen dan organisasi sesuai dengan program

Salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu perusahaan atau oraganisasi
adalah struktur organisasi yang ada dan dipergunakan oleh perusahaan atau
organisasi tersebut. Manfaat adanya struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1) menunjukkan pembatasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang.
2) menempatkan pegawai yang lebih tepat.
3) mengatur langkah kerja dan prosedur kerja perusahaan atau organisasi

Agribisnis Perikanan I 183


b. Menganalisis usaha

Studi kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama


bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan
pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-
undangan, yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya.
Investor berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari
investasi, bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang
diberikan dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan
manfaat dari investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian,
pemerataan kesempatan kerja, dan lain-lain (Toto Prihadi, 2010).

c. Menentukan teknologi produksi

Secara harfiah teknologi adalah segala upaya yang dapat diilaksanakan oleh
manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Dari definisi tersebut
diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan
hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negative bagi suatu usaha,
sistem atau lingkungan. Dalam pemilihan teknologi, manusia dituntut untuk
menjadi Manajer Teknologi (bukan Pemakai Teknologi), dengan melakukan
pemilihan teknologi tertentu dan menolak teknologi lainnya dan
mempertimbangkan pengaruh teknologi terhadap manusia dan lingkungan (E.
Gumbira-Said, Rachmayanti, dan M. Zahrul Muttaqin, 2004) Pengaruh Pemilihan
Teknologi :
1) Desain pekerjaan
2) Produktifitas
3) Efisiensi
4) Kualitas produk

Pemilihan teknologi dan desain pekerjaan sebaiknya dilakukan serentak untuk


menghasilkan desain yang sosioteknis, dimana sistem sosial dan sistem teknis
operasi pabrik dioptimumkan secara bersama-sama. Hasilnya bukan hanya sistem
operasi yang hemat biaya tetapi juga mempertimbangkan nilai-nilai manusia dan
sosial. Selain Pekerjaan, pemilihan teknologi juga mempengaruhi produktifitas
(substitusi tenaga kerja) dan kualitas (keluaran yang lebih seragam).

184 I Agribisnis Perikanan


d. Menentukan sistem pemasaran

Sistem pemasaran adalah suatu sistem yang digunakan dalam kegiatan


pemasaran untuk memudahkan kegiatan pemasaran sehingga tercapailah tujuan
pemasaran tersebut (Danang Sunyoto, 2012). Sistem pemasaran adalah
sekelompok item yang saling berhubungan dan saling berkaiatan secara tetap dan
terpadu mencakup:
1) Gabungan organisasi yang melaksanakan kerja pemasaran
2) Produk, jasa, gagasan yang dipasarkan
3) Target pasar
4) Perantara yang membentuk arus tukar menukar
5) Kendala lingkungan

Sistem pemasaran dapat dikategorikan menjadi sistem pemasaran vertikal, sistem


pemasaran horizontal dan sistem pemasaran ganda (Danang Sunyoto, 2012).

1) Sistem pemasaran vertikal.


Terdiri dari produsen, grosir dan pengecer yang bertindak dalam satu kesatuan
pada pelaksanaannya dan inilah yang dikenal sebagai sistem pemasan vertikal.
Sistem pemasaran vertikal terbagi ke dalam tiga jenis yaitu sistem pemasaran
korporat, sistem pemasaran administrasi serta sistem pemasaran kontraktual.
Sistem pemasaran vertikal ini dibagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:
a) Pemasaran Korporat. Sistem pemasaran ini berfokus pada penyusunan
arahan jangka panjang bagi organisasi yang menyangkut pasar dan kebutuhan
yang ingin dilayani.
b) Pemasaran Administrasi. Sistem pemasaran merupakan sistem pemasaran
yang terdiri atas organisasi, tata usaha dan manajemen marketing. Sistem
administrasi ini dijalankan oleh Manajer Marketing.
c) Pemasaran Kontraktual. Sistem pemasaran kontraktual adalah sistem
pemasaran vertikal dimana perusahaan independen pada tingkat produksi dan
distribusi berbeda yang mengintegrasikan mereka pada Basis kontraktual
untuk memperoleh dampak yang lebih ekonomis atau penjualan yang lebih
besar daripada yang dapat mereka capai sendiri. Pemasaran kontraktual akan
dibahas tersendiri

Agribisnis Perikanan I 185


2) Sistem pemasaran horizontal
Sistem ini merupakan suatu sistem pemasaran dimana pada pelaksanaannya
terdapat lebih dari satu perusahaan yang tidak memiliki hubungan satu sama lain
dan menyatukan sumber dayanya untuk memperbasar peluang pemasarannya.
3) Sistem pemasaran ganda
Perpaduan antara kedua sistem yang dijelaskan di atas adalah sistem pemasaran
ganda yaitu antara sistem pemasaran vertikal dan juga horizontal.

e. Dampak hasil analisis kelayakan usaha

Analisis kelayakan usaha adalah Usaha atau disebut juga feasibility study adalah
kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan
dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat
dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini
diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari
(Muhammad Firdaus, 2008). Tujuan pokok analisa kelayakan usaha adalah :
✔ Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi.
✔ Mengadakan penilaian terhadap alternatif investasi.
✔ Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya
memboroskan sumber daya.

Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan
(Muhammad Firdaus, 2008) adalah : aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran,
aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek sosial ekonomi, dan aspek dampak
lingkungan.

186 I Agribisnis Perikanan


D. Rangkuman

1. Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian


terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan
pengendalian, dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan
pengendalian kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan kerja yang tinggi.
2. Adapun persyaratan calon induk yang baik secara umum antara lain adalah
: a) Calon induk betina dan jantan harus berasal dari keturunan yang
berbeda (induk berbeda), b) Sehat. Induk yang sehat akan menghasilkan
benih ikan yang sehat juga, c) Bentuk tubuh proporsional. Ikan yang
memiliki bentuk tubuh proporsional biasanya mencirikan ikan sehat dan
pertumbuhan yang normal. d) Tidak cacat. Induk yang cacat disamping
dapat menurutkan sifat jeleknya juga akan menimbulkan kendala lain
apabila digunakan sebagai indukan.
3. Berdasarkan tekniknya, pemijahan ikan dapat dilakukan dengan 3 macam
cara yaitu : a) Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan yang
dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia, b) Pemijahan ikan secara
semi buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan
rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, akan tetapi
proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam, c) Pemijahan ikan
secara buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan cara memberikan
rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta
ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/pengurutan.
4. Proses organogenesis pada larva yang baru menetas membutuhkan energi
yang cukup besar bagi larva yang masih mengandalkan energinya dari
cadangan kuning telur, sehingga perubahan lingkungan terutama suhu dan
oksigen dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap hasil
penetasan, bahkan dapat menyebabkan kematian larva. Hasil penetasan
telur dapat juga dihitung dengan menggunakan derajat penetasan telur
(hatching rate) untuk mengetahui presentase telur yang berhasil menetas.

Agribisnis Perikanan I 187


5. Fase larva merupakan fase kritis pada ikan hal ini disebabkan karena
kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
metabolism dan penyempurnaan organ memerlukan nilai gizi yang baik.
Perubahan pola makan larva juga mempengaruhi fase kritis pada larva,
selama masih memiliki cadangan kuning telur larva masih bergantung dari
endogenous feeding, sedangkan dengan keterbatasan organ dan
aktifitasnya larva dituntut untuk dapat beradaptasi untuk mampu
menangkap makanan dari luar (eksogenous feeding), hal inilah yang
menyebabkan pakan alami yang bersifat planktonis merupakan pakan
terbaik bagi larva.
6. Analisis kelayakan usaha adalah Usaha atau disebut juga feasibility study
adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah
menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha.

188 I Agribisnis Perikanan

Anda mungkin juga menyukai