A. Kompetensi
C. Uraian Materi
Sumber bahaya yang teridentifikasi dalam kegiatan Budidaya Ikan bertujuan untuk
menentukan tingkat resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan atau penyakit akibat kerja serta kesiapan perlengkapan dan peralatan
K3. Identifikasi sumber bahaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan : a.
Kondisi dan kejadian yang menimbulkan potensi bahaya b. Jenis kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
Semua jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang teridentifikasi harus
disusun prosedur menghadapinya dalam bentuk prosedur menghadapi kondisi
darurat atau bencana berupa mempersiapkan peralatan dan perlengkapan K3
antara lain: a. Penyediaan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan sesuai
sampai mendapatkan pertolongan medik b. Peralatan pemadam kebakaran
(Terutama alat pemadam api ringan/ APAR). c. Proses perawatan lanjutan.
Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap
tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian,
dimana perusahaan harus merencanakan manajemen dan pengendalian
kegiatan-kegiatan, produk jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja
yang tinggi.
Unsur penunjang K3 terbagi 2 (dua) yaitu unsur material dan non material. Unsur-
unsur yang bersifat material antara lain Alat Pelindung Diri (APD) sedangkan yang
bersifat non material adalah; buku petunjuk penggunaan alat, rambu-rambu dan
isyarat bahaya, himbauan-himbauan dan tersedianya petugas keamanan
dilingkungan kerja.
Peralatan dan perlengkapan K3 harus dalam kondisi baik dan selalu siap untuk
digunakan dalam keadaan darurat. Gunakan form checklist kelengkapan kotak
P3K dan Chekslist APAR. Perlengkapan P3K di chek terkait jumlah kecukupan
termasuk masa kadaluarsa terutama untuk perlengkapan P3K seperti obat-obatan.
Sedangkan untuk peralatan pemadam kebakaran dipastikan bahan didalamnya
tidak melebihi tanggal kadaluarsanya.
Peralatan, wadah dan media pemeliharaan induk ikan air tawar ada beberapa jenis
yang pemilihannya sangat bergantung kepada sistem teknologi yang diterapkan
dalam melakukan usaha budidaya ikan dan jenis ikan yang akan dipelihara. Sistem
teknologi dalam membudidayakan ikan atau memelihara induk ikan dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu teknologi ekstensif atau tradisional, teknologi
semi intensif dan teknologi intensif. Untuk memperoleh hasil produktifitas yang
kontinue dan sesuai target produksi para pembudidaya ikan saat ini lebih sering
menggunakan teknologi intensif yaitu meningkatkan produktivitas hasil dengan
meningkatkan hasil persatuan luas dengan melakukan manipulasi terhadap faktor
internal dan eksternal.
Peralatan, wadah dan media yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan induk
perlu disanitasi dan dikeringkan terlebih dahulu untuk memutus rantai penyekait
yang kemungkinan terbawa. Pada kegiatan wadah budidaya yang secara ekstensif
dapat dilakukan pemupukan dan pengapuran untuk mendukung kebutuhan kolam
pemeliharaan induk.
Induk yang dipergunakan dalam produksi benih harus berasal dari calon-calon
induk terpilih. Adapun persyaratan calon induk yang baik secara umum antara lain
adalah :
1) Calon induk betina dan jantan harus berasal dari keturunan yang berbeda
(induk berbeda), karena apabila satu induk maka akan dominan menghasilkan
keturunan (benih) ikan yang jelek seperti pertumbuhan lambat, rentan
terhadap penyakit, pertumbuhan tidak seragam, dsb.
2) Sehat. Induk yang sehat akan menghasilkan benih ikan yang sehat juga,
demikian juga sebaliknya.
3) Bentuk tubuh proporsional. Ikan yang memiliki bentuk tubuh proporsional
biasanya mencirikan ikan sehat dan pertumbuhan yang normal. Ikan yang
terlalu gemuk tidak baik karena biasanya fekunditasnya sedikit dan mengalami
kendala dalam mengeluarkan telurnya. Sedangkan ikan yang kurus disamping
fekunditasnya sedikit juga mencirikan pertumbuhan yang lambat, jadi jelek
apabila digunakan untuk indukan.
4) Tidak cacat. Induk yang cacat disamping dapat menurutkan sifat jeleknya juga
akan menimbulkan kendala lain apabila digunakan sebagai indukan.
Perhitungan jumlah induk jantan dan induk betina yang dibutuhkan dalam suatu
usaha budidaya ikan sangat diperlukan untuk menghitung biaya produksi dan
target produksi yang diharapkan. Setiap jenis ikan mempunyai tingkah laku
pemijahan yang berbeda sehingga jumlah induk jantan dan betina yang
dibutuhkan akan sangat berbeda. Padat penebaran adalah perbandingan jumlah
ikan-ikan yang akan ditebar dengan luas wadah pemeliharaan induk. Dengan
mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan induk ikan akan diperoleh
manfaat antara lain adalah :
✔ Dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan
✔ Dapat mengoptimalkan wadah pemeliharaan induk sesuai dengan daya
dukung wadah pemeliharaan induk tersebut.
Penentuan nisbah induk jantan dan betina ikan air tawar dilakukan agar proses
pemijahan ikan berlangsung sesuai kebiasaan dan tingkah laku ikan memijah.
Nisbah mempunyai makna perbandingan, sehingga nisbah induk jantan dan betina
merupakan perbandingan jumlah induk jantan dan induk betina. Hal ini harus
dilakukan agar proses pemijahan ikan berlangsung secara optimal. Perbandingan
induk jantan dan betina pada ikan mas adalah 1 : 1 dalam satuan berat. Induk ikan
jantan dan betina yang telah diseleksi dan diperhitungan jumlahnya harus
dilakukan pemeliharaan pada wadah yang berbeda agar induk-induk tersebut
dapat tumbuh secara optimal gonadnya dan tidak terjadi pemijahan yang tidak
terkontrol. Beberapa pertimbangan lain dalam menentukan perbandingan induk
jantan dan betina dalam pemeliharaan dan penyediaan induk ikan antara lain
adalah:
✔ Jadwal dan kapasitas produksi
✔ Lama pembentukan dan kematangan gonad induk jantan dan induk betina
✔ Efisiensi biaya
✔ Efisiensi kolam pemeliharaan induk
d. Memberi pakan
Pakan alami biasanya diberikan secara tidak langsung pada calon induk ikan air
tawar yang dipelihara pada kolam dengan dasar kolam tanah. Untuk calon induk
ikan air tawar yang dipelihara pada bak beton atau kolam tembok biasanya
diberikan pakan buatan. Pakan buatan untuk induk ikan air tawar harus memilki
kandungan protein antara 30 – 35 persen, dan lemak dibawah 4 persen.
Kandungan lemak yang terlalu tinggi baik bagi induk, terutama dapat
menyebabkan kandung lemak pada telur menjadi tinggi, yang akhirnya bisa
menyebabkan ikan sulit memijah, atau masa adaptasi saat pemijahan sangat
lama.
Pengaruh pakan yang diberikan sangat mempengaruhi kualitas telur dan larva
yang dihasilkan. Kandungan asam lemak dalam pakan mempengaruhi tingkat
kematangan gonad dan kualitas telur dari induk, khususnya asam lemak n-3 dan
n-6 (Collins, 2005). Selanjutnya dikatakan bahwa kedua asam lemak ini bersifat
essensial karena struktur kimia dari keduanya, maka n-3 dan n-6 dapat digunakan
untuk membentuk hormon, diantaranya prostaglandins. Hormon ini membantu
dalam proses regulasi aspek-aspek tertentu dari metabolisme, seperti kekentalan
(viskositas) darah, proses penyebab terjadinya peradangan, kolesterol darah dan
keseimbangan kandungan air dalam tubuh Pada induk betina, kekurangan pakan
menyebabkan kualitas telur menjadi rendah. Keadaan ini berdampak negatif pada
proses pembuahan, dimana tingkat pembuahan menjadi rendah, telur tak mampu
menangkap satupun sel dari sperma. Yang akhirnya menyebabkan daya tetas
telur menjadi rendah, meski kualitas sperma baik. Daya tetas telur ikan air tawar
yang berkualitas baik dapat mencapai 80 – 90 persen. Sementara daya tetas telur
yang berkualitas kurang baik, paling tinggi mencapai 50 persen. Bahkan terkadang
tidak menetas. Pada induk jantan, kekurangan pakan menyebabkan kualitas
sperma menjadi rendah. Seperti pada telur, keadaan ini juga berdampak negatif
pada proses pembuahan, dimana tingkat pembuahannya menjadi rendah, karena
sperma tak mampu menembus dinding, dan selaput selaput pada telur.
Pembuahan yang kurang sempurna menyebabkan daya tetas telur menjadi
rendah, meski kualitas telur baik.
Pengelolaan kualitas air secara berkala meliputi monitpring kualitas air harian
untuk beberapa parameter inti antara lain suhu, pH, kadar oksigen terlarut,
ammonia, nitrit dan nitrat. Penggantian air juga dapat dilakukan secara berkala
pada budidaya yang dilakukan secara tradisional, namun pada budidaya yang
dilakukan secara waterbased system tidak perlu dilakukan penggantian air namun
Penyakit yang muncul pada ikan selain di pengaruhi kondisi ikan yang lemah juga
cara penyerangan dari organisme yang menyebabkan penyakit tersebut. Faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit pada ikan antara lain :
1) Adanya serangan organisme parasit, virus, bakteri dan jamur.
2) Lingkungan yang tercemar (amonia, sulfida atau bahan-bahan kimia beracun)
3) Lingkungan dengan fluktuasi ; suhu, pH, salinitas, dan kekeruhan yang besar
4) Pakan yang tidak sesuai atau gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan ikan
5) Kondisi tubuh ikan sendiri yang lemah, karena faktor genetik (kurang kuat
menghadapi perubahan lingkungan).
Oleh karena itu untuk mencegah serangan penyakit pada ikan dapat dilakukan
dengan cara antara lain ; mengetahui sifat dari organisme yang menyebabkan
penyakit, pemberian pakan yang sesuai (keseimbangan gizi yang cukup), hasil
keturunan yang unggul dan penanganan benih ikan yang baik (saat panen dan
transportasi benih). Dalam hal penanganan saat tranportasi benih, agar benih ikan
tidak mengalami stress perlu perlakuan sebagai berikut antara lain; dengan
pemberian KMnO4, fluktuasi suhu yang tidak tinggi, penambahan O 2 yang tinggi,
pH yang normal, menghilangkan bahan yang beracun serta kepadatan benih
dalam wadah yang optimal.
Pemilihan wadah dan sarana pendukung untuk pemijahan secara alami perlu
memperhatikan kebiasaan pemijahan komoditas iakn yang dibudidayakan.
Dengan memahami karakter pemijahan setiap komoditas yang akan dipijahkan
secara alami maka bentuk wadah, kebutuhan sarana prasarana serta manipulasi
media budidaya yang dapat mendukung pemijahan dapat disesuaikan dan
dikendalikan. Pengkondisian wadah dan media budidaya misalnya seperti
menutup area pemijahan hatchery dibuat gelap bagi ikan yang senang memmijah
pada kondisi gelap atau nocturnal. Pemijahan ikan kakap atau kerapu dapat
dimanupilasi dengan menaikkan atau menurunkan ketungguan media
pemeliharaan sehingga menyerupai pasang surut air laut.
Secara anatomis induk yang siap pijah dinyatakan dengan tingkat kematangan
gonad. Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal and Braum,
1968) dalam Effendi (1997) adalah sebaga berikut :
I. Dara. Organ seksual sanget kecil dekat di bawah tulang punggung.Testis dan
ovari transparan, tidak berwarna sampai berwarna abu-abu.Telur tidak terlihat
dengan mata biasa.
II. Dara berkembang. Testis dan ovari jernih, abu-abu kemerah-merahan.
Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu
persatu dapat dilihat dengan kaca pembesar.
III. Perkembangan I. Testis dan ovari bentuknya bulat telur, berwarna
kemerahmerahan dengan pembulu kapiler. Gonad mengisi kira-kira setegah
ruang ke bagian bawah.
Pada udang tingkat kematangan gonad dapat dapat diamati pada bagian
punggung udang dengan bantuan senter, ovari berwarna hijau, semakin matang
warna gelap akan semakin melebar dan berkembang kearah kepala. Berikut
tanda-tanda dari TKG untuk udang betina :
● TKG I (Early Maturing Stage): Garis ovari akan terlihat berwarna hijau
kehitaman yang kemudian membesar. Pada akhir fase TKG 1, akan terlihat
jelas garis lurus yang tebal.
● TKG II (Late Maturing Stage): Warna ovari akan terlihat semakin jelas dan
semakin tebal. Pada akhir fase TKG II, ovarium akan membentuk gelembung
pada ruas abdomen pertama.
● TKG III (The Mature Stage): Pada fase ini akan terbentuk beberapa gelembung
lagi, sehingga ovarium akan mempunyai beberapa gelembung di ruas
abdomennya. Gelembung pada ruas pertama akan membentuk cabang ke kiri
dan kanan yang terlihat menyerupai bulan sabit. Fase ini merupakan fase
terakhir sebelum udang melepaskan telurnya.
● TKG IV (Spent Recovering Stage): Pada fase ini ovarium akan terlihat pucat,
hal itu menandakan bahwa telur telah dilepaskan.
Sumber : https://www.isw.co.id/post/ciri-udang-yang-telah-mengalami-matang-gonad
d. Melakukan pemijahan
Salah satu upaya yang dilakukan pada pemijahan induk ikan secara alami adalah
pengaturan debit dan ketinggian air. Pengaturan debit air berhubungan dengan
kebiasaan memijah induk ikan. Saat proses pemijahan dan pembuahan sel telur
oleh sel sperma yang terjadi secara eksternal di dalam badan air, pergerakan air
secara tidak langsung berpengaruh terhadap proses pembuahan. Semakin deras
debit air maka peluang terjadinya pembuahan akan lebih sulit, untuk itu diperlukan
debit air yang rendah saat terjadinya pembuahan.
Pada pemijahan ikan atau udang secara alami pemeriksaan hasil pemijahan dapat
dicek keesokan harinya setelah ikan diprediksi telah melakukan pemijahan.
Pemeriksaan dilakukan secara perlahan dan hati-hati untuk menghindari ikan
berontak. Pemeriksaan substrat penempelan telur, ataupun telur yang telah
dikeluarkan diperiksa dengan menggunakan peralatan dan wadah yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Pemanenan telur atau pemindahan induk dapat
dilakukan dengan hati-hati disesuaikan dengan karakteristik induk. Tingkat
Alat yang akan disiapkan untuk pemijahan ikan secara buatan menggunakan
hormone buatan harus memahami cara kerja dan penggunaanya. Selain itu, alat
yang akan digunakan harus berfungsi dengan baik. Peralatan dan bahan yang
digunakan pada proses pemijahan buatan antara lain : jarum suntik, alat bedah,
mangkok, gelas ukur, seser induk, wadah penampungan (ember), tissue/lap,
hormone sintetis, aquadest, serta larutan fisiologis.
Wadah dan media yang akan digunakan harus dicuci bersih dan disterilisasi
terlebih dahulu untuk memutus mata rantai benih penyakit yang kemungkinan
terbawa pada wadah atau media budidaya. Pada pemijahan buatan umumnya
sarana dan prasarana yang digunakan menggunakan sistem budidaya secara
semi tertutup atau tertutup dengan Teknik semi intensi ataupun intensif. Hal ini
juga berpengaruh terhadap wadah dann media yang digunakan pada kegiatan
budidaya ikan baik untuk wadah penampungan induk setelah dipijahkan, wadah
pemeijahan dan wadah yang diperlukan untuk penetasan telur.
Kematangan induk ikan dapat juga dilihat dari fisiologi sel telur dengan cara
kanulasi. Kanulasi bertujuan untuk mengetahui derajat kematangan gonad induk
betina dengan mengukur keseragaman diameter telur. Kanulasi dilakukan dengan
cara menyedot telur dengan menggunakan selang kecil (kateter) berdiameter 2-
2,5 mm. Selang kecil tersebut dimasukkan ke dalam lubang urogenital sedalam 4
- 6 cm ke dalam ovarium. Ujung selang yang lain dihisap dengan mulut selanjutnya
selang tadi ditarik keluar dari lubang urogenital, lalu ditiup untuk mendorong telur
keluar dari selang. Telur yang keluar dari selang ditampung pada lempeng kaca
tipis atau pada wadah lain. Selanjutnya telur tersebut diukur garis tengahnya
menggunakan penggaris. Dan tanda-tanda sel telur matang secara fisiologis
adalah: polar body I telah keluar, germinal visicle (inti sel) telah menepi berada di
depan micropile, warna telur telah transparan kuran telur mendekati 1 mm ,
(Zairin.M.J. 2002). Bila 90 - 95% telur memiliki garis tengah 1,0 – 2,0 mm, berarti
induk betina tersebut dapat dipijahkan. Selain itu ciri-ciri telur yang telah matang
adalah akan cepat mengering atau saling berpisah bila diletakkan dipunggung
tangan.
Ciri-ciri induk ikan jantan lebih langsing dibanding ikan betina, Gerakannya lincah,
Bila diurut kearah lubang genital cairan seperti susu akan keluar. Dan tanda-tanda
sel sperma matang adalah : Warna kental seperti susu/santan, Organ sperma
telah lengkap, Motilitas tinggi, Kenormalan lebih dari 90%. Disamping kesehatan,
kenormalan ikan merupakan unsur yang penting juga, karena faktor ini akan
diturunkan kepada anaknya. Induk ikan yang telah diseleksi selanjutnya diberok
c. Menyiapkan hormon
Penyuntikan induk adalah usaha memasukkan zat baik bentuk padat atau cair
kedalam tubuh ikan. Induk ikan yang telah matang gonad disuntik menggunakan
HCG (Human Chorionic Gonadotropin), ovaprim atau hormon buatan lainnya.
Penyuntikan menggunakan setiap jenis hormon buatan (artificial hormone)
memiliki dosis yang berbeda menurut jenis ikannya. Penyuntikan induk ikan
menggunakan hormon HCG maka dosis yang digunakan adalah 500 IU/kg induk.
Teknik penyuntikan hormon untuk pemijahan secara buatan pada beberapa jenis
ikan berbeda-beda. Penyuntikan induk betina ikan patin dilakukan sebanyak 2 kali,
penyuntikan pertama digunakan ½–1/3 bagian dosis hormon yang dibutuhkan, dan
sisanya (1/2 atau 2/3) untuk penyuntikan ke dua. Penyuntikan dilakukan pada
bagian punggung induk ikan. Selang waktu penyuntikan pertama dan kedua
adalah 6 - 8 jam. Demikian juga dengan pengurutan telur (stripping) selama 6 - 8
jam setelah penyuntikan kedua. Biasanya setelah penyuntikan kedua, gerakan
induk betina lebih lamban jika dibandingkan dengan sebelum disuntik.
Setelah ovulasi kemudian akan diikuti oleh ikan jantan untuk mengeluarkan
sperma. Sperma yang tadinya bergerak lamban menjadi bergerak cepat (motilitas
tinggi) dikarenakan bersentuhan dengan air. Pergerakan sperma tersebut akan
mengarah pada sel telur kerena distimulasi oleh adanya Gimnogamon I yang
dieksresikan oleh telur. Setelah sperma menempel pada telur, telur akan
mengeluarkan Androgamon I untuk menekan motilitas sperma dan Gymnogamon
II untuk menggumpalkan sperma. Berjuta-juta sperma menempel pada sel telur
tetapi hanya satu sperma yang bisa masuk melalui micropil. Kepala sperma masuk
dan ekornya tertinggal diluar, sebagai sumbat micropile sehingga yang lain tidak
bisa masuk. Berjuta-juta sperma yang menempel pada telur disingkirkan oleh telur
dengan reaksi kortek. Karena apabila tidak disingkirkan akan mengganggu
metabolisme zigot.
Pembuahan atau disebut juga fertilisasi adalah proses bergabungnya inti sperma
dengan inti sel telur dalam sitoplasma sehingga membentuk zigot. Sumantadinata,
(1983) mengatakan pada dasarnya fertilisasi adalah merupakan penyatuan atau
fusi sel gamet jantan dan sel gamet betina untuk membentuk satu sel (zygot).
Proses ganda di dalam fertilisasi adalah : Aspek embriologi yaitu pengaktifan ovum
oleh sperma dan aspek genetik yaitu pemasukan faktor-faktor hereditas pejantan
ke dalam ovum. Aspek genetika inilah yang dimanfaatkan dalam pembuahan
buatan atau inseminasi buatan yakni menyatukan faktor-faktor unnggul yang
dimiliki spermatozoa dan hewan betina melalui sel telurnya.
5. Menetaskan telur
Alat yang akan di siapkan untuk pemijahan ikan secara buatan menggunakan
hormone buatan harus memahami cara kerja dan penggunaanya. Selain itu, alat
yang akan digunakan harus berfungsi dengan baik. Wadah dan media yang akan
digunakan harus dicuci bersih dan disterilisasi terlebih dahulu untuk memutus
mata rantai benih penyakit yang kemungkinan terbawa pada wadah atau media
budidaya. Peralatan, bahan dan media yang disiapkan untuk penetasan telur perlu
disesuaikan dengan karakter telur itu sendiri. Selain wadah dan media teknis yang
digunakan pada kegiatan penetasan telur, terkadang perlu menyiapkan water
heater dan aerasi.
Water heater digunakan untuk menstabilkan suhu media budidaya. Hal ini
disebabkan karena telur merupakan fase kritis pada kehidupan organisme baru.
Secara garis besar, suhu air dapat mempengaruhi kegiatan metabolisme,
perkembangbiakkan, pernapasan, denyut jantung dan sirkulasi darah, kegiatan
enzim dan proses fisiologi lainnyan pada ikan. Selain mempengaruhi pertukaran
zat, suhu juga akan mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut dalam air dan daya
racun suatu bahan pencemar. Aerasi sangat berperan dalam membantu suplai
oksigen. Bila kadar oksigen rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis
dan lambatnya pertumbuhan ikan, bahkan dapat mengakibatkan kematian
organisme termasuk ikan.
1) Kualitas telur. Kualitas telur dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan
pada induk dan tingkat kematangan telur.
2) Lingkungan yaitu kualitas air terdiri dari suhu, oksigen, karbon dioksida, dan
amonia.
3) Gerakan air yang terlalu kuat yang menyebabkan terjadinya benturan yang
keras di antara telur atau benda lainnya sehingga mengakibatkan telur pecah
c. Menebarkan telur
Proses penetasan telur yang dilakukan pada wadah yang terpisah harus dilakukan
secara perlahan dan menyesuaikan karakter telurnya. Pada pemijahan yang
dilakukan secara alami maka telur akan tersebar pada wadah pemijahan atau
menempel pada substrat penetasan yang telah disediakan. Telur yang sudah
terbuahi pada wadah pemijahan akan dipanen dan ditebar pada wadah penetasan
telur yang berupa conicel tank ataupun bak khusus penetasan telur yang telah
dikondisikan sesuai dengan kebutuhan penetasan telur. Sedangkan pada
pemijahan buatan telur yang telah dicampur dan dibuahi oleh sperma, telur akan
ditebar pada wadah penetasan secara perlahan dan merata. Perataan telur dapat
dibantu dengan aerasi yang telah dikondisikan.
Hasil penetasan telur adalah larva yang masih membawa cadangan kuning telur.
Telur yang baru menetas masih sangat rentan terhadap perubahan lingkungan
untuk itu perlakuan terhadap telur yang baru menetas harus dilakukan dengan
hati-hati. Pengontrolan kualitas air pun harus dilakukan dengan seksama. Proses
organogenesis pada larva yang baru menetas membutuhkan energi yang cukup
besar bagi larva yang masih mengandalkan energinya dari cadangan kuning telur,
sehingga perubahan lingkungan terutama suhu dan oksigen dapat memberikan
dampak yang signifikan terhadap hasil penetasan, bahkan dapat menyebabkan
kematian larva. Hasil penetasan telur dapat juga dihitung dengan menggunakan
derajat penetasan telur (hatching rate) untuk mengetahui presentase telur yang
berhasil menetas.
6. Memelihara larva
d. Memberi pakan
Secara umum larva ikan mulai makan setelah kuning telurnya habis. Lamanya
kuning telur larva habis dipengaruhi ukuran kuning telur, suhu dan oksigen terlarut
air pemeliharaan. Peralihan sumber makan larva dari kuning telur (yolksack) ke
pakan yang diberikan adalah saat yang sensitif. Pada saat tersebut larva masih
mengenal, mendekati, dan mencoba makanan tersebut. Menurut Verschure et al.
(2000) Salah satu mortalitas larva terbanyak pada saat peralihan makanan dari
kuning telur (yolksack) ke makanan yang diambil dari luar tubuh karena banyak
larva belum mengenal makanan tersebut. Oleh sebab itu awal pemberian makan
sebaiknya memiliki frekuensi lebih sering. Suhu air pemeliharaan meningkat maka
metabolism akan semakin cepat sehingga kuning telur lebih cepat habis.
Pengendalian hama dan penyakit meliputi pencegahan dan pengobatan hama dan
penyakit. Pencegahan adalah langkah yang paling efektif untuk mengurangi risiko
hama dan penyakit ikan nila. Jika hama dan penyakit sudah menyerang pada
populasi massal, biaya mitigasi akan lebih besar. Pencegahan hama dan penyakit
meliputi, pengeringan wadah, pengolahan dasar kolam, sanitasi, pengapuran dan
pemupukan. Pengeringan dilakukan dengan pengeringan wadah setiap waktu
untuk memulai budidaya. Sinar matahari dapat membunuh hama dan penyakit
yang mungkin ada dalam periode budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam
juga membantu mematikan penyakit yang paling. Pengobatan merupakan suatu
tindakan menyembuhkan penderitaan/kelainan yangterdapat pada ikan
menggunakan bahan atau alat lain.
f. Memanen Benih
Sebelum melakukan pemanenan benih ikan, biasanya petani ikan akan melakukan
pengamatan dan pengambilan sampel. Pengambilan sampel ini bertujuan untuk
mengetahui ukuran benih ikan yang dipelihara sudah mencapai ukuran untuk
dipanen. Untuk benih atau ikan yang sudah siap dijual, bisanya ditentukan dari
jenis ikan dan kebiasaan petani dalam melakukan proses budidaya. Ada tingkatan-
tingkatan petani ikan dalam melakukan usahanya, antara lain petani pembenih
ikan, petani pendeder benih ikan dan petani pembesaran ikan.
Pemanenan benih ikan harus dilakukan pada saat suhu air rendah. Umumnya
suhu air rendah pada pagi atau sore hari. Suhu air yang rendah selain terkait
terhadap metabolisme tubuh benih ikan, juga berpengaruh terhadap oksigen
terlarut benih ikan. Suhu air yang rendah memiliki oksigen terlarut relatif tinggi dan
sebaliknya. Selain itu suhu air rendah menyebabkan metabolisme tubuh ikan dan
penguraian bahan organik di dasar kolam relatif lambat sehingga ikan tidak stress.
Salah satu faktor yang menunjang kemajuan suatu perusahaan atau oraganisasi
adalah struktur organisasi yang ada dan dipergunakan oleh perusahaan atau
organisasi tersebut. Manfaat adanya struktur organisasi adalah sebagai berikut :
1) menunjukkan pembatasan tugas, tanggung jawab, dan wewenang.
2) menempatkan pegawai yang lebih tepat.
3) mengatur langkah kerja dan prosedur kerja perusahaan atau organisasi
Secara harfiah teknologi adalah segala upaya yang dapat diilaksanakan oleh
manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Dari definisi tersebut
diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah kesejahteraan
hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negative bagi suatu usaha,
sistem atau lingkungan. Dalam pemilihan teknologi, manusia dituntut untuk
menjadi Manajer Teknologi (bukan Pemakai Teknologi), dengan melakukan
pemilihan teknologi tertentu dan menolak teknologi lainnya dan
mempertimbangkan pengaruh teknologi terhadap manusia dan lingkungan (E.
Gumbira-Said, Rachmayanti, dan M. Zahrul Muttaqin, 2004) Pengaruh Pemilihan
Teknologi :
1) Desain pekerjaan
2) Produktifitas
3) Efisiensi
4) Kualitas produk
Analisis kelayakan usaha adalah Usaha atau disebut juga feasibility study adalah
kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam
melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari
suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan
dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat
dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini
diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari
(Muhammad Firdaus, 2008). Tujuan pokok analisa kelayakan usaha adalah :
✔ Mengetahui tingkat keuntungan terhadap alternatif investasi.
✔ Mengadakan penilaian terhadap alternatif investasi.
✔ Menentukan prioritas investasi, sehingga dapat dihindari investasi yang hanya
memboroskan sumber daya.
Secara umum prioritas aspek-aspek yang perlu dilakukan dalam studi kelayakan
(Muhammad Firdaus, 2008) adalah : aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran,
aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek sosial ekonomi, dan aspek dampak
lingkungan.