Anda di halaman 1dari 13

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Kuala Baru


Mata Pelajaran : Teknik Pembesaran Ikan Air Tawar
Kelas : XII Ap
Materi Pokok : Sistem Biosecurity dan silvofishery
Alokasi Waktu : 15 x 45

A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mempelajari diharapkan siswa mampu menganalisis, mengolah, menalar dan
menyajikan Sistem biosecurity
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
1. A. Kompetensi Dasar
3.1. Menganalisis Sistem bioscurity
4.1 Mengolah, menalar dan menyaji sistem silvofishery
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Memahami konsep biosecurity
3.1.2 Menyebutkan fungsi biosecurity
3.1.3. Memahami konsep silvofishery
3.1.4. Menyebutan fungsi silvofishery
4.1.1. Menerapkan biosecurity
4.1.2 Menerapkan silvofishery

C. Materi Pembelajaran
A. Biosecurity
Biosecurity didefinisikan sebagai suatu perangkat aturan, perlengkapan atau peralatan
yang sangat penting untuk melakukan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan  penyakit
infeksi yang bisa menyebabkan kerugian besar secara ekonomi.
Pentingnya menerapkan Biosecurity pada kegiatan perikanan adalah :

 Adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan di lingkungan/perairan


 Kondisi lingkungan terus berubah
 Food  Safety  bagi konsumen
 Mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen

Pentingnya menerapkan Biosecurity pada kegiatan perikanan adalah :


 Adanya bakteri patogen dan bakteri yang merugikan di lingkungan/perairan
 Kondisi lingkungan terus berubah
 Food  Safety  bagi konsumen
 Mencegah kerugian secara ekonomi akibat kegagalan panen

B. Silvofishery

Pengertian dan Definisi dari Silvofishery atau Wanamina adalah suatu pola agroforestri
yang digunakan dalam pelaksanaan program perhutanan sosial di kawasan hutan
mangrove.Petani dapat memelihara ikan dan udang atau jenis komersial lainnya untuk
menambah penghasilan, di samping itu ada kewajiban untuk memelihara hutan
Mangrove.Jadi prinsip silvofishery adalah perlindungan tanaman mangrove dengan
memberikan hasil dari sektor perikanan.Sistem ini mampu menambah pendapatan masyarakat
dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan mangrove.Silvofishery yang telah
dikembangkan selama ini menggunakan jenis Rhyzophora sp.

Silvofishery Pengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem


budidaya perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya
yang dikenal dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah
perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk
saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan
ekonomis (mendatangkan penghasilan tambahan dari hasil pemeliharaan ikan di tambak.
Pemanfaatan mangrove untuk silvofishery saat ini mengalami perkembangan yang pesat,
karena system ini telah terbukti mendatangkan keuntungan bagi pemerintah dan nelayan
secara ekonomis. Fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk
kepentingan pengembangan perikanan (sivofishery). Keuntungan ganda telah diperoleh dari
simbiosis ini.Selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun
murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari.Hal ini disebabkan karena
produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi sebagai energi
utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan perikanan tersebut.Oleh karena itu
keberhasilan silvofishery sangat ditentukan oleh produktivitas fitoplankton.

C. Pengolahan limbah buangan hasil pembesaran ikan


Limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses kegiatan manusia
Limbah dapat berupa tumpukan barang bekas, sisa kotoran hewan,tanaman, atau sayuran.
Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi
ambang batas toleransi lingkungan.Apabila konsentrasi dan kuantitas melebihi ambang batas,
keberadaan limbah dapat berdampak negatif terhadaplingkungan terutama bagi kesehatan
manusia sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah bergantung pada jenis dankarakteristik limbah

D. Pengertian Daya Dukung Lahan

Sebelum membahas daya dukung lahan, alangkah baiknya dipahami terlebih dahulu batasan
tentang; lahan (land), kemampuan lahan (land capability), kesesuaian lahan (land suitability)
dan daya dukung lahan (land carrying capacity) karena istilah-istilah inilah yang akan dijumpai
pada saat kita membicarakan lahan.

Istilah lahan sendiri mulai banyak digunakan sejak tahun 1970 an, dimana menurut
pengertian dan batasan yang diberikan FAO, lahan diartikan sebagai tempat di permukaan bumi
yang sifat-sifatnya layak disebut seimbang dan saling berkaitan satu sama lain, memiliki atribut
mulai dari biosfer atmosfer, batuan induk, bentuk-bentuk lahan, tanah dan ekologinya, hidrologi,
tumbuh-tumbuhan, hewan dan hasil dari aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang yang
menegaskan bahwa variabel itu berpengaruh nyata pada penggunaan manusia saat ini dan akan
datang.

Lahan diartikan juga sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air,
vegetasi dan benda yang ada di atasnya sepanjang berpengaruh terhadap penggunaannya.Dengan
pengertian ini lahan juga mengandung makna ruang atau tempat, oleh karena itu lahan sebagai
salah satu sumber daya alam (SDA) dalam pembangunan, khususnya dalam pembangunan
pertanian perlu dijaga kelestariannya.Pengelolaan lahan merupakan upaya yang dilakukan
manusia dalam pemanfaatan lahan sehingga produktivitas lahan tetap tinggi secara berkelanjutan
(jangka panjang).

Kemampuan lahan (land capability) dinilai menurut macam pengelolaan yang


disyaratkan berdasarkan pertimbangan biofisik untuk mencegah terjadinya kerusakan lahan
selama penggunaan.Kemampuan Lahan merupakan daya yang dimiliki oleh lahan untuk
menanggung kerusakan lahan.Lahan datar mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pada
lahan miring.

Kesesuaian lahan (land suitability) dinilai berdasarkan pengelolaan khas yang


diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara manfaat/maslahat yang
dapat diperoleh dan korbanan/biaya/masukan yang diperlukan.
Daya dukung (carrying capacity) diartikan sebagai kapasitas atau kemampuan lahan
yang berupa lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Daya dukung lahan perkebunan memiliki keanekaragaman yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (baik tanah, air, udara, suhu, ketinggian tempat, dan cahaya) dan faktor jenis
tanaman yang dibudidayakan pada lahan tersebut.

Daya dukung lahan perkebunan bukan merupakan besaran yang tetap akan tetapi
cenderung berubah ubah menurut waktu akibat dari adanya perubahan teknologi dan
kebudayaan. Teknologi akan mempengaruhi produktivitas lahan, sedangkan kebudayaan akan
menentukan kebutuhan hidup setiap individu. Oleh karena itu, perhitungan daya dukung lahan
seharusnya dihitung dari data yang dikumpulkan cukup lama sehingga dapat menggambarkan
keadaan daerah yang sebenarnya.

Daya dukung lahan merupakan gabungan kemampuan dan kesesuaian lahan. Sebagai
catatan bahwa daya dukung yang dimaskud di sini adalah daya dukung yang alami bukan karena
rekayasa teknologi, namun demikian daya dukung lahan dapat ditingkatkan dengan teknologi
akan tetapi ada batas maksimalnya.

Penggunaan lahan diatas daya dukung lahan haruslah disertai dengan upaya konservasi yang
tepat dan benar, oleh karena itu upaya strategis untuk menjamin keberlajutan pengusahaan lahan
sekaligus menghindari degradasi lahan dapat dilakukan melaui penerapan:

 Pola usaha tani konservasi seperti; agroforestry, tumpang sari, dan pertanian terpadu;
 Pola pertanian organik atau ramah lingkungan untuk menjaga kesuburan tanah;
 Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk menjamin keberlanjutan usaha
pertanian jika ingin menjadi pewaris yang baik.

Analisis Daya Dukung Lahan

Tahapan analisis daya dukung sebenarnya sangat fleksibel dan dinamis artinya langkah
yang dapat ditempuh untuk menganalisis daya dukung sangat beragam. Secara sederhana bisa
menggunakan rumus berikut:

Axr

CCR = -------------

HxhxF

Dimana:
CCR = kemampuan daya dukung

A = jumlah total area yang dapat digunakan untuk kegiatan pertanian/perkebunan

r = frekuensi panen per hektar per tahun

H = jumlah KK (rumah tangga)

h = persentase jumlah penduduk yang tinggal

F = ukuran lahan pertanian rata-rata yang dimiliki petani

Asumsi umum sebagai interpretasi hasil perhitungan analisis daya dukung sebagai berikut:

 1.Jika CCR > 1


 Artinya berdasarkan kuantitas lahannya, masih memiliki kemampuan untuk mendukung
kebutuhan pokok manusia dan masih mampu menerima tambahan penduduk. Pembangunan
di wilayah tersebut masih dimungkinkan bersifat ekspansif dan eksploratif lahan.
 2.Jika CCR < 1
 Artinya berdasarkan jumlah lahan yang ada, maka di wilayah tersebut sudah tidak
mungkin lagi dilakukan pembangunan yang bersifat ekspansif dan eksploratif lahan. Lahan-
lahan yang berada pada posisi demikian perlu mendapatkan program peningkatan
produktivitas, intensifikasi dan ekstensifikasi melalui perbaikan teknologi atau menekan
pertumbuhan penduduk.
 3.Jika CCR = 1
 artinya berdasarkan jumlah lahan, daerah ini masih memiliki keseimbangan antara
kemampuan lahan dan jumlah penduduk, namun demikian kondisi ini perlu diwaspadai
karena jika pertambahan penduduk tidak terkendali akibat pembangunan yang sangat cepat
akan dapat menyebabkan menurunnya kemampuan daya dukung, untuk itu peran pemerintah
dalam mengendalikan pembangunan yang memicu penambahan penduduk sangat
diperlukan.

Contoh Kasus:

Kabupaten “X” memiliki luas 25.000 km2, yang terdiri dari :

 Dataran tinggi 5.000 km2


 Terdapat kebun kopi 20.000 ha dengan frekuensi panen 1 kali setahun
 Terdapat kebun teh 15.000 ha dengan frekuensi panen 18 kali setahun
 Jumlah penduduk 400.000 orang, yang tinggal di kota 20%
 Setiap keluarga rata-rata mempunyai anggota 5 orang
 Asumsi lahan yang dibutuhkan 1 KK petani adalah 1 ha

Maka CCR dapat dihitung dengan cara:

400.000

Jumlah KK = -------------- = 80.000 KK

Jumlah KK yang ada di desa = 80% x 80.000 KK = 64.000 KK

(20.000 x 1)+(15.000 x 18)

CCR = ------------------------------------ = 4,53

64.000 x 1

Kesimpulan:

 Kemampuan daya dukung (CCR) > 1


 Berdasarkan kuantitas lahan, masih memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan
pokok penduduk Kabupaten “X” dan masih mampu menerima tambahan penduduk.
 Pembangunan di Kabupaten “X” masih dimungkinkan bersifat ekspansif dan eksploratif
lahan

E. Perhitungan padat penebaran


Metode budidaya juga banyak mempengaruhi kapasitas ikan.Contohnya, budidaya lele
menggunakan metode bioflok biasanya memiliki kepadatan yang lebih tinggi daripada metode
budidaya biasa.Hal ini disebabkan karena bioflok memiliki lebih banyak pakan alami yang
berasal dari kumpulan plankton dan mikroorganisme di dalam flok.
a) Sistem RAS atau media yang memiliki sirkulasi lebih banyak juga memungkinkan untuk
padat tebar tinggi. Contohnya, seperti yang dilansir dari bibitikan, padat tebar yang
disarankan adalah sebagai berikut:
b) Untuk kolam ketinggian 0.75 m, padat tebar 200 ekor/m2 dengan sistem sirkulasi, dan 75
ekor/m2tanpa sirkulasi.
– Untuk kolam ketinggian 1.25 m, padat tebar 300 ekor/m2 dengan sistem sirkulasi, dan
150 ekor/m2tanpa sirkulasi.
Sirkulasi erat kaitannya dengan ketersediaan oksigen.Seperti yang telah disebutkan pada
poin sebelumnya, dengan sirkulasi, oksigen terlarut bertambah sehingga kepadatan ikan dapat
ditingkatkan.

f. Teknik penebaran benih ikan


Penebaran benih dilakukan saat suhu air rendah kolam masih rendah yaitu pada pagi hari
antara pukul 06.00 – 07.00 atau pada sore hari di atas pukul 16.00.Tujuannya agar benih tidak
stres akibat suhu tinggi.Benih yang ditebar terlalu siang dapat menjadi stres akibat kepanasan.
Berikut adalah cara benebaran benih;
a. Membuka tutup kantong packing benih yang sudah berembun
b. menggulung kantong plastik packing sampai mendekati permukaan air kantong
c. Percikkan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam kantong dengan menggunakan tangan
d. Miringkan kantong packing sampai sebagian kantong tenggelam
e. Biarkan benih keluar dengan sendirinya. Setelah terlihat benih berani berenang keluar
kantong sendiri itu merupakan tanda bahwa kondisi air pada kantong sudah relative sama dengan
air pada kolam.

g. Pengelolaan kualitas air optimal untuk kegiatan pembesaran

Parameter kualitas air pada proses budidaya ikan berperan dalam menciptakan suasana
lingkungan hidup ikan, agar perairan kolam mampu memberikan suasana yang nyaman bagi
pergerakan ikan yaitu tersedianya air yang cukup untuk menciptakan kualitas air yang sesuai
dengan persyaratan hidup ikan
Dimana kualitas yang optimal (kimia air, fisika air, dan biologi air) sesuai dengan parameter
yang disyaratkan, tersedianya pakan alami yang cukup dan sesuai, serta terhindarnya dari biota
yang merugikan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan ikan (hama dan penyakit ikan).
Agar persyaratan kuantitas dan kualitas air budidaya dapat terpenuhi,keberhasilan budidaya ikan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan perairan.
Lingkungan yang baik akan mampu memberikan stimulus bagi pertumbuhan dan
perkembangan ikan, sedangkan lingkungan perairan yang kurang baik akan menghambat
terhadap stimulus yang diberikan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ikan.
Pengkondisian kualitas air sebagai upaya menciptakan parameter kualitas air dan kesuburan air
agar sesuai dengan persyaratan untuk hidup dan pertumbuhan ikan,agar lingkungan perairan
kolam mampu menyediakan suasana yang optimal bagi kehidupan (survival rate) dan
pertumbuhan ikan optimal, sehingga pada akhir masa pemeliharaan dapat diperoleh produktifitas
kolam yang tinggi.
D. Metode Pembelajaran
a. PendekatanPendekatan Saintifik
b. Model Pembelajaran Discovery Learning
c. Diskusi
E. Media Pembelajaran
a. LCD Proyektor
b. Papan Tulis
c. Worksheet
d. Power Point Biosecurity
e. Jaringan Internet

F. Sumber Belajar
1. Buku BSE, Budidaya Ikan karangan Gusrina
2. Buku BSE, teknik pembesaran ikan
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan 1.
a. Pendahuluan ( 25 Menit)
Waktu
No Kegiatan
(menit)
1 Guru memberikan motivasi melalui cerita-cerita motivasi 3’
2 Guru memberikan motivasi terkait pentingnya kebutuhan 5’
nutrisi dalam kehidupan sehari-hari
3 Guru menjelaskan manfaat, tujuan, dari materi pembelajaran 4’
sistem biosecurity
4 Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3’
menyampaiakan cakupan materi
5 Guru menjelaskan terkait penilaan dalam mata pelajaran 5’
sistem biosecurty
6 Guru membuat kelompok menjadi 5 (lima) Kelompok, dan 5’
peserta didik menempati tempat duduk sesuai kelompoknya
masing-masing

b. Kegiatan Inti (110 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
(Mengamati)
1 Guru memberikan tugas sesuai kelompoknya untuk mencari 60
Mencari tentang sistem biosecurty
(Menanya)
Siswa bisa saling bertanya baik dengan temannya atau
2 10
berdiskusi antar kelompok maupun bertanya kepada guru
jika ada sesuatu yang belum diketahui

c. Penutup (10 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama terkait
1 3’
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan kegiatan
2 3’
pembelajaran system biosecurity
Guru memberikan tugas untuk membuat Gambar sistem 2’
3
biosecurity
Guru menyampaikan kegiatan pertemuan berikutnya
4 2’
mengenai kegiatan praktek silvofishery

2. Pertemuan 2.
a. Pendahuluan ( 15 Menit)

Waktu
No Kegiatan
(menit)
1 Guru memberikan motivasi terkait pentingnya silvofishery 5’
2 Guru menjelaskan manfaat, tujuan, dari materi pembelajaran 4
silvofishery
3 Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3’
menyampaiakan cakupan materi
5 Guru membuat kelompok menjadi 5 (lima) Kelompok, dan 3’
peserta didik menempati tempat duduk sesuai kelompoknya
masing-masing

a. Kegiatan Inti (110 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
(Mengamati)
1 Guru menjelaskan kegiatan praktek cara membedah ikan 10
Siswa mengamati Rencana kegiatan silvofishery
(Mengeksplorasi)
2 Sesuai dengan kelompoknya siswa melakukan pemahaman 55
silvofishery
(Mengasosiasi)
3 Siswa sesuai kelompoknya membuat laporan sementara 10
terkait kegiatan silvofishery
b. Penutup (10 Menit)
Waktu
No Kegiatan
(menit)
Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama terkait
1 3’
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan kegiatan
2 3’
pembelajaran sistem organ pencernakan Ikan
Guru memberikan tugas secara kelompokuntuk membuat 2’
3
laporan lengkap
Guru menyampaikan kegiatan pertemuan berikutnya
4 mengenai kegiatan Pengolahan limbah buangan hasil 2’
pembesaran ikan

2. Pertemuan 3.
b. Pendahuluan ( 15 Menit)

Waktu
No Kegiatan
(menit)
1 Guru memberikan motivasi terkait pentingnya Pengolahan 5’
limbah buangan hasil pembesaran ikan
2 Guru menjelaskan manfaat, tujuan, dari materi pembelajaran 4
Pengolahan limbah buangan hasil pembesaran ikan
3 Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3’
menyampaiakan cakupan materi
5 Guru membuat kelompok menjadi 5 (lima) Kelompok, dan 3’
peserta didik menempati tempat duduk sesuai kelompoknya
masing-masing

c. Kegiatan Inti (110 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
(Mengamati)
1 Guru menjelaskan kegiatan praktek Pengolahan limbah 10
buangan hasil pembesaran ikan
(Mengeksplorasi)
2 Sesuai dengan kelompoknya siswa melakukan Pengolahan 55
limbah buangan hasil pembesaran ikan
(Mengasosiasi)
Siswa sesuai kelompoknya membuat laporan sementara
3 10
terkait kegiatan praktek Pengolahan limbah buangan
hasil pembesaran ikan

d. Penutup (10 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama terkait
1 3’
pembelajaran yang telah dilaksanakan
2 Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan kegiatan 3’
Waktu
No Kegiatan
(menit)
pembelajaran praktek Pengolahan limbah buangan hasil
pembesaran ikan
Guru memberikan tugas secara kelompokuntuk membuat 2’
3
laporan lengkap
Guru menyampaikan kegiatan pertemuan berikutnya
4 2’
mengenai kegiatan praktek Pengertian Daya Dukung Lahan

2. Pertemuan 4.
a. Pendahuluan ( 15 Menit)
Waktu
No Kegiatan
(menit)
1 Guru memberikan motivasi terkait pentingnya pelajaran daya 5’
dukung lahan
2 Guru menjelaskan manfaat, tujuan, dari materi pembelajaran 4
Daya Dukung Lahan
3 Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3’
menyampaiakan cakupan materi
5 Guru membuat kelompok menjadi 5 (lima) Kelompok, dan 3’
peserta didik menempati tempat duduk sesuai kelompoknya
masing-masing

b. Kegiatan Inti (110 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
(Mengamati)
1 Guru menjelaskan kegiatan praktek caraDaya Dukung Lahan 10
yang akan dilaksanakan
(Mengeksplorasi)
2 Sesuai dengan kelompoknya siswa melakukan Daya Dukung 55
Lahansesuai prosedur yang ditentukan
(Mengasosiasi)
3 Siswa sesuai kelompoknya membuat laporan sementara 10
terkait kegiatan praktek Daya Dukung Lahan

c. Penutup (10 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama terkait
1 3’
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan kegiatan
2 3’
pembelajaran Daya Dukung Lahan
Guru memberikan tugas secara kelompokuntuk membuat 2’
3
laporan lengkap
Guru menyampaikan kegiatan pertemuan berikutnya
4 2’
mengenai Perhitungan padat penebaran
3. Pertemuan 5.

a. Pendahuluan ( 15 Menit)
Waktu
No Kegiatan
(menit)
1 Guru memberikan motivasi terkait pentingnya pelajaran 5’
Perhitungan padat penebaran
2 Guru menjelaskan manfaat, tujuan, dari materi pembelajaran 4
Perhitungan padat penebaran
3 Guru menjelaskan Tujuan pembelajaran yang akan dicapai, 3’
menyampaiakan cakupan materi
5 Guru membuat kelompok menjadi 5 (lima) Kelompok, dan 3’
peserta didik menempati tempat duduk sesuai kelompoknya
masing-masing

b. Kegiatan Inti (110 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
(Mengamati)
1 Guru memberikan tugas sesuai kelompoknya untuk mencari 45
terkait Perhitungan padat penebaran
(Menanya)
Siswa bisa saling bertanya baik dengan temannya atau
2 10
berdiskusi antar kelompok maupun bertanya kepada guru
jika ada sesuatu yang belum diketahui
(eksplorasi)
3 55
Siswa mengerjakan tugas menghitung padat penebaran

c. Penutup (10 Menit)


Waktu
No Kegiatan
(menit)
Guru dan siswa melakukan evaluasi bersama terkait
1 3’
pembelajaran yang telah dilaksanakan
Guru dan siswa membuat suatu kesimpulan kegiatan
2 3’
pembelajaran Perhitungan padat penebaran
Guru memberikan tugas secara kelompokuntuk membuat 2’
3
laporan lengkap
Guru menyampaikan kegiatan pertemuan berikutnya
4 2’
mengenai kegiatan praktek Teknik penebaran benih ikan

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


A. Penilaian, Pembelajaran Remidial dan Pengayaan
1. Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes Tulis
b. Bentuk Instrumen : Uraian Non Obyektif
c. Kisi-Kisi
No Indikator Butir Pertanyaan
1. Mengetahui konsep biosecutity 1
2. Mengetahui konsep silvofishery 2
3. Menghitung padat penebaran benih 3
4. Langkah-langkah penebaran benih 4
5. Menjelaskan proses penebaran benih 5

2. Ketrampilan

a. Teknik Penilaian : Tes Proses


b. Kisi-Kisi

No
Ketrampilan Butir Instrumen
1 Menerapkan konsep biosecurity dan 1,2,3
silvofishery

b. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan


Pembelajaran Remidial dan Pengayaan dilakukan setelah melaksanakan penilaian.
a. Pembelajaran remedial dilakukan dengan pembelajrana ulang dengan
metode/media yang berbeda
b. Pemberian bimbingan perorangan
c. Pemberian tugas
d. Memanfatkan tutor sebaya

Singkil, 7 Juli 2018


Kepala SMKN 1 Kuala Baru Guru

Yudyo Setyo Nugroho, S.ST Vera Srimulyati, S.Pi


NIP.19861219 201103 100 2 -

Anda mungkin juga menyukai