PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Usaha budidaya ikan menunjukan perkembangan yang sangat pesat dari tahun
ketahun. Hal ini dapat diakibatkan oleh semakin bertambahnya kesadaran manusia
untuk mengkonsumsi ikan dan bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun. Jenis ikan
yang dibudidayakan juga semakin beragam, mulai dari ikan konsumsi hingga ikan hias.
Dalam usaha pemeliharaan ikan secara intensif makanan merupakan faktor penting
yang menentukan keberhasilan budidaya ikan. Oleh karena itu pemberian pakan yang
efektif dan efisien, dalam arti jenis, jumlah dan waktu pemberian yang tepat akan
menghasilkan pertumbuhan ikan yang optimal. Jenis – jenis makanan yang tepat dan
dapat diberikan pada ikan budidaya antara lain ada dua yaitu makanan alami (pakan
alami) dan makanan buatan (pakan buatan). Ketersediaan pakan yang cukup merupakan
faktor penting dalam budidaya ikan.
Segmen usaha dalam kegiatan budidaya ikan dikelompokkan menjadi tiga yaitu
pembenihan, pendederan dan pembesaran. Menurut definisi dari Wikipedia
pendederan adalah tahap pelepasan / penyebaran benih (baik tumbuhan atau ikan /
udang) ke tempat pembesaran sementara. Dalam pendederan ikan / udang, larva atau
ikan yang baru menetas disebar di akuarium atau kolam kecil dengan pengaturan
suasana air yang ketat (baik derajat keasaman, kebersihan, suhu, kadar oksigen, dan
sebagainya. Setelah hewan-hewan ini cukup besar, maka siap untuk disebar ke kolam
pembesaran. Pendederan dilakukan untuk melindungi tumbuhan/hewan sewaktu kecil
karena biasanya mereka rentan terhadap hama, penyakit, serta perubahan lingkungan
yang ekstrem.
1
ukuran 5 – 10 cm dengan masa pemeliharaan 2 – 4 bulan. Namun ada jenis ikan
tertentu seperti ikan gurame dengan laju pertumbuhan yang relatif lambat, membagi
masa pendederan menjadi beberapa tahapan.
Hasil pendederan kemudian dipelihara lagi (untuk ikan konsumsi) di wadah
pembesaran. Pendederan ikan air tawar tidak hanya dapat dilakukan di kolam tanah,
tambak dan bak beton tetapi juga dilakukan di keramba jaring apung.
C. Prasyarat
Sebelum mempelajari buku teks ini, peserta didik diharapkan :
1 Sehat jasmani dan rohani
2 Memiliki keinginan untuk bisa memahami dan menggali lebih banyak mengenai
informasi yang akan disampaikan
3 Mampu menganalisa materi yang akan disampaikan dengan sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang sesuai dengan scientific learning
D. Petunjuk Penggunaan
1. Prinsip – Prinsip Belajar
a. Berfokus pada peserta didik (student center learning)
b. Peningkatan kompetensi seimbang antara pengetahuan, keterampilan dan sikap
c. Kompetensi didukung empat pilar yaitu : inovatif, kreatif, efektif, dan produktif
2. Pembelajaran
a. Mengamati (melihat, mengamati, membaca, mendengar, menyimak)
b. Menanya (mengajukan pertanyaan dari yang factual sampai ke yang bersifat
hipotesis)
c. Mengeksplorasi / eksperimen (menentukan data yang diperlukan, menentukan
sumber data, mengumpulkan data)
d. Mengasosiasi (menganalisis data, menyimpulkan dari hasil analisis data)
e. Mengkomunikasikan (menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan,
tulisan diagram, bagan, gambar, atau media)
3. Penilaian/Asessmen
a. Penilaian dilakukan berbasis kompetensi
b. Penilaian tidak hanya mengukur kompetensi dasar tetapi juga kompetensi inti
dan standard kompetensi lulusan
c. Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat peserta didik sebagai instrument
utama penilaian kinerja peserta didik pada pembelajaran di sekolah dan industry
d. Penilaian dalam pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan dapat
dilakukan secara terpadu dengan proses pembelajaran
e. Aspek penilaian pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan meliputi
hasil belajar dan proses belajar peserta didik
f. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, observasi, tes
praktek, penugasan, tes lisan, portofolio, jurnal, inventori, penilaian diri, dan
penilaian antar teman.
g. Pengumpulan data penilaian selama proses pembelajaran melalui observasi juga
penting untuk dilakukan
h. Data aspek afektif seperti sikap ilmiah, minat, dan motivasi belajar dapat
diperoleh dengan observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman
E. Tujuan Akhir
Mata pelajaran teknik pendederan komoditas perikanan bertujuan untuk :
1 Menghayati hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya sebagai bentuk
kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Allah, SWT yang
menciptakannya
2 Mengamalkan pengetahuan dan keterampilan pada pembelajaran teknik
pendederan komoditas perikanan sebagai amanat untuk kemaslahatan umat
manusia
3 Menghayati sikap cermat, teliti dan tanggung jawab sebagai hasil implementasi
dari pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
4 Menghayati pentingnya kerjasama sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan
5 Menghayati pentingnya kepedulian terhadap kebersihan lingkungan
laboratorium / lahan praktek sebagai hasil implementasi dari pembelajaran
teknik pendederan komoditas perikanan
6 Menghayati pentingnya bersikap jujur, disiplin, serta bertanggung jawab sebagai
hasil dari implementasi pembelajaran teknik pendederan komoditas perikanan
7 Menjalankan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur, teliti,
cermat, tekun, hati – hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, kreatif, inovatif,
dan peduli lingkungan) dalam aktifitas sehari – hari sebagai wujud implementasi
sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi dalam mata pelajaran teknik
pendederan komoditas perikanan
8 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktifitas sehari – hari sebagai
wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan
F. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
A. Deskripsi
Pengelolaan kualitas air adalah ilmu yang mempelajari tentang upaya
pemeliharaan kualitas air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya.
Dalam kegiatan budidaya perairan, yang dimaksud dengan pengelolaan kualitas air
meliputi program kegiatan yang mengarahkan perairan budidaya pada keseimbangan
ekosistem perairan dalam suatu wadah yang terbatas, agar tercipta suatu kondisi
perairan yang menyerupai habitat alami biota air yang dibudidayakan, baik dari segi
sifat, tingkah laku, maupun secara ekologinya.
Air merupakan media kehidupan biota air yang sangat menentukan berhasil
tidaknya dalam suatu usaha budidaya perairan. Faktor penentu ini dikarenakan seluruh
kehidupan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara lain; untuk kebutuhan
respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang gerak. Kebutuhan
kondisi air ini sangat berpengaruh pada pengkondisian kualitas yang sesuai dengan
kebutuhan biota air.
Kualitas air pada kegiatan budidaya perairan mudah sekali berfluktuasi yang
dipengaruhi oleh aktifitas kehidupan biota air itu sendiri maupun oleh lingkungan
sekitarnya. Kecenderungan akibat pengaruh ini seringkali dapat menurunkan kualitas air
yang dapat menyebabkan terganggunya fisiologis biota air.Untuk memudahkan
pengelolaan dalam kualitas air, maka parameter kualitas air dibedakan dalam 3 bagian
yaitu berdasarkan fisika, kimia dan biologi.
Pengelolaan suatu kualitas air dilakukan dengan cara mengamati parameter-
parameter kualitas air yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dengan pemahaman yang baik
tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi dari parameter-parameter kualitas air
akan membantu dalam melakukan pengelolaan kualitas air yang sesuai untuk kegiatan
budidaya perairan.
Allah, SWT telah menciptakan alam semesta ini dengan segala keteraturannya.
Dalam kegiatan budidaya perairan, keteraturan itu selalu ada. Oleh karena itu, segala
sesuatu yang dipelajari dalam mata pelajaran pengelolaan kualitas air membuktikan
adanya kebesaran Allah, SWT. Untuk menciptakan lingkungan hidup yang baik bagi
biota air yang dipelihara dalam wadah budidaya, maka air sebagai media hidup harus
dikelola agar memenuhi standar kualitas dan kuantitas yang sesuai dan memenuhi
persyaratan. kebutuhan biota air tersebut. Untuk hal tersebut, maka perlu dilakukan
suatu pengelolaan kualitas air dengan baik.
B. Kegiatan Belajar
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
2. Uraian Materi
Lingkungan perairan sebagai tempat hidup atau media hidup organisme akuatik
merupakan salah satu aspek terpenting yang diperhatikan dalam melakukan budidaya
perairan. Demikian juga dalam kegiatan pendederan media menjadi sesuatu hal yang
sangat penting untuk diperhatikan, ini disebabkan karena kualitas perairan suatu wadah
budidaya sangat menentukan kehidupan organisme akuatik yang dibudidayakan, baik
dari aspek sumber air yang digunakan seperti parameter fisika, kimia dan biologi dan
interaksi antara ketiganya, juga perlu diketahui dan dipahami aspek-aspek yang
diperlukan dalam pengelolaan kualitas air. Parameter fisika merupakan parameter yang
dapat diamati akibat perubahan fisika air seperti cahaya, suhu, kecerahan, kekeruhan,
warna, padatan tersuspensi dan padatan terlarut hingga salinitas air. Sedangkan
parameter kimia perairan merupakan parameter perairan yang terukur akibat adanya
reaksi kimia di perairan, seperti pertukaran ion-ion terlarut dalam air. Parameter biologi
yang teramati di perairan merupakan organisme akuatik yang hidup bersama di perairan
budidaya dapat berupa tumbuhan maupun hewan dengan bentuk yang mikro maupun
makro.
1. Warna
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air. Air laut berwarna
karena proses alami, baik yang berasal dari proses biologis maupun non-biologis.
Produk dari proses biologis dapat berupa humus, gambut dan lain-lain, sedangkan
produk dari proses non-biologis dapat berupa senyawa-senyawa kimia yang
mengandung unsur Fe, Ni, Co, Mn, dan lain-lain. Selain itu, perubahan warna air laut
dapat pula disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan limbah berwarna. Air
laut dengan tingkat warna tertentu dapat mengurangi proses fotosintesa serta dapat
menganggu kehidupan biota akuatik terutama fitoplankton dan beberapa jenis bentos.
Warna pada air disebabkan oleh adanya partikel hasil pembusukan bahan
organik, ion-ion metal alam (besi dan mangan), plankton, humus, buangan industri, dan
tanaman air. Adanya oksida besi menyebabkan air berwarna kemerahan, sedangkan
oksida mangan menyebabkan air berwarna kecoklatan atau kehitaman. Kadar besi
sebanyak 0,3 mg/l dan kadar mangan sebanyak 0,05 mg/l sudah cukup dapat
menimbulkan warna pada perairan (peavy et al., 1985 dalam Effendi, 2003). Kalsium
karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan warna kehijauan pada
perairan. Bahan-bahan organik, misalnya tanin, lignin, dan asam humus yang berasal
dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan.
Pada lingkungan budidaya warna air yang didapati juga bermacam-macam,
antara lain dipengaruhi oleh kandungan plankton yang tergandung di dalam air baik
fitoplankton maupun zooplankton, larutan tersuspensi, dekomposisi bahan organik,
mineral maupun bahan lain yang terlarut dalam air. Warna air yang disebabkan oleh
dominasi plankton dapat mempengaruhi warna air, sehingga secara tidak langsung dari
warna perairan juga dapat menggambarkan kesuburan perairan. warna air yang
disebabkan oleh dominasi plankton antara lain:
Hijau, disebabkan oleh Dunaleilla dan Chlorella yang merupakan pakan alami
yang baik untuk biota budidaya, namun ada juga warna hijau yang didominasi
oleh Chaetomorpha
dan Enteromorpha yang memeiliki pengaruh kurang baik terhadap kehidupan
biota budidaya.
Hijau tua, disebabkan oleh dominasi Mycrocystis, Spirulina, Oscillatoria dan
Phormidium yang termasuk blue green algae. plankton ini mengindikasikan
banyaknya bahan organik dalamperairan seperti ammonia dan hydrogen sulfide,
sehingga perairan dengan warna ini kurang baik untuk kegiatan budidaya biota
air.
Kuning kecoklatan, disebabkan oleh Chaetocheros, Nitzchia, Gyrossigma dan
Skletonema atau yang termasuk Diatom. diatom akan tumbuh cepat pada
lingkungan yang bersuhu rendah.
Hijau kecoklatan, disebabkan karena kandungan Bacillariophyta, warna air ini
bagus untuk area pertambakan karena mengindikasikan banyaknya fitoplankton
yang dapat dimanfaatkan langsung oleh zooplankton.
Coklat kemerahan, disebabakan karean Peridinium dan Schizothrix calcicolla
atau dari jenis Phytoflagellata yang berbahaya karena beracun sebagian plankton
dapat mengeluarkan endotoksin yang merugikan biota budidaya. Bahan
anorganik juga sering memberikan warna-warna tertentu seperti kalsium
karbonat memberikan warna kehijau-hijauan, belerang dapat memberikan warna
hijau dan besi oksida memberikan warna merah. Ada beberapa warna-warna air
alami karena beberapa sebab:
1. Pada umumnya lautan berwarna biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari
yang bergelombang pendek (sinar biru) dipantulkan lebih banyak dari pada
sinar lain. Warna kuning, karena di dasarnya terdapat lumpur kuning,
misalnya Sungai Kuning di Cina.
2. Warna hijau, karena adanya lumpur yang diendapkan dekat pantai yang
memantulkan warna hijau dan juga karena adanya plankton-plankton dalam
jumlah besar.
3. Warna putih, karena permukaannya selalu tertutup es seperti di laut kutub
utara dan selatan.
4. Warna ungu, karena adanya organisme kecil yang mengeluarkan sinar-sinar
fosfor seperti di laut ambon.
5. Warna hitam, karena di dasarnya terdapat lumpur hitam seperti di laut hitam.
6. Warna merah, karena banyaknya binatang-binatang kecil berwarna merah
yang terapung-apung.
2. Intensitas Cahaya
Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi semua kehidupan organisme
perairan. Secara biologi cahaya sangat berperan penting, tanpa cahaya matahari semua
proses kehidupan tidak akan berlangsung dan tidak akan dijumpai bentuk-bentuk
kehidupan di muka bumi ini. Sedangkan dari sudut fisika, cahaya matahari merupakan
sumber energi bagi terjadinya arus, gelombang, pemanasan perairan dan lain-lain.
Sinar mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka gejala,
termasuk penglihatan, fotosintesa, dan pemanasan. Mata sensitif terhadap kekuatan
sinar yang berbeda-beda. Binatang-binatang mangsa mudah mengetahui pemangsanya
pada bulan terang daripada bulan gelap. Dalam hubungannya dengan fotosintesis,
intensitas dan panjang gelombang sinar sangat penting.
Radiasi matahari menentukan intensitas cahaya pada suatu kedalaman tertentu
dan juga sangat mempengaruhi suhu perairan. Variasi suhu harian atau tahunan dari
suatu perairan merupakan hasil dari (a) pancaran sinar, (b) penguapan (evaporasi) dan
(c) konduksi panas. Cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan sangat berarti bagi
proses kehidupan organisme. Tanpa cahaya matahari, proses fotosintesis tidak akan
berlangsung.
3. Suhu
Intensitas dan kualitas cahaya yang masuk ke dalam air dan yang diserap
menghasilkan panas. Dari sudut ekologi, energi panas ini dan hubungannya dengan hal-
hal yang terjadi di dalam air, merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan air sebagai suatu lingkungan hidup bagi hewan dan tumbuhan.
Suhu merupakan faktor fisika yang penting dimana-mana di dunia. Kenaikan
suhu mempercepat reaksi-reaksi kimiawi; menurut Hukum van't Hoff kenaikan suhu
10°C akan melipatgandakan kecepatan reaksi, walaupun hukum ini tidak selalu berlaku.
Misalnya saja proses metabolisme akan meningkat sampai puncaknya dengan kenaikan
suhu tetapi kemudian menurun lagi. Setiap perubahan suhu cenderung untuk
mempengaruhi banyaknya proses kimiawi yang terjadi secara bersamaan pada jaringan
tanaman dan binatang, karenanya juga mempengaruhi biota secara keseluruhan. Pada
proses penetasan telur suhu sangat berpengaruh terhadap lama waktu inkubasi telur,
contohnya pada ikan bandeng makin tinggi suhu air penetasan, makin cepat waktu
inkubasi. Pada suhu 29°C waktu inkubasi 27 – 32 jam dan pada suhu 31,5 oC waktu
inkubasi 20,5 – 22 jam.
Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur, karena
kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu air berubah-
ubah terhadap keadaan ruang dan waktu. Suhu perairan tropis pada umumnya lebih
tinggi daripada suhu perairan sub tropis utamanya pada musim dingin. Penyebaran suhu
di perairan terbuka terutama disebabkan oleh gerakan air, seperti arus dan turbulensi.
Penyebaran panas secara molekuler dapat dikatakan sangat kecil atau hampir tidak ada.
4. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan gambaran sifat optik air oleh adanya bahan padatan
terutama bahan tersuspensi dan sedikit dipengaruhi oleh warna air. Bahan tersuspensi
ini berupa partikel tanah liat, lumpur, koloid tanah dan organisme perairan
(mikroorganisme). Padatan tersuspensi tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga
menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk
fotosintesa.
Kekeruhan air atau sering disebut turbidty adalah salah satu parameter uji fisik
dalam analisis air. Tingkat kekeruhan air umumnya akan diketahui dengan besaran NTU
(Nephelometer Turbidity Unit) setelah dilakukan uji aplikasi menggunakan alat
turbidimeter. Apabila bahan tersuspensi ini berupa padatan organisme, maka pada batas-
batas tertentu dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran suatu perairan. Oleh
sebab itu kekeruhan dapat mempengaruhi/ menentukan:
Terjadinya gangguan respirasi,
Dapat menurunkan kadar oksigen dalam air,
Terganggunya daya lihat (visual) organisme akuatik
Terjadinya gangguan terhadap habitat.
Menghambat penetrasi cahaya ke dalam air
mengurangi efektifitas desinfeksi pada proses penjernihan air
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan, semakin tinggi
padatan tersuspensi yang terkandung dalam suatu perairan maka perairan tersebut
senakin keruh. kekeruhan pada perairan yang tergenang (lentik) lebih banyak
disebabkan oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus,
sedangkan pada sungai yang sedang banjir disebabkan karena adanya larutan
tersuspensi yang terbawa arus air.
5. Salinitas
Salinitas didefinisikan sebagai jumlah bahan padat yang terkandung dalam tiap
kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat diubah menjadi bentuk oksida,
bromida dan iodin diganti dengan klorida dan Satuan salinitas dinyatakan dalam gram
perkilogram, atau sebagai perseribu, yang lazim disebut “ppt”. Tiap daerah memiliki
kadar salinitas yang berbeda beda seperti di daerah tropis salinitasnya berkisar antara
30-35 o/oo, tetapi tidak terdapat pertambahan kadar garam. Kadar garam ini tetap dan
tidak berubah sepanjang masa.
Lalu mengapa kadar salinitas di setiap perairan berbeda, padahal kadar
garamnya tetap? Hal ini disebakan karena adanya distribusi salinitas di laut. Distribusi
ini terjadi secara vertikal dan horizontal. Distribusi salinitas dipengaruhi oleh beberapa
faktor utama, yaitu :
Pola sirkulasi air : membantu penyebaran salinitas
Penguapan (evaporasi) : semakin tinggi tingkat penguapan di daerah tersebut, maka
salinitasnya pun bertambah atau sebaliknya karena garam-garam tersebut tertinggal
di air contohnya di Laut Merah kadar salinitasnya mencapai 400/00.
Curan hujan (presipitasi) : semakin tinggi tingkat curah hujan di daerah tersebut,
maka salinitasnya akan berkurang atau sebaliknya hal ini dikarenakan terjadinya
pengenceran oleh air hujan.
Aliran sungai di sekitar (run off) : semakin banyak aliran sungai yang bermuara
pada laut maka salinitasnya akan menurun dan sebaliknya.
Berdasarkan perbedaan salinitasnya perairan dapat dibedakan menjadi 4 kelompok,
antara lain
Perairan tawar (fresh water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar
antara 0 – 5 ppt. contohnya pada air minum, air sungai, sumur, dsb
Perairan payau (brackish water) yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar
antara 5 – 30 ppt, contohnya pada daerah hutan bakau, muara sungai, dan daerah
tambak.
Perairan laut (saline water), yaitu perairan yang memiliki salinitas berkisar
antara 30 – 50 ppt. contohnya laut lepas
Perairan hipersaline (brine water), yaitu perairan yang memiliki salinitas > 50
ppt. contohnya laut yang dekat kutub
6. Kecerahan
7. Kecepatan Arus
Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan biotaperairan.
Arus dapat menyebabkan ausnya jaringan jazad hidup akibat pengikisanatau teraduknya
substrat dasar berlumpur yang berakibat pada kekeruhan sehinggaterhambatnya
fotosintesa. Pada saat yang lain, manfaat dari arus adalahmenyuplai makanan, kelarutan
oksigen, penyebaran plankton dan penghilanganCO2 maupun sisa-sisa produk biota
laut.
Manfaat dari arus bagi banyak biota adalah menyangkut penambahan makanan
bagi biota-biota tersebut dan pembuangan kotoran-kotorannya. Untuk alga kekurangan
zat-zat kimia dan CO2 dapat dipenuhi. Sedangkan bagi binatang, CO2 dan produk-
produk sisa dapat disingkirkan dan O2 tetap tersedia. Arus juga berperanan penting bagi
penyebaran plankton, baik holoplankton maupun meroplankton.
Terutama bagi golongan terakhir yang terdiri dari telur-telur dan burayak-
burayak avertebrata dasar dan ikan-ikan. Mereka mempunyai kesempatan menghindari
persaingan makanan dengan induk-induknya terutama yang hidup menempel seperti
teritip (Belanus spp.) dan kerang hijau (Mytilus viridis).
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar sungai.
Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai
dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat sungai. Adanya
pergerakan air ini, mengakibatkan terjadinya perputaran (sirkulasi) panas,zat-zat terlarut
dan jasad-jasad perairan.
8. Debit Air
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat lewat dalam suatu
tempat atau yang dapat di tampung dalam suatu tempat tiap satu satuan waktu. Aliran
air dikatakan memiliki sifat ideal apabila air tersebut tidak dapat dimanfaatkan dan
berpindah tanpa mengalami gesekan, hal ini berarti pada gerakan air tersebut memiliki
kecepatan yang tetap pada masing-masing titik dalam pipa dan gerakannya beraturan
akibat pengaruh gravitasi bumi.
Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah, tinggi permukaan air
sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengukurannya dilakukan tiap
hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air
(dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan
waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per
detik (m3/dt).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat
untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan
potensi sumberdaya air permukaan yang ada.
9. Padatan Tersuspensi Total (TSS)
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau
lebih besar dari ukuran partikel koloid. TSS menyebabkan kekeruhan pada air akibat
padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap. TSS terdiri dari partikel-
partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat,
bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya.
Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang,
bakteri dan jamur. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi
cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak
dapat dikonversi ke nilai TSS.
TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi
kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik
maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah zat
terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan)
harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer (2×10 -6 meter). Aplikasi
yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan pada pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan lain-
lain.
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian,
limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium,
fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion,
molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Kandungan TDS yang berbahaya adalah
pestisida yang timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total terlarut alami
berasal dari pelapukan dan pelarutan batu dan tanah. Batas ambang dari TDS yang
diperbolehkan di sungai adalah 1000mg/L. Peningkatan padatan terlarut dapat
membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat
pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain
itu, kuantitas makanan alami ikan akan semakin berkurang.
Parameter Kimia
Air tidak pernah terdapat dalam keadaan benar-benar murni. Bahan/unsur yang
terdapat di dalam air umumnya berasal dari tanah, udara dan metabolisme jasad air.
Unsur-unsur/bahan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu: (1) gas, (2)
unsur anorganik, dan (3) organik.Distribusi ketiga golongan unsur/bahan kimia tersebut
di atas, sangat menentukan sifat-sifat kimia air. Unsur-unsur/bahan kimia yang terdapat
dalam air ada yang dapat larut dan ada yang tidak larut. Pada umumnya unsur anorganik
merupakan unsur kimia yang dapat larut, kecuali unsur belerang (S). Oleh sebab itu di
dalam air, unsur-unsur tersebut digolongkan atas unsur “makro dan mikro”. Parameter
kimia yang berpengaruh terhadap kehidupan biota air antara lain :
1. Derajat Kemasaman (pH air)
Derajat keasaman sering dikenal dengan istilah pH (puissance negative de H)
yaitu logaritma dari kepekatan ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan.
Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai pH (derajat
keasaman) pada suhu tertentu atau dapat ditulis dengan persamaan pH = - log [H+]. Air
murni (H2O) berasosiasi secara sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H- dalam
konsentrasi yang sama dan membentuk kesetimbangan seperti:
Oleh karena itu, pH air murni memiliki nilai 7. Semakin tinggi konsentrasi ion
H+, maka ion OH- akan semakin rendah, sehingga pH mencapai nilai < 7 (perairan
asam). Sebaliknya, apabila konsentrasi ion OH- lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi ion H+, maka perairan tersebut sifatnya basa karena memiliki nilai pH > 7.
Ion hidrogen merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap faktor kimia
lainnya, seperti alkalinitas, kesadahan dan keasaman air. Kadar ion H atau pH dalam air
merupakan salah satu faktor kimia yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
organisme yang hidup dalam suatu lingkungan perairan. Tinggiatau rendahnya nilai pH
air tergantung pada beberapa faktor yaitu:
Konsentrasi gas-gas dalam air seperti CO2
Konsentrasi garam-garam karbonat dan bikarbonat
Proses dekomposisi bahan organik di dasar perairan.
Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum
(“general hardness” atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (“carbonate hardness” atau
KH). Disamping dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain
yaitu yang disebut sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total
merupakan penjumlahan dari GH dan KH. Kesadahan umum atau “General Hardness”
merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium
(Mg++) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai GH, akan
tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.
GH pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million/ satu persejuta
bagian) kalsium karbonat (CaCO3), tingkat kekerasan (dH), atau dengan menggunakan
konsentrasi molar CaCO3.
8. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan penyangga (buffer) perubahan pH air dan indikasi
kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air
untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. Alkalinitas
mampu menetralisir keasaman di dalam air, Secara khusus alkalinitas sering disebut
sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan
tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan
bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH.
Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tinggi adalah tingkat basa
tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi sedangkan alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan
kemampuan menerima proton tinggi.
Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung
pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan pengaruh sistem
buffer dari alkalinitas. Alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organik.
Sehingga alkalinitas diukur sebagai faktor kesuburan air. Perairan mengandung
alkalinitas ≥20 ppm menunjukkan bahwa perairan tersebut relatif stabil terhadap
perubahan asam/basa sehingga kapasitas buffer atau basa lebih stabil. Selain bergantung
pada pH, alkalinitas juga dipengaruhi oleh komposisi mineral, suhu, dan kekuatan ion.
Nilai alkalinitas alami tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3.
Perairan dengan nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh
organisme akuatik karena biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau
kadar garam natrium yang tinggi.Air dengan kandungan kalsium karbonat lebih dari 100
ppm disebut sebagai alkalin, sedangkan air dengan kandungan kurang dari 100 ppm
disebut sebagai lunak atau tingkat alkalinitas sedang. Alkalinitas optimal pada nilai 90-
150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur
yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak
membuat pH air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya.
Penyusun alkalinitas yang utama di perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-),
karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-). Kation utama yang mendominasi perairan
tawar adalahkalsium dan magnesium, sedangkan pada perairan laut adalah sodium dan
magnesium. Anion utama pada perairan tawar adalah bikarbonat dan karbonat,
sedangkan pada perairan laut adalah klorida. Persentase ion-ion utama yang terdapat
pada perairan tawar dan laut ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 3. Kation dan Anion Utama pada Perairan Tawar dan Laut
Persentase (%)
Ion – Ion Utama
Air Tawar Air Laut
Kation
Kalsium (Ca2+) 60,9 3,2
Magnesium (Mg2+) 19,0 10,1
Sodium / Kalsium (Na+) 16,6 83,7
Kalium (K+) 3,5 3,0
Anion
Bikarbonat (HCO3-) & Karbonat
72,4 0,6
(CO32-)
Amonia di perairan berasal dari sisa metabolisme (eksresi) hewan dan proses
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Pada kegiatan budidaya,
keberadaaan amonia dihasilkan dari aktivitas ekskresi biota sendiri dan proses
dekomposisi bahan organik dari sisa pakan dan kotoran selamapemeliharaan. Sumber
amonia lainnya di perairan adalah gas nitrogen dari proses difusi udara yang tereduksi
di dalam air. Amonia di perairan dapat dijumpai dalam bentuk amonia total yang
terdiridari amonia bebas (NH3) dan ion amonium (NH4+). Kesetimbangan antara kedua
bentuk amonia di atas bergantung pada kondisi pH dan suhu perairan. Berikut ini
adalah bentuk kesetimbangan gas amonia dan ion amonium di perairan:
Amonia di perairan akan ditemukan lebih banyak dalam bentuk ion amonium
jika pH perairan kurang dari 7, sedangkan pada perairan dengan pH lebih dari 7, amonia
bebas atau amonia tak terionisasi yang bersifat toksik terdapat dalam jumlah yang lebih
banyak. Tingkat toksisitas amonia tak-terionisasi tergantung pada kondisi pHdan suhu
di suatu perairan, sehingga kenaikan nilai pH dan suhu menyebabkan proporsi amonia
bebas di perairan meningkat.
Toksisitas amonia tak-terionisasi berbahaya bagi organisme akuatik,khususnya
bagi ikan. Karena konsentrasi NH3 bebas yang tinggi di perairan dapat menyebabkan
kerusakan insang pada ikan. Selain itu tingginya konsentrasi NH3 bebas dapat
menyebabkan meningkatnya kadar amonia dalam darah dan jaringan tubuh ikan,
sehingga dapat mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen serta
mengganggu kestabilan membran sel. Kadar amonia pada perairan alami tidak lebih dari
0.1 mg/liter. Kemudian jika konsentrasi ammonia tak-terionisasi lebih dari 0.2 mg/liter
akan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan.
Gambar 2. Penguraian Nitrogen dalam Perairan
11. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah ion–ion anorganik alami yang merupakan bagian dari siklus
nitrogen. Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea,
protein, dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti amonia, nitrit dan
nitrat. Nitrat dibentuk dari asam nitrit yang berasal dari amonia melalui proses oksidasi
katalitik. Nitrit juga merupakan hasil metabolisme dari siklus nitrogen. Nitrat dan nitrit
adalah komponen yang mengandung nitrogen berikatan dengan atom oksigen.
Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen di perairan yang dapatdimanfaatkan
oleh tumbuhan (fitoplankton dan alga) selain ion amonium dalammenunjang proses
pertumbuhan. Senyawa NO3-N sangat mudah larut dalam airdan bersifat stabil. Nitrat
nitrogen di perairan merupakan hasil dari proses oksidasi nitrogen secara sempurna
melalui proses nitrifkasi yang melibatkan bakteri, diantaranya; bakteri Nitrosomonas
yang mengoksidasi amonia menjadi nitrit, dan bakteri Nitrobacter yang mengoksidasi
nitrit menjadi nitrat. Berikut ini adalah proses oksidasi nitrogen menjadi nitrat:
Nitrosomonas
2NH3 + 3O2 -------> 2NO2- + 2H+ + 2H2O
Nitrobacter
2NO2- + O2 ---------> 2NO3-
Proses nitrifikasi sangat ditentukan oleh kondisi pH, suhu, kandungan
oksigenterlarut, kandungan bahan organik, dan aktivitas bakteri lain di perairan. Pada
perairan yang tidak tercemar biasanya kadar nitrat lebih tinggi dari kadar amonium.
Kadar NO3-N pada perairan alami biasanya tidak pernah melebihi nilai 0.1 mg/liter.
Kadar NO3-N di perairan mencapai nilai 0.2 mg/liter dapat menyebabkan eutrofikasi
yang berakibat pada tumbuh pesatnya fitoplanktondan alga. Kadar nitrat di perairan
dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat penyuburannya :
kadar nitrat antara 0 mg/liter hingga 1 mg/liter untuk perairan oligotrofik;
kadar nitrat antara 1 mg/liter hingga 5 mg/liter untuk perairan mesotrofik;
kadar nitrat 5 mg/liter hingga 50 mg/liter untuk perairan eutrofik.
Parameter Biologi
1. Plankton
Parameter biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk
kegiatan budidaya ikan adalah plankton, dan benthos sebagai organisme air yang hidup
di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
Plankton terkadang kita temukan terapung di permukaan air, di dasar kolam,
ataupun melayang – layang memenuhi air kolam. Plankton ini ada yang bergerak aktif
seperti hewan pada umumnya, tetapi ada pula yang bisa melakuka assimilasi
(photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di daratan. Jenis plankton yang dapat
bergerak aktif seperti hewan pada umumnya disebut zooplankton (plankton hewani),
sedangkan jenis plankton yang bisa melakukann asssimilasi seperti tumbuhan disebut
phytoplankton(plankton nabati).
Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat
diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk
kegiatan budidaya. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk
mempercepat perkembangan atau yang mematikan.
Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :
Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/biasa/tanpa
pertolongan mikroskop).
Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net
yang mata netnya 0,03 - 0,04 mm).
Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).
Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan
:
Limnoplankton (plankton air tawar/danau)
Haliplankton (hidup dalam air asin)
Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)
Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)
Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir,
sungai) Plankton dalam perairan berperan sebagai :
Penyedia makanan pemula bagi seluruh konsumen: zooplankton & anak ikan
Sumber oksigen terlarut (fotosintesis)
Fondasi dari siklus makanan di perairan
Indikasi pencemaran suatu perairan
2. Benthos
Benthos addalah organisme air yang hidupnya di dasar perairan. Benthos
biasanya dimanfaatkan untuk makanan ikan dan dapat dibudidayakan sebagai makanan
ikan antara lain cacing rambut atau tubifex dan larva Chironomus sp. Ciri – ciri benthos
secara umum antara lain adalah :
Berwarna merah darah karena banyak mengandung haemoglobin
Berbentuk seperti benang yang bersegmen - segmen
Peralatan
No Parameter Gambar
Pengukuran
Parameter Fisika
1 Intensitas Lux meter
Cahaya
2 Suhu Termometer
3 Kecerahan Secchi disk
8 Salinitas Refraktometer
9 Debit air Current meter
Parameter Kimia
12 Oksigen terlarut DO meter
15 pH (Derajat pH meter
keasaman)
16 Alkalinitas Titrasi
20 Kesadahan dH meter
Parameter Biologi
21 Kelimpahan Plankton net,
plankton Sadwick rafter
cell,
Haemacytometer
22 Kelimpahan Eidgmen grab
benthos
Parameter kimia air tidak hanya dapat diukur dengan menggunakan peralatan digital,
namun ada juga metode pengukuran kualitas air dengan menggunakan metode titrasi
atau pewarnaan. Berikut di bawah ini peralatan yang digunakan dalam pengukuran
parameter kualitas air dengan cara titrasi dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
6 Buret Tempat
menampung titran
pada saat titrasi
7 Erlenmeyer Untuk
menyimpan dan
memanaskan
larutan
Menampung
filtrate hasil
penyaringan
Menampung
titran hasil proses
titrasi
8 Beaker glass Untuk mengukur
volume yang
tidak memerlukan
ketelitian tinggi
Menampung zat
kimia,
memanaskan
cairan, media
pemanasan cairan
9 Gelas ukur Mengatur dan
mengukur volume
larutan yang tidak
memerlukan
ketelitian tinggi
dalam jumlah
tertentu
Warna air
Pada penentuan warna sejati, bahan-bahan tersuspensi yang dapat menyebabkan
kekeruhan dipisahkan terlebih dahulu. Filtrasi (penyaringan) bertujuan menghilangkan
materi tersuspensi dalam air tanpa mengurangi keaslian warna air. Sentrifugasi
mencegah interaksi warna dengan material penyaring. Warna sejati tidak dipengaruhi
oleh kekeruhan.
Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah suatu
perairan sudah tercemar atau belum. Warna perairan dapat pula dipengaruhi oleh biota
yang ada didalamnya, misalnya algae, plankton dan tumbuhan air. Air sungai pada
umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal ini karena dipengaruhi oleh adanya
pencucian badan sungai itu sendiri dan kadungan suspensi didalamnya. Warna perairan
diukur dengan metode organoleptik, pengamatan dengan kasat mata atau dengan Visual
Comparation Method yaitu dengan cara membandingkan air sampel dengan warna
standart yang dibuat dari unsur platinum (Pt) dan cobalt (Co). satuan dari warna adalah
unit PtCo. untuk kepentingan air minum sebaiknya memiliki nilai warna 5 – 15 PtCo.
air sampel yang berasal dari danau dengan warna kuning kecoklatan memiliki nilai
warna 200 – 300 PtCo. Semakin dalam kolom air maka akan menunjukkan nilai warna
yang semakin tinggi, hal ini disebabkan karena adanya bahan organik yang terlarut di
dasar perairan.
Intensitas Cahaya
Alat yang digunakan adalah Lux meter. Dimana alat tersebut disimpan di atas
permukaan air laut kemudian dicatat nilai yang ada pada Lux meter.
Suhu
Suhu air diukur dengan menggunakan thermometer yaitu dengan cara
mencelupkan sampai 3/4 panjang thermometer ke dalam air. Diusahakan agar tubuh
tidak menyentuh thermometer karena suhu tubuh dapat mempengaruhi suhu pada
thermometer. Setelah itu didiamkan beberapa menit sampai dapat dipastikan tanda
penunjuk skala berada dalam kondisi tidak bergerak. Kemudian menentukan nilai suhu
yang ditunjukkan pada thermometer tersebut dan mencatat hasilnya. Bila suhu perairan
semakin tinggi maka kadar O2 yang terlarut akan semakin rendah, demikian pula
sebaliknya.
Cara Kerja :
Dicatat suhu udara sekitar
Untuk air permukaan : Termometer dicelupkan ke dalam perairan, ditunggu
beberapa menit. Diangkat dan dicatat suhunya.
Untuk air di bawah : Sampel diambil dalam botol, kemudian termometer
dicelupkan ke dalam air tersebut, ditunggu beberapa menit. Diangkat dan dicatat
suhunya.
Kekeruhan
Untuk mengukur parameter kekeruhan dengan menggunakan turbidimeter dilakukan
dengan cara :
Botol yang berisi air sampel diaduk dengan cara dibolak-balik agar tidak terjadi
endapan,
Air sampel dipindahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 20-30 ml
Tabung reaksi dimasukkan ke dalam turbidimeter kemudian
Hasilnya dicatat.
Turbidimeter merupakan salah satu alat yang berfungi untuk mengukur tingkat
kekeruhan air. Turbidimeter merupakan alat yang memiliki sifat optik akibat dipersi
sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya. yang dipantulkan terhadap
cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi
konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan. Ada 2 jenis Turbidimeter umum yang
sering dipakai sekarang yaitu :
Bech top dan portabel digunakan untuk menganalisa sampel ambil atas unit Bech
biasanya digunakan sebagai laboratorium stasioner instrumen dan tidak
dimaksudkan untuk menjadi portabel.
On-line instrumen biasanya dipasang di lapangan dan terus-menerus menganalisa
aliran sampel tumpah off dari proses unit sampling.
Penggunaan alat turbidimetri ini yaitu menyimpan sampel atau standart pada
botol kecil/botol sampel. Sebelum alat digunakan terlebih dahulu diset, dimana angka
yang tertera harus 0 atau dalam keadaan netral, kemudian lakukan pengukuran dengan
menyesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai
yang tertera pada layar pada turbidimeter sesuai dengan nilai standart. Setelah itu
sampel dimasukkan pada tempat pengukuran sampel yang ada pada turbidimeter,
hasilnya dapat langsung dibaca skala pengukuran kekeruhan tertera pada layar dengan
jelas. Akan tetapi pengukuran sampel harus dilakukan sebanyak 3 kali dengan menekan
tombol pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan agar pengukuran tepat atau
valid, dan hasilnya langsung dirata-ratakan.
Dasar dari analisis turbidimetri adalah pengukuran intensitas cahaya yang
ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase terdispersi, bilamana cahaya
dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi radiasi yang jatuh dihamburkan
dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan ditranmisikan. Pada alat
turbidimeter yang dipraktikan aplikasinya ini cahaya masuk melalui sample air
kemudian sebagian diserap dan sebagian diteruskan, cahaya yang diserap itulah yang
merupakan tingkat kekeruhan. Maka jika semakin banyak cahaya yang diserap maka
semakin keruh cairan tersebut. Menurut WHO (World Health Organization).
Salinitas
Salinitas dapat diukur dengan menggunakan alat refraktometer. Refraktometer
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut misalnya
: Gula, Garam, Protein dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah dengan memanfaatkan refraksi cahaya.
Salinitas diukur dengan alat refraktometer dengan cara :
Refraktometer yang akan digunakan dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara
meneteskan aquades ke kaca depan refraktometer.
Amati kadar salinitas dari lensa belakang hingga menunjukkan angka 0 dengan
sambil memutar bagian kalibrasinya dengan menggunakan obeng kecil di bagian
atas refraktometer.
Bersihkan kaca depan refraktometer dengan mengguakan tisu hingga benar-
benar bersih sebelum digunakan untuk mengamati kadar salinitas sampel.
Air sampel diambil secukupnya, lalu diteteskan pada kaca depan refraktometer,
Kemudian diamati melalui lensa belakang,
Penunjukan nilai salinitas pada alat tersebut,dicatat.
(a) (b)
Kedalaman
Pengukuran kedalaman perairan dapat menggunakan tongkat berskala atau
meteran tali berskala tergantung dari lokasi sampling. Bila kedalaman lebih dari 2 meter
maka disarankan menggunakan tali berskala. tongkat berskala dapat dibuat sendiri
dengan menempelkan meteran pada tongkat kayu. tali berskala juga dapat dibuat sendiri
dengan bantuan meteran yang diikat pada pemberat. tujuan digunakan pemberat pada
tali adalah supaya tali tidak terbawa arus dan kedalaman yang terukur dalam keadaan
tegak dengan dasar perairan.
Kecepatan Arus
Pergerakan air atau arus air diperlukan untuk ketersediaannya makanan bagi
jasad renik dan oksigen. Selain itu untuk menghindari karang dari proses pengendapan.
Adanya adukan air yang disebabkan oleh adanya pergerakan air akan menghasilkan
oksigen di dalam perairan tersebut. Pada umumnya bila suatu perairan mempunyai arus
yang cukup deras maka kadar oksigen yang terlarut juga akan semakin tinggi.
Alat :
Current meter atau benda yang terapung (bola pingpong)
Roll meter
Stop watch
Tali rafia
Ranting kayu
Cara Kerja :
Setiap 100 meter perairan tersebut diberi tanda dengan ranting kayu searah
aliran air.
Bola pingpong yang telah diikat dengan tali rafia diletakkan di atas permukaan
air berbarengan dengan dijalankannya stop watch.
Kecepatan gerakan bola tiap 100 meter dicatat.
Percobaan diulangi hingga beberapa kali dan dirata-rata.
Perhitungan :
Kecepatan arus
Debit air
Debit air adalah volume aliran air per satuan waktu. Debit air dipengaruhi oleh
luas penampang perairan dan kecepatan arus.
Alat :
Roll meter
Bandul logam
Bola pingpong
Cara Kerja :
Diukur lebar dan panjang perairan, lebar dan panjang perairan tersebut dibagi
rata untuk beberapa titik.
Kemudian pada tiap titik diukur kedalamannya dengan bandul logam untuk
kemudian dibuat gambar penampang perairan dan diukur luas perairan tersebut
(A m2).
Dihitung juga kecepatan arus air dengan mengunakan bola pingpong.
Perhitungan : Q = A x V
Padatan Tersuspensi Total dan Padatan Terlarut Total (TSS dan TDS)
Padatan tersuspensi total atau Total Suspended Solid (TSS) adalah bahan-bahan
tersuspensi dan tidak terlarut dalam air, bahan-bahan ini tersaring pada kertas saring
Millipore dengan ukuran pori-pori 0,45 µm. Sedangkan Padatan terlarut total adalah
bahan-bahan terlarut yang tidak tersaring dengan kertas saring Millipore dengan ukuran
pori-pori 0,45 µm. Cara pengukuran TSS dilakukan dengan gravimetric yang terdiri dari
kegiatan penyaringan, penguapan dan penimbangan biasanya pengukurannya digabung
dengan pengukuran Padatan terlarut total atau Total Disolved Solid (TDS).
Alat dan Bahan :
Kertas saring/Filter Millipore dengan porositas 0,45 µm
Vacum pump
Timbangan
Cawan porselin
Oven
Desikator
500 mL sampel air
Gelas piala, gelas ukur dan corong
Cara Kerja Pengukuran TSS:
Siapkan filter dan vacuum pump. saring 2 x 20 ml akuades, biarkan
penyaringan berlanjut sampai 2 – 3 menit untuk mengisap kelebihan air
keringkan kertas saring dalam oven selama 1 jam pada temperature 103 – 105
°C, diinginkan dalam desikator, lalu timbang (B gr)
ambil 100 ml air sampel dengan kertas ukur, aduk, kemudian saring dengan
menggunakan kertas saring (filter) yang telah ditimbang pada prosedur no 2
keringkan filter dan residu dalam oven 103 – 105 °C selama paling sedikit 1
jam, dinginkan dalam desikator, timbang (A gr)
Perhitungan :
=….mg/L
Keterangan =
A = Berat (mg) filter dan residu
B = Berat (mg) filter
Cara Kerja Pengukuran TDS :
siapkan filter (Millipore dengan porousity 0,45 µm atau yang setara) rendam
dalam aquades selama 24 jam dan biarkan kering
panaskan mangkuk porselen bersih pada tanur suhu 550 °C atau oven 103 – 105
°C selama 30 menit
dinginkan dalam desikator dan timbang (D mg)
saring air sampel 100 ml dengan menggunakan vacuum pump, tuang air
tersaring ke dalam mangkuk porselen
uapkan mangkuk tersebut di atas hot plate hingga kadar air berkurag, lalu
keringkan pada oven 105 °C selama 1 jam
dinginkan mangkuk porselen dan residu dalam desikator kemudian timbang (R
mg)
Perhitungan :
TDS
Keterangan =
R = Berat (mg) mangkuk dan
residu D = Berat (mg) mangkuk
Pengukuran Parameter Kimia
pH air
Gambar 7. Kertas pH
Kertas pH
Bahan :
a. Kertas pH
b. Lembar kerja
Langkah Kerja :
a. Ambil kertas pH yang belum terpakai
b. Celupkan beberapa saat (2 – 3 menit) dalam perairan yang akan diukur nilai
pHnya
c. Angkat kertas pH dan lihat warna yang tampak
d. Bandingkan warna kertas pH hasil pengukuran dengan indicator warna pada
kemasan kertas pH
e. Indikator warna yang sama menunjukkan nilai pH pada perairan tersebut
f. Catat hasil pengukuran dalam lembar kerja
pH Meter
pH meter adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur pH suatu
larutan. Elektroda pada pH meter dicelupkan pada larutan yang akan diuji pH nya. pH
meter akan menunjukkan pH larutan tersebut secara otomatis. Prosedur pengukurannya
sebagai berikut :
Alat :
a. pH meter
b. Alat tulis
Bahan :
a. Media / Sampel
b. Lembar kerja
Langkah kerja :
a. Ambil pH meter dan pastikan dalam kondisi baik
b. Buka penutup pH meter hingga ujung sensor terlihat
c. Kalibrasi pH meter dengan cara sesuai yang tercantum dalam buku manual alat
d. Kemudian celupkan sensor pada perairan yang akan di ukur pHnya
e. Geser tombol di ujung pH meter hingga menunjuk posisi „ON‟ dan muncul
angka pada layar monitor
f. Diamkan beberap saat daalam perairan hingga angka diam / kondisi stabil
g. Angka yang tertera merupakan hasil pengukuran pH di perairan tersebut
h. Catat hasilnya dalam lembar kerja
Gambar 8. pH Meter
Pemeliharaan pH Meter
pH meter harus dirawat secara berkala untuk menjaga umur pakai dari alat
tersebut. Pemeliharaannya meliputi penggantian batere dilakukan jika pada layer
muncul tulisan low battery Pembersihan elektroda bisa dilakukan berkala setiap
minimal 1 minggu sekali. Pembersihannya menggunakan larutan HCl 0.1 N (encer)
dengan cara direndam selama 30 menit kemudian dibersihkan dengan aquadest. Ketika
tidak dipakai, elektroda utama bagian gelembung gelasnya harus selalu berada pada
keadaan lembab. Oleh karena itu, penyimpanan elektroda disarankan selalu direndam
dengan menggunakan aquadest. Penyimpanan pada posisi kering akan menyebabkan
membran gelas yang terdapat pada gelembung elektroda akan mudah rusak dan
pembacaannya tidak akurat. Ketika disimpan, pH meter tidak boleh berada pada suhu
ruangan yang panas karena akan menyebabkan sensor suhu pada alat cepat rusak.
Oksigen terlarut adalah jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air. oksigen
terlarut dalam air dapat berasal dari proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tanaman
air atau dari difusi udara. kadar oksigen terlarut dapat ditentukan dengan cara titrasi
maupun alat ukur elektronik DO meter.
Metode Titrasi dengan cara Winkler
Cara winkler yang didasarkan pada dua reaksi oksidasi – reduksi digunakan
secara meluas dan merupakan cara standar dalam penentuan oksigen terlarut. Cara ini
berdasarkan pada kenyataan bahwa natrium oksida bereaksi dengan mangan sulfat,
menghasilkan endapan putih dan mangan hidroksida.
MnSO4 + 2NaOH------> Mn(OH)2 + Na2SO4
Dengan adanya oksigen dalam larutan yang sangat basa, mangan hidroksida putih
dioksidasi menjadi mangan oksihidrat (coklat). Jadi jumlah oksigan yang kira-kira ada
dapat diperkirakan dari intensitas warna coklat dari endapan. Dalam media yang sangat
asam, ion-ion mangan dibebaskan dan bereaksi dengan ion-ion yod bebas dari kalium
yodida membentuk yod bebas. Jumlah yod bebas ekuivalen dengan jumlah oksigen
yang ada dalam sampel. Jumlah yod dapat ditentukan melaui titrasi dengan natrium
tiosulfat.
Pereaksi
Larutan Mangan Sulfat ( MnSO4.4H2O) larutkan 48 gram atau 40 gram MnSO4.
2H2O dalam sedikit air suling . Buatlah menjadi 100 ml air suling. Mangan klorida
dapat digunakan selain mangan sulfat Larutan mangan klorida dapat disiapkan
dengan melarutkan 100 gram kristal mangan klorida tetrahidrat murni dalam 200
ml air suling.
Yodida Alkali (Pereaksi Winkler). Larutkan 50 gram NaOH dan 13,5 gram NaI
atau 15 gram KI dalam 100 air suling.
Asam Sulfat Pekat.
Larutan Baku Natrium Tiosulfat (Na2S2O3.5H2O) 0,1 N. Larutkan 24,83 gram
natrium tiosulfat dalam sedikit air suling, masukkan dalam labu takar 1 liter dan
tambahkan air suling sampai tanda batas. Tambahkan kedalam larutan tiosulfat 5
ml kloroform untuk mencegah kerusakan larutan
Penitrasi ( Na2S2O3) 1/80 N (0,0125 N). Encerkan dari larutan induk tiosulfat
12,5 ml larutan baku menjadi 1 liter dengan air suling.
Larutan Kanji. Encerkan 30 ml larutan KOH 20 % menjadi 400 ml dengan air
suling. Tambahkan 2 gram kanji didalamnya. Aduk sampai larutan menjadi hamper
bening. Diamkan larutan selama 1 jam. Secara bertahap tambahkan asam klorida.
Periksalah pH sesering mungkin sampai larutan menjadi netral. Tambahkan 1 ml
asam asetat glacial.
Prosedur pengukuran oksigen terlarut dengan metode Titrasi (Winkler)
Alat :
Botol Winkler
Pipet tetes
Perangkat titrasi
Pipet volume
Bahan :
Air sampel
Iodida alkali (perekasi Winkler)
H2SO4 pekat
Larutan Mangan sulfat/ MnSO4 48 %
Natrium tiosulfat 0,025 N
Indikator amylum 1 %
Cara Kerja :
Ditambahkan kedalamnya 1 mL MnSO4 dan 1 mL reagen Winkler, lalu dikocok dan
ditunggu hingga terbentuk endapan.
Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat, dikocok hingga endapan larut.
Diambil 50,0 mL sampel tersebut, dititrasi dengan larutan Natrium tiosulfat 0,025
N sampai berwarna kuning muda pucat.
Ditambahkan indikator amilum (biru).
Dititrasi kembali dengan larutan Natrium tiosulfat, dari biru sampai menjadi
bening.
Dicatat berapa mL Natrium tiosulfat yang dipakai.
Perhitungan :
Kesadahan Total
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Air
sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air
lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain ion kalsium dan magnesium,
penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam
bikarbonat dan sulfat.
Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun.
Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun
tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air
total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO 3. Air sadah
digolongkan menjadi 2 jenis berdasarkan jenis anion yang iikat oleh kation (Ca 2+, Mg2+)
yaitu:
Air sadah sementara
Mengandung garam hidrokarbonat seperti Ca(HCO3)2 dan atau Mg(HCO3)2.
Air sadah sementara dapat dihilangkan kesadahannya dengan cara memanaskan
air tersebut sehingga garam karbonatnya mengendap, reaksinya:
Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg (HCO3)2 (aq) MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Selain dengan memanaskan air, sadah sementara juga dapat dihilangkan
kesadahannya dengan mereaksikan larutan yang mengandung Ca(HCO3)2 atau
Mg (HCO3)2 dengan kapur (Ca(OH)2):
Ca(HCO3)2 (aq) + Ca(OH)2 (aq) –>2CaCO3 (s) + 2H2O (l)
Alkalinitas
Alkalinitas merupakan konsentrasi total dari unsur basa yang terkandung dalam
air dan biasa dinyatakan dalam mg/liter atau setara dengan kalsium karbonat (CaCO3).
Dikatakan bahwa alkalinitas dalam air tawar sangat berperan penting karena alkalinitas
tidak hanya berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan plankton, tapi juga
mempengaruhi parameter-parameter lainnya. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk
menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai PH larutan. Alkanitas merupakan
hasil dari reaksi-reaksi dalam larutan sehingga merupakan sebuah analisa “makro” yang
menggabungkan beberapa reaksi. Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion
karbonat, bikarbonat, hidroksida (OH-) dan juga borat, fosfat, silikat dan sebagainya.
Dalam air sifat alkalinitas sebagian besar disebabkan oleh adanya bikarbonat dan
sisanya oleh karbonat dan hidroksida (OH-).
Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap pH
perairan yang terdiri atas anion-anion seperti anion bikarbonat (HCO3-), karbonat
(CO32-) dan hidroksida (OH-). Borat (H2BO3-), silikat (HSiO3-), fosfat (HPO4 2- dan
H2PO4-) sulfide (HS-) dan amonia (NH3) dalam perairan yang dapat menetralkan
kation hydrogen. Namun pembentuk alkalnitas yang utama adalah bikarbonat, karbonat
dan hidroksida . Pengukuran alkalinitas dapat dilakukan dengan metode titrasi
Alat :
Labu erlenmeyer 250 mL
Buret volume 50 mL
Gelas ukur
Pipet
Bahan :
Larutan PP (Phenol Ptalein)
Larutan MO (Methyl Orange)
Larutan peniter H2SO4 0.02 N
Cara kerja :
1. Siapkan semua alat yang digunakan
2. Ambil air sampel 100 mL dan berikan 5 tetes PP
3. Apabila tidak berwarna, maka tidak ada PP alkalinitas. Tambahkan MO
kemudian titrasi dengan larutan H2SO4 dari warna kuning sampai warna orange
kemudian hitung larutan H2SO4 yang digunakan (M)
4. Apabilla berwarna, maka langsung titrasi dengan larutan H2SO4 sampai
berwarna kuning. Lalu hitung larutan H2SO4 yang digunakan (P) kemudian
masukkan MO, lalu titrasi dengan larutan H 2SO4 sampai warna orange. Hitung
larutan H2SO4 yang digunakan (B)
5. Perhitungan total alkalinitas adalah sebagai berikut :
Total Alkalinitas
Keterangan :
M = Volume peniter (H 2SO4 mL)
P = Volume peniter (H 2SO4 mL)
B = Volume peniter (H2SO4 mL)
N = Normalitas peniter (H2SO4) 0.02 N
V = Volume air sampel
50 = Berat molekul CaCO3
1000 = Jumlah liter ke mililiter
Perhitungan :
1 tetes asam sulfat = 1 ppm
Gambar 10. Pengukuran Alkalinitas dengan Metode Titrasi
Fosfat
Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah sebagai senyawa ortofosfat,
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam bentuk
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel organisme dalam air. orthophosphate
adalah phosphate anorganik, merupakan salah satu bentuk phosphor (P) yang terlarut
dalam air. Orthophospate adalah bentuk phosphor yang dapat langsung dimanfaatkan
oleh organisme nabati (fitoplankton dan tumbuhan air).
Banyaknya konsentrasi ortofosfat dalam air contoh dapat terukur dengan
menggunakan prinsip spektrofotomerik yang dilakukan di labortorium. Agar dapat
terbaca oleh mesin spektrofotometer, ortofosfat dalam 10 ml air contoh yang telah
disaring harus direaksikan terlebih dahulu dengan beberapa senyawa kimia. Akan tetapi
reaksi ini harus berjalan dibawah pH 8.3. Oleh karena itu, air contoh diberikan 1 atau 2
tetes indikator phenolphthalein sebagai penunjuk pH. Bila muncul warna merah muda
setelah diberi indicator (artinya pH>8.5), maka pH air contoh diturunkan dengan cara
menambahkan H2SO4 encer sampai warnanya berubah menjadi bening (pH<8.3).
Setelah itu air contoh tersebut direaksikan dengan 1.6 ml combine reagent yang terdiri
atas H2SO4 5 N, potasium antimonil tartat, amonium molibdat, dan asam askorbat.
Kemudian ditutup rapat dan didiamkan selama 10 menit. Lalu absorbansi warna air
contoh (biru) diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 880 nm. Warna
biru yang ditimbulkan merupakan akibat terbentuknya senyawa amonium fosfomolibdat
tereduksi. Kemudian Absorbansi air contoh disesuaikan dengan absorbansi akuades
(blanko) dan konstanta perhitungan (APHA, 1989).
Alat :
Spektofotometer
pipet tetes
Bahan :
Ammonium Molybdate; (NH4)8MO7O24.4H2O
Asam borat 1 %; H3BO3
Asam sulfat 2,5 M; H2SO4
Asam ascorbic 1 %
Kertas saring Whatman no. 42
Cara Kerja :
Mengambil sampel air yang dengan menggunakan pipet 2,0 yang telah disaring,
lalu memasukkan ke dalam tabung reaksi.
Menambahkan 2,0 ml H3BO3 1%, lalu mengaduknya.
Menambahkan 3,0 ml larutan pengoksid fosfat (campuran antara Asam sulfat 2,5
M, asam ascorbic & ammonium molybdate) lalu mengaduknya. Dan biarkan satu
jam, agar terjadi reaksi yang sempurna.
Membuat larutan blanko dari 2,0 ml akuades dengan melakukan prosedur b dan c
Memilih program pengukuran fosfat pada alat spektrofotometer
Memasukkan ke dalam kuvet larutan blanko yang telah dibuat kemudian
memasukkan kuvet ke alat Spektrofotometer kemudian menekan “Zero”
Setelah itu memasukkan kuvet yang berisi contoh air yang telah dipreparasi
kemudian menekan “Read”
Mencatat nilai fosfat yang diperoleh dalam satuan mg/L
Gambar 11. Pengukuran Kualitas Air dengan Menggunakan Spektofotometer
Plankton
Secara umum keberadaan plankton di perairan akan dipengaruhi oleh tipe
perairannya (mengalir atau tergenang), kualitas kimia dahn fisika perairan (misalnya
suhu, kecerahan, arus, pH, kandungan CO2 bebas dsb) dan adanya kompetitor
pemangsa plankton. Pada perairan tergenang keberadaan plankton akan berbeda dari
waktu ke waktu dan berbeda pula dalam menempati ruang atau badan air, sedangkan
pada perairan mengalir unsur waktu dan ruang relative tidak berperan nyata. Hal ini
menyebabkan pengambilan sampel untuk pengamatan parameter biologi perairan
berbeda-beda.
Pengambilan sampel air untuk pengamatan parameter plankton terdiri dari
beberapa metode, yaitu :
penyaringan (filtration method) dengan menggunakan plankton net dengan ukuran
mata jaring disesuaikan dengan klasifikasi plankton yang diinginkan. jumlah air
yang tertampung bervariasi 5 – 50 l tergantung dari kepadatan plankton yang dapat
dilihat dari warna air. Sampel diambil dengan menggunakan alat sampling dengan
volume tertentu, kemudian di saring dengan menggunakan planktonnet. sampel
plankton yang tertampung dalam saringan dipindahkan ke dalam botol koleksi lalu
diawetkan dengan menggunakan formalin atau alcohol sebelum dilakukan
identifikasi plankton di bawah mikroskop.
pengendapan air contoh (sedimentation method) dengan menggunakan tabung
penampung
centrifuge cara ini kurang diminati karena tidak portable
Pengamatan plankton sebagai parameter biologi umumnya meliputi
keanekaragaman plankton dan kelimpahan plankton yang terkandung dalam suatu
perairan. perhitungan kelimpahan plankton dapat menggunakan :
Haemocytometer, pengamatan dengan alat ini ditujukan bagi phytoplankton atau
plankton mikroskopik, pada mikroskop dengan perbesaran 100 x. Biasa digunakan
untuk perhitungan (counting) Fitoplankton dengan ukuran < 10 µm.
(a) (c)
(b)
Gambar 12. (a) Haemocytometer (b) Perbesaran Penampang Untuk Menghitung
Sampel Plankton (c) Titik Pengamatan Kelimpahan Plankton
Sedgwick rafter cell, pengamatan dengan alat ini ditujukan bagi Mikrozooplankton
dan Fitoplankton dengan menggunakan mikroskop binokuler perbesaran 100
Teteskan sampel ke dalam ruang sr hingga terisi penuh, lalu tutup dengan cover
Dalam sekali pengamatan sr berisi 1 ml, lakukan identifikasi minimal 3 kali
pengamatan tergantung dari volume plankton yang diamati
Catat jenis dan jumlah plankton setiap individu yang ditemukan
Perhitungan :
Bahan :
Formalin 2-5%
Cara kerja :
Ambil sampel plankton yang akan diamati dengan menggunakan plankton
net
Gunakan ember volume 10 liter untuk mengambil sampel air, banyaknya
pengambilan tergantung dari kekeruhan air, bila air keruh lakukan 2-3 kali
pengambilan dengan ember penuh, jika perairan relative bening lakukan 5-
10 kali pengambilan sampel
Tuangkan air dalam ember ke dalam plankton net yang telah dipasang flakon
(botol sampel) catat volume flakon terlebih dahulu.
Setelah dilakukan penyaringan dengan plankton net pindahkan sampel ke
dalam botol koleksi, tambahkan 2-4 tetes formalin 4%
Pengamatan kelimpahan plankton menggunakan sr dengan cara mengocok
botol sampel terlebih dahulu
Teteskan sampel ke dalam ruang sr hingga terisi penuh, lalu tutup dengan
cover
Dalam sekali pengamatan sr berisi 1 ml, lakukan identifikasi minimal 3 kali
pengamatan tergantung dari volume flakon yang diamati
Catat jenis dan jumlah plankton setiap individu yang ditemukan
Perhitungan :
Indeks Keanekaragaman Shannon (H‟). Famili dan spesies plankton yang dominan
dinyatakan dalam rumus (Southwood 1989 dalam Subandiyo, 1992):
H’ = - ΣPi log Pi
dimana Pi = n/N
Keterangan:
n : jumlah individu pada i spesies
N: jumlah total individu
Bahan :
Formalin 2-5%
Cara kerja :
Ambil sampel plankton yang akan diamati dengan menggunakan plankton net
Gunakan ember volume 10 liter untuk mengambil sampel air, banyaknya
pengambilan tergantung dari kekeruhan air, bila air keruh lakukan 2-3 kali
pengambilan dengan ember penuh, jika perairan relative bening lakukan 5-10
kali pengambilan sampel
Tuangkan air dalam ember ke dalam plankton net yang telah dipasang flakon
(botol sampel) catat volume flakon terlebih dahulu.
Setelah dilakukan penyaringan dengan plankton net pindahkan sampel ke dalam
botol koleksi, tambahkan 2-4 tetes formalin 4%
Pengamatan kelimpahan plankton menggunakan sr dengan cara mengocok botol
sampel terlebih dahulu
Teteskan sampel ke dalam ruang sr hingga terisi penuh, lalu tutup dengan cover
Dalam sekali pengamatan sr berisi 1 ml, lakukan identifikasi minimal 3 kali
pengamatan tergantung dari volume flakon yang diamati
Catat jenis dan jumlah plankton setiap individu yang ditemukan
Perhitungan :
Dominasi jenis ditentukan dengan menggunakan indeks dominasi Simpson (Barus
2001), dengan persamaan:
Keterangan:
C = indeks dominansi simpson
ni = Jumlah individu spesies ke-
i N = Jumlah total individu
Interaksi Antara Parameter Kualitas Air (Fisika, Kimia, Biologi) Pada Wadah
Pendederan Ikan
Beberapa parameter kualitas air baik biologi, fisika maupun kimia satu dengan
yang lainnya memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya baik berbanding
lurus maupun berbanding terbalik. Sehingga sebagai pelaku budidaya sangat penting
mengetahui interaksi antara parameter kualitas air baik biologi, fisika maupun kimia
pada kegiatan budidaya khususnya kegiatan pendederan sehingga dapat dilakukan
manajemen kualitas air dengan baik dan tepat sehingga kegiatan budidaya dapat
berhasil dengan baik.
Interaksi yang cukup jelas dapat dilihat pada suhu air, suhu air sangat
berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut di dalam air. Jika suhu tinggi, air akan
lebih cepat jenuh dengan oksigen disbanding dengan suhu rendah. Peningkatan suhu air
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatisasi serta
penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, dan CH4.
Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam
perairan,sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air,
maka kelarutan oksigen akan berkurang. Peningkatan suhu perairan 10°C
mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3
kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik meningkat.
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian,
limbah rumah tangga, dan industry. Peningkatan TDS dapat membunuh ikan secara
langsusng, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta
perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan. Selain itu, dapat menurunkan
kuantitas makanan alami ikan.
Pada pH perairan, secara alamiah dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida
(CO2) dan senyawa bersifat asam. Perairan umum dengan aktivitas fotosintesis dan
respirasi organisme yang hidup didalamnya akan membentuk reaksi berantai karbonat –
karbonat sebagai berikut:
Semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari hasil respirasi, reaksi bergerak ke kanan dan
secara bertahap melepaskan ion H+ yang menyebabkan pH air turun. Reaksi sebaliknya
terjadi pada peristiwa fotosintesis yang membutuhkan banyak ion CO2, sehingga
menyebabkan pH air naik. Pada peristiwa fotosintesis, fitoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesis sehingga
mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada waktu malam hari.
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh
hewan budidaya. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai
akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernafasan menurun, aktifitas
pernafasan naik dan selera makan akan berkurang, hal sebaliknya terjadi pada suasana
basa. Atas dasar ini maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan
pH 6,5 – 9,0 dengan kisaran optimal 7,5 – 8,7.
Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh factor suhu.
Kelarutan gas oksigen pada suhu rendah relative lebih tinggi. Hubungan antara suhu
dengan kelarutan oksigen dalam air dapat dilihat pada tabel berikut :
Suhu (o C) O2 (mg/liter)
0 14.62
5 12.80
10 11.33
15 10.15
20 9.17
25 8.38
30 7.63
Kelarutan oksigen tersebut berlaku untuk air tawar, sedangkan kelarutan oksigen pada
air laut relatif lebih rendah 1–5 ppm dari angka tersebut di atas karena pengaruh
salinitas (kadar garam). Kadar garam ini mempengaruhi kelarutan gas-gas air.
Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu,
kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan air, luas daerah
permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer dan persentase oksigen
sekelilingnya. Bila pada suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama dengan
jumlah kelarutan oksigen yang ada di dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan
sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut
daripada yang seharusnya pada suhu tertentu, berarti oksigen dalam air tersebut sudah
lewat jenuh (super saturasi).
Sebagaimana dengan faktor kimia lainnya, kelarutan karbondioksida ini
dipengaruhi oleh faktor suhu, pH dan senyawa karbondioksida. Kelarutan
karbondioksida dalam air dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Prinsip dasar pembuatan filter adalah dengan membelok-belokan arah aliran air
keatas dan kebawah agar “memaksa” air kotor dari akuarium untuk menembus/melewati
media filter agar mendapatkan nilai efektifitas yang ingin dicapai. Pemasangan filter
atas sebaiknya tidak permanen di lekatkan ke aquarium, agar memudahkan dalam
mengangkat dan membersihkan kompartemen filter tanpa harus menurunkan
akuariumnya. Contoh macam-macam filter biologi yang umumnya digunakan yaitu
filter canister, undar gravel filter, filter under gravel terbalik (reverse flow under gravel
filter), filter ultra violet (uv sterilizer), filter vegetasi (veggie filter), filter wet and dry,
ozonizer, koil denitrator.
Gambar 18. UV Sterilizer yang Dilengkapi dengan Makanisme Pembersih
Pengelolaan Fitoplankton
Keberadaan fitoplankton di kolam atau tambak pada dasarnya sangat diperlukan.
Fitoplankton adalah bagian dari komunitas mikroba yang berperan dalam mengatur
kondisi kultur yang diinginkan. Selain dapat memanfaatkan sisa nutrient, keberadaan
fitoplankton juga mengurangi intensitas cahaya, memproduksi oksigen, menstabilkan
temperatur serta memberikan kontribusi akan kebutuhan nutrient bagi organisme yang
dipelihara. Pada tipe budidaya yang semakin beragam, model pengelolaan fitoplankton
harus disiasati sehingga didapatkan kondisi ambient pada kepadatan tertentu yang
merupakan ukuran ideal. Perlu disadari juga bahwa kebanyakan problem kualitas air
adalah resultan dari beberapa faktor yang pada awalnya merupakan efek dari
keberadaan fitoplankton yang tidak terkelola dengan baik.
Fitoplankton akan berada pada kondisi yang diinginkan bilamana dikelola dan
dicermati berbagai fluu9ktuasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhannya.
Secara umum, plankton yang berwarna hijau atau hijau kuning akan lebih mudah
dipertahankan dari pada yang berwarna coklat. Pada kolam–kolam dengan tingkat
salinitas sangat rendah, jenis alga hijau biru kemungkinan akan muncul. Jenis ini tidak
begitu memberikan kontribusi pada kandungan oksigen terlarut dan bahkan cenderung
membahayakan ikan/udang yang dipelihara.
Problem umum yang sering muncul pada awal-awal masa produksi adalah
kematian plankton akibat kekurangan nutrien atau CO₂. Kondisi ini dapat terjadi
dengan tiba-tiba dan menyisakan sedikit plankton yang masih hidup. Plankton yang
mati akan
menyebabkan munculnya busa dalam jumlah besar di permukaan dan juga deposit
material di dasar. Pada akhir masa pemeliharaan, problem biasanya terkait dengan
kepadatan yang berlebih. Jika plankton terlalu padat dan air tidak diaerasi secara terus
menerus sebagian plankton akan mati karena tidak mendapatkan cahaya yang cukup.
Kematian juga sering terjadi karena perubahan kualitas air yang dramatis seperti adanya
hujan yang sangat lebat.
Untuk menjaga kondisi plankton yang stabil, perlu untuk menambahkan
sejumlah nutrien, CO₂ dan cahaya. Nutrien dapat ditambahkan dalam bentuk pupuk
anorganik dengan dosis 3 – 5 ppm. CO₂ dipasok dari atmosfir, respirasi hewan piaraan,
respirasi fitoplankton dan bakteri, alkalinitas serta pengapuran. Penetrasi cahaya
matahari dapat ditingkatkan dengan memutar air dengan kincir atau mengurangi
densitas dengan penggantian air.
Penggantian air adalah cara paling mudah untuk menurunkan kepadatan
plankton pada kolam-kolam yang dikelola dengan sistem tertutup. Pada kolam yang
menggunakan sistem tertutup, penggunaan bahan kimia lebih sering dilakukan untuk
mengontrol kepadatan. Harus diwaspadai jenis, dosis serta efek dari bahan kimia
tersebut apabila diaplikasikan. Pada umumnya jenis yang digunakan adalah BKC
(Benzal Konium Chloride) pada dosis 0.1-0.5 ppm serta formalin pada dosis 10 - 20
ppm.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada saat persiapan kolam. Pengapuran dilakukan jika
tanah dasar kolam bereaksi masam (pH < 6,0) dengan cara dan dosis yang tepat agar
tidak merugikan kehidupan ikan. Pengapuran dimaksudkan untuk meningkatkan pH
tanah dasar kolam menjadi netral (pH 7,0) dan dapat berfungsi sebagai desinfektan.
Dosis pengapuran harus disesuaikan dengan kondisi pH tanah dasar dan jenis kapur
yang digunakan. Jenis kapur yang digunakan dapat berupa kapur sirih, kapur tohor,
kapur beton dan kapur karbonat/kapur giling. Pada Tabel 5. berikut ini dicantumkan
dosis pengapuran kolam per ha.
Jenis probiotik
Berdasarkan jenis atau fungsinya probiotika juga dapat dikelompokkan kedalam :
a. Probiotika pengurai pupuk organik sebelum dimasukkan ke tambak
b. Probiotika pengurai limbah organik di dalam tambak
c. Probiotika yang membantu pencernaan pakan buatan di dalam tubuh udang
Probiotika secara ekonomis diperhitungkan sebagai input yang mahal, kesalahan
persiapan dan penaganan hanya akan menambah biaya tanpa hasil apapun. Pemberian
sebaiknya dilakukan setelah organisme probiotik ditumbuhkan dengan maksimum
sebelum dimasukkan ke air/dasar tambak.
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik penyebaran penyakit dan
pola penyakit ketika menginfeksi ikan, diperlukan pengetahuan tidak hanya mengenai
jenis – jenis penyakit saja, tetapi juga mengenai karakteristik air yang merupakan
habitat ikan dan penyakit itu. Dengan mengetahui hubungan antara berbagai aspek di
dalam air, baik ikan, penyakit dan maupun air maka pencegahan dan penanggulangan
hama dan penyakit ikan lebih tepat, tidak berdampak negative terhadap biota lainnya
serta tidak merusak habitat berbagai biota dan ekosistem perairan.
Pada pengendalian hama dan penyakit ini akan dipelajari beberapa materi antara
lain :
1 Teknik pencegahan penyakit ikan
2 Siklus hidup penyebab penyakit (jamur, protozoa, bakteri, virus)
3 Gejala serangan penyakit yang disebabkan karena penyakit infeksi dan non
infeksi
4 Pemeriksaan ikan sakit
5 Teknik pengobatan ikan sakit
6 Pengobatan ikan sakit sesuai gejala serangan dan jenis penyakit
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Menerapkan teknik pencegahan penyakit ikan secara santun
Mengemukakan siklus hidup penyakit ikan (jamur, protozoa, bakteri, virus)
secara santun
Mengemukakan gejala serangan penyakit yang disebabkan karena penyakit
infeksi dan non infeksi secara santun
Menjelaskan prosedur pemeriksaan ikan sakit secara santun
2. Uraian Materi
Untuk mencegah timbulnya serangan penyakit, semua peralatan yang akan atau
telah digunakan untuk menangkap atau mengangkut ikan budidaya sebaiknya segera
dibersihkan, agar kototran dan organisme penyebab penyakit yang mungkin menempel
pada alat tersebut dapat dihilangkan. Jika tidak segera dilakukan tindakan pembersihan,
dikhawatirkan semua organisme, kototran maupun senyawa beracun yang menempel
pada peralatan tersebut dapat menular ke ikan atau ke dalam perairan. Peralatan
tersebut dapat dibersihkan dengan mencelupkannya ke dalam larutan PK dosis rendah,
sekitar 3 – 20 ppm selama 30 menit. Pembersihan peralatan juga dapat dilakukan
dengan cara lain, yaitu dengan menggunakan senyawa chlorin yang banyak dijual di
toko toko kimia.
Selain dekontaminasi wadah budidaya dan peralatan, ikan juga perlu diberi
perlakuan agar tidak menjadi penyebab timbulnya wabah penyakit. Bagi pengusaha
bermodal besar, dekontaminasi ikan biasanya dilakukan dengan teknik karantina.
Caranya yaitu dengan memelihara ikan – ikan tersebut dalam wadah khusus selama
waktu tertentu. Dengan cara ini dapat diketahui apakah ikan tersebut ”bersih” atau
mengandung jenis organisme tertentu yang mampu menyebabkan penyakit sehingga
dapat segera diambil langkah pengamanannya.
Jamur
Thallophyta (thallium = tidak bisa dibedakan antaa akar, batang, dan daun)
dibagi menjadi fungi / jamur (tidak mempunyai klorofil) dan alga (mempunyai klorofil).
Pada jamur ada kelompok Phycomycetes, yaitu jamur tingkat rendah yang dicirikan
oleh hifa tanpa ruas dan spora aseksual di dalam sporangia.
Pada budidaya ikan, hanya ada 4 spesies jamur yang penting. Keempatnya
sangat mudah dideteksi karena mmempunya organ – organ sasaran dan morfologi
khusus. Ichthyophonus sp. menginfeksi organ organ internal, Branchyomycetes sp. dan
Achlya sp. menginfeksi terutama kulit, dengan ciri – ciri seperti kapsul dari kapas
mengelilingi telur dan larva. Saprolegnia sp. hampir selalu menjadi masalah karena
mengakibatkan rusaknya kulit secara local.
Protozoa
Protozoa merupakan hewan yang paling kecil. Banyak yang berupa parasit ikan.
Tetapi biasanya parasite dan inangnya dapat hidup selaras. Hanya protozoa dalam
jumlah besar yang mampu merusak populasi ikan. Ini dipengaruhi oleh factor – faaktor
lingkungan seperti tingkat pH air, kadar NH3, suhu, salinitas, dan sebagainya. Bebeapa
jenis protozoa hanya menyerang organ – organ internal (ginjal, hati, dan usus).
Pengamatan langsung pada organ – organ ini sudah cukup untuk dipakai dalam
mendiagnosis ikan yang terserang protozoa.
Menurut Zonneveld dkk. (1991) pada mumnya protozoa yang bersifat pathogen
termasuk dalam fila berikut :
1 Myxozoa (Myxosoma)
2 Sarcomastigophora (Trypanosoma dan Oodinium)
3 Sporozoa (Eimeria)
4 Cieliophora
Protozoa adalah hewan yang terbentuk dari satu sel dengan sel membrane sel.
Pembelahannya dilakukan secara aseksual. Gerakannya bisa terlihat sebagai berikut :
1 Pasif, melekat pada inang
2 Aktif, tanpa organela, tetapi dengan kontraktil fibrila
3 Aktif, dengan kaki – kaki atau pseudopodia, flagel dan silia.
Protozoa bisa diidentifikasi melalui preparat hidup setelah atau tanpa dibei
gliserin untuk menguangi kecepatan gerakan akan memudahkan diagnosis. Dianjurkan
untuk menggunakan fase kontras, terutama dalam mengamati parasit – parasit yang
berflagel dan bersilia. Untuk mengidentifikasi spora protozoa dari preparat awetan,
sering digunakan pewarnaan. Kadang – kadang pengamatan secara histopatologi juga
diperlukan.
Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang sederhana
yang mempunyai daerah penyebaran relative luas, sehingga hampir dapat dijumpai
dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran relative lebih besar daripada virus, yaitu antara
0,3 – 0,5 mikron. Bentuknya berbeda menurut genusnya. Jenis bakteri tertentu isa
menunjukkan bentuk dan ukuran sesuai dengan keadaan lingkungannya. Ciri – ciri
bakteri adalah sifatnya yang dapat tumbuh dan bertambah banyak dalam kelompok,
berbentuk rantai atau benang, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau atau tidak,
halus atau kasar, metabolisme aerob atau anaerob dan membutuhkan media tertentu
untuk mengkultur disertai dengan menghasilkan asam datau gas. Sifat – sifat ini
berguna untuk mengidentifikasi bakteri, walaupun hasil - hasil pewarnaan juga sangat
bermanfaat. Sel bakteri terdiri atas sebuah dinding sel mengelilingi membrane
sitoplasma yang berisi sitoplasma tempat inti.
Berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi bakteri gram negative (terlihat berwarna pik atau merah) dan
bakteri gram positif (terlihat berwarna biru). Kebanyakan bakteri pathogen ikan
temasuk golongan gram negative, seperti Aeromonas, Vibrio, dan Flexibacter. Bakteri
dapat juga diklasifikasikan berdasarkan ukuran, kemampuan bergerak, sifat koloni,
reaksi fermentasi karbohidrat, pertumbuha dalam media selektif dan reaksi – reaksi
serological yang spesifik dengan antiserum yang spesifik.
Virus
Virus adalah organisme penyebab dan sumber penyakit yang sangat kecil,
karena memiliki ukuran tumbuh antara 20 – 300 nanometer sehingga hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop electron. Virus mempunyai stuktur tubuh yang
sederhana dan tidak mempunyai organ pencernaan sendiri sehingga kebutuhan pakan
untuk memperbanyak dirinya tergantung sepenuhnya pada organ pencernaan dari tubuh
inangnya.
Usaha untuk memperbanyak dirinya dimulai dengan masuknya virus ke dalam
sel inang. Pada saat itu, asam nukleat dari virus (RNA dan DNA) akan mengendalikan
organ pencernaan dari sel inang untuk segera memproduksi asam nukleat sesuai dengan
kebutuhan virus tersebut. Selain itu, virus juga akan ”memerintahkan” pembentukan
protein baru yang mempunyai sifat khas untuk membunuh organisme lain untuk
digunakan sebagai bungkus pelindung bagi asam nukleat virus. Protein pembungkus
asam nukleat virus ini baiasanya disebut capsid, yang bervariasi benuknya dari satu
virus ke virus lainnya.
Virus diklasifikasikan ke dalam kelompok – kelompok menurut morfologi, jenis
asam nukleat, pilihan tunggal atau dobel, berat molekul, kepekaan terhadap bahan
kimia. Dan virus pathogen pada ikan kebanyakan merupakan (rhabdo virus (virus
bentuk peluru)).
Gejala umum penyakit akibat virus adalah pendarahan (hemoragik) pada
berbagai organ (termasuk kulit), perut menggembung, eksoptalmia, dan kulit pucat
gelap pada bagian – bagian tertentu (gangguan sistem saraf vegetative). Aktivitas
serangan virus bersifat akut, menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering diikuti dengan infeksi
sekunder oleh bakteri, sehingga tubuh ikan menjadi sangat lemah dan sulit diidentifikasi
penyakit yang menyebabkannya.
Infeksi virus bisa tersebar secara horizontal dan atau vertikal. Infeksi horizontal
yaitu dari satu ikan ke ikan yang lain dalam satu generasi. Sedangkan infeksi vertical
yaitu dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan melalui telur – telur atau sperma
yang terinfeksi.
Gejala Serangan Penyakit Yang Disebabkan Karena Penyakit Infeksi Dan Non
Infeksi
Langkah pertama yag harus dilakukan untuk mengatasi penyakit yang
menyerang ikan peliharaan adalah mendeteksi tanda – tanda serangan atau gejalanya
dan mengidentifikasi secepat mungkin sumber dan penyebabnya. Untuk itu, petani ikan
dan para teknisi perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan khusus agar
mampu mendeteksi tanda – tanda serangan penyakit dan cara mengidentifikasi
penyebabnya berdasarkan tanda – tanda yang ada.
Tabel 11. Tanda – Tanda Serangan Penyakit dan Diagnosisnya
Tanda – Tanda dan Tingkah Laku
Diagnosis
Ikan
Keturunan
Kelainan pada tulang belakang ikan, Myxosoma cerebralis
scoliosis atau lordosis Infeksi bakteri / virus
Kekurangan vitamin
Myxosoma cerebralis
Kelainan pada rahang atas / bawah
Kelainan kelenjar thyroid
Infeksi bakteri Flexibacter sp.
Parasit Costin sp.
Rontok sirip
Sifat air terlalu basa
Parasit Gyrodactylus
sp.
Bacterial hemmorrhagic septicaemia
Perut gelembung (dropsy) (BHS)
Viral hemmorrhagic septicaemia (VHS)
Tuberculosis
Ikan menjadi kurus Penyakit cacing
Penyakit Octomitus sp.
Infeksi bakteri
Sisik kasar
Air terlalu asam
Tuberculosis
Mata menonjol Infeksi cacing
Infeksi virus
Infeksi bakteri
Mata masuk ke dalam
Infeksi Trypanoplasma (Cryptobia)
Serabut seperti kapas pada kulit Penyakit jamur Saprolegnia sp.
Sengatan Argulus sp.
Infeksi bakteri
Pendarahan (hemmorhage)
Infeki Trichodina sp.
Gigitan lintah
Kulit terasa kasar dan bintik hitam Ichthyosporidium
Infeksi bakteri
Insang pucat (anemia)
Infeksi virus
Bakteri Flexibacteer
Insang rontok sp. Myxobacteria
Parasit Datylogyrus sp.
Bintik – bintik putih kemerahan pada
Myxobolus sp.
insang
Myxobacteria
Frekuensi pernapasan bertambah sp Flexibacter
sp.
Parasit Dactylogyrus sp.
Bintik bintik putih pada kulit Ichthyopthirius sp.
Ichthyopthirius sp.
Tuberculosis
Luka pada daging
Bacterial
septicaemia
Flexibacter columnaris
Bintil berwarna putih pada hati, limpa,
Ichthyosporidium
jantung dan otak
Bintil berwarna putih pada hati dan Sporoszoasis
jantung Tuberculosis
Hati berwarna cokelat kekuning Infeksi baktri
kuningan
Infeksi bakteri
Pendarahan dan bengkak pada anus Infeksi virus
Octomitus
Pembengkakan dan pendarahan pada
Infeksi bateri
gelembung renang
Tonjolan seperti bunga kol pada rahang Infeksi virus
Tonjolan kecil didaerah sirip Infeksi virus
Myxobacteri
Tutup insang selalu terbuka a Columnaris
Parasit Dactylogyrus sp.
Selain identifikasi dengan mengamati tanda – tanda serangan dan selanjutnya
menentukan jenis penyakit yang menginfeksi ikan peliharaan. Diagnosis juga dapat
dilakukan dengan mengamati tanda tanda spesifik pada organ tumbuh maupun beberapa
tingkah lakunya seperti :
1. Nafsu makan 7. Sirip
2. Sikap berenang 8. Insang
3. Warna 9. Feses
4. Mata 10. Beberapa kelainan lain
5. Sisik 11. Organ dalam
6. Tubuh
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik prosedur teknik sampling
menghitung laju pertumbuhan pada pendederan komoditas perikanan, diperlukan
pengetahuan tentang factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, pengukuran
pertumbuhan ikan, teknik sampling pertumbuhan ikan, laju pertumbuhan harian ikan,
laju pertumbuhan mutlak ikan, survival rate ikan.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Mengklasifikasikan factor – factor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan
secara santun
Menjelaskan prosedur pengukuran pertumbuhan ikan secara santun
Menjelaskan teknik sampling pertumbuhan ikan secara santun
Menghitung laju pertumbuhan harian ikan secara cermat dan santun
Menjelaskan laju pertumbuhan mutlak ikan secara cermat dan santun
2. Uraian Materi
Pertumbuhan Ikan
1.1.3 Umur
Umur dan kematian merupakan prediksi yang sangat baik untuk laju
pertumbuhan relatif ikan, meskipun laju pertumbuhan absolut sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan. Umumnya, ikan mengalami pertumbuhan panjang yang sangat
cepat pada beberapa bulan atau tahun pertama dalam hidupnya, hingga maturasi.
Selanjutnya, penambahan energi digunakan untuk pertumbuhan jaringan somatik dan
gonadal, sehingga laju pertumbuhan ikan mature lebih lambat dibandingkan ikan-ikan
immature.
Istilah penuaan mengacu pada proses perubahan negatif yang mengiringi
bertambahnya umur ikan. Proses ini ditandai oleh melambatnya pertumbuhan,
percepatan laju mortalitas, kapasitas reproduksi yang menurun secara bertahap, dan
meningkatnya abnormalitas anakan. Kurun umur tua tipikal memperlihatkan
perlambatan aktivitas yang diikuti oleh perubahan dalam cara makan, distribusi dan
tingkah laku lainnya.
1.2.2 Pakan
Pakan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan karena pakan berfungsi sebagai pemasok energi untuk meningkatkan pertumbuhan
dan mempertahankan kelansungan hidup. Ketersediaan pakan merupakan salah satu
persyaratan mutlak bagi berhasilnya usaha budidaya ikan. Pakan merupakan sumber
protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral yang penting bagi ikan, oleh karena itu
pemberian pakan dengan ransum harian yang cukup dan berkualitas tinggi serta tidak
berlebihan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan tingkat keberhasilan
usaha budidaya ikan.
Konversi pakan dipengaruhi oleh daya serap nutrisi pakan oleh saluran
pencernaan. Saluran pencernaan ikan mengandung mikroorganisme yang membantu
penyerapan nutrisi. Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan komposisi
mikroorganisme dalam sistem pencernaan, berakibat meningkatnya daya cerna bahan
pakan dan menjaga kesehatan. Berdasar penelitian sebelumnya pada ikan patin dan pada
ikan bandeng menunjukkan bahwa penambahan probiotik berpengaruh terhadap
pertumbuhan dari ikan tersebut.
1.2.5 Ammonia
Amonia merupakan hasil ekskresi primer ikan, namun bila ada dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menghambat laju pertumbuhan. Sebagai contoh,
pengukuran berat juvenil Ictalurus punctatus yang ditempatkan pada akuarium dengan
kondisi penambahan kandungan amonia. Mekanisme penghambatan pertumbuhan olah
amonia masih belum diketahui. Pada umumnya, diketahui bahwa amonia un-ion (NH3)
di perairan lebih toksik dari pada bentuk ion amonia (NH4+) pada konsentrasi yang
sama. Proporsi dari kedua bentuk tersebut di perairan sangat tergantung pada pH air.
Pemantauan pH air merupakan bagian yang esensial dari sistem kultur ikan air tawar.
Walaupun amonia merupakan komponen alami di perairan, pengaruhnya terhadap ikan
menjadikan amonia ini polutan yang khas dan dapat menurunkan laju pertumbuhan.
Ammonia yang tak terionisasi (NH3) di air memberikan efek racun terhadap ikan
daripada bentuk yang terionisasi (NH 4 +) pada konsentrasi yang sama. Ketika
konsentrasi ammonia naik di dalam air, maka ekskresi ammonia oleh ikan menurun
sehingga konsentrasi ammonia dalam darah dan jaringan lainnya naik. Konsentrasi
ammonia yang tinggi dalam air juga memengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan
mereduksi konsentrasi ion internal. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen
oleh jaringan, merusak insang, dan mereduksi kemampuan darah membawa oksigen.
Perubahan histologic terjadi dalam ginjal, limpa, tiroid dan darah ikan yang terkena
konsentrasi subletal ammonia. Kenaikan ammonia meningkatkan kerentanan terhadap
penyakit dan mereduksi pertumbuhan ikan.
1.2.6 Salinitas
Salinitas sebagai salah satu parameter kualitas air berpengaruh secara langsung
terhadap metabolisme tubuh ikan, terutama proses osmoregulasi. Dengan memberikan
perlakuan salinitas diharapkan mampu meningkatkan efisiensi penggunaan energi
dalam proses osmoregulasi pada benih gurame (O. gouramy), sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhannya. Salah satu aspek fisiologi ikan yang dipengaruhi oleh
salinitas adalah tekanan osmotik dan konsentrasi cairan tubuh serta kebutuhan oksigen.
Salinitas juga mempengaruhi laju pertumbuhan. Ikan-ikan eurihalin
menunjukkan laju pertumbuhan yang maksimum pada salinitas 35 ppt dari pada
salinitas yang lebih tinggi atau lebih rendah. Fotoperiod (panjang hari) juga
mempengaruhi fenomena pertumbuhan secara musiman. Terdapat suatu hubungan yang
erat antara pertumbuhan ikan danau Coregonus clupeaformis dan fotoperiod musiman.
1.2.7 Kompetisi
Anak ikan yang lemah dan tidak berhasil mendapatkan makanan akan mati
sedangkan yang kuat terus mencari makanan dan pertumbuhannya baik. Jumlah
individu yang terlalu banyak dalam perairan yang tidak sebanding dengan keadaan
makanan akan terjadi kompetisi terhadap makanan itu. Keberhasilan mendapatkan
makanan akan menentukan pertumbuhan. Oleh karena itu akan didapatkan ukuran yang
bervariasi dalam satu keturunan.
Tingkat padat tebar akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara
dalam kepadatan yang rendah akan lebih agresif, sedang ikan yang dipelihara dalam
kepadatan yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi
dan banyaknya sisa-sisa metabolisme yang terakumulasi dalam media air. Predasi dapat
di hindarkan dan kualitas air dapat di perbaiki melalui pemeliharaan benih terkendali
dalam ruangan.
Teknik Sampling
Sampling berasal dari kata sample atau bahasa Indonesianya „Sampel‟
yang berarti contoh Sampling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memantau
jumlah dan bobot rata-rata benih yang dipelihara. Sampling ini juga berfungsi untuk
menentukan jumlah pakan yang diberikan secara harian. Pemantauan populasi ini akan
menghasilkan informasi kelangsungan hidup benih, sedangkan pemantauan bobot rata-
rata akan menghasilkan informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan.
Informasi laju pertumbuhan dapat digunakan untuk menganalisis nafsu makan ikan dan
waktu panen, sedangkan informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk
penentuan teknik penanganan ikan selanjutnya.
Informasi nafsu makan benih ikan dapat digunakan untuk menganalisis kondisi
lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya.
Sampling benih dilakukan dengan mengambil sejumlah contoh benih kemudian diukur
atau dihitung. Data yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menduga bobot rata-
rata dan jumlah benih dalam wadah budidaya. Sampling dapat dilakukan secara
berkala, setiap 2 – 4 minggu sekali. Data yang diperoleh sebaiknya dicatat dengan jelas
dan teliti, mengingat data sampling ini memiliki nilai yang tinggi dan selanjutnya
dikompilasi (Tabel 12).
Tabel 12. Tabel Contoh Kompilasi Data Sampling Benih
Sampling dalam hal ini juga dilakukan untuk melihat keberhasilan dari kegiatan
pembesaran ikan yang telah dilakukan. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan nilai
mortalitas yang cukup rendah dari jumlah total benih ikan yang dipelihara. Dari hasil
sampling yang didapatkan dapat digunakan untuk mengetahui survival rate (SR) benih
ikan hasil pembesaran.
Sampling harus dilakukan pada kegiatan usaha pemeliharaan ikan karena sangat
berfungsi pada saat menghitung jumlah kebutuhan pakan secara periodik dan dapat
mengetahui dampak pemberian pakan terhadap pertumbuhan ikan. Pertumbuhan ikan
tersebut akan berdampak pada jumlah biomasa di dalam kolam pemeliharaan. Teknik
sampling yang digunakan adalah dengan cara sebagai berikut: Jika ikan dipelihara di
kolam maka cara mengambil sample ikan terlebih dahulu ditentukan titik pengambilan
sample. Sebaiknya tentukan titik yang diperkirakan bisa mewakili populasi, secara acak.
Sample diambil/ditangkap dengan cara dan alat yang sama. Sampel yang diambil
minimal 10 % dari jumlah populasi awal. Kemudian lakukan perhitungan jumlah
populasi. Cara menghitung populasi dilakukan berdasarkan data sampling yang
diperoleh.
8) Menghitung bobot biomass = Jumlah ikan atau populasi ikan di kolam kali bobot
ikan per individu
9) Menghitung kebutuhan pakan = 3-5% kali bobot biomass.
Teknik yang diterapkan untuk mengetahui biomasaa adalah dengan sampling untuk
mengukur panjang dan bobot benih ikan. Panjang benih yang diukur biasanya ada dua,
yaitu panjang total dan panjang baku. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur
dari ujung ekor sampai kepala, sedangkan panjang baku adalah panjang ikan yang
diukur dari pangkal ekor sampai kepala. Penimbangan biomassa benih ikan yang akan
ditebar meliputi biomassa rata-rata dan biomassa total.
Wt (Effendi, 1997)
Wo
GR
t
Keterangan :
GR : Growth Rate / Pertumbuhan mutlak (gr/ ekor/ hari)
Wt : Berat rata – rata akhir benih Lele Sangkuriang (gr/ ekor)
Wo : Berat rata – rata awal benih Lele Sangkuriang (gr/ ekor)
t : Lama pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan bobot harian adalah persentase penambahan berat benih per hari.
Pertumbuhan bobot harian dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
GR
AGR 100%
Wo
Keterangan :
AGR : Pertumbuhan bobot harian(%/hari)
Wt : Bobot rata – rata akhir ( gr/ekor )
Wo : Bobot rata – rata awal ( gr/ekor )
t : Waktu (hari)
Pertumbuhan panjang adalah perubahan panjang ikan pada awal penebaran
hingga saat pemanenan. Rumus untuk mencari pertumbuhan panjang ikan Lele
Sangkuriang adalah :
P Pt Po (Effendi, 1997)
Keterangan :
P : Pertumbuhan panjang (cm)
Pt : Panjang akhir ikan (cm)
Po : Panjang awal ikan (cm)
Jumlah dan bobot rata-rata ikan yang dibudidayakan dalam wadah produksi harus
diketahui setiap saat. Pengetahuan tersebut penting untuk mengetahui bobot biomasa
ikan sehingga asset dalam kolam dapat ditentukan dan jumlah pakan yang harus
diberikan secara harian dapat dihitung. Pemantauan populasi menghasilkan informasi
kelangsungan hidup ikan, sedangkan pemantauan bobot rata-rata akan menghasilkan
informasi laju pertumbuhan dan kondisi kesehatan ikan. Informasi laju pertumbuhan
dapat digunakan untuk menganalisa nafsu makan ikan dan waktu panen, sedangkan
informasi kesehatan ikan dapat dijadikan landasan untuk penentuan teknik penanganan
ikan selanjutnya. Informasi nafsu makan ikan dapat digunakan untuk menganalisis
kondisi lingkungan dan mengantisipasi perbaikan lingkungan dalam sistem budidaya
ikan. Perbaikan lingkungan yang dilakukan diharapkan bisa memperbaiki kelangsungan
hidup ikan.
Wt = Wf – Wi
Keterangan : Wt = Pertumbuhan mutlak
Wf = Bobot Akhir
Wi = Bobot Awal
SGR
Keterangan : SGR = Laju pertumbuhan
W = Waktu yang
dibutuhkan B = Berat tubuh akhir
(gr) Bo= Berat tubuh awal (gr)
3. Refleksi
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik konsep berbagai program
pendederan komoditas perikanan, diperlukan pengetahuan tentang konsep berbagai
program pendederan komditas perikanan yang diterapkan. Pada kegiatan pembelajaran
ini akan dipelajari tentang materi pengertian konsep berbagai program pendederan
komoditas air tawar serta konsep program pendederan komoditas air tawar.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Menjelaskan pengertian konsep berbagai program pendederan komoditas air
tawar secara santun
Menerapkan berbagai konsep program pendederan komoditas air tawar secara
santun
2. Uraian Materi
Pendederan merupakan tahapan penting dalam kegiatan budidaya komoditas air
tawar. Pada fase ini dilakukan penyiapan bibit ikan untuk proses pembesaran. Bila
tahap pendederan ini kurang baik maka bibit yang dihasilkan akan berkualitas rendah
dengan pertumbuhan yang lambat yang kemudian juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhannya di masa pembesaran.
Kegiatan pendederan dapat dilakukan dengan sistem pengelolaan yang bersifat
tradisional (ekstensif), madya (semi intensif), dan maju (intensif). Perbedaan ketiga
sistem tersebut dapat dilihat dari aspek padat tebar, jenis pakan yang diberikan, dan
pengelolaan air. Komoditas akuakultur air tawar yang banyak diproduksi dan
diperdagangkan adalah ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus),
ikan lele (Clarias sp.), ikan gurame (Osphronemus guramy), ikan patin (Pangasius sp.).
Pendederan umumnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu pendederan I, pendederan
II, dan pendederan III. Namun demikian yang sering dilakukan para pembibit hanyalah
pendederan I dan II. Bahkan banyak pengusaha bibit yang hanya melakukan
pendederan I saja. Hal ini biasanya karena tingginya permintaan bibit sehingga saat
bibit baru berukuran 3 – 5 cm (akhir pendederan I) sudah banyak konsumen yang
memesan, bahkan banyak yang inden.
Pendederan I berlangsung selama 2 – 3 minggu hingga bibit yang semula
beukuran 1 – 3 cm bertambah besar menjadi 3 – 5 cm. Selanjutnya diteruskan dengan
pendederan II yang berlangsung selama 3 – 4 minggu hingga bibit menjadi sepanjang 5
– 8 cm. Sedangkan pendederan terakhir berlangsung selama 3 minggu hingga bibit
menjadi sepanjang 8 – 12 cm. Bibit yang telah melewati pendederan II (5 – 8 cm)
sudah dapat langsung dibesarkan tanpa melewati pendederan lagi.
Pendederan I
Pendederan I dimaksudkan untuk membesarkan bibit berukuran 1 – 3 cm
menjadi bibit berukuran 3 – 5 cm. Dengan perawatan intensif, terutama dalam hal
pemberian pakan, pengaturan air, serta pengendalian hama dan penyakit, masa
pendederan I hanya membutuhkan waktu 2 – 3 minggu.
a) Pelepasan bibit
Bibit yang dipelihara dalam pendederan I berukuran sangat kecil, rentan stress,
dan cidera sehingga pelepasannya harus dilakukan secara hati – hati. Yang penting
untuk diperhatikan adalah kepadatan bibit yaitu antara 500 – 750 ekor/m2. Itu berarti
kolam berukuran 2 x 3 m (6 m2) dapat diisi 3000 – 4500 bibit.
Untuk menghindari stress dan cidera, pelepasan bibit dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a) Bibit diambil dari kolam pemeliharaan larva dengan menggunakan
waring bertangkai dengan jarring yang rapat dan lembut.
b) Bibit ditempatkan pada ember atau baskom yang telah diisi air dari
kolam pemeliharaan larva.
c) Setelah ember atau baskom cukup penuh, segeralah menuju kolam
pendederan untuk melepaskannya. Benamkan ember atau baskom ke
kolam sehingga air koma masuk sedikit demi sedikit bercampur dengan
air dalam ember. Dengan cara itu maka bibit akan dapat beerrenang
keluar ember atau baskom. Angkat ember atau baskom dengan posisi
miring ke bawah sehingga semua air beserta bibitnya masuk ke dalam
kolam.
d) Teruskan langkah tersebut hingga kolam pendederan terisi bibit dengan
kepadatan yang sesuai.
Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah waktu pemindahan dan pelepasan
bibit. Untuk menghindari stress yang berlebihan, bibt sebaiknya dipindahkan pada saat
suhu air belum terlalu tinggi atau terlalu rendah yaitu pada pagi atau sore hari. Pada
pagi hari, sebaiknya pemindahan dilakukan pada pukul 08.00 – 10.00. Sedangkan pada
soe hari, pemindahan sebaikya dilakukan pada pukul 15.00 – 18.00.
b) Pengaturan air
Kualitas air yang digunakan untuk memlihara ikan pada masa pendederan I
sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kesehatan ikan. Air kolam harus dijaga
sedemikian rupa sehingga tetap bersih. Penggunaan ari menglir dengan sistem pipa
paralon adalah yang paling baik dan efektif karena air kolam yang keluar langsuang
diganti dengan air yang bersih. Apabila kolam belum dilengkapi pipa untuk keluar
masuk air, air harus diganti secara manual 2 – 3 hari sekali atau sesuai kebutuhan.
Untungnya, pada kolam pendederan I kualitas air masih akan cukup baik dalam
waktu yang cukup lama karena ukuran ikan peliharaan masih sangaat kecil dengan
jumlah kotoran yang juga masih sedikit. Selain itu, pakan yang diberikan pun pakan
alami yang tidak menyebabkan penurunan kualitas air.
c) Pemberian pakan
Bibit berukuran 1 – 3 cm tentu saja belum dapat makan pellet butiran. Pakan
yang di berikan kepada bibit lele ini mengandung cukup banyak protein untuk
mendukung pertumbuhannya. Selama minggu pertama, bibit hanya di beri pakan alami
berupa kutu air (Daphnia sp.) dan cacing sutra (tubifex sp.) . baru pada minggu kedua
bibit lele sangkuriang mulai diberi pelet 581. Pelet ini berbentuk seeperti tepung.
Prinsip pemberian pakan untuk bibit adalah sebagai berikut
a) Pakan alami di berikan dalam keadaan hidup agar apabila belum
termakan maka akan dapat dimakan pada waktu berikutnya.
b) Pakan alami diberikan sedikit demi sedikit hingga bibit lele sangkuriang
kenyang. Caranya, dengan memasukkan kutu air atau cacing sutra
sesendok demi sesendok hingga tidak aada lagi bibit lele sangkuriang
yang mau memakannya.
c) Pakan di berikan 3-4 kali sehari, yaitu pagi, siang (bila mungkin), sore,
dan malam hari.
d) Seiring dengan di berikannya makanan berupa pelet, jumlah pakan alami
mulia di kurangi. Misalnya, untuk minggu ke-2 kombinasi 75% pakan
alami dan 25% pelet, untuk minggu ke-3 kombinasi 50% pakan alami
dan 50% pelet.
d) Pengendalian hama dan penyakit
Selain menjaga kualitas air dan memberi pakan, pembudidaya juga harus
mencegah masuknya hama dan penyakit. Hama yang sering memakan bibit ikan antara
lain ular, burung pemakan ikan, kadal, dan katak. Bilamana hama tersebut berhasil
masuk ke dalam kolam maka dapat dipastikan 133ka nada banyak bibit yang hilang.
Untuk mencegah ular, burung, kadal, dan katak masuk ke dalam kolam, tutuplah
kolam dengan anyaman bamboo. Bila hama telah terlanjur masuk, segera keluarkan
atau basmi secepatnya.
Pencegahan munculnya penyakit dilakukan dengan menjaga kebersihan air dan
kolam, Pengaturan air yang baik dapat mencegah munculnya penyakit. Penambaha
sedikit kapur pertanian juga membantu. Apabila bibit menunjukkan tanda – tanda
terserang penyakit, terutama jamur, teteskan malachite green oxalate 1 – 5 ml atau
methylene blue 10 ml per 1 meter kubik air.
e) Seleksi bibit
Bibit yang telah dipelihara selama 2,5 minggu akan diseleksi untuk yang
pertama kali dengan menggunakan ayakan bibit ukuran 3 – 5 cm. Bibit – bibit yang
telah mencapai ukuran 3 – 5 cm dapat dipanen untuk dibesarkan pada pendederan II,
atau bahkan dapat langsung dijual. Bibit yang didapat dari seleksi pertama disebut bibit
saringan I, bibit ini merupakan bibit berkualitas tinggi karena memiliki kecepatan
pertumbuhan yang baik.
Seleksi yang kedua dilakukan pada saat bibit telah dipelihara selama 3 minggu.
Bibit yang diperoleh disebut bibit saringan II. Kualitas bibit ini sedikit dibawah bibit
saringan pertama. Bibit yang tidaak lolos seleksi pertama dan kedua merupakan bibit
sisa. Bibit ini dapat terus dibesarkan hingga mencapai ukuran 3 – 5 cm. Kualitas bibit
sisa ini tidak begitu baik.
Pendederan II
Pendederan II merupakan kelanjutan dari pendederan II, yang mana bibit
berukuran 3 – 5 cm dipelihara hingga mencapai ukuran 5 – 8 cm. Seperti halnya pada
pendederan I, factor terpenting pendukung keberhasilan pendederan ini adalah
pengaturan air, pemberian pakan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pendederan II
berlangsung selama 3 – 4 minggu dan dilakukan seleksi panen 3 (tiga) kali yaitu pada
minggu ke – 3, minggu ke – 3,5 dan minggu ke – 4.
1. Pelepasan benih
Ukuran bibit yang dipelihara pada pendederan II dua kali lebih besar dari bibit
pada pendederan I. Oleh karena itu, kepadatan bibit harus dikurangi sampai setengan
dari kepadatan pendederan I, yaitu 250 – 500 ekor/m 2. Untuk kolam berukuran 2 x 3 m
(6 m2) dapat diisi 1500 – 3000 bibit. Metode pemindahan dan pelepasan bibit pada
kolam pendederan II tidak berbeda dengan yang dilakukan pada pendederan I.
2. Pengaturan air
Pengaturan air pada pendederan II masih harus diperhatikan meskipun tidak
seintensif pada pendederan I. Penggantian air dilakukan 2 – 3 hari sekali. Air kolam
yang lama tidak diganti akan tercemar sisa makanan dan kotoran ikan. Sisa makanan itu
akan membusuk dan mengeluarkan asam organic yang akan mengganggu pertumbuhan
bibit dan merangsang munculnya penyakit.
3. Pemberian pakan
Pada minggu ke – 1 masa pendederan II, pakan yang diberikan berupa pakan
alami dan pelet tepung(581). Jumlah pakan yang diberikan per hari adalah 10 – 15 %
dari bobot total bibit yang dipelihara, terdiri dari 25 % pakan alami dan 75 % pelet yang
dilembutkan. Pada minggu ke – 2, pakan yang diberikan adalah pelet tepung
seluruhnya. Pada minggu ke – 3 dan ke – 4 dapat mulai menggunakan pelet butiran
dengan diameter ± 1 mm (pelet 999). Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu
pada pagi, siang, dan sore hari.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Dengan semakin besarnya ukuran bibit maka semakin berkurang jumlah hama
yang berbahaya baginya. Hama yang masih perlu diwaspadai adlah ular dn burung
pemakan ikan. Cara pencegahannya sama seperti pada pendederan I, yaitu dengan
menutup kolam menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Sedaangkan untuk
mengendalikan penyakit, penggantian air secara rutin merupakan cara terbaik, selain
menggunakan malachite green oxaite (1 – 5 ml/m3) atau methylene blue (10 ml/m3).
5. Seleksi bibit
Bibit mulai diseleksi pada minggu ke – 3 dengan menggunakan saringan bibit 5
– 8 cm. Bibit yang berukuran 5 – 8 cm dapat diambil untuk dibesarkan pada
pendederan III atau langsung dijual. Bibit yang didapat dalam seleksi pertama disebut
bibt saringan I, merupakan bibit berkualitas terbaik. Seleksi bibt dilakukan lagi 3 – 4
hari kemudian, diperoleh bibit saringan II. Seleksi terakhir dilakukan pada minggu ke –
4, diperoleh bibit saringan III. Baik bibit saringan II muapun III juga merupakan bibit
berkualtas baik dn memenuhi standard. Bibit yang tidak lolos seleksi dapat terus
dipelihara hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit ini tidak memenuhi standard sebagai bibit
yang bagus.
Pendederan III
Tidak banyak pembibit yang melaksanakan pendederan III, karena begitu
melewati pendederan II sudah banyak konsumen yang berminat untuk membeli bibt
tersebut. Bahkan akhir – akhir ini konsumen tidak cukup sabr untuk menanti bibti
hingga berukuran 5 – 8 cm. Bibit berukuran 3 – 5 cm pun sudah banyak yang
memintanya.
Pendederan III pada prinsipnya adalah membesarkan bibit berukuran 5 – 8 cm
menjadi bibit berukuran 8 – 12 cm. Bibit dengan ukuran 8 – 12 cm merupakan bibit
yang paling optimal untuk pembesaran. Pendederan III dilakukan selama 3 minggu.
1. Pelepasan bibit
Kepadatan bibit pada pendederan III lebih rendah disbanding pendederan II,
karena ukurn bibit yang digunakan lebih besaar. Jumalh bibt yang dilepas pada kolam
pendederan III adalah antara 100 – 200 ekor/m2. Metode pemindahan dan pelepadan
bibit sama dengan pada pendederan I dan II.
2. Pengaturan air
Pengaturan air pada pendederan III tidak seintensif pendederan I dan II amun
tetap harus mendapat perhatian. Penggantian air dilakukan apabila air di kolam sudah
kotor. Jadi tidak harus dilakukan secara rutin. Lebih baik lagi apabila menggunakan
sistem air keluar masuk sehingga kesegaran dan kebersihan air tetap terjaga. Meskipun
tidak seketat pendederan I dan II, namun usahakan agar tidak ada sisa makanan dan
kototran yang mengendap dan mmembusuk di dasar kolam karena hal itu dapat
menghambat pertumbuhan ikan dan merangsang munculnya penyakit.
3. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet yang dikecilkan ukurannya hingga
berdiameter 1 – 3 mm (pelet 999, 781 – 1, dan 782 – 2). Jumlah pakan yan diberikan
sebanyak 5 – 10 % bobot bibit yang dipelihara. Pakan dibeikan (tiga) kali sehari, yaitu
pada pagi, siang, dan sore hari.
Terkadang bibit sangat rakus, makan terlalu banyak (untuk jenis lele). Padahal
pelet dapat mengembang selama ada di dalam perut ikan. Akibatnya bibit mengalami
kembung dan pecah perut. Untuk mencegahnya rendam pelet dalam air hangat hingga
mengembang dan baru setelah itu diberikan kepada ikan. Dengan cara demikian pelet
tidak akan mengembang lagi, dan kembung tidak akan terjadi.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Seperti halnya pada pendederan II, hama yang mengancam aldalah ular dan
burung pemakan ikan. Cara pengendaliannya masih sama, yaitu dengan menutup kolam
menggunakan anyaman bamboo atau yang lain. Serangan penyakit dapat dikendalikan
dengan memelihara kebersihan air. Jika terdapat tanda – tanda ikan terserang penyakit,
terutama jamur berikan malachite green oxalate atau methylene blue.
5. Seleksi bibit
Bibit yang dibesarkan pada pendederan III dapat diseleksi mulai minggu ke – 2
untuk mendapatkan bibit dengan ukuran yang sesuai (8 – 12 cm). Sisa bibit yang tidak
lolos seleksi pertama, diseleksi lagi pada minggu ke – 3. Sisa bibit yang tidak lolos
seleksi kedua dapat terus dipelihara hingga mencapai ukuran yang disyaratkan atau
langsung dijual.
3. Refleksi
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
A. Deskripsi
Untuk dapat mengetahui dan memahami dengan baik penerapan inovasi dan persiapan
wadah pendederan komoditas perikanan, diperlukan pengetahuan tentang konsep
inovasi dan persiapan wadah pendederan komoditas perikanan. Pada kegiatan
pembelajaran ini akan dipelajari tentang materi pengertian konsep dan persiapan wadah
pendederan komoditas perikanan serta konsep inovasi dan persiapan wadah pendederan
komoditas perikanan.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik yang telah mempelajari materi ini diharapkan mampu :
Menjelaskan pengertian konsep berbagai program pendederan komoditas air
tawar secara santun
Menerapkan berbagai konsep inovasi dan persiapan wadah pendederan
komoditas perikanan secara santun
2. Uraian Materi
Persiapan Wadah / Kolam
Dalam budidaya ikan semi intensif dan intensif, persiapan wadah budidaya
merupakan bagin dari cara budidaya ikan yang baik (CBIB). Persiapan wadah meliputi
perbaikan wadah (pematang, saluran, pintu air, jarring, rakit dan lain – lain),
pengangkatan lumpur dasar, pemberantasan hama, pengeringan (kolam, tambak, jarring,
dan lain – lain), pembajakan dasar kolam dan tambak, dan pengisian air.
Pada budidaya ikan di kolam dan tambak, persiapan tanah dasar pada kolam dan
tambak yang telah lama beroperasi harus dilakukan lebih baik karena tanah dasar telah
menumpuk limbah yang sangat besar yang menyimpatn berbagai penyakit. Pada
prinsipnya, semua wadah budidaya dapat digunakan untuk budidaya ikan. Namun,
pemilihan wadah harus disesuaikan dengan kondisi lokasi dan kemampuan investasi.
Wadah yang cocok digunakan untuk budidaya ikan intensif di danau dan dan waduk
adalah keramba, sangkar, hampang, dan KJA. Sementara kolam cocok dibangun di
sekitar sungai dan saluran irigasi. Jika dilakukan disekitar rumah dengan lahan yang
sempit dapat membangun bak semen, kolam terpal, atau menggunakan drum dan toren.
Dalam budidaya ikan yang menerapkan padat penebaran tinggi dan pemberian
pakan optimal akan mempercepat penurunan kualitas air. Pada kolam air mengalir atau
kolam air tenang (KAT) karena kondisi air di kolam mengalir sehingga kualitas tetap
terjaga. Demikian pula wadah berupa keramba dan sangkar yang ditempatkan di sungai
atau saluran irigasi. Kondisi air mengalir merupakan factor yang menguntungkan
karena kualitas air tetap terjaga. Sedangkan wadah berupa KJA yang diterapkan di
perairan dalam seperti waduk dan danau, sisa pakan dan kotoran ikan akan menumpuk
di dasar perairan yang sewaktu – waktu dapat terangkut ke permukaan, terutama ketika
terjadi arus balik atau umbalan (upwelling).
Sementara pada budidaya ikan di tambak, kolam beton dan kolam terpal
penngelolaan kualitas airnya dilakukan dengan penggantian air, penggunaan aerator
untuk memasok oksigen, dan penyedotan limbah di dasar tambak / kolam. Pengelolaan
kualitas air mutlak dilakukan tidak hanya dengan penggantian air atau perlakuan air,
tetapi juga pemberian pakan yang sesuai dan tepat. Pemberian pakan terhadap ikan
harus dilakukan secara tepat, cukup (jumlah dan nutrisi), dan sesuai dengan kebutuhan
ikan budidaya. Teknik pemberian pakan terbaik harus diterapkan untuk menghasilkan
produksi yang tinggi, juga untuk mengurangi jumlah pakan terbuang yang dapat
mempercepat penurunan kualitas air.
Kolam untuk pendederan harus dipersiapkan sebaik mungkin agar pendederan
berjalan lancar. Kolam yang akan digunakan dapat berupa kolam beton, kolam terpal,
atau dari bahan lain seperti akuarium atau bak plastic. Untuk pemilihan lokasi harus
memperhatikan beberapa persyaratan yaitu :
1 Kolam yang dibangun bisa diberbagai tempat namun perlu memperhatikan
ketinggian lokasi dari permukaan laut karena terkait dengan suhu air.
2 Air yang digunakan untuk mengisi kolam memenuhi syarat untuk kegiatan
pendederan, terutama tidak tercemar limbah beracun.
3 Pemiliha lokasi harus jelas, buka merupakan tanah sengketa, serta lokasi dipilih
sesuai dengan rencana induk pembangunan daerah setempat.
4 Lokasi untuk kolam harus mudah dijangkau untuk memudahkan pengadaan alat,
bahan, benih, pakan, dan pengangkutan hasil panen.
5 Untuk kolam yang dibangun di daerah pemukiman penduduk perlu dipikirkan
penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan dibangun penampungan untuk
buangan air limbah sehingga air limbah pemeliharaan ikan di olah lebih dahulu
sebelum dibuang ke saluran umum. Bisa juga membangun bak atau sumur
resapan untuk menampung limbah yang dibuang.
Selain itu, dan yang terpenting adalah ketersediaan oksigen yang cukup dan air
yang bersih. Air yang digunakan juga harus berasal dari sumur atau sungai yang belum
tercemar. Jangan menggunakan air hujan atau air PDAM. Air hujan bersifat asam
sementara air dari PDAM kadar klorin atau kaporitnya tinggi sehingga tidak bagus
untuk media budidaya. Bila terpaksa harus menggunakan air PDAM maka harus
diendapkan terlebih dahulu selama 1 x 24 jam.
Kolam beton
Kolam beton untuk pemeliharaan ikan dibangun dengan menggunakan batu
merah, batako, atau batu kali yang dicampur dengan semen. Untuk membangun kolam
beton, beberap hal perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Kolam beton dibuat dengan dua cara, yaitu a. Kolam yang dibuat di atas
permukaan tanah, yaitu kolam yang dibangun di atas dasar tanah
sehingga dasar kolam sejajar dengan dasar tanah atau sedikit di atas dasar
tanah; b. Kolam yang dibangun di dalam tanah, yaitu kolam yang dibuat
dengan menggali tanah sehingga badan atau dinding kolam berada di
dalam tanah dan hanya tampak beberapa sentimeter di atas permukaan
tanah.
2. Kolam dibuat dengan batu kali, batu baata, atau batako yang dicampur
dengan pasir, kapur, dan semen. Ukuran kolam disesuaikan dengn lokasi
dan kemampuan finansial. Ukuran kolam beton biasanya 2 x 6 m, 3 x 4
m, 3 x 5 m, 5 x 5 m, 5 x 10 m, dan sebagainya. Ketinggian atau
kedalaman kolam yang baaik adalah 1,20 – 1,50 m.
3. Kolam dapat dibangun terpisah antara satu kolam dengan yang lainnya.
Namun, sebaiknya membuat banyak kolam dengan sistem seri atau
parallel karena lebih menghemat material bangunan. Jika kolam beton
dibuat lebih dari 5 unit secara seri, lebih baik kolam tersebut dipasangi
sloof dari kolam satu ke kolam lain agar kolam tidak mudah retak atau
hancur.
4. Kolam dilengkapi dengan saluran pemasukan dan pembuangan air.
Untuk saluran pembuangan dibuat dua buah, yaitu saluran pembuangan
utuma dan saluran pembuangan kelebihan air. Lubang pembuangan
utama berfungsi untuk mengatur penggantian air, sedangkan lubang
pembungan kelebihan air berguna untuk menjaga agar tinggi permukaan
air tetap stabil, terutama bila terjadi hujan. Karena itu, letak lubang
tersebut disesuaikan dengan ketinggian air kolam.
Kolam beton yang baru selesai dibuat jangan langsung digunakan untuk
pendederan karena masih „panas‟ dan banyak mengandung senyawa yang
dapat meracuni bibit . Kolam baru itu sebaiknya diisi air hingga ½ penuh terlebih
dahulu dan kemudian ke dalamnya dimasukkan potongan – potongan batang pisang
yang cukup banyak. Air kolam diisi hingga penuh dan kemudian dibiarkan selama 1 – 2
minggu. Batang pisang yang membusuk akan menyerap senyawa racun yang berbahaya
bagi bibit. Setelah itu kolam dicuci bersih sehingga siap digunakan untuk pendederan.
Sebelum digunakan, kolam beton sebaiknya terlebih dahulu dilakukan
pengapuran dengan cara diberi kapur pertanian 10 – 50 g/m 2 untuk meningkatkan pH air
dan membunuh bibit penyakit. Untuk daerah dengan pH air yang tinggi, pemberian
kapur sebaiknya tidak dilakukan. Selanjutnya dilakukan pemupukan dengan
menggunakan pupuk organic berupa pemberian kotoran ayam 200 – 500 g/m 2 untuk
meningkatkan pertumbuhan pakan alami (plankton dan jasad renik lainnya).
Gambar 26. Kolam Beton
Penyegaran air kolam sebaiknya dilakukan terus menerus agar air tetap bersih
dan kandungan oksigennya tinggi. Gunakan pipa paralon berdiameter ± 1 cm untuk
mengeluarkan dan memasukkan air. Aliran air keluar masuk sedang, jangan terlalu
deras. Demikian pula dengan aliran air keluar kolam. Pipa yang terdapat pada kolam
diberi kain kassa untuk menghambat laju air keluar dan mencegah terbawanya bibit
dalam aliran air. Sisa pakan dan kotoran ikan di dasar kolam secara rutin dibersihkan
dengan melakukan penyiponan tiap 20 – 30 hari sekali.
Kolam terpal
Sesuai namanya, kolam terpal adalah kolam yang keseluruhan bentuknya dari
bagian dasar hingga sisi – sisi dindingnya menggunakan bahan utama berupa terpal.
Selain berbentuk kolam tanah atau kolam beton, kolam terpal juga bisa berbentuk bak,
tetapi disokong dengan kerangka dari bamboo, kayu, atau besi.
Berdasarkan peletakannya, kolam terpal terdiri dari kolam terpal di atas
permukaan tanah dan kolam terpal di bawah permukaan tanah. Sedangkan berdsarkan
bahan dan cara membuatnya, terutama dinding atau kerangka kolam maka dikenal
beberapa kolam terpal, yaitu
a Kolam terpal dengan kerangka bamboo kayu / besi
b Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata
c Kolam terpal dengan dinding tanah
d Kolam beton atau kolam tanah berlapis terpal.
Untuk kolam a dan b merupakan kolam di atas permukaan tanah. Kolam c adalah
kolam di bawah permukaan tanah, sedangkan kolam d bisa berupa kolam di bawah
permukaan tanah maupun di atas permukaan tanah.
Kolam terpal diatas permukaan tanah adalah kolam yang dibangun / dibuat di
atas permukaan tanah tanpa menggali atau melubangi permukaan tanahnya. Kolam
terpal jenis ini lebih cocok dibangun di lahan yang miskin air, di tanah yang relative
datar, di tanah berpasir, tetapi luasnya mencukupi. Konstruksi kolam yang dibangun di
atas permukaan tanah dpat menggunakan kerangka dari bamboo / kayu, dan pipa besi
ataupun baktako / batu bata.
Kolam terpal di bawah permukaan tanah adalah kolam yang dibangun / dibuat di
bawah permukaan tanah, dimana dalam pembuatannya melubangi atau menggali tanah
untuk memendam sebagian atau seluruh kolam terpal. Bila kolam terpal yang
dimasukkan ke dalam hanya sebagian saja maka keliling kolamnya harus diberi
kerangka dari kayu / bambu / besi atau batu bata untuk menyangga sisi atau tepi kolam.
Namun, jika kolam ditanam seluruhnya dalam tanah maka sepanjang tepian terpal harus
diikat dengan pasak di sepanjang tepian lubang atau pada ujung terpal dilipat dan
ditindih dengan batu bata, kayu, atau pot tanaman. Kolam terpal jenis ini cocok
dibangun di tanah yang porous, seperti tanah berpasir. Kolam terpal yang dibangun di
bawah permukaan tanah selain berfungsi menghemat air agar tidak merembes, juga
mencegah berbagai organisme tanah yang melubangi kolam. Suhu air pada kolam
terpal yang dibangun di bawah permukaan tanah lebih stabil. Untuk membangun kolam
terpal, beberapa hal perlu diperhatikan sebagai berikut :
1. Kolam terpal yang dibuat disesuaikan dengan ukuran terpal, misalnya
ukuran kolam 2 x 3 x 1 m, 4 x 5 x 1 m, 6 x 4 x 1 m, atau 4 x 8 x 1 m.
2. Kerangka kolam dapat berupa bamboo, kayu, atau pipa besi.
3. Kolam dilengkapi dengan saluran pengeluaran air dari pipa paralon atau
PVC
4. Jika kolam dibangun di bawah permukaan tanah maka untuk mencegah
kolam dari banjir ketika hujan deras, dibuat tanggul penahan yang tinggi.
Biasanya kolam terpal berbentuk bujur sangkar sesuai dengan bentuk terpalnya.
Apabila terpal yang digunakan masih baru, sebaiknya terpal itu direndam dulu dalam air
mengalir kemudian dijemur selama beberapa hari. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan bibit penyakit dan senyawa yang berbahaya bagi bibit ikan.
Seperti kolam beton, pemasangan pipa paralon untuk keluar masuk air sebaiknya
juga dilakukan. Dengan adanya penyegaran air secara kontinu maka air kolam akan
terjaga kebersihannya dan kandungan oksigen tetap tinggi sehingga bibit akan
bertumbuh dengan baik. Sebelum digunakan, korlam terpal juga perlu diberi pupuk
kandang kototran ayam sebanyak 200 – 500 g/m2 dan kapur pertanian 10 – 50 g/m2.
Bak plastic / Aquarium
Bak plastic atau akuarium digunakan apabila jumlah bibit tidak terlalu banyak.
Ukuran bak plastic atau akuarium yang berukuran sekitar 40 – 70 x 80 – 200 cm, hanya
dapat menampung menampung beberapa ribu bibit. Bak plastic atau akuarium biasanya
hanya digunakan untuk pendederan I saja. Pada pendederan II dan III, penggunaan bak
plastic atau akuarium kurang baik ditinjau dari segi ruang gerak bibit.
Gambar 28. Aquarium
Sebelum digunakan, bak plastic atau akuarium tidak perlu diberi kotoran ayam
atau kapur, cukp diberi air bersih. Khusus untuk akuarium, sebelum digunakan
sebaiknya dijemur dan diisi dengan air dan dibiarkan selama beberapa hari. Lem yang
digunakan untuk merekatkan kaca akuarium dapat membahayakan bibit bila belum
benar benar kering.
Kelemahan bak plastic ataupun akuarium terletak pada volumenya yang sangat
terbatas. Oleh karena itu, bak plastic ataupun akuarium perlu dilengkapi dengan
regulator yang dapat menyediakan air bersih dan oksigen.
3. Refleksi
1 Dari hasil kegiatan pembelajaran apa saja yang telah anda peroleh dari aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap ?
2 Apakah anda merasakan manfaat dari pembelajaran tersebut, jika ya apa manfaat
yang anda peroleh ? Jika tidak, mengapa ?
KESIMPULAN
Agustinus Bambang Kusworo, S.Pi. 2004. Pengelolaan Kualitas Air pada Pembesaran
Bandeng. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta
Anonim. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Program Alih Jenjang D4 Bidang
Akuakultur SITH. ITB – VEDCA – SEAMOLEC
Abbas Siregar Djarijah, Ir. 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Deswanti Sitanggang. 2017. Pertumbuhan pada Ikan dan Faktor – Faktor yang
Mempengaruhinya. Manajemen Sumberdaaya Perairan. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. Medan. Sumatera Utara. Http
://deswantisitanggang027.blogspot.com
Dwi Arianto. 2010. Jurus Ampuh Anti Gagal dalam Pembesaran Ikan Lele. Penerbit
Lily Publisher. Yogyakarta
Gusrina, Dr. M.Si.Ir. 2008. Budidaya Ikan Jilid 2. Direktorat Pembinaan SMK.
Jakarta
Gusrini, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade 8.
Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
H. Muhammad Iqbal, SE & Hj. Dini Wisbarti, S.Pi. 2017. Budidaya Lele Sistem
Filterisasi dan Akuaponik. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta
M. Ghufron H. Kordi K. 2012. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Penerbit Lily
Publisher. Yogyakarta
Taufik Ahmad, Erna Ratnawati, M. Jamil R. Yakob. 2009. Budidaya Bandeng Secara
Intensif. Penerbit PT. Penerbit Swadaya. Jakarta
TENTANG PENULIS