Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkripsi singkat…………………………………………. 1

2. Relevansi .............................................................................................. 2

3. Petunjuk Belajar .................................................................................. 3

B. INTI

1. Capaian Pembelajaran ..................................................................... 4

2. Sub Capaian Pembelajaran……………………………………… 4

3. Uraian Materi .................................................................................... 4

a. Menerapkan prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar


5
1. Aspek Tekhnis …..……………...……....................................... 7
1.1. Topografi…..……….............................................................
9
1.2. Kondisi tanah……………………………………………..

1.3. Kualitas dan kuantitas Air………………………………….

2. Aspek Non Tekhnis……………….............................................. 15


2.1. Aspek Sosial………………………..………………………
22
2.2. Aspek Ekonomi……………………………………………
3. Rangkuman…………………………………………………………. 35

4. Tugas Terstruktur…………………………………………………… 37

5. Diskusi …………………………………………………………………. 39

C. PENUTUP
1. Test Sumatif……….............................................................................. 39

2. Kunci Jawaban ………....................................................................... 40

Daftar Pustaka......................................................................................................41
A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Singkat

Pengertian Teknik Pendederan Ikan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan

pelepasan / penyebaran benih ikan / udang dari panti pembenihan (hatchery) ke tempat

pembesaran sementara. Untuk menguasai kompetensi teknik pendederan ikan, peserta didik

disamping menguasai manajemen pendederan ikan, juga harus mampu mengidentifikasi dan

mengoperasikan peralatan dan bahan yang dibutuhkan

prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar ini akan membahas

tentang kriteria pemilihan lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar, kelayakan

lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar, desain dan tata letak wadah

pendederan pada komoditas ikan air tawar sesuai komoditas dan proses produksi, serta

perhitungan kebutuhan wadah sesuai skala usaha dan proses produksi.

pada materi ajar ini, tahapan – tahapan dalam kegiatan Pendederan Ikan yang

akan dibahas meliputi : Aspek tekhnis yang mencakup topografi, tanah, kualitas dan

kuantitas air. Aspek non tekhnis meliputi, aspek social, aspek ekonomi dan legalitas.

2. Relevansi
Dalam usaha budidaya perairan pendederan merupakan salah satu factor penting
yang perlu diperhatikan. Untuk membuat tempat pendederan perlu diperhatikan
prosedur penerapan lokasi pendederan komoditas ikan air tawar.
B. INTI

1. Capaian Pembelajaran

Capaian pembelajaran yang diinginkan setelah mempelajari materi Tekhnik pendederan

Komoditas Perikanan adalah :

Menguasai dan mengembangkan prosedur penentuan lokasi pendederan komoditas air

tawar dari aspek tekhnis (topografi, tanah, kualitas dan kuantitas air) dan non tekhnis

(aspek social, aspek ekonomi dan legalitas).

2. Sub capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari kompetensi prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar,

peserta didik dapat :

1. menerangkan prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar

2. menerangkan faktor – faktor yang mempengaruhi lokasi pendederan

3. menganalisis factor teknis, sosial dan ekonomi lokasi pendederan pada komoditas ikan air

tawar

3. Uraian Materi

Pemilihan lokasi pendederan ikan merupakan langkah awal dalam usaha budidaya ikan

baik untuk usaha pembenihan ataupun pendederan ikan. Pemilihan lokasi usaha pendederan yang

tepat akan berdampak pada hasil usaha yang akan diperoleh. Hal yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan lokasi pendederan ikan antara lain adalah aspek tekhnis dan aspek non tekshnis.

Aspek tekhnis meliputi aspek social, aspek ekonomi dan legalitas. Apakah Anda pernah melakukan

analisis dalam melakukan pemilihan lokasi pendederan ikan? Berikut akan diuraikan aspek-aspek

yang harus diperhatikan dalam melakukan pemilihan lokasi pendederan


Aspek Teknis
Aspek yang tidak kalah penting dalam menetukan lokasi pendederan
adalah aspek teknis. Tanpa dukungan teknis yang memadai, usaha budidaya ikan
tidak akan berhasil. Untuk itu, harus ada tenaga ahli yang menguasai budidaya
ikan dari seluruh aspek, Ada beberapa hal teknis yang harus dikuasai dalam
memilih lokasi usaha pendederan ikan antara lain adalah:
1. Topografi (Ketinggian Tempat)
Topografi adalah bentuk keseluruhan dari permukaan tanah (datar,
bergelombang atau curam). Apabila tanahnya terlalu miring, terpaksa harus
membuat pematang yang lebar, tinggi dan sangat kuat agar dapat menahan massa
air besar yang dikumpulkan dibagian yang terendah.
Demikian pula sebaliknya apabila tanahnya terlalu datar harus menggali tanah
yang banyak, untuk memperoleh dasar kolam yang miring. Ada 6 tipe area
menurut kemiringan tanah :
a. Lembah berbentuk V tajam adalah lembah yang dasarnya berbentuk V tajam,
tidak memenuhi syarat untuk dibangun daerah perkolaman. Kita akan
membangun bendungan air atau pematang kolam yang luar biasa tingginya.
Jadi area yang mempunyai dasar lembah V tajam tidak cocok untuk dijadikan
kolam ikan.
Lembah berbentuk V tidak begitu tajam, agak lumayan bila akan dijadikan
kolam walaupun kita harus membangun kolam yang relatif sempit. Bentuk
kolam susunan seri akan lebih cocok pada lokasi seperti ini.
b. Lembah berbentuk V membulat, akan lebih baik untuk dibangun kolam dengan
sistem seri hanya pada lokasi ini dapat dibangun kolam yang lebih luas.
c. Lembah yang mendatar di salah satu lerengnya. Pada umumnya pada lokasi tersebut
akan terdapat sungai yang mengalir didasar lereng yang lainnya. Lokasi dengan
lembah yang mendatar ini akan lebih mudah dalam membangun kolam-kolam yang
lebih luas. Saluran buatan perlu dibangun yang nantinya akan digunakan sebagai
saluran pemasukkan. Sedangkan saluran pembuangan kita pilih sungai aslinya.
d. Lembah yang mendatar dikaki kedua lerengnya. Lokasi seperti ini merupakan area
yang paling ideal untuk dijadikan daerah perkolaman. Saluran air pemasukkan dan
pembuangan akan lebih mudah diatur tempatnya dan kolam–kolam akan dapat lebih
luas untuk dibangunnya. Jadi sungai–sungai yang berada disamping kiri dan
kanannya akan dapat berfungsi sebagai saluran pembuangan.
e. Daerah datar (kemiringannya lebih kecil 5%). Umumnya mempunyai permukaan
sungai yang tidak jauh berbeda dengan permukaan daratannya. Sehingga boleh
dikatakan tidak cocok untuk dijadikan area perkolaman karena sukarnya tempat
pembuangan air kolam.
Topografi dan lahan sangat perlu diperhatikan dalam perencanaan, tata ruang
dan penggunaan kolam. Topografi menyangkut konfigurasi permukaan tanah
termasuk kemiringan (slope), sedangkan lahan berkaitan dengan luasan tanah yang
tersedia dan kemungkinan pengembangannya. Topografi yang sedikit miring (3-5%)
sangat ideal karena kolam yang akan terbentuk bisa luas, pengisian dan pembuangan
air akan berjalan lancar dengan gaya gravitasi.
Untuk kolam budidaya air tawar, elevasi dibutuhkan untuk mengetahui
tingkat aliran air serta konstruksi kolam yang akan dibangun. Kemiringan lahan yang
paling baik untuk lokasi perkolaman adalah berkisar antara 3 – 5%, artinya
setiap 100 meter panjang perbedaan tingginya sekitar 3 – 5 meter.Apabila
permukaan lahan rata (tidak miring), maka pengisian maupun pembuangan air
harus menggunakan pompa.
2. Kondisi Tanah
Tanah merupakan faktor mutlak dalam kegiatan budidaya ikan , khususnya
untuk kegiatan pendederan dan pendederan. Untuk membuat suatu unit usaha
pendederan ikan harus memperhatikan sifat–sifat tanah. Tanah merupakan faktor
mutlak dalam pembuatan kolam budidaya. Tanah yang baik akan menghasilkan
kolam yang kokoh dan kuat, terutama bagian pematang atau tanggulnya. Tanah
yang kokoh dapat menahan tekanan air yang ada di dalam kolam sehingga kolam
tidak mudah jabol dan dapat menahan air.
Di Indonesia, ada empat jenis tanah yang dapat dipilih untuk melakukan
usaha pendederan ikan, yaitu tanah lempung berpasir, tanah serapan, tanah
berfraksi kasar dan tanah berbatu. Dari keempat jenis tanah tersebut hanya tanah
lempung berpasir yang terbaik untuk kolam. Jenis tanah ini akan membentuk
pematang yang kuat dan kolamnya subur. Jenis tanah lempung berpasir dapat
diketahui dengan cara tanah tersebut digenggam. Bila tidak pecah dan tidak
melekat di tangan maka tanah tersebut sangat baik untuk kolam.
Keadaan jenis tanah penting diperhatikan karena akan berpengaruh
terhadap kemiringan serta besar kecilnya pematang. Pemeliharaan ikan dikolam
sangat terpengaruh pada pematang untuk menahan volume air. Ketinggian air
kolam baru dapat dipertahankan ketika tanah dasar dan pematang dapat menahan
air dan tidak porous. Tanah liat berpasir atau lempung liat cukup berpasir biasanya
memiliki plastisitas dan tidak porous.
Ciri tanah dengan plastisitas tinggi biasanya tidak mudah terputus ketika
dibentuk memanjang seperti pencil, tetapi mudah pecah bila dibentuk lempengan
dan dipijat dengan jari. Tanah dengan plastisitas tinggi juga ditandai dengan tidak
terlalu menciut apabila kering dan tidak terlalu lengket apabila basah. Tanah
sawah memiliki plastisitas yang rendah di mana biasanya ditandai retak-retak
apabila kering (biasa disebut selo) dan lengket apabila basah.
Jenis tanah yang baik untuk membuat kolam ikan adalah:
a. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loam), tanah liat ini
berkadar liat 35-55% biasanya bersifat hidup dan mudah dibentuk. Untuk
mengetahuinya yaitu dengan cara menggenggam tanah tersebut (cara ini
mungkin cara yang paling efektif). Tanah ini apabila dibentuk tidak mudah
pecah dan tidak melekat ditangan apabila dibentuk sesuatu.
b. Tanah lempung liat berpasir (clay loam), atau lempung berdebu (silty loam),
dengan kadar liat sekitar 20-35%. Kedua tanah ini sangat kuat untuk
menahan air, sehingga cocok untuk pembuatan kolam budidaya ikan.
c. Tanah lempung berpasir yang berfraksi kasar dengan kadar liat hanya
sekitar 30%. Jenis tanah ini awalnya memang sangat sulit untuk menahan
air. Namun lama-kelamaan dengan pengolahan tanah yang baik dan terus
menerus, ditambah adanya sedimen atau endapan tanah yang terbawa air
sungai maka akan timbul daya tahan akan air. Kolam di daerah pegunungan
biasanya tergolong jenis ini, mengandung banyak pasir tetapi cukup layak
dibuat pematang.
Tanah dengan kandungan pasir yang banyak (lebih dari 70%) terutama
yang berbatu tidak cocok untuk dibuat kolam karena tidak bisa menahan air
(porous) dan sulit dibentuk. Jenis tanah yang demikian masih memungkinkan
apabila keseluruhannya dibeton atau ditembok. Kolam diartikan sebagai genangan
air yang sengaja dibuat oleh manusia dan keadaannya dapat dikendalikan dengan
mudah. Dikendalikan dengan mudah artinya mudah diairi dan dikeringkan dalam
waktu cepat. Oleh karena itu jenis tanah pada lokasi pendederan ikan harus
diketahui terlebih dahulu sebelum membuat kolam pendederan ikan.
Jenis tanah yang baik adalah tanah liat atau liat berpasir karena rembesan
air sedikit. Kesuburan tanah juga perlu diperhatikan, lebih-lebih jika
pengelolaannya menggantungkan pada produksi pakan alami. Oleh karena itu,
sebaiknya tanah mengandung cukup bahan organik dan pH tanah berkisar 6,5-8,0.
Jenis tanah berpasir atau berkerikil dapat juga digunakan asalkan dibangun
dengan konstruksi beton.
Ketersediaan air sepanjang tahun diperlukan untuk mengisi dan
mempertahankan kedalaman air yang diinginkan serta untuk memperbaiki kualitas
air. Volume air yang diperlukan tergantung pada luas dan kedalaman kolam, laju
perembesan dan penguapan air, serta tingkat intensitas pengelolaan. Pada kolam
tanah perembesan air tergantung pada porositas tanah dasar dan pematang kolam.
Oleh karena itu, sebelum membangun kolam disarankan untuk menguji
tanah dilaboratorium tanah. Jenis tanah liat halus dengan diameter kurang dari 2
jam diperkirakan bisa menyerap air sebanyak 1% dan total volume kolam,
sedangkan pada tanah liat berpasir (sandy clays) dan lempung-liat-berpasir
sebanyak 5-10%. Sementara itu kolam yang dibangun permanen akan kedap air.
Penguapan sebanding dengan suhu (air dan udara), tekanan uap, luas
permukaan air dan kecepatan angin. Untuk mendapatkan data tersebut dianjurkan
menghubungi Stasiun Meteorologi terdekat. Pada musim kering, penguapan di
Indonesia dapat mencapai 6-7 mm/hari dan permukaan air bebas, andaikata tidak
ada naungan.
Faktor utama yang harus diperhatikan adalah
a. Tanah pematang kolam harus kokoh sehingga dapat menahan massa air.
b. Kedap air atau tidak mudah meloloskan air (porous)
c. Subur, berlempung dan berhumus
d. pH atau reaksi tanah netral sampai basa memiliki stabilitas yang tinggi.

Pemilihan lokasi untuk usaha pendederan ikan di keramba dan jaring apung agak
berbeda dengan di darat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih lokasi adalah sebagai berikut:
a. Gelombang air dan angin.
Lokasi perairan di danau dan waduk yang terbuka sangat potensi terjadinya angin
dan gelombang air yang besar. Oleh karena itu, lokasi yang aman biasanya pada
teluk-teluk. Meskipun demikian lokasi yang tidak ada anginnya yang bertiup
airnya tidak teragitasi (air mati) sehingga pelarutan dan pelepasan gas-gas kurang
lancar. Sebaliknya angin yang kencang disertai gelombang yang besar dapat
merusak keramba dan jaring apung
serta ikan menjadi stres. Gelombang yang aman adalah tingginya tidak Iebih
dari 1-1,5 m (Moller 1979 dalam Beveridge 1987).
b. Arus
Pergantian air yang terus menerus adalah kebutuhan pokok untuk
penyegaran oksigen yang digunakan ikan dan membuang kotoran/sisa
metabolisme ikan. Dalam budidaya ekstensif, kelebihan arus air juga perlu
untuk mendapatkan makanan ikan. Arus yang terlalu besar akan merusak
keramba dan jaring apung serta ikan menjadi stres, pakan terbuang. Arus air
berkisar 10 - 60 cm/detik adalah sangat cocok, sedangkan yang lebih dari
100 cm/detik tidak dianjurkan digunakan (Chen 1979 dalam Bevendge
1987).
c. Kedalaman
Keramba tetap biasanya membutuhkan lokasi yang dangkal dari perairan
waduk, danau ataupun sungai. Untuk tipe jaring apung membutuhkan lokasi
perairan yang cukup dalam, minimal 5 - 8 m guna memaksimalkan
pergantian air dan menjaga dasar keramba bersih dari substrat dasar
perairan. Terjadinya akumulasi limbah pada dasar perairan menghasilkan
penurunan oksiqen terlarut dan kandungan gas-gas beracun (NH3 dan H2S)
serta jasad patogen yang tinggi.
d. Aksesibilitas
Lokasi Karamba Jaring Apung harus dihubungkan oleh jalan, sehingga
sarana transportasi dapat menjangkaunya. Hal ini penting untuk kemudahan
pengangkutan sarana produksi dan hasil ikan pada saat panen. Pertimbangan
lain yang mungkin dapat mempengaruhi biaya operasi antara lain jauh
dekatnya dengan sumber tenaga kerja sarana produksi seperti benih, pakan,
serta tempat pemasaran hasil.
3. Kuantitas dan Kualitas Air
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan baik pembenihan
maupun pendederan. Kuantitas dan kualitas air sangat diperlukan oleh ikan untuk
tumbuh dan berkembang biak. Tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya,
kualitas dan kuatitas air harus diperhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia yang berasal dari sumbernya,
seperti air sungai , air saluran, air saluran irigasi dan air bendungan, serta air tanah
seperti mata air dan air sumur untuk mengisi dan mengairi kolam. Jumlah air
yang dibutuhkan atau yang mengalir tersebut dikenal dengan istilah debit air.
Debit air yang dibutuhkan untuk budidaya ikan adalah 10 liter per menit. Dari
beberapa referensi dituliskan bahwa kebutuhan air untuk pemeliharaan ikan
sebagai berikut :
 Kultur ekstensif memerlukan air 3 liter/ha, debit air tersebut hanya cukup
untuk menutupi penguapan saja.
 Kultur semi ekstensif memerlukan 6–12 liter/detik/ha yang dapat
ditingkatkan menjadi 25 – 50 liter/detik/ha.
 Kultur intensif memerlukan air 100 liter/detik/kolam dimana kuantitas ini
sangat diperlukan terutama mengenai oksigen (O2).
Kebutuhan air serta kualitas untuk budidaya tergantung pada sistim
budidaya yang diterapkan dan spesies organisme yang dipelihara. Berdasarkan
gerakan air sistim budidaya biasa statis (lentic) atau mengalir (lotic). Sistim
budidaya statis pergantian air tak harus terus menerus, cukup mengganti air yang
hilang karena merembes dan mengendap (dengan kolam tanah). Untuk kolam
statis, sebaiknya air yang ada bisa untuk mengisi kolam dalam waktu 1-2 hari atau
tidak tidak lebih dari 3-4 minggu. Sistim budidaya air mengalir, air harus tersedia
terus menerus, baik harian, mingguan maupun musiman.
Pergantian air dipengaruhi oleh kepadatan dan spesies organisme yang
dipelihara serta frekuensi penggantinya. Schaperclaus (1933) dalam Bardach dkk.
(1972) mengemukakan bahwa debit air 10-50 l/detik diperlukan untuk pendederan
ikan trout dalam kolam pada kapasitas 100 m3. Di Jepang pemeliharaan ikan
karper sistim air deras menggunakan sistim debit air antara 100-362 liter/detik.
Kualitas air adalah veriabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan
ikan. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia dan biologi air. Sifat fisika
air meliputi suhu, kekeruhan dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan
oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas. Sifat biologi air meliputi jenis
dan jumlah binatang, seperti plankton yang hidup disuatu perairan.
Kualitas air berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Sebenarnya terdapat banyak variabel kualitas air
berpengaruh, tetapi hanya beberapa yang memegang peranan penting, yang
meliputi sifat fisik: suhu, kekeruhan, kecerahan, sifat kimia: pH, oksigen terlarut,
karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, bahan organik, kandungan nitrogen (N)
dan fospor (P) serta sifat biologi: bakteri, plankton, dan benthos. Diantara varibel
kualitas air tersebut saling berinteraksi baik secara langsung dan tidak langsung
dan hanya beberapa yang memegang peranan penting (Boyd dan Lichkoppter
1979, Boyd 1982), yaitu:
a. Suhu air
Jenis ikan tropis tumbuh baik pada suhu 25-32 °C. Suhu berpengaruh
terhadap proses kimia dan biologis. Proses ini naik dua kali lipat setiap
kenaikan suhu 10°C. Kenaikan suhu juga mempercepat kelarutan pupuk,
reaksi herbisida dan degradasi rotenon. Konsumsi oksigen Iebih besar pada
suhu tinggi dan pada suhu rendah. Di daerah dingin dan sedang terdapat
stratifikasi suhu air, lapisan air bagian atas yang hangat disebut epilimion
dan di bawahnya Iebih dingin disebut hipolimnion dan diantana keduanya
terdapat perubahan suhu yang menyolok (disebut thermocline).
b. Oksigen terlarut
Kelarutan oksigen dalam air adalah pada kondisi suhu dan tekanan atmosfer.
Konsentrasi oksigen dalam air dalam hubunganya dengan kelarutan pada
suhu yang ada, bisa bersifat kurang jenuh atau unsaturated atau jenuh
(saturated) dan sangat jenuh. Kelarutan kurang jenuh yaitu konsentrasinya
Iebih kecil daripada keIarutannya), sedangkan kelarutan jenuh adalah
konsentrasinya sama dengan kelarutan dan kelarutan sangat jenuh apabila
konsentrasinya Iebih besar daripada kelarutan. Penambahan oksigen dari
hasil fotosintesis oleh fitoplankton dan difusi dari udara dan kehilangannya
oleh karena proses respirasi, reaksi kimia dan biologi dalam lumpur dasar
dan pelepasan ke udara.
Konsentrasi oksigen yang baik untuk mendukung pertumbuhan ikan adalah
lebih dari 5 mg/I. Ikan dapat, hidup pada konsentrasi 1-5 mg/liter tetapi
pertumbuhannya lambat apabila dalam waktu yang lama. Meskipun ikan
tidak mati dalam keadaan oksigen yang rendah, tetapi aktivitas makan
berkurang dan ikan lemah sehingga mudah terserang penyakit dan parasit.
Ikan mati dalam beberapa jam apabila kadar oksigen kurang dan 1 mg/liter
(Boyd dan Lichkoppler 1979).
c. pH air
Dalam perairan yang normal, perubahan pH air tergantung pada kadar CO2,
alkalinitas dan kesadahan. Nilai pH naik pada siang hari karena kadar
karbondioksida akibat digunakan untuk fotosintesis. NiIai pH turun pada
malam hari karena kadar CO2 naik hasil proses respirasi. Nilai pH yang
biasa terjadi dalam kolam ikan berkisar 7,5 - 8,0 pada malam hari dan antara
9 - 10 pada siang hari. Namun apabila kesadahan rendah, pH bisa mencapai
11, yaitu selama proses fotosintesis tinggi. dalam hubungannya dengan
pemeliharaan ikan, Swingle (1969) dalam Boyd dan Lichkoppler (1979)
mengklasifikasi nilai pH sebagai berikut: antara 6,5 - 9,0 nilai yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, nilai pH kurang 6,5 dan lebih
dari 9 pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan terhambat, dan pada pH 4
dan 11 masing-masing merupakan titik kematian asam dan basa.
d. Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida bebas mudah terlarut dalam air dan pengaruh reaksinya
bersifat asam. Konsentrasi CO2 yang tinggi bisa ditolerir ikan
asalkankonsentrasi oksigennya relatif tinggi. Menurut Hart (1944) dalam
Boyd dan Lichkoppler (1979), ikan kebanyakan mampu hidup dalam air
dengan kadar CO2 sampai 60 mg/liter asalkan kadar oksigen tinggi.
Konsentrasi CO2 dalam air berhubungan erat dengan proses repirasi dan
fotosintesis, konsentrasi CO2 naik pada malam han dan turun pada siang
hail. Karbon dioksida tidak dapat menurunkan pH lebih rendah dan 4,5.
Penurunan pH yang Iebih rendah disebabkan oleh asam organik dan asam
mineral, seperti asam sulfat yang berasal dan oksidasi Fe.
e. Total Alkalinitas
Total alkalinitas adalah konsentrasi total basa (ion negatif) yang ada dalam
air dan dinyatakan dalam mg/I CaCO3. Alkalinitas terdiri atas atom ion-ion
karbonat (CO3-2) dan bikarbonat (HCO3-). Keduanya merupakan
penyangga (buffer) terhadap goncangan pH melalui sifatnya yang dapat
bersifat asam Iemah dan bersifat basa lemah. Disamping itu, alkalinitas
dapat melepaskan CO2 ketika konsentrasinya rendah karena proses
fotosintesis, sebaliknya dapat mengikat CO2 pada waktu konsentrasinya
tinggi. Pengaruhnya yang bersifat asam tersebut, CO2 dapat berperan dalam
reaksi amonium, yakni menurunkan pembentukan NH3 yang beracun bagi
ikan. Air yang mempunyai total alkalinitas kurang dari 15 mg/I
mengandung CO2 rendah, sedangkan kandungan antara 20-50 mg/I
mengandung CO2 yang cukup untuk produksi plankton.
f. Total kesadahan (Total hardness)
Total kesadahan adalah konsentrasi total ion logam bervalensi terutama Ca,
senyawa Mg yang dinyatakan dalam mg/I CaCO3. Kesadahan sama
pentingnya dengan alkalinitas. Konsentrasinya terkadang lebih tinggi dari
pada alkalinitas atau sebaliknya. Pada umumnya air yang paling produktif
untuk pemeliharaan ikan mempunyai nilai total.
g. NH3
Amonia (NH3) dalam air baik dari ekskresi ikan maupun hasil dekomposisi
bahan organik, dalam air membentuk reaksi keseimbangan dengan NH4+
dan OH-. Konsentrasinya tergantung pada pH dan suhu air. Konsentrasi
NH3 naik dengan semakin tinggi pH dan suhu air. NH3 sangat beracun bagi
ikan, sedangkan NH4+ tidak beracun. Konsentrasi NH3 dalam air antara
0,6-2 mg/I dapat meracuni kebanyakan ikan dalam waktu yang pendek
(Boyd 1982). Apabila konsentrasi amonium tinggi maka sering diikuti
konsentrasi nitrit yang tinggi pula (Boyd dan Lichkoppler 1979).
h. H2S
H2S berasal dari tanah yang mengandung deposit sulfida. Dalam pH yang
rendah timbulnya H2S berkurang dari I mg/I bisa mematikan ikan blugill
dengan cepat. Lc50 3 jam H2S terhadap burayak chanal catfish adalah 0,8
mg/I, pada suhu 25 - 35 °C. Pada pH adalah 1,0 mg/I, terhadap fingerling
1,3 mg/I terhadap benih lebih besar dari fingerling dan untuk ikan dewasa
adalah 1,4 mg/I (Bonn dan Fallis 1967).
i. Polutan
Polutan biasa berasal dari Iimbah industri, rumah tangga, pembangunan dan
pertanian yang masuk kedalam kolam bersama air. Chlor bebas atau
chloramine yang digunakan untuk air PAM pada konsentrasi 0,05 - 0,3 ppm
toksis terhadap ikan air tawar. Pada umumnya konsentrasi antara 2 - 10 mg/I
menyebabkan keracunan akut. Sejumlah deterjen menyebabkan toksis akut
terhadap ikan air tawar pada konsentrasi di bawah 10 ppm. Logam berat
seperti Ag, Hg, Cu, Pb, Zd, Zn, Al, Ni dan dari golongan logam-logam yang
relatif tinggi toksisnya. Garam-garam dari logam beracun seperti Ag, Hg
dan Cu dilaporkan berbahaya bagi ikan tawar pada kosentrasi sekitar 0,01
ppm. Menurut EPA (1972) dalam Boyd dan Lichkoppler 1979) kadar Mg
dapat mematikan ikan adalah 10 ppb, Ca antara 0,3-50 ppb.

Aspek Non Tekhnis

1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang berkaitan dengan pemilihan lokasi dan harus
dipertimbangkan karena akan menentukan keberhasilan usaha pendederan ikan antara
lain adalah:
1. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya lahan yang
digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada sehingga nantinya dapat
terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di sekitarnya.
2. Sumberdaya alam sekitar dapat digunakan, artinya dalam penyediaan sarana dan
prasarana tidak perlu harus dicari ke daerah lain.
3. Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja, artinya orang yang
bekerja pada usaha yang akan dibangun berasal dari lingkungan sekitarnya
sehingga dapat mengurangi pengangguran.
4. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, artinya lokasi usaha yang akan
dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan adapat diadakan kerja sama
produksi dengan penduduk sekitarnya
5. Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
6. Sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah.
7. Memiliki kekuatan hukum, yaitu mendapat izin lokasi usaha maupun izin usaha
dari pemerintah setempat.

2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi lokasi usaha pendederan yang harus diperhatikan adalah :

1. Usaha pendederan ikan air tawar dilakukan jika memberikan keuntungan dari

penggunaan lahan, tenaga kerjaa dan finansial

2. Lokasi harus memiliki kemudahan akses sarana sosial, seperti pasar, sekolah dan

tempat ibadah

3. Lokasi usaha pendederan ikan air tawar harus memperhatikan tingkat permintaan

benih dengan pertimbangan sarana dan prasarana pemasaran hasil, seperti lembaga

pemasaran hasil, tempat penampungan hasil, wadah atau kemasan, bahan pembantu

dalam budidaya pendederan, sarana transportasi dan komunikasi.

4. Lokasi harus terletak di daerah yang memmiliki sarana pengadaan bahan dan alat

produksi pada pendederan serta tenaga kerja terampil.

5. Lokasi harus memiliki sarana komunikasi untuk memudahkan pengadaan alat dan

bahan produksi pada pendederan sehingga dapat menjamin kelancaran kelangsungan

kegiatan budidaya serta mengurangi biaya pemeilharaan dalam pendederan.

6. Pemilihan lokasi harus meperhatikan rencana budidaya dan kemudahan memperoleh

modal.
7. Pemilihan lokasi usaha harus memperhitungkan kemungkinan pengembangan usaha.

Sarana transportasi dan sarana penghubung seperti telepon mudah terjangkau. Dengan

lokasi pendederan yang dihubungkan oleh jalan, sehingga sarana transportasi dapat

menjangkaunya. Hal ini penting untuk kemudahan pengangkutan material selama

pembangunan maupun pengangkutan sarana produksi dan hasil ikan pada saat panen

3. Aspek Legalitas

Aspek Legalitas Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk

tanah negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya.

Disamping itu, status peruntukan tanahnya juga harus jelas, misalnya untuk daerah pertanian

dan daerah pemukiman.

RANGKUMAN

Pemilihan lokasi usaha pendederaan ikan air tawar tidaklah beda yang merupakan hal

penting yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan. Faktor utama dalam

pemilihan adalah pemilihan lokasi usaha adalah lahan karena berkaitan langsung dengan manajemen

budidaya ikan, penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil.. Pemilihan lokasi dan lahan untuk

usaha pendederan ikan harus memenuhi beberapa kriteria yang memiliki aspek teknis, aspek biologi,

higienis,lingkungan, sosial ekonomi dan legal.

1. Aspek Tekhnis

a. Topografi adalah bentuk keseluruhan dari permukaan tanah (datar, bergelombang dan curam).

Topografi merupakan sorotan utama kita dalam pertama kali karena akan menentukan tipe,

luas,jumlah dan kedalaman kolam yang akan dibuat. Ada enam tipe tempat yang mempunyai sifat

dan kegunaan khusus untuk pembuatan kolam, yaitu : lembah yang berbentuk V tajam , Lembah

yang berbentuk V tidak begitu tajam, Lembah yang berbentuk V membulat, Lembah yang
dasarnya mendatar disalah satu lerengnya dengan sungai didasar lereng lainnya, lembah yang

dasarnya mendatar disalah satu lerengnya dengan sungai didasar lereng lainnya, lembah yang

dasarnya mendatar dikaki kedua lereng dengan saluran sungai ditengah dataran, lembah yang

dasarnya mendatar dikaki kedua lereng dengan saluran sungai ditengah dataran, lembah yang

dasarnya terlalu datar.

b. Tanah

Jenis tanah yang baik adalah tanah liat atau liat berpasir karena rembesan air
sedikit. Kesuburan tanah juga perlu diperhatikan, lebih-lebih jika pengelolaannya
menggantungkan pada produksi pakan alami. Oleh karena itu, sebaiknya tanah
mengandung cukup bahan organik dan pH tanah berkisar 6,5-8,0. Jenis tanah
berpasir atau berkerikil dapat juga digunakan asalkan dibangun dengan
konstruksi beton.
c. Kualitas dan Kuantitas air
Kualitas air berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Sebenarnya terdapat banyak variabel kualitas air
berpengaruh, tetapi hanya beberapa yang memegang peranan penting, yang
meliputi sifat fisik: suhu, kekeruhan, kecerahan, sifat kimia: pH, oksigen terlarut,
karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, bahan organik, kandungan nitrogen (N)
dan fospor (P) serta sifat biologi: bakteri, plankton, dan benthos. Diantara varibel
kualitas air tersebut saling berinteraksi baik secara langsung dan tidak langsung
dan hanya beberapa yang memegang peranan penting
2. Aspek non tekhnis
a. Aspek Sosial
Lokasi usaha pendederan ikan air tawar harus aman dari segala gangguan dan
tidak terdampak negatif terhadap masyarakat sekitar dengan kata lain usaha
pendederan tersebut tidak bertentangan dengan norma sosial yang dianut
nasyarakat di sekitar lingkungan lokasi usaha
b. Aspek ekonomi
Dari aspek ekonomi prosedur pemilihan lokasi pendederan harus memberikan
keuntungan dari penggunaan lahan, tenaga kerjaa dan finansial
3. Legalitas

Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk tanah negara, tanah
garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya. Disamping itu, status

peruntukan tanahnya juga harus jelas, misalnya untuk daerah pertanian dan daerah pemukiman

1. Tugas Terstruktur

a. Mengamati/Observasi

 Mengamati prosedur menentukan lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar

 Mencatat kegiatan yang dilakukan selama identifikasi menentukan lokasi

pendederan pada komoditas ikan air tawar

No. Bagian yang diamati Catatan


1. Aspek Tekhnis
a. Topogravi
b. Tanah
c. Kualitas dan Kuantitas air
2. Aspek Nonteknis
a. Aspek social
b. Aspek ekonomi
3. Aspek Legalitas

b. Menanya

Mendiskusikan dengan anggota kelompok dengan bertanya tentang :

 Aspek tekhnis yang meliputi

a. Topografi

b. Tanah

c. Kualitas dan kuantitas air

 Aspek Nontekhnis yang meliputi

a. Aspek social

b. Aspek ekonomi

 Legalitas Lokasi

c. Mengumpulkan informasi
 Mendata prosedur penerapan lokasi pendederan komoditas perairan ikan air tawar
dilihat dai aspek Tekhnis, non tekhnis dan legalitas.
d. Mengasosiasi/menalar

 Apa hubungan antara aspek tekhnis, non tekhnis dan legalitas dengan dalam

menentukan lokasi pendederan pada komoditas air tawar dengan keberhasilan

usaha budidaya perikanan.

e. Mengkomunikasikan

 Buatlah laporan pengamatan prosedur penerapan lokasi pendederan pada komoditas

ikan air tawar.

 Menguraikan aspek tehnis dan non tekhnis pada penerapan prosedur lokasi

pendederan komoditas ikan air tawar.

2. Diskusi

Untuk menentukan usaha budidaya pada tahap pendederan adalah menerapkan prosedur

penentuan lokasi terdiri atas aspek tekhnis dan non tekhnis. Jelaskan mana penentu yang

lebih dominan dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya perikanan.

Selamat berdiskusi !

Soal!

1. Lokasi yang sesuai untuk dibuat kolam dengan system seri adalah tipe

a. Lembah berbentuk V tajam

b. Lembah berbentuk V tidak begitu tajam

c. Lembah berbentuk V membulat

d. Lembah yang dasarnya mendatar disalah satu lerengnya

e. Lembah yang dasarnya mendatar dikaki kedua lerengnya

2. Lokasi yang paling ideal untuk membuat kolam pendederan dengan topografi yang

berbentuk..
a. Lembah berbentuk V tajam

b. Lembah berbentuk V tidak begitu tajam

c. Lembah berbentuk V membulat

d. Lembah yang dasarnya mendatar disalah satu lerengnya

e. Lembah yang dasarnya mendatar dikaki kedua lerengnya

3. Topografi dengan tingkat elevasi berapa persen yang ideal untuk penentuan lokasi

pendederan?

a. 3 -5 % c. 7 – 9% e. 1- 3%

b. 5- 7% d. 9 – 10 %

4. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loam), tanah liat ini berkadar liat

a. 35-55% c. 30 % e. 15 -20 %

b. 20 -35 % d. 40 %

5. Tanah yang ideal untuk pendederan ikan air tawar adalah

a. Tanah lempung liat berpasir (clay loam)

b. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loam)

c. tanah liat berpasir (sandy clays)

d. tanah lempung berpasir

e. tanah berpasir

6. pH tanah yang baik untuk pendederan ikan air tawar adalah..

a. 6,5 – 8 c. 5 -6 e. 8-9

b. 7 -8 d. 6-7

7. Jenis ikan tropis tumbuh baik pada suhu..

a. 25-32 °C c. 25 – 27 0C e. 23 – 230C

b. 20 -25 0C d. 27- 29 0C

8. Sifat kimia air yang diamati dalam penerapan prosedur lokasi pendederan koomoditas ait
tawar adalah

a. kandungan oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas.

b. Kandungan pH, suhu, kecerahan, amoniak

c. Kandungan karbondioksida, pH, salinitas, suhu

d. Kandungan amoniak, kecerahan, salinitas, pH

e. Kandungan oksigen, amoniak, suhu, alkalinitas

9. Sifat biologi air yang diamati dalam penerapan prosedur lokasi pendederan koomoditas ait

tawar meliputi …

a. jenis dan jumlah binatang, seperti plankton yang hidup disuatu perairan

b. jenis dan jumlah tanaman air

c. jenis dan jumlah serangga air

d. jenis dan jumlah ikan

e. jenis dan jumlah larva ikan

10. Konsentrasi oksigen yang baik untuk mendukung pertumbuhan ikan adalah

a. lebih dari 5 mg/I. d. lebih dari 1 mg/L

b. sama dengan 5 mg/L e. antara 1- 3 mg/L

c. kurang dari 5 mg/L

11. pH yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah…

a. 6,5 - 9,0 c. 6-7 e. 7,5 - 8


b. 7 – 9 d. 7 -8
12. Konsentrasi total basa (ion negatif) yang ada dalam air dan dinyatakan dalam mg/I
CaCO3 adalah pengertian dari..
a. Total alkalinitas c. NH3 e. pH
b. Total kesadahan d. CO2

13. Polutan biasa berasal dari ..


a. Iimbah industri, rumah tangga, pembangunan dan pertanian
b. Iimbah rumah tangga, pembangunan dan pertanian
c. Iimbah pembangunan dan pertanian
d. Iimbah pertanian
e. Iimbah rumah tangga dan pertanian

14. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya


a. Lahan yang digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada
b. Lahan yang digunakan bisa menghasilkan banyak ikan
c. Lahan yang digunakan bisa digunakan Bersama masyarakat
d. Lahan yang digunakan bisa berubah menjadi tempat hiburan
e. Lahan yang digunakan untuk pemancingan umum
15. Dampak positif dari aspek sosial bagi masyarakat sekitar, artinya
a. lokasi usaha yang akan dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan
dapat diadakan kerja sama produksi dengan penduduk sekitarnya
b. Lokasi usaha yang digunakan bisa digunakan Bersama masyarakat setempat
c. Lokasi usaha yang digunakan bisa berubah menjadi tempat hiburan
masyarakat
d. Lokasi usaha yang digunakan untuk pemancingan umum
e. Lokasi usaha yang digunakan bisa untuk tontonan masyarakat sekitar
16. Lokasi pendederan harus memiliki kekuatan hukum, yaitu
a. Mendapat izin lokasi usaha maupun izin usaha dari pemerintah setempat
b. Mendapatkan izin lokasi usaha dari pemuka adat setempat
c. Mendapatkan izin lokasi usaha dari masyarakat
d. Mendapatkan izin lokasi usaha dari pemilik lokasi sebelahnya
e. Mendapat izin lokasi usaha dari usaha dari keluarga
17. Pemilihan lokasi usaha harus memperhitungkan kemungkinan pengembangan
usaha. Sarana transportasi dan sarana penghubung seperti telepon mudah
terjangkau. Merupakan prosedur pemilihan lokasi berdasarkan aspek
a. Social c. budaya d. legalitas
b. Ekonomi d. seni
18. Dari aspek ekonomi pemilihan Lokasi harus terletak di daerah yang
a. Memiliki sarana pengadaan bahan dan alat produksi pada pendederan serta
tenaga kerja terampil
b. Memiliki panorama yang bagus untuk meningkatkan mood pekerja
c. Memiliki partner usaha sehingga ada relasi dalam usaha perikanan.
d. Memiliki sarana komunikasi yang memadai untuk mempermudah peninjauan
lokasi pendederan
e. Memiliki sarana pengadaan bahan pangan.
19. Dekat dengan sumber air, tetapi bukan daerah banjir, serta harus dapat diairi sepanjang

tahun. Semakin jauh dengan sumber air, maka semakin banyak biaya pengadaan air untuk

budidaya ikan. Merupakan penentuan lokasi pendederan dari aspek

a. Ekonomi c. Aspek tekhnis e. Aspek Non tekhnis

b. Social d. Aspek Budaya

20. Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk tanah
negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya.
Ini usaha pendederan dilihat dari aspek..
a. Legalitas c. Ekonomi e. Seni
b. Social d. Budaya

Kunci Jawaban
1. C 6. A 11.A 16.A
2. E 7. A 12. A 17.B
3. A 8. A 13. A 18.A
4. A 9. A 14. A 19.A
5. A 10. A 15.A 20. A
DAFTAR PUSTAKA

Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade
6. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur

http://ardiansyah.ubb.ac.id/sample-page/pengantar-budidaya-perairan/4-
pemilihan-lokasi-dan-persiapan-wadah-budidaya-ikan/

Herman,SPi. Buku teks Bahan ajar siswa. Tekhnis pendederan Komoditas


Perikanan Budidaya

Anda mungkin juga menyukai