A. PENDAHULUAN
2. Relevansi .............................................................................................. 2
B. INTI
4. Tugas Terstruktur…………………………………………………… 37
5. Diskusi …………………………………………………………………. 39
C. PENUTUP
1. Test Sumatif……….............................................................................. 39
Daftar Pustaka......................................................................................................41
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Pengertian Teknik Pendederan Ikan adalah ilmu yang mempelajari tentang kegiatan
pelepasan / penyebaran benih ikan / udang dari panti pembenihan (hatchery) ke tempat
pembesaran sementara. Untuk menguasai kompetensi teknik pendederan ikan, peserta didik
disamping menguasai manajemen pendederan ikan, juga harus mampu mengidentifikasi dan
prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar ini akan membahas
tentang kriteria pemilihan lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar, kelayakan
lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar, desain dan tata letak wadah
pendederan pada komoditas ikan air tawar sesuai komoditas dan proses produksi, serta
pada materi ajar ini, tahapan – tahapan dalam kegiatan Pendederan Ikan yang
akan dibahas meliputi : Aspek tekhnis yang mencakup topografi, tanah, kualitas dan
kuantitas air. Aspek non tekhnis meliputi, aspek social, aspek ekonomi dan legalitas.
2. Relevansi
Dalam usaha budidaya perairan pendederan merupakan salah satu factor penting
yang perlu diperhatikan. Untuk membuat tempat pendederan perlu diperhatikan
prosedur penerapan lokasi pendederan komoditas ikan air tawar.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
tawar dari aspek tekhnis (topografi, tanah, kualitas dan kuantitas air) dan non tekhnis
Setelah mempelajari kompetensi prosedur lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar,
3. menganalisis factor teknis, sosial dan ekonomi lokasi pendederan pada komoditas ikan air
tawar
3. Uraian Materi
Pemilihan lokasi pendederan ikan merupakan langkah awal dalam usaha budidaya ikan
baik untuk usaha pembenihan ataupun pendederan ikan. Pemilihan lokasi usaha pendederan yang
tepat akan berdampak pada hasil usaha yang akan diperoleh. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan lokasi pendederan ikan antara lain adalah aspek tekhnis dan aspek non tekshnis.
Aspek tekhnis meliputi aspek social, aspek ekonomi dan legalitas. Apakah Anda pernah melakukan
analisis dalam melakukan pemilihan lokasi pendederan ikan? Berikut akan diuraikan aspek-aspek
Pemilihan lokasi untuk usaha pendederan ikan di keramba dan jaring apung agak
berbeda dengan di darat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih lokasi adalah sebagai berikut:
a. Gelombang air dan angin.
Lokasi perairan di danau dan waduk yang terbuka sangat potensi terjadinya angin
dan gelombang air yang besar. Oleh karena itu, lokasi yang aman biasanya pada
teluk-teluk. Meskipun demikian lokasi yang tidak ada anginnya yang bertiup
airnya tidak teragitasi (air mati) sehingga pelarutan dan pelepasan gas-gas kurang
lancar. Sebaliknya angin yang kencang disertai gelombang yang besar dapat
merusak keramba dan jaring apung
serta ikan menjadi stres. Gelombang yang aman adalah tingginya tidak Iebih
dari 1-1,5 m (Moller 1979 dalam Beveridge 1987).
b. Arus
Pergantian air yang terus menerus adalah kebutuhan pokok untuk
penyegaran oksigen yang digunakan ikan dan membuang kotoran/sisa
metabolisme ikan. Dalam budidaya ekstensif, kelebihan arus air juga perlu
untuk mendapatkan makanan ikan. Arus yang terlalu besar akan merusak
keramba dan jaring apung serta ikan menjadi stres, pakan terbuang. Arus air
berkisar 10 - 60 cm/detik adalah sangat cocok, sedangkan yang lebih dari
100 cm/detik tidak dianjurkan digunakan (Chen 1979 dalam Bevendge
1987).
c. Kedalaman
Keramba tetap biasanya membutuhkan lokasi yang dangkal dari perairan
waduk, danau ataupun sungai. Untuk tipe jaring apung membutuhkan lokasi
perairan yang cukup dalam, minimal 5 - 8 m guna memaksimalkan
pergantian air dan menjaga dasar keramba bersih dari substrat dasar
perairan. Terjadinya akumulasi limbah pada dasar perairan menghasilkan
penurunan oksiqen terlarut dan kandungan gas-gas beracun (NH3 dan H2S)
serta jasad patogen yang tinggi.
d. Aksesibilitas
Lokasi Karamba Jaring Apung harus dihubungkan oleh jalan, sehingga
sarana transportasi dapat menjangkaunya. Hal ini penting untuk kemudahan
pengangkutan sarana produksi dan hasil ikan pada saat panen. Pertimbangan
lain yang mungkin dapat mempengaruhi biaya operasi antara lain jauh
dekatnya dengan sumber tenaga kerja sarana produksi seperti benih, pakan,
serta tempat pemasaran hasil.
3. Kuantitas dan Kualitas Air
Air merupakan faktor terpenting dalam budidaya ikan baik pembenihan
maupun pendederan. Kuantitas dan kualitas air sangat diperlukan oleh ikan untuk
tumbuh dan berkembang biak. Tanpa air ikan tidak akan dapat hidup. Karenanya,
kualitas dan kuatitas air harus diperhatikan agar kegiatan budidaya berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.
Kuantitas air adalah jumlah air yang tersedia yang berasal dari sumbernya,
seperti air sungai , air saluran, air saluran irigasi dan air bendungan, serta air tanah
seperti mata air dan air sumur untuk mengisi dan mengairi kolam. Jumlah air
yang dibutuhkan atau yang mengalir tersebut dikenal dengan istilah debit air.
Debit air yang dibutuhkan untuk budidaya ikan adalah 10 liter per menit. Dari
beberapa referensi dituliskan bahwa kebutuhan air untuk pemeliharaan ikan
sebagai berikut :
Kultur ekstensif memerlukan air 3 liter/ha, debit air tersebut hanya cukup
untuk menutupi penguapan saja.
Kultur semi ekstensif memerlukan 6–12 liter/detik/ha yang dapat
ditingkatkan menjadi 25 – 50 liter/detik/ha.
Kultur intensif memerlukan air 100 liter/detik/kolam dimana kuantitas ini
sangat diperlukan terutama mengenai oksigen (O2).
Kebutuhan air serta kualitas untuk budidaya tergantung pada sistim
budidaya yang diterapkan dan spesies organisme yang dipelihara. Berdasarkan
gerakan air sistim budidaya biasa statis (lentic) atau mengalir (lotic). Sistim
budidaya statis pergantian air tak harus terus menerus, cukup mengganti air yang
hilang karena merembes dan mengendap (dengan kolam tanah). Untuk kolam
statis, sebaiknya air yang ada bisa untuk mengisi kolam dalam waktu 1-2 hari atau
tidak tidak lebih dari 3-4 minggu. Sistim budidaya air mengalir, air harus tersedia
terus menerus, baik harian, mingguan maupun musiman.
Pergantian air dipengaruhi oleh kepadatan dan spesies organisme yang
dipelihara serta frekuensi penggantinya. Schaperclaus (1933) dalam Bardach dkk.
(1972) mengemukakan bahwa debit air 10-50 l/detik diperlukan untuk pendederan
ikan trout dalam kolam pada kapasitas 100 m3. Di Jepang pemeliharaan ikan
karper sistim air deras menggunakan sistim debit air antara 100-362 liter/detik.
Kualitas air adalah veriabel-variabel yang dapat mempengaruhi kehidupan
ikan. Variabel tersebut dapat berupa sifat fisika, kimia dan biologi air. Sifat fisika
air meliputi suhu, kekeruhan dan warna air. Sifat kimia air adalah kandungan
oksigen, karbondioksida, amoniak, dan alkalinitas. Sifat biologi air meliputi jenis
dan jumlah binatang, seperti plankton yang hidup disuatu perairan.
Kualitas air berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Sebenarnya terdapat banyak variabel kualitas air
berpengaruh, tetapi hanya beberapa yang memegang peranan penting, yang
meliputi sifat fisik: suhu, kekeruhan, kecerahan, sifat kimia: pH, oksigen terlarut,
karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, bahan organik, kandungan nitrogen (N)
dan fospor (P) serta sifat biologi: bakteri, plankton, dan benthos. Diantara varibel
kualitas air tersebut saling berinteraksi baik secara langsung dan tidak langsung
dan hanya beberapa yang memegang peranan penting (Boyd dan Lichkoppter
1979, Boyd 1982), yaitu:
a. Suhu air
Jenis ikan tropis tumbuh baik pada suhu 25-32 °C. Suhu berpengaruh
terhadap proses kimia dan biologis. Proses ini naik dua kali lipat setiap
kenaikan suhu 10°C. Kenaikan suhu juga mempercepat kelarutan pupuk,
reaksi herbisida dan degradasi rotenon. Konsumsi oksigen Iebih besar pada
suhu tinggi dan pada suhu rendah. Di daerah dingin dan sedang terdapat
stratifikasi suhu air, lapisan air bagian atas yang hangat disebut epilimion
dan di bawahnya Iebih dingin disebut hipolimnion dan diantana keduanya
terdapat perubahan suhu yang menyolok (disebut thermocline).
b. Oksigen terlarut
Kelarutan oksigen dalam air adalah pada kondisi suhu dan tekanan atmosfer.
Konsentrasi oksigen dalam air dalam hubunganya dengan kelarutan pada
suhu yang ada, bisa bersifat kurang jenuh atau unsaturated atau jenuh
(saturated) dan sangat jenuh. Kelarutan kurang jenuh yaitu konsentrasinya
Iebih kecil daripada keIarutannya), sedangkan kelarutan jenuh adalah
konsentrasinya sama dengan kelarutan dan kelarutan sangat jenuh apabila
konsentrasinya Iebih besar daripada kelarutan. Penambahan oksigen dari
hasil fotosintesis oleh fitoplankton dan difusi dari udara dan kehilangannya
oleh karena proses respirasi, reaksi kimia dan biologi dalam lumpur dasar
dan pelepasan ke udara.
Konsentrasi oksigen yang baik untuk mendukung pertumbuhan ikan adalah
lebih dari 5 mg/I. Ikan dapat, hidup pada konsentrasi 1-5 mg/liter tetapi
pertumbuhannya lambat apabila dalam waktu yang lama. Meskipun ikan
tidak mati dalam keadaan oksigen yang rendah, tetapi aktivitas makan
berkurang dan ikan lemah sehingga mudah terserang penyakit dan parasit.
Ikan mati dalam beberapa jam apabila kadar oksigen kurang dan 1 mg/liter
(Boyd dan Lichkoppler 1979).
c. pH air
Dalam perairan yang normal, perubahan pH air tergantung pada kadar CO2,
alkalinitas dan kesadahan. Nilai pH naik pada siang hari karena kadar
karbondioksida akibat digunakan untuk fotosintesis. NiIai pH turun pada
malam hari karena kadar CO2 naik hasil proses respirasi. Nilai pH yang
biasa terjadi dalam kolam ikan berkisar 7,5 - 8,0 pada malam hari dan antara
9 - 10 pada siang hari. Namun apabila kesadahan rendah, pH bisa mencapai
11, yaitu selama proses fotosintesis tinggi. dalam hubungannya dengan
pemeliharaan ikan, Swingle (1969) dalam Boyd dan Lichkoppler (1979)
mengklasifikasi nilai pH sebagai berikut: antara 6,5 - 9,0 nilai yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, nilai pH kurang 6,5 dan lebih
dari 9 pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan terhambat, dan pada pH 4
dan 11 masing-masing merupakan titik kematian asam dan basa.
d. Karbon dioksida (CO2)
Karbon dioksida bebas mudah terlarut dalam air dan pengaruh reaksinya
bersifat asam. Konsentrasi CO2 yang tinggi bisa ditolerir ikan
asalkankonsentrasi oksigennya relatif tinggi. Menurut Hart (1944) dalam
Boyd dan Lichkoppler (1979), ikan kebanyakan mampu hidup dalam air
dengan kadar CO2 sampai 60 mg/liter asalkan kadar oksigen tinggi.
Konsentrasi CO2 dalam air berhubungan erat dengan proses repirasi dan
fotosintesis, konsentrasi CO2 naik pada malam han dan turun pada siang
hail. Karbon dioksida tidak dapat menurunkan pH lebih rendah dan 4,5.
Penurunan pH yang Iebih rendah disebabkan oleh asam organik dan asam
mineral, seperti asam sulfat yang berasal dan oksidasi Fe.
e. Total Alkalinitas
Total alkalinitas adalah konsentrasi total basa (ion negatif) yang ada dalam
air dan dinyatakan dalam mg/I CaCO3. Alkalinitas terdiri atas atom ion-ion
karbonat (CO3-2) dan bikarbonat (HCO3-). Keduanya merupakan
penyangga (buffer) terhadap goncangan pH melalui sifatnya yang dapat
bersifat asam Iemah dan bersifat basa lemah. Disamping itu, alkalinitas
dapat melepaskan CO2 ketika konsentrasinya rendah karena proses
fotosintesis, sebaliknya dapat mengikat CO2 pada waktu konsentrasinya
tinggi. Pengaruhnya yang bersifat asam tersebut, CO2 dapat berperan dalam
reaksi amonium, yakni menurunkan pembentukan NH3 yang beracun bagi
ikan. Air yang mempunyai total alkalinitas kurang dari 15 mg/I
mengandung CO2 rendah, sedangkan kandungan antara 20-50 mg/I
mengandung CO2 yang cukup untuk produksi plankton.
f. Total kesadahan (Total hardness)
Total kesadahan adalah konsentrasi total ion logam bervalensi terutama Ca,
senyawa Mg yang dinyatakan dalam mg/I CaCO3. Kesadahan sama
pentingnya dengan alkalinitas. Konsentrasinya terkadang lebih tinggi dari
pada alkalinitas atau sebaliknya. Pada umumnya air yang paling produktif
untuk pemeliharaan ikan mempunyai nilai total.
g. NH3
Amonia (NH3) dalam air baik dari ekskresi ikan maupun hasil dekomposisi
bahan organik, dalam air membentuk reaksi keseimbangan dengan NH4+
dan OH-. Konsentrasinya tergantung pada pH dan suhu air. Konsentrasi
NH3 naik dengan semakin tinggi pH dan suhu air. NH3 sangat beracun bagi
ikan, sedangkan NH4+ tidak beracun. Konsentrasi NH3 dalam air antara
0,6-2 mg/I dapat meracuni kebanyakan ikan dalam waktu yang pendek
(Boyd 1982). Apabila konsentrasi amonium tinggi maka sering diikuti
konsentrasi nitrit yang tinggi pula (Boyd dan Lichkoppler 1979).
h. H2S
H2S berasal dari tanah yang mengandung deposit sulfida. Dalam pH yang
rendah timbulnya H2S berkurang dari I mg/I bisa mematikan ikan blugill
dengan cepat. Lc50 3 jam H2S terhadap burayak chanal catfish adalah 0,8
mg/I, pada suhu 25 - 35 °C. Pada pH adalah 1,0 mg/I, terhadap fingerling
1,3 mg/I terhadap benih lebih besar dari fingerling dan untuk ikan dewasa
adalah 1,4 mg/I (Bonn dan Fallis 1967).
i. Polutan
Polutan biasa berasal dari Iimbah industri, rumah tangga, pembangunan dan
pertanian yang masuk kedalam kolam bersama air. Chlor bebas atau
chloramine yang digunakan untuk air PAM pada konsentrasi 0,05 - 0,3 ppm
toksis terhadap ikan air tawar. Pada umumnya konsentrasi antara 2 - 10 mg/I
menyebabkan keracunan akut. Sejumlah deterjen menyebabkan toksis akut
terhadap ikan air tawar pada konsentrasi di bawah 10 ppm. Logam berat
seperti Ag, Hg, Cu, Pb, Zd, Zn, Al, Ni dan dari golongan logam-logam yang
relatif tinggi toksisnya. Garam-garam dari logam beracun seperti Ag, Hg
dan Cu dilaporkan berbahaya bagi ikan tawar pada kosentrasi sekitar 0,01
ppm. Menurut EPA (1972) dalam Boyd dan Lichkoppler 1979) kadar Mg
dapat mematikan ikan adalah 10 ppb, Ca antara 0,3-50 ppb.
1. Aspek Sosial
Aspek sosial yang berkaitan dengan pemilihan lokasi dan harus
dipertimbangkan karena akan menentukan keberhasilan usaha pendederan ikan antara
lain adalah:
1. Lingkungan hidup dan kelestarian alam dapat dijaga, artinya lahan yang
digunakan tidak merusak lingkungan yang sudah ada sehingga nantinya dapat
terjalin hubungan yang baik dengan masyarakat pengguna tanah di sekitarnya.
2. Sumberdaya alam sekitar dapat digunakan, artinya dalam penyediaan sarana dan
prasarana tidak perlu harus dicari ke daerah lain.
3. Penduduk sekitar dapat digunakan sebagai tenaga kerja, artinya orang yang
bekerja pada usaha yang akan dibangun berasal dari lingkungan sekitarnya
sehingga dapat mengurangi pengangguran.
4. Ada dampak positif bagi masyarakat sekitar, artinya lokasi usaha yang akan
dibangun dapat dijadikan contoh bagi masyarakat dan adapat diadakan kerja sama
produksi dengan penduduk sekitarnya
5. Keamanan lokasi terjamin atau tidak terganggu oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
6. Sesuai dengan perencanaan pembangunan daerah.
7. Memiliki kekuatan hukum, yaitu mendapat izin lokasi usaha maupun izin usaha
dari pemerintah setempat.
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi lokasi usaha pendederan yang harus diperhatikan adalah :
1. Usaha pendederan ikan air tawar dilakukan jika memberikan keuntungan dari
2. Lokasi harus memiliki kemudahan akses sarana sosial, seperti pasar, sekolah dan
tempat ibadah
3. Lokasi usaha pendederan ikan air tawar harus memperhatikan tingkat permintaan
benih dengan pertimbangan sarana dan prasarana pemasaran hasil, seperti lembaga
pemasaran hasil, tempat penampungan hasil, wadah atau kemasan, bahan pembantu
4. Lokasi harus terletak di daerah yang memmiliki sarana pengadaan bahan dan alat
5. Lokasi harus memiliki sarana komunikasi untuk memudahkan pengadaan alat dan
modal.
7. Pemilihan lokasi usaha harus memperhitungkan kemungkinan pengembangan usaha.
Sarana transportasi dan sarana penghubung seperti telepon mudah terjangkau. Dengan
lokasi pendederan yang dihubungkan oleh jalan, sehingga sarana transportasi dapat
pembangunan maupun pengangkutan sarana produksi dan hasil ikan pada saat panen
3. Aspek Legalitas
Aspek Legalitas Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk
tanah negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya.
Disamping itu, status peruntukan tanahnya juga harus jelas, misalnya untuk daerah pertanian
RANGKUMAN
Pemilihan lokasi usaha pendederaan ikan air tawar tidaklah beda yang merupakan hal
penting yang harus dilakukan untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan. Faktor utama dalam
pemilihan adalah pemilihan lokasi usaha adalah lahan karena berkaitan langsung dengan manajemen
budidaya ikan, penyediaan sarana produksi dan pemasaran hasil.. Pemilihan lokasi dan lahan untuk
usaha pendederan ikan harus memenuhi beberapa kriteria yang memiliki aspek teknis, aspek biologi,
1. Aspek Tekhnis
a. Topografi adalah bentuk keseluruhan dari permukaan tanah (datar, bergelombang dan curam).
Topografi merupakan sorotan utama kita dalam pertama kali karena akan menentukan tipe,
luas,jumlah dan kedalaman kolam yang akan dibuat. Ada enam tipe tempat yang mempunyai sifat
dan kegunaan khusus untuk pembuatan kolam, yaitu : lembah yang berbentuk V tajam , Lembah
yang berbentuk V tidak begitu tajam, Lembah yang berbentuk V membulat, Lembah yang
dasarnya mendatar disalah satu lerengnya dengan sungai didasar lereng lainnya, lembah yang
dasarnya mendatar disalah satu lerengnya dengan sungai didasar lereng lainnya, lembah yang
dasarnya mendatar dikaki kedua lereng dengan saluran sungai ditengah dataran, lembah yang
dasarnya mendatar dikaki kedua lereng dengan saluran sungai ditengah dataran, lembah yang
b. Tanah
Jenis tanah yang baik adalah tanah liat atau liat berpasir karena rembesan air
sedikit. Kesuburan tanah juga perlu diperhatikan, lebih-lebih jika pengelolaannya
menggantungkan pada produksi pakan alami. Oleh karena itu, sebaiknya tanah
mengandung cukup bahan organik dan pH tanah berkisar 6,5-8,0. Jenis tanah
berpasir atau berkerikil dapat juga digunakan asalkan dibangun dengan
konstruksi beton.
c. Kualitas dan Kuantitas air
Kualitas air berpengaruh terhadap kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangbiakan ikan. Sebenarnya terdapat banyak variabel kualitas air
berpengaruh, tetapi hanya beberapa yang memegang peranan penting, yang
meliputi sifat fisik: suhu, kekeruhan, kecerahan, sifat kimia: pH, oksigen terlarut,
karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, bahan organik, kandungan nitrogen (N)
dan fospor (P) serta sifat biologi: bakteri, plankton, dan benthos. Diantara varibel
kualitas air tersebut saling berinteraksi baik secara langsung dan tidak langsung
dan hanya beberapa yang memegang peranan penting
2. Aspek non tekhnis
a. Aspek Sosial
Lokasi usaha pendederan ikan air tawar harus aman dari segala gangguan dan
tidak terdampak negatif terhadap masyarakat sekitar dengan kata lain usaha
pendederan tersebut tidak bertentangan dengan norma sosial yang dianut
nasyarakat di sekitar lingkungan lokasi usaha
b. Aspek ekonomi
Dari aspek ekonomi prosedur pemilihan lokasi pendederan harus memberikan
keuntungan dari penggunaan lahan, tenaga kerjaa dan finansial
3. Legalitas
Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk tanah negara, tanah
garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya. Disamping itu, status
peruntukan tanahnya juga harus jelas, misalnya untuk daerah pertanian dan daerah pemukiman
1. Tugas Terstruktur
a. Mengamati/Observasi
Mengamati prosedur menentukan lokasi pendederan pada komoditas ikan air tawar
b. Menanya
a. Topografi
b. Tanah
a. Aspek social
b. Aspek ekonomi
Legalitas Lokasi
c. Mengumpulkan informasi
Mendata prosedur penerapan lokasi pendederan komoditas perairan ikan air tawar
dilihat dai aspek Tekhnis, non tekhnis dan legalitas.
d. Mengasosiasi/menalar
Apa hubungan antara aspek tekhnis, non tekhnis dan legalitas dengan dalam
e. Mengkomunikasikan
Menguraikan aspek tehnis dan non tekhnis pada penerapan prosedur lokasi
2. Diskusi
Untuk menentukan usaha budidaya pada tahap pendederan adalah menerapkan prosedur
penentuan lokasi terdiri atas aspek tekhnis dan non tekhnis. Jelaskan mana penentu yang
Selamat berdiskusi !
Soal!
1. Lokasi yang sesuai untuk dibuat kolam dengan system seri adalah tipe
2. Lokasi yang paling ideal untuk membuat kolam pendederan dengan topografi yang
berbentuk..
a. Lembah berbentuk V tajam
3. Topografi dengan tingkat elevasi berapa persen yang ideal untuk penentuan lokasi
pendederan?
a. 3 -5 % c. 7 – 9% e. 1- 3%
b. 5- 7% d. 9 – 10 %
4. Tanah liat atau lempung yang sedikit berpasir (sandy loam), tanah liat ini berkadar liat
a. 35-55% c. 30 % e. 15 -20 %
b. 20 -35 % d. 40 %
e. tanah berpasir
a. 6,5 – 8 c. 5 -6 e. 8-9
b. 7 -8 d. 6-7
a. 25-32 °C c. 25 – 27 0C e. 23 – 230C
b. 20 -25 0C d. 27- 29 0C
8. Sifat kimia air yang diamati dalam penerapan prosedur lokasi pendederan koomoditas ait
tawar adalah
9. Sifat biologi air yang diamati dalam penerapan prosedur lokasi pendederan koomoditas ait
tawar meliputi …
a. jenis dan jumlah binatang, seperti plankton yang hidup disuatu perairan
10. Konsentrasi oksigen yang baik untuk mendukung pertumbuhan ikan adalah
tahun. Semakin jauh dengan sumber air, maka semakin banyak biaya pengadaan air untuk
20. Status lahan usaha pendederan ikan air tawar harus jelas, yakni termasuk tanah
negara, tanah garapan, tanah sewa, tanah hak milik, anah adat atau tanah lainnya.
Ini usaha pendederan dilihat dari aspek..
a. Legalitas c. Ekonomi e. Seni
b. Social d. Budaya
Kunci Jawaban
1. C 6. A 11.A 16.A
2. E 7. A 12. A 17.B
3. A 8. A 13. A 18.A
4. A 9. A 14. A 19.A
5. A 10. A 15.A 20. A
DAFTAR PUSTAKA
Gusrina, Dr.M.Si.Ir. 2015. Modul Diklat PKB Guru Budidaya Perikanan Grade
6. Kemendikbud. Dirjen Guru & Tenaga Kependidikan Pertanian. Cianjur
http://ardiansyah.ubb.ac.id/sample-page/pengantar-budidaya-perairan/4-
pemilihan-lokasi-dan-persiapan-wadah-budidaya-ikan/