net/publication/322826653
CITATIONS READS
22 8,733
5 authors, including:
Taufik Hidayat
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
77 PUBLICATIONS 398 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Utilization of Chitosan-Sodium Tripolyphosphate as Nanoparticle Excipient for Topical Dosage Form View project
All content following this page was uploaded by Taufik Hidayat on 04 September 2018.
Cara sitasi: Dolorosa MT, Nurjanah, Purwaningsih S, Anwar E, Hidayat T. 2017. Kandungan senyawa
bioaktif bubur rumput laut Sargassum plagyophyllum dan Eucheuma cottonii sebagai bahan baku krim
pencerah kulit. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 20(3): 633-644.
Abstrak
Rumput laut adalah komoditas unggulan dengan jumlah melimpah dari Perairan Indonesia. Rumput
laut mengandung bahan aktif alami yang berfungsi sebagai antioksidan dan inhibitor tirosinase yang dapat
menghambat proses pembentukan melanin dan pendekatan terbaru yang digunakan untuk mencerahkan
kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik kimia meliputi logam berat, metabolit
sekunder (senyawa fitokimia), kadar air, vitamin C dan E, serta aktivitas antioksidan dan angka lempeng
total (TPC) pada simplisia dan bubur S. plagyophyllum dan E. cottonii. Total mikroba S. plagyophyllum
sebesar 2,3×102 koloni⁄g dengan kadar air 16,71% dan E. cottonii 2,2×103 koloni⁄g dengan kadar air 19,79%.
Rumput laut cokelat S. plagyophyllum tidak mengandung logam berat yang berbahaya. Kadar vitamin
C pada kedua jenis rumput laut adalah 212,95 mg/kg untuk S. plagyophyllum dan 15,95 mg/kg untuk
E. cottonii. Kadar vitamin E S. plagyophyllum adalah 363,86 mg/kg dan 0,23 mg/kg untuk E. cottonii.
Nilai IC50 S. plagyophyllum sebesar 109 ppm dan 130,62 ppm untuk E. cottonii. Bubur S. plagyophyllum
mengandung senyawa bioaktif antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, saponin dan tanin. Bubur E. cottonii
memiliki senyawa bioaktif alkaloid dan terpenoid.
Abstract
Seaweed is main commodity with abundant amount of Indonesian waters. Seaweed contains naturally
bioactive compounds that acts as antioxidant and tyrosinase inhibitor which inhibit melanin formation
and the latest approach used to skin lightening. The aim of this research were to determine chemical
characterization such as heavy metal, secondary metabolite (phytochemical compounds), moisture, vitamin
C and E, antioxidant activity and total plate count (TPC) on dry simplisia and slurry of S. plagyophyllum
and E. cottonii. Total microbe of S. plagyophyllum amounted 2.3×102 colony⁄g with moisture content 16,71%
and E. cottonii amounted 2.2×103 colony⁄g with moisture content 19.79%. Brown seaweed, S. plagyophyllum,
did not contain dangerous heavy metal. Vitamin C value in both spesies of seaweed were 212.95 mg/kg for
S. plagyophyllum and 15,95 mg/kg for E. cottonii. Vitamin E of S. plagyophyllum amounted 363.86 mg/kg
and 0.23 mg/kg for E. cottonii. IC50 value of S. plagyophyllum was 109 ppm and 130.62 ppm for E. cottonii.
S. plagyophyllum slurry contain bioactive compound such as alkaloids, steroids, flavonoids, saponins and
tannins. E. cottonii slurry contain bioactive compound alkaloids and terpenoids.
menghilangkan bau dan rasa amis yang Preparasi bubur rumput laut
terdapat pada alga cokelat (Yunizal 2004). Rumput laut direndam menggunakan air
Sampel dikering-anginkan selama 5-6 hari deionisasi selama 12 jam dengan perbandingan
(Masduqi et al. 2014). Tujuan dari pengeringan rumput laut dan air deionisasi 1:20 (Saputra
ini adalah untuk mempertahankan kandungan 2012). Tujuan perendaman dilakukan utnuk
bahan kimia dari rumput laut ini. Bahan baku melembikkan (melembutkan) rumput laut
disimpan hingga akan digunakan dalam supaya memudahkan dalam homogenisasi.
penelitian. Sampel E. cottonii diperoleh sudah Proses perendaman atau rehidrasi dilakukan
dalam keadaan kering dari hasil budidaya untuk menghilangkan bau dan rasa amis yang
masyarakat Desa Lontar, Serang, Banten. mungkin terdapat dalam kedua jenis rumput
Sampel E. cottonii dicuci dengan larutan laut yang digunakan (Yunizal 2004). Rumput
garam dan dikeringkan kembali di bawah laut dihomogenisasi dengan air deionisasi
sinar matahari agar sampel dapat disimpan dengan perbandingan antara sampel dan air
dalam jangka waktu yang lama. 1:1. Penghomogenan menggunakan blender
Penelitian diawali dengan menganalisis selama 3-5 menit.
komposisi kimia dan mikrobiologi berupa
kadar air, logam berat dan angka lempeng Analisis fitokimia
total pada simplisia S. plagyophyllum dan Skrining fitokimia dilakukan mengacu
E. cottonii. Rumput laut dibuat dalam sediaan pada Harborne (1984). Uji fitokimia
bubur, kemudian dianalisis senyawa fitokimia, dilakukan untuk mengetahui metabolit
vitamin C dan E, serta aktivitas antioksidan. sekunder (komponen bioaktif) yang terdapat
pada bubur S. plagyophyllum dan E. cottonii.
Kadar air Analisis fitokimia yang dilakukan terdiri dari
Komposisi kimia rumput laut analisis alkaloid, flavonoid, fenol hidrokuinon,
S. plagyophyllum dan E. cottonii diketahui steroid/triterpenoid, tanin, dan saponin.
dengan analisis kadar air berdasarkan AOAC
(2005). Analisis kadar air dilakukan dengan Analisis vitamin C
metode pengeringan oven pada suhu 105oC. Pengujian vitamin C secara umum adalah
menghomogenkan sampel dengan asam
Logam berat metafosfat, kemudian dilakukan pemisahan
Pengujian kandungan logam berat asam askorbat menggunakan kolom oktadesil
dilakukan pada bahan baku dengan metode silan (ODS, C-18), fase gerak larutan fosfat
spektrofotometeri serapan atom (SSA). (bentuk asam atau garam) pada panjang
Jenis residu logam berat yang diuji pada gelombang 254 nm (Rohman dan Sumantri
sampel bahan baku rumput laut E. cottonii 2013). Sampel yang digunakan adalah bubur
dan S. plagyophyllum adalah timbal (Pb) rumput laut merah dan cokelat. Penentuan
dan kadnium (Cd) (BSN 2011), arsen (As) kadar vitamin C mengacu pada metode Khalili
(Nurjanah et al. 1999), merkuri (Hg) (BSN et al. (2010) dengan membandingkan waktu
2016), dan timah (Sn) (Vera 2011). retensi dan spiking tes pada sampel dengan
L-asam askorbat. Sampel sebanyak 5 µL di-
Total mikroba inject-kan ke dalam High Performance Liquid
Perhitungan total mikroba dilakukan Chromatography (HPLC) dengan kecepatan
secara aseptis yang mengacu pada metode aliran eluen 0.8 mL/menit. Fase gerak (eluen)
BSN (1992). Sampel yang digunakan adalah yang digunakan adalah asam fosfat 1% dengan
simplisia kering rumput laut S. plagyophyllum kolom oktadesil silan (ODS merek Cronus,
dan E. cottonii. Media yang digunakan adalah C-18). Pengukuran dilakukan pada panjang
Plate Count Agar (PCA) yang steril pada suhu gelombang 254 nm.
45-55oC. Total mikroba diperoleh dengan
menghitung jumlah koloni yang tumbuh.
dalam bahan baku. Air merupakan media Metanol dan air demineralisasi merupakan
yang sangat baik untuk pertumbuhan pelarut polar akan tetapi air demineralisasi
mikroba (Rienoviar dan Nashrianto 2010). lebih polar dibandingkan dengan metanol.
Kadar air yang terdapat pada E. cottonii lebih Tingkat kepolaran pelarut mempengaruhi
tinggi dibandingkan dengan S. plagyophyllum. jenis senyawa polifenol yang terekstraksi.
Putri (2012) menambahkan pengeringan Pemilihan air demineralisasi pada pembuatan
dengan sinar matahari sangat bergantung bubur rumput laut dianggap lebih aman dan
pada cuaca dan memungkinkan terjadinya tidak meninggalkan residu bahan kimia yang
kontaminasi selama penjemuran yaitu debu, berbahaya.
kotoran atau serangga. Gazali et al. (2014) melaporkan
seyawa flavonoid dan tanin yang terdapat
Kandungan fitokimia S. plagyophyllum dalam ekstrak metanol kulit buah nyirih
dan E. cottonii (Xylocarpus granatum) merupakan senyawa
Kandungan fitokimia adalah metabolit yang memiliki aktivitas inhibitor tirosinase.
sekunder yang terdapat pada suatu simplisia. Flavonoid dan tanin termasuk ke dalam
Anggriyamurti (2014) mendefiniksikan kelompok senyawa polifenol. Senyawa
metabolit sekunder adalah hasil reaksi dari polifenol adalah senyawa yang bersifat polar
metabolit primer yang biasa digunakan oleh yang memiliki cincin aromatik dengan jumlah
tumbuhan untuk mempertahankan diri. gugus hidroksil (OH-) lebih dari satu. Chang
Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif (2009) menambahkan flavonoid, salah satu
untuk menentukan senyawa bioaktif yang dari polifenol, memiliki peran besar dalam
berperan sebagai senyawa pencerah kulit. aktivitas tirosinase karena mengandung gugus
Senyawa bioakif yang terdapat pada bubur fenol dan cincin piren. Struktur dari flavonoid
E. cottonii dan S. plagyophyllum disajikan pada secara prinsip sesuai sebagai substrat dan
Tabel 2. mampu berkompetisi sehingga dapat menjadi
Komponen bioaktif alkaloid dan penghambat tirosinase. Juwita et al. (2011)
terpenoid yang terdapat pada bubur menyatakan ekstrak kulit batang nangka
E. cottonii. Bubur S. plagyophyllum adalah penghambat kompetitif dengan
mengandung beberapa komponen bioaktif mekanisme penghambatan terjadi karena
antara lain alkaloid, steroid, flavonoid, senyawa aktif memiliki struktur yang mirip
saponin, dan tanin. Senyawa bioaktif yang dengan L-DOPA sebagai substrat dan akan
diduga berperan sebagai inhibitor tirosinase berkompetisi untuk berikatan pada sisi aktif
yang terdapat pada ekstrak metanol Sargassum tirosinase (atom Cu) yang menyebabkan tidak
sp. antara lain flavonoid, saponin, fenol dan terjadinya reaksi oksidasi sehingga berkurang
steroid (Putri 2014). Pembuatan bubur rumput pembentukan dopakuinon dan dopakrom.
laut menggunakan pelarut air demineralisasi. Alkaloid terdapat pada daun (tempat
fotosintesa), kuncup muda, akar pada rusak selama penyimpanan sehingga vitamin
tumubuhan, serta alkaloid larut dalam air C yang tersisa jauh lebih kecil jumlahnya
jika berupa garam alkaloid (HCl dan H2SO4), dibandingkan dengan sebelum penanganan
dan akan larut dalam pelarut organik jika atau penyimpanan (Kumalaningsih 2006).
dalam bentuk basa (Sirait 2007). Terpenoid Daya tahan vitamin yang terdapat dalam
adalah senyawa aktif yang terbentuk dari bahan pangan yang dikeringkan dengan alat
dua isopren aktif (isopentenil pirofosfat pengering (oven) lebih baik dibandingkan
atau IPP dan dimetilalil pirofosfat atau dengan di bawah sinar matahari karena dapat
DMAPP). Dua isopren ini berasal dari asam dengan cepat melepaskan kandungan air
mevalonat. Terpenoid dijumpai dalam bentuk dalam bahan baku.
glikosida, glikosil ester, dan iridoid. Steroid
adalah senyawa aktif yang terdiri dari 17 Kadar vitamin E
atom karbon dengan membentuk struktur Vitamin C dan E tergolong antioksidan
dasar 1,2-siklopentenoperhidrofenantren. sekunder. Kedua jenis vitamin ini dapat
Saponin adalah senyawa yang menangkap radikal bebas, mencegah
menimbulkan busa jika dikocok dalam air terjadinya reaksi berantai sehingga tidak
(Kristanti et al. 2008). Mekanisme saponin terjadi kerusakan yang lebih besar, serta
dari sampel Xanthoceras sorbifolia sebagai menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat
inhibitor tirosinase adalah meningkatkan oksigen. Kandungan vitamin E yang terdapat
nilai Km akan tetapi menurunkan nilai laju pada E. cottonii 0,23 mg/kg (berat kering) dan
oksidasi yang diindikasi dari rendahnya S. plagyophyllum 363,86 mg/kg (berat kering).
nilai Vmax dengan laju penghambatan Nurjanah et al. (2015) melaporkan kandungan
52% pada konsentrasi 0,96 mg/mL vitamin E yang terdapat pada E. cottonii
(Zhang dan Zhou 2013). segar 160,01 mg/kg dan Sargassum sp. segar
165,19 mg/kg. Matanjun et al. (2009)
Kadar vitamin C melaporkan kandungan vitamin E pada
Rumput laut memiliki senyawa simplisia kering dari rumput laut E. cottonii
fitonutrien yang terdiri dari senyawa polifenol dan S. polycystum masing-masing sebesar
dan non polifenol. Kelompok non polifenol 58,5 mg/kg dan 112,9 mg/kg. Kadar vitamin
di antaranya adalah vitamin. Handayani et E yang terdapat pada E. cottonii sangat sedikit,
al. (2004) menyatakan vitamin C merupakan diduga disebabkan oleh proses pengeringan
vitamin yang larut dalam air. Kandungan di bawah sinar matahari kembali. Jumlah
vitamin C yang terdapat pada E. cottonii 15,95 vitamin E pada rumput laut cokelat lebih
mg/kg (berat kering) dan S. plagyophyllum tinggi bila dibandingkan dengan rumput laut
212,95 mg/kg (berat kering). Kadar vitamin C merah. Suparmi dan Sahri (2009) menjelaskan
ini masih tergolong rendah bila dibandingkan bahwa rumput laut cokelat mengandung α,
dengan kadar vitamin C rumput laut secara β, dan γ-tokoferol, sedangkan pada rumput
umum. Menurut Burtin (2003), kadar vitamin laut merah hanya mengandung α- tokoferol,
C untuk rumput laut cokelat mencapai 500-300 sehingga jumlah vitamin E pada alga cokelat
mg/kg dan 100-800 mg/kg untuk rumput laut lebih besar dibandingkan dengan alga merah.
merah. S. plagyophyllum dikeringanginkan Syamsudin (2013) mendefinisikan vitamin
sedangkan E. cottonii dikeringkan di bawah E adalah vitamin yang memiliki cincin
sinar matahari. Hal ini bisa dipengaruhi kromanol dan rantai karbon C-12 alifatis yang
oleh beberapa faktor, antara lain, spesies, mengandung dua kelompok senyawa metil
umur panen, penyimpanan, kontak dengan di pertengahan dan di ujung. Mekanisme
lingkungan saat pengeringan sampel, dan aksi tokoferol sebagai antioksidan adalah
pengolahan. Sejati (2012) melaporkan bahwa melibatkan transfer hidrogen pada kelompok
vitamin C yang terdapat dalam sampel rentan 6-OH pada cincin krinamol, penangkapan
terhadap udara, cahaya, panas, dan sudah radikal bebas, dan regenerasi dengan
ketersediaan asam askorbat.