,)
ABSTRAK
Spirulina platensis merupakan sumber makanan organik yang mengandung protein tinggi
dengan asam amino yang seimbang. Spirulina juga memiliki kandungan senyawa aktif yaitu
fikosianin dan flavonoid. Senyawa aktif tersebut pada umumnya memiliki aktivitas yang potential
sebagai suplemen dan sediaan bahan aktif pada pangan fungsional. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kandungan fikosianin dan flavonoid dari mikroalga adalah nutrisi yang digunakan
dalam media pertumbuhan sehingga perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh komposisi
media terhadap kandungan fikosianin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
pengaruh variasi kandungan NaNO 3 pada media pertumbuhan terhadap kandungan fikosianin
dan flavonoid S. platensis; serta menentukan konsentrasi NaNO 3 terbaik pada media W alne
untuk menghasilkan biomassa S. platensis dengan kandungan fikosianin dan flavonoid tertinggi.
Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu kultivasi S. platensis; dan ekstraksi fikosianin, flavonoid,
dan komponen aktif lainnya. Kultur S. platensis menggunakan media W alne dengan variasi
kandungan NaNO3 yaitu masing-masing sebesar 80, 100 dan 120 g selama 11 hari. Total protein
dan nitrogen tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 g NaNO 3 masing-masing sebesar 44,30%
dan 7,09%. Biomassa S. platensis setiap perlakuan NaNO3 mengandung flavonoid, steroid, fenol
dan saponin. Konsentrasi dan rendemen fikosianin terbaik diperoleh pada perlakuan 80 g NaNO3
sebesar 1,32 mg/ml dan 32,93%.Total flavonoid ekstrak S. platensis tertinggi diperoleh pada
perlakuan 80 g NaNO3 sebesar 16,56%. S. platensis terpilih adalah perlakuan NaNO3 80 g karena
menghasilkan kandungan senyawa aktif flavonoid dan fikosianin tertinggi.
ABSTRACT
Spirulina platensis is a source of organic foods that contain high protein with balanced amino
acids. Spirulina also contains active compounds of phycocyanin and flavonoids. The active
compound communly to have potential activities as supplement and functional food. One of the
factors that affects the content of phycocyanin and flavonoids from microalgae is the nutrients
used in growth media. So that it is necessary to study the effect of media composition on the
content of phycochyanin and flavonoids. This study aimed to determine the effect of various
concentrations of NaNO 3 on growth media on the content of flavonoids and phycocyanin and
determine the best NaNO3 concentration in Walne media that produce S. platensis biomass with
the highest phycocyanin and flavonoid contents. This study was run in two steps that were cultivation
of S. platensis and extraction of phycocyanin, flavonoid, and other active components. S. platensis
were cultured in Walne media with various NaNO3 concentrations that were 80, 100 and 120 g for
11 days. The highest total protein and nitrogen were obtained from 100 g NaNO 3 treatment which
were 44.30% and 7.09% respectively. The biomass of S. platensis for each of NaNO3 treatment
contains flavonoids, steroids, phenols and saponins. The best concentration and yield of
phycocyanin were obtained from the treatment of 80 g NaNO 3 of 1.32 mg/ml and 32.93%
respectively. The highest total flavonoids of S. platensis extract were obtained at 80 g NaNO 3
treatment of 16.56%. The best treatment to grow S. platensis which produced highest active
content of phycocyanin and flavoniud was gained from 80 g NaNO 3 medium.
112
Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne ........(Hartoyo Notonegoro et al.,)
Dibuat larutan nutrisi sampai 1 liter dengan air suling/Nutrient solution was made up to 1 litre with distilled water
dan bibit yang digunakan 20% dari volume kultur. Ekstraksi fikosianin (Moraes, Burkert, & Kalil, 2008)
Spirulina platensis dipanen hari ke 11 dengan OD >
0,5. Pemanenan spirulina dilakukan dengan cara Ekstraksi fikosianin menggunakan bufer fosfat
penyaringan menggunakan nylon mesh ukuran 20 m yang mengacu pada penelitian Moraes et al. (2008).
untuk memisahkan biomassa dan filtratnya. Biomassa Biomassa kering S. platensis diekstrak menggunakan
dikeringkan menggunakan oven suhu 40 oC selama bufer sodium fosfat 10 mM (pH 7,0) dengan perbandingan
24 jam untuk mendapatkan biomassa kering S. sampel:pelarut sebesar 1:25 (b/v).
platensis. Biomassa kering yang sudah ditimbang kemudian
dicampurkan dengan bufer fosfat dalam tabung reaksi,
Ektraksi komponen aktif (Syahril et al. 2011) lalu dihomogenkan menggunakan vorteks selama
Biomassa S. platensis hasil kultur ditimbang 1 menit. Campuran keduanya diekstraksi dengan
sebanyak 10 g dan dimasukkan ke dalam tabung gelombang ultrasonik pada frekuensi 42 kHz selama
Erlenmeyer yang berisi pelarut etanol sebanyak 20 menit. Hasil ekstraksi selanjutnya disimpan
100 ml (sampel: pelarut 1:20 b/v). Sampel diekstraksi selama 1 hari pada suhu 4 °C.
menggunakan metode maserasi selama 3x24 jam dan Supernatan hasil ekstraksi kemudian dipisahkan
setiap 24 jam dilakukan penyaringan. Filtrat hasil menggunakan sentrifuse pada suhu 4 °C dengan
penyaringan disimpan dalam kulkas pada suhu 4 oC, kecepatan 5000 rpm selama 10 menit. Ekstrak
residu yang dihasilkan ditambah pelarut etanol untuk fikosianin kemudian dilakukan scanning untuk
dilakukan ekstraksi kembali. Filtrat yang dihasilkan mengkonfirmasi keberadaan fikosianin pada rentang
diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu panjang gelombang 620-660 nm menggunakan
40-48 oC selama 2 jam, disimpan dalam botol vial pada spektrofotometer. Fikosianin yang diperoleh kemudian
kulkas pada suhu 4 oC untuk analisis total flavonoid. dikeringkan menggunakan oven pada suhu 40 °C
113
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 2 Tahun 2018: 111-122
selama 12 jam. Hasil pengeringan fikosianin ditimbang Analisis C-phycocyanin (C-PC) dan rendemen
dan dilakukan analisis C-phycocyanin, rendemen Fikosianin (Bennet & Bogoard, 1973)
fikosianin dan total protein fikosianin.
Fikosianin yang diperoleh masing-masing
Analisis data (Walpole & Ronald, 1995) diencerkan sesuai dengan perlakuan yang digunakan
Evaluasi data rendemen, protein, nitrogen, flavonoid kemudian diukur absorbansinya menggunakan
dan fikosianin melibatkan perbedaan jenis media spektrofotometer pada panjang gelombang 615 nm
sebagai perlakuan. Data yang diperoleh diuji normalitas dan 652 nm. Konsentrasi C-PC dan rendemen
dan homogenitasnya sebelum dilakukan analisis fikosianin dihitung dengan persamaan Bennet dan
ANOVA. Analisis data dilakukan dengan Analysis of Bogoard (1973) yaitu:
Variant (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% ( = (OD 615) – 0,474 (OD 652)
0,05). Perlakuan yang berpengaruh terhadap respon, C-PC (mg/mL) =
5,34
selanjutnya diuji lanjut Duncan. Percobaan dilakukan
3 kali ulangan. PC x V
Rendemen =
DB
Prosedur analisis
Keterangan:
Analisis kadar protein kasar (AOAC, 1980) C-PC = Konsentrasi C - fikosianin (mg/mL)
Analisis kadar protein kasar biomassa S. platensis V = Volume pelarut (mL)
secara kuantitatif mengacu pada AOAC (1980) yang DB = Biomassa kering (g)
dilakukan melalui proses destruksi, destilasi dan
titrasi. Analisis total protein fikosianin (Lowry, Rosebrough,
Farr, & Randall, 1951)
Analisis total flavonoid (Chang, Yang, Wen, &
Chern, 2002) Analisis total protein fikosianin pada pigmen
fikosianin secara kuantitatif mengacu pada Lowry et
Larutan induk dibuat dengan cara 200 mg ekstrak al. (1951) yang dilakukan melalui proses pengikatan
biomassa, dimasukkan ke dalam labu alas bulat, Cu atau tembaga dengan ikatan peptide oleh tirosin
ditambah heksametilentetramina, aseton, dan larutan dan triptofan yang membentuk reduksi fosfomolibdat
HCl, kemudian dihidrolisis dengan caran direfluks dan fosfowlframat pada suasana alkali. Reaksi ini
selama 30 menit. Campuran hasil hidrolisis disaring, menghasilkan warna kebiruan yang dapat dibaca pada
filtrat dimasukkan ke dalam labu tentukur. Residu panjang gelombang 660 nm.
direfluks kembali dengan di ditambah aseton,
dididihkan, disaring dan filtrat dicampur ke dalam labu Analisis komponen aktif (Harborne, 1987)
tentukur. Campuran filtrat dimasukkan ke dalam
corong pisah dan ditambahkan akuades lalu dipartisi Analisis komponen aktif biomassa S. platensis
dengan etilasetat. Fraksi etil asetat dikumpulkan ke secara kualitatif dilakukan melalui pengujian fitokimia
dalam labu takar kemudian ditepatkan dengan etilasetat. terhadap senyawa alkaloid, steroid, saponin, flavonoid,
Larutan blanko dibuat dengan cara mengambil 10 dan fenol hidrokuinon dengan mengacu pada Harborne
mL larutan induk, ditambah dengan asam asetat (1987).
glasial. Larutan sampel dibuat dengan cara mengambil
10 ml larutan induk, ditambah dengan larutan AlCl3 HASIL DAN PEMBAHASAN
dan asam asetat glasial. Pengukuran dilakukan 30
menit menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 425 nm dengan pembanding kuersetin. Kultur dan Biomassa S. platensis
Kadar total flavonoid dihitung dengan rumus: Spirulina platensis dikultivasi menggunakan media
Walne dengan modifikasi jumlah kandungan NaNO3.
Total CP (As-Abs) x 1,25 x 100 NaNO3 merupakan bentuk utama nitrogen di perairan
= yang diketahui merupakan nutrien utama terhadap
Flavonoid (%) (Ap-Abp) Berat sampel
pertumbuhan mikroalga (Dinata, Anggreni, & Antara,
2017). Pertumbuhan S. platensis pada penelitian ini
Keterangan:
ditandai dengan semakin banyaknya sel yang
Cp = Konsentrasi pembanding
ditunjukkan dengan perubahan warna dari hijau cerah
As = Absorpsi sampel
menjadi hijau pekat pada media kultivasi (Gambar 1).
Abs = Absorpsi blanko sampel
Ap = Absorpsi pembanding Pertumbuhan pada Spirulina dipengaruhi berbagai
Abp = Absorpsi blanko pembanding faktor di antaranya adalah ketersediaan nutrien,
114
Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne ........(Hartoyo Notonegoro et al.,)
a b c
d e f
Gambar 1. Kultivasi S. platensis (a) 80 g NaNO3 hari ke-0, (b) 100 g NaNO3 hari ke-0, (c) 120 g NaNO3 hari
ke-0, (d) 80 g NaNO3 hari ke-11, (e) 100 g NaNO3 hari ke-11, (f) 120 g NaNO3 hari ke-11
Figure 1. Cultivation of S. platensis (a) 80 g NaNO3 day 0, (b) 100 g NaNO3 day 0, (c) 120 g NaNO3 day 0,
(d) 80 g NaNO3 day 11, (e) 100 g NaNO3 day 11, (f) 120 g NaNO3 day 11.
salinitas, pH, suhu dan media (Astiani, Dewiyanti, & dilihat pada Gambar 2. Waktu panen dilakukan saat
Mellisa, 2018). Menurut Costa et al. (2018), nitrogen mencapai fase stasioner akhir. Hal ini dilakukan karena
(N) merupakan unsur penting untuk pertumbuhan pada fase ini laju reproduksi mikroalga sama dengan
mikroalga yang menyusun komponen biokimia laju kematiannya sehingga mikroalga mengalami
jaringannya (protein dan lemak) . pert umbuhan yang seimbang dan membuat
Waktu pemanenan S. platensis dilakukan hingga kandungan nutrisi pada sel mikroalga yang dipanen
umur mikroalga mencapai fase stasioner yaitu hari akan menjadi lebih baik dari fase-fase sebelumnya
ke-11 yang dilihat berdasarkan kurva pertumbuhan. (Healey, 1973). Hal ini diperkuat oleh Rafaelina et
Kurva pertumbuhan Spirulina yang dihasilkan dapat al.(2016) yang menyatakan bahwa pemanenan
0.8
0.7
0.6
Nilai OD/OD value
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Hari 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Media
NaNO80 g/L
3 80 g/L
0 0.08 0.11 0.20 0.23 0.30 0.46 0.51 0.58 0.53 0.51 0.58 0.71 0.59 0.41 0.39 0.27 0.20 0.17 0.13
Media
NaNO3100
100g/L
g/L 0 0.08 0.19 0.29 0.42 0.43 0.51 0.56 0.47 0.56 0.52 0.58 0.53 0.58 0.65 0.59 0.54 0.47 0.40 0.34
Media
NaNO120120g/L
g/L 0 0.09 0.2 0.41 0.48 0.47 0.55 0.56 0.40 0.55 0.65 0.52 0.62 0.53 0.55 0.47 0.43 0.41 0.35 0.30
3
115
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 2 Tahun 2018: 111-122
a b
a c
Gambar 3. Ukuran sel S. platensis pada hari ke 11 dengan perbesaran 40 x 10 (a) 80 g NaNO3, (b) 100 g
NaNO3, (c) 120 g NaNO3
Figure 3. Cell size of S. platensis on day 11th, at magnification of 40 x 10 (a) 80 g NaNO3, (b) 100 g NaNO3,
(c) 120 g NaNO3
biomassa mikroalga dilakukan pada fase stasioner (2012) menyatakan bahwa S. platensis yang dipanen
dikarenakan pada fase ini terjadi peningkatan dengan nilai OD berkisar 0,5-1,0 memiliki ketersediaan
metabolisme sekunder. Metabolisme sekunder terjadi unsur nitrogen dalam medium yang cukup besar
pada fase stasioner yang merupakan keseluruhan sehingga biosintesis dan metobolisme sel cepat
proses sintesis dan perombakan produk metabolit terjadi. Peningkatan tersebut berkorelasi dengan
primer (Herbert, 1995). meningkatnya metabolit sekunder dan komponen
bioaktif yang dihasilkan.
Spirulina platensis yang dikultivasi dalam media
Walne dengan perbedaan jumlah NaNO3 80, 100 dan Rendemen Biomassa
120 g masing-masing memiliki OD 0,71; 0,53 dan 0,62 Biomassa basah hasil panen dikeringkan dengan
dengan rata-rata diameter 7,12 m/sel, 7,21 m/sel, menggunakan oven pada suhu 40 oC selama 24 jam.
7,19 m/sel dan filamen berbentuk spiral (Gambar 3). Pengeringan biomassa mikroalga yang efisien
Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan jumlah merupakan faktor yang mendasar dari segi kelayakan
NaNO3 tidak menghasilkan perbedaan dalam ukuran ekonomi pada sistem produksi mikroalga (Hadiyanto
sel. Secara umum ukuran panjang tubuh Spirulina & Azim, 2012). Rendemen biomassa kering S. platensis
berkisar 200-300 m dan lebar 6-8 m. Jain dan Singh yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.
0.45
0.34 ± 0.049a
Rendemen S.platensis (g/l)/
0.35
0.24 ± 0.057a
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
80g
80 100
100g 120g
120
Kandungan NaNO3/NaNO3 content (g)
Keterangan/Note : Huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05 (p<0,05)/The different
letter shows the smallest significant difference at the 0.05 level (p<0.05)
Gambar 4.Rendemen S. platensis yang dikultivasi dengan kandungan NaNO3 berbeda
Figure 4. The yield of S. platensis cultivated in various NaNO3 content
116
Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne ........(Hartoyo Notonegoro et al.,)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa (p<0,05) terhadap kandungan total protein dan nitrogen
perlakuan jumlah NaNO3 tidak berpengaruh nyata S. platensis. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan
(p>0,05) terhadap rendemen S. platensis. Hal ini kandungan total protein dan nitrogen dalam biomassa
menunjukkan bahwa dengan perbedaan perlakuan S. platensis pada perlakuan 80 g NaNO3 berbeda
NaNO3 sebesar 80, 100 dan 120 g tidak memberikan nyata dengan 100 g NaNO 3 dan 120 g NaNO 3.
perbedaan pada rendemen biomassa S. platensis. Kandungan total protein dan nitrogen pada perlakuan
Hal ini diduga karena masing-masing konsentrasi 80 g NaNO 3 lebih rendah dibandingkan dengan
NaNO 3 masih mencukupi unt uk m emenuhi perlakuan lainnya karena perlakuan 80 g NaNO3
pertumbuhan dari S. platensis sehingga belum memiliki kandungan NaNO3 lebih sedikit dibandingkan
memberikan perbedaan yang signifikan satu sama yang lainnya. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan
lainnya. Menurut Raoof, Kaushik, dan Prasanna (2008) rendahnya unsur NaNO3 dapat berakibat buruk pada
nitrogen merupakan unsur penting bagi sel S. senyawa primer protein mikroalga tetapi tidak pada
platensis yang mendukung aktivitas metabolisme sel senyawa sekunder yang dihasilkan.
sehingga pembelahan sel dapat terus berlangsung. NaNO3 atau amonium nitrat merupakan sumber
Richmond (1988) mengaitkan kemampuan terus nitrogen. Nitrogen merupakan senyawa esensial yang
tumbuh dengan adanya kumpulan pigmen fikosianin digunakan oleh mikroalga dalam sintesis protein dan
yang berfungsi sebagai cadangan nitrogen pada sel- pembentukan jaringan sel (Dinata et al., 2017). Pada
sel S. platensis. perlakuan 100 g NaNO3 dan 120 g NaNO3 yang tidak
berpengaruh nyata, diduga karena adanya faktor
Kadar Total Protein dan Nitrogen pembatas pada mikroalga. Menurut Sari, Suryajaya,
dan Hadiyanto (2012) media yang memiliki unsur hara
Mikroalga S. platensis merupakan makanan atau nutrien yang terlalu tinggi akan mempengaruhi
fungsional yang mengandung protein tinggi. Faktor pertumbuhan maupun jumlah kandungan senyawa
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroalga sebagai organik karena mikroalga tersebut memerlukan waktu
faktor tumbuh (growth factors) dan sintesis protein yang lebih lama untuk beradaptasi.
pada S. platensis salah satunya adalah unsur
nitrogen. Kandungan total protein dan nitrogen pada Senyawa Aktif S. platensis
S. platensis dapat dilihat pada Gambar 5. Identifikasi senyawa aktif pada biomassa kering
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dari S. platensis dilakukan dengan cara uji fitokimia.
perlakuan kandungan NaNO 3 berpengaruh nyata Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk
50
Total Protein and Nitrogen (%)
45
40 33.85 ± 3.95a
35
30
25
20
15
10 7.09 ± 0.185b 6.18 ± 0.362b
5.56 ± 0.873a
5
0
80
80g 100 g
100 120 g
120
Kandungan NaNO3/NaNO3 content (g)
Protein Nitrogen
Keterangan/Note : Huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05 (p<0,05)/The different
letter shows the smallest significant difference at the 0.05 level (p<0.05)
Gambar 5. Kandungan total protein dan nitrogen S. platensis yang dikultivasi dengan kandungan NaNO3
yang berbeda
Figure 5. Total protein and nitrogen content of S. platensis cultivated various NaNO3 content
117
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 2 Tahun 2018: 111-122
Tabel 2. Senyawa aktif S. platensis yang dikultivasi menggunakan kandungan NaNO3 berbeda
Table 2. The active compounds of S. platensis cultivated in different NaNO3 contents
118
Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne ........(Hartoyo Notonegoro et al.,)
200
158.64 ± 20.035a
180 167.69 ± 4.546a
140
Fikosianin/Phycocyanin
120
100
80
60
20
1.32 ± 0.017a 1.22 ± 0.006b 1.27 ± 0.006c
0
80 g
80 100
100g 120g
120
Kandungan NaNO3/NaNO3 content (g)
C-PC Rendemen Protein
Keterangan/Note : Huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05 (p<0,05)/The different
letter shows the smallest significant difference at the 0.05 level (p <0.05)
Gambar 6. Konsentrasi C-phycocyanin (mg/mL), rendemen (%) dan total protein fikosianin (%) S. platensis
yang dikultivasi dengan kandungan NaNO3 berbeda
Figure 6. C-phycocyanin concentration (mg/mL), yield (%) and (%) protein total phycocyanin of S. platensis
cultivated in various NaNO3 contents
mikroalga yang dikultivasi menggunakan NaNO 3 Xie, Manirafasha, dan Jing (2015) melaporkan bahwa
dengan jumlah berbeda dapat dilihat pada Gambar 6. penambahan kandungan nitrat dan pemberian stres
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa dengan mengurangi pencahayaan pada lampu pada
perlakuan jumlah NaNO3 berpengaruh nyata (p<0,05) kultur S. platensis menunjukkan hasil yang baik
terhadap konsentrasi C-phycocyanin pada S. dengan meningkatkan sebanyak 27% kandungan
platensis. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan fikosianin yaitu sebesar 137 mg/ml.
konsentrasi C-phycocyanin pada ketiga perlakuan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
NaNO3 saling berbeda nyata satu sama lain. Tingginya perlakuan jumlah NaNO3 berpengaruh nyata (p<0,05)
nilai konsentrasi fikosianin pada perlakuan 80 g NaNO3 terhadap rendemen fikosianin pada S. platensis . Hasil
diduga sebagai upaya S. plat ensis unt uk uji lanjut Duncan menunjukkan rendemen fikosianin
meningkatkan senyawa sekunder pada kondisi pada ketiga perlakuan NaNO3 saling berbeda nyata
tertekan (stres). Hal tersebut menunjukkan apabila satu sama lain. Tingginya nilai rendemen fikosianin
kandungan NaNO3 rendah maka senyawa primer yang pada perlakuan 80 g NaNO3 diduga karena produksi
dihasilkan rendah tetapi senyawa sekundernya kandungan fikosianin yang tinggi akibat adanya
meningkat. Apabila kandungan NaNO3 tinggi maka pemberian perlakuan stres dengan cara mengurangi
senyawa primer yang dihasilkan tinggi dan senyawa nutrisi sehingga kadar rendemen fikosianin menjadi
sekundernya meningkat. Namun tetap ada faktor limit tinggi. Perbedaan nilai hasil rendemen fikosianin yang
mikroalga sehingga tidak dapat termanfaatkan dengan diekstrak menggunakan gelombang ultraonik
optimal. dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah
Sujatha dan Nagarajan (2013) menyatakan faktor karena adanya perbedaan komposisi NaNO3 pada
lain yang juga mempengaruhi pigmen adalah media yang digunakan. Nitrogen merupakan elemen
komposisi media. Media pertumbuhan yang esensial yang dibutuhkan untuk sintesis pigmen
mengandung jumlah nitrogen sedikit cenderung aksesoris dan klorofil. Terjadinya defisiensi nitrogen
mempengaruhi mikroalga dalam membentuk pigmen akan mengakibatkan senyawa nitrogen yang disimpan
fikosianin yang berfungsi dalam detoksifikasi tubuh digunakan untuk proses sintesis komponen-
manusia dari racun. Antonio del Rio-Chanon, Zhang, komponen tersebut.
119
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 2 Tahun 2018: 111-122
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa gugus OH pada C3 atau C5 pada senyawa flavon atau
perlakuan jumlah NaNO3 tidak berpengaruh nyata flavonol membentuk senyawa kompleks yang stabil
(p>0,05) terhadap total protein fikosianin pada S. berwarna kuning. Hasil analisis total flavonoid pada
platensis Hal ini menunjukkan bahwa dengan ekstrak S. platensis dapat dilihat pada Gambar 7.
perbedaan jumlah NaNO3 sebesar 80, 100 dan 120 g Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
tidak memberikan perbedaan pada total protein perlakuan jumlah NaNO3 berpengaruh nyata (p<0,05)
fikosianin S. platensis. Hal tersebut diduga apabila terhadap total flavonoid pada S. platensis. Hasil uji
NaNO3 berkurang maka protein yang merupakan lanjut Duncan menunjukkan total flavonoid pada ketiga
senyawa primer dalam fikosianin akan menjadi perlakuan NaNO3 saling berbeda nyata satu sama
berkurang tetapi fikosianin yang merupakan senyawa lain. Total flavonoid tertinggi terdapat pada perlakuan
sekunder akan meningkat sehingga konsentrasi 80 g NaNO 3. Tingginya total flavonoid pada S.
pigmen fikosianin meningkat tetapi protein yang telah platensis pada perlakuan 80 g NaNO3 dikarenakan
terikat pada fikosianin tersebut berkurang. Fikosianin rendahnya unsur NaNO3 yang digunakan. Hal ini
termasuk kelompok pigmen yang terikat pada protein. diperkuat oleh Awad dan Jager (2002) yang
Sel-sel pada mikroalga dapat mengalami penurunan menyatakan bahwa peningkatan flavonoid di bawah
kandungan protein yang mengakibatkan degradasi pemupukan kandungan nitrogen yang rendah
berbagai komponen sel yang berkaitan dengan sintesa meningkatan ketersediaan fenilalanin karena
protein termasuk protein yang terdapat dalam pembatasan sintesis protein di bawah defisiensi
fikosianin, hal ini dapat terjadi apabila kekurangan nitrogen. Fenilalanin yang ditingkatkan secara
unsur nitrogen karena nitrogen merupakan prekursor substansial akan meningkatkan produksi flavonoid
penyusun senyawa protein dalam sel (Richardson, karena fenilalanin juga merupakan prekursor untuk
Orcutt, Schwertner, Martinez & Wickline, 1969). pembentukan flavonoid. Hasil ini didukung oleh
penelitian Ibrahim, Jaafar, Rahmat, dan Rahman
Total Flavonoid S. platensis (2012) yang menunjukkan bahwa tanaman kacip
fatimah (Labisia pumila Blume) memiliki kandungan
Senyawa fenol yang terbesar ditemukan di alam flavonoid tertinggi pada daun, batang dan akar yang
salah satunya adalah flavonoid. Senyawa-senyawa diberi pemupukan dengan konsentrasi 0 kg N/ha
ini dapat ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan dengan dibandingkan perlakuan 90, 180 dan 270 kg N/ha
zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat dengan nilai berturut-turut pada daun, batang dan akar
warna kuning (Gaf ur, Isa, & Bialangi, 2014). yaitu 0,90 mg/g, 0,77mg/g, 0,55 mg/g. Perlakuan
Kandungan total flavonoid ditetapkan menggunakan konsetrasi 0 kg N/ha menghasilkan peningkatan
reagen AlCl3 berdasarkan metode Chang et al. (2002). kandungan total flavonoid sebesar 3%, 13% dan 32%
AlCl3 akan bereaksi dengan gugus keto pada C4 dan pada perlakuan 90, 180 dan 270 kg N/ha.
18
16.56 ± 0.035a
16
Total flavonoids (%)
14
Total Flavonoid/
12 11.21 ± 0.049c
10
8
6
4 2.11 ± 0.007b
2
0
80
80g 100
100g 120
120g
Kandungan NaNO3/NaNO3 Content (g)
Keterangan/Note : Huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata terkecil pada taraf nyata 0,05 (p<0,05)/The different
letter shows the smallest significant difference at the 0.05 level (p <0.05)
Gambar 7. Total flavonoid pada ekstrak S. platensis yang dikultivasi menggunakan kandungan NaNO3 berbeda
Figure 7. Total flavonoids in S. platensis cultivated in various NaNO3 contents
120
Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne ........(Hartoyo Notonegoro et al.,)
121
JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 2 Tahun 2018: 111-122
Kannan, M., Pushparaj, A., Dheeba, B., Nageshwari, K., Rashid, N., Park, W., & Selvaratnam, T. (2018). Binary
& Kannan, K. (2014). Phytochemical screening and culture of microalgae as an integrated approach for
antioxidant activity of marine algae Gracilaria corticata enhanced biomass and metabolites productivity,
and Spirulina platensis. J. Chem. Pharm. Res., 6(11), wastewater treatment, and bioflocculation.
312-318. Chemosphere, 194, 67-75.
Kuddus, M., Singh, P., Thomas, G., & Al Hazimi, A. (2013). Richardson, B., Orcutt, D. M., Schwertner, H. A., Martinez,
Recent developments in production and C. L., & W ickline, H. E. (1969). Effects of nitrogen
biotechnological applications of C phycocyanin. limitation on the growth and composition of unicellular
Biomed. Res. Int., 1, 1-9. algae in continuous culture. Appl Microbiol, 18, 245-
Liao, Q., Chang, H., Fu, Q., Huang, Y., Xia, A., Zhu, X., 250.
Zhong, N. 2018. Physiological-phased kinetic Richmond, A. . (1988). Spirulina in M. A. Borowitzka,
characteristics of microalgae Chlorella Microalgal Biotechnology (eds) . 85-121. Cambridge,
vulgaris growth and lipid synthesis considering Cambridge University Press.
synergistic effects of light, carbon and nutrients. Sari, F. Y. A., Suryajaya I. M. A., & Hadiyanto. (2012).
Bioresource Technol., 250, 583-590. Kultivasi mikroalga Spirulina platensis dalam media
Liu, Z., Fu, X., Huang, W., Li, C., Wang, X., & Huang, B. pome dengan variasi konsentrasi pome dan
(2018). Photodynamic effect and mechanism study komposisi jumlah nutrien. JKTI, 1(1), 487-494.
of selenium-enriched phycocyanin from Spirulina Sujatha, K., & Nagarajan, P. (2013). Optimization of
platensis against liver tumours. J. Photochem growth conditions for carotenoid production from
Photobiol., 180, 89-97. Spirulina platensis (Geitler). Int. J. Current Microbiol.
Lowry, O. H., Rosebrough, N. J., Farr, A. L., & Randall, R. J. App. Sci., 2(10), 325-328.
(1951). Protein measurement with the folin phenol Syahril, M., Roshani, O., Hasyimah, N., Hafiz, M., Sharida,
reagent. J. Biol. Chem., 193(1), 265-275. M. D., & Ahmed, H. Y. (2011). Screening of anticancer
Manirafasha, E., Murwanashyaka, T., Ndikubwimana, T., activities of crude extracts of unicellular green algae
Rashid Ahmed, N., Liu, J., Lu, Y., Zeng, X., Ling, X., & (Chlorella vulgaris) filamentous blue green algae (S.
Jing, K. (2017). Enhancement of cell growth and platensis) on selected cancer cell lines. Iop Conf Ser-
phycocyanin production in Arthrospira (Spirulina) Mat. Sci. Math. Hum., 82-82.
platensis by metabolic stress and nitrate fed-batch. Walpole., & Ronald, E. (1995), Pengantar statistik edisi
Bioresource Technology, 255, 293-301. 3 alih bahasa: bambang sumantri. Jakarta, Gramedia
Moraes, C. C., Burkert, J. F., & Kalil, S.J. (2008). C- Pustaka Utama.
phyocyanin extratcion process for largescale use. J Walne P. R. (1970) Studies on the food value of nineteen
Food Biochem, 34, 133-148. genera of algae to juvenile bivalves of the genera,
Mukharromah, R. R. & Suyatno. (2014). Senyawa metabolit Crassostrea, Mercenaria, and Mytilis. Fish. Invest.,
sekunder dari ekstrak diklorometana kulit batang bakau 26,1-62.
merah (Rhizophora stylosa). J. Chemis., 3, 3. Wells, M.L., Potin, P., Craigie, J.S., Raven, J.A., Merchant,
Rafaelina, M., Rustam, Y., Amini, S. (2016). Pertumbuhan S.S., Helliwell, K.E., Brawley, S.H. (2017). Algae as
dan aktivitas antioksidan dari mikroalga Porphyridium nutritional and functional food sources: Revisiting our
cruentum dan Chlorella sp. Bioma, 12, 1. understanding. J. Appl. Phycol., 29(2), 949-982.
Raoof, B., Kaushik, B.D., & Prasanna, R. (2008). Wulandari, D. A., Setyaningsih, I., Syafrudin, D., & Asih, P.
Formulation of a low-cost medium production of B. S. (2016). Ekstraksi fikosianin dari Spirulina
Spirulina divison of microbiology. Indian Agricultural platensis dan aktivitas antimalaria secara invitro.
formass Research Institute, New Delhi, India. JPHPI, 19(1), 17.
122