Anda di halaman 1dari 83

BU-P3SWOT

PEMBUATAN SABUN MANDI GEL ALAMI DENGAN


BAHAN AKTIF MIKROALGA Chlorella pyrenoidosa
Beyerinck DAN MINYAK ATSIRI
Lavandula latifolia Chaix

LAPORAN HASIL TUGAS AKHIR

SIELY CICILIA NURHADI


NIM. 410810024

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG
MALANG
2012
PEMBUATAN SABUN MANDI GEL ALAMI DENGAN BAHAN AKTIF
MIKROALGA Chlorella pyrenoidosa Beyerinck DAN MINYAK
ATSIRI Lavandula latifolia Chaix

Siely Cicilia Nurhadi


NIM. 410810024

Abstrak

Dewasa ini, sabun mandi sudah menjadi kebutuhan primer untuk semua
manusia. Banyak jenis sabun mandi yang ada di pasaran, salah satunya yang
sekarang digemari adalah sabun mandi gel. Kebanyakan sabun mandi gel yang
beredar di pasaran menggunakan bahan sintetik sebagai komponen penyusunnya.
Padahal, banyak isu yang berkembang menyebutkan bahwa penggunaan bahan
sintetik berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada
konsumen yang memiliki kulit sensitif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi
baru produk sabun mandi gel alami yang menggunakan bahan aktif alami sebagai
komponen penyusunnya. Pada penelitian Tugas Akhir ini dipilihlah bahan aktif
serbuk Chlorella pyrenoidosa dan minyak atsiri Lavandula latifolia yang
memiliki sifat anti bakteri.
Agar produk sabun yang dihasilkan dapat dipasarkan secara aman di
kalangan masyarakat, maka diadakan pengujian kualitas sabun secara fisika dan
kimiawi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996, pengujian
stabilitas sabun, dan pengujian kesukaan konsumen (hedonik) dengan
menggunakan metode uji organoleptik. Pengujian kualitas sabun mandi gel alami
terdiri dari pengujian viskositas, pH, bobot jenis (25C), Angka Lempeng Total
(ALT), dan pengujian warna. Dan dari seluruh parameter uji tersebut, sabun
mandi gel alami dinyatakan lolos uji karena telah masuk ke dalam rentang standar
persyaratan masing-masing parameter uji.
Pengujian stabilitas sabun berfungsi untuk melakukan pendugaan umur
simpan produk. Pengujian stabilitas sabun dilakukan terhadap parameter
viskositas dan pH dengan mengamati perubahan pada dua macam kondisi yang
berbeda, yaitu kondisi suhu ekstrim 65C selama 5 hari (akselerasi/percepatan)
dan kondisi suhu ruang selama 30 hari. Hasil yang diperoleh adalah dugaan umur
simpan sabun mandi gel alami selama 2 (dua) bulan. Dan untuk pengujian
hedonik, terdapat lima parameter uji yang akan dianalisa menggunakan SPSS
One-Way ANOVA, yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma dan warna, kesan saat
pemakaian, dan kesan setelah pemakaian. Dari data rata-rata penilaian oleh
panelis dapat disimpulkan bahwa sabun mandi gel alami yang dihasilkan dapat
diterima dengan baik oleh perwakilan konsumen.

Kata kunci: sabun mandi gel alami, Chlorella pyrenoidosa, Lavandula latifolia,
SNI 06-4085-1996, stabilitas, hedonik.

ii
THE MAKING PROCESS OF SHOWER GEL WITH ACTIVE
INGREDIENTS MICROALGAE Chlorella pyrenoidosa
Beyerinck AND Lavandula latifolia Chaix
ESSENTIAL OIL

Siely Cicilia Nurhadi


NIM. 410810024

Abstract

Now on, soap has become a primary need for all human. Many types of
soap on the market, one of them that quite popular is shower gel. Most of shower
gel on the market use synthetic materials as constituent components. In fact, many
issues stated that the use of synthetic materials may cause irritation to the
consumers who have sensitive skin. Therefore, it needs a new innovative products
natural shower gel that use natural active ingredients as their constituent
components. The selected active ingredients are Chlorella pyrenoidosa powder
and Lavandula latifolia essential oil, which has antibacterial properties.
In order to be marketed safely, the quality test was conducted according to
the Indonesian National Standard 06-4085-1996, there also stability test of shower
gel, and consumer test (hedonic) using organoleptic method test. Quality test of
natural shower gel consist of viscosity, pH, density (25C), total count plate, and
color test. Natural shower gel has passed all parameter test, because it has been
accepted into the standard range requirements of each parameter test.
The objective of stability test in shower gel is to estimate the shelf life of
products. Stability test performed on shower gels viscosity and pH parameter by
observing the changes in two different conditions; conditions of extreme
temperature 65C for 5 days (acceleration) and room temperature conditions for
30 days. The results are shelf life estimation of natural shower gel are 2 (two)
months. And for hedonic test, there are five parameter test to be analyzed using
the SPSS One-Way ANOVA; they are the amount of foam, viscosity, aroma and
color, impression upon usage, and impression after usage. From the mean data of
assessment by panelists concluded that the natural shower gel can be well
received by consumer representatives.

Key words: natural shower gel, Chlorella pyrenoidosa, Lavandula latifolia,


Indonesian National Standard 06-4085-1996, stability, hedonic.

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia
dan berkat-Nya yang senantiasa menyertai penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Hasil Tugas Akhir (TA) tepat pada waktunya.
Penyusunan Laporan Hasil TA ini dilaksanakan guna memenuhi salah satu syarat
kelulusan Sarjana-1 (S-1) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Ma Chung Malang.
Dalam melaksanakan TA ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan sehingga Laporan Hasil TA dapat selesai tanpa menemui hambatan
yang berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Pihak BPKLN Beasiswa Unggulan P3SWOT yang telah mempercayakan
dana skripsi kepada penulis sehingga secara langsung mendukung segala
keperluan materiil penelitian TA ini.
2. Papa tercinta, Papa Gunadi Nurhadi yang tak henti-hentinya memberikan
doa, semangat, perhatian, waktu, dan tenaga kepada penulis hingga
Laporan Hasil TA ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Mama tercinta, Mama Esther Yonathan yang juga selalu mendoakan,
memotivasi, dan memberikan dukungan penuh kepada penulis.
4. Keluarga Besar Nurhadi yang tak henti-hentinya memberikan dukungan
doa, semangat, dan perhatian kepada penulis.
5. Bapak Tatas H.P. Brotosudarmo, Ph.D selaku dosen pembimbing I TA
penulis yang selalu memberikan motivasi, bimbingan, masukan, dan
waktunya kepada penulis hingga Laporan Hasil TA ini dapat terselesaikan
tepat waktu.
6. Ibu Leenawaty Limantara, Ph.D (Bu Shinta) selaku dosen pembimbing II
TA penulis yang juga selalu memberikan motivasi, bimbingan, masukan,
dan waktunya kepada penulis hingga Laporan Hasil TA ini dapat
terselesaikan tepat waktu.

iv
7. Mbak Enik dan seluruh staf di Laboratorium Ma Chung Research for
Photosynthetic Pigments (MRCPP) yang telah meluangkan waktu dan
tenaga serta selalu membantu penulis dalam menyelesaikan masalah yang
timbul saat penelitian berlangsung.
8. Bapak Hapry F.N. Lapian, M.Sc. selaku dosen penguji TA penulis yang
telah memberikan masukan terhadap laporan penulis.
9. Julio yang telah setia memberikan dukungan, perhatian, dan masukan
kepada penulis.
10. Teman-teman Bioindustri 2008 yang telah mengarungi suka duka bersama
dan selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk
menjalani penelitian TA bersama.
11. Dan seluruh pihak lain yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu
yang secara tidak langsung ikut membantu dalam penyelesaian TA
penulis.
Penulis juga menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan dalam
menyusun Laporan Hasil TA ini. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan
kritik dari para pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan
selanjutnya.
Akhir kata, semoga Laporan Hasil TA ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan bagi pihak-pihak yang memerlukan.

Malang, 14 Mei 2012

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah................................................................................. 3
1.4. Perumusan Masalah ........................................................................... 4
1.5. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.6. Manfaat Hasil Penelitian ................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6


2.1. Sabun .................................................................................................. 6
2.2. Bakteri dan Kulit Manusia ................................................................. 7
2.3. Chlorella pyrenoidosa Beyerinck ...................................................... 8
2.4. Lavandula latifolia Chaix (Lavender) ................................................ 10

III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 13


3.1. Bahan Penelitian ................................................................................ 13
3.2. Peralatan yang Digunakan ................................................................. 13
3.3. Prosedur Penelitian yang Digunakan ................................................. 13
3.3.1. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami .......................... 13
3.3.2. Pengujian Viskositas ................................................................ 15

vi
3.3.3. Pengujian pH ............................................................................ 15
3.3.4. Pengujian Bobot Jenis (25C) .................................................. 16
3.3.5. Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) ................................. 16
3.3.6. Pengujian Stabilitas Sabun ....................................................... 17
3.3.7. Pengujian Warna ...................................................................... 17
3.3.8. Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) ............................. 18
3.4. Data dan Informasi yang Dibutuhkan ............................................... 18
3.5. Sumber Data yang Digunakan .......................................................... 19
3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 19
3.7. Lokasi Penelitian ............................................................................... 19
3.8. Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA) .................................................. 20

IV. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 21


4.1. Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ...................................... 21
4.2. Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996 .................. 22
4.2.1. Viskositas ................................................................................. 23
4.2.2. pH ............................................................................................. 25
4.2.3. Bobot Jenis (25C) .................................................................. 26
4.2.4. Angka Lempeng Total (ALT) ................................................. 26
4.2.5. Pengujian Warna ...................................................................... 27
4.3. Pengujian Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami .................................... 28
4.4. Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) ....................................... 33
4.4.1. Kesukaan Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel ............... 33
4.4.2. Kesukaan Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel ................. 35
4.4.3. Kesukaan Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel ...... 36
4.4.4. Kesukaan Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi
Gel ............................................................................................ 38
4.4.5. Kesukaan Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi
Gel ............................................................................................ 39

vii
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 41
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 41
5.2. Saran. ...................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 43


LAMPIRAN.................... ................................................................................ 46

viii
DAFTAR TABEL

2.1. Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa ............................................... 9


2.2. Aktivitas Anti Bakteri dari Chlorella pyrenoidosa .................................. 10
2.3. Komposisi Minyak Atsiri Lavandula latifolia ......................................... 11
2.4. Aktivitas Anti Bakteri dari Lavandula latifolia ........................................ 12
3.1. Komposisi Sabun Mandi Gel Alami ........................................................ 14
3.2. Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA) ......................................................... 20
4.1. Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ........... 21
4.2. Hasil Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996 ............... 23
4.3. Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ektrim 65C,
5 hari) ...................................................................................................... 27
4.4. Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ruang, 30 hari) 27

ix
DAFTAR GAMBAR

2.1. Sel Chlorella pyrenoidosa Beyerinck ..................................................... 9


2.2. Lavandula latifolia Chaix ....................................................................... 11
4.1. Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami ............................ 21
4.2. Perbandingan Viskositas Keempat Jenis Sabun Gel .............................. 24
4.3. Perbandingan pH Keempat Jenis Sabun Gel .......................................... 26
4.4. Acuan Nilai L*, a*, b* untuk Analisa Warna ......................................... 28
4.5. (A) Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel
Alami (suhu ekstrim, 65C) .................................................................... 29
4.5. (B) Grafik Hasil Simulasi Persamaan Regresi Linear Viskositas
Sabun Mandi Gel Alami (suhu ekstrim, 65C)....................................... 29
4.6. Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami
(Suhu Ruang) .......................................................................................... 31
4.7. Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu
Ekstrim, 65C) ............................................................................ 32
4.8. Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu
Ruang)..................................................................................................... 33
4.9. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji
Jumlah Busa Keempat Jenis Sabun ........................................................ 34
4.10. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji
Kekentalan Keempat Jenis Sabun........................................................... 36
4.11. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji
Aroma dan Warna Keempat Jenis Sabun ............................................... 37
4.12. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji
Kesan Saat Pemakaian Keempat Jenis Sabun ........................................ 38
4.13. Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji
Kesan Setelah Pemakaian Keempat Jenis Sabun.................................... 40

x
DAFTAR LAMPIRAN

A. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 1) dengan Volume


akhir (V) = 1 Liter. ..................................................................................... 46
B. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 2) dengan Volume
akhir (V) = 1 Liter ...................................................................................... 47
C. Angket (Kuisioner) Pengujian Kesukaan Produk ...................................... 48
D. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ekstrim 65C, 5 Hari) . 49
E. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ruang, 30 Hari) ........... 50
F. Data Hasil Pengukuran Bobot Jenis (25C) ............................................... 51
G. Bahan-bahan Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami .................................... 52
H. Peralatan Pembuatan dan Pengujian Sabun Mandi Gel Alami .................. 53
I. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH Sabun Gel Pembanding.......... 54
J. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel ............ 55
K. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel .............. 56
L. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel ... 57
M. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi
Gel .............................................................................................................. 58
N. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi
Gel .............................................................................................................. 59
O. Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun
Mandi Gel .................................................................................................. 60
P. Hasil Uji ANOVA Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel .... 62
Q. Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi
Gel .............................................................................................................. 63
R. Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Sabun Mandi Gel Alami . 67
S. Angket/Kuisioner Uji Kesukaan Konsumen (Hedonik) ............................ 68

xi
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Produk sabun mandi telah berkembang menjadi kebutuhan primer di
masyarakat dunia saat ini. Produk tersebut dimanfaatkan setiap hari oleh semua
kalangan masyarakat, baik kelas atas, menengah, maupun bawah. Industri sabun
mandi pun berlomba-lomba menciptakan produk sabun mandi yang inovatif dan
bermanfaat, bervariasi baik dari segi bentuk, warna, maupun aroma.
Sears [1] mengemukakan bahwa di dunia, produk sabun mandi berbasis
bahan alam masih jarang ditemukan di pasaran. Kebanyakan masih menggunakan
bahan sintetik sebagai bahan aktifnya. Bahan aktif sintetik ini memiliki efek
negatif terhadap kulit manusia, karena berpotensi menimbulkan iritasi pada
konsumen yang memiliki kulit sensitif [1,2]. Contoh bahan aktif sintetik yang
berbahaya bagi kulit manusia dan banyak disorot saat ini adalah diethanolamine
(DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS), serta triclosan yang terdapat di hampir
semua sabun mandi yang beredar di pasaran. Menurut Mukiyo [2], apabila
triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh manusia, maka akan berpotensi
menimbulkan disfungsi tiroid. Oleh karena itu, saat ini mulai banyak produsen
sabun mandi yang melirik ke bahan alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif
pembuatan sabun mandi. Tujuan digunakannya bahan alam ini tentunya untuk
mengeliminir bahan-bahan sintetik, seperti pewarna, parfum, pemutih, anti
bakteri, dan lain-lain.
Sabun mandi yang ada di pasaran saat ini berupa sabun mandi batang,
cair, dan juga gel. Masing-masing jenis sabun tersebut memiliki keunggulan
tersendiri, seperti aroma, bentuk, dan fungsi, yaitu baik sebagai pemutih, pelembut
kulit, ataupun sebagai anti bakteri. Dalam tugas akhir ini, pembuatan sabun mandi
berbentuk gel dipilih dengan alasan bentuknya yang unik, menarik, dan praktis
untuk dibawa kemana saja. Selain itu, dari segi estetika, sabun mandi gel dapat
memiliki variasi yang beragam.

1
Dewasa ini, sabun mandi anti bakteri sangat diminati oleh masyarakat.
Hal ini disebabkan karena sabun tersebut dipercaya dapat membersihkan kulit
secara efektif, didukung oleh sifat anti bakteri yang dimilikinya. Salah satu bahan
aktif alami yang memiliki sifat anti bakteri adalah mikroalga Chlorella
pyrenoidosa.
Paul [3] menyebutkan bahwa selama ini C. pyrenoidosa lebih dikenal
sebagai salah satu sumber pangan alami yang mampu menyembuhkan berbagai
penyakit. Esensi yang berbeda ingin diberikan ketika C. pyrenoidosa
dimanfaatkan sebagai salah satu bahan aktif alami pada sabun mandi gel. Dari
bahan aktif ini dapat diperoleh pewarna alami sekaligus khasiat anti bakterinya.
Ekstrak C. pyrenoidosa dipercaya dapat memberikan aktivitas anti bakteri pada
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif [4,5,6]. Selain itu, menurut Briggs
dalam Rachmaniah [7] C. pyrenoidosa merupakan salah satu mikroorganisme
yang terdapat melimpah di Indonesia dan memiliki kandungan minyak nabati
yang sangat tinggi, sehingga diharapkan dapat membantu reaksi saponifikasi
dalam pembuatan sabun mandi gel.
Bahan aktif lainnya yang telah banyak diimplementasikan pada sabun
mandi maupun parfum, yaitu Lavandula latifolia (Lavender). Lavender juga
berkhasiat sebagai anti bakteri atau anti jamur serta anti nyamuk [8]. Selain itu,
aromanya yang alami dan memiliki banyak keunggulan apabila dipadukan dengan
C. pyrenoidosa diharapkan akan membentuk sebuah sabun mandi gel alami yang
sehat, tidak berbahaya bagi kulit, serta memberikan sensasi nyaman bagi
konsumennya.
Pada akhirnya, pembuatan sabun mandi gel alami ini tidak lepas dari
pengujian-pengujian yang wajib dilakukan agar sabun mandi gel dapat dipasarkan
secara aman di kalangan masyarakat. Pengujian dilakukan secara fisik maupun
kimiawi. Pengujian kualitas sabun mandi yang telah dibuat disesuaikan dengan
aturan SNI 06-4085-1996 yang meliputi pengamatan organoleptik, pengujian
viskositas, bobot jenis, pH, dan angka lempeng total (ALT) [9,10,11,12]. Selain
itu, pengujian dilanjutkan dengan menganalisa stabilitas sabun mandi gel alami
selama 30 hari pada suhu ruang dan selama 5 hari pada suhu ekstrim (65C)
2
dimana sekaligus dapat berfungsi sebagai indikator masa simpan sabun.
Selanjutnya, dilakukan pula uji statitik One-Way ANOVA untuk mengukur
tingkat kepuasan konsumen dengan cara membandingkan kualitas sabun mandi
sintetik dengan sabun mandi gel alami hasil penelitian.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah penelitian Tugas Akhir (TA) ini adalah sebagai berikut:
1. Bahan alam masih jarang digunakan untuk produk sabun mandi karena
harga produksinya relatif lebih mahal dibandingkan bahan sintetik.
2. Bahan sintetik untuk sabun mandi berpotensi menimbulkan bahaya
iritasi pada konsumen yang memiliki kulit sensitif.
3. Belum terdapatnya produk kosmetika, khususnya produk sabun mandi
yang secara spesifik memanfaatkan C. pyrenoidosa sebagai bahan aktif
alami anti bakteri.
4. Sabun mandi gel alami yang dibuat harus lolos pengujian berdasarkan
standar SNI.
5. Harus ada pengujian yang spesifik untuk mengetahui stabilitas sabun
mandi gel alami yang dibuat.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian TA ini adalah sebagai berikut:
1. Produk sabun mandi gel alami memanfaatkan bahan alam sebagai bahan
dasar beserta bahan aktifnya.
2. Produk sabun mandi gel alami memanfaatkan bahan aktif alami berupa
serbuk C. pyrenoidosa dan minyak atsiri L. latifolia.
3. Pengujian kualitas sabun mandi gel alami dilakukan sesuai standar SNI
yang berlaku untuk sabun mandi cair (SNI 06-4085-1996).
4. Pengujian stabilitas sabun mandi gel alami dilakukan pada suhu ruang
selama 30 hari dan suhu ekstrim (65C) selama 5 hari.
5. Pengujian kesukaan (hedonik) dilakukan dengan membandingkan sabun
mandi gel alami yang dibuat dengan sabun mandi sintetik komersil.
3
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian TA ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan
menggunakan bahan aktif C. pyrenoidosa dan L. latifolia yang tepat?
2. Bagaimana hasil pengujian kualitas sabun mandi gel alami yang dibuat
berdasarkan SNI 06-4085-1996?
3. Apakah sabun mandi gel alami yang dibuat dapat tetap stabil dalam
kurun waktu tertentu?
4. Apakah ada perbedaan nyata antara sabun mandi sintetik komersil
dengan sabun mandi gel alami yang dibuat?

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian TA ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan sabun mandi gel alami dengan
menggunakan bahan aktif C. pyrenoidosa dan L. latifolia yang tepat.
2. Mengetahui hasil pengujian kualitas sabun mandi gel alami yang dibuat
berdasarkan SNI 06-4085-1996.
3. Mengetahui hasil pengujian stabilitas sabun mandi gel alami yang
dibuat.
4. Mengetahui perbedaan nyata antara sabun mandi sintetik komersil
dengan sabun mandi gel alami yang dibuat dengan menggunakan uji
statistik One-Way ANOVA metode uji organoleptik.

1.6 Manfaat Hasil Penelitian


Manfaat dilakukannya penelitian TA ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
- Dapat membuat suatu produk sabun mandi gel berbasis bahan alam
(C. pyrenoidosa dan L. latifolia) yang memiliki kelebihan
dibandingkan sabun mandi yang sudah beredar di pasaran saat ini.

4
- Sebagai sarana aplikasi dan penerapan disiplin ilmu dalam bidang
bioindustri, khususnya dalam pembuatan produk berbasis bahan
alam.
b. Bagi Universitas
- Dapat memberikan kontribusi ilmiah yang dapat membantu
pengembangan penelitian di Universitas.
- Dapat mengembangkan suatu produk yang memiliki nilai tambah
(added value) sehingga berguna untuk memajukan Universitas dalam
bidang pengetahuan.
c. Bagi Masyarakat
- Mendapatkan varian baru pada industri sabun mandi.
- Dapat menciptakan lapangan usaha baru, yaitu industri sabun mandi
berbasis bahan alam.
- Dapat menerapkan konsep back to nature sehingga potensi kekayaan
alam Indonesia dapat dimanfaatkan secara bijak.

5
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Sabun
Sabun adalah surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan dengan
air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran) [13]. Sabun memiliki
struktur kimiawi dengan panjang rantai karbon C12 hingga C16. Sabun bersifat
ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik (polar),
sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar). Oleh
sebab itu, dalam fungsinya, gugus hidrofobik akan mengikat molekul lemak dan
kotoran, yang kemudian akan ditarik oleh gugus hidrofilik yang dapat larut di
dalam air.
Sabun terbuat dari garam alkali asam lemak dan dihasilkan menurut
reaksi asam basa. Proses pembuatan sabun disebut saponifikasi [12]. Saponifikasi
adalah reaksi hidrolisis asam lemak dan basa alkali seperti yang terlihat pada
reaksi di bawah ini [14]:
C17H35.COOCH2 CH2OH

C17H35.COOCH + 3KOH 3C17H35.COOK + CHOH

C17H35.COOCH2 CH2OH

Minyak (Lemak) + Alkali Sabun + Gliserol


Pada reaksi di atas, bahan baku utama yang dibutuhkan untuk pembuatan
sabun adalah minyak hewani atau minyak sayur (minyak zaitun, minyak kelapa,
dan lain-lain) dan basa alkali, yaitu natrium hidroksida untuk pembuatan sabun
padat atau kalium hidroksida untuk pembuatan sabun cair [15]. Reaksi antara
lemak dan alkali menghasilkan sabun dan gliserol. Dalam reaksinya, tidak semua
alkali bereaksi dengan lemak, sehingga terkadang produk sabun bersifat sangat
basa. Penambahan asam, misalnya asam sitrat dapat menetralkan kelebihan alkali
yang tertinggal selama pembuatan sabun.

6
Dalam reaksi pembuatan sabun, senyawa gliserol juga terbentuk.
Gliserol adalah senyawa gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil yang
bersifat hidrofilik dan higroskopik [16]. Gliserol merupakan komponen yang
menyusun berbagai macam lipid, termasuk trigliserida. Gliserol juga berfungsi
untuk mengikat minyak (kotoran), karena struktur gliserol menyerupai struktur
molekul minyak.
Sabun mandi gel sudah cukup banyak dijual di pasaran Eropa, namun
tidak banyak literatur yang menyebutkan tentang komposisi dan proses pembuatan
sabun mandi gel tersebut. Menurut salah satu forum kimia, Peacock [17]
menyebutkan mengenai proses pembuatan sabun mandi yang diawali dengan
penambahan komposisi terdiri dari minyak biji bunga matahari, minyak kelapa,
KOH, K2CO3, dan akuades. K2CO3 (kalium karbonat) berfungsi untuk
mempermudah pengadukan sabun. Selanjutnya, sabun mandi cair tersebut diolah
kembali sehingga menjadi sabun mandi gel. Pengolahan sabun dengan
menambahkan bahan-bahan berupa sepimax zen (agen pengental yang terbuat dari
bunga zen), akuades, dan bahan aktif berfungsi untuk membentuk struktur lentur
dan lembut pada sabun. Bahan aktif lain yang ditambahkan dapat berupa ekstrak
bahan alam, yang memberi warna dan aroma pada sabun.

2.2 Bakteri dan Kulit Manusia


Pada kulit manusia selalu terdapat kolonisasi bakteri. Adanya kolonisasi
bakteri disebabkan permukaan kulit mengandung banyak bahan makanan yang
berguna untuk pertumbuhan mikroorganisme seperti lemak, nitrogen, mineral
yang merupakan hasil proses keratinisasi kulit dan apendiksnya [18]. Bakteri-
bakteri ini ada yang bersifat komensal, yaitu bakteri positif yang memberikan
pengaruh baik terhadap kulit manusia, dan ada yang dapat menimbulkan penyakit
pada kulit [16]. Frekuensi kontaminasi bakteri untuk menimbulkan penyakit pada
kulit bergantung pada virulensi organisme, besarnya inokulasi bakteri, tempat
masuk kuman, dan imunitas kulit manusia.
Melihat adanya bakteri yang dapat menimbulkan penyakit pada kulit
manusia, maka kulit perlu dilindungi. Perlindungan kulit terhadap
7
mikroorganisme dapat dilakukan dengan berbagai mekanisme. Pada kulit normal,
terdapat mikroorganisme baik yang menghasilkan antibiotika yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme jahat [19]. Merchionini dalam
Susilowarno, dkk. [18] mengemukakan adanya acid mantle, yaitu keasaman
kulit yang berfungsi dalam mekanisme pertahanan kulit manusia terhadap
mikroorganisme jahat. Acid mantle terbentuk ketika derajat keasaman kulit
manusia berada pada rentang pH 5,5-7,0 [16].
Namun, karena jumlah mikroorganisme baik (komensal) terbatas apabila
dibandingkan dengan lemak-lemak yang disekresikan oleh kulit, maka sabun
dibutuhkan untuk mengangkat kotoran-kotoran berupa asam-asam lemak. Dengan
demikian, fungsi mikroorganisme komensal dapat tertolong. Sabun yang memiliki
tingkat basa yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kulit kering, karena pH kulit
akan naik, sehingga secara otomatis mematikan bakteri-bakteri komensal pada
kulit. Oleh sebab itu, diperlukan sabun yang memiliki pH yang mendekati pH
kulit sehat manusia sekaligus berada dalam rentang SNI untuk mutu pH sabun
mandi dan menjaga kelembaban kulit agar mendukung kehidupan
mikroorganisme komensal.

2.3 Chlorella pyrenoidosa Beyerinck


Chlorella adalah ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air bersih
selama lebih dari 2,5 milyar tahun yang lalu [3]. Tumbuhan ini terdiri dari lebih
dari 40% protein dan memiliki kandungan klorofil (butir hijau daun) dan asam
nukleat (RNA dan DNA) yang paling tinggi di antara tumbuhan. Studi klinis dan
riset medis [3] menunjukkan bahwa Chlorella dapat mengeluarkan toksin seperti
timah hitam, air raksa, kadmium, arsenik, pestisida, uranium, obat pembasmi
serangga (insektisida), P.C.B. (Polychlorbiphenyl), dan lain-lain dari tubuh. Selain
itu, Chlorella merangsang sistem kekebalan. Chlorella merangsang produksi
interferon, makrofagus, dan sel T yang berfungsi sebagai suatu stimulan terhadap
kekebalan tubuh.

8
Gambar 2.1 Sel Chlorella pyrenoidosa Beyerinck
Sumber: Boraas (1983)

Chlorella juga mempunyai suatu kemampuan menyembuhkan dalam


cakupan luas, seperti: menyembuhkan luka, mengatasi pankreatitis, penyakit gusi
(pendarahan gusi dan gigi lepas), radang sendi, aterosklerosis, tekanan darah
tinggi, sembelit, sindrom kelelahan kronis, kanker, penyakit jantung, dan banyak
penyakit langka dan umum [5].
Chlorella berisi suatu rangkaian panjang vitamin (mencakup vitamin A,
C, E, betakaroten, B1, B2, B6, B12, dan lain-lain), mineral (mencakup zat kapur,
fosfor, magnesium, besi, seng, yodium, dan lain-lain), dan bahan gizi (seperti
asam amino, protein, lemak, karbohidrat, dan lain-lain). Ukuran Chlorella serupa
dengan sel darah merah manusia [20].
Tabel 2.1 Komposisi Serbuk Chlorella pyrenoidosa
Sumber: Anonim (2011)
Komposisi Persentase (%)
Protein 45
Lemak 20
Karbohidrat 20
Serat 5
Mineral dan Vitamin 10

Menurut Roki [21], keampuhan dan manfaat Chlorella secara umum


adalah sebagai senyawa penstabil kesehatan, kebugaran, dan kekuatan; memiliki
fungsi aktif sebagai anti tumor dan anti bakteri, terutama bakteri patogen dan E-
coli; dan berfungsi aktif sebagai anti jamur (jamur yang dikategorikan disini
adalah seperti panu, kadas, kurap, dan ketombe). Sifat anti bakteri di dalam sel
Chlorella diakibatkan adanya aktivitas senyawa chlorellin, yaitu senyawa
antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen [4,5,6,22].

9
Tabel 2.2 Aktivitas Anti Bakteri dari Chlorella pyrenoidosa
Nama Bakteri Referensi
Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948);
Staphylococcus aureus
Abedin dan Hala (2008)
Bacillus subtilis Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948)
Escherichia coli Pratt (1948)
Setyaningsih, dkk. (1999); Pratt (1948);
Pseudomonas sp.
Abedin dan Hala (2008)

Selain itu, menurut Kusmiati, dkk. [23], mikroalga Chlorella adalah


organisme fototrop oksigenik yang dapat hidup hampir di semua tempat yang
memiliki cukup sinar matahari, air, dan CO2. C. pyrenoidosa diketahui sebagai
penghasil bermacam-macam jenis karotenoid, seperti -karoten, -karoten,
anthaxanthin, neoxanthin, zeaxanthin, dan lutein. Chlorella juga mudah dibiakkan
[5]. Diperkirakan Chlorella mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak
dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak
pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya [7]. Semua jenis Chlorella memiliki
komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, asam lemak dan asam
nukleat.
Untuk pemanfaatan C. pyrenoidosa sendiri apabila diaplikasikan pada
kulit manusia memang belum pernah dilakukan. Tetapi untuk pemanfaatan alga
pada produk kosmetik sudah banyak dilakukan, contohnya pada krim pelembab
muka, losion, bedak, sabun, dan lain-lain [22] karena alga memiliki fungsi
melembabkan didukung oleh senyawa glukosa dan gliserol yang dihasilkan.
Namun, karena di dalam Chlorella terdapat senyawa anti bakteri chlorellin dan
juga klorofil yang berfungsi sebagai bakteriostatik, pembersih, serta regenerator
[5], maka Chlorella akan menjadi bahan yang berprospek untuk mendukung
khasiat anti bakteri pada sabun.

2.4 Lavandula latifolia Chaix (Lavender)


Lavandula latifolia atau dalam Bahasa Indonesia disebut lavender
merupakan semak, paling tinggi 1 meter, daunnya bertulang sejajar, bunga
berwarna ungu kebiruan di ujung daun. L. latifolia dikategorikan ke dalam
tanaman biopestisida. Tumbuhan ini tumbuh liar di beberapa tempat di Indonesia.
10
Habitat tempat tumbuhnya lavender berada pada ketinggian 500-1300 meter dpl.
Semakin tinggi tempat tumbuhnya, maka semakin tinggi juga kandungan
minyaknya [23]. Bunga lavender memiliki aroma yang sangat harum mirip
kamper, sehingga dapat disuling untuk menghasilkan minyak yang digunakan
sebagai bahan anti nyamuk.

Gambar 2.2 Lavandula latifolia Chaix


Sumber: www.wikipedia.com

Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa minyak lavender memiliki


banyak manfaat, di antaranya sebagai penenang lambung, mengobati kegelisahan,
insomnia, gangguan usus neuron, mengobati kurangnya nafsu makan, gangguan
perut, dan gangguan saraf usus [8].
Selain itu lavender juga dapat mengobati gejala-gejala gangguan saraf,
terutama ketidakmampuan untuk tidur serta sakit kepala. Biasanya digunakan
dalam produk obat pengusir serangga. Lavender mampu berfungsi sebagai
analgesik alami, anti depresi, aroma terapi, dan obat penenang [23].
Tabel 2.3 Komposisi Minyak Atsiri Lavandula latifolia
Sumber: Prashar, dkk. (2004)
Komposisi Persentase (%)
Linalool 49,47
-terpineol 1,08
-terpineol 0,09
Borneol 1,43
Iso-borneol 0,82
Myrcene 0,41
-pinene 0,54
-pinene 0,33
Camphene 0,30
Eucalyptol (1,8-cineol) 25,91
-caryophyllene 2,10
-humulene 0,28
Camphor 13,00
11
Menurut Cavanagh dan Wilkinson [8], lavender juga berkhasiat untuk
mengatasi berbagai jenis infeksi jamur. Khasiat anti jamur atau anti bakteri pada
minyak lavender disebut mempunyai spektrum yang luas, yang artinya bisa
membunuh lebih banyak spesies jamur patogen. Termasuk diantaranya adalah 2
golongan jamur yang paling banyak memicu infeksi, yakni dermatofita dan
candida [24]. Dermatofita merupakan jenis jamur patogen atau pemicu
infeksi penyakit pada kulit, antara lain athletes foot, kudis, ketombe, dan infeksi
di bawah permukaan kuku. Sementara, candida adalah pemicu candidiasis yang
dampaknya bisa sangat serius jika jamurnya masuk ke dalam pembuluh darah.
Tabel 2.4 Aktivitas Anti Bakteri dari Lavandula latifolia
Nama Bakteri Referensi
Prashar, dkk. (2004); Cavanagh dan
Staphylococcus aureus
Wilkinson (2005); Dinata (2005)
Enterococcus Cavanagh dan Wilkinson (2005)
Prashar, dkk. (2004); Cavanagh dan
Corynaebacteria aerobic
Wilkinson (2005)
Bacillus sp. Cavanagh dan Wilkinson (2005)

Minyak atsiri lavender yang didestilasi atau dimurnikan dari bunga


lavender (L. latifolia) memiliki kandungan anti jamur yang bisa membunuh
jamur-jamur patogen tersebut [24]. Minyak ini mampu merusak membran sel
jamur sehingga pertumbuhannya terhambat lalu mati.
Lavender sangat banyak dan sering diaplikasikan sebagai bahan aktif di
sabun mandi. Hal ini dikarenakan aroma harumnya yang disukai oleh konsumen
namun tidak disukai oleh nyamuk (anti nyamuk). Alasan lain adalah karena
lavender juga memiliki khasiat anti bakteri atau anti jamur, sehingga khasiat
tersebut dapat dimanfaatkan ke dalam sabun mandi anti bakteri.

12
Bab III
Metodologi Penelitian

3.1 Bahan Penelitian


Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian pembuatan sabun mandi
gel alami adalah minyak zaitun (pure olive oil) dan minyak kelapa atau virgin
coconut oil (VCO) yang diperoleh dari toko serba guna Lai-lai dan Avia
Malang; KOH dan K2CO3 yang diperoleh dari toko bahan kimia CV. Makmur
Sejati Malang dan CV. Sari Kimia Raya Malang; akuades; agen pengental
sepimax zen yang diperoleh dari PT. Megasetia Agung Kimia Jakarta, serbuk C.
pyrenoidosa murni yang diperoleh dari PT. Sun Chlorella Pasuruan; dan minyak
L. latifolia (Lavender) yang diperoleh dari toko minyak atsiri di Jalan Embong
Arab, Malang.

3.2 Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sabun mandi gel alami
adalah crock pot (slow cooker) Maspion kapasitas 3,5 liter, timbangan,
termometer, spatula, gelas beker, wadah atau loyang, pengaduk magnetik,
pengaduk berbahan stainless steel, panci stainless steel, kompor gas, cetakan,
lemari pendingin, pH meter Schott Instruments Lab 850, piknometer, viskometer
Rion VT-04F, colorflex EZ (Hunterlab USA), dan water bath.

3.3 Prosedur Penelitian yang Digunakan


3.3.1 Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami
Metode pembuatan sabun mandi gel alami dibagi menjadi 2 (dua) tahap,
yaitu pembuatan sabun mandi cair terlebih dahulu (Lampiran A) dilanjutkan
dengan proses perubahan sabun mandi cair menjadi sabun mandi gel (Lampiran
B). Di bawah ini adalah tabel komposisi sabun mandi gel alami dan berikutnya
dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pembuatan sabun mandi gel alami yang
mengacu pada penelitian Peacock [17]:

13
Tabel 3.1 Komposisi Sabun Mandi Gel Alami
Sumber: Peacock (2003)
Bahan Jumlah
Minyak zaitun (gr.) 85
Minyak kelapa (VCO) (gr.) 36
KOH (gr.) 28
K2CO3 (gr.) 5
Akuades (gr.) 2527
Sepimax zen (gr.) 18
Serbuk Chlorella pyrenoidosa (gr.) 5
Minyak atsiri Lavender (mL) 5
Vitamin E (mL) 10

Cara pembuatan sabun mandi gel alami berawal dari pencampuran


minyak-minyak yang digunakan ke dalam crock pot sambil dipanaskan, lalu
pencampuran larutan alkali (KOH dan K2CO3) dengan akuades pada wadah yang
lain. Selanjutnya, larutan alkali tersebut dituangkan ke dalam campuran minyak
sambil diaduk hingga mencapai tahap trace (suhu diatur hingga mencapai 70C).
Tahap trace adalah tahap ketika sabun menyusut, lalu mengental dan membentuk
padatan. Apabila sabun diaduk pada tahap trace, maka akan menimbulkan jejak
pengadukan. Setelah itu, pengadukan harus terus dilakukan dengan interval waktu
20 menit selama 2,5-3,0 jam. Ketika pasta sabun telah mencapai tahap vaseline
(padat dan lunak), maka pasta sabun siap untuk didilusikan dengan air agar
menjadi sabun cair. Air ditambahkan sedikit demi sedikit untuk menjaga agar
sabun tetap homogen.
Setelah sabun menjadi cair dan sudah dingin, tahap selanjutnya adalah
mengubah sabun cair tersebut menjadi sabun gel. Langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah mendispersikan sepimax zen dengan akuades panas lalu diaduk
hingga rata. Setelah itu, sabun cair yang sudah dingin dimasukkan ke dalam
campuran tersebut sedikit demi sedikit sambil terus diaduk perlahan. Tahap
selanjutnya adalah menunggu sabun tersebut hingga dingin, lalu memasukkan
bahan aktif alami (sabun harus ditunggu hingga dingin agar bahan aktif tidak
rusak).
Setelah sabun mandi gel alami tersebut selesai dibuat, diperlukan
beberapa pengujian terhadap kualitas sabun tersebut. Adapun pengujian kualitas

14
sabun mandi gel alami berdasarkan pada peraturan SNI 06-4085-1996 mengenai
pengujian sabun mandi cair [9,10]. Hal ini dilakukan karena belum terdapatnya
SNI untuk produk sabun mandi gel, dengan asumsi bahwa sabun mandi gel
merupakan salah satu jenis sabun cair tetapi dengan tingkat kekentalan dan
kandungan bahan aktif yang lebih tinggi [11].

3.3.2 Pengujian Viskositas


Viskositas merupakan salah satu parameter penting untuk menunjukkan
stabilitas produk maupun untuk penanganan suatu produk kosmetik selama
distribusi produk [15]. Viskositas menunjukkan tingkat kekentalan suatu bahan
yang diukur dengan menggunakan alat viskometer. Menurut Schmitt [15],
semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan makin stabil
karena pergerakan partikel cenderung sulit dengan semakin kentalnya suatu
bahan.
Langkah awal cara pengujian viskositas adalah mengambil sampel sabun
gel sebanyak 150 ml. Lalu sampel diukur dengan menggunakan viskometer Rion
VT-04F, diaduk menggunakan spindel nomor 1 dengan kecepatan putaran 60 rpm
hingga viskometer menunjukkan angka tertentu [19]. Viskositasnya (cP) adalah
faktor konversi (*100 dPa.s) dikalikan dengan angka hasil pengukuran. Hasil yang
didapatkan dibandingkan dengan standar rentang viskositas sabun mandi gel,
yaitu 500-20.000 cP [11].

3.3.3 Pengujian pH
Nilai pH merupakan nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu
bahan. Uji pH sabun mandi gel alami dilakukan dengan menggunakan pH meter
Schott Instruments Lab 850 (dikalibrasi dengan larutan buffer pH terlebih dahulu
setiap akan melakukan pengukuran) dengan pH sabun gel yang diharapkan masuk
ke dalam rentang standar pH sabun mandi cair pada SNI 06-4085-1996, yaitu pH
8-11 [12]. Cara pengujian pH sangat sederhana, yaitu dengan memastikan terlebih
dahulu apakah pH meter telah terkalibrasi, selanjutnya elektroda yang telah
dibersihkan dengan akuades dicelupkan ke dalam sampel sabun gel yang akan
15
diperiksa pada suhu ruang. Nilai pH yang muncul pada skala pH meter dibaca dan
dicatat.

3.3.4 Pengujian Bobot Jenis (25C)


Menurut Voight [26], bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara
pada suhu 25C terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bobot
jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan
bobot air dalam piknometer. Alat yang digunakan untuk mengukur bobot jenis
sabun mandi gel alami ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk
mengukur bobot jenis suatu zat cair dan zat padat. Kapasitas volume piknometer
sebesar 25 ml.
Prosedur pengujian bobot jenis menurut SNI 06-4085-1996 diawali
dengan pembersihan piknometer kemudian dikeringkan dan ditimbang. Sampel
sabun gel didinginkan lebih rendah dari suhu penetapan pada piknometer. Sampel
dimasukkan ke dalam piknometer yang terendam air es, lalu dibiarkan sampai
suhu 25C dan ditetapkan sampai garis tera. Piknometer diangkat dari dalam
rendaman air es dan didiamkan pada suhu kamar kemudian ditimbang. Pengerjaan
tersebut diulangi dengan memakai air suling sebagai pengganti sampel. Hasil
pengujian bobot jenis yang didapatkan dibandingkan dengan persyaratan SNI 06-
4085-1996. Rumus yang digunakan adalah [12]:
Bobot jenis sabun gel (25C) = bobot sabun gel (3.1)
bobot air

3.3.5 Pengujian Angka Lempeng Total (ALT)


Pengujian ALT atau total mikroba sabun mandi gel alami mengacu pada
dokumen SNI 06-4085-1996 dan dilakukan di Laptiab BPPT (Laboratoria
Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika), Serpong. Secara
singkat, metode pengujian ALT diawali dengan sampel sabun diencerkan terlebih
dahulu hingga diperoleh pengenceran 1:1000. Selanjutnya, pipet 1 ml dari
pengenceran sampel ke dalam cawan petri steril secara duplo. Kemudian ke dalam
cawan petri tersebut dituangkan sebanyak 12-15 ml media PCA yang telah

16
dicairkan. Cawan petri digoyangkan dengan hati-hati hingga sampel sabun
tercampur rata. Campuran dalam cawan petri dibiarkan membeku, kemudian
cawan petri tersebut dimasukkan ke dalam inkubator dengan posisi terbalik dan
diinkubasikan pada suhu 53 1C selama 24-48 jam. Selanjutnya, pertumbuhan
koloni dicatat dan menghitung ALT dalam 1 gram atau 1 ml sampel sabun dengan
mengalikan jumlah rata-rata koloni pada cawan dengan faktor pengencer yang
digunakan [11,12].

3.3.6 Pengujian Stabilitas Sabun


Stabilitas sabun mandi gel alami diukur dengan cara mengukur
perubahan nilai viskositas dan pH. Sampel sabun mandi gel alami hasil penelitian
selanjutnya disimpan dalam dua kondisi suhu yang berbeda (suhu ruang selama
30 hari dan suhu ekstrim 65C di dalam water bath selama 5 hari). Selanjutnya
untuk suhu ruang, dilakukan pengecekan viskositas dan pH setiap 5 hari sekali.
Sedangkan untuk suhu ekstrim, dilakukan pengecekan viskositas dan pH setiap 1
hari sekali. Pengujian kestabilan sabun ini sekaligus dapat digunakan sebagai
parameter penentuan umur simpan produk.

3.3.7 Pengujian Warna


Pengujian warna sabun mandi gel alami dilakukan dengan menggunakan
instrumen Colorflex EZ (Hunterlab USA). Pengujian warna bertujuan untuk
mendapatkan warna yang standar dari sabun mandi gel alami yang dihasilkan.
Pengujian dilakukan pada kondisi awal dan akhir sabun setelah diberi perlakuan
pengujian stabilitas sabun. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada perubahan
warna yang signifikan pada sabun.
Metode pengujian warna sangat sederhana, dengan terlebih dahulu
melakukan kalibrasi instrumen, lalu sampel diletakkan di wadah khusus sampel
dan diukur di instrumen. Hasil berupa data angka untuk masing-masing variabel
L*, a*, dan b* akan muncul sebanyak 3 kali disusul dengan rata-rata. Rata-rata
tersebut yang akan menjadi acuan untuk menganalisis warna sabun.

17
3.3.8 Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik) dengan Metode Uji
Organoleptik
Uji kesukaan konsumen dilakukan dengan menggunakan uji statistik
One-Way ANOVA untuk pengolahan datanya dan disinergikan dengan pengujian
organoleptik untuk pengumpulan datanya. Uji organoleptik yang disebut juga
sebagai uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya
penerimaan terhadap produk [25]. Pengujian kesukaan konsumen dilakukan pada
kelompok panelis sejumlah 30 orang dimana masing-masing panelis diberikan 4
sampel yang berbeda, yaitu 3 sabun mandi gel sintetik komersil dan sabun mandi
gel alami hasil penelitian. Para panelis akan mengisi angket/kuisioner mengenai
kualitas sabun terkait (seperti contohnya tingkat kekentalan sabun, jumlah busa,
aromanya, dan lain-lain). Angket tersebut akan diolah menjadi data angka (skala
angka 1-5 menggunakan skala Likert) yang berguna sebagai masukan/input untuk
uji statistik One-Way ANOVA. Contoh angket dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pengujian menggunakan software statistik SPSS 16 dengan variabel X-
nya adalah skala kesukaan sabun mandi terhadap parameter pengujian tertentu dan
variabel Y-nya adalah jenis sabun. Tujuan pengujian kesukaan konsumen
(hedonik) ini adalah melihat apakah ada perbedaan yang signifikan antara sabun
mandi gel alami hasil penelitian dengan sabun mandi gel sintetik komersil
terhadap parameter kekentalan sabun, jumlah busa, warna, aroma, kesan saat dan
setelah pemakaian.

3.4 Data dan Informasi yang Dibutuhkan


Data yang diperlukan dalam penelitian TA ini adalah gambaran
keinginan pasar, proses pembuatan sabun mandi gel alami, kandungan senyawa
dalam serbuk C. pyrenoidosa dan kandungan minyak atsiri L. latifolia (Lavender)
yang didapatkan dari jurnal ilmiah, serta metode pengujian kualitas sabun mandi
gel alami berdasarkan SNI 06-4085-1996.

18
3.5 Sumber Data yang Digunakan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian TA ini dikelompokkan
menjadi 2 (dua) bagian, yaitu data primer dan data sekunder. Yang termasuk
dalam data primer adalah hasil kuisioner atau angket yang disebarkan ke para
responden, hasil pembuatan sabun mandi gel alami, dan hasil pengujian kualitas
sabun mandi gel alami. Sedangkan yang termasuk dalam data sekunder adalah
hasil penelitian para peneliti terdahulu (literatur) dan dokumen SNI mengenai
kualitas sabun mandi.

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi literatur,
melakukan survey sabun mandi yang ada di pasaran, melakukan pengujian, dan
melakukan penyebaran kuisioner.

3.7 Lokasi Penelitian


Penelitian TA ini akan dilakukan di laboratorium Ma Chung Research
Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) Universitas Ma Chung, Malang.
Pengambilan angket dari para responden akan dilakukan di Universitas Ma
Chung, Malang.

19
3.8 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA)
Berikut adalah jadwal kegiatan Tugas Akhir (TA) penelitian pembuatan sabun mandi gel alami:

Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Tugas Akhir (TA)


Sep 2011 Oct 2011 Nov 2011 Dec 2011 Jan 2012 Feb 2012 Mar 2012 Apr 2012 May 2012
No. Jadwal Kegiatan Mulai Selesai
9/4 9/11 9/18 9/25 10/2 10/9 10/16 10/23 10/30 11/6 11/13 11/20 11/27 12/4 12/11 12/18 12/25 1/1 1/8 1/15 1/22 1/29 2/5 2/12 2/19 2/26 3/4 3/11 3/18 3/25 4/1 4/8 4/15 4/22 4/29 5/6 5/13 5/20 5/27

Pematangan Konsep Pembuatan Sabun


1 9/5/2011 10/12/2011
Mandi Gel dan Metode Pengujiannya
2 Penyusunan Proposal TA (Bab 1, 2, 3) 9/5/2011 11/11/2011
Penelitian Pendahuluan (percobaan
3 pembuatan sabun mandi gel tanpa 10/20/2011 10/20/2011
penambahan bahan aktif)
4 Sidang Proposal TA 11/24/2011 11/24/2011
Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami
5 11/3/2011 1/31/2012
(dengan menambahkan bahan aktif)
Pengujian Kualitas Sabun Mandi Gel
6 (viskositas, pH, bobot jenis, ALT, hedonik, 2/1/2012 4/30/2012
stabilitas sabun)
7 Penyusunan Laporan TA (Bab 4 dan 5) 2/1/2012 5/11/2012

8 Seminar Hasil TA dan Revisi Hasil TA 5/25/2012 5/31/2012

9 Ujian Hasil TA 6/1/2012 6/1/2012


Bab IV
Analisa Hasil dan Pembahasan

4.1 Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami


Proses pembuatan sabun mandi gel alami mengikuti langkah-langkah
yang telah dijabarkan pada Lampiran A dan B. Kenampakan bahan-bahan
pembuatan sabun mandi gel alami dan peralatan pembuatan serta pengujian sabun
dapat dilihat pada Lampiran G dan H. Berikut ini adalah dokumentasi proses
pembuatan sabun mandi gel alami dari awal hingga akhir.

A B C D E

F G H I J

Gambar 4.1 Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami: (A) Pemanasan
Campuran Minyak; (B) Pencampuran Larutan Alkali ke dalam
Campuran Minyak; (C) Fase Trace; (D) Fase Menuju Vaseline; (E)
Fase Vaseline; (F) Pasta Sabun Kering; (G) Proses Dilusi Pasta Sabun;
(H) Pendinginan Sabun Cair; (I) Proses Gel dan Penambahan Bahan
Aktif; (J) Produk Jadi

Tabel 4.1 Penjelasan Tahapan Proses Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami
Waktu
Tahap Suhu Kondisi Visual
(menit ke-)
0-20 A 80C Cair
20 B 80C Cair dan belum tercampur
20-100 C 70C Kental dan mulai homogen
100-160 D 70C Krim
160-200 E 70C Padat dan lunak
200-220 F 50C Padat dan lunak
220-240 G 100C Cair dan belum tercampur
240-300 H Suhu ruang Cair
300-360 I Suhu ruang Gel dan mulai homogen
360 J Suhu ruang Gel dan homogen
21
Gambar 4.1 dan Tabel 4.1 di atas telah cukup menjelaskan proses
pembuatan sabun mandi gel alami. Namun, masih terdapat beberapa faktor penting
yang harus diperhatikan ketika pembuatan sabun mandi berlangsung. Karena
temperatur perlakuan pada setiap tahapan berbeda, maka keberadaan termometer
sangatlah mutlak diperlukan untuk menjaga agar suhu tetap berada pada kondisi
stabil yang diinginkan. Sabun mandi harus dibuat dalam kondisi perlakuan
pemanasan yang berlangsung cukup lama (200 menit), hal ini bertujuan agar
campuran minyak zaitun dan kelapa yang dicampurkan bersama larutan alkali
terhidrolisis sempurna [12]. Faktor penting lainnya adalah faktor pengadukan.
Untuk mendapatkan hasil sabun mandi gel alami yang sempurna secara
homogenitas, pengadukan harus dilakukan searah jarum jam dengan kecepatan
konstan (250 rpm). Pengadukan pembuatan sabun cair dilakukan secara manual,
sedangkan pengadukan pembuatan sabun gel menggunakan pengaduk magnetik.

4.2 Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996


Analisa sifat fisik dan kimia sabun mandi gel alami secara SNI 06-4085-
1996 berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelayakan produk ketika
dipasarkan di kalangan masyarakat. Tabel 4.2 di bawah ini menunjukkan hasil
pengujian kualitas produk sabun mandi gel alami berdasarkan persyaratan yang
ada pada SNI 06-4085-1996. Dapat dilihat di Tabel 4.2, bahwa hasil pengujian
terhadap kelima parameter uji sabun mandi gel alami telah masuk ke dalam
persyaratan SNI.
Parameter uji yang pertama adalah viskositas atau kekentalan sabun,
dimana sabun mandi gel alami yang dibuat memiliki nilai viskositas awal sebesar
3.783 cP, yang artinya telah masuk ke dalam rentang standar sabun gel (500 <
3.783 < 20.000 cP). Untuk parameter uji yang kedua adalah nilai pH, dimana
sabun mandi gel alami memiliki nilai pH awal sebesar 8,760, yang artinya juga
masuk ke dalam rentang standar SNI (8 < 8,760 < 11). Sedangkan, parameter uji
yang ketiga adalah bobot jenis awal di suhu 25C yang juga telah masuk standar
SNI, yaitu sebesar 1,037 (1,01 < 1,037 < 1,10).

22
Parameter uji yang keempat adalah nilai Angka Lempeng Total (ALT)
dimana didapatkan hasil pengujian <10 koloni/gram sabun mandi, yang artinya
juga telah masuk ke dalam standar SNI (10 < 1x105 koloni/gram). Dan parameter
uji yang terakhir adalah keadaan sabun mandi gel alami yang dilihat dari
bentuknya, aromanya, dan juga warnanya. Seluruh parameter keadaan sabun juga
telah masuk ke dalam standar SNI.

Tabel 4.2 Hasil Analisa Sifat Fisik dan Kimia secara SNI 06-4085-1996
No. Parameter Uji Persyaratan Hasil Pengujian
1 Viskositas [11] 500-20.000 cP 3.783 cP
2 pH 8-11 8,760
3 Bobot Jenis (25C) 1,01-1,10 1,037
4 Cemaran mikroba:
- Angka Lempeng Total maks. 1x105 koloni/gr. < 10 koloni/gr.
5 Keadaan:
- Bentuk Cairan Homogen Cairan Homogen
- Aroma Khas Lavender
- Warna Khas Hijau kekuningan

Secara detil, masing-masing parameter uji akan dibahas di bawah ini:


4.2.1 Viskositas
Pada pengujian viskositas, digunakan viskometer Rion VT-04F dengan
spindel nomor 1 dan kecepatan putaran 60 rpm. Dari pengujian viskositas yang
telah dilakukan, didapatkan nilai viskositas sabun mandi gel alami yang
dihasilkan sebesar 3.783 cP (data pengukuran dapat dilihat pada Lampiran I).
Nilai viskositas tersebut merupakan nilai viskositas awal (hari ke-0) sebelum
sampel sabun mandi gel alami diberi perlakuan pengujian stabilitas sabun.
Parameter uji viskositas sabun mandi gel alami yang dihasilkan dalam
penelitian dibandingkan dengan 3 (tiga) sabun mandi sintetik komersil, yaitu Body
Shop White Musk, Organo, dan Gatsby (Gambar 4.2). Terlihat bahwa viskositas
sabun mandi gel alami lebih tinggi daripada ketiga sabun pembanding. Hal ini
memberikan keunikan tersendiri yang bisa menjadi nilai tambah yang berbeda
dibanding sabun gel sintetik komersil Body Shop White Musk, Organo, dan
Gatsby.

23
4000 3783
3500

Viskositas (cP) 3000


2500
2500
2000
1500
1000
1000 650
500
0
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.

Jenis Sabun Gel


Gambar 4.2 Perbandingan Viskositas Keempat Jenis Sabun Gel

Viskositas dari suatu produk bergantung dari suhu, pH, dan penambahan
elektrolit serta jenis agen pengental yang digunakan [28]. Menurut Willcox dalam
Ningrum [11], untuk meningkatkan viskositas dari sabun gel dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan konsentrasi bahan aktif sabun (surfaktan),
meningkatkan kandungan elektrolit, atau menambahkan konsentrasi agen
pengental. Pada penelitian TA ini, variabel yang ditambahkan untuk
mempengaruhi viskositas sabun mandi gel alami adalah agen pengental, yaitu
sepimax zen.
Penelitian Stainsby [29] juga menyatakan bahwa viskositas suatu produk
bergantung pada viskositas pelarut, kontribusi bahan terlarut, dan integrasi dari
keduanya. Dalam penelitian TA ini, pelarut yang digunakan dalam formulasi
sabun gel yang dihasilkan adalah akuades. Karena akuades memiliki viskositas
yang sangat rendah, maka akuades tidak berpengaruh secara siginifikan terhadap
viskositas sabun mandi gel alami, kecuali jika ditambahkan dalam jumlah besar
akan menurunkan viskositas dari produk. Sedangkan untuk kontribusi bahan
terlarut, terdapat penambahan agen pengental, yaitu sepimax zen sebesar 4%
sedangkan bahan terlarut lainnya adalah bahan aktif tanpa adanya penambahan
elektrolit. Sehingga, dapat dikatakan bahwa nilai viskositas sabun mandi gel alami

24
yang dihasilkan sangat bergantung pada variabel penambahan agen pengental
sebagai bahan terlarut.
Gagasan Kragh dan Langston [30] juga mempertegas bahwa berdasarkan
berbagai penelitian yang telah ada, plot viskositas terhadap konsentrasi agen
pengental selalu berbentuk kurva dan memiliki hubungan eksponensial, dimana
semakin tinggi konsentrasi agen pengental yang digunakan maka semakin tinggi
pula nilai viskositasnya. Suhu juga berpengaruh terhadap viskositas suatu produk,
semakin tinggi suhu maka semakin turun nilai viskositasnya, dan menurut
Stainsby [29] viskositas akan menurun secara eksponensial pada suhu di atas
40C. Untuk itu diperlukan suhu yang ekstrim pada pengujian stabilitas sabun
yang dihasilkan, agar masa simpan sabun dapat diketahui dalam waktu penelitian
yang relatif singkat namun tetap akurat.

4.2.2 pH
Produk kosmetika memiliki karakteristik fisik yang sangat penting, yaitu
nilai pH. Nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat menambah daya
absorbansi kulit sehingga memungkinkan kulit teriritasi. Nilai pH awal sabun
mandi gel alami yang dihasilkan adalah 8,760 (hari ke-0). Secara SNI, nilai pH
tersebut telah memenuhi standar mutu sabun cair dan aman untuk dipasarkan di
kalangan konsumen. Dan jika dilihat dari perbandingan pH antara sabun gel
sintetik komersil lainnya (Gambar 4.3), pH sabun mandi gel alami (Chl.&Lav.)
yang dihasilkan tidak berbeda jauh dengan pH sabun Gatsby (mendekati pH 9).
Sedangkan, untuk kedua sabun gel yang lain, yaitu Body Shop White Musk (BS
WM) dan Organo, memiliki pH di bawah standar mutu pH sabun cair yang
ditetapkan oleh SNI (pH 8-11).

25
10,000 9,414
8,760
9,000
8,000 7,553
7,000 6,256
6,000
pH

5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
-
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.3 Perbandingan pH Keempat Jenis Sabun Gel

4.2.3 Bobot Jenis (25C)


Data hasil pengukuran bobot jenis dapat dilihat pada Lampiran F. Nilai
bobot bersih (netto) sampel sabun diperoleh dari hasil pengurangan bobot sampel
(tarra) dengan bobot piknometer, sama pula halnya dengan bobot air. Sehingga,
dari data hasil pengukuran yang ada, dapat dihitung bobot jenis sampel sabun
mandi gel alami dengan mengikuti rumus 3.1 sesuai dengan SNI 06-4085-1996.
Dari perhitungan dengan menggunakan rumus 3.1 didapatkan nilai bobot
jenis sebesar 1,037 gr/ml. Nilai bobot jenis dapat disebabkan oleh jenis dan
konsentrasi bahan baku dalam larutan. Setiap bahan baku yang ditambahkan ke
dalam formulasi sabun sangat menentukan bobot jenis produk sabun yang
dihasilkan. Semakin tinggi nilai berat molekul bahan baku yang ditambahkan,
maka akan semakin tinggi pula bobot jenis produk sabun yang dihasilkan [34].
Gaman dan Sherrington [35] menyatakan bahwa jika suatu bahan dilarutkan
dalam air dan membentuk larutan, maka bobot jenis/densitasnya akan mengalami
perubahan.

4.2.4 Angka Lempeng Total (ALT)


Angka Lempeng Total (ALT) atau biasa juga disebut total mikroba
merupakan salah satu parameter yang menentukan baik tidaknya mutu suatu

26
produk lewat suatu pengujian penghitungan jumlah mikroba kontaminan sebelum
produk sampai ke tangan konsumen. Hasil pengujian ALT pada sabun mandi gel
alami yang dihasilkan menunjukkan nilai negatif (<10 koloni/gram) yang
ditunjukkan pada Lampiran R. Hal ini berarti sabun yang dihasilkan telah
memenuhi standar mutu sabun cair yang telah ditetapkan, dimana artinya sabun
bebas dari kontaminasi mikroba.
Jumlah total mikroba dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan,
baik kimia maupun fisik. Faktor-faktor tersebut antara lain suhu, nilai osmotik
dari medium, dan adanya zat kimia seperti desinfektan. Zat-zat kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, antara lain adanya senyawa garam-
garam logam, fenol, formaldehida, alkohol, klor, persenyawaan klor, bahan aktif
sabun, dan sulfonamida [36]. Pada penelitian TA ini, terdapat bahan aktif yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Bahan aktif sabun mandi gel
alami yang dibuat, yaitu chlorella dan lavender mempunyai keunggulan sifat
bakterisida dan bakteriostatik sehingga dapat membantu menghancurkan bakteri
patogen.

4.2.5 Pengujian Warna


Hasil pengujian warna dengan menggunakan instrumen Colorflex EZ
(Hunterlab USA) dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 di bawah ini. Nilai
L*, a*, dan b* mengacu pada Gambar 4.4, yaitu sumbu koordinat rentang warna
yang dapat menyatakan warna secara angka.

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ektrim 65C, 5
hari)
Nilai L* a* b*
Awal (0 hari) 58,76 -12,09 34,11
Akhir (5 hari) 48,05 -1,67 28,65

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Warna Sabun Mandi Gel Alami (Suhu Ruang, 30 hari)
Nilai L* a* b*
Awal (0 hari) 58,76 -12,09 34,11
Akhir (30 hari) 54,85 -4,37 33,86

27
Gambar 4.4 Acuan Nilai L*, a*, b* untuk Analisa Warna
Sumber: www.hunterlab.com

Dari hasil pengujian warna di atas, dapat disimpulkan bahwa standar


warna untuk sabun mandi gel alami yang dibuat memiliki nilai L* sebesar 58,76;
a* sebesar -12,09; dan b* sebesar 34,11 yang berarti sabun berada pada warna
hijau kekuningan. Warna sabun tidak berubah secara signifikan meskipun terdapat
perlakuan pengujian stabilitas sabun pada suhu ekstrim maupun pada waktu yang
cukup lama (30 hari). Hal ini menunjukkan bahwa warna sabun yang dihasilkan
masih tetap stabil berwarna hijau kekuningan.

4.3 Pengujian Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami


Pengujian stabilitas sabun dilakukan terhadap parameter viskositas dan
pH dengan mengamati perubahan pada suhu ekstrim selama waktu yang relatif
singkat (akselerasi/percepatan) dan suhu ruang selama waktu normal [38].
Parameter viskositas dan pH dipilih karena parameter ini dapat menunjukkan
kestabilan produk kosmetik selama masa penyimpanan [31]. Hasil pengamatan
nilai viskositas dan pH untuk pengujian stabilitas sabun pada suhu 65C dapat
dilihat pada Lampiran D.

28
Gambar 4.5 (A) Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami
(suhu ekstrim, 65C); (B) Grafik Hasil Simulasi Persamaan Regresi
Linear Viskositas Sabun Mandi Gel Alami (suhu ekstrim, 65C)

Dari grafik pada Gambar 4.5A dapat dilihat bahwa semakin lama
disimpan, sabun mandi gel alami yang dihasilkan mempunyai kecenderungan
mengalami penurunan nilai viskositas. Namun, nilai viskositas tersebut masih
berada dalam kisaran standar rentang viskositas sabun gel yang ada. Nilai R 2 yang
dihasilkan adalah sebesar 0,959 (mendekati 1), yang artinya penurunan nilai
viskositas memiliki pola persamaan garis linier dengan gradien sebesar -314,76.
Analisa stabilitas sabun mandi gel alami yang dilakukan pada suhu 65C
selama lima hari memiliki alasan. Alasannya adalah setiap produk pasti
mengalami proses pendistribusian yang panjang dari tempat produksi hingga
sampai ke tangan konsumen. Oleh sebab itu, lima hari diasumsikan cukup untuk
digunakan sebagai data yang representatif untuk menggambarkan keadaan lama
perjalanan pendistribusian suatu produk. Pada perjalanan pendistribusian produk,
suhu produk akan meningkat seiring dengan perubahan suhu di luar ruangan atau
di dalam media transportasi produk. Menurut Schmitt [15], rata-rata suhu di
dalam truk kontainer yang mendistribusikan produk kosmetik adalah 65C.
Untuk pengambilan data, karena pengukuran viskositas awal dilakukan
pada suhu ruang, maka pengukuran viskositas di hari-hari perlakuan suhu ekstrim
berikutnya menunggu hingga sampel sabun gel dingin terlebih dahulu hingga suhu
mencapai suhu ruang (25-28C), baru selanjutnya dilakukan pengukuran. Hal ini

29
bertujuan untuk menghindari pengaruh suhu yang tinggi terhadap viskositas
produk, sehingga dapat menyebabkan ketidakakuratan pada data yang dihasilkan.
Untuk pendugaan masa simpan sabun, dilakukan simulasi persamaaan
regresi linear data analisa viskositas stabilitas sabun pada suhu ekstrim (Gambar
4.5B). Hal ini bertujuan untuk memperkirakan titik rusak sabun mandi gel alami,
yang diindikasikan dengan nilai viskositas yang tidak masuk dalam spesifikasi
rentang standar viskositas (500-20.000 cP).
Dari Gambar 4.5B dapat dilihat bahwa titik rusak sabun mandi gel alami
berada pada hari ke-12, dimana viskositas tidak masuk ke dalam rentang standar
mutu. Sehingga, dapat dikatakan bahwa minimal sabun diduga memiliki umur
simpan selama 2 (dua) bulan di kondisi yang sebenarnya. Perhitungan konversi
umur simpan ini menggunakan metode akselerasi, dimana pengujian suhu ekstrim
selama 6 bulan setara dengan klaim kadaluwarsa produk sabun selama 3 tahun
[38].
Analisa viskositas stabilitas sabun juga dilakukan pada sampel sabun
yang dikondisikan pada suhu ruang selama 30 hari (Gambar 4.6). Kondisi pada
suhu ruang mengindikasikan kondisi saat produk disimpan di toko atau di
ruangan. Pada grafik di bawah ini, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
viskositas sedikit demi sedikit hingga viskositas akhir di hari ke-30 menunjukkan
angka 2.300 cP. Sabun masih tergolong relatif stabil pada masa penyimpanan
yang cukup lama, mengingat sabun mandi gel bersifat alami dan tanpa bahan
pengawet.

30
4000 3783

3500
3000 2917
3000 2800
2617 2500
Viskositas (cP) 2500 2300
y = -205.36x + 3666.7
2000 R = 0.8558

1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30
Hari ke-

Gambar 4.6 Grafik Hasil Analisa Viskositas Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami
(Suhu Ruang)

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas sabun dapat dibedakan


menjadi dua kategori, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak
dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol antara lain ukuran partikel
terdispersi, viskositas, penyebaran ukuran globula dalam fase terdispersi, dan
tegangan permukaan. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol, diantaranya
adalah perbedaan densitas antara kedua fase, fase kohesi dan fase terdispersi;
bagian padatan pada emulsi sabun; dan perbedaan temperatur udara [11].
Ketidakstabilan sabun dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain
komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan waktu
pencampuran yang tidak tepat, ketidaksesuaian rasio antara fase terdispersi dan
fase pendispersi, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan
pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, guncangan mekanik atau
getaran, ketidakseimbangan densitas, ketidakmurnian emulsi sabun, reaksi antara
dua atau lebih komponen dalam sistem emulsi sabun, dan penambahan asam atau
elektrolit [15].

31
Pada parameter pH juga dilakukan analisa stabilitas sabun pada suhu
ekstrim 65C dan suhu ruang. Grafik di bawah ini adalah hasil pengujian stabilitas
sabun dengan parameter pH.

9,600 9,392
9,400 9,281
9,200
8,924
9,000
8,760
8,548
pH

8,800 8,662
8,600
8,400
8,200
8,000
0 1 2 3 4 5
Hari ke-

Gambar 4.7 Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu
Ekstrim, 65C)

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi ketidakstabilan pH ketika


sabun diberi perlakuan suhu ekstrim sebesar 65C. Ketidakstabilan pH ini
kemungkinan besar diakibatkan oleh faktor pemanasan. Pemanasan dapat
menyebabkan terjadinya hidrolisis bahan aktif yang merupakan ester natrium
dengan asam lemak, sehingga dapat menyebabkan terbentuknya alkali bebas yang
dapat meningkatkan nilai pH sistem [33]. Selain itu, pada perlakuan pengujian
pH, sampel sabun mandi gel alami harus diencerkan terlebih dahulu menggunakan
akuades dengan faktor pengenceran 1:3. Sehingga, terdapat pula unsur faktor
pengencer pada hasil yang didapat. Namun, meskipun terjadi ketidakstabilan pH
sabun mandi gel alami pada perlakuan suhu ekstrim, seluruh nilai pH masih
berada dalam kisaran standar mutu pH sabun cair berdasarkan SNI 06-4085-1996.
Sedangkan untuk analisa pH stabilitas sabun pada kondisi suhu ruang
selama 30 hari dapat dilihat pada grafik di bawah ini (Gambar 4.8). Dari grafik
dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan pH secara drastis pada hari ke-0 menuju hari
ke-5. Namun, setelah itu secara stabil pH mengalami penurunan sedikit demi
sedikit dan akhirnya relatif stabil di kisaran pH 9,200. Tren ini menunjukkan

32
bahwa pada suhu ruang, nilai pH sabun mandi gel alami tidak mengalami
perubahan signifikan.

9,600 9,462 9,488


9,319
9,400 9,217 9,201 9,211
9,200
9,000 8,760
pH

8,800
8,600
8,400
8,200
0 5 10 15 20 25 30
Hari ke-

Gambar 4.8 Grafik Hasil Analisa pH Stabilitas Sabun Mandi Gel Alami (Suhu
Ruang)

4.4 Pengujian Kesukaan Konsumen (Hedonik)


Setelah mengetahui hasil pengujian fisika dan kimiawi serta uji stabilitas
produk sabun mandi gel alami, langkah akhir yang sangat penting dilakukan
adalah pengujian kesukaan konsumen atau hedonik. Hasil dari pengujian ini
menentukan penerimaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Di bawah
ini adalah hasil analisa statistik penilaian panelis terhadap kelima parameter uji
sabun mandi gel; yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma dan warna, kesan saat
pemakaian, dan kesan setelah pemakaian.

4.4.1 Kesukaan Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi Gel


Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji jumlah busa keempat
sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran J. Untuk hasil pengolahan data
deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata penilaian dari skala penilaian oleh
panelis untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O.
Nilai rata-rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.9.
Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesukaan jumlah busa (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000
33
(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada
keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji jumlah busa. Perbedaan
tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel kedua, yaitu Organo.
Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)
menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan
yang lain terhadap parameter uji jumlah busa. Sama seperti uji ANOVA, uji
Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.
Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig. yang melebihi
batas standar 0,05; yaitu 0,981 (gagal tolak H0) untuk perbandingan antara Gatsby
dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga, artinya tidak ada
perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel alami yang
dihasilkan terhadap parameter uji jumlah busa, sedangkan ada perbedaan nyata
untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

4.50 4.20 4.27


4.00
Rata-rata Penilaian Panelis

3.50 3.10
3.00
2.50
2.00 1.87
1.50
1.00
0.50
0.00
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter Uji


Jumlah Busa Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji jumlah
busa, sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender ternyata mendapatkan respon
rata-rata penilaian tertinggi sebesar 4,27; sedangkan respon rata-rata penilaian
terendah sebesar 1,87 didapatkan oleh sabun gel Organo. Sehingga, dari
parameter uji jumlah busa dapat dianggap bahwa sabun mandi gel alami yang
telah dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.
34
4.4.2 Kesukaan Terhadap Kekentalan Sabun Mandi Gel
Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kekentalan keempat
sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran K. Untuk hasil pengolahan data
deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis untuk
masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-rata
penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.10.
Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesukaan kekentalan sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000
(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada
keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kekentalan sabun.
Perbedaan tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel kedua, yaitu
Organo.
Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)
menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan
yang lain terhadap parameter uji kekentalan sabun. Sama seperti uji ANOVA, uji
Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.
Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig. yang melebihi
batas standar 0,05; yaitu 0,913 (gagal tolak H0) untuk perbandingan antara Gatsby
dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga, artinya tidak ada
perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel alami yang
dihasilkan terhadap parameter uji kekentalan sabun, sedangkan ada perbedaan
nyata untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

35
4.50 4.20 4.07
4.00
3.53
Rata-rata Penilaian Panelis
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.50
1.00
0.50
0.00
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.10 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter


Uji Kekentalan Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji


kekentalan sabun, sabun mandi gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata
penilaian tertinggi sebesar 4,20; sedangkan respon rata-rata penilaian terendah
sebesar 1,50 didapatkan oleh sabun gel Organo. Namun, di urutan kedua untuk
rata-rata penilaian tertinggi adalah sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender
sebesar 4,07. Sehingga, dari parameter uji kekentalan juga dapat dianggap bahwa
sabun mandi gel alami yang telah dihasilkan dapat diterima oleh konsumen.

4.4.3 Kesukaan Terhadap Aroma dan Warna Sabun Mandi Gel


Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji aroma dan warna
keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran L. Untuk hasil pengolahan
data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis
untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-
rata tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.11.
Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesukaan aroma dan warna (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000
(Sig.<0,05) yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada
keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji aroma dan warna.

36
Penerimaan panelis pada seluruh sampel sabun gel berbeda-beda di tiap jenis
sabunnya.
Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)
menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan
yang lain terhadap parameter uji aroma dan warna. Sama seperti uji ANOVA, uji
Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan hasil pengujian.
Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, tidak ada nilai Sig. yang melebihi batas
standar 0,05 (tolak H0); yang artinya terdapat perbedaan nyata diantara masing-
masing sabun gel.

5.00
4.33
4.50
Rata-rata Penilaian Panelis

4.00 3.37
3.50
2.73
3.00
2.50
2.00 1.50
1.50
1.00
0.50
0.00
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.11 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter


Uji Aroma dan Warna Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji aroma
dan warna, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata penilaian
tertinggi sebesar 4,33; sedangkan respon rata-rata penilaian terendah sebesar 1,50
didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun mandi gel alami Chlorella dan
Lavender sendiri mendapatkan respon yang cukup baik, yaitu sebesar 3,37. Secara
umum, sebagian besar panelis tidak memiliki masalah terhadap warna hijau
kekuningan sabun, namun ada beberapa panelis yang kurang menyukai aroma
lavender pada sabun mandi gel alami yang dihasilkan.

37
4.4.4 Kesukaan Terhadap Kesan Saat Pemakaian Sabun Mandi Gel
Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kesan saat pemakaian
keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran M. Untuk hasil pengolahan
data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata dari skala penilaian oleh panelis
untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran O. Nilai rata-
rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data pada Grafik 4.12.
Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesan saat pemakaian sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig. 0,000
(Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada
keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kesan saat pemakaian
sabun. Penerimaan panelis pada seluruh sampel sabun gel berbeda-beda di tiap
jenis sabunnya.
Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)
menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan
yang lain terhadap parameter uji kesan saat pemakaian sabun. Sama seperti uji
ANOVA, uji Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan
hasil pengujian. Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, tidak ada nilai Sig. yang
melebihi batas standar 0,05 (tolak H0); yang artinya terdapat perbedaan nyata
diantara masing-masing sabun gel.

5.00
4.30
4.50
Rata-rata Penilaian Panelis

4.00 3.70
3.50
3.00 2.53
2.50 1.93
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.12 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter


Uji Kesan Saat Pemakaian Keempat Jenis Sabun

38
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji kesan
saat pemakaian sabun, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-rata
penilaian tertinggi sebesar 4,30 (Lampiran O); sedangkan respon rata-rata
penilaian terendah sebesar 1,93 didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun
mandi gel alami Chlorella dan Lavender sendiri mendapatkan respon yang cukup
baik, yaitu sebesar 3,70. Secara umum, seluruh panelis tidak mengalami gatal-
gatal yang bersifat iritatif saat pemakaian sabun mandi gel alami. Sebagian besar
panelis merasa nyaman dan lembab saat sabun diaplikasikan ke kulit.

4.4.5 Kesukaan Terhadap Kesan Setelah Pemakaian Sabun Mandi Gel


Hasil penilaian 30 panelis terhadap parameter uji kesan setelah
pemakaian keempat sabun mandi gel dapat dilihat pada Lampiran N. Untuk hasil
pengolahan data deskriptif yang menghasilkan nilai rata-rata penilaian dari skala
penilaian oleh panelis untuk masing-masing sabun mandi gel dapat dilihat pada
Lampiran O. Nilai rata-rata penilaian tersebut digunakan sebagai masukan data
pada Grafik 4.13.
Analisa keempat sabun mandi gel dengan menggunakan uji ANOVA
terhadap kesan setelah pemakaian sabun (Lampiran P) menghasilkan nilai Sig.
0,000 (Sig.<0,05), yang artinya tolak H0. Sehingga, terdapat perbedaan nyata pada
keseluruhan jenis sabun mandi gel terhadap parameter uji kesan setelah
pemakaian sabun. Perbedaan tersebut tampak sangat jelas pada sampel sabun gel
kedua, yaitu Organo.
Sedangkan, analisa dengan menggunakan uji Tukey (Lampiran Q)
menghasilkan perbandingan yang lebih spesifik lagi antara sabun gel satu dengan
yang lain terhadap parameter uji kesan setelah pemakaian sabun. Sama seperti uji
ANOVA, uji Tukey juga menggunakan parameter nilai Sig. untuk menentukan
hasil pengujian. Dan dari data nilai Sig. yang dihasilkan, hanya ada satu nilai Sig.
yang melebihi batas standar 0,05; yaitu 0,872 (gagal tolak H0) untuk perbandingan
antara Gatsby dan sabun mandi gel alami Chlorella dan Lavender. Sehingga,
artinya tidak ada perbedaan nyata untuk sabun gel Gatsby dan sabun mandi gel

39
alami yang dihasilkan terhadap parameter uji kesan setelah pemakaian sabun,
sedangkan ada perbedaan nyata untuk perbandingan dengan sabun yang lain.

4.50 4.23 4.07


4.00
Rata-rata Penilaian Panelis

3.50
3.00 2.67
2.50 1.87
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.
Jenis Sabun Gel

Gambar 4.13 Grafik Perbandingan Penerimaan Konsumen Terhadap Parameter


Uji Kesan Setelah Pemakaian Keempat Jenis Sabun

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan parameter uji kesan
setelah pemakaian sabun, shower gel Gatsby ternyata mendapatkan respon rata-
rata penilaian tertinggi sebesar 4,23 (Lampiran O); sedangkan respon rata-rata
penilaian terendah sebesar 1,87 didapatkan oleh sabun gel Organo. Untuk sabun
mandi gel alami Chlorella dan Lavender sendiri mendapatkan respon tertinggi
kedua, yaitu sebesar 4,07. Secara umum, sebagian besar panelis ingin mengulangi
pemakaian terhadap sabun mandi gel alami karena sifat wangi sabun yang tahan
lama serta terasa lembab di kulit.

40
Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Sabun merupakan surfaktan atau campuran surfaktan yang digunakan
dengan air untuk mencuci dan membersihkan lemak (kotoran). Oleh karena fungsi
yang sangat mendasar tersebut, sabun menjadi kebutuhan primer yang setiap hari
digunakan oleh semua makhluk hidup. Proses pembuatan sabun mandi terbilang
cukup mudah, namun memakan waktu yang cukup lama. Prinsipnya, sabun
terbuat dari minyak (lemak) yang dicampur dengan larutan alkali.
Pembuatan sabun mandi gel alami menggunakan bahan-bahan baku
alami, yaitu minyak zaitun, minyak kelapa, dan bahan pengental sepimax zen.
Untuk bahan aktifnya digunakan serbuk Chlorella pyrenoidosa dan minyak atsiri
Lavandula latifolia yang memiliki sifat anti bakteri. Agar produk sabun mandi gel
alami yang dihasilkan dapat dipasarkan secara aman di kalangan masyarakat,
maka harus diadakan pengujian kualitas sabun sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) 06-4085-1996.
Pengujian kualitas sabun mandi gel alami secara SNI 06-4085-1996
terdiri dari pengujian viskositas, pH, bobot jenis (25C), Angka Lempeng Total
(ALT), dan pengujian warna. Dari seluruh parameter uji di atas, sabun mandi gel
alami dinyatakan lolos uji karena telah masuk ke dalam rentang standar
persyaratan masing-masing parameter uji. Sabun mandi gel alami memiliki
viskositas awal sebesar 3.783 cP; pH awal sebesar 8,760; bobot jenis awal (25C)
sebesar 1,037; nilai ALT <10 koloni/gram; dan warna hijau kekuningan dengan
aroma lavender.
Selain pengujian kualitas sabun, juga dilakukan pengujian stabilitas
sabun untuk melakukan pendugaan umur simpan produk. Pengujian stabilitas
sabun dilakukan terhadap parameter viskositas dan pH dengan mengamati
perubahan pada dua macam kondisi yang berbeda, yaitu kondisi suhu ekstrim
65C selama 5 hari (akselerasi/percepatan) dan kondisi suhu ruang selama 30 hari.
41
Dan dari hasil pengujian didapatkan dugaan umur simpan sabun mandi gel alami
selama 2 (dua) bulan pada kondisi yang sebenarnya. Untuk parameter uji
viskositas memiliki tren menurun seiring bertambahnya waktu. Sedangkan untuk
parameter uji pH terdapat ketidakstabilan pada suhu ekstrim, namun relatif stabil
pada suhu ruang.
Produk sabun mandi gel alami juga tidak luput dari pengujian kesukaan
konsumen (hedonik) dengan menggunakan metode uji organoleptik. Pengujian ini
sangat penting dilakukan untuk mengetahui penerimaan konsumen terhadap
produk sabun yang dihasilkan. Terdapat lima parameter uji yang akan dianalisa
menggunakan SPSS One-Way ANOVA, yaitu jumlah busa, kekentalan, aroma
dan warna, kesan saat pemakaian, dan kesan setelah pemakaian. Hasil rata-rata
penilaian panelis terhadap sabun mandi gel alami yang dihasilkan dapat
dikategorikan cukup baik. Untuk jumlah busa didapatkan nilai rata-rata sebesar
4,27; kekentalan sebesar 4,07; aroma dan warna sebesar 3,37; kesan saat
pemakaian sebesar 3,70; serta kesan setelah pemakaian sebesar 4,07. Sehingga,
dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sabun mandi gel alami yang
dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh perwakilan konsumen.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan terkait penelitian TA pembuatan
sabun mandi gel alami ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, alangkah lebih baik
apabila pengujian stabilitas sabun di suhu ruang dilakukan dengan
perlakuan suhu dan kelembaban yang terkondisikan.
2. Seharusnya, untuk perlakuan suhu ekstrim pada pengujian stabilitas
sabun menggunakan material kemasan sabun yang sebenarnya.
Selain berfungsi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, hal ini
juga bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh kemasan
terhadap produk.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Sears, Pure Radiance, Blackie Academe and Professional, London, 2001.


2. Mukiyo, Zat-zat Berbahaya yang Terdapat Dalam Produk Kosmetik, (Online),
2011 (http://gombhalmukiyo.blogdetik.com/zat-zat-berbahaya-yang-terdapat-
dalam-produk-kosmetik/, diakses 19 April 2011).
3. T. Paul, The Detoxification, Immunostimulation, and Healing Properties of
Chlorella, Jurnal World Convention of Traditional Medicine, 2000.
4. Setyaningsih, dkk., Ekstraksi dan Uji Aktivitas Senyawa Anti Bakteri dari
Mikroalga Chlorella pyrenoidosa, Buletin THP, 6(1), 1999.
5. R. Pratt, Studies of Chlorella vulgaris XI: Relation Between Surface Tension and
Accumulation of Chlorellin, American Journal of Botany, 35(9), 1948.
6. R. Abedin dan H. M. Taha, Antibacterial and Antifungal Activity of
Cyanobacteria and Green Microalgae, Global Journal of Biotechnology
Biochemistry, 3(1):22-31, 2008.
7. O. Rachmaniah, dkk., Pemilihan Metode Ekstraksi Minyak Alga dari Chlorella
pyrenoidosa dan Prediksinya Sebagai Biodiesel, dipresentasikan pada Seminar
Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo, ITS Surabaya, 2010.
8. H. Cavanagh dan J. M. Wilkinson, Lavender Essential Oil: A Review, Jurnal
Australian Infection Control, 10(1), 2005.
9. Soebagio, dkk., Formulasi Sabun Mandi Cair dengan Lendir Daun Lidah Buaya
(Aloe vera Linn.), Jurnal Farmasi, 1998.
10. H. D. P. Gandasasmita, Pemanfaatan Kitosan dan Karagenan pada Produk Sabun
Cair, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2009.
11. V. P. Ningrum, Aplikasi Gelatin Tipe B Sebagai Bahan Pengental Pada Produk
Shower Gel, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2002.
12. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Mutu dan Cara Uji Sabun Mandi,
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, 1996.
13. Anonim, Saponifikasi, (Online), 2011 (http://id.wikipedia.org/wiki/Saponifikasi,
diakses 10 September 2011).

43
14. J. Hicks, Comprehensive Chemistry SI Edition, Edisi 2, The Macmillan Press Ltd.,
London, 1981.
15. W. H. Schmitt, Skin Care Products, Blackie Academe and Professional, London,
1996.
16. Sunsmart, Anatomy of The Skin, J. Cosmetics and Toiletries, SunSmart Inc., New
York, 1998.
17. E. Peacock, Making Liquid Soap, (Online), 2003
(http://www.ellensessentials.com/makingliquidsoap.pdf, diakses 9 September
2011).
18. G. Susilowarno, dkk., Biologi SMA/MA Kelas X, Grasindo, Jakarta, 2000.
19. N. Hidayat, dkk., Pembuatan dan Analisis Produk Emulsi, Tugas Sarjana,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2009.
20. Anonim, Chlorella, (Online), 2011 (http://en.wikipedia.org/wiki/Chlorella,
diakses 10 September 2011).
21. Roki, Chlorella Dapat Mencegah Kanker dan Tumor, (Online), 2005
(http://www.mail-archive.com/balita-anda@balita-anda.com/msg99156.html,
diakses 10 April 2011).
22. Zaifbio, Biologi Online, Modul Algae, Divisi Chlorophyta, (Online), 2009
(http://zaifbio.wordpress.com/page/22/, diakses 12 Oktober 2011).
23. Dinata, Tanaman Sebagai Pengusir Nyamuk, (Online), 2005 (http://www.pikiran-
rakyat.com/cetak/2005/0205/17/cakrawala/penelitian01.htm, diakses 11 April
2011).
24. Prashar, I. C. Locke, dan C. S. Evans, Cytotoxicity of Lavender Oil and Its Major
Components to Human Skin Cells, Cell Proliferation, 37(3):221229, 2004.
25. Riwan, Sifat-sifat Organoleptik dalam Pengujian Terhadap Bahan Makanan,
(Online), 2005 (http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php/ Sifat-sifat Organoleptik
Dalam Pengujian Terhadap Bahan Makanan&&nomorurut_artikel=130, diakses
13 Oktober 2011).
26. R. Voight, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi 65, terjemahan Dr. Soendani
Noerono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1994.

44
27. A. I. Suryani, Saillah, dan E. Hambali, Teknologi Emulsi, Diktat Kuliah, Jurusan
Teknologi Industri Pertanian, FATETA IPB, Bogor, 2000.
28. H. S. S. Imron, Sediaan Kosmetik, Direktorat Pembinaan Penelitian dan
Pengabdian Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud, Jakarta, 1985.
29. G. Stainsby, The Physical Chemistry of Gelatin in Solution di dalam A. G. Ward
dan A. Courts, The Science and Technology of Gelatin, Academic Press, New
York, 1977.
30. A. M. Kragh dan W. B. Langston, Research Report C17, Bagian 3, Gelatin and
Glue Research Association, London, 1959.
31. A. Imeson, Thickening and Gelling Agent for Food, Academic Press, New York,
1992.
32. T. Bird, Kimia Fisik untuk Universitas, PT. Gramedia, Jakarta, 1987.
33. Safira, Aplikasi Gelatin Tipe A Sebagai Bahan Pengental Dalam Pembuatan Skin
Lotion, Tugas Sarjana, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor, 2003.
34. R. Musy, dkk., Efek Sabun Asam Salisilat 2% Sebagai Penunjang Terapi Topikal
Gel Bensoil Peroksida 10% untuk Acne vulgaris Derajat Ringan Sampai Sedang,
Jurnal Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 35(4), 2003.
35. P. M. Gaman dan K. B. Sherington, The Science of Food, 3rd Ed., Pergamon
Press, Oxford, 1990.
36. A. Boeck dan B. Stnehchak, Cosmetic and Toiletries Development, Production
and Use, 1st Ed., Prentice Hall, New York, 1991.
37. N. Sutresna, Sains Kimia untuk SMP Kelas VII, Grafindo Media Pratama,
Bandung, 2004.
38. Badan POM RI, Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik, Direktorat Standardisasi Obat Tradisional Kosmetik dan Produk
Komplemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010.

45
Lampiran A. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 1) dengan
Volume akhir (V) = 1 Liter

Penimbangan bahan-bahan:
- 85 gr. minyak zaitun
- 36 gr. minyak kelapa
- 28 gr. KOH
- 5 gr. kalium karbonat (K2CO3)
- 300 gr. + 727 gr. akuades

Mencampurkan minyak zaitun dan Pencampuran larutan alkali:


minyak kelapa ke dalam crock pot Mencampurkan KOH dan K2CO3 pada
(campuran minyak dipanaskan terlebih 300 gr. akuades pada gelas beker
dahulu hingga suhu 80 C) hingga larut

Menuangkan larutan alkali ke dalam


campuran minyak di crock pot (sedikit
demi sedikit) sambil diaduk (kecepatan
250 rpm) hingga menyusut (mencapai
tahap trace)

Menutup crock pot, lalu melakukan


pengaturan suhu 700C

Mengecek pasta sabun dan melakukan


pengadukan (kecepatan 250 rpm)
dengan interval waktu 20 menit
selama 2,5-3 jam

Belum

Apakah pasta sabun sudah


mencapai tahap vaseline? (padat
dan lunak)
Sudah

Menghentikan pemanasan pasta sabun, Mendidihkan 727 gr. akuades (suhu


namun crock pot dibiarkan tertutup 1000C) pada panci lain, perlahan
(mempertahankan suhu panas sabun) menurunkan suhu

Dengan hati-hati menambahkan


pasta sabun ke dalam air yang sudah
mendidih, diaduk perlahan, lalu
menutup panci dan mematikan kompor

Membiarkan sabun larut dengan air


(ketika sabun akan dingin, sabun
dipanaskan kembali dan diaduk
perlahan, lalu menutup panci)

Membiarkan sabun hingga dingin, lalu


menuangkannya ke dalam wadah

46
Lampiran B. Metode Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami (Tahap 2) dengan
Volume akhir (V) = 1 Liter

Mendidihkan 1500 mL
akuades (suhu 1000C)

Melarutkan sepimax zen dengan


cara menuangkan akuades panas
sedikit demi sedikit ke dalam 18 gr.
sepimax zen pada wadah sambil
diaduk rata

Memasukkan sepimax zen


yang telah didilusikan ke
dalam sabun cair sedikit demi
sedikit

Melakukan penyetingan
kecepatan putaran pengaduk
magnetik sebesar 250 rpm

Melakukan pengadukan sabun


mandi gel alami selama 60
menit

Memasukkan bahan aktif alami:


5 gr. serbuk Chlorella + 5 mL
minyak atsiri Lavender dan juga
ditambahkan vitamin E 10 mL

Melakukan pengadukan
akhir setelah ditambahkan
bahan aktif alami

Sabun mandi gel alami siap


dikemas

47
Lampiran C. Angket (Kuisioner) Pengujian Kesukaan Produk

ANGKET
PENGUJIAN KESUKAAN (HEDONIK) SABUN MANDI GEL ALAMI
Keterangan:
Tuliskan skala angka di kolom yang tersedia untuk masing-masing contoh sabun.
1 = Tidak suka/tidak puas
2 = Kurang suka/kurang puas
3 = Biasa
4 = Suka/puas
5 = Sangat suka/sangat puas

Body Shop Organo Gatsby Sabun Gel Alami


Parameter Pengamatan
White Musk Green Antiseptic (Chlorella+Lavender)
Jumlah Busa
Kekentalan
Aroma & Warna
Kesan Saat Pemakaian
Kesan Setelah Pemakaian

48
Lampiran D. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ekstrim
65C, 5 Hari)

Viskositas (cP) pH
Hari ke-
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
0 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760
1 3.700 3.600 3.700 3.667 9,392 9,391 9,392 9,392
2 3.500 3.500 3.500 3.500 8,537 8,563 8,543 8,548
3 2.900 2.900 2.900 2.900 9,276 9,283 9,284 9,281
4 2.700 2.600 2.700 2.667 8,875 8,893 9,003 8,924
5 2.300 2.300 2.300 2.300 8,653 8,671 8,661 8,662

49
Lampiran E. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH (Suhu Ruang, 30
Hari)

Viskositas (cP) pH
Hari ke-
1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
0 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760
5 3.000 3.000 3.000 3.000 9,458 9,463 9,465 9,462
10 2.900 2.950 2.900 2.917 9,487 9,491 9,485 9,488
15 2.800 2.800 2.800 2.800 9,323 9,315 9,320 9,319
20 2.650 2.600 2.600 2.617 9,217 9,221 9,214 9,217
25 2.500 2.500 2.500 2.500 9,201 9,196 9,205 9,201
30 2.300 2.300 2.300 2.300 9,211 9,212 9,210 9,211

50
Lampiran F. Data Hasil Pengukuran Bobot Jenis (25C)

Ulangan
Parameter Rata-rata
1 2 3
Bobot Sampel Sabun (gr.) 58,68 58,67 58,68 58,68
Bobot Air (gr.) 57,79 57,79 57,79 57,79
Bobot Piknometer (gr.) 33,13 33,13 33,13 33,13

51
Lampiran G. Bahan-bahan Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami

Gambar G.1 Minyak Zaitun dan Gambar G.2 Vitamin E dan Sepimax zen
Minyak Kelapa

Gambar G.3 Serbuk Chlorella pyrenoidosa Gambar G.4 KOH


dan Minyak Atsiri Lavender

52
Lampiran H. Peralatan Pembuatan dan Pengujian Sabun Mandi Gel Alami

Gambar H.1 Crock Pot/Slow Cooker Gambar H.2 Rangkaian Alat Viskometer

Gambar H.3 Panel Utama Viskometer Gambar H.4 Rangkaian Alat pH meter

Gambar H.5 Rangkaian Instrumen Colorflex EZ (Hunterlab USA)

53
Lampiran I. Data Hasil Pengukuran Viskositas dan pH Sabun Gel
Pembanding

Sabun Viskositas (cP) pH


Pembanding 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
Body Shop 2.500 2.500 2.500 2.500 6,254 6,263 6,251 6,256
Organo 650 650 650 650 7,560 7,547 7,553 7,553
Gatsby 1.000 1.000 1.000 1.000 9,432 9,387 9,423 9,414
Chl.&Lav. 3.650 3.800 3.900 3.783 8,763 8,758 8,759 8,760

54
Lampiran J. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Jumlah Busa Sabun Mandi
Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.


1 3 2 4 5
2 2 2 4 4
3 2 1 4 5
4 3 2 4 4
5 4 3 4 5
6 3 2 4 5
7 3 2 4 4
8 2 2 4 4
9 3 2 4 4
10 3 2 4 4
11 3 2 4 4
12 4 2 5 3
13 3 2 5 5
14 3 2 5 4
15 4 2 5 5
16 3 1 4 4
17 3 2 4 4
18 2 1 4 3
19 2 2 3 3
20 3 2 4 4
21 3 2 3 3
22 4 1 5 5
23 5 1 5 5
24 2 1 4 5
25 3 1 4 5
26 3 2 4 4
27 5 2 5 5
28 3 3 3 4
29 3 2 5 4
30 4 3 5 5
Rata-rata 3,10 1,87 4,20 4,27

55
Lampiran K. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kekentalan Sabun Mandi
Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.


1 2 1 3 4
2 4 1 4 4
3 3 1 5 5
4 3 2 4 5
5 5 2 5 5
6 2 1 4 4
7 3 2 5 5
8 3 1 5 4
9 5 1 4 4
10 4 2 4 2
11 4 3 4 1
12 3 1 4 4
13 4 1 4 2
14 5 2 4 3
15 2 1 3 3
16 2 2 4 4
17 4 1 4 4
18 4 1 4 4
19 4 1 4 5
20 3 1 5 5
21 4 2 4 4
22 4 2 5 5
23 4 2 4 4
24 3 2 5 4
25 4 2 4 4
26 4 1 4 5
27 4 1 3 5
28 3 2 4 5
29 3 1 5 4
30 4 2 5 5
Rata-rata 3,53 1,50 4,20 4,07

56
Lampiran L. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Aroma dan Warna Sabun
Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.


1 3 1 4 3
2 3 1 5 5
3 4 1 4 3
4 3 1 5 3
5 2 1 4 2
6 3 1 5 3
7 2 3 4 3
8 2 1 4 5
9 3 2 4 4
10 2 1 5 4
11 2 2 5 2
12 3 2 4 3
13 3 3 4 5
14 2 1 4 4
15 4 1 5 2
16 2 1 4 4
17 2 1 3 3
18 2 2 4 2
19 2 1 5 4
20 4 2 4 3
21 2 1 4 4
22 4 2 4 3
23 3 1 5 3
24 2 3 4 5
25 3 4 4 4
26 4 1 5 3
27 2 1 5 3
28 3 1 5 3
29 3 1 4 4
30 3 1 4 2
Rata-rata 2,73 1,50 4,33 3,37

57
Lampiran M. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Saat Pemakaian
Sabun Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.


1 2 2 5 4
2 4 1 5 4
3 2 2 4 4
4 2 2 4 4
5 1 2 5 4
6 4 2 4 4
7 1 1 5 4
8 2 1 5 4
9 2 3 3 4
10 3 2 5 4
11 1 1 4 3
12 4 2 4 4
13 4 4 4 4
14 1 1 4 4
15 4 2 4 4
16 3 3 4 4
17 2 2 4 4
18 3 2 4 4
19 3 2 4 4
20 2 3 5 2
21 3 3 5 4
22 3 2 4 4
23 4 1 4 4
24 1 1 5 1
25 2 1 4 4
26 4 1 5 3
27 2 2 4 4
28 4 2 4 2
29 2 2 4 4
30 1 3 4 4
Rata-rata 2,53 1,93 4,30 3,70

58
Lampiran N. Hasil Penilaian Panelis Terhadap Kesan Setelah Pemakaian
Sabun Mandi Gel

No. Body Shop Organo Gatsby Chl.&Lav.


1 1 2 5 5
2 4 2 5 4
3 2 2 4 4
4 1 2 4 4
5 2 2 4 4
6 4 1 5 5
7 2 2 4 4
8 1 2 5 4
9 3 3 3 3
10 2 1 5 5
11 1 2 4 3
12 2 2 5 4
13 1 1 4 3
14 2 3 5 4
15 3 2 3 3
16 2 1 3 3
17 2 1 4 4
18 2 1 4 4
19 2 1 4 4
20 4 3 4 4
21 3 2 5 4
22 3 2 4 4
23 5 2 5 5
24 4 2 3 4
25 3 3 5 5
26 4 1 4 4
27 5 3 4 4
28 5 1 5 5
29 3 2 4 5
30 2 2 4 4
Rata-rata 2,67 1,87 4,23 4,07

59
Lampiran O. Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

Descriptives
95% Confidence Interval for
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
Jumlah_Busa BS WM 30 3.10 .803 .147 2.80 3.40 2 5
Organo 30 1.87 .571 .104 1.65 2.08 1 3
Gatsby 30 4.20 .610 .111 3.97 4.43 3 5
Chl.&Lav. 30 4.27 .691 .126 4.01 4.52 3 5
Total 120 3.36 1.187 .108 3.14 3.57 1 5
Kekentalan BS WM 30 3.53 .860 .157 3.21 3.85 2 5
Organo 30 1.50 .572 .104 1.29 1.71 1 3
Gatsby 30 4.20 .610 .111 3.97 4.43 3 5
Chl.&Lav. 30 4.07 1.015 .185 3.69 4.45 1 5
Total 120 3.32 1.336 .122 3.08 3.57 1 5
Aroma_Warna BS WM 30 2.73 .740 .135 2.46 3.01 2 4
Organo 30 1.50 .820 .150 1.19 1.81 1 4
Gatsby 30 4.33 .547 .100 4.13 4.54 3 5
Chl.&Lav. 30 3.37 .928 .169 3.02 3.71 2 5
Total 120 2.98 1.283 .117 2.75 3.22 1 5

60
Lampiran O (Lanjutan). Hasil Uji Statistik Deskriptif Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

Kesan_Saat_Pemakaian BS WM 30 2.53 1.106 .202 2.12 2.95 1 4


Organo 30 1.93 .785 .143 1.64 2.23 1 4
Gatsby 30 4.30 .535 .098 4.10 4.50 3 5
Chl.&Lav. 30 3.70 .750 .137 3.42 3.98 1 4
Total 120 3.12 1.238 .113 2.89 3.34 1 5
Kesan_Setelah_Pemakaian BS WM 30 2.67 1.241 .227 2.20 3.13 1 5
Organo 30 1.87 .681 .124 1.61 2.12 1 3
Gatsby 30 4.23 .679 .124 3.98 4.49 3 5
Chl.&Lav. 30 4.07 .640 .117 3.83 4.31 3 5
Total 120 3.21 1.296 .118 2.97 3.44 1 5

61
Lampiran P. Hasil Uji ANOVA Terhadap Seluruh Parameter Uji Sabun Mandi Gel

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Jumlah_Busa Between Groups 114.758 3 38.253 83.987 .000
Within Groups 52.833 116 .455
Total 167.592 119
Kekentalan Between Groups 140.692 3 46.897 75.943 .000
Within Groups 71.633 116 .618
Total 212.325 119
Aroma_Warna Between Groups 126.967 3 42.322 71.150 .000
Within Groups 69.000 116 .595
Total 195.967 119
Kesan_Saat_Pemakaian Between Groups 104.433 3 34.811 51.815 .000
Within Groups 77.933 116 .672
Total 182.367 119
Kesan_Setelah_Pemakaian Between Groups 116.425 3 38.808 54.000 .000
Within Groups 83.367 116 .719
Total 199.792 119

Keterangan:
H0 : Tidak ada perbedaan nyata diantara keempat jenis sabun mandi gel
H1 : Ada perbedaan nyata diantara keempat jenis sabun mandi gel
(Tolak H0, jika nilai Sig. < 0,05)
62
Lampiran Q. Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel
Multiple Comparisons

(I) (J) Mean 95% Confidence Interval


Dependent Variable Std. Error Sig.
Jenis_Sabun Jenis_Sabun Difference (I-J) Lower Bound Upper Bound
*
Jumlah_Busa Tukey BS WM Organo 1.233 .174 .000 .78 1.69
HSD Gatsby -1.100 *
.174 .000 -1.55 -.65
*
Chl.&Lav. -1.167 .174 .000 -1.62 -.71
Organo BS WM -1.233* .174 .000 -1.69 -.78
*
Gatsby -2.333 .174 .000 -2.79 -1.88
*
Chl.&Lav. -2.400 .174 .000 -2.85 -1.95
*
Gatsby BS WM 1.100 .174 .000 .65 1.55
*
Organo 2.333 .174 .000 1.88 2.79
Chl.&Lav. -.067 .174 .981 -.52 .39
*
Chl.&Lav. BS WM 1.167 .174 .000 .71 1.62
*
Organo 2.400 .174 .000 1.95 2.85
Gatsby .067 .174 .981 -.39 .52
*
Kekentalan Tukey BS WM Organo 2.033 .203 .000 1.50 2.56
HSD Gatsby -.667* .203 .007 -1.20 -.14
Chl.&Lav. -.533* .203 .047 -1.06 .00

63
Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Organo BS WM -2.033* .203 .000 -2.56 -1.50


Gatsby -2.700* .203 .000 -3.23 -2.17
Chl.&Lav. -2.567* .203 .000 -3.10 -2.04
Gatsby BS WM .667* .203 .007 .14 1.20
Organo 2.700* .203 .000 2.17 3.23
Chl.&Lav. .133 .203 .913 -.40 .66
Chl.&Lav. BS WM .533* .203 .047 .00 1.06
Organo 2.567* .203 .000 2.04 3.10
Gatsby -.133 .203 .913 -.66 .40
Aroma_Warna Tukey BS WM Organo 1.233* .199 .000 .71 1.75
HSD Gatsby -1.600* .199 .000 -2.12 -1.08
Chl.&Lav. -.633* .199 .010 -1.15 -.11
Organo BS WM -1.233* .199 .000 -1.75 -.71
Gatsby -2.833* .199 .000 -3.35 -2.31
Chl.&Lav. -1.867* .199 .000 -2.39 -1.35
Gatsby BS WM 1.600* .199 .000 1.08 2.12
Organo 2.833* .199 .000 2.31 3.35
Chl.&Lav. .967* .199 .000 .45 1.49
Chl.&Lav. BS WM .633* .199 .010 .11 1.15

64
Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Organo 1.867* .199 .000 1.35 2.39


Gatsby -.967* .199 .000 -1.49 -.45
Kesan_Saat_Pemakaian Tukey BS WM Organo .600* .212 .027 .05 1.15
HSD Gatsby -1.767* .212 .000 -2.32 -1.22
Chl.&Lav. -1.167* .212 .000 -1.72 -.62
Organo BS WM -.600* .212 .027 -1.15 -.05
Gatsby -2.367* .212 .000 -2.92 -1.82
Chl.&Lav. -1.767* .212 .000 -2.32 -1.22
Gatsby BS WM 1.767* .212 .000 1.22 2.32
Organo 2.367* .212 .000 1.82 2.92
Chl.&Lav. .600* .212 .027 .05 1.15
Chl.&Lav. BS WM 1.167* .212 .000 .62 1.72
Organo 1.767* .212 .000 1.22 2.32
Gatsby -.600* .212 .027 -1.15 -.05
Kesan_Setelah_Pemakaian Tukey BS WM Organo .800* .219 .002 .23 1.37
HSD Gatsby -1.567* .219 .000 -2.14 -1.00
Chl.&Lav. -1.400* .219 .000 -1.97 -.83
Organo BS WM -.800* .219 .002 -1.37 -.23
Gatsby -2.367* .219 .000 -2.94 -1.80

65
Lampiran Q (Lanjutan). Hasil Uji Tukey Terhadap Seluruh Parameter Uji dan Jenis Sabun Mandi Gel

Chl.&Lav. -2.200* .219 .000 -2.77 -1.63


Gatsby BS WM 1.567* .219 .000 1.00 2.14
Organo 2.367* .219 .000 1.80 2.94
Chl.&Lav. .167 .219 .872 -.40 .74
Chl.&Lav. BS WM 1.400* .219 .000 .83 1.97
Organo 2.200* .219 .000 1.63 2.77
Gatsby -.167 .219 .872 -.74 .40
*) The mean difference is significant at the 0.05 level.

Keterangan:
H0 : Tidak ada perbedaan nyata diantara kedua jenis sabun mandi gel
H1 : Ada perbedaan nyata diantara kedua jenis sabun mandi gel
(Tolak H0, jika nilai Sig. < 0,05)

66
Lampiran R. Hasil Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) Sabun Mandi
Gel Alami

67
Lampiran S. Angket/Kuisioner Uji Kesukaan Konsumen (Hedonik)

68
Realisasi Biaya:

69
70
71
Keterangan:
*) Pembelian pH meter diadakan karena dirasa sangat penting dalam menunjang
penelitian TA ini. Total biaya pembelian pH meter adalah Rp. 9.000.000,00; dan
pembayaran dilakukan oleh 3 (tiga) orang penerima beasiswa, dimana masing-
masing orang menyumbang Rp. 3.000.000,00.
**) Pada nota pengujian ALT di Laptiab tertulis sejumlah Rp. 800.000,00 untuk 4
(empat) jenis sampel sabun, sehingga masing-masing penerima beasiswa
membayar Rp. 200.000,00 untuk masing-masing sampel sabun.

72

Anda mungkin juga menyukai