Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol.

20(1):1–6 ISSN 0853-7291

Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga


Dunaliella Salina Dengan Salinitas Berbeda
Ali Djunaedi1*, Chrisna Adi Suryono1 dan Sardjito2

1Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
2Departemen Aquakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275
Email : alidjunaedi@ymail.com

Abstract

Polar pigments content and biomass of Dunaliella salina are affected by salinity
related to osmotic pressure and density of media. This study was to determine the effect of
salinity on pigment contents and dried biomass of microalgae D. salina. The cultivation used
microalgae derived from Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP), Jepara.
Research method was the Laboratory study with a Completely Randomized Design (CRD).
Consisting of one treatment with five stages of salinity treatments: 20 ppt, 25 ppt, 30 ppt, 35
ppt, and 40 ppt and using three times of repetition. Analysis of pigments used UV-Vis
spectrophotometric extracted with acetone as the solvent. Harvesting time was when it
reached at the stationair phase using flocculation method. The results showed that salinity
had the significant effect (P <0.05) on polar pigment and dry biomass. The treatments of 35
ppt showed that the highest content phycocyanin and allophycocyanin pigments were
11.341 mg/gram and 9.644 mg/gram respectively. The highest dry biomass was achieved at
35 ppt salinity treatment at 0.789 gram/L.

Keywords: Dunaliella salina, salinity, Polar pigment, Biomass.

Abstrak

Kandungan pigmen polar dan biomassa Dunaliella salina dipengaruhi oleh salinitas
yang berkaitan dengan tekanan osmotik dan densitas media. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap kandungan pigmen polar dan
biomassa kering D. salina. Biota uji diperoleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya
Air Payau (BBPBAP), Jepara. Metode penelitian adalah eksperimen laboratoris dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 1 perlakuan dengan 5 taraf perlakuan
salinitas, yaitu: 20 ppt, 25 ppt, 30 ppt, 35 ppt, dan 40 ppt dengan pengulangan sebanyak
3 kali. Analisis pigmen dengan metode spektrofotometer UV-Vis yang diekstraksi
menggunakan larutan aseton. Pemanenan biomassa pada fase stasioner dengan
menggunakan metode flokulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh
terhadap kandungan pigmen dan biomassa kering Dunaliella salina. Perlakuan salinitas 35
ppt menghasilkan kadar pigmen fikosianin dan allofikosianin tertinggi, yaitu 11,341 mg/gram,
dan 9,644 mg/gram, serta menghasilkan biomassa kering tertinggi, yaitu 0,789 gram/L.

Kata Kunci : Dunaliella salina, Salinitas, Pigmen polar, Biomassa

PENDAHULUAN Akan tetapi, pertumbuhan mikroalga dan


komposisi biokimia yang terbentuk sangat
Mikroalga dapat melakukan dipengaruhi oleh cara budaya dan kondisi
biosintesa bahan kimia bernilai tinggi lingkungan budidayanya (Rodriguest et al,
seperti protein, asam lemak tidak jenuh 2015). Hal tersebut mengakibatkan
berantai panjang (LC-PUFA) dan pigmen. pemanfaatan mikroalga bervariasi

*) Corresponding author Diterima/Received : 23-12-2016, Disetujui/Accepted : 18-01-2017


www.ejournal2.undip.ac.id/index.php/jkt
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):1–6

tergantung dari komposisi bahan yang dibedakan menjadi tiga kelas: karotenoid,
terkandung. klorofil, dan phycobiliproteins (Barra et al.,
2014). Phycobiliproteins merupakan pigmen
Pemanfaatan mikroalga semakin aksesori dalam alga merah dan
bervariasi, mulai sebagai bahan pangan, cyanobacteria dan merupakan bahan
bahan industri biofarmaka, perbaikan berharga tinggi. Beberapa phycobili-
lingkungan dan pewarna alami. Mikroalga proteins umum termasuk phycoerythrin (PE),
merupakan sumber pigmen alami yang phycocyanin (PC), dan allophycocyanin
aman digunakan sebagai zat aditif (APC). Pigmen tersebut adalah hetero-
maupun dalam kosmetik. Beberapa oligomer yang terdiri dari pengelompokan
mikroalga dapat menghasilkan pigmen subunit dalam memproduksi sel
selain dari pigmen hijau yang dihasilkan (Cyanophyta) atau kloroplas (Rhodophyta)
dari proses fotosintesis. Beberapa pigmen yang diatur dalam kompleks yang disebut
yang umum digunakan dalam industry "phycobilisomes". Phycobiliproteins telah
adalah klorofil, phycobiliprotein dan digunakan sebagai pewarna alami; Selain
karotenoid (Azimatun Nur M.M, 2014). itu, pigmen ini juga secara luas telah
digunakan sebagai nutraceuticals atau
Dunaleilla sp salah satu jenis aplikasi lainnya pada bidang bioteknologi.
mikroalga penghasil pigmen yang banyak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
digunakan sebagai pewarna alami pada komposisi pigmen Phycobiliproteins pada
industri farmasi, permen, soft drink, Dunaleilla sp pada konsisi lingkungan
kosmetik, dan beberapa industri berbasis dengan salinitas yang berbeda.
bioteknologi lainnya (Hadiyanto & Azim,
2012). Dunaliella sp adalah alga hijau MATERI DAN METODE
halotoleran dan meskipun dinding selnya
agak kaku, namun tetap dapat tumbuh di Penelitian dilakukan pada bulan
lingkungan perairan dengan salinitas dari Desember 2015 - Februari 2016. Materi yang
0,5-50 mg/l (Jahnke & White, 2003). Apabila digunakan adalah mikroalga jenis
dalam kondisi faktor eksternal yang yang Dunaliella salina yang diperoleh dari Balai
tidak mendukung kehidupannya Dunaliella Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
sp masih dapat melakukan biosintesa (BBPBAP), Jepara. Kultur mikroalga jenis
bahan yang penting seperti karotenoid; Dunaliella salina dilaksanakan di
gliserol, vitamin dan protein (Ghoshal et al., Laboratorium Pakan Alami, Sedangkan
2002). analisa pigmen di Laboratorium Kimia Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Payau
Salinitas adalah faktor eksternal yang (BBPBAP), Jepara
dapat menjadi pemicu utama stress dan
penghambat pertumbuhan pada biota Analisis pigmen polar D. salina
darat dan air. Salinitas yang ekstrim akan menggunakan pelarut buffer fosfat pH 7
menyebabkan tekanan osmotik dan atau (NaOH-KH2PO4). Dunaliella salina kering
pertukaran ion yang berpengaruh seberat 0,6 gram dihaluskan dengan
terhadap metabolisme organisme menggunakan mortar dan setelah halus
fotosintetik. Sejumlah penelitian telah tambahkan pelarut 10 mL. Kemudian
menemukan efek salinitas terhadap sampel dimasukkan ke tabung sentrifuse
bioenergetik mikroalga (Loseva NL et al, untuk diinkubasi selama 14 – 16 jam dalam
2007), produksi lemak (Hounslo E, 2010), refrigenerator. Selanjutnya adalah filtrat
pertumbuhan dan produksi karoten (Aras yang diperoleh disentrifugasi dengan
RF et al, 2015), dan pertumbuhan dan menggunakan spektrofotometer pada
komposisi biokimia (Gu Na et al, 2012). kisaran panjang gelombang 562 nm, 620
nm, dan 652 nm (Sedjati, 2012).
Pigmen adalah zat kimia berwarna- Perhitungan kadar fikosianin, dan
warni yang merupakan bagian dari sistem allofikosianin diadaptasi dari metode
fotosintesis pada mikroalga. Pigmen Bennett dan Bogorad (1973).

2 Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga (Ali Djunaedi et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):1–6

HASIL DAN PEMBAHASAN pemeliharaan tidak optimal, sehingga


akan mengakibatkan turunnya kandungan
Kadar Pigmen Dunaliella salina pigmen phycobiliprotein pada salinitas
diatas dan dibawah 35 ppt. Menurut
Kadar pigmen fikosianin paling tinggi Manirafasha,E et al (2016) Kebanyakan
ada pada perlakuan salinitas 35 ppt microalgae mengakumulasi dari pigmen
sebesar 11,341 mg/gram, sedangkan phycobiliprotein pada saat terjadinya
kandungan fikosianin terendah ada pada stressing faktor lingkungan medianya.
perlakuan salinitas 40 ppt sebesar 3,593 Produksi pigmen phycobiliprotein akan
mg/gram. Kadar pigmen allofikosianin semakin tinggi bila intensitas cahaya yang
paling tinggi juga terjadi pada perlakuan masuk optimal. Hasil penelitian Lamela
salinitas 35 ppt sebesar 9,644 mg/gram, (2000) mengenai produksi pigmen
sedangkan kandungan allofikosianin phycocyanin dari Spirulina maxima yang
terendah ada pada perlakuan salinitas 40 dibudidayakan di air laut menunjukkan
ppt sebesar 2,411 mg/gram (Gambar 1). bahwa semakin tinggi salinitas media,
Hasil uji menunjukkan bahwa maka akumulasi pigmen phycocyanin
perlakuan salinitas berpengaruh nyata akan semakin meningkat, sedangkan
(P<0,05) terhadap kandungan pigmen pigmen chlorophyll-a menurun.
klorofil fikosianin dan allofikosianin
mikroalga D. salina. Hal tersebut diduga Pada salinitas tinggi sel mikroalga
karena salinitas berpengaruh terhadap mampu bertahan hidup karena adanya
tekanan osmotik yang mempengaruhi bantuan gliserol yang berfungsi sebagai
pembentukan pigmen. Menurut Golldack mendukung tekanan osmotik untuk
et al (1995) bahwa stressing salinitas baik menyeimbangkan proses osmolaritas pada
dibawah maupun diatas salinitas normal sel bagian luar (extracellular). Salinitas yang
akan menyebabkan menurunkan sintesa tinggi menyebabkan berkurangnya cairan
pigmen pada mikroalga. yang ada pada sel sehingga akan
mempengaruhi proses fotosintesis (Avron,
Kadar pigmen fikobiliprotein 1992). Sedangkan D. salina tidak memiliki
(ficosianin dan allofikosianin) yang tinggi dinding sel, akan tetapi sel dilindungi oleh
terjadi pada perlakuan dengan salinitas membran plasma tipis atau disebut
yang relatif tinggi (35 ppt), hal ini diduga dengan periplast yang memungkinkan
dikarenakan pada pada salinitas yang dapat mengalami perubahan ukuran dan
tinggi akan mengakibatkan menurunnya bentuk sel secara cepat terhadap tekanan
intensitas cahaya yang masuk pada media osmotik (Venkatesan et al., 2013).

Gambar 1. Histogram Kadar Pigmen (mg/gram ± SD) D. salina pada Perlakuan Salinitas yang
Berbeda. Keterangan: A: Salinitas 20 ppt; B: Salinitas 25 ppt; C: Salinitas 30 ppt; D:
Salinitas 35 ppt; E: Salinitas 40 ppt.

Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga (Ali Djunaedi et al.) 3
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):1–6

Gambar 2. Histogram Biomassa Kering (gram/L ± SD) D. salina pada Perlakuan Salinitas yang
Berbeda

Biomassa Dunaliella salina merupakan salinitas optimum untuk


mendapatkan biomassa yang besar.
Biomassa Dunaliella salina pada Menurut Ferraris et al., (1986) bahwa
kultur dengan salinitas berbeda salinitas merupakan salah satu faktor
menghasilkan biomassa tertinggi pada lingkungan yang berpengaruh pada
perlakuan salinitas 35 ppt (0,789 mg/L), organisme yang berdampak terhadap
sedangkan terendah pada perlakuan osmoregulasi dan bioenergetik organisme
salinitas 20 ppt (0,723 mg/L) (Gambar 2). akuatik. Salinitas memiliki pengaruh pada
pengaturan ion internal yang secara
Hasil uji menunjukkan bahwa langsung membutuhkan energi untuk
perlakuan salinitas berpengaruh terhadap dapat melakukan transpor aktif ion – ion
biomassa kering D. salina. Hal tersebut guna mempertahankan lingkungan
diduga karena berkaitan dengan variasi internal. Sehingga, hal ini mempengaruhi
ukuran sel D. salina dan kepadatan sel pada proses fisiologis sehingga
serta laju pertumbuhan yang disebabkan metabolisme akan terganggu, gangguan
oleh adanya perbedaan salinitas. Ukuran metabolisme ini akan menurunkan
sel yang bervariasi dikarenakan sesuai kuantitas dan kualitas produksi biomassa.
dengan kondisi pertumbuhannya dan
perubahan lingkungan seperti salinitas. Secara tidak langsung, faktor yang
Menurut Adenan (2013) bahwa salinitas mempengaruhi produksi biomassa kering
memiliki peran pada kelangsungan hidup adalah pengaruh cahaya yang
mikroalga dan dapat menyebabkan diakibatkan adanya perbedaan salinitas.
penghambatan aktivitas metabolisme Menurut Mitra et al. (2015) menunjukkan
akibat menurunnya fotosintesis. Sedangkan bahwa pada saat keadaan gelap tidak
Huang et al., (2011) menyatakan baha diketahui adanya pertambahan biomassa
mikroalga memanfaatkan cahaya, energi dengan produksi EPA dan lipid yang
dan nutrisi yang ada untuk memproduksi rendah. Walaupun tidak ada
biomassa. pertambahan biomassa, tetapi masih
bertahan hidup pada kondisi gelap dan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kandungan lipid masih bisa diamati.
biomassa tertinggi yang dihasilkan oleh D. Produksi biomassa cenderung diikuti oleh
salina ada pada perlakuan salinitas 35 ppt, kandungan klorofil a dan karotenoid yang
hal ini diduga bahwa pada salinitas 35 ppt terkena cahaya dengan waktu yang

4 Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga (Ali Djunaedi et al.)
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):1–6

berbeda. Dilaporkan bahwa pada Allocation, and Ecology in Microalgal


konsentrasi yang rendah dan keadaan Cultivation for Lipid Accumulation,
gelap menghasilkan klorofil a dan Appl. Microbiol. Biotechnol, 98:4805–
karotenoid yang tinggi (Fields et al., 2014). 4816.
Gu, Na., Q. Lin, G. Li, Y. Tan, L. Huang, J. Lin.
KESIMPULAN 2012. Effect of Salinity on Growth,
Biochemical Composition and Lipid
Salinitas berpengaruh nyata Productivity of Nannochloropsis
terhadap kadar pigmen nonpolar oculata CS 179. Eng Life Sci., 12(5):1-7.
(fikosianin dan alofikosianin) pada Golldack, D; Karl-Josef Dietz and Hartmut
mikroalga Dunaliella salina. Kadar pigmen Gimmleri. 1995.The Effects of Sudden
nonpolar dan biomassa tertinggi dicapai Salt Stress on Protein Synthesis in the
pada salinitas 35 ppt Green Alga Dunaliella parva. J. Plant
Physiol. Vol. 146. pp. 508-514.
DAFTAR PUSTAKA Ghoshal, D., Mach, D., Agarwal, M., Goyal,
A. (2002). Osmoregulatory isoform of
Adenan, N.S., F. Md. Yusoff, M. Shariff. 2013. dihydroxyacetone phosphate
Effect of Salinity and Temperature on reductase from Dunaliella tertiolecta:
the Growth of Diatoms and Green Purification and characterization.
Algae. Journal of Fisheries and Aquatic Protein Expr. Purif., 24: 404-411.
Science, 8(2): 397-404. Hadiyanto., Azim, Maulana., 2012,
Avron, M. 1992. Osmoregularity, in Mikroalga: Sumber Pangan dan Energi
Dunaliella: Physiology, Biochemistry Masa Depan, edisi pertama, Undip
and Biotechnology, edited by M. Avron Press, Semarang.
dan A Ben Amotz. CRC Press, Boca Huang, W.W., B.Z. Dong, Z.P. Cai dan S.S.
Raton, Florida, 135-164. Duan. 2011. Growth Effect on Mixed
Azimatun Nur, MM. 2014. Potensi Mikroalga Culture of Dunaliella salina and
sebagai Sumber Pangan Fungsional di Phaeodactylum trucornutum Under
Indonesia (overview). Eksergi, 11(2), 01- Different Inoculation Densities and
06. Nitrogen Concentrations. Afr. J.
Barra, L., Chandrasekaran, R., Corato, F., Biotechnol., 10:13164-13174.
Brunet, C., 2014. The challenge of Jahnke, L. S. and A.L. White. 2003. Long-
ecophysiological biodiversity for term Hyposaline and Hypersaline
biotechnological applications of Stresses Produce Distinct Antioxidant
marine microalgae. Mar. Drugs 12, Responses in The Marine Alga
1641e1675. Dunaliella tertiolecta, Plant Physiol.
Eriksen, NT. 2016. Research Trends in the Lamela, T. 2000, Phycocyanin Production in
Dominating Microalgal Pigments, β- Seawater Culture of Arthospira
Carotene, Astaxanthin, and maxima. Ciencias Marinas, 26(4):607-
Phycocyanin Used in Feed, in Foods, 619.
and Health Applications. Journal of Loseva a, N.L, A.Ju. Alyabyev, L.Kh.
Nutrition and Food Sciences. 6(3). Gordon, I.N. Andreyeva,O.P.
Ferraris, R.P., F.D.P. Estepa, J.M. Ladja, E.G. Kolesnikov, A.A. Ponomareva, R.B.
De Jesus. 1986. Effect of Salinity on The Kemp. 2007. The effect of AgNO3 on
Osmotic, Chloride, Total Protein and the bioenergetic processes and the
Calcium Concentraion In the ultrastructure of Chlorella and
Hemolymph of The Prawn, Penaeus Dunaliella cells exposed to different
monodon Fabricius. Comp Biochem saline conditions. Thermochimica Acta
Physiol., 83A(4):701-708. 458 (2007) 71–76
Fields, M.W., A.Hise, E.J. Lohman, T. Bell, R.D. Manirafasha E a, Theoneste
Gardner, L. Corredor, K. Moll, B.M. Ndikubwimanaa, Xianhai Zengb,c,
Peyton, G.W. Characklis, R. Gerlach. Yinghua Lua,c, Keju Jing. 2016.
2014. Sources and Resources: Phycobiliprotein: Potential microalgae
Importance of Nutrients, Resource derived pharmaceutical and

Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga (Ali Djunaedi et al.) 5
Jurnal Kelautan Tropis Maret 2017 Vol. 20(1):1–6

biological reagent. Biochemical Nannochloropsis gaditana in


Engineering Journal 109 (2016) 282–296. aquaculture. Jounal of Algal Research
Mitra, M., S.K. Patidar, B. George, F. Shah, S. (11): 63-73
Mishra. 2015. A Euryhaline Sedjati, S., Yudiati, E., dan Suryono. 2012.
Nannochloropsis gaditana with Profil Pigmen Polar dan Non Polar
Potential for Nutraceutical (EPA) and Mikroalga Laut Spirulina sp. dan
Biodiesel Production. Algal Research 8., Potensinya sebagai Pewarna Alami.
161-167. Jurnal Ilmu Kelautan 17(3): 176-181.
Rao, A.R., C. Dayananda, R., Sarada, T.R., Venkatsen, S., M.S. Swamy, C. Senthil, S.
Shamala dan G.A. Ravishankar. 2007. Bhaskar and R. Rengasamy. 2013.
Effect of Salinity on Growth of Green Culturing Marine Green Microalgae
Algae Botryococcus braunii and its Dunaliella salina Teod. And Dunaliella
Constituens. Bioresour. Technol., 98:560- tertiolecta Masjuk in Dewalne’s
564. Medium for Valuable Feeds Stock.
Rodriguez, JC., M.C. Ceron-Garcia, J.M. Journal of Modern Biotechnology.,
Fernandez-Sevilla, and E. Molina- 2(II):40-45.
Grima. 2015. The influence of culture
conditions on biomass and high value
product generation by

6 Kandungan Pigmen Polar Dan Biomassa Pada Mikroalga (Ali Djunaedi et al.)

Anda mungkin juga menyukai