Anda di halaman 1dari 7

Salmonella enterica subsp.

enterica
Salmonella enterica subsp. enterica

kOLONI Salmonella Typhimurium di agar enterik Hektoen

Pewarnaan Gram Gram-negatif

Taksonomi

Superdomain Biota
Superkerajaan Prokaryota
Kerajaan Bacteria
Subkerajaan Negibacteria
Filum Proteobacteria
Kelas Gammaproteobacteria
Ordo Enterobacterales
Famili Enterobacteriaceae
Genus Salmonella
Spesies Salmonella enterica
Subspesies Salmonella enterica subsp. enterica

Serovars

Salmonella Choleraesuis
Salmonella Dublin
Salmonella Enteritidis
Salmonella Heidelberg
Salmonella Paratyphi
Salmonella Typhi
Salmonella Typhimurium

l · b · s (https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Templat:Infobox_spesies&action=edit)
Bakteri Salmonella typhi merupakan salah satu jenis bakteri patogen pada manusia. Kontaminasi
Salmonella sp. Pada makanan dapat mengakibatkan penyakit demam tifoid dengan gejala demam tinggi,
mual, muntah, nyeri abdomen, dan tinja yang sering, malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri
patogen yang spesifik.

Demam tifoid merupakan infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam tifoid
adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella Paratyphi A, B dan C (Widoyono,2008).
Berdasarkan profl DIY tahun 2017 yang bersumber dari surveilans terpadu, demam tifoid masuk ke dalam
10 besar penyakit rumah sakit dengan kasus mencapai 1.566 kasus. Demam tifoid juga masuk kedalam 10
besar penyakit puskesmas dengan kasus 5.692 kasus. Di Gunung kidul, berdasarkan kegiatan puskesmas
tahun 2013 demam tifoid masuk dalam 10 besar penyakit dengan jumlah kasus 1512 kasus. Menurut
Menkes RI (2006) dalam Rifkotul (2019) penularan demam tifoid berkaitan dengan tingkat higienis
individu dan sanitasi lingkungan. Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui makanan dan minuman
yang tercemar Salmonella typhi yang terdapat dalam air, es, debu dan benda lainnya. Salmonella typhi
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi.

Bagi penderita demam tifoid, terapi diet sangat penting dalam proses penyembuhan demam tifoid karena
asupan makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita sehingga proses
penyembuhan akan semakin lama. Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan
meningkatnya risiko penyakit maupun komplikasi, untuk itu diperlukan asuhan gizi yang bermutu guna
mempertahankan status gizi dan mempercepat penyembuhan (Kemenkes RI, 2014).

Pada dasarnya adanya bakteri Salmonella typhi berkaitan dengan pengolahan, kebersihan serta
penyimpanan makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Meiwa et al, (2019) menunjukan bahwa 39%
sampel yang diperiksa di Sekolah Dasar Negri Kecamatan Kedaton Bandar Lampung Mengandung
Salmonella Typhi. Pada penelitian tersebut di dapatkan bahwa bahan baku seperti sayuran, daging dan telur
merupakan bahan makanan yang mudah terkontaminasi oleh Salmonella typhi sehingga perlunya
pengolahan bahan makanan dengan baik. Selain itu, proses penyimpanan serta faktor kebersihan pun akan
mempengaruhi tumbunya Salmonella typhi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Yunus (2017) bahwa
didapatkan hasil kontaminasi Salmonella sp. pada jajanan siomay (mengandungan daging) yang dilakukan
di Kota Kendari.

Definisi
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk tongkat yang menyebabkan
tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan
menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika,
walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang
pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi.

Bakteri salmonella berada pada family Enterobacteriaceae. Klasifikasi dari salmonella sp. dapat dibagi
berdasarkan spesies, subspecies dan serotipe. Genus salmonella terbagi kedalam 2 spesies yakni  : 1.
Salmonella enteric 2. Salmonella bongori. Spesies Salmonella enterica dibagi lagi menjadi 6 subspesies
yaitu  : subspecies enteric atau subspesies I; subspecies salamae atau subspecies II; arizonae atau IIIa;
diarizonae atau IIIb; houtenae atau IV; indica atau VI (Lubi,P.A.H.,2015; Jorgensen,JH.,2010; Ryan KJ,
Ray CG.,2014).

Bakteri Salmonella bersifat motil, gram negatif, anaerob fakultatif serta berbentuk batang. Sel terluar terdiri
atas struktur lipopolisakarida kompleks (LPS) yang terbebas dari lisis sel sampai batas tertentu selama
kultur. Bagian lipopolisakarida dapat berfungsi sebagai endotoksin dan berperan penting dalam
menentukan virulensi organisme. Kompleks endotoksin makromolekul ini terdiri dari tiga komponen,
mantel O-polisakarida luar, bagian tengah (inti R), dan lapisan dalam lipid A.
Secara umum, organisme yang berasal dari genus Salmonella merupakan sumber penyebab berbagai
macam infeksi, mulai dari gastroenteritis ringan sampai berat seperti demam tifoid dan bakteremia.
Salmonella adalah agen penyebab salmonelosis yaitu penyakit endemis dan menimbulkan kerugian yang
besar di Indonesia (Jawetz et al,2010).

Karakteristik
Menurut Nelwan (2007) dalam I Dewa, AMDL dan Made AH (2017) Salmonella typhi adalah bakteri
gram negatif, memiliki flagel, bersifat anaerob fakultatif, berkapsul dan tidak membentuk spora.

Salmonella typhi memiliki tiga antigen utama:

1. Antigen O (antigen somatic) disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen
tersebut adalah bagian duter layer dari dinding sel bakteri gram negativ. Antigen O tersusun
dari LPS (Lipo Polisakarida) Yang berfungsi pula sebagai endotoksin, resisten terhadap
pemanasan 100° C, alcohol dan asam, reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir tetapi
tidak tahan dengan formaldehid.
2. Antigen H (antigen flagela), yakni terletak pada flagela, fimbriae atau fili dari kuman. Antigen
ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak
tahan dengan panas diatas 60° C, asam serta alkohol
3. Antigen Vi adalah polimer polisakarida bersifat asam yang berada pada kapsul (envelope)
dari bakteri sebagai pelindung bagi bakteri salmonella terhadap fagositosis.

Kebanyakan serotipe Salmonella tumbuh dengan kisaran suhu 5 sampai 47° C dengan suhu optimum 35°C
sampai 37° C, tetapi beberapa serotipe bisa tumbuh di suhu serendah 2°C sampai 4° C atau setinggi 54° C
(Gray dan FedorkaCray, 2012). Menurut Bhunia (2008) dalam I Dewa, AMDL dan Made AH (2017)
Salmonella sensitif terhadap panas dan bisa mati pada suhu 70° C atau lebih. Salmonella tumbuh di kisaran
pH 4 sampai 9 dengan optimum antara 6,5 dan 7,5. Bakteri ini membutuhkan aktivitas air yang tinggi (aw)
antara 0,99 dan 0,94 (air murni aw = 1,0) namun bisa bertahan di aw <0,2 seperti pada makanan kering.
Pertumbuhan akan terhambat pada suhu <7° C, pH <3,8 atau Aktivitas air <0,94.

Menurut Nelwan (2007) dalam I Dewa, AMDL dan Made AH (2017) Salmonella typhi dapat ditularkan
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri. Sebagian bakteri dihancurkan oleh asam
lambung dan sisanya berlanjut kesaluran pencernaan dan berkembang biak. Jika bakteri masuk dengan
jumlah yang banyak yaitu kurang lebih 106 -109 . Apabila respon imunitas humoral mukosa IgA usus yang
kurang baik maka bakteri akan masuk ke dalam usus halus. Pertama akan menembus sel-sel epitel terutama
sel M lalu ke lamina propia. Di lamina propia bakteri berkembang biak dan difagosit oleh sel fagosit
terutama makrofag.

Walaupun Salmonella menjadi bakteri paling kompleks diantara family enterobacteriaceae lainnya karena
memiliki lebih dari 2400 serotipe dari antigen bakteri ini, telah disepakati bahwa hanya terdapat dua spesies
yakni Salmonella bongori dan Salmonella enterica dengan enam subpesies.

Salmonella typhi dapat berkembang biak dan hidup di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke Plaque
Peyeri Ileum Distal , kemudian menuju kelenjar getah bening mesenterika. Melalui duktus torasikus bakteri
masuk ke dalam sistem peredaran darah sehingga menyebabkan bakterimia (asimtomatik) dan demam
tifoid. Bakterimia dikatakan asimtomatik karena baru pertama terjadi kurang lebih 24-72 jam setelah bakteri
tertelan dan biasanya tanpa gejala, sebab bakteri langsung ditangkap oleh sel-sel sistem retikuloendotelial
tubuh yang utama yaitu hati, limpa dan sumsum tulang. Pada organ ini, bakteri akan meninggalkan
makrofag dan kemudian berkembang biak diluar sel (ruang sinusoid) selanjutnya menuju kedalam sirkulasi
darah lagi yang menyebabkan bakterimia kedua kalinya dengan tanda dan gejala infeksi sistemik.
Dalam hati, bakteri masuk kedalam kandung empedu dan berkembang biak. Secara berselang akan
diekskresikan bersama dengan cairan empedu kedalam lumen usus. Kurang lebih separuh bakteri
dikeluarkan bersama feses dan separuhnya lagi masuk kedalam sirkulasi menembus usus. Proses yang sama
diawal terulang kembali, akibat aktivasi makrofag maka saat fagositosis bakteri Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik yakni; demam,
malaise, mialgia, sakit perut, sakit kepala, instabilitas vascular, gangguan mental dan koagulasi.

Morfologi
Morfologi Salmonella typhi merupakan bakteri batang gram negative, tidak membentuk spora dan memiliki
kapsul, dimana pada dinding sel terdiri atas murein, lipoprotein, fosfolipid, protein dan lipopolisakarida
(LPS) yang tersusun sebagai lapisan-lapisan (18). Salmonella bisa bertahan dalam air yang membeku dalam
periode yang cukup lama dan resisten terhadap bahan kimia tertentu yang bisa menghambat perkembangan
bakteri enteric yang lain (Aisyah, 2013).

Menurut Kementerian kesehatan RI (2006) dalam I Dewa, AMDL dan Made AH (2017) Bentuk dari
bakteri Salmonella typhi adalah batang, tidak berspora, ukuran 103,5 µm x 0,5-0,8 µm, besarnya koloni
rata-rata 2-4 mm, memiliki flagela peritrikh. Bakteri ini memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa
membentuk gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Sebagian besar isolat Salmonella yang
berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S (Jawetz et al., 2006). Isolat Salmonella typhi pada media SSA
(salmonella dan shigella agar) ketika suhu 37 C maka menunjukkan koloni yang tampak cembung,
transparan dan memiliki bercak hitam dibagian pusat (Nugraha,2012). Bakteri Salmonella typhi akan mati
pada suhu 60°C sampai 70°C selama 15 – 20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi.

Salmonella typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi
Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia.
Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun.

Menurut Rampengan (2007) I Dewa, AMDL dan Made AH (2017) Demam tifoid (Tipes) adalah penyakit
infeksi bakteri yang menyerang sistem pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan
gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.

Menurut Kepmenkes (2016) Di Indonesia penyakit ini bersifat endemic dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat. Dari telaah kasus di Rumah Sakit besar di Indonesia, kasus tersangka tifoid menunjukkan
kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun dengan rata-rata kesakitan 500/100.000 penduduk dengan
kematian anatara 0,6 – 5 %.

Penularan penyakit
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases).
Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang
disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah
diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh
Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari
jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam
tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan
oleh keracunan makanan/intoksikasi.
Penularan penyakit Salmonella typhi dengan cara melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
bakteri Salmonella, dari manusia atau hewan yang terkena salmonellosis serta dari pembawa (carrier)
penyakit tersebut sebagai faktornya. Bakteri Salmonella dapat hidup pada suhu ruangan dan suhu yang
rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup pada bahan makanan kering, sampah dan tinja
selama beberapa minggu. Adanya bakteri Salmonella typhi dapat dikaitkan dengan kebersihan lingkungan
yang tidak baik, pengolahan makanan serta penyimpanan makanan yang kurang baik.

Patogenesis
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi sebagai penyebab demam tifoid masuk ke tubuh sebagian
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian akan masuk ke usus halus untuk berkembang biak . Selama
proses berkembang biak, respon imunitas sangat berperan apabila humoral mukosa IgA usus kurang baik
maka bakteri akan masuk menembus sel-sel epitel untuk selanjutnya masuk ke lamina propria untuk
berkembang biak dan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke Peyer’s patch di ileum distal kemudian ke
getah bening mesentrika yang sudah mulai masuk ke sirkulasi darah masuk ke hati dan kandung empedu .
Salmonella typhi memiliki kemampuan untuk bertahan, bahkan berkembang dalam fagosit dan sel sistem
retikuloendotelial Bakteremia II terjadi saat terdapat Salmonella typhi bebas dan terdapat dalam intrasel dan
sudah tampak gejala dan tanda-tanda penyakit infeksi sistemik seperti demam, malaise, myalgia, sakit
kepala dan sakit perut, dimana 60% S.typhi berada dalam intrasel makrofag dan 40% berada bebas diluar
sel (Prasetyo, 2013).

Respon imunitas yang terbentuk pertama kali adalah antibody O (IgM) pada infeksi primer yang cepat
menghilang, kemudian disusul dengan antibody flagella H (IgG). IgM akan muncul dalam 48 jam setelah
terpapar antigen, dan menurut pustaka lain juga menyebutkan bahwa IgM akan muncul pada hari ke-3
sampai ke-4 demam . Tingkat keparahan penyakit pada tiap individu tidak hanya ditentukan oleh faktor-
faktor virulen tetapi juga sifat dari sel host, dimana factor risiko yang paling umum ditemukan adalah
pengguna kortikosteroid, keganasan, diabetes, infeksi HIV, pengambilan terapi mikroba sebelumnya, dan
terapi immunosupresif (Aisyah 2013 usu). Masa inkubasi demam tifoid umunya 1-3 minggu, tetapi bisa
lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih lama sampai 3 bulan, waktu inkubasi tergantung pada kuantitas bakteri
dan host factor serta karakteristik strain bakteri yang menginfeksi.

Menurut Yatnita (2011) Penyebaran penyakit ini terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada iklim,
tetapi lebih banyak dijumpai di negara-negara sedang berkembang di daerah tropis, hal ini disebabkan
karena penyediaan air bersih, sanitasi lingkungan dan kebersihan individu yang masih kurang baik oleh
karena itu pencegahan penyakit demam tifoid mencakup sanitasi dasar dan kebersihan pribadi, yang
meliputi pengolahan air bersih, penyaluran air dan pengendalian limbah, penyediaan fasilitas cuci tangan,
pembangunandan pemakaianWC, merebus air untuk keperluan minum dan pengawasan terhadap
penyediaan makanan.

Gejala demam tifoid


Artikel utama: Demam tifoid

Demam tinggi pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu), sakit kepala, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi (diare), kesadaran berkabut, bradikardia relative (peningkatan suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepid an ujung merah,
serta tremor), nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang Indonesia) (Yatnita, 2011).

Syarat diet
Menurut Ahmad (2020) dalam bahasa medis tifus disebut dengan typhoid fever, atau demam tifoid.
Sedangkan masyarakat kita sering menyebutnya sebagai penyakit tipes atau typus. Ini merupakan penyakit
infeksi yang menyebabkan peradangan pada usus sehingga menimbulkan demam, gangguan pencernaan,
dan gejala-gejala lainnya.

Makanan yang dianjurkan

Makanan yang dianjurkan bagi penderita typus adalah makanan yang bertekstur lunak mengingat, penyakit
typus menyerang saluran pencernaan. Selain lunak, penderita typus juga dianjurkan untuk mengkonsumsi
makanan tinggi protein dan rendah serat. Penderita typus di anjurkan untuk mengkonsumsi protein lebih,
hal tersebut karena protein merupakan zat pembangun yang berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh yang
rusak. Contoh makanan sumber protein (baik nabati atau hewani) yang dianjurkan antara lain daging, ikan,
telur, tempe, tahu, kedelai dll dengan catatan harus tidak boleh terlalu keras, terlalu pedas, bersantan,
ataupun berbumbu tajam.

Menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Journal of Nourshing penderita typus tidak disarankan
untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat. Hal ini berkaitan dengan proses pencernaan serat yang bisa
memperberat kerja saluran pencernaan mengingat, serat merupakan pangan yang sulit dicerna. Selain itu,
penderita typus sangat dianjurkan untuk memperbanyak minum air guna menghindari dehidrasi.

Makanan yang dihindari

Adapun makanan yang harus dihindari oleh penderita typus antara lain soda, minuman berasa, makanan
berbumbu tajam dan bertekstur keras, junk food, kopi, ataupun alkohol

Cara bakteri menyebabkan demam tifoid

Rute Fecal-Oral

Fecal-oral maksudnya adalah penyebaran penyakit melalui apapun yang tercemar oleh bakteri yang
terdapat pada tinja atau feses (fecal), kemudian objek yang tercemar tersebut tertelan (oral). Objek tersebut
bisa berupa makanan, minuman, air, dan sebagainya.[1]

Bakteri Salmonella typhi dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang tercemar dan bisa juga
melalui kontak langsung atau berdekatan dengan penderita demam tifoid. Di berbagai negara berkembang,
dimana demam tifoid menjadi penyakit endemis, termasuk Indonesia, kebanyakan terjadi akibat air minum
yang tercemar dan sanitasi yang buruk. Beberapa daerah di dunia masih memiliki sanitasi yang kurang
memadai, sehingga kotoran yang tercemar bakteri penyebab demam tifoid dapat mencemari aliran air atau
sungai. Orang yang minum air yang atau mencuci alat makan menggunakan air tersebut, maka dapat
tertular penyakit tifus.

Hal tersebut menunjukkan bahwa penyakit ini dapat menyebar melalui kotoran dan urin penderitanya. Oleh
karena itu, apabila Anda mengonsumsi makanan yang diolah oleh penderita demam tifoid yang tidak
menjaga kebersihan tangannya setelah buang air, maka risiko Anda tertular penyakit demam tifoid semakin
besar.

Karier (Pembawa)
Penderita demam tifoid yang sudah sembuh, ternyata masih dapat menyebarkan bakteri. Hal tersebut
dikarenakan masih terdapat bakteri di saluran pencernaan atau kantung empedunya, bahkan hingga
bertahun-tahun (Ahmad Muslihin 2020).

Referensi

Catatan kaki
1. https://www.honestdocs.id/penyebab-tifus-dan-cara-mencegahnya

Sumber
I Dewa A.M.D.M dan Made A.H. (2017). Indentifikasi dan Diagnosis Infeksi Bakteri
Salmonella typhi. Denpasar Fakultas Kedokteran. Universitas Udayana.
Ahmad Muslihin. (2020). Penyebab Tifus (Tipes) dan Cara Mengatasinya. [Online].
Tersedia : https://www.honestdocs.id/penyebab-tifus-dan-cara-mencegahnya. [10 Juni
2021]. (internet).
Yatnita P.C. (2011). Bakteri Salmonella Typhi dan Demam Tifoid. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 6(1) : 1-5
Gizi Uninda. (2019). Mengenal Sanmonella Typhi. [Online]. Tersedia :
http://gizi.unida.gontor.ac.id/2019/08/14/mengenal-sanmonella-typhi/.[10 Juni 2021].
(internet).
Dina S.W. (2016). [Online]. Tersedia :
https://dinasuciwahyuni.blogspot.com/2016/03/salmonella-typhi-bakteri-penyebab.html?
m=1. [10 Juni 2021]. (internet).
Darmawati s. (2009). Keanekaragaman Genetik Salmonella. Jurnal Kesehatan. 2(1): 27-33
Meiwa R.A.B.P,dkk (2019). Identifikasi Bakteri Salmonella typhi Pada Makanan Jajanan
Gorengan yang Dijual di Depan Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kedaton Kota Bandar
Lampung. Jurnal Agromedicine. 6(2) : 290-294.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_enterica_subsp._enterica&oldid=23670856"

Anda mungkin juga menyukai