Anda di halaman 1dari 15

SALMONELLA TYPHI

Mata Kuliah :
Mikrobiologi dan Parasitologi
Dosen Pebimbing :
Dra. Ratih Dewi, M.,Kes
Nama :
Risa Amelia
NPM :
1848401110066

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya karena dengan izin, bimbingan dan ridho-Nya sehingga Saya dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “ Salmonella Thypi “ ini tepat pada

waktunya.

Harapan Saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman Saya, Saya yakin

masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini. Oleh karena itu, Saya

sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun

demi penyempurnaan makalah ini yang akan datang.

Barito Kuala, 3 Juni 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II Pembahasan .......................................................................................... 3

2.1 Definisi Salmonella Typhi .................................................................... 3

2.2 Patogenesis Salmonella Typhi .............................................................. 3

2.3 Struktur Antigen Salmonella Typhi ...................................................... 4

2.4 Faktor Virulensi Salmonella Typhi ....................................................... 5

2.5 Morfologi Salmonella Typhi ................................................................. 5

2.6 Identifikasi Salmonella Typhi ............................................................... 6

BAB III Penutup ............................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 11

3.2 Saran ...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salmonella Typhi merupakan bakteri penyebab demam tifoid.

Bakteri ini termasuk kuman gram negatif yang bersifat motil, memiliki flagel,

tidak membentuk spora dan tidak berkapsul. Penyakit yang disebabkan oleh

Salmonella Typhi ini merupakan penyakit menular endemik yang dapat

menyerang banyak orang dan masih merupakan masalah kesehatan di daerah

tropis terutama di negara – negara berkembang termasuk di Indonesia (

Zakiyah, 2013 ). Penyakit demam tifoid diperkirakan menyerang 22 juta orang

pertahun dengan angka kematian mencapai 200.000 jiwa pertahun. Menurut

WHO ( 2003 ) terdapat sekitar 900.000 kasus di Indonesia, dimana sekitar

20.000 penderitanya meninggal dunia.

Salmonella Typhi menyebar secara fekal-oral melalui makanan

ataupun minuman. Salmonella Typhi mampu hidup dalam air, sampah kering

debu dan apabila bakteri ini hidup ditempat hidup yang cocok maka bakteri

berkembakbiak mencapai dosis infektif. Tentunya perlu diperhatikan faktor

kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, dan klorinasi air minum. Masa

inkubasi demam tifoid berlangsung antara 10-14 hari. Demam ini ditandai

dengan gejala demam lebih dari seminggu, lidah kotor, muntah, diare, pusing,

lemas dan pingsan ( Farhan, 2009 ).

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus

dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran

1
pencernaan ( Widodo, 2007 ). Infeksi demam tifoid ini dapat diobati dengan

menggunakan obat antibiotik sintesis ( Ganiswara, 2003 ). Jenis antibiotik yang

digunakan biasanya adalah amoxilin, tetrasiklin, dan lain – lain, tetapi antibiotik

juga tidak lepas dari efek samping yang ditimbulkan. Menurut Nanda ( 2010 ),

efek samping yang terjadi pada penggunaan antibiotik adalah rasa mual,

muntah, sakit kepala, halusinasi, kejang, delirium, hepatotoksisitas,

kardiotoksisitas, dan lain – lain. Apabila penggunaan obat sintesis terus

diberikan, tidak menurut kemungkinan akan memberikan efek samping yang

berkelanjutan dan lebih besar sampai kematian.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :

1. Apa itu Salmonella Typhi ?

2. Apa saja struktur antigen pada Salmonella Typhi ?

3. Mengetahui faktor virulensi pada Salmonella Typhi.

4. Seperti apa morfologi bakteri Salmonella Typhi ?

5. Bagaimanakah cara identifikasi bakteri Salmonella Typhi ?

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari masalah pada makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apa itu Salmonella Typhi.

2. Untuk mengetahui apa saja struktur antigen pada Salmonella Typhi.

3. Untuk mengetahui faktor virulensi pada Salmonella Typhi.

4. Untuk mengetahui seperti apa morfologi bakteri Salmonella Typhi.

5. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi bakteri Salmonella Typhi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Salmonella Typhi

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif

berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit

foodborne. Secara sederhana, Salmonella adalah kelompok bakteri yang

menyebabkan tifus dan juga menyebabkan makanan menjadi beracun. Spesies

– spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfide.

Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika,

walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith yang pertama kali menemukan

bacterium tahun 1885 pada tubuh babi.

2.2 Patogenitas Salmonella Typhi

Salmonella Thypi adalah suatu bakteri yang menyebabkan demam

tifoid, paratifoid, dan penyakit foodborne. Salmonella Typhi menyebabkan

penyakit demam tifoid ( tifus ), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah

dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi.

Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian.

Salmonella Typhi hanya menyerang pada manusia, tidak ada inang lain. Infeksi

Salmonella Typhi dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan

kandungannya, serta orang lansia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh

yang menurun. Salmonella Typhi juga menyebabkan penyakit foodborne (

makanan ). Penyakit yang disebabkan salmonella pada penyakit foodborne

disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah

3
diare, kram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah mengonsumsi

makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala penyakit foodborne

meliputi demam, sakit kepala, mual dan muntah.

2.3 Struktur Antigen Salmonella Typhi

Salmonella Typhi adalah bakteri enterik yang bersifat gram negative,

mempunyai antigen permukaan yang cukup komplek dan mempunyai peran

penting dalam proses patogenitas, selain itu juga berperan dalam proses

terjadinya respon imun pada individu yang terinfeksi. Antigen permukaan

tersebut terdiri dari antigen flagel ( antigen H ), antigen somatic ( antigen O ),

dan antigen kapsul atau antigen K ( antigen Vi ).

a. Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di plagella, pibriae atau

fili Salmonella typhi dan berstruktur kimia protein. Antigen H bersifat

termolabil dan dapat rusak oleh alkohol, pemanasan pada suhu diatas 60°C

dan asam, dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir yang

hilang bila dikocok ( Grossman, et al.1995 )

b. Antigen O

Antigen O merupakan somatic yang terletak dilapisan luar tubuh

kuman. Antigen O disebut juga sebagai antigen dinding sel karena antigen

tersebut adalah bagian auter layer dari dinding sel bakteri gram negatif.

Antigen O tersusun dari LPS ( Lipo Polisakarida ) yang berfungsi pula

sebagai endotoksin, resisten terhadap pemanasan 100°C, alkohol dan asam,

reaksi aglutinasinya berbentuk butir-butir pasir ( Joklik et al., 1990 ).

4
c. Antigen Vi

Antigen Vi yaitu antigen yang terdiri dari polimer polisakarida dan

bersifat asam. Antigen Vi yang dimiliki oleh bakteri berfungsi sebagai

antiopsonik dan antipagositik. Antigen ini mudah rusak oleh pemanasan

selama 1 jam pada suhu 60°C, selain itu pada penambahan fenol dan asam,

dimana pada reaksi aglutinasinya berbentuk seperti awan ( Wain et al,. 2005

).

2.4 Faktor Virulensi

Salmonella Typhi memiliki kombinasi karakteristik yang

menjadikannya pathogen efektif. Spesies ini berisi endotoksin khas dari

organisme gram negatif, serta antigen Vi yang diyakini akan meningkatkan

virulensi. Hal ini juga memproduksi dan mengeluarkannya protein yang dikenal

sebagai “ invansi “ yang memungkinkan sel – sel non-fagosit untuk mengambil

bakteri, dimana ia dapat hidup intrasel. Hal ini juga mampu menghambat

meledak oksidatif leukosit, membuat respons imun bawaan tidak efektif.

2.5 Morfologi Salmonella Typhi

Bentuk dari bakteri Salmonella Typhi adalah batang, tidak berspora,

ukuran 103,5 µm × 0,5 – 0,8 µm, besarnya koloni rata – rata 2-4 mm, memiliki

flagella peritrikh. Bakteri ini memfermentasikan glukosa dan manosa tanpa

membentuk gas tetapi tidak memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Sebagian

besar isolat Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S (

Jawetz et al., 2006 ). Isolat Salmonella Typhi pada media SSA ( salmonella dan

shigella agar ) ketika suhu 37°C maka menunjukkan koloni yang tampak

5
cembung, transparan dan memiliki bercak hitam dibagian pusat (

Nugraha, 2012 ). Bakteri Salmonella Typhi akan mati pada suhu 60°C selama

15 – 20 menit melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi ( Kementerian

Kesehatan RI, 2006 ).

2.6 Identifikasi Salmonella Typhi

Prinsip identifikasi Salmonella Typhi adalah dengan melihat

penampang secara mikroskopis ( pewarnaan gram ), kultur bakteri, uji serologis,

uji biokimia, dan biomolekuler.

a) Secara Mikroskopis

Pewarnaan gram TP-39 dengan melakukan prosedur pewarnaan

didapatkan hasil bakteri gram batang negative ( UK, Standars for

Microbiology Investigation Services, 2015 ).

b) Kultur Bakteri

Kultur adalah metode mengembangbiakan bakteri dalam suatu

media. Media kultur yang sering digunakan adalah agar Mac Conkey (

Sheikh, A., 2011 ). Media lain seperti agar MEB ( Eosine Methylene Blue

), Mac Conkey atau medium deoksikholat dapat mendeteksi adanya lactose

non-fermenter seperti bakteri Salmonella Typhi dengan cepat. Namun,

bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa tidak hanya dihasilkan oleh

Salmonella, tetapi juga Shigella, Proteus, Serratia, Pseudomonas, dan

beberapa bakteri gram negative lainnya. Untuk mendeteksi Salmonella

Typhi dengan cepat dapat pula mempergunakan medium bismuth sulfit.

6
c) Uji Serologis

1) Tes Widal

Pemeriksaan dengan uji widal dilakukan dengan mendeteksi

adanya antibodi aglutinin dalam serum pasien yang terinfeksi bakteri

Salmonella pada antigen yang berada pada flagella ( H ) dan badan

bakteri ( O ). Hasil positif dengan pemeriksaan ini lebih spesifik dengan

ditunjukkannya titer aglutinin sebesar ≥1/200 ( Meta., S., 2013 ). Karena

mempergunakan reaksi aglutinasi, maka akan tidak bermakna apabila

dilakukan secara single test. Akan lebih bermakna bila dilakukan

pemeriksaan widal sebanyak dua kali yaitu pada fase akut dan 7-10 hari

setelah fase tersebut. Sebab, aglutini O dan H secara signifikan

meningkat kurang lebih 8 hari setelah onset demam hari pertama. Jika

peningkatan titer terjadi sebanyak empat kali, maka hasilnya positif

secara signifikan ( Meta., S., 2013 ).

Uji widal juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit

paratifus, paratifus disebabkan oleh bakteri Salmonella Paratyphi (

Meta., S., 2013 ). Pengerjaan yang relative murah dan mudah untuk

dikerjakan ( Choerrunisa, dkk., 2014 ). Namun, belum ada kesepakatan

nilai standar aglutinasi ( Septiawan, I., dkk., 2013 ).

2) Uji Tubex

Tes tubex adalah salah satu dari uji serologi yang menguji

aglutinasi kompetitif semikuantitatif untuk mendeteksi adanya antibodi

IgM terhadap antigen lipopolisakarida ( LPS ) O-9 Salmonella Typhi

7
dan tanpa mendeteksi IgG. Tes tubex memiliki sensitivitas dan

spesifisitas yang lebih baik daripada uji widal ( Keddy, K, et al. 2011 ).

Tes ini dikategorikan pemeriksaan yang ideal dan dapat dipergunakan

untuk pemeriksaan rutin karena prosesnya cepat, akurat, mudah dan

sederhana ( Septiawan, I., dkk., 2013 ). Tes tubex menggunakan

pemisahan partikel – partikel untuk mendeteksi antibodi IgM dari

seluruh serum pada antigen Serotypetyphi O-9 lipopolisakarida.

Namun, antibodi pasien menghambat pengikatan antara partikel

indikator yang dilapisi dengan antibodi monoklonal anti O-9 dan

lipopolisakarida yang dilapisi partikel magnetic ( Kawano, R. et al.,

2007 ).

3) Uji Thypidot

Uji thypidot ialah sebuah pemeriksaan serologi yang mendeteksi

adanya antibodi spesifik IgM maupun IgG terhadap Salmonella Typhi.

Tes ini mempergunakan membrane nitroselulosa yang berisi 50kDa

spesifik protein dan antigen control. Dibandingkan dengan uji widal, uji

thypidot memiliki tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang lebih baik.

Hal ini karena dalam uji thypidot tidak perlu adanya reaksi silang

dengan Salmonellosis nontifoid ( Meta, S., 2013 ).

d) Tes Biokimia

1. Tes Urease TP 36 : Hasil tes ini bahwa Urease Spesies Salmonella tidak

menghasilkan Urease.

8
2. Oxidase TP 26 : Tes Oxidase yang hasilnya Spesies Salmonella bersifat

Oxidase negatif.

3. Tes Indole TP 19 : dengan uji indole, Spesies Salmonella bersifat indol

negatif.

e) Biomolekuler

1) PCR ( Polymerase Chain Reaction )

PCR adalah metode untuk amplifikasi ( perbanyakan ) primer

oligonukleotida diarahkan secara enzimatik urutan DNA spesifik.

Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan 105-106 kali lipat dari

jumlah nanogram DNA template dalam latar belakang besar pada

sequence yang tidak relevan. Pemeriksaan PCR mempergunakan primer

H1-d yang dapat dipakai untuk mengamplifikasi gen spesifik

Salmonella Typhi. Pemeriksaan ini tergolong cepat dan dapat

mendeteksi satu bakteri dalam beberapa jam ( Sucipta, A., 2015 ).

Kendala dalam penggunaan metode PCR yaitu rentan dengan risiko

kontaminasi yang mengakibatkan hasil positif palsu, terdapat bahan –

bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR ( hemoglobin

dan heparin dalam spesimen darah, bilirubin dan garam empedu dalam

specimen feses ), biaya yang cukup tinggi, dan teknis yang relatif rumit

( Marleni, M., Iriani, Y., Tjuandra, W., dan Theodorus., 2014 ).

Metode ini telah berhasil digunakan dalam identifikasi

subspecies Salmonella I, Salmonela enterica serovars typhimurium,

9
typhi dan enteritidis serta subspecies Salmonella enterica

arizonae dan diarizonae ( Anbazhagan D, dkk., 2010 ).

2) MALDI-TOF MS ( Matrix-Assisted Laser Desorption/Ionsation Time

Of Flight Mass Spectrometry )

Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis komposisi

protein sel bakteri. Kemampuan metode ini dalam melakukan analisis

sensitivitas sangat cepat dan akurat. Keuntungan dari MALDI-TOF

dibandingkan dengan metode identifikasi lainnya adalah hasil analisis

diperoleh dalam beberapa jam ( Barbuddhe SB, Maier T, 2008 ).

Metode ini telah digunakan untuk mengidentifikasi Salmonella,

serta dapat dipakai dalam membedakan S. enterica serovars typhi dan

serovars Salmonella lainnya ( Clark AE, dkk, 2013, Kuhns M, dkk,

2012 ).

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif

berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifoid, dan penyakit

foodborne. Salmonella Typhi dapat menyebabkan demam tipoid dan juga

menyebabkan penyakit foodborne. Struktur antigen pada Salmonella terdiri dari

antigen flagel ( antigen H ), antigen somatic ( antigen O ), dan antigen kapsul

atau antigen K ( antigen Vi ). Bentuk dari Salmonella Typhi ialah batang, tidak

berspora, ukuran 103,5 µm × 0,5 – 0,8 µm, besarnya koloni rata – rata 2-4 mm,

memiliki flagella peritrikh, dan akan mati pada suhu 60°C selama 15-20 menit

melalui pasteurisasi, pendidihan dan khlorinasi. Prinsip identifikasi Salmonella

Typhi adalah dengan melihat penampang secara mikroskopis ( pewarnaan gram

), kultur bakteri, uji serologi, uji biokimia dan biomolekuler. Masing – masing

cara identifikasi memiliki keuntungan dan kelemahan tersendiri. Oleh karena

itu, pemilihan cara identifikasi disesuaikan dengan kondisi dan waktu

pemeriksaan.

3.2 Saran

Salmonella Typhi merupakan bakteri yang tersebar secara luas di

sekeliling kita, sehingga besar sekali kemungkinan seseorang terinfeksi tanpa

diketahui. Maka dari itu, kebersihan lingkungan maupun makanan sangatlah

penting untuk menjaga agar tidak terinfeksi dan mewaspadai sejak dini

pencegahan dan pengobatan penyakit tipoid.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ashab Fadlan, Muhammad. 2018. “ Makalah tentang Salmonella “ Typhi “ “,

Akademi Analisis Kesehatan Borneo Lestari : Banjarbaru

Entjang Indan, dr. 2001. “ Mikrobiologi & Parasitologi “, Citra Aditya Bakti :

Bandung.

Agus Hendrayana, Made, dkk. 2017. “ Identifikasi dan Diagnosis Infeksi Bakteri

Salmonella Typhi “, Universitas Udayana : Denpasar

Darmawati, S. 2009. Keanekaragaman Genetik Salmonella Typhi. Jurnal

Kesehatan. 2(1) : 31.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Salmonella

12

Anda mungkin juga menyukai