Oleh Kelompok
5
Nama Anggota Kelompok :
Aisyah Amini (P27834017005)
Kutsia Aafantin (P27834017014)
Rossita Prastiwi (P27834017024)
Afida Rahma A.F. (P27834017033) D3 Semester 3
TAKSONOMI
Salmonella sp.
(Bopp, 2003)
MORFOLOGI
MORFOLOGI
SEROTIP
Gastroenteritis
S. typhimurium
Septicemia
S. choleraesius
serotype :
S. Paratyphy A (Serotipe group A)
Enteric Fevers S. Parathyphi B (Serotipe group B)
S.Parathyphi C (Serotipe group C)
S. typhi
S.Parathyphi D (Serotipe group D)
Global Genomic
EPIDEMOLOGI Epidemiology
of Salmonella
S.tphimurium enterica Serovar
Typhimurium
DT104
Sudah 30 tahun sejak kemunculan awal dan penyebaran global yang cepat dari Salmonella enterica serovar Typhimurium
DT104 yang resisten multi-obat (MDR DT104). Meskipun demikian, asal-usul dan rute transmisinya tidak pernah
terungkap. Kami menggunakan sekuensing seluruh genom (WGS) dan analisis urutan terstruktur secara temporer
dalam kerangka Bayesian untuk merekonstruksi pohon filogenetik temporal dan spasial dan memperkirakan tingkat
mutasi dan waktu divergensi sampel isolat 315 S. Typhimurium DT104 dari 1969 hingga 2012 dari 21 negara pada enam
benua. DT104 diperkirakan muncul awalnya sebagai antimikroba yang rentan pada ∼1948 (interval kredibel 95% [CI],
1934 hingga 1962) dan kemudian menjadi MDR DT104 pada ∼1972 (95% CI, 1972 hingga 1988) melalui transfer
horizontal dari 13- kb Salmonella genomic island 1 (SGI1) wilayah MDR menjadi strain rentan yang sudah mengandung
SGI1. Ini diikuti oleh beberapa peristiwa transmisi, awalnya dari Eropa Tengah dan kemudian antara beberapa negara
Eropa. Transmisi independen ke Amerika Serikat dan satu lagi ke Jepang terjadi, dan dari sana MDR DT104 mungkin
dikirim ke Taiwan dan Kanada. Akuisisi independen gen resistensi terjadi di Thailand pada ∼1975 (95% CI, 1975 hingga
1990). Di Denmark, analisis WGS memberikan bukti untuk transmisi organisme di antara kawanan hewan. Menariknya,
sejarah demografi Denmark MDR DT104 memberikan bukti bagi keberhasilan program untuk membasmi Salmonella
dari kawanan babi di Denmark dari tahun 1996 hingga 2000. Hasil dari penelitian ini menyanggah beberapa hipotesis
tentang evolusi DT104 dan menyarankan bahwa WGS dapat berguna dalam memantau klon yang muncul dan
merancang strategi untuk pencegahan infeksi Salmonella.
EPIDEMOLOGI
S.tphimurium
Global Genomic
Epidemiology
of Salmonella
enterica Serovar
Typhimurium
DT104
EPIDEMOLOGI
S.choleraesius
S. enterica serotype Choleraesuis, termasuk var. Kunzendorf, peringkat lebih rendah dari 20 dalam menyebabkan infeksi
manusia di antara strain Salmonella nontyphoid. Jumlah tahunan infeksi serotipe Choleraesuis manusia yang dilaporkan ke
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit adalah sekitar 80 pada tahun 1990 hingga 1996. Angka tersebut menurun
secara bertahap sesudahnya, dengan jumlah tahunan 49 pada tahun 1997, 36 pada tahun 1998, 34 pada tahun 1999, dan 15
tahun 200. Selama 1999 hingga 2000, proporsi ini meningkat menjadi rata-rata 5%. Penurunan sementara pada tahun 1996
hingga 1998 dikaitkan dengan wabah penyakit kaki dan mulut pada babi, yang mengakibatkan pembantaian babi di seluruh
pulau. Studi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar serotipe Choleraesuis isolat dari manusia dan babi menunjukkan sidik
jari DNA yang sama atau serupa, yang menunjukkan bahwa infeksi manusia diperoleh dari babI. Kami beralasan bahwa infeksi
silang muncul sebagai akibat kontaminasi makanan atau sumber air oleh organisme. Hal ini juga berspekulasi bahwa kebiasaan
makan babi jeroan oleh penduduk lokal secara signifikan berkontribusi terhadap prevalensi tinggi infeksi serotipe Choleraesuis
di wilayah tersebut.
Gastroenteritis adalah infeksi Salmonella yang paling umum di seluruh dunia, terhitung 93,8 juta kasus yang mengakibatkan
155.000 kematian per tahun
(Majowicz dkk. 2010 Majowicz SE, Musto J, Scallan E, Angulo FJ, Kirk M, O'Brien SJ, Jones TF, Fazil A, Hoekstra RM. 2010.
Beban global gastroenteritis Salmonella nontyphoidal, Penyakit Infeksi Klinis, 50 (6): 882–889, doi: 10.1086 / 650733 [Crossref],
[PubMed], [Web of Science ®],, [Google Cendekia] ).
EPIDEMOLOGI
Salmonella thypi
(Edward, 2008)
PATOGENESIS
GASTROENTERITIS OLEH
Salmonella typhimurium
Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan
ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).
Infeksi salmonella kebanyakan melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman salmonella (Noerasid,
Suraatmadja dan Asnil, 1988). Sekitar 40000 kasus salmonella gastroenteritis dilaporkan setiap tahun (Tan et
al., 2008). Salmonella mencapai usus melalui proses pencernaan. Asam lambung bersifat letal terhadap
organisme ini tapi sejumlah besar bakteri dapat menghadapinya dengan mekanisme pertahanan. Pasien
dengan gastrektomi atau sedang mengkonsumsi bahan yang menghambat pengeluaran asam lambung lebih
cenderung mengalami infeksi salmonella. Salmonella dapat menembus lapisan epitel sampai ke lamina propria
dan mencetuskan respon leukosit. Beberapa spesies seperti Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhi
dapat mencapai sirkulasi melalui sistem limfatik. Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit
mungkin dihasilkan (Harper dan Fleisher, 2010).
PATOGENESIS SEPTICEMIA
OLEH
Salmonella choleraesius
Septicemia adalah kondisi di mana dalam darah terdapat bakteri dan sering dikaitkan
dengan penyakit berat.
Setelah berhasil memasuki tubuh penderita kuman akan memperbanyak diri di dalam usus.
Dalam waktu yang relatif singkat infeksi tersebut akan menyebabkan septisemia (sepsis),
yang dalam waktu pendek akan dapat menyebabkan kematian penderita. Apabila yang
terjadi cuma bakterimia, mungkin kuman-kuman hanya akan menyebabkan radang usus
akut. Pada yang sifatnya kronik, kuman dapat diisolasi dari kelenjar-kelenjar limfe di sekitar
usus, hati, limpa, dan kantong empedu. Kuman kadang-kadang dibebaskan dari tubuh melalui
tinja atau air susu. Pada infeksi yang bersifat laten, kuman akan berkembang biak di dalam
tubuh bila keadaan umumnya menurun. Penurunan kondisi tubuh mungkin disebabkan
karena stres pengangkutan atau oleh gangguan faali yang lain (Subronto, 2003).
PATOGENESIS ENTERIC FEVERS
OLEH
Salmonella thypi
Spesies ini mengandung endotoksin yang khas dari organisme Gram negatif, serta antigen
Vi yang diduga meningkatkan virulensi juga memproduksi dan mengeluarkan protein yang
dikenal sebagai “invasin” yang memungkinkan sel non-patogenitas untuk mengambil
bakteri, dimana ia dapat hidup intraseluler.
Masuknya spesies bakteri ini kedalam tubuh manusia paling sering dicapai dengan
konsumsi, dengan pentingnya transmisi aerosol tidak diketahui.
6. melalui duktus torasikus kuman yang
4. Di lamina propia kuman terdapat di dalam makrofag ini masuk ke
berkembang biak dan dalam sirkulasi darah (bakterimia pertama
1. Masuk melalui oral difagosit oleh sel-sel yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
fagosit terutama oleh organ retikuloendotelial tubuh terutama
makrofag. hati dan limpa
2. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam
5. Kuman dapat hidup dan
lambung dan sebagian lagi
berkembang biak di dalam 7. Di organ-organ ini kuman meninggalkan
masuk ke usus halus dan
makrofag dan selanjutnya sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak
berkembang biak.
dibawa ke plaque Peyeri ileum di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
distal dan kemudian ke masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
kelenjar getah bening mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
mesenterika. dengan disertai tanda-tanda dan gejala
3. kuman akan menembus penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
sel-sel epitel terutama sel malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
M
PENGAMBILAN SAMPEL
Salmonella sp.
• Membuat media yang diperlukan yaitu Media Pemupuk bouillon, MC (Mac Conkey), SSA (Salmonella Shigella
Agar), TSIA (Triple Sugar Iron Agar), Media biokimia : Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR,
urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi solid (SS).
• Memasukkan media MC (Mac Conkey), SSA (Salmonella Shigella Agar), TSIA (Triple Sugar Iron Agar), Media
biokimia : Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR, urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi
solid (SS) yang sudah dibuat ke dalam refrigator.
• Menanam kuman Salmonella sp. ke dalam media pemupuk bouillon dengan menggunakan ose mata.
• Inkubasi bouillon ke dalam inkubator dengan suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Kemudian menanam dengan menstreak kuman biakan dari media pemupuk bouillon ke MC dan SSA dengan
ose mata. Mengambil kuman harus koloni yang sendiri.
• Inkubasi kembali ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
PROSEDUR UJI LABORATORIUM
Salmonella sp.
• Mengamati terjadi pertumbuhan koloni atau tidak. Jika terdapat koloni melakukan penanaman dari media
MC dan SSA ke media TSIA. Penanaman menggunakan ose mata dan di dekat api kemudian streak dari
dalam ke luar media.
• Inkubasi kembali TSIA yang sudah di streak ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Jika selesai inkubasi mengamati media TSIA. Yang diamati adalah lereng, dasar, H₂S, dan gas kemudian
mencatat hasilnya.
• Menanam kuman dari media TSIA ke media biokimia Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR,
urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi solid (SS).
• Menginkubasi media biokimia ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Setelah inkubasi 24 jam melakukan pengamatan pada media biokimia dan mencatat hasilnya
KULTUR / UJI LAB
Salmonella thypi
Penanaman pada Media Mc Conkey Agar Penanaman pada Brilian Green Agar (BGA)
Media selektif (hanya kuman gram negative Media selektif isolasi Salmonella sp. dan Salmonella
yang dapat tumbuh) membiakkan family thipy (berwarna merah dikelilingi zona merah)
Enterobacteriacea
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.
UJI BIOKIMIA
Uji TSIA : Positif (+) Uji Simmon’s Citrat Agar : Positif (+)
UJI BIOKIMIA
Gula-gula
a. Sukosa :-
b. Glukosa :+
c. Laktosa :-
d. Maltosa :+
e. Laktosa :-
f. Manitol :+
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.
UJI BIOKIMIA
UJI BIOKIMIA
Uji Uji
SIM : + Indol : -
Pada uji ini melihat adanya pergerakan (mortility) Bakteri tidak menggunakan triptopan sebagai sumber
energinya
IDENTIFIKASI
Salmonella
UJI BIOKIMIA
Pada media xylose-lisine-deoxycholate (XLD) bakteri Pada media bismuth sulfite agar bakteri Salmonella
Salmonella akan membentuk warna merah dengan membentuk warna hitam atau hijau.
atau tanpa pusat berwarna hitam.
IDENTIFIKASI
Salmonella thypi
UJI BIOKIMIA
UJI BIOKIMIA
2. Ekstraksi Sampel
Serbuk daun D. pentandra sebanyak 500 gram dimaserasi dengan
metanol (p.a) sebanyak 2 liter pada suhu ruang dan terlindung dari
cahaya. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, setiap 1 x 24 jam ekstrak
disaring dan dimaserasi kembali dengan metanol baru sebanyak 800 ml.
Ekstrak kemudian digabungkan dan diuapkan dengan rotary evaporator.
PENGOBATAN Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 268 – 272
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Benalu Jambu Air
Salmonella thypi (Dendropthoe pentandra (L.) Miq) Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi
3. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi
25% ekstrak daun D. pentandra memberikan pengaruh
hambatan terkecil terhadap pertumbuhan S. typhi. Diameter
zona hambat tertinggi yaitu pada konsentrasi 100%.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka diameter zona
hambat yang terbentuk semakin besar. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2005) menjelaskan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin
besar efek atau aktivitas yang dihasilkan.
PENGOBATAN
Gastroenteritis
Alodokter
PENGOBATAN
Septicemia
1. Masak telur sampai benar-benar matang, 2. Masak daging utuh sampai 63°C, daging giling sampai
baik putih telur maupun kuning telurnya. 71°C, dan unggas sampai 74°C. Hal ini karena pada
temperatur tersebut sebagian besar bakteri dalam
makanan dapat mati, sehingga dapat meminimalkan risiko
Anda terkena infeksi.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.
3. Simpan makanan panas dan dingin secara terpisah. 4. Jangan membiarkan makanan terbuka selama lebih dari
dua jam.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.
5. Membedakan talenan atau peralatan masak 6. Bersihkan peralatan makan dan memasak setelah
lain untuk makanan mentah dan makanan menggunakannya.
matang.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.