Anda di halaman 1dari 43

Salmonella spp.

Oleh Kelompok
5
Nama Anggota Kelompok :
Aisyah Amini (P27834017005)
Kutsia Aafantin (P27834017014)
Rossita Prastiwi (P27834017024)
Afida Rahma A.F. (P27834017033) D3 Semester 3
TAKSONOMI
Salmonella sp.

Phylum : Bacteria (Eubacteria)


Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella enterica
Salmonella bongori
MORFOLOGI
 Gram negative
 bacillus
 Tidak berspora
 Memiliki banyak flagela (peritrichous flagella)
 Panjang rata-rata 2 - 5 µm dengan lebar 0.8 – 1.5 µm
 Menggunakan flagella peritrichous dalam pergerakannya (kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella
gallinarum)
 Fakultatif anaerob yang dapat tumbuh pada temperature dengan kisaran 5 – 45°C dengan suhu optimum
35 – 37°C
 Tidak tahan panas (>70ºC) Salmonella mati
 Bentuk Salmonella berupa rantai filamen panjang ketika berada pada temparatur ekstrim yaitu 4-8°C atau
pada suhu 45°C dengan kondisi pH 4,4 atau 9,4
 Salmonella tidak mampu memfermentasikan laktosa, sukrosa atau salicin
 Katalase positif, oksidase negatif dan mefermentasi glukosa dan manitol untuk memproduksi asam atau
asam dangas Bakteri ini dapat tumbuh pada pH rendah dan umumnya sensitif pada konsentrasi garam
tinggi.

(Bopp, 2003)
MORFOLOGI
MORFOLOGI
SEROTIP

 Antigen somatik atau antigen O


Antigen ini adalah bagian dinding sel bakteri yang tahan terhadap pemanasan100ºC,
alkohol dan asam. Struktur antigen somatik mengandung lipopolisakarida.Beberapa
diantaranya mengandung jenis gula yang spesifik. Antibodi yang terbentukterhadap antigen
O adalah IgM.2.

 Antigen Flagel atau antigen H


Ditemukan dalam 2 fase, yaitu fase 1 spesifik dan fase 2 tidak spesifik. Antigen H dapat
dirusak oleh asam, alkohol, dan pemanasan diatas 60ºC. Antibodi terhadapantigen H
adalah IgG.

 Antigen Vi atau antigen kapsul


Antigen ini merupakan polimer polisakarida bersifat asam yang terdapat pada bagian
yang paling luar badan bakteri. Antigen Vi dapat dirusak oleh asam, fenol, dan pemanasan
60ºC selama 1 jam.
K l a s i f i k a s i S a l m o n e l l a s p . B e rd a s a r k a n R e a k s i B i o k i m i a d a n S e ro t y p e y a n g D i i d e n t i f i k a s i
M e n u r u t S t r u k t u r A n t i g e n O, H D a n V i y a n g S p e s i f i k .

Gastroenteritis
S. typhimurium

Septicemia
S. choleraesius

serotype :
S. Paratyphy A (Serotipe group A)
Enteric Fevers S. Parathyphi B (Serotipe group B)
S.Parathyphi C (Serotipe group C)
S. typhi
S.Parathyphi D (Serotipe group D)
Global Genomic
EPIDEMOLOGI Epidemiology
of Salmonella
S.tphimurium enterica Serovar
Typhimurium
DT104
Sudah 30 tahun sejak kemunculan awal dan penyebaran global yang cepat dari Salmonella enterica serovar Typhimurium
DT104 yang resisten multi-obat (MDR DT104). Meskipun demikian, asal-usul dan rute transmisinya tidak pernah
terungkap. Kami menggunakan sekuensing seluruh genom (WGS) dan analisis urutan terstruktur secara temporer
dalam kerangka Bayesian untuk merekonstruksi pohon filogenetik temporal dan spasial dan memperkirakan tingkat
mutasi dan waktu divergensi sampel isolat 315 S. Typhimurium DT104 dari 1969 hingga 2012 dari 21 negara pada enam
benua. DT104 diperkirakan muncul awalnya sebagai antimikroba yang rentan pada ∼1948 (interval kredibel 95% [CI],
1934 hingga 1962) dan kemudian menjadi MDR DT104 pada ∼1972 (95% CI, 1972 hingga 1988) melalui transfer
horizontal dari 13- kb Salmonella genomic island 1 (SGI1) wilayah MDR menjadi strain rentan yang sudah mengandung
SGI1. Ini diikuti oleh beberapa peristiwa transmisi, awalnya dari Eropa Tengah dan kemudian antara beberapa negara
Eropa. Transmisi independen ke Amerika Serikat dan satu lagi ke Jepang terjadi, dan dari sana MDR DT104 mungkin
dikirim ke Taiwan dan Kanada. Akuisisi independen gen resistensi terjadi di Thailand pada ∼1975 (95% CI, 1975 hingga
1990). Di Denmark, analisis WGS memberikan bukti untuk transmisi organisme di antara kawanan hewan. Menariknya,
sejarah demografi Denmark MDR DT104 memberikan bukti bagi keberhasilan program untuk membasmi Salmonella
dari kawanan babi di Denmark dari tahun 1996 hingga 2000. Hasil dari penelitian ini menyanggah beberapa hipotesis
tentang evolusi DT104 dan menyarankan bahwa WGS dapat berguna dalam memantau klon yang muncul dan
merancang strategi untuk pencegahan infeksi Salmonella.
EPIDEMOLOGI
S.tphimurium

Global Genomic
Epidemiology
of Salmonella
enterica Serovar
Typhimurium
DT104
EPIDEMOLOGI
S.choleraesius

S. enterica serotype Choleraesuis, termasuk var. Kunzendorf, peringkat lebih rendah dari 20 dalam menyebabkan infeksi
manusia di antara strain Salmonella nontyphoid. Jumlah tahunan infeksi serotipe Choleraesuis manusia yang dilaporkan ke
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit adalah sekitar 80 pada tahun 1990 hingga 1996. Angka tersebut menurun
secara bertahap sesudahnya, dengan jumlah tahunan 49 pada tahun 1997, 36 pada tahun 1998, 34 pada tahun 1999, dan 15
tahun 200. Selama 1999 hingga 2000, proporsi ini meningkat menjadi rata-rata 5%. Penurunan sementara pada tahun 1996
hingga 1998 dikaitkan dengan wabah penyakit kaki dan mulut pada babi, yang mengakibatkan pembantaian babi di seluruh
pulau. Studi ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar serotipe Choleraesuis isolat dari manusia dan babi menunjukkan sidik
jari DNA yang sama atau serupa, yang menunjukkan bahwa infeksi manusia diperoleh dari babI. Kami beralasan bahwa infeksi
silang muncul sebagai akibat kontaminasi makanan atau sumber air oleh organisme. Hal ini juga berspekulasi bahwa kebiasaan
makan babi jeroan oleh penduduk lokal secara signifikan berkontribusi terhadap prevalensi tinggi infeksi serotipe Choleraesuis
di wilayah tersebut.

Gastroenteritis adalah infeksi Salmonella yang paling umum di seluruh dunia, terhitung 93,8 juta kasus yang mengakibatkan
155.000 kematian per tahun

(Majowicz dkk. 2010 Majowicz SE, Musto J, Scallan E, Angulo FJ, Kirk M, O'Brien SJ, Jones TF, Fazil A, Hoekstra RM. 2010.
Beban global gastroenteritis Salmonella nontyphoidal, Penyakit Infeksi Klinis, 50 (6): 882–889, doi: 10.1086 / 650733 [Crossref],
[PubMed], [Web of Science ®],, [Google Cendekia] ).
EPIDEMOLOGI
Salmonella thypi

Demam enterik lebih sering terjadi pada anak-


anak dan dewasa muda dibandingkan pada
pasien yang lebih tua. Di seluruh dunia,
demam enterik paling banyak terjadi di daerah
miskin yang terlalu padat dengan akses
sanitasi yang buruk. Insiden perkiraan
menunjukkan bahwa Asia Selatan-Tengah,
Asia Tenggara, dan Afrika Selatan adalah
daerah dengan insiden infeksi S. Typhi yang
tinggi (lebih dari 100 kasus per 100.000 orang-
tahun). Daerah lain di Asia dan Afrika,
beberapa bagian dari Amerika Latin, Karibia,
dan Oseania memiliki insiden sedang 10
hingga 100 kasus per 100.000 orang-tahun.

(Edward, 2008)
PATOGENESIS
GASTROENTERITIS OLEH
Salmonella typhimurium

Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan
ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).

Infeksi salmonella kebanyakan melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman salmonella (Noerasid,
Suraatmadja dan Asnil, 1988). Sekitar 40000 kasus salmonella gastroenteritis dilaporkan setiap tahun (Tan et
al., 2008). Salmonella mencapai usus melalui proses pencernaan. Asam lambung bersifat letal terhadap
organisme ini tapi sejumlah besar bakteri dapat menghadapinya dengan mekanisme pertahanan. Pasien
dengan gastrektomi atau sedang mengkonsumsi bahan yang menghambat pengeluaran asam lambung lebih
cenderung mengalami infeksi salmonella. Salmonella dapat menembus lapisan epitel sampai ke lamina propria
dan mencetuskan respon leukosit. Beberapa spesies seperti Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhi
dapat mencapai sirkulasi melalui sistem limfatik. Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit
mungkin dihasilkan (Harper dan Fleisher, 2010).
PATOGENESIS SEPTICEMIA
OLEH
Salmonella choleraesius

Septicemia adalah kondisi di mana dalam darah terdapat bakteri dan sering dikaitkan
dengan penyakit berat.

Setelah berhasil memasuki tubuh penderita kuman akan memperbanyak diri di dalam usus.
Dalam waktu yang relatif singkat infeksi tersebut akan menyebabkan septisemia (sepsis),
yang dalam waktu pendek akan dapat menyebabkan kematian penderita. Apabila yang
terjadi cuma bakterimia, mungkin kuman-kuman hanya akan menyebabkan radang usus
akut. Pada yang sifatnya kronik, kuman dapat diisolasi dari kelenjar-kelenjar limfe di sekitar
usus, hati, limpa, dan kantong empedu. Kuman kadang-kadang dibebaskan dari tubuh melalui
tinja atau air susu. Pada infeksi yang bersifat laten, kuman akan berkembang biak di dalam
tubuh bila keadaan umumnya menurun. Penurunan kondisi tubuh mungkin disebabkan
karena stres pengangkutan atau oleh gangguan faali yang lain (Subronto, 2003).
PATOGENESIS ENTERIC FEVERS
OLEH
Salmonella thypi

Demam paratipus atau demam enterik adalah kelompok dari


penyakit enterik yang disebabkan oleh turunan bakteri Salmonella typhi

Spesies ini mengandung endotoksin yang khas dari organisme Gram negatif, serta antigen
Vi yang diduga meningkatkan virulensi juga memproduksi dan mengeluarkan protein yang
dikenal sebagai “invasin” yang memungkinkan sel non-patogenitas untuk mengambil
bakteri, dimana ia dapat hidup intraseluler.
Masuknya spesies bakteri ini kedalam tubuh manusia paling sering dicapai dengan
konsumsi, dengan pentingnya transmisi aerosol tidak diketahui.
6. melalui duktus torasikus kuman yang
4. Di lamina propia kuman terdapat di dalam makrofag ini masuk ke
berkembang biak dan dalam sirkulasi darah (bakterimia pertama
1. Masuk melalui oral difagosit oleh sel-sel yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh
fagosit terutama oleh organ retikuloendotelial tubuh terutama
makrofag. hati dan limpa

2. Sebagian kuman
dimusnahkan oleh asam
5. Kuman dapat hidup dan
lambung dan sebagian lagi
berkembang biak di dalam 7. Di organ-organ ini kuman meninggalkan
masuk ke usus halus dan
makrofag dan selanjutnya sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak
berkembang biak.
dibawa ke plaque Peyeri ileum di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya
distal dan kemudian ke masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang
kelenjar getah bening mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya
mesenterika. dengan disertai tanda-tanda dan gejala
3. kuman akan menembus penyakit infeksi sistemik, seperti demam,
sel-sel epitel terutama sel malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.
M
PENGAMBILAN SAMPEL
Salmonella sp.

pemeriksaan laboratorium untuk menemukan dan mengidentifikasi adanya bakteri


Salmonella typhi. Didapatkan dengan cara mengambil sampel dari :
1. Pemeriksaan bahan makanan yang diberikan, air minum dan bahan lain di
sekitarnya perlu menjadi sample untuk mencari kemungkinan adanya bakteri
Salmonella sp..
2. Kultur yang dibuat dari sampel feces sangat diperlukan dalam mengisolasi
bakteri Salmonella sp.
3. Membuat kultur dari sampel darah penderita yang mengalami septikemia juga
diperlukan. (Dharmojono, 2001)
4. Uji serologis sebaiknya dilakukan pada seluruh populasi atau sewaktu terjadi
penyakit yang bersifat akut. Respon antibodei lebih jelas pada hewan yang
mendetita bakteriaemia atau septikemia. (Lay dan Hastowo, 1992)
PROSEDUR UJI LABORATORIUM
Salmonella sp.

• Membuat media yang diperlukan yaitu Media Pemupuk bouillon, MC (Mac Conkey), SSA (Salmonella Shigella
Agar), TSIA (Triple Sugar Iron Agar), Media biokimia : Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR,
urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi solid (SS).
• Memasukkan media MC (Mac Conkey), SSA (Salmonella Shigella Agar), TSIA (Triple Sugar Iron Agar), Media
biokimia : Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR, urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi
solid (SS) yang sudah dibuat ke dalam refrigator.
• Menanam kuman Salmonella sp. ke dalam media pemupuk bouillon dengan menggunakan ose mata.
• Inkubasi bouillon ke dalam inkubator dengan suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Kemudian menanam dengan menstreak kuman biakan dari media pemupuk bouillon ke MC dan SSA dengan
ose mata. Mengambil kuman harus koloni yang sendiri.
• Inkubasi kembali ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
PROSEDUR UJI LABORATORIUM
Salmonella sp.

• Mengamati terjadi pertumbuhan koloni atau tidak. Jika terdapat koloni melakukan penanaman dari media
MC dan SSA ke media TSIA. Penanaman menggunakan ose mata dan di dekat api kemudian streak dari
dalam ke luar media.
• Inkubasi kembali TSIA yang sudah di streak ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Jika selesai inkubasi mengamati media TSIA. Yang diamati adalah lereng, dasar, H₂S, dan gas kemudian
mencatat hasilnya.
• Menanam kuman dari media TSIA ke media biokimia Glukosa, srukosa, laktosa, maltosa, mannosa, VP MR,
urea, air pepton, simmon citrate (SC), semi solid (SS).
• Menginkubasi media biokimia ke dalam inkubator pada suhu 37⁰ C selama 24 jam.
• Setelah inkubasi 24 jam melakukan pengamatan pada media biokimia dan mencatat hasilnya
KULTUR / UJI LAB
Salmonella thypi

• Ditanam pada media pemupuk Bouillon Agar


• Pada media Mac Conkey bakteri Salmonella sp maka bakteri
tidak memecah laktosa sehingga koloni yang terbentuk akan
bewarna transparan (sama seperti media)
• Media SSA : Koloni yang tumbuh jenis Salmonella sp
Media Salmonella Shigela Agar (SSA) merupakan media selektif yang
digunakan untuk mengidentifikasi bakteri Salmonella sp. Hasil dari isolasi
Salmonella sp menggunakan media Salmonella Shigela Agar (SSA) dapat
dilihat
• Pada Media TSIA yang diamati
Lereng Dasar Keterangan
Acid Acid hal ini karena memecah semua gula sehingga terjadi asam kuat dan warna media baik
lereng dan dasar bewarna kuning
Alkali Acid Hanya memecah glukosa saja
Alkali Alkali Tidak memecah semua glukosa
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.

Pewarnaa Gram Penanaman pada Media Nutrient Agar (NA)


Negatif (-) Mendapatkan biakan bakteri murni

Penanaman pada Media Mc Conkey Agar Penanaman pada Brilian Green Agar (BGA)
Media selektif (hanya kuman gram negative Media selektif isolasi Salmonella sp. dan Salmonella
yang dapat tumbuh) membiakkan family thipy (berwarna merah dikelilingi zona merah)
Enterobacteriacea
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.

UJI BIOKIMIA

Uji TSIA : Positif (+) Uji Simmon’s Citrat Agar : Positif (+)

Slant berwarna kuning Menghasilkan gas H2S Kemampuan mikroorganisme menggunakan


bakteri bersifat asam citrat sebagai satu-satunyasumber energi dan
karbon
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.

UJI BIOKIMIA

Gula-gula
a. Sukosa :-
b. Glukosa :+
c. Laktosa :-
d. Maltosa :+
e. Laktosa :-
f. Manitol :+
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.

UJI BIOKIMIA

VP-MR : Positif (+)

Pada uji VP-MR menunjukkan hasil positif, hal ini


menunjukkan bahwa bakteri mampu
memfermentasi glukosa dan menghasilkan
banyak sekali asam. Contoh bakteri tersebut
adalah Escherichia, Salmonella, Proteus dan
Aeromonas. Bila indikator metil red
ditambahkan maka akan berwarna merah
(karena asam).
IDENTIFIKASI
Salmonella sp.

UJI BIOKIMIA
Uji Uji
SIM : + Indol : -

Pada uji ini melihat adanya pergerakan (mortility) Bakteri tidak menggunakan triptopan sebagai sumber
energinya
IDENTIFIKASI
Salmonella

UJI BIOKIMIA

Pada media xylose-lisine-deoxycholate (XLD) bakteri Pada media bismuth sulfite agar bakteri Salmonella
Salmonella akan membentuk warna merah dengan membentuk warna hitam atau hijau.
atau tanpa pusat berwarna hitam.
IDENTIFIKASI
Salmonella thypi

UJI BIOKIMIA

HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif


karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat
pertumbuhan bakteri gram negatif., sehingga diharapkan bakteri yang
tumbuh hanya Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media
diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri
lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu
laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi.
Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang
dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja.
Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan
karena asam yang dihasilkannnya bereaksi dengan indicator yang ada pada
media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
IDENTIFIKASI
Salmonella

UJI BIOKIMIA

Uji Sensitivitas pada media MHA

MHA (Mueller Hinton Agar) A : antibiotic Vancomisin 30


merupakan media differensial yang µg
digunakan untuk melakukan uji B : antibiotic Streptomocin
sensitivitas terhadap beberapa 30 µg
antibiotic yang dilakukan dengan C : antibiotic Tetraksiklin 30
cara mengambil biakan bakteri dari µg (3 mm)
nutrient buth dengan menggunakan D : antibiotic Gentamisin 30
lidiatau kapas. µg (10 mm)
PENGOBATAN
Salmonella thypi

Satu-satunya cara efektif untuk mengatasi


tifus adalah dengan terapi antibiotik,
seperti:
• Ciprofoxacin (Cipro) jika Anda tidak
sedang hamil
• Ceftriaxone (Rocephin) untuk anak-anak

Ada beberapa perawatan lain untuk


demam typhoid, yaitu:
• Minum banyak cairan untuk mencegah
dehidrasi akibat demam dan diare yang
berkelanjutan.
• Operasi untuk memperbaiki apabila usus
berlubang.
PENGOBATAN  Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
2017, 02, 66-77
Salmonella thypi SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL DAUN TERHADAP Salmonella Typhi
RESISTEN KLORAMFENIKOL
Sampel Bobot Serbuk Bobot Ekstrak Rendemen
(gram) (gram) (% b/b)
Daun jati belanda 50,1413 2,9170 5,8175
Daun salam 50,0298 3,3790 6,7539
Daun papaya 50,2605 4,5200 8,9931
Daun jeruk purut 50,0615 4,7560 9,5000
Daun kersen 50,0415 5,4393 10,8695
Daun teh-tehan 50,1150 5,5803 11,1343
Daun mengkudu 50,0999 6,4778 12,9297
Daun teh 50,0676 6,4953 12,9730
Daun cengkeh 50,1327 8,9242 17,8011

Daun mahkota dewa 50,0948 9,6092 19,1820


PENGOBATAN  Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
2017, 02, 66-77
Salmonella thypi SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL DAUN TERHADAP Salmonella Typhi
RESISTEN KLORAMFENIKOL
PENGOBATAN  Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research,
2017, 02, 66-77
Salmonella thypi SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL DAUN TERHADAP Salmonella Typhi
RESISTEN KLORAMFENIKOL

Sampel Rata-rata zona hambat (mm) ±SD


K – (DMSO) 6,00±0
Ekstrak daun jatibelanda 6,00±0
Ekstrak daun jeruk purut 6,00±0
Ekstrak daun mengkudu 6,00±0
Ekstrak daun pepaya 6,00±0
Ekstrak daun mahkota dewa 9,00±1,00
Ekstrak daun salam 10,00±0
Ekstrak daun teh 10,16±2,25
Ekstrak daun teh-tehan 13,50±1,50
Ekstrak daun kersen 13,67±1,52R
Ekstrak daun cengkeh 14,50 ± 0,28R
K+ (sefriakson 30µg) 30,16±0,28
PENGOBATAN Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 268 – 272
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Benalu Jambu Air
Salmonella thypi (Dendropthoe pentandra (L.) Miq) Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi

1. Persiapan Sampel Penelitian


Sampel daun D. pentandra sebanyak 4 kg dikeringanginkan dalam
ruangan selama 14 hari tanpa terkena sinar matahari langsung. Sampel
yang sudah kering kemudian digiling dengan dry blender dan serbuk yang
terbentuk ditimbang.

2. Ekstraksi Sampel
Serbuk daun D. pentandra sebanyak 500 gram dimaserasi dengan
metanol (p.a) sebanyak 2 liter pada suhu ruang dan terlindung dari
cahaya. Maserasi dilakukan selama 3 x 24 jam, setiap 1 x 24 jam ekstrak
disaring dan dimaserasi kembali dengan metanol baru sebanyak 800 ml.
Ekstrak kemudian digabungkan dan diuapkan dengan rotary evaporator.
PENGOBATAN Protobiont 2014 Vol 3 (2) : 268 – 272
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Benalu Jambu Air
Salmonella thypi (Dendropthoe pentandra (L.) Miq) Terhadap
Pertumbuhan Salmonella typhi

3. Hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi
25% ekstrak daun D. pentandra memberikan pengaruh
hambatan terkecil terhadap pertumbuhan S. typhi. Diameter
zona hambat tertinggi yaitu pada konsentrasi 100%.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka diameter zona
hambat yang terbentuk semakin besar. Hal ini sejalan
dengan pernyataan Pelczar dan Chan (2005) menjelaskan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin
besar efek atau aktivitas yang dihasilkan.
PENGOBATAN
Gastroenteritis

Tujuan utama dari pengobatan gastroenteritis adalah untuk


mencegah terjadinya dehidrasi. Karena itu, penderita
dianjurkan untuk banyak minum air. Jika dehidrasi yang dialami
cukup parah, penderita mungkin perlu dirawat di rumah sakit
untuk mendapatkan cairan melalui infus.

Oralit bisa diberikan untuk membantu rehidrasi. Obat ini


mengandung elektrolit dan mineral yang diperlukan oleh tubuh.
Meskipun oralit bisa dibeli secara bebas di pasaran, pastikan
untuk selalu mengikuti aturan pakai yang tertulis pada
kemasan. Bila perlu, tanyakan kepada dokter atau apoteker
untuk mendapatkan informasi lebih jelas.

Alodokter
PENGOBATAN
Septicemia

Septicemia adalah suatu kondisi serius yang


memerlukan perawatan di rumah sakit. Penderita
dimasukkan ke unit perawatan intensif (ICU). Di ICU
biasanya penderita akan dirawat dengan perawatan
sebagai berikut: cairan dan obat-obatan yang diberikan
melalui infus ditujukan untuk mempertahankan tekanan
darah. Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi.
Plasma atau produk darah lainnya dapat diberikan
untuk membetulkan segala kelainan pembekuan.

Sumber: medlineplus dan UMM.


PENCEGAHAN
Salmonella sp.

1. Masak telur sampai benar-benar matang, 2. Masak daging utuh sampai 63°C, daging giling sampai
baik putih telur maupun kuning telurnya. 71°C, dan unggas sampai 74°C. Hal ini karena pada
temperatur tersebut sebagian besar bakteri dalam
makanan dapat mati, sehingga dapat meminimalkan risiko
Anda terkena infeksi.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.

3. Simpan makanan panas dan dingin secara terpisah. 4. Jangan membiarkan makanan terbuka selama lebih dari
dua jam.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.

5. Membedakan talenan atau peralatan masak 6. Bersihkan peralatan makan dan memasak setelah
lain untuk makanan mentah dan makanan menggunakannya.

matang.
PENCEGAHAN
Salmonella sp.

7. Selalu cuci tangan Anda sebelum memegang makanan


SEKIAN PRESENTASI KELOMPOK KAMI
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA

Anda mungkin juga menyukai