Anda di halaman 1dari 18

Co-Asistensi Bidang Perunggasan

INFECTIOUS LARYNGOTRACHEITIS PADA AYAM

MARKUS STEVEN SALAMENA


C024212007

PEMBIMBING

Drh. A. Magfira Satya Apada, M.Sc

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN Co-Asistensi BIDANG PERUNGGASAN

Co-Assistensi Bidang : Perunggasan


Angkatan :X
Tahun Ajar : 2022/2023
Nama Mahasiswa : Markus Steven Salamena
NIM : C024212007

Makassar, 2 Januari 2023

Mengetahui,

Pembimbing Koordinator Bidang Perunggasan

(Drh. A. Magfira Satya Apada, M.Sc) (Drh. Zainal Abidin Kholilullah, M.kes)
NIP 198508072010122008 NIP 196910172008041001

Menyetujui,

Ketua Program Profesi Dokter Hewan


Dr. Drh Fika Yuliza Purba, M.Sc
NIP. 19860720 201012 2 004

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena masih memberi
saya kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan studi kasus laporan perunggasan yang
berjudul “Infectious Laryngotracheitis Pada Ayam”. Tidak lupa juga saya mengucapkan
terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu saya dalam menyelesaikan laporan
ini, khususnya kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekalian.
Saya sadar bahwa laporan kasus reseptir saya ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu, jika ada kesalahan dalam laporan saya kali ini, saya meminta maaf yang
sebesar-besarnya dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan
dosen penguji sehingga saya akan lebih baik nantinya. Saya berharap laporan studi kasus
perunggasan ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca serta menjadi pedoman bagi bahan
ajaran.
Sekian dan Terima Kasih.

Makassar, 2 Januari 2023

Markus Steven Salamena


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha peternakan adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus
pada suatu tempat, dimana tempat kegiatan peternakan beserta sarana pendukungnya di areal
tertentu sesuai dengan yang tercantum dalam izin usaha peternakan dan dalam jangka waktu
tertentu untuk tujuan komersil (Supranto, 2005). Peternakan unggas merupakan salah satu
sektor yang berkembang pesat, yang memainkan peran penting dalam ketahanan pangan
global. Konsekuensi dari globalisasi, perubahan iklim dan populasi unggas yang berkembang
pesat mengakibatkan munculnya beberapa penyakit. Di antara penyakit yang muncul,
Infectious laryngotracheitis (ILT) adalah penyakit saluran pernapasan atas ayam yang sangat
menular dan telah dianggap sebagai masalah utama bagi kesehatan dan kesejahteraan unggas.
Penyakit ini menyebabkan kerugian produksi karena meningkatnya morbiditas, mortalitas
sedang, penurunan berat badan, penurunan produksi telur dan biaya yang dikeluarkan untuk
vaksinasi (Gowthamana et al., 2020).
Penyakit ILT pertama kali ditemukan tahun 1924 di Amerika. Penyakit ini menimbulkan
bahaya laten (bahaya tersembunyi yang terus-menerus mengancam ayam). Pada ayam
petelur, penyakit ini relatif sering ditemui. Sedangkan pada ayam pedaging, sampai saat ini
kejadian ILT masih sangat jarang ditemui karena umur pemeliharaan ayam pedaging relatif
pendek. Meskipun hospes primer virus ILT adalah ayam dari segala umur namun ayam umur
9-18 minggu lebih sensitif terserang penyakit ini. Infectious laryngotracheitis (ILT)
merupakan penyakit infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan ayam. Ketika
menyerang, ILT dapat menyebar dengan cepat antara ayam karena masa inkubasi
penyakitnya berlangsung sekitar 6-2 hari. Jika menyerang, kerugian akibat infeksi ILT akan
besar (Retno et al., 2015).
Angka kematian akibat serangan ILT umumnya berkisar 10-20%, tapi pada kasus yang
parah bisa mencapai 50-70%. Sedangkan angka kesakitannya berkisar 90-100%. Ketika
diserang ILT, ayam bisa mati atau sembuh setelah 2 minggu. Pada ayam petelur, produksi
telur turun sampai 10-20% dan produksi akan kembali normal dalam jangka waktu 4 minggu
(Retno et al., 2015). Virus ini dapat dengan mudah ditularkan oleh unggas yang terinfeksi.
Biosekuriti yang lemah, transportasi unggas yang terinfeksi, dan penyebaran sampah yang
terkontaminasi memudahkan penyebaran virus. Penerapan biosekuriti diperlukan untuk
pencegahan, tetapi vaksinasi umumnya digunakan untuk pengendalian penyakit di daerah
endemik di seluruh dunia (Garcia, 2022).
Berdasarkan latar belakang diatas, kesehatan ternak merupakan bagian tak terpisahkan
dari usaha peningkatan produksi ternak, karena produktivitas ternak hanya dapat dicapai
secara optimal apabila ternak dalam keadaan sehat. Oleh karena itu kontrol kesehatan unggas
merupakan prasyarat tercapainya target produksi yang optimal. Namun untuk mencapai
tujuan tersebut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan masih terdapat beberapa kendala berupa
penyakit unggas, di antaranya adalah penyakit virus yang sangat menular, yaitu penyakit
Infectious Laryngotracheitis (ILT). Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran
tentang penanganan terhadap ILT pada ayam layer.

1.2. Rumusan Masalah


Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang Infectious laryngotracheitis
pada unggas dan informasi mengenai tata laksana pengendalian dan pengobatan terhadap
kasus ini.
1.3. Tujuan
Masalah yang ingin dibahas pada tulisan ini yaitu mengetahui gambaran singkat, gejala
klinis dan pengobatan yang diberikan pada unggas yang terserang virus pada saluran
pernapasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Infectious laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit akut pada ayam yang ditandai
dengan gejala khas pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas dan keluarnya eksudat
berdarah. Sel membran mukous pada trachea yang terserang terlihat membengkak dan
oedem, sebagai akibat erosi dan perdarahan. Pada tahap awal terlihat adanya inclusion bodies
intranuklear (Syibli, 2014). Infeksi penyakit ini kerugian produksi yang parah karena
kematian ayam pedaging, pullet dan burung dewasa yang terinfeksi dan/atau penurunan
pertambahan berat badan dan produksi telur (Hidalgo, 2003).

2.2 Etiologi
Penyebab ILT adalah virus herpes, berbentuk kuboid beramplop, peka terhadap ether,
dan memiliki inti DNA. Virus ILT diklasifikasikan sebagai anggota famili
Alphaherpesviridae dengan nomenklatur virologi Gallid herpesvirus I. Elektron mikrograf
kultur sel embrio ayam terinfeksi ILT mengandung partikel viral ikosahedral yang
mempunyai struktur sama dengan virus herpes simplek. Perbanyakan diri virus ILT
tampaknya sama pada perbanyakan diri virus herpes simplek dan pseudorabies. Virus
diabsorbsi pada permukaan sel, dan virus masuk ke dalam sel secara pinositosis (Syibli,
2014).
Hanya ada satu strain immunologis walaupun strain bervariasi dalam patogenesitasnya.
Kebanyakan strain adalah patogen, hanya sedikit strain yang kurang patogen. Infeksi herpes
virus mengarah terbentuknya inklusi intranuklear type A pada awal infeksi. Inklusi dapat
dilihat dalam sel epitel trakchea, dan kadang-kadang dalam epitel konjungtif. Inklusi dapat
dilihat pula dalam membran choriollantois telur ayam bertunas yang diinfeksi dan dalam
kultur sel embrio (Syibli, 2014).

2.3 Tanda Klinis


Gejala khas infeksi akut adalah adanya leleran hidung, suara mengorok yang diikuti
dengan batuk dan tarik nafas. Tanda klinis dengan adanya kesulitan bernafas dan keluarnya
cairan mukus berdarah adalah khas untuk bentuk penyakit ILT parah (Syibli, 2014).
Bentuk enzootik ringan, seperti yang terjadi di Amerika, Inggris dan Australia, gejala
klinis yang tampak antara lain adalah lesu, penurunan produksi telur, mata berair,
conjunctivitis, pembengkakan rongga infra orbital, leleran hidung yang berlanjut dan
perdarahan conjunctivitis, Morbiditas kurang dari 5%. Penyakit berlangsung sejalan dengan
tingkat keparahan penyakit. Umumnya ayam akan sembuh setelah 10 - 14 hari, tetapi dalam
kasus yang parah dapat mencapai 1 - 4 rninggu (Syibli, 2014).
Menurut Retno et al (2015) terdapat dua bentuk serangan ILT pada ayam, yaitu:
a. Bentuk akut/ganas
Ayam yang mengalami infeksi akut menunjukkan kesulitan bernapas (dyspnea) disertai
suara ngorok dan batuk. Sumbatan trakea akibat adanya eksudat (lendir) kental akan
menyebabkan ayam bernapas dengan mulut terbuka sambil menjulurkan lehernya.
Pada sejumlah ayam dapat pula ditemukan adanya leleran kental bercampur darah dari
hidung atau mulut, serta adanya cairan berbusa pada mata. Saat dilakukan bedah ayam,
biasanya juga akan ditemukan material seperti keju pada permuaan trakea dan laring. Lama
proses penyakit ILT menjadi bentuk akut biasanya berlangsung selama 7-14 hari. Dan
kematian akan terjadi akibat kondisi asphyxia, yaitu kekurangan 02 akibat sumbatan pada
trakea.
Pada ayam petelur yang dipelihara di flok dengan berbagai macam umur, saat awal
infeksi, virus ILT hanya akan menginfeksi beberapa ayam saja, sedangkan sisanya akan
terinfeksi dalam waktu 10-12 hari kemudian. Ayam yang sembuh akan langsung bertindak
sebagai carrier
b. Bentuk kronis
Bentuk kronis adalah bentuk serangan ILT yang berjalan lambat. Ditandai oleh ayam
lesu, mata berair, gangguan pernapasan yang ringan (batuk ringan), conjunctiva mata
kemerahan, kebengkakan sinus infraorbitalis, leleran dari hidung yang terus-menerus serta
penurunan produksi telur. Tingkat kematian ayam biasanya tidak terlalu tinggi, namun
kondisi ayam yang tidak optimal sangat berpotensi menyebarkan virus ILT ke lingkungan.

Gambar 1. Gejala klinis pada ayam penderita ILT (Syibli, 2014).


2.4 Patologi
Lesi terjadi di trachea dan jaringan laryngeal. Perubahan jaringan bervariasi dari radang
mukoid hingga degenerasi mukosa, yang mengakibatkan nekrosis dan perdarahan. Jaringan
epitel yang lepas dan gumpalan darah dapat dikeluarkan sewaktu batuk keras. Perluasan
keradangan lebih lanjut dapat menyebar ke bronchi, masuk ke paru dan kantong udara.
Edema dan kongesti pada epitel konjungtiva dan rongga infraorbital hanya terlihat pada
infeksi virus yang kurang patogen (Syibli, 2014).

Gambar 2. Patologi anatomi ayam penderita ILT. a) hermoragi pada trachea,


b) Gumpalan eksudat pada trachea (Syibli, 2014).

2.5 Penularan penyakit


Penularan penyakit ILT ke ayam lain terjadi jika partikel yang mengandung virus dari
ayam yang sakit masuk ke dalam tubuh ayam sehat melalui saluran pernapasan bagian atas
atau conjungtiva mata. Partikel tersebut dapat berupa gumpalan darah dan lender yang
dibatukkan oleh ayam sakit. Ayam carrier juga berperan sebagai sumber penularan penyakit
(Retno et al., 2015).
ILT bukan penyakit yang diturunkan dari induk ke DOC-nya, namun penularan terjadi
secara langsung melalui saluran pernapasan atau masuknya virus ke conjungtiva mata.
Sedangkan penularan tidak langsung terjadi jika ransum, air minum, peralatan kendang, dan
hewan liar yang tercemar virus, menghantarkan virus tersebut ke ayam sehat (Retno et al.,
2015).

2.6 Diagnosa
Diagnosa ILT dapat didasarkan pada gejala klinis dan patologi anatomi. Adanya inklusi
intranuklear pada jaringan trakea dan konjungtiva diwarnai dengan pewarnaan Giemsa juga
sebagai alat diagnostik ILT. Identifikasi virus secara cepat dapat dibuat dengan menggunakan
uji fluorescent antibody technique (FAT) (Syibli, 2014). Virus dapat diisolasi dari trakea dan
jaringan paru setelah disuntikkan pada embrio ayam, suntikan trakea dari infraorbital ayam
yang peka serta pada kultur sel (Syibli, 2014).

2.7 Pengendalian
a. Pengobatan
Tidak ada obat yang berhasil guna dalam menurunkan keparahan ataupun mengurangi
gejala penyakit (Syibli, 2014).
b. Pencegahan
Jika diagnosa ILT diperoleh pada awal kejadian wabah, vaksinasi pada ayam yang tidak
tertular akan memacu terbentuknya kekebalan yang memadai, sebelum penyakit ini datang
menyerang. Oleh karena infeksi ILT sering sebagai akibat adanya ayam carier, maka
sangatlah penting untuk menghindari mencampur ayam yang sembuh dari sakit dengan ayam
lain yang belum terinfeksi ILT (Syibli, 2014).
Hal yang paling penting untuk keberhasilan dalam pencegahan atau kontrol penyakit ini
adalah mencegah adanya perpindahan segala sesuatu yang berpotensi tercemar, seperti orang
atau pekerja kandang, makanan, peralatan kandang dan peralatan vaksinasi. Vaksinasi ILT
adalah suatu cara yang baik untuk meningkatkan ketahanan terhadap ILT pada sekelompok
ayam yang peka. Cara pemberian vaksin ini melalui tetes mata, tetes hidung dan pemberian
pada air minum dengan aturan yang tepat, baik untuk penyimpanan vaksin serta tatacara
vaksinasinya (Syibli, 2014).
c. Pengendalian dan pemberantasan
Tindakan pemberantasan ditujukan terhadap farm tertular dengan melakukan tindakan
isolasi ayam yang sakit dan penutupan sementara farm. Ayam yang mati harus segera dikubur
atau dibakar. Kandang tercemar harus dibersihkan dan didesinfeksi dan orang atau petugas
yang pernah kontak dengan ayam yang sakit dilarang masuk kandang yang belum tercemar.
Selanjutnya apabila farm sudah aman maka dilakukan pembukaan farm kembali. Perlakuan
terhadap farm terancam yaitu dilakukan tindakan pengamatan dan pemantauan, penyuluhan
dan ring vaksinasi dan terhadap farm yang bebas penyakit dilakukan tindakan pencegahan
secara rutin (Syibli, 2014).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Anamnesa
Peternakan ayam layer milik PT Inti Tani Satwa melaporkan bahwa satu kandang di
peternakannya menunjukkan penurunan produksi telur. Populasi ayam tesebut sebanyak 3100
dalam satu kandang. Ayam-ayam tersebut berumur 36 minggu dengan berat badan rata-rata
1800 gram dan recording vaksinasi ayam lengkap. Anak kandang juga melaporkan bahwa
terdapatnya ayam yang kesulitan bernapas disertai suara ngorok dan batuk serta penurunan
produksi telur.

3.2 Temuan klinis


Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, keadaan umum ayam tersebut tampak lesu,
penurunan nafsu makan yang drastis, penurunan komsumsi air minum yang menurun,
penurunan produksi telur yang bertahap pada setiap hari, terdapatnya ayam yang kesulitan
bernapas disertai suara ngorok dan batuk. Gejala-gejala tesebut diamati dari beberapa ayam
yang terdapat pada kandang tersebut, sehingga dilakukannya isolasi dan pengawasan yang
lebih terhadap ayam-ayam yang memiliki gejala. Gejala tersebut sesuai dengan Retno et al
(2015), bahwa gejala klinis ILT yaitu ayam lesu, kesulitan bernapas (dyspnea) disertai suara
ngorok dan batuk. Pada sejumlah ayam dapat pula ditemukan adanya leleran kental
bercampur darah dari hidung atau mulut, serta adanya cairan berbusa pada mata.

Gambar 3. Gejala dyspnea pada ayam layer

3.3 Diagnosa
Diagnosa ILT dapat didasarkan pada gejala klinis dan patologi anatomi, oleh karena
itu dilakukannya nekropsi bangkai ayam yang mati untuk melihat perubahan patologi pada
organ-organ tertentu pada ayam. Beberapa perubahan patologi yang ditemui pada proses
pembedahan yaitu organ trachea terdapatnya hemoragi, pada laring juga terdapat hemoragi
dan pada sinus ayam terdapatnya perkejuan. Gambaran perubahan patologi yang ditemui
pada ayam sesuai dengan Syibli (2014), bahwa perubahan patologi ayam penderita ILT
berupa hemoragi trachea, gumpalan eksudat pada trachea. Perluasan keradangan lebih lanjut
dapat menyebar ke bronchi, masuk ke paru dan kantong udara. Edema dan kongesti pada
epitel konjungtiva dan rongga infraorbital.

Gambar 4. Perubahan patalogi anatomi ditemukan. (A) Perkejuan pada sinus, (B)
Hemoragi pada laring, (C) Hemoragi pada trachea (Dokumentasi pribadi).

3.4 Tata laksana penanganan dan pengobatan


Penanganan yang dapat dilakukan pada kandang PT Inti Tani Satwa yakni dengan
mengembalikan kondisi tubuh ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan
memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta pemberian antibiotik untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder dan dilakukannya revaksinasi ILT pada ayam yang belum
terinfeksi. Adapun tata laksana pemberian obat-obatan adalah sebagai berikut :

a. Vaksin
Jenis Obat Vaksin Live Infectious Laryngotracheitis (ILT)

Nama paten Medion Medivac ILT


Indikasi Revaksinasi penyakit Infectious Laryngotracheitis (ILT)
Kontraindikasi Hindari kondisi stres, kontrol kontaminasi debu, kadar
amonia kandang, dan hindari vaksinasi ND/IB aktif 1-2
minggu sebelum vaksinasi ILT
Dosis Sediaan Vial dosis 500, 1000 dan 2000
Dosis Anjuran 1 dosis/ekor
Rute Tetes Mata
Dosis 1 tetes / ekor
Pemberian
Mekanisme Menginduksi pembentukan titer antibodi melalui proses
kerja pemasukan mikrooorganisme penyebab penyakit yang telah
dilemahkan ke tubuh hewan (Saputro et al., 2014).
Gambar

b. Antibiotik
Jenis Obat Antibiotik Doxocyline dari golongan tetracyline

Nama paten Therapy


Indikasi Therapy merupakan sediaan yang mengandung antibiotik
berspektrum luas yang efektif melawan kuman penyebab
pullorum (Salmonella pullorum), fowl cholera (Pasteurella
multocida), CRD (Mycoplasma gallisepticum), serta parasit
penyebab koksidiosis (Eimeria tenella, E. necatrix dan E.
acervulina).

Kontraindikasi Tidak diberikan 5 hari sebelum unggas dipotong untuk


dikonsumsi

Dosis Sediaan 250 gram


Dosis Anjuran 1 gram / 2 liter air minum atau 0,1 gram /kg BB

Rute Oral (campur air minum)


Frekuensi 5 – 7 hari pemberian

Mekanisme Doxocyline bekerja sebagai antibiotik bakteriostatik dengan


kerja menghambat sintesa protein dengan secara reversibel
berikatan ke subunit ribososm 30S dan 50S (Plumb, 2008).
Dosis Jumlah ayam = 3100 ekor
Pemberian
Kebutuhan air minum (liter/1000 ekor) = 270 liter

Kebutuhan air minum ayam PT Inti Tani Satwa

3100× 270
=
1000

= 837 liter

= 418,5 liter / pemberian

¿ 500 liter / pemberian ( setengah tandon 1000 l)

( 2 kali pemberian, pagi dan siang hari)

1 gram× 450 liter


Dosis Pemberian =
2 liter

= 250 gram / pemberian

= 1 bungkus sedian 250 gram / pemberian

Kebutuhan 7 hari = 1 x 2 kali pemberian x 7 hari

= 14 bungkus sediaan 250 gram


Gambar

c. Vitamin
Jenis Obat Multivitamin (Vitamin A, B Kompleks, C, D, E, dan K) dan
Elektrolit
Nama paten Vita Stress
Indikasi Vita Stress akan menggantikan elektrolit yang diekskresikan
tinggi selama stres untuk mendapatkan kondisi yang optimal
dan penambahan vitamin akan meningkatkan metabolisme.
Kombinasi vitamin dan elektrolit juga membantu
mempercepat pemulihan setelah sakit dan pemberian
antibiotik.

Kontraindikasi Tidak Ada


Dosis Sediaan 5, 10, 50, 100 dan 250 gram
Dosis Anjuran 1 gram / 2 liter air minum
Rute Oral (campur air minum)
Frekuensi 7 – 10 hari pemberian
Mekanisme Vitamin A, D, E dan C berperan dalam sistem imunitas
kerja tubuh unggas melalui berbagai mekanisme. Vitamin A
berperan dalam imunitas pada sel epitel, vitamin D berperan
dalam efek antiinflamasi, vitamin E berperan se sebagai
antioksidan dan antiinflamasi serta mengstimulasi pelepasan
antibodi sebagai respon terhadap vaksinasi, serta vitamin C
sebagai antioksidan dan antiinflamasi pada kondisi stres
oksidatif, infeksi dan inflamasi (Shojadoost et al., 2021).
Vitamin K berfungsi dalam proses pembentukan kofaktor
pembekuan darah. Vitamin B kompleks berperan dalam
membantu metabolisme tubuh (Saputra et al., 2016).
Dosis Jumlah ayam = 3100 ekor
Pemberian Kebutuhan air minum (liter/1000 ekor) = 270 liter

Kebutuhan air minum ayam PT Inti Tani Satwa

3100× 270
=
1000

= 837 liter

= 418,5 liter / pemberian

¿ 500 liter / pemberian ( setengah tandon 1000 l)

( 2 kali pemberian, pagi dan siang hari)

1 gram× 450 liter


Dosis Pemberian =
2 liter

= 250 gram / pemberian

= 1 bungkus sedian 250 gram / pemberian

Kebutuhan 7 hari = 1 x 2 kali pemberian x 7 hari

= 14 bungkus sediaan 250 gram


Gambar
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Infectious laryngotracheitis (ILT) merupakan penyakit akut pada ayam yang ditandai
dengan gejala khas pada saluran pernafasan, kesulitan bernafas dan keluarnya eksudat
berdarah. Penyebab ILT adalah virus herpes, berbentuk kuboid beramplop, peka terhadap
ether, dan memiliki inti DNA. Tanda klinis dengan adanya kesulitan bernafas dan keluarnya
cairan mukus berdarah adalah khas untuk bentuk penyakit ILT parah. Tidak ada obat yang
berhasil guna dalam menurunkan keparahan ataupun mengurangi gejala penyakit.

4.2 Saran
Perlunya perbaikan penerapan biosecurity yang ketat dan disiplin agar serangan
Infectious laryngotracheitis (ILT) benar-benar bisa dicegah
DAFTAR PUSTAKA

Garcia, Maricarmen. 2022. Infectious Laryngotracheitis in Poultry. MSD Veterinary Manual.


1-5.
Gowthaman, Vasudevan, Sachin Kumar , Monika Koul, Urmil Dave, T. R. Gopala Krishna
Murthy, Palanivelu Munuswamy, Ruchi Tiwari, Kumaragurubaran Karthik, Kuldeep
Dhama, Izabela Michalak dan Sunil K. Joshi. 2020. Infectious laryngotracheitis:
Etiology, epidemiology, pathobiology, and advances in diagnosis and control – a
comprehensive review. Veterinary Quarterly. 40 (1) : 140–161.
Hidalgo H. 2003. Infectious Laryngotracheitis: A Review. Brazilian Journal of Poultry
Science. 5 (3) : 157-168.
Plumb, D.C. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook 6th ed. PharmaVet Inc : Stolkholm.
Retno, Diyanti F., Lilis Lestariningsih, Budi Purwanto dan Suwadi Hartono. 2015. Penyakit-
Penyakit Penting Pada Ayam. Medion: Bandung.
Saputra, D.R., T. Kurtini, dan Erwanto. 2016. Pengaruh Pemberian Feed Aditif dalam
Ransum dengan Dosis yang berbeda terhadap Bobot Telur dan Nilai Haugh Unit (HU)
Telur Ayam Ras. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 4(3): 230-236.
Shojadoost, B., A. Yitbarek, M. Alizadeh, R.R. Kulkrani, J. Astill, N. Boodhoo dan S. Sharif.
2021. Immunology, Health, and Disease, Centennial Review: Effeccts of Vitamins A,
D, E, and C on the chicken immune system. Poultry Scinece, 100(4): 1 -17.
Supranto, Sigit Agil Tri. 2005. Penanganan Penyakit Ilt (Infectious Laryngotracheitis) Pada
Ayam Petelur Di Rahmat Farm, Srengat, Blitar. [TUGAS AKHIR]. Universitas
Airlangga : Nganjuk.
Syibli, Muhammad, Sigit Nurtanto, Nilma Lubis, Syafrison, Siti Yulianti, Dhony Kartika,
Chornelly Kusuma, Erlyna Setianingsih, Nurhidayah, Dian Efendi dan Esti Saudah.
2014. Manual Penyakit Uggas. Kementerian Pertanian: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai