Nama Anggota :
Tomi Firmansyah
Faesal Armansyah
M.Fadli Anansyah
Reza Ergi Maulana
Gilang Haritsah
Aditya Yahya
Jufri Darmawansyah
Dwipa Anzhori
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit Newcastle
Disease/ ND pada Ternak Ayam “, dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Ternak.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Penyakit Newcastle
Disease/ ND pada Ternak Ayam “,bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUISTAKA.................................................................................3
2.1 Sejarah Penyakit ND..................................................................................................3
2.2 Tanda Penyakit............................................................................................................4
2.3 Penularan dan Kematian.............................................................................................7
2.4 Kerusakan Organ.........................................................................................................9
2.5 Pencegahan................................................................................................................10
2.6 Pengobatan.................................................................................................................15
2.7 Prediksi Kesembuhan...............................................................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak
akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan
yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya yang
dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan
penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih
penting dibandingkan pengobatan, (Jahja dan Retno, 1993).Deteksi penyakit hewan
secara dini merupakan bagian terpenting dalam upaya untuk mengantisipasi masuk
dan berkembangnya penyakit-penyakit hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan
bahwa dalam menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium)
Veteriner di Indonesia harus dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya
mendeteksi penyakit hewan secara dini.
Kesehatan Ternak Kesehatan ternak merupakan hal yang sangat penting bagi
peternakan dan industri pertanian. Ternak yang sehat akan menghasilkan produksi
yang lebih baik dan memberikan manfaat ekonomi bagi peternak dan konsumen.
Oleh karena itu, kesehatan ternak harus diperhatikan dan dikelola dengan baik.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesehatan ternak adalah lingkungan.
Lingkungan yang bersih dan nyaman akan membantu ternak untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Peternak harus memastikan bahwa lingkungan ternak
selalu dalam keadaan bersih dan dalam kondisi yang baik, termasuk memastikan
bahwa air dan makanan ternak selalu dalam kondisi bersih. Nutrisi juga merupakan
faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak. Ternak harus menerima asupan
nutrisi yang seimbang dan tepat agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik termasuk memastikan bahwa ternak menerima makanan berkualitas tinggi
dan makanan tambahan yang dibutuhkan.
Penyakit Newcastle Disease (ND) atau Tetelo merupakan masalah yang sering
dijumpai dalam industri peternakan unggas di Indonesia.ND adalah penyakit menular
akut yang menyerang ayam dan unggas lainnya, menyebabkan gejala klinis seperti
gangguan pernafasan, pencernaan, syaraf, dan mortalitas tinggi.Penyakit ini
disebabkan oleh virus NDV dan dapat menyebabkan kerugian besar bagi
1
peternak.Peternak ayam perlu waspada dan siaga terhadap penyakit ini dan
memahami penyebab, gejala, cara mengobati, dan cara mencegahnya.
1.3 Tujuan
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih
dalam mengenai sejarah,penyebab, gejala, cara mengobati, dan cara mencegah penyakit
ND.
2
BAB II
TINJAUAN PUISTAKA
Penyakit ND pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di Jawa, Indonesia oleh
Kreneveld namun pada saat itu penyakit ini diberi nama pesudovogolpest. Lalu satu
tahun kemudian yaitu tahun 1927 penyakit yang sama ditemukan pula oleh Doyle di
Newcastle upon Tyne, Inggris dan diberi nama sesuai dengan tempat ditemukannya
yaitu Newcastle Disease (Dirjen Peternakan, 2014) Karena publikasinya lebih hebat
di Inggris sehingga nama Newcastle Disease lebih terkenal disbanding dengan nama
lokal lainnya. Di India, penyakit ini dikenal dengan nama Rhaniket Disease, yang
diambil dari nama sebuah kota di bagian Utara India (Soeharsono, 2005)
Penyakit ini dikenal juga dengan nama pseudofowl pest, pseudovogel pest,
atypishe geflugelpest, pseudopoultry plaque, avian pest, avian distemper, Rhaniket
Disease, tetelo Disease, Korean fowl plaque dan avian pneumoencephalitis (Tabbu,
2000)
3
Secara teknik, penyakit ND pada unggas dapat dikendalikan dengan baik
melalui vaksinasi untuk melindungi unggas dari serangan virus ND. Di daerah
endemic, seperti di Indonesia, pengendalian penyakit ini sangat sulit untuk dilakukan,
karena jenis unggas yang membawa virus ND sangat banyak termasuk burung liar.
Sehingga keberhasilan pengendalian terhadap penyakit ini tergantung dari
pelaksanaan vaksinasinya (Soeharsono, 2005).
Pada infeksi alami, masa inkubasi ND berkisar antara 2-15 hari (rata-rata 5-6
hari). Kecepatan timbulnya gejala bervariasi tergantung dari galur virus ND, jenis
unggas, status kekebalan, adanya infeksi campuran dengan organisme lain, factor
lingkungan, rute infeksi dan dosis virus (Tabbu, 2000)
4
2) Bentuk Penyakit dari Beach
Merupakan penyakit akut yang besifat fatal pada ayam semua umur,
penyakit oni dilaporkan oleh Beach pada tahun 1942 dan 1946. Gejala
respirasi dan syaraf lebih menonjol daripada bentuk velogenik
viscerotropik. Bentuk penyaklit ini merupakan manifestasi dari strain
velogenik-neurotropik (VNND), yang disebabkan oleh strain velogenik
type Amerika. Gejala pernafasan seperti pada bentuk yang pertama,
sedang gejala syaraf seperti kelumpuhan dan torticolis lebih banyak
terjadi, Cyanosis pada pial dan balung juga terlihat dengan jelas. Produksi
telur turun, sedangkan mortalitas 60 - 80%.
3) Bentuk Penyakit dari Beaudette
Merupakan penyaklit pernafasan akut dan kadang menyerang
system syaraf pada ayam umur muda, penyakit ini pertama kali
ditemukan oleh Beaudette dan Beach pada tahun 1946. Bentuk penyakit
ini disebabkan oleh strain mesogenik. Gejala seperti batuk, sesak nafas,
megap-megap dan penurunan produksi telur adalah gejala yang menonjol
pada ayam dewasa. Angka kematian mencapai 10% pada anak ayam,
sedangkan yang sembuh pertumbuhannya terganggu. Kematian pada
ayam dewasa jarang terjadi. Pada ketiga bentuk di atas, telur ayam yang
dihasilkan akan mengalami kelainan bentuk dan daya tetasnya sanyat
rendah.
4) Bentuk Penyakit dari Hitchner
Bentuk ini dilaporkan oleh Hitchner dan Johson tahun 1948 dan
1950, yang merupakan manifestasi dari strain lentogenik. Kelihatan gejala
respirasi yang ringan dan penurunan produksi telur. Gejala syaraf
biasanya tidak ada. Tidak menimbulkan kematian pada ayam dewasa
maupun anak ayam.
5
(Fadilah dan Polana, 2011) menambahkan satu lagi bentuk penyakit yaitu
bentuk penyakit yang bersifat asymptomatic enteric atau apathogenic yaitu tidak
menyebabkan sakit dan tidak ada gejala klinis. Untuk mengetahui adanya penyakit
bentuk ini harus melalui pemeriksaan laboratorium.
a b
(Sumber : http://www.poultryclubsa.co.za/newcastle-disease-ncd-2/ ,
http://www.slideshare.net/ossamamotawae/newcastle-disease-photo-session)
c d e
6
Perubahan produksi telur yang disebabkan oleh strain virus Velogenik dan
Mesogenik: c) Telur berwarna putih karena kekurangan pigmen, d) Permukaan telur
kasar, e) Kerabang telur rapuh dan mudah pecah
(Sumber :
http://www.poultrymed.ir/atlases/avian-atlas/search/examfinding/246.html)
Penularan dari satu tempat ke tempat lain dapat terjadi melalui alat
transportasi dimana jika alat transportasi telah membawa unggas yang terinfeksi virus
ND dari satu kandang kemudian alat transportasi tersebut digunakan lagi untuk
mengangkut unggas sehat dari kandang lain tanpa disterilkan terlebih dahulu dapat
menyebabkan unggas yang sehat tersebut terinfeksi karena virus ND dapat menempel
pada bagian-bagian alat transportasi dan masuk ke dalam tubuh unggas yang sehat
melalui saluran pernapasan atau pencernaannya. Ayam yang tertular ND akan
megeluarkan virus melalui alat pernapasannya 1-2 hari setelah infeksi. Selain melalui
alat transportasi, penularan dari satu tempat ke tempat lain juga dapat terjadi melalui
pekerja kandang. Pakaian dan tubuh pekerja harus disterilkan sebelum maupun
sesudah masuk ke dalam kandang agar virus pada unggas yang menempel pada
pakaian atau tubuh hilang sehingga tidak menular pada unggas sehat di kandang
lainnya. Debu kandang dan angin yang membawa virus ND juga dapat menyebabkan
7
terjadinya penularan. Penyebaran virus ND oleh angin bisa mencapai radius 5 km
(Rahayu dkk, 2008) Penularan juga dapat terjadi melalui serangga dan burung yang
merupakan reservoir ND. Makan dan karung pakan yang telah tercemar virus ND
juga merupakan sumber penularan ND dari satu tempat ke tempat lain.
Penularan dari satu hewan ke hewan lain dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan hewan yang sakit, hasil seksresi dan ekresi hewan yang sakit seperti
cairan mata, hidung, mulut dan ekskreta. Dapat pula melalui bangkai unggas yang
terinfeksi virus ND. Virus yang tercampur lendir atau dalam feses dan urine mampu
bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan kering tahan labih lama lagi (Rahayu dkk,
2008) Demikian pula virus yang mencemari litter dan perlengkapan kandang dan lain
juga merupakan sumber penularan yang penting. Apabila tersembunyi di dalam
tumpukan gabah kering (litter), virus ND bisa bertahan sampai lebih dari dua bulan
(Dirjen Peternakan, 2014)
Penularan dari hewan ke manusia juga dapat terjadi namun jarang dan bersifat
ringan. Penularan dapat terjadi melalui udara yang terhirup melalui saluran
pernapasan saat bekerja di Laboratorium ketika memeriksa penyakit ini atau saat
memberikan vaksin berupa vaksin aerosol pada unggas atau pekerja kandang yang
menghirup debu yang tercemar virus ND (Soeharsono, 2005)
Tingkat kematian dari penyakit ND dapat mencapai 100%. Unggas yang telah
mati harus dikubur atau dibakar untuk mencegah kontak dengan unggas lain yang
dapt menyebabkan terjadinya penularan.
8
2.4 Kerusakan Organ
f g h
(Sumber: http://www.thepoultrysite.com/publications/6/diseases-of
poultry/199/newcastle-disease/)
9
I j
i) Peradangan ovarium, j) Perbesaran limfa
(Sumber : http://www.bkpgorontalo.org/?option=detail&id=808,
http://nexusacademicpublishers.com/table_contents_detail/13/201/html)
2.5 Pencegahan
10
Vaksinasi juga diharapkan dapat menekan penyebaran virus (shedding) dan kematian
ayam yang peka terhadap infeksi virus penyakit (Machdum, 2009)
Vaksin ND dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bentuk aktif dan
inaktif. Vaksin aktif berisi virus yang telah dilemahkan sehingga tidak mengganggu
kesehatan ayam. Yang tergolong vaksin jenis ini adalah vaksin ND strain F (daya
kekebalan 3 bulan) dan Kumarov (daya kekebalan 6 bulan). Sedangkan vaksin inaktif
berisi virus yang sudah mati, dengan daya kekebalan yang sedikit lebih singkat yaitu
sekitar 2 bulan. Vaksin inaktif biasanya diberikan pada ayam-ayam dengan jumlah
sedikit dan berumur muda. Vaksin aktif harus disimpan di tempat dengan suhu rendah
(lemari es/termos es) dan sisa pemakaian tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan
vaksin inaktif cukup disimpan di tempat teduh atau tidak terkena sinar matahari
secara langsung.
Berikut adalah beberapa contoh jenis vaksin ND (Fadilah dan Polana, 2004) :
11
1) Mukteswar strain, bersifat patogenik dan digunakan secara terbatas
pada ayam yang sebelumnya telah divaksin dengan salah satu
vaksin lentogenic.
2) Hardfordshire (H) dan komorov (K) strains, dibuat dari strain yang
kurang patogenik dari Mukteswar strain. Strain H digunakan
dengan cara subcutaneous atau intramuscular.
3) Roakin strain, vaksin ini sering disebut dengan wing-web-vaccines.
Strain ini tidak bisa digunakan pada ayam muda karena masih
memiliki kekebalan dari induknya (maternal immunity). Vaksin ini
sebaiknya diberikan pada ayam yang sudah berumur delapan
minggu.
12
Penggunaan vaksin ND strain F dapat diberikan pada ayam
umur 2 bulan melalui tetes mata ataupun hidung sebanyak 1
tetes, dapat juga melalui mulut sebanyak 2 tetes
b) Cara pemakaian vaksin ND strain K
Selain menggunakan strain F, ayam yang berumur 2 bulan juga
bisa divaksin menggunakan strain K melalui injeksi (suntikan)
di bagian intramuscular (otot) dada atau paha. Satu ampul
vaksin strain K yang mengandung dosis 100 dilarutkan dalam
100 ml NaCl phisiologis. Setelah dilarutkan, setiap ayam
disuntik sebanyak 0,5 ml
Ayam umur 4 bulan dapat divaksin dengan strain K melalui
injeksi di bagian instramusculer. Satu ampul vaksin strain K
yang mengandung dosis 100 dilarutkan dalam 100 ml NaCl
phisiologis. Setelah dilarutkan, setiap ayam disuntik sebanyak
1 ml
Pelaksanaan vaksin diulang tiap 4 bulan sekali dengan vaksin
yang sama (strain K)
c) Cara pemakaian Pestos dan Sotasec
Pestos dan Sotasec dapat diberikan pada ayam umur 4 hari
melalui tetes mata atau hidung. Pestos (dosis 100) dilarutkan
dalam 5 ml aquadest dan setiap ekor ayam dapat divaksin
sebanyak 1 tetes. Pada umur 4 minggu vaksin yang sama dapat
diberikan melalui air minum dengan cara melarutkan Pestos
(dosis 100) dalam 1 liter air bersih dan diberikan kepada ayam
yang telah dipuasakan selama 2-3 jam sebelumnya.
Untuk ayam umur 4 bulan, vaksinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan Pestos ataupun Sotasec yang diberikan melalui
air minum. Bila menggunakan Pestos, maka vaksin yang
13
memiliki dosis 100 itu dilarutkan dalam 2 liter air bersih.
Sedangkan Sotasec (dosis 100) dapat dilarutkan dalam 4 liter
air bersih. Pelaksanaan vaksinasi dapat diulang tiap 4 bulan
sekali.
14
2) Litter diupayakan tetap kering, bersih dengan ventilasi yang baik.
Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa memindahkan
virus ND. Kandang diusahakan mendapat cukup sinar matahari
3) Menghindari penggunaan karung bekas
4) DOC harus berasal dari perusahaan pembibit yang bebas dari ND
5) Di pintu-pintu masuk disediakan tempat penghapus hamaan, baik untuk
alat transportasi maupun petugas
6) Memberikan pakan yang cukup secara kuantitas maupun kualitas
2.6 Pengobatan
15
timbul. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan suportif untuk mempercepat
kesembuhan jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin (Tabbu, 2000)
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
17
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah dan Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya.
Depok: PT AgroMedia Pustaka
Fadilah dan Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Depok: PT AgroMedia
Pustaka
18
Soeharsono. 2005. Zoonosis; Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia; Volume 2.
Yogyakarta: Kanisius
19