Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“Penyakit Newcastle Disease/ ND pada Ternak Ayam “

Nama Anggota :
Tomi Firmansyah
Faesal Armansyah
M.Fadli Anansyah
Reza Ergi Maulana
Gilang Haritsah
Aditya Yahya
Jufri Darmawansyah
Dwipa Anzhori

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SAMAWA
2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penyakit Newcastle
Disease/ ND pada Ternak Ayam “, dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Ternak.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang “Penyakit Newcastle
Disease/ ND pada Ternak Ayam “,bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Anggi Fitrizia.S.Pt,.M.Si


selaku Dosen Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Ternak.Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

GGS, 9 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUISTAKA.................................................................................3
2.1 Sejarah Penyakit ND..................................................................................................3
2.2 Tanda Penyakit............................................................................................................4
2.3 Penularan dan Kematian.............................................................................................7
2.4 Kerusakan Organ.........................................................................................................9
2.5 Pencegahan................................................................................................................10
2.6 Pengobatan.................................................................................................................15
2.7 Prediksi Kesembuhan...............................................................................................16
BAB III PENUTUP....................................................................................................17
3.1 Kesimpulan................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu penghambat yang sering dihadapi dalam usaha peternakan adalah
penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian dan tidak lagi beternak
akibat adanya kematian pada ternaknya. Upaya pengendalian penyakit pada
hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan melalui cara pemeliharaan
yang baik, sehingga peternak memperoleh pendapatan secara maksimal. Upaya yang
dilakukan untuk pengendalian penyakit dapat dilakukan melalui usaha pencegahan
penyakit dan atau pengobatan pada ternak yang sakit. Usaha pencegahan dinilai lebih
penting dibandingkan pengobatan, (Jahja dan Retno, 1993).Deteksi penyakit hewan
secara dini merupakan bagian terpenting dalam upaya untuk mengantisipasi masuk
dan berkembangnya penyakit-penyakit hewan di Indonesia. Bahri (1998) menyatakan
bahwa dalam menghadapi era perdagangan bebas, maka Institusi (Laboratorium)
Veteriner di Indonesia harus dapat mengembangkan diri dalam kemampuannya
mendeteksi penyakit hewan secara dini.
Kesehatan Ternak Kesehatan ternak merupakan hal yang sangat penting bagi
peternakan dan industri pertanian. Ternak yang sehat akan menghasilkan produksi
yang lebih baik dan memberikan manfaat ekonomi bagi peternak dan konsumen.
Oleh karena itu, kesehatan ternak harus diperhatikan dan dikelola dengan baik.
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kesehatan ternak adalah lingkungan.
Lingkungan yang bersih dan nyaman akan membantu ternak untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Peternak harus memastikan bahwa lingkungan ternak
selalu dalam keadaan bersih dan dalam kondisi yang baik, termasuk memastikan
bahwa air dan makanan ternak selalu dalam kondisi bersih. Nutrisi juga merupakan
faktor penting dalam menjaga kesehatan ternak. Ternak harus menerima asupan
nutrisi yang seimbang dan tepat agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan
baik termasuk memastikan bahwa ternak menerima makanan berkualitas tinggi
dan makanan tambahan yang dibutuhkan.
Penyakit Newcastle Disease (ND) atau Tetelo merupakan masalah yang sering
dijumpai dalam industri peternakan unggas di Indonesia.ND adalah penyakit menular
akut yang menyerang ayam dan unggas lainnya, menyebabkan gejala klinis seperti
gangguan pernafasan, pencernaan, syaraf, dan mortalitas tinggi.Penyakit ini
disebabkan oleh virus NDV dan dapat menyebabkan kerugian besar bagi

1
peternak.Peternak ayam perlu waspada dan siaga terhadap penyakit ini dan
memahami penyebab, gejala, cara mengobati, dan cara mencegahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu bagaimana sejarah,penyebab,


gejala, cara mengobati, dan cara mencegah penyakit ND ?

1.3 Tujuan

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih
dalam mengenai sejarah,penyebab, gejala, cara mengobati, dan cara mencegah penyakit
ND.

2
BAB II
TINJAUAN PUISTAKA

2.1 Sejarah Penyakit ND

Newcastle Disease atau yang disingkat dengan NCD/ND merupakan suatu


penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus yaitu paramyxovirus yang
menyerang hampir seluruh jenis unggas, baik unggas darat maupun unggas air,
unggas liar maupun unggas yang sudah dibudidayakan.

Penyakit ND pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di Jawa, Indonesia oleh
Kreneveld namun pada saat itu penyakit ini diberi nama pesudovogolpest. Lalu satu
tahun kemudian yaitu tahun 1927 penyakit yang sama ditemukan pula oleh Doyle di
Newcastle upon Tyne, Inggris dan diberi nama sesuai dengan tempat ditemukannya
yaitu Newcastle Disease (Dirjen Peternakan, 2014) Karena publikasinya lebih hebat
di Inggris sehingga nama Newcastle Disease lebih terkenal disbanding dengan nama
lokal lainnya. Di India, penyakit ini dikenal dengan nama Rhaniket Disease, yang
diambil dari nama sebuah kota di bagian Utara India (Soeharsono, 2005)

Penyakit ini dikenal juga dengan nama pseudofowl pest, pseudovogel pest,
atypishe geflugelpest, pseudopoultry plaque, avian pest, avian distemper, Rhaniket
Disease, tetelo Disease, Korean fowl plaque dan avian pneumoencephalitis (Tabbu,
2000)

Sekarang, penyakit ini telah menyebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia,


serta menjadi masalah penting dalam dunia peternakan karena menimbulkan kerugian
ekonomi yang sangat besar karena angka kematian dan kesakitan yang tinggi pada
ayam yang tidak divaksinasi, sedangkan penularan ke manusia jarang dijumpai dan
bilang terinfeksi pun juga akan bersifat ringan. Di Negara yang telah terbebas dari
penyakit ini pun masih harus menanggung kerugian ekonomi.

3
Secara teknik, penyakit ND pada unggas dapat dikendalikan dengan baik
melalui vaksinasi untuk melindungi unggas dari serangan virus ND. Di daerah
endemic, seperti di Indonesia, pengendalian penyakit ini sangat sulit untuk dilakukan,
karena jenis unggas yang membawa virus ND sangat banyak termasuk burung liar.
Sehingga keberhasilan pengendalian terhadap penyakit ini tergantung dari
pelaksanaan vaksinasinya (Soeharsono, 2005).

2.2 Tanda Penyakit

Newcastle disease adalah penyakit yang tersifat kompleks sehingga isolat


strain virus berbeda dapat menimbulkan variasi yang besar dalam derivat keparahan
dari penyakit, termasuk pada spesies unggas yang sama.

Pada infeksi alami, masa inkubasi ND berkisar antara 2-15 hari (rata-rata 5-6
hari). Kecepatan timbulnya gejala bervariasi tergantung dari galur virus ND, jenis
unggas, status kekebalan, adanya infeksi campuran dengan organisme lain, factor
lingkungan, rute infeksi dan dosis virus (Tabbu, 2000)

Berdasarkan strain penyebab, ND dapat dibedakan dalam beberapa bentuk


penyakit, yakni (Dirjen Peternakan, 2014) :

1) Bentuk Penyakit dari Doyle


Merupakan penyakit yang bersifat akut dan fatal pada semua umur
ayam, pertama kali dilaporkan oleh Doyle tahun 1927. Bentuk penyakit
ini merupakan manifestasi dari strain velogenik viscerotropik ND
(VVND) yang disebabkan oleh strain velogenik type Asia. Penyakit
ditandai dengan hilangnya nafsu makan, diare yang kadang disertai darah,
lesu, sesak nafas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk, paralysis partialis
atau komplit dan sekali-sekali tortikolis. Produksi telur turun atau terhenti
sama sekali. Warna balung dan pial cyanosis (kebiru-biruan). Angka
kematian 80 - 100%.

4
2) Bentuk Penyakit dari Beach
Merupakan penyakit akut yang besifat fatal pada ayam semua umur,
penyakit oni dilaporkan oleh Beach pada tahun 1942 dan 1946. Gejala
respirasi dan syaraf lebih menonjol daripada bentuk velogenik
viscerotropik. Bentuk penyaklit ini merupakan manifestasi dari strain
velogenik-neurotropik (VNND), yang disebabkan oleh strain velogenik
type Amerika. Gejala pernafasan seperti pada bentuk yang pertama,
sedang gejala syaraf seperti kelumpuhan dan torticolis lebih banyak
terjadi, Cyanosis pada pial dan balung juga terlihat dengan jelas. Produksi
telur turun, sedangkan mortalitas 60 - 80%.
3) Bentuk Penyakit dari Beaudette
Merupakan penyaklit pernafasan akut dan kadang menyerang
system syaraf pada ayam umur muda, penyakit ini pertama kali
ditemukan oleh Beaudette dan Beach pada tahun 1946. Bentuk penyakit
ini disebabkan oleh strain mesogenik. Gejala seperti batuk, sesak nafas,
megap-megap dan penurunan produksi telur adalah gejala yang menonjol
pada ayam dewasa. Angka kematian mencapai 10% pada anak ayam,
sedangkan yang sembuh pertumbuhannya terganggu. Kematian pada
ayam dewasa jarang terjadi. Pada ketiga bentuk di atas, telur ayam yang
dihasilkan akan mengalami kelainan bentuk dan daya tetasnya sanyat
rendah.
4) Bentuk Penyakit dari Hitchner
Bentuk ini dilaporkan oleh Hitchner dan Johson tahun 1948 dan
1950, yang merupakan manifestasi dari strain lentogenik. Kelihatan gejala
respirasi yang ringan dan penurunan produksi telur. Gejala syaraf
biasanya tidak ada. Tidak menimbulkan kematian pada ayam dewasa
maupun anak ayam.

5
(Fadilah dan Polana, 2011) menambahkan satu lagi bentuk penyakit yaitu
bentuk penyakit yang bersifat asymptomatic enteric atau apathogenic yaitu tidak
menyebabkan sakit dan tidak ada gejala klinis. Untuk mengetahui adanya penyakit
bentuk ini harus melalui pemeriksaan laboratorium.

a b

Beberapa gejala klinis penyakit ND : a) Kelumpuhan dan leher berputar, b) Kotoran


berwarna kehijauan

(Sumber : http://www.poultryclubsa.co.za/newcastle-disease-ncd-2/ ,
http://www.slideshare.net/ossamamotawae/newcastle-disease-photo-session)

c d e

6
Perubahan produksi telur yang disebabkan oleh strain virus Velogenik dan
Mesogenik: c) Telur berwarna putih karena kekurangan pigmen, d) Permukaan telur
kasar, e) Kerabang telur rapuh dan mudah pecah

(Sumber :
http://www.poultrymed.ir/atlases/avian-atlas/search/examfinding/246.html)

2.3 Penularan dan Kematian

Tingkat penularan penyakit ND dapat mencapai 100%. Penularannya pun


dapat terjadi dari satu tempat ke tempat lain, dari satu hewan ke hewan lain maupun
dari hewan ke manusia. Penularan penyakit dapat terjadi melalui saluran pernapasan
dan pencernaan (Dirjen Peternakan, 2014) Penularan ND terutama melaui udara.
Melalui batuk, virus mudah terlepas dari saluran pernapasan penderita ke udara dan
mencemari pakan, air minum, sepatu, pakaian dan alat-alat sekitarnya.

Penularan dari satu tempat ke tempat lain dapat terjadi melalui alat
transportasi dimana jika alat transportasi telah membawa unggas yang terinfeksi virus
ND dari satu kandang kemudian alat transportasi tersebut digunakan lagi untuk
mengangkut unggas sehat dari kandang lain tanpa disterilkan terlebih dahulu dapat
menyebabkan unggas yang sehat tersebut terinfeksi karena virus ND dapat menempel
pada bagian-bagian alat transportasi dan masuk ke dalam tubuh unggas yang sehat
melalui saluran pernapasan atau pencernaannya. Ayam yang tertular ND akan
megeluarkan virus melalui alat pernapasannya 1-2 hari setelah infeksi. Selain melalui
alat transportasi, penularan dari satu tempat ke tempat lain juga dapat terjadi melalui
pekerja kandang. Pakaian dan tubuh pekerja harus disterilkan sebelum maupun
sesudah masuk ke dalam kandang agar virus pada unggas yang menempel pada
pakaian atau tubuh hilang sehingga tidak menular pada unggas sehat di kandang
lainnya. Debu kandang dan angin yang membawa virus ND juga dapat menyebabkan

7
terjadinya penularan. Penyebaran virus ND oleh angin bisa mencapai radius 5 km
(Rahayu dkk, 2008) Penularan juga dapat terjadi melalui serangga dan burung yang
merupakan reservoir ND. Makan dan karung pakan yang telah tercemar virus ND
juga merupakan sumber penularan ND dari satu tempat ke tempat lain.

Penularan dari satu hewan ke hewan lain dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan hewan yang sakit, hasil seksresi dan ekresi hewan yang sakit seperti
cairan mata, hidung, mulut dan ekskreta. Dapat pula melalui bangkai unggas yang
terinfeksi virus ND. Virus yang tercampur lendir atau dalam feses dan urine mampu
bertahan dua bulan, bahkan dalam keadaan kering tahan labih lama lagi (Rahayu dkk,
2008) Demikian pula virus yang mencemari litter dan perlengkapan kandang dan lain
juga merupakan sumber penularan yang penting. Apabila tersembunyi di dalam
tumpukan gabah kering (litter), virus ND bisa bertahan sampai lebih dari dua bulan
(Dirjen Peternakan, 2014)

Ayam yang menderita penyakit ini akan menghasilkan telur yang


mengandung virus ND, sehingga telur yang mengandung virus tersebut tidak akan
bisa menetas (Agus, 1992)

Penularan dari hewan ke manusia juga dapat terjadi namun jarang dan bersifat
ringan. Penularan dapat terjadi melalui udara yang terhirup melalui saluran
pernapasan saat bekerja di Laboratorium ketika memeriksa penyakit ini atau saat
memberikan vaksin berupa vaksin aerosol pada unggas atau pekerja kandang yang
menghirup debu yang tercemar virus ND (Soeharsono, 2005)

Tingkat kematian dari penyakit ND dapat mencapai 100%. Unggas yang telah
mati harus dikubur atau dibakar untuk mencegah kontak dengan unggas lain yang
dapt menyebabkan terjadinya penularan.

8
2.4 Kerusakan Organ

Kerusakan organ yang disebabkan oleh penyakit ND diantaranya nekrosis


(kematian jaringan) dan pendarahan pada mukosa usus, pendarahan pada sekal tonsil
(percabangan usus buntu), petekhi yaitu pendarahan yeng menimbulkan bintik-bintik
darah pada proventrikulus dan peradangan ovarium. Folikel ovarium mengalami
hemoragik, membubur dan degeneratif. Organ-organ reproduksi lainnya mengalami
hemoragik dan perubahan warna menjadi pucat (Tabbu, 2000) Terganggunya saluran
reproduksi ini menyebabkan produksi telur juga terganggu.

f g h

f) Pendarahan pada sekal tonsil (percabangan usus buntu), g) petekhi pada


proventrikulus, h) nekrosa pada usus

(Sumber: http://www.thepoultrysite.com/publications/6/diseases-of
poultry/199/newcastle-disease/)

9
I j
i) Peradangan ovarium, j) Perbesaran limfa

(Sumber : http://www.bkpgorontalo.org/?option=detail&id=808,
http://nexusacademicpublishers.com/table_contents_detail/13/201/html)

2.5 Pencegahan

Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi terhadap peralatan


kandang dan pekerja, penyemprotan kandang dengan desinfektan juga perlu
dilakukan minimal sebulan sekali, unggas yang terinfeksi harus segera dipisahkan
agar tidak menyebabkan penularan pada unggas sehat. Selain itu, pencegahan yang
dapat dilakukan yaitu dengan pemberian tambahan vitamin dan untuk meningkatkan
nafsu makan sehingga daya tahan tubuh unggas meningkat untuk melawan virus ND
serta pemberian antibiotic untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dapat pula
disediakan pemanas tambahan dalam kandang (Dirjen Peternakan. 2014)

Pencegahan yang paling efektif dalam menanggulangi Newcastle Disease


adalah dengan vaksinasi yang teratur sesuai dengan program yang dianjurkan.

Manfaat melakukan vaksinasi terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus


adalah mencegah kerugian ekonomi yang diakibatkan terjadinya kasus penyakit yaitu
dengan menekan kematian, gangguan pertumbuhan dan penurunan produksi telur.

10
Vaksinasi juga diharapkan dapat menekan penyebaran virus (shedding) dan kematian
ayam yang peka terhadap infeksi virus penyakit (Machdum, 2009)

Vaksin ND dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu bentuk aktif dan
inaktif. Vaksin aktif berisi virus yang telah dilemahkan sehingga tidak mengganggu
kesehatan ayam. Yang tergolong vaksin jenis ini adalah vaksin ND strain F (daya
kekebalan 3 bulan) dan Kumarov (daya kekebalan 6 bulan). Sedangkan vaksin inaktif
berisi virus yang sudah mati, dengan daya kekebalan yang sedikit lebih singkat yaitu
sekitar 2 bulan. Vaksin inaktif biasanya diberikan pada ayam-ayam dengan jumlah
sedikit dan berumur muda. Vaksin aktif harus disimpan di tempat dengan suhu rendah
(lemari es/termos es) dan sisa pemakaian tidak dapat digunakan lagi. Sedangkan
vaksin inaktif cukup disimpan di tempat teduh atau tidak terkena sinar matahari
secara langsung.

Berikut adalah beberapa contoh jenis vaksin ND (Fadilah dan Polana, 2004) :

a. Strain Lentogenic (B1-Type)


1) F strain, vaksin ini memiliki tingkat keganasan paling rendah dari
strain lentogenic yang ada, dan paling efektif jika dilakukan secara
individu.
2) B1 strain (hitchner), vaksin ini lebih efektif dari F strain.
Aplikasinya dilakukan melalui air minum atau disemprotkan.
Pemberian vaksin ini biasanya dilakukan pada DOC, kemudian
diikuti dengan vaksin tipe la sota pada umur 10-14 hari.
3) La sota strain, salah satu strain yang sering digunakan untuk
vaksin. Aplikasinya dilakukan dengan cara disemprotkan (spray)
dan bisa digunakan untuk vaksin pertama atau booster.
b. Strain Mesogenik

11
1) Mukteswar strain, bersifat patogenik dan digunakan secara terbatas
pada ayam yang sebelumnya telah divaksin dengan salah satu
vaksin lentogenic.
2) Hardfordshire (H) dan komorov (K) strains, dibuat dari strain yang
kurang patogenik dari Mukteswar strain. Strain H digunakan
dengan cara subcutaneous atau intramuscular.
3) Roakin strain, vaksin ini sering disebut dengan wing-web-vaccines.
Strain ini tidak bisa digunakan pada ayam muda karena masih
memiliki kekebalan dari induknya (maternal immunity). Vaksin ini
sebaiknya diberikan pada ayam yang sudah berumur delapan
minggu.

Setiap pabrik pembuat vaksin memberikan beberapa petunjuk mengenai cara


pemberian vaksin ND yang diproduksinya. Kadang-kadang petunjuk pemakaian
vaksin ND antara pabrik satu dengan pabrik yang lain tidak sama karena memiliki
metode dan bahan pembuat yang berbeda sehingga cara pemakaiannya juga berbeda
(Abdul, 1993)

a) Cara pemakaian vaksin ND strain F


 Ayam umur 3-4 hari diberi vaksin strain F dengan meneteskan
pada mata atau mulut sebanyak 1 tetes. Satu ampul yang berisi
50 dosis dilarutkan dengan 3 ml larutan garam phisiologis
(NaCl phisiologis)
 Strain F juga digunakan untuk ayam umur 4 minggu melalui
tetes mata atau lubang hidung sebanyak 1 tetes atau bisa juga
pada mulut sebanyak 2 tetes. Jumlah pelarutan sama seperti
ayam umur 3-4 hari

12
 Penggunaan vaksin ND strain F dapat diberikan pada ayam
umur 2 bulan melalui tetes mata ataupun hidung sebanyak 1
tetes, dapat juga melalui mulut sebanyak 2 tetes
b) Cara pemakaian vaksin ND strain K
 Selain menggunakan strain F, ayam yang berumur 2 bulan juga
bisa divaksin menggunakan strain K melalui injeksi (suntikan)
di bagian intramuscular (otot) dada atau paha. Satu ampul
vaksin strain K yang mengandung dosis 100 dilarutkan dalam
100 ml NaCl phisiologis. Setelah dilarutkan, setiap ayam
disuntik sebanyak 0,5 ml
 Ayam umur 4 bulan dapat divaksin dengan strain K melalui
injeksi di bagian instramusculer. Satu ampul vaksin strain K
yang mengandung dosis 100 dilarutkan dalam 100 ml NaCl
phisiologis. Setelah dilarutkan, setiap ayam disuntik sebanyak
1 ml
 Pelaksanaan vaksin diulang tiap 4 bulan sekali dengan vaksin
yang sama (strain K)
c) Cara pemakaian Pestos dan Sotasec
 Pestos dan Sotasec dapat diberikan pada ayam umur 4 hari
melalui tetes mata atau hidung. Pestos (dosis 100) dilarutkan
dalam 5 ml aquadest dan setiap ekor ayam dapat divaksin
sebanyak 1 tetes. Pada umur 4 minggu vaksin yang sama dapat
diberikan melalui air minum dengan cara melarutkan Pestos
(dosis 100) dalam 1 liter air bersih dan diberikan kepada ayam
yang telah dipuasakan selama 2-3 jam sebelumnya.
 Untuk ayam umur 4 bulan, vaksinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan Pestos ataupun Sotasec yang diberikan melalui
air minum. Bila menggunakan Pestos, maka vaksin yang

13
memiliki dosis 100 itu dilarutkan dalam 2 liter air bersih.
Sedangkan Sotasec (dosis 100) dapat dilarutkan dalam 4 liter
air bersih. Pelaksanaan vaksinasi dapat diulang tiap 4 bulan
sekali.

Sebelum melakukan vaksinasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,


yaitu (Abdul, 1993):

 Hanya dilakukan pada ayam yang sehat


 Dilakukan serentak pada ayam
 Vaksin yang sudah dicampur dengan pelarut hanya mempunyai umur
pemakaian 4 jam saja
 Penggunaan vaksin disesuaikan dengan umur ayam
 Pada waktu melakukan vaksinasi, hindari cahaya matahari langsung atau
pemanas
 Gunakan tempat minum dan air minum yang bersih dan tidak mengandung
Klor atau zat-zat yang mematikan virus
 Pengangkutan dan penyimpanan vaksin tetap dalam keadaan dingin
 Untuk menghindari stress pada ayam dapat diberikan obat anti stress
 Sisa-sisa vaksin dibuang di tempat yang aman

Tindakan pencegahan selain vaksinasi adalah sanitasi. Hal-hal yang perlu


diperhatikan, antara lain (Rahayu dkk, 2008) :

1) Sebelum kandang dipakai, kandang dibersihkan kemudian dilabur dengan


kapur yang dibubuhi NaOH 2%. Desinfeksi kandang dilakukan secara
fumigasi dengan menggunakan fumigant berupa formalin 1 – 2% dan
KMnO4, dengan perbandingan 1 : 5000

14
2) Litter diupayakan tetap kering, bersih dengan ventilasi yang baik.
Bebaskan kandang dari hewan-hewan vektor yang bisa memindahkan
virus ND. Kandang diusahakan mendapat cukup sinar matahari
3) Menghindari penggunaan karung bekas
4) DOC harus berasal dari perusahaan pembibit yang bebas dari ND
5) Di pintu-pintu masuk disediakan tempat penghapus hamaan, baik untuk
alat transportasi maupun petugas
6) Memberikan pakan yang cukup secara kuantitas maupun kualitas

Tindakan pengendalian untuk menekan penularan penyakit ND sangat


diperlukan. Tindakan-tindakan tersebut, antara lain meliputi (Sisca, 2008): ayam yang
mati karena ND harus dibakar atau dikubur, ayam penderita yang masih hidup harus
disingkirkan, disembelih dan daging bisa diperjualbelikan dengan syarat harus
dimasak terlebih dahulu dan sisa pemotongan harus dibakar atau dikubur, lalu lintas
ayam ditutup, baik dalam keadaan mati atau hidup bagi peternakan yang terkena
wabah ND, kecuali untuk kepentingan diagnosis, larangan menetaskan telur dari
ayam penderita ND dan izin menetaskan telur harus dicabut selama masih ada wabah
ND pada perusahaan pembibit, penyakit ND dianggap lenyap dari peternakan setelah
2 bulan dari kasus terahir atau 1 bulan dari kasus terakhir yang disertai tindakan
penghapus hamaan

Tindakan pencegahan tidak dilakukan secara khusus terhadap manusia karena


bersifat ringan dan jarang dijumpai (Soeharsono, 2005)

2.6 Pengobatan

Sampai sekarang belum ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini.


Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk saat ini yaitu melalui pencegahan dan
memberikan asupan gizi yang baik untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya.
Pemberian antiobiotik/antibakteri bertujuan untuk mengobati infeksi sekunder oleh
bakteri. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan jenis infeksi sekunder yang

15
timbul. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan suportif untuk mempercepat
kesembuhan jaringan yang rusak dengan pemberian multivitamin (Tabbu, 2000)

2.7 Prediksi Kesembuhan

Kesembuhan dari penyakit ND sangat tergantung dari daya tahan tubuhnya


sendiri. Itulah sebabnya ayam harus divaksin ND untuk meningkatkan kekebalan
tubuhnya. Peluang kematian bagi ayam yang terinfeksi ND sebesar 98%. Jika ada
yangg lolos (sembuh/tidak mati) pasti akan memiliki daya tahan terhadap penyakit
ND seumur hidupnya (Papaji, 2011)

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit ND merupakan penyakit sangat yang menyerang hampir seluruh


jenis unggas yang disebabkan oleh virus yaitu paramyxovirus. Penyakit ND
merupakan masalah penting bagi dunia peternakan karena telah menyebar di seluruh
dunia. Penyakit ND memiliki mortalitas dan morbiditas yang sangat tinggi,
menyebabkan penurunan produksi telur dan daging serta biaya pengedalian yang
besar. Penyakit ND dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu bentuk penyakit
dari Doyle, Beach, Beaudette dan Hitchner dimana masing-masing bentuk disebabkan
oleh strain virus yang berbeda-beda pula dan memiliki tingkat keganasan dan gejala
klinis yang berbeda.

Penyakit ND belum memiliki obat sehingga satu-satunya cara yang dapat


dilakukan yaitu melalui pencegahan seperti dengan melakukan vaksinasi yang ketat.
Prediksi kesembuhan bagi unggas yang sudah terinfeksi virus ND sangat kecil, yaitu
hanya sebesar 2%.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Dudung. 1993. Budidaya Ayam Bangkok. Yogyakarta: Kanisius

Agus, Bambang. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ayam. Yogyakarta:


Kanisius

Dirjen Peternakan. 2014. Manual Penyakit Unggas. Jakarta. Subdit Pengamatan


Penyakit Hewan, Direktorat Kesehatan Hewan.
wiki.isikhnas.com/images/d/dd/Manual_Penyakit_Unggas.pdf (23 Maret
2015)

Fadilah dan Polana. 2004. Aneka Penyakit pada Ayam dan Cara Mengatasinya.
Depok: PT AgroMedia Pustaka

Fadilah dan Polana. 2011. Mengatasi 71 Penyakit pada Ayam. Depok: PT AgroMedia
Pustaka

Machdum N. 2009.Vaksinasi Mencegah Penyakit yang Disebabkan oleh Virus dalam


Infovet Edisi 174. Jakarta: Gita Pustaka.

Papaji. 2011. Penyakit Tetelo (Newcastle Desease)


http://papaji.forumotion.com/t4882-penyakit-tetelo-newcastle-desease (24
Maret 2015)

Rahayu dkk. 2008 Penyakit Viral (ND, IBD & Marek’s)


http://imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/03/PENYAKIT-VIRAL-
UNGGAS.doc (22 Maret 2015)

Sisca, Margareta. 2008. Newcastle Disease Virus.


https://mikrobia.wordpress.com/2008/05/16/newcastle-disease-virus/ (22
Maret 2015)

18
Soeharsono. 2005. Zoonosis; Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia; Volume 2.
Yogyakarta: Kanisius

Tabbu, C.R.2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya: Penyakit Bakterial,


Mikal, dan Viral. Yogyakarta: Kanisius

19

Anda mungkin juga menyukai