Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU KESEHATAN TERNAK


“ PENYAKIT PADA TERNAK RUMINANSIA DAN NON
RUMINANSIA”

Dosen Pengampu :
1. Neli Definiati,SP.MP
2. Lezita Malianti,S.Pt,M.Ling

Disusun Oleh :
Ruwanda Harai (2154231055)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Ilmu
Kesehatan Ternak yang berjudul “Penyakit Pada Ternak Ruminansia Dan Non
Ruminansia” Laporan praktikum ini dibuat guna untuk memenuhi tugas pada
mata pelajaran Ilmu Kesehatan Ternak, mengenai Penyakit. Pada kesempatan
ini tak lupa pula penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada Bunda Neli
Definiati,SP.MP dan Bunda Lezita Malianti,S.Pt,M.Ling selaku pada mata
kuliah Ilmu Kesehatan Ternak.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Praktikum ini masih terdapat


banyak kekurangan maupun kesalahan baik itu dari segi penyusunan, isi
pembahasan, serta bahasa yang digunakan. Semoga dengan adanya laporan
praktikum ini akan memberikan banyak manfaat bagi pembaca serta laporan
praktikum ini bisa dijadikan sebagai referensi untuk laporan praktikum
selanjutnya.

Bengkulu, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................
1.3 Manfaat Praktikum.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Penyakit Jembrana pada sapi.........................................................................
2.2 Penyakit Tetelo/ Newcastle Disease..............................................................
BAB III MATERI DAN METODE.........................................................................
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum.......................................................................
3.2 Materi.............................................................................................................
3.3 Metode............................................................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................
4.1 Penyakit Jembrana Pada Sapi.........................................................................
4.2 Penyakit Newcastle Disease (ND)/Tetelo....................................................11
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................14
5.1 Kesimpulan..................................................................................................14
5.2 Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
Lampiran................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pemeliharaan ternak , salah satu penghambat yang sering


dihadapi adalah penyakit. Bahkan tidak jarang peternak mengalami kerugian
dan tidak lagi beternak akibat adanya kematian pada ternaknya. Penyakit yang
dapat menyerang ternak itu berasar dari berbagai mikroorganisme misalnya
seperti virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat menyerang ternak
ruminansia dan ternak unggas. Penyakit ternak ruminansia yang disebabkan
oleh virus adalah penyakit jembrana sedangkan pada ternak unggas adalah
penyakit tetelo.
Penyakit Jembrana merupakan salah satu penyakit viral akut yang
disebabkan oleh virus Jembrana. Virus jembrana termasuk salah satu dari
anggota genus lentivirus. Virus penyakit Jembrana (JDV) menyerang pada sapi
terutama pada sapi Bali. Pernyakit Jembrana memiliki tingkat kematian yang
tinggi, mencapai 98% (Ramachandran, 1996), masa inkubasi yang singkat yakni
5-12 hari (Soeharsono et al.,1995) dan keberadaan virus yang masih terdeteksi 2
tahun setelah sapi dinyatakan sembuh (Soeharsono et al.,1990).
Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu
penyakit infeksius yang penting dalam industri peternakan. Penyakit tetelo ini
secara ekonomi sangat merugikan karena infeksi yang diakibatkan dapat
menyebabkan kematian ayam mencapai 100%. Newcaste disease disebabkan
oleh strain virulen dari Avian Paramyxovirus type 1 (APMV-1) dari genus
Avulavirus, subfamili Paramyxovirina, famili Paramyxoviridae.Virus-virus
Paramyxoyang diisolasi dari spesies unggas sudah diklasifikasi secara serologik
dan dianalisis filogenetikanya dalam sepuluh subtipe yaitu APMV-1 sampai
APMV-10 (Emilia et al., 2015; Adi et al., 2010; Hamid et al., 1991; Ahamed et
al., 2004). Newcastle Disease merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi
industry peternakan unggas (Shunlin et al., 2010). Penyakit tetelo atau
Newcastle Disease dapat menyerang ayam, itik, dan kalkun (Adi et al., 2008).
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan pembuatan makalah ini adalah :


1.Sebagai salah satu tuntutan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Ilmu
Kesehatan Ternak
2.Untuk menambah serta meningkatkan wawasan dan pengetahuan para
pembaca tentang Penyakit Pada Ternak Ruminansia Dan Non Ruminansia

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mengetahui bagaimana penyebaran
penyakit pada ternak yang ada disekitar kita, gejala klinisnya, dan cara
pencegahan penyakit tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyakit Jembrana pada sapi

Penyakit Jembrana atau Jembrana disease virus (JDV), pertama kali


muncul di daerah Sankaragung Bali, Indonesia pada bulan Desember 1964.
Nama Jembrana berasal dari nama Desa yang pertama kali mengalami infeksi
(Adiwinata, 1967). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi akut Lentivirus yang
merupakan anggota family Retroviridae (Kusumawati et al., 2014a). Virus
Jembrana merupakan virus RNA dengan utas tunggal, berbentuk icosahedral
dengan panjang basa 7732 pasang basa (pb) dan bersifat patogen hanya pada
sapi Bali (Kertayadnya et al., 1993). Gejala umum ternak yang terserang
penyakit Jembrana adalah demam tinggi, lymphadenopathy, lymphopenia,
keringat darah dan mucus yang berlebihan pada mulut dan hidung. Kematian
ternak akibat JDV terjadi pada 1 atau 2 minggu setelah infeksi (Wilcox et al.,
1997).
Kepekaan sapi bali terhadap JDV banyak disebutkan sebagai akibat
genetik. Tetapi belum jelas bagian mana dari gen yang berpengaruh, seperti
halnya virus influenza pada tikus yang dipengaruhi oleh allele spesifik dari
genomnya (Eaton and Gray, 1995).
Virus penyakit jembrana (VPJ) merupakan agen penyakit jembrana (PJ)
pada sapi bali (Bos javanicus) yang diidentifikasi sebagai anggota dari famili
retrovirinae (Kertayadnya et al.,1993), subfamili lentiviridae (Chadwick et
al.,1995b), memiliki materi genetik ssRNA polarisasi negatif. Lentivirus
memiliki bentuk bulat kasar dengan diameter 80-100 nm dan diselubungi
partikel amplop yang terdiri atas lapisan lipid ganda organisma. Virus penyakit
Jembrana sensitif terhadap panas, deterjen, dan formaldehid (Goff, 2001).
Genom Virus Penyakit Jembrana terdiri atas 7.732 basa nukleotida. Seperti
halnya genom lentivirus lainnya, genom Virus Penyakit Jembrana memiliki tiga
gen utama atau gen struktural yang menyandi protein penting yaitu gag, pol, dan
env, serta long terminal repeats (LTR) yang merupakan karakter retrovirus
(Chadwick et al., 1995).

2.2 Penyakit Tetelo/ Newcastle Disease

Newcastle Disease disebabkan oleh Paramyxovirus-1 (PMV-1). Virus


termasuk kedalam familia myxovirus. Newcastle Disease merupakan salah satu
penyakit menular yang sangat membahayakan peternak dan bersifat endemik
diseluruh Indonesia (Alexander dan senne, 2008).
Newcastle Disease menyerang unggas semua umur baik yang dipelihara
maupun yang hidup secara liar termasuk berbagai jenis burung. ND juga
menyerang manusia ditandai dengan konjungtivitas yang berlangsung satu hari
dan limfadenitas tetapi segera terjadi penyembuhan (Alexander, 2001).
Penularan ND dapat terjadi dari satu hewan ke hewan lain melalui kontak
dengan hewan yang sakit dan bangkai penderita. Penularan dari satu tempat
ketempat lain dapat terjadi melalui pengangkutan, pekerja kandang, debu, angin,
serangga dan makanan yang tercemar. ( OIE, 2012). Di Indonesia peranan ayam
buras masih menonjol dalam penyebaran ND. Hal ini disebabkan karena sistem
pemeliharaan yang kurang intensif, sehingga sulit untuk di kontrol (Naipospos,
2004).
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan secara mandiri dilingkungan tempat tinggal


sendiri, yaitu pada hari rabu tanggal 25 Januari 2023 pukul 15.00 Wib di desa
padang ulak tanjung.

3.2 Materi
Materi untuk praktikum kali ini tidak banyak hanya memerlukan ternak
sapi dan ayam yang sakit sebagai objek praktikum, dan handphone sebagai alat
untuk perekaman video dan pengambilan foto terhadap ternak yang sakit.

3.3 Metode
Cara kerja untuk praktikum ini sangatlah sederhana yaitu dengan kita
pergi kekandang kemudian kita mengambil foto dan video sebagai dokumentasi
setelah dari kandang kita lanjut membuat laporan praktikum dengan referensi isi
laporan dari jurnal atau artikel yang ada.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penyakit Jembrana Pada Sapi

Penyakit jembrana merupakan penyakit menular akut pada sapi Bali


yang disebabkan oleh Retrovirus, keluarga lentivirinae yang termasuk dalam
famili retroviridae, ditandai dengan berbagai gejala seperti depresi, anoreksia,
demam, perdarahan ekstensif di bawah kulit, dan kebengkakan kelenjar limfe,
terutama limfoglandula prefemoralis dan preskapularis serta adanya diare
berdarah, ditemukan juga pada banyak kasus penyakit yang disertai perdarahan
kulit, sehingga penyakit ini juga disebut sebagai penyakit keringat darah. Sejauh
ini Penyakit Jembrana (JD) hanya terkenal di Indonesia dan hanya menyerang
sapi bali. Wabah pertama terjadi tahun 1964 – 1967 dikabupaten Jembrana,
Gianyar, Klungkung, Badung, Tabanan, dan Buleleng adalah wabah terbesar.
Daerah yang pernah melaporkan adanya wabah akan menjadi daerah enzootic
yang mengalami kasus sporadik sepanjang tahun.
Penyakit jembrana (JD) hanya menyerang sapi Bali, penyakit jembrana
tidak ditemui pada sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1
tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi
kejadian penyakit ini. Tingkat morbilitas dapat mencapai 60% dengan mortalitas
sekitar 10%, tetapi tingkat kematian penderita cukup tinggi dapat mencapai
30%.
Ternak yang terserang penyakit jembrana menunjukkan kenaikan suhu
badan yang tinggi, berkisar antara 40-42 derajat C, disertai dengan kelesuan dan
kehilangan nafsu makan. Tanda tersebut disusul dengan pengeluaran ingus yang
berlebihan, lakrimasi dan hipersalivasi. Pada awalnya ingus bersifat encer dan
bening, akan tetapi lambat laun ingus tersebut berubah menjadi kental seperti
cairan mukosa. Gejala selanjutnya adalah pembengkakan dan pembesaran
kelenjar limfe superfisial. salah satu gejala yang mencolok pada hewan yang
menderita penyakit ini adalah berkeringat darah. Keadaan ini biasanya terlihat
sewaktu dan setelah demam, dan berlangsung 2-3 hari lamanya. kira kira 7%
hewan yang bersuhu badan 41 derajat Celcius menunjukkan gejala tersebut.
Gejala ini terutama ditemukan di daerah panggul, punngung, perut dan skrotum.
Keringat yang encer, seperti air dan berwarna merah seperti darah bilamana
masih segar, dan menetes dari permukaan kulit melalui sepanjang bulu
rambut.bila keringat menempel pada batang rambut sebagai kerak berbintil
bintil dan tidak lepas bila diusap dengan tangan.
a. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit jembrana adalah:
1. Demam (suhu badan sapi tinggi, berkisar antara 39° C-41,5° C),
2. Pembengkakan hebat kelenjar limfe,
3. Erosi (luka-luka) pada selaput lendir mulut,
4. Diare yang sering bercampur darah dan sering terjadi sapi mengalami
berkeringat darah.

b. Cara penularan jembrana


Penularan penyakit jembrana dari sapi ke sapi lainnya diperkirakan oleh
serangga penghisap darah seperti lalat (lalat tapis) caplak dan nyamuk.
Serangga-serangga tersebut merupakan serangga penghisap darah. Jika serangga
menggigit dan menghisap darah sapi yang sakit.

c. Cara pencegahan dan pengobatan penyakit jembrana


Pengobatan dan pencegahan penyakit Jembrana tidak ada, dikarenakan
penyakit ini berasal dari virus. Namun, vaksinasi dapat dilakukan dengan
menggunakan antigen dari hewan yang telah sembuh dari JDV dengan diambil
serumnya (antigen) kemudian diinduksi pada hewan untuk meningkatkan
antibody atau kekebalan tubuhnya. Percobaan untuk menemukan antigen
sebagai bahan utama vaksinasi JDV dari virus yang tidak aktif sampai sekarang
masih mengalami kesulitan, dikarenakan virus ini vaksinasi hanya menekan
durasi dan tingkat keparahan penyakit sampai tingkat yang bervariasi/ tertentu
saja (METHAROM et al., 2000).
4.2 Penyakit Newcastle Disease (ND)/Tetelo

Penyakit ini umumnya disebabkan virus Newcastel Disease (ND).


Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit menular akut yang menyerang
ayam dan jenis unggas lainnya dengan gejala klinis berupa gangguan
pernafasan, pencernaan dan syaraf disertai mortalitas yang sangat tinggi.
Penyakit ini ditemukan pertama kalinya oleh Kreneveld di Indonesia pada tahun
1926, karena menyerupai pes ayam, sehingga disebut pseudovogelpest, Doyle
pada tahun 1927 memberi nama Newcastle Disease berasal dari nama suatu
daerah di Inggris “Newcastle on Tyne” yang terjangkit penyakit serupa.
Penyakit tetelo atau Newcastle Disease (ND) merupakan salah satu
penyakit infeksius yang penting dalam industri peternakan. Penyakit tetelo ini
secara ekonomi sangat merugikan karena infeksi yang diakibatkan dapat
menyebabkan kematian ayam mencapai 100%. Newcaste disease disebabkan
oleh strain virulen dari Avian Paramyxovirus type 1 (APMV-1) dari genus
Avulavirus, subfamili Paramyxovirinae, famili Paramyxoviridae.Virus-virus
Paramyxo yang diisolasi dari spesies unggas sudah diklasifikasi secara serologik
dan dianalisis filogenetikanya dalam sepuluh subtipe yaitu APMV-1 sampai
APMV-10 (Emilia et al., 2015; Adi et al., 2010; Hamid et al., 1991; Ahamed et
al., 2004). Newcastle Disease merupakan penyakit yang sangat merugikan bagi
industri peternakan unggas (Shunlin et al., 2010). Penyakit tetelo atau
Newcastle Disease dapat menyerang ayam, itik, dan kalkun (Adi et al., 2008).
a. Gejala klinis
1. Terjadinya gangguan di bagian trakea.
2. Pernafasan pada ayam terganggu, dimana yang umumnya terjadi, ayam
akan mengalami bersin-bersin, ngorok, batuk dan juga nafasnya tersendat.
3. Tubuh ayam akan cenderung terlihat tidak bertenaga.
4. Ayam mengalami penurunan nafsu makan dibandingkan pada hari-hari
biasanya.
5. Apabila yang terjangkit adalah ayam betina, maka akan terjadinya
penurunan terhadap produksi telur secara signifikan.
6. Kotoran ayam akan terlihat lebih encer dan berwarna hijau.
7. Pada kornea mata ayam terlihat keruh dan jenggernya berubah warna
menjadi biru.
8. Sayap akan menjadi menurun.
9. Ketika sudah parah maka akan terjadi kelumpuhan saraf yang akan
mengakibatkan kejang-kejang dan leher terpuntir ke arah bawah.

b. Cara penularan
Penularan Tetelo pada ayam dapat terjadi melalui alat transportasi,
pekerja kandang, burung dan hewan lain. Memungkinkan juga adanya
penularan dari transportasi karkas ayam yang tertular virus ND dan ayam
dalam masa inkubasi. Pada sesama ayam, penularan terjadi melalui kontak
dengan hewan sakit, sekresi, ekskresi hewan sakit, serta juga bangkai unggas
penderita.Virus ND yang telah tercampur pada urine dan feses ayam, kurang
lebih mampu bertahan selama dua bulan, bahkan lebih jika kondisi kotoran
sudah mengering.

c. Cara pencegahan
Karena penyakit Tetelo disebabkan oleh virus, maka cara
pencegahannya yang dinilai paling efektif adalah menjaga imunitas ayam
dengan melakukan vaksin. Proses pemberian vaksin biasanya dilaksanakan
dengan menggunakan vaksin ND Lasota pada ayam DOC yang genap berumur
18 hari. Vaksin diberikan melalui air minum, dalam kondisi ayam yang sudah
‘puasa’ terlebih dahulu selama 2 jam. Prosesi tersebut dilakukan guna membuat
ayam mengonsumsi air lebih banyak sehingga vaksin akan lebih
optimal. Pencegahan juga dapat dilakukan dengan cara rutin merawat sanitasi
kandang, desinfeksi, menjaga kebersihan kandang, memastikan ternak mendapat
sirkulasi udara dan matahari yang cukup, serta pemberian makanan dengan gizi
yang cukup serta rajin mengamati kondisi ternak.
d. Pengobatan

1. Langkah pertama yang harus dilakukan segera adalah langsung


memisahkan ayam yang sudah terjangkit virus, guna menghindari
penularan pada ayam yang lain.
2. Langkah kedua adalah melakukan pengobatan pada ayam yang
terinfeksi. Penyakit Tetelo pada ayam memungkinkan untuk
memberikan pengobatan dengan pemberian antibiotik yang bertujuan
untuk mengobati infeksi sekunder akibat kuman.
3. Pemberian antibiotik akan lebih efektif jika dilakukan bersamaan dengan
pemberian multivitamin agar stamina ayam cepat pulih dan meringankan
infeksi yang terjadi.
4. Alangkah lebih baik untuk melakukan pencegahan daripada pengobatan,
berkaitan dengan hal tersebut, setelah ini yang akan dibahas adalah
bagaimana cara untuk melakukan pencegahan terhadap ternak ayam agar
tidak terserang penyakit tetelo oleh virus ND.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil


kesimpulan bahwa
a. Penyakit Jembrana merupakan penyakit viral yang bersifat menular pada
sapi Bali, ditandai dengan demam, peradangan selaput lendir mulut
(stomatitis), pembesaran kelenjar limfe preskapularis, prefemoralis dan
parotid, terkadang disertai keringat darah (blood sweating). Penyakit
Jembrana disebabkan oleh Retrovirus, dari anggota group lentivirus yang
unik dan disebut Jembrana disease virus (JDV).
b. Newcastle Disease (ND) merupakan penyakit viral yang sangat menular
pada unggas, bersifat sistemik yang melibatkan saluran pernafasan dan
menyerang berbagai jenis unggas terutama ayam serta burung-burung liar
dengan angka mortalitas yang tinggi 80-100%. menyebabkan ayam
kehilangan nafsu makan, diare kehijauan, lesu, sesak nafas, megap-megap
ngorok dan bersin. Cara pencegahan ND menjaga sanitasi kandang,
memberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan melakukan
vaksinasi secara teratur

5.2 Saran

Peternak disarankan lebih memperhatikan aspek teknis pemeliharaan sapi


Berupa tatalaksana pemeliharaan yang masih belum cukup baik agar terhindar
dari Kerugian pada peternak sendiri
DAFTAR PUSTAKA

Chadwick BJ, Coelen RJ, Wilcox GE, Sammels LM, Kertayadnya G. 1995b.
Nucleotide sequence analysis of jembrana disease virus: a bovine
lentivirus associated with an acute disease syndrome. J Gen Virol 76:
1637-1650

Chadwick, B.J. 1998. "Detection of Jembrana disease virus in spleen, lymph


nodes, bone marrow and other tissues by in situ hybridization of
paraffin-embedded sections" (PDF). Journal of General Virology.

Dharma, D. M., Budiantono, A., Campbell, R. S. and Ladds, P. W. (1991).


Studies on experimental Jembrana disease in Bali cattle. III. Pathology.
J Comp Pathol 105, 397-414.

Emilia, Surachmi S, Soejoedono RD. 2015. Isolasi dan Karakterisasi Biologis


Virus Newcastle Disease. Jurnal Kedokteran Hewan9(1): 47-51

Goff S. 2001. Retroviridae: the retroviruses and their replication. 4th ed. Dalam
Funda-mental Virology. Editor, Knipe D, Howley PM. Philadelphia.
Lippincott, Williams and Wilkons. Hlm. 843-911

Kusumawati, A., Tenri, A. W., Rizqa, F. P., Basofi, A. M., Isabellina, D. T.


2014. The structure and function of jembrana disease virus genom.
Journal Infection and Molecular Biology 2: 26-29

Ramachandran, S. 1996. Early observations and research on jembrana disease in


Bali and other Indonesian Islands. ACIAR Proceeding 75: 5-9.

Soeharsono, S., Hartaningsih, N., Soetrisno, M., Kertayadnya, G., Wilcox, G.E.
1990. Studies of experimental Jembrana disease in Bali cattle. I.
Transmission and persistence of the infectious agent in ruminants and
pigs, and resistance of recovered cattle to re-infection. Journal of
Comparative Pathology 103: 49-59.

Soeharsono, S., Wilcox, G. E., Putra, A. A, Hartaningsih, N., Sulistyana, K.,


Tenaya, M. 1995. The transmission of Jembrana disease, a lentivirus
disease of Bos javanicus cattle. Epidemiology and Infection 115: 367-
374.

Wilcox, G., 1996. Jembrana disease. Australian Veterinary Journal 7: 492–493.


Lampiran

Sapi terjangkit jembrana

ayam yang terjangkit tetelo

Anda mungkin juga menyukai