Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BAHASA INDONESIA

Virus Flu Burung

Dosen pengampu: Siti Sa’ idah,.S.Pd.M,Pd

Disusun Oleh:

Iga Mawarni (200106144)

KELAS D
PROGAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU (UAP)
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayahnya, kita masih tetap bisa meniknati alam ciptaan-nya. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada teladan kita nabi muhammad SAW.
Penulis sangat bersyukur karna telah menyelesaikan makalah yang mejadi tugas mata
kuliah Biologi Molekuler dengan judul Virus Flu Burung. Disaming itu juga penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini.
Akhir kata, penulis memahami jika makalah ini jauh dari kata kesempurnaan maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di waktu mendatang.

Pringsewu, 1 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
A. Sejarah singkat Flu Burung ............................................................................................... 2
B. Virus penyebab penyakit Flu Burung ............................................................................... 3
C. Tanda dan gejala penyakit Flu Burung .............................................................................. 4
D. Penularan penyakit Flu Burung ......................................................................................... 4
E. Cara menjegah dan mengobati penyakit Flu Burung......................................................... 6
BAB III ...................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................. 7
Kesimpulan............................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A
(H5N1) yang ditularkan oleh unggas yang menyerang manusia. Nama lain dari penyakit
ini adalah avian influenza (Depkes RI, 2009). Sumber virus diduga berasal dari migrasi
burung dan transportasi ungags yang terinfeksi. Penyakit flu burung ini pada mulanya
menular dari unggas ke unggas, kemudian dapat menular kemanusia dan menyebabkan
kematian (zoonosis) (KOMNAS FBPI, 2008)
Virus ini diinformasikan telah terjadi di Replubik Korea, Vietnam, Jepang, Kamboja,
Taiwan, China, Indonesia, dan Pakistan. Di Indonesai pada bulan januari 2004 dilaporkan
adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa (terutama di Bali, Botabek, Jawa
Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Kalimantan Barat). Awalnya kematian tersebut
disebabkan oleh virus new castel, namun informasi terakhir oleh Departemen Pertanian
disebabkan oleh virus flu burung (avian influenza). Jumlah unggas yang mati akibat
wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia mencapai 4,77%. Selain pada
unggas dilaporkan pada tahun 2005 – 2008 ada 380 warga Negara Indonesia yang
dicurigai terkena virus flu burung. Setelah dilakukan pemeriksaan epidimiologi, klisnis,
dan laboratorium hasilnya hanya 28 penderita yang benar – benar flu burung, dan
diantaranya 20 penderita meninggal dunia.
Dalam hal ini gaya hidup masyarakat juga mendukung tingginya penularan flu burung
yaitu diantaranya masyarakat suka mencampur ayam dengan itik maupun dengan hewan
lain, kandang kotor, letaknya kandang unggas berada satu rumah dengan penghuni rumah
dan hanya diberi batas dari papan, dan membiarkan unggas berkeliaran secara bebas.
Fenomena seperti ini bisa menyebabkan resiko terjangkitnya penyakit flu burung dari
unggas ke manusia. Sebenarnya upaya pencegahan bisa dilakukan untuk mencegh
terjadinya flu burung diantaranya yaitu, menjaga kebersihan diri dan lingkungan serta
menggunakan pelindung lengkap (masker, sarung tangan, dan kaca mata pelindung) saat
melakukan kontak dengan unggas. Upaya pencegahan ini merupakan salah satu perilaku
hidup sehat (Yuliarti, 2006)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah dari penyakit virus Flu Burung
2. Apa penyebab dari penyakit virus Flu Burung
3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Flu Burung
4. Bagaimana penularan penyakit virus Flu Burung
5. Bagaimana cara mencegah dan mengobati penyakit virus Flu Burung

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Penyakit Flu Burung ( Virus Avian Infuenza)
Flu Burung adalah infeksi virus yang dapat menginfeksi tidak hanya burung,
tetapi juga manusia dan hewan lainya. H5N1 adalah bentuk flu burung yang paling
umum, virus ini mematikan bagi burung dan dapat dengan mudah menular ke
manusia atau hewan lainya yang bersentuhan denga pembawa.
Kejadian flu burung pernah meninimbulkan pandemic influenza, terjadi
didunia pada tahun 1918, dengan jumlah korban meninggal dunia ebesar 50 juta
sampai 100 juta jiwa yang disebabkan oleh virus alvian influenza subtype H1N1.
Dengan tingkatan kondisi sangat berbaha atau membinasakan (devastating). Kejadian
ini lebih dikenal dengan pandemi flu spanyol. Selanjutnya, pada tahun 1957 – 1958
terjadi pandemi yang disebabkan oleh virus avian influenza subtype virus H2N2
dengan jum;ah korban meninggal dunia 1000.000 jiwa. Tingkatan kondisi pada
pandemic ini sedang, artinya tidak berbahaya seperti pandemi di spanyol (moderat).
Kejadian ini lebih dikenal dengan flu Asia. Kemudian terjadi kembali pandemic pada
tahun 1968 – 1969 disebut dengan flu Hongkong yang disebabkan oleh virus subtype
H3N2 dengan jumlah korban meninggal dunia 1000.000 jiwa. Tingkatan kondisi pada
pandemi ini dalam kondisi ringan (Mild). Tidak sedasyat pandemic flu Spanyol dan
flu Asia (Avian Influenza report, 2006).
Tahun 1997 virus avian influenza dengan subtype H5N1 yang menyerang
unggas muncul kembali di Hongkong. Walaupun dapat dipastikan akan menjadi
pandemi influenza setelah tahun 1969. Tampakknya sifat dari virus mudah berubah
dengan sangat cepat, sehingga banyak spesies unggas yang dapat bertindak sebagai
pembawa virus (reservoir) yaitu sekitar 100 spesies burung liar dapat didisolasi virus
avian influenza. Hal ini terbukti pada tahun 1999 terjadi kasus pada unggas dengan
kejadian yang besar (outbreak) kembali dan selanjutnya menyebar ke Asia Tenggara
dan Asia Timur. Kemudian muncul kembali pada februari 2003. Selanjutnya
menyebar ke Korea Selatan, Jepang, Thailand, Indonesia, dan lain – lain. Hingga
tahun 2005 tercatat 150 juta unggas – unggas yang mati atau dimusnahkan. (www.
avianflu.unair.ac.id)
Menurut World Health Organization (WHO) H5N1 pertama kali ditemukan
pada manusia di tahun 1997, dan telah membunuh hampir 60% dari mereka yang
terinfeksi. Saat ini virus ini tidak diketaui mnyebar melalui kontak antar manusia.
Namun, beberpa ahli khawatir bahwa H5N1 dapat menimbulkan resiko menjadi
ancaman pandemic bagi manusia.
H5N1 muncul secara alami dari unggas air liar, tetapi dapat menyebar dengan
mudah keunggas domestic. H5N1 juga memiliki kemampuan untuk bertahan hidup
dalam waktu yang lama. Burung yang terifeksi H5N1 terus melepaskan virus dalam
fasesair liur selama 10 hari.

2
B. Penyebab Virus Flu Burung
Flu Burung disebabkan oleh virus influenza A subtype H5N1. Virus ini
berasal dari unggas liar, hal ini terjadi secara alami pada unggas tersebut. Virus
influenza sendiri merupakan virus RNA termasuk dalam family Orthomixoviridae.
Asam nukleat virus ini beruntai tunggal, terdiri dari 8 segmen gen yang mengkode
sekitar 11 jenis protein. Virus influenza ini mempunyai selubung/sampai yang terdiri
dari komplek protein dan karbohidrat. Virus influenza mempunyai 4 jenis antigen
yang terdiri dari protein nuklrokapsid (NP), Hemaglutenin (HA), Neuraminidase
(NA) dan protein matriks (MP). Berdasarkan jenis antigen NP dan MP, virus
influenza digolongkan dalam virus influenza A, B, C. (Harimoto T, Kawaoka Y,
2001)
Virus Influenza A sangat penting dalam bidang kesehatan karna sangat
potagen baik bagi manusai dan hewan yang menyebabkan angka kematian dan
kesakitan yang tinggi diseluruh dunia. Virus influenza A ini dapat menyebabkan
pandemic karena mudahnya mereka bermutasi, baik berupa antigenic drift ataupun
antigenic shift sehingga membentuk varian – varian baru yang lebih pathogen.

Berikut ini lampiran stuktur virus Influenza yang disebabkan oleh unggas liar

3
C. Tanda dan Gejala Virus Flu Burung
Sebagaian besar pasien yang terpapar kasus virus flu burung ini
memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi ( biasanya lebih dari 38 ℃) dan
gejala flu serta kelainan saluran pernafasan. Gejala lain yang dapat timbul adalah
diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi dan juga dapat terjadi
pendarahan dari hidung dan gusi. Gejala sesak nafas dapat timbul setelah satu minggu
berikutnya.
Gejala klinik yang dapat memburuk dengan cepat biasanya ditandai dengan
pheneumonia berat, dyspnea, tachypnea, gambaran audiografi yang upnormal seperti
diffuse, multifocal, pathi infiltrates, interstitial infiltrates, dan kelainan segmentalatau
lobular. Kematia dan komplikasi biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan,
acute respiratory distress syndrome (ARDS), vencilator-asociated pneumonia,
pulmonary hemorrhage, pneumothorax, pancytopenia, reye’s syndrome, sepsis
sindrom, dan bacteremia (Chotpitayasunondh T, et.al.2004)
Gambaran lain yang juga sering dijumpai berdasarkan hasil laboratorium
adalah, leukopenia, lymphopenia, thrombocytopenia, peningakatan aminotransferase,
hiperglecymia, dan peningkatan creatinine ( Hien TT, et.al.2004).

Diagnosis Laboratorium
Penderita yang terifeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan specimen
klinik berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap virus
H5N1 harus dilakukan pemeriksaan dengan cara:
(a) Mengisolasi virus
(b) Deteksi genom H5N1 dengan metode polymerasechain reaction (PCR)
menggunakan spasang primer spasifik
(c) Tes imonuflouresensi terhadap antigen menggunakan monoclonal antibody
terhadap H5
(d) Pemeriksaan adanya peningkatan titer antibody terhadap H5N1
(e) Pemeriksaan dengan metode western blotting terhadap H5 spesifik
(Beigel JH, et.al.2005)

D. Penularan Virus Flu Burung


Sebagian besar H5N1 pada manusia disebabkan panularan virus dari unggas
kemanusia, dan dari menusia kemanusia. Penularan atau transmisi dari virus influenza
sendiri secara umum dapat terjadi melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak
tidak langsung. (Bridges CB, et.al.2003). Selain itu H5N1 juga dapat menular melalui
terhirupnya debu atau kotoran unggas sakit serta mengkonsumsi daging unggas yang
tidak dimasak hingga matang sempurna.

4
Sebenarnya bukti bahwa terjadinya transmisi dari manusia kemanusia sangat
jarang ditemukan. Namun demikian berdasarkan beberapa kejadian dimana terjadi
kematian pasien yang bekerabat dekat disebabkan oleh infeksi virus H5N1 (Hien TT,
et.al.2004), dan transmisi yang terjadi didalam keluarga penderita pada tahun 2004 di
Thailand, antara seorang anak perempuan berumur 11 tahun yang tinggal bersama
bibinya, diduga telah menularkan virus H5N1 kepada bibi dan ibunya yang dating
dari kota lain yang berjauhan untuk merawat anaknya yang sakit terinfeksi H5N1.
Ada dua kemungkinan yang dapat menghasilkan sub tipe baru dari H2N1 yang
dapat menular antara manusia kemanusia adalah, virus dapat menginfeksi manusia
dan mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat beradaptasi untuk mengenali
linkage RNA pada manusia, atau virus burung tersebut mendapat gen dari virus
influenza manusia sehingga dapat bereplikasi secara efektif didalam sel manusia. Sub
tipe baru virus N5N1 ini bermutasi sedemikian rupa untuk membuat protein tertentu
yang dapat mengenali reseptor yang ada pada manusia, untuk jalan masuknya
kedalam sel manusia, atau kedua jenis virus baik virus avian maupun human influenza
tersebut dapat secara bersamaan menginfeksi manusia, sehingga terjadi “mix” atau
rekomendasi genetic, sehingga menghasilkan strain virus baru yang sangat virulen
bagi manusia (Herman RA & Strorck M.2006)
Walaupun perkiraan fase dimana penukaran antar manusia ini masih belum
diketahui, akan tetapi pencegahan trnsmisi antar manusia ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius mengingat bahwa telah dilaporkan bahwa seorang perawat di
Vietnam mengalami sakit serius setelah dia menangani pasien H5N1. Dalam salahsatu
penelitian ditemukan bahwa mutasi H5N1 kemungkinan besar dapat menghasilakn
varian baru yang dapat mengenali reseptor spesifik yang ada pada sel manusia
(natural human a2-6 glycan), sehingga bila ini terjadi maka penularan virus H5N1
dari manusia kemanusia dapat terjadi dengan mudah (Steven J.et.al.2006)

Berikut ini ilustrasi penularan virus influenza dari hewan ke manusia

5
E. Cara Mencegah dan Mengobati Virus Flu Burung
Terdapat 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan ataupun pencegahan terhadap
influenza, yaitu amantadine, rimantadine, zanamivir, oseltamivir (Tamiflu).
Mekanisme kerja amantadine dan rimantadine adalah menghambat replikasi virus.
Namun demian kedua obat ini sudah tidak mampu lagi untuk membunuh virus H5N1
yang saat ini beredar luas (Beigel JH, et.al.2005) sedangkan zanamevir dan
oseltamivir merupakan inhibitor neuraminidase. Sebagaimana telah kita ketahui
bahwa neuraminidase inu diperlukan oleh virus H5N1 untuk lepas ari sel hospes pada
fase budding sehingga membentuk varion ya g infektif. Nila neuramidase ini
dihambat oleh oseltamivir dan zanamivir, maka replikasi virus tersebut dapat
dihentikan.
Namun demikian belum ada uji klinik pada manusia yang secara resmi
dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari zenamivir dan oseltamivir untuk
pengobatan avian influenza A (H5N1). Secara invetro memang tekah diketaui bahwa
virus H5N1 ini sensitive terhadap oseltamivir dan zenamivir, oleh sebab itu
dianjurkan bagi penderita yang diduga terinfeksi virus H5N1 dapat diberikan obat
oseltamivir atau zanamivir.
Beberapa obat lain sedang diteliti untuk dapat digunakan sebagai penghambat
virus H5N1 antara lain adalah peramivir, long action topical neuromidase inhibitor,
ribavirin, dan interferon alfa.
Disamping pemberian obat antiviral, terapi surpotif didalam perawatan rumah
sakit sangat penting untuk dilaksakan. Sebagian besar penderita memerlukan
oksigenasi, dan pemberian cairan parental (infusa). Namun sampai saat ini belum ada
vaksin yang tersedia untuk mencegahmanusia terhadap H5N1. The National Insitute
of Allergy and Infectious Diseasis USA (NAID), menyatakan bahwa uji keamanan
terhadap vaksin baru H5N1 baru telah dilakukan sjak awal tahun 2005.
Sebagai upaya pencegahan, WHO merekomendasikan untuk orang-orang yang
mempunyai resiko tinggi kontak dengan unggas atau orang yang terinfeksi, untuk
dapat diberikan terapi profilaksis dengan 75 mg oseltamivir sekali sehari selama 7
sampai 10 hari.
Beberapa hal yang patut diperhatikan untuk mencegah semakin meluasnya
infeksi H5N1 pada manusia adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga
kebersihan diri, gunakan masker dan sarung tangan apabila memasuki daerah yang
telah atau sedang terjangkit virus flu burung, dan amati dengn teliti kesehatan apabila
kita telah melakukan kontak dengan unggas/burung.
Segeralah cari bantuan medis apabila timbul gejala-gejala demam, infeksi
mata atau ganguan pada pernafasan.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Avian influenza A (N5N1), atau highly pathogenic avian influenza (HPAI),
telah menyebabkan wabah penyakit yang serius dibeberapa Negara terutama di Asia.
Walaupun saat ini transmisi penyakit ini antar manusia ke manusia masih sangat
jarang, akan tetapi pengawasan dan moitoring perlu terus menerus diingatkan guna
mengantisipasi semakin meningkatnua adaptasi virus H5N1 ini terhadap manusia.
Cara diagnosis cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk menrunkan angka
kematian yang sangat tinggi. Pengembangan obat antiviral yang lebih potensial sangat
diperlukanuntuk mengantisipasi virus H5N1 yang resisten terhadap obat yang ada saat
ini.
Koordinasi antar instansi yang terkait dalam penanggulagan wabah virus
H5N1 ini sangat penting, demikian juga kaloborasi dengan berbagai institusi dalam
bidang kesehatan dunia dan Negara lain perlu dilakukan dalam rangka menghindari
semakin merabaknya wabah ini.
Selain itu mencegah terpaparnya virus H5N1 ini perlu diterapkan gaya hidup
bersih dan sehat, dengan selalu memakai pengaman seperti masker dan sarung tangan
ketika berkontang langsung dengan unggas, menghindari kontak langsung dengan
orang yang terpapar, tidak menyentuh mata, hidung dan mulut sebelum mencuci
tangan, dan tidak menhkonsumsi daging dan telur unggas yang belum
matang/dimasak secara sempurna.

7
DAFTAR PUSTAKA

Beigel JH, Farar J, Han AM, et.al. Avian influenza (H5N1) infection in humans. N Engl J
Med. 2005: 1374-1382

Bridges CB, Keurhnet MJ, Hall CB, Tranmission of influenza: implecation for control in
health care setting Clin Infect Dis. 2003; 37: 1094 – 1101

Hien TT, Liem NT, Dung NT, et.al. Avian influenza A (H5N1) in 10 patienst in Vietnam. N
Engl J Med 2004; 350: 1179 – 1188

Herman RA, and Sturck M. Possibel Pandemic Threat on the horizon Avia influenza A
(H5N1). WORLD Drug Infor. 2005

Maksum Radjji, Avian influenza A (H5N1) Patogenis, Penyebaran dan Pencegahan pada
Manusia. 2006.

Anda mungkin juga menyukai