Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FLU BURUNG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6

MELISA NTOI
RAHMAD SIGIT MURSAHA
SRI ENDANG MOKODOMPIT
SRI NURWANDA .S.AHMAD
WAHYUDIN ABDULLAH
EMA FITRIA KABUHANG

Kelas / Prodi : 2A D3 KEPERAWATAN

Mata Kuliah : KMB 1

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan limpahan rahmat_Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “ Flu Burung
(H5N1)”, disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberatasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis berterimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah membimbing, memotifasi dan mendampingi kami
dalam pembelajaran.
Makalah ini berisi tentang Pengertian flu burung, Patofisiologi flu burung, Etiologi flu
burung, Tanda dan gejala flu burung, Cara penularan flu burung, Cara pencegahan flu
burung, Penatalaksanaan flu burung.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak
untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Gorontalo, Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................

1.3 Tujuan ..............................................................................................................


BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Flu burung ......................................................................................

B. Epidemiologi flu burung .................................................................................

C. Etiologi flu burung ...........................................................................................

D. Patofisiologi flu burung ...................................................................................

E. Patway flu burung .............................................................................................

F. Manifestasi klinik flu burung .............................................................................

G. Pemeriksaan diagnostik flu burung ...................................................................

H. Komplikasi .........................................................................................................

I.Penatalaksanaan....................................................................................................

J.Diagnosa keperawatan..........................................................................................

K.Intervensi,Implementasi......................................................................................

L.Evaluasi................................................................................................................

BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ..............................................................................................................

Daftar pustaka ...........................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Flu burung telah menjadi perhatian yang luas dari masyarakat karena telah
menewaskan banyak korban baik unggas maupun manusia. Pada awal tahun 1918, wabah
pandemi virus influenza telah membunuh lebih dari 40.000 orang, dimana subtipe yang
mewabah saat itu adalah virus H1N1 yang dikenal dengan “Spanish Flu”. Tahun 1957 virus
bermutasi menjadi H2N2 atau “Asian Flu” menyebabkan 100.000 kematian. Tahun 1968
virus bermutasi menjadi H3N2 atau “Hongkong Flu” menyebabkan 700.000 kematian. Tahun
1977 virus bermutasi menjadi H1N1 atau “Russian Flu”. Akhirnya pada tahun 1997, virus
bermutasi lagi menjadi H5N1 atau “Avian Influenza”. Beberapa tahun kemudian, awal wabah
pada peternakan di dunia telah dikonfirmasi sejak Desember 2003. Pada 8 Februari 2006,
Organisasi Kesehatan Hewan Dunia menyatakan bahwa wabah flu burung pertama kali
terjadi di Nigeria, kemudian menyebar hingga ke Mesir dan Kamerun.
Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau
peternakan unggas sebagai jalur migrasi burung liar. Sehingga pada 21 Juli 2005, tiga kasus
fatal terjadi di Tangerang, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Hingga 6 Juni
2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang
disebabkan virus ini termasuk Indonesia dengan 99 kasus dengan 79 kematian. Hal ini
dipengaruhi oleh matapencaharian penduduk Indonesia sebagai peternak unggas sehingga
Indonesia rawan pada penyebaran penyakit flu burung. Selain itu, kurangnya pengetahuan
sebagian penduduk Indonesia terhadap dampak dari flu burung juga ikut berpengaruh pada
kasus penyebaran flu burung.
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus
influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah
bentuk (drift, shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus flu burung yang
sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan
Neuramidase (N) dan memiliki waktu inkubasi selama 1 minggu pada unggas dan 3 hari pada
manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan
sentuhan. Virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi (60ᵒC selama 30 menit), namun dapat
bertahan hidup pada suhu rendah (0ᵒC selama lebih dari 30 hari). Gejala flu burung pada
unggas adalah kematian secara mendadak dengan laju mortalitas mendekati 100%, jengger
berwarna biru, dan luka pada kaki. Sedangkan gejala umum yang terjadi pada manusia adalah
demam tinggi (suhu badan di atas 38ᵒC), batuk dan nyeri tenggorokan, radang saluran
pernapasan atas, pneumonia, infeksi mata, dan nyeri otot. Replikasi virus dalam tubuh dapat
berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis. Virus H5N1 lebih
patogen daripada subtipelainnya sehingga disebut dengan Highly Pathogenic H5N1 Avian
Influenza (HPAI).
B. RUMUSAN MASALAH

 Apa pengertian flu burung ?

 Patofisiologi flu burung ?

 Etiologi flu burung ?

 Tanda dan gejala flu burung ?

 Cara penularan flu burung ?

 Cara pencegahan flu burung ?

 Penatalaksanaan flu burung ?

C. TUJUAN

 Mengetahui pengertian flu burung

 Mengetahui patofisiologi flu burung

 Mengetahui etiologi flu burung

 Mengetahui tanda dan gejala flu burung

 Mengetahui cara penularan flu burung

 Mengetahui cara pencegahan flu burung

 Mengetahui penatalaksanaan flu burung


BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FLU BURUNG
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh
virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang
selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke
manusia.
B.Epidemiologi
Telahadasejak1968 padaunggas
1997, diHongkong, 18 orangterkena, 6 orang
meninggal.
1999, diHongkong, 2 orangterinfeksi
2001 –2002, pemusnahanunggasterinfeksidi
Hongkong
2003, mewabahdiBelanda
2003, munculpadaunggasdiKorea
2004, meluaskeVietnam, Jepang, Korea Selatan,
Kamboja, Thailand danTaiwan.
Epidemiologi
2004, diJepang, unggasterinfeksi.
2004, diIndonesia unggasterinfeksi
2005, 3 orangterinfeksidiIndonesia
Sampai2007, 89 orangterinfeksi, dan68
orangmeninggaldiIndonesia.

C. ETIOLOGI FLU BURUNG


Etiologi penyakit ini adalah virus influenza. Adapun sifat virus ini, yaitu; dapat
bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.Di dalam
tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada
pemanasan 60°C selama 30 menit. Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe
B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1,
H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain
H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada
menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan
jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu
burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun
beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.

D. PATOFISIOLOGI FLU BURUNG


Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan ayam
atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan unggas.
Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang kemudian
mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh manusia
atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas ke
manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke
manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.
Satu- satunya cara virus flu burung dapat menyebar dengan mudah dari manusia ke
manusia adalah jika virus flu burung tersebut bermutasi dan bercampur dengan virus flu
manusia. Virus ditularkan melalui saliva dan feses unggas. Penularan pada manusia karena
kontak langsung,misalnya karena menyentuh unggas secara langsung, juga dapat terjadi
melalui kendaraan yang mengangkut binatang itu, di kandangnya dan alat-alat peternakan
(termasuk melalui pakan ternak).
Penularan dapat juga terjadi melalui pakaian, termasuk sepatu para peternak yang
langsung menangani kasus unggas yang sakit dan pada saat jual beli ayam hidup di pasar
serta berbagai mekanisme lain. Secara umum, ada 3 kemungkinan mekanisme penularan dari
unggas kemanusia.Dalam hal penularan dari unggas ke manusia, perlu ditegaskan bahwa
penularan pada dasarnya berasal dari unggas sakit yang masih hidup dan menular. Unggas
yang telah dimasak, digoreng dan lain-lain,tidak menularkan flu burung ke orang yang
memakannya. Virus flu burung akan mati dengan pemanasan 80°C selama 1 menit.
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara droplet infection di mana
virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran nafas atau langsung
memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran
mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus.
Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies
darimana virus berasal. Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat
berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel di mana
didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melaluiikatan 2,6
linkage.
E.PATWAY

UNGGAS: Melalui tinja kemudian mongering dan di hirup

Langsung Tidak langsung

1. Kontak langsung dengan ungags 1. Transfuse darah


2. Kendaraan yang mengangkut binatang 2. Penyebaran flu
3. Alat – alat peternakan
4. Pakaian

Virus afian influenza

Menyebar melalui udara

Memasuki alveoli

Radang dan bengkak

FLU BURUNG

]
Penumpukan secret Penurunan suplai oksigen Output cairan absorbs nutrisi
Gangguan keseimbangan
Bersihan jalan Gangguan
napas tidak berlebihan
keseimbangan tak nutrisi kurang dari
efektif kebutuhan tubuh
cairan
efektif

Peningkatan Kekurangan
Retraksi dada cairan
Perubahan
Pada regulasi Pola napas Resiko syok
temperature tdk efektif hipovolemik

Hipertermi

F.MANIFESTASI KLINIK
 TANDA DAN GEJALA FLU BURUNG
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a. Gejala pada unggas:
 Jengger berwarna biru
 Borok di kaki
 Kematian mendadak

b. Gejala pada manusia:

 Demam (suhu badan diatas 38 °C)


 lemas
 Pendarahan hidung dan gusi
 sesak nafas
 muntah dan nyeri perut serta diare
 Batuk dan nyeri tenggorokan
 Radang saluran pernapasan atas
 Pneumonia
 Infeksi mata
 Nyeri otot
 MASA INKUBASI
 Pada Unggas : 1 minggu
 Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul
gejala. Pada anak sampai 21 hari

 CARA PENULARAN FLU BURUNG


Flu burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas kemanusia, melalui air
liur, lendir dari hidung dan feces. Penyakit ini juga dapat menular melalui udara yang
tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas yang menderita
flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi jika bersinggungan langsung
dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Contohnya: pekerja di peternakan ayam, pemotong
ayam dan penjamah produk unggas lainnya.
Unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus
dengan jumlah besar dalam kotorannya. Virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat
hari pada suhu 22 derajad celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajad celcius. Di dalam
kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada
pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajad celcius selama 30 menit. Bahan
disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus menakutrkan ini.
Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi
virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian
Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi
langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia. Cara
lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral
atau melalui saluran pernapasan.

 Penyebaran flu burung di berbagai belahan dunia antara lain:


1. Ayam dan manusia di Hongkong. Selama wabah tersebut Pada tahun 1997 Avian Influenza
A (H5N1) telah menginfeksi berlangsung 18 orang telah dirawat di rumah sakit dan 6
diantaranya meninggal dunia. Untuk mencegah penyebaran tersebut pemerintah setempat
memusnahkan 1,5 juta ayam yang terinfeksi flu burung. Pada tahun 1999, di Hongkong
dilaporkan adanya kasus Avian Influenza A (H9N2) pada 2 orang anak tanpa menimbulkan
kematian. Pada tahun 2003, di Hongkong ditemukan lagi dua kasus Avian Influenza A
(H5N1) dan satu orang meninggal.
2. Pada tahun 2003, di Belanda ditemukan 80 kasus Avian Influenza A (H7N7) dan satu
diantaranya meninggal.
3. Pada tahun 2004 terjadi lagi 25 kasus Avian Influenza A (H5N1) di Vietnam (19) dan
Thailand (6) yang menyebabkan 19 orang meninggal (5 di Thailand, 14 di Vietnam)

 CARA PENCEGAHAN FLU BURUNG

1. Pada Unggas:

 Pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung

 Vaksinasi pada unggas yang sehat

2. Pada Manusia:
Kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan pedagang):
 Mencuci tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis bekerja.

 Hindari kontak langsung dengan ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung.

 Menggunakan alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).

 Meninggalkan pakaian kerja ditempat kerja.

 Membersihkan kotoran unggas setiap hari.

 Imunisasi.

3. Masyarakat umum:

 Menjaga daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.

 Mengolah unggas dengan cara yang benar, yaitu : Pilih unggas yang sehat (tidak
terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)

 Memasak daging ayam sampai dengan suhu ± 800 °C selama 1 menit dan pada telur
sampai dengan suhu ± 640 °C selama 4,5 menit.
 Basuh tangan sesering mungkin, penjamah sebaiknya juga melakukan disinfeksi
tangan (dapat dengan alcohol 70%, atau larutan pemutih/khlorin 0,5%untuk
alat2/instrumen)

 Lakukan pengamatan pasif terhadap kesehatan mereka yang terpajan dan keluarganya.
Perhatikan keluhan-keluhan seperti Flu, radang mata, keluhan pernafasan.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Diagnosis flu burung dapat ditegakkan dengan 1 dari 3 pemeriksaan penunjang, berupa
pemeriksaan RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction) untuk RNA avian
influenza A (H5N1), kultur virus, atau peningkatan empat kali lipat antibodi spesifik H5.
[3,10,20]
Untuk pemeriksaan, sampel diambil dari aspirasi nasofaringeal, serum, apus hidung, apus
tenggorok, atau cairan tubuh seperti cairan pleura dan cairan ETT (Endotracheal Tube), serta
usap dubur pada kasus anak. [3,10]
Pemeriksaan RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction)

Deteksi virus RNA dengan pemeriksaan RT-PCR merupakan pemeriksaan yang sensitif
untuk membedakan subtipe virus influenza. Pada pemeriksaan awal, hasil dapat negatif
sehingga diperlukan pemeriksaan RT-PCR ulang jika kecurigaan infeksi flu burung sangat
tinggi.

Pemeriksaan Serologi

Kombinasi metode virus neutralization, ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay)


dan Western blotting merupakan alat diagnostik spesifik untuk studi surveilans epidemiologi
dan diagnosis retrospektif. Hasil tes positif jika terjadi peningkatan titer antibodi empat kali
lipat atau lebih besar antara sampel yang diperoleh sesegera mungkin setelah timbulnya
gejala dan setelah setidaknya 14 hari.
Pemeriksaan Pencitraan

Pada pasien dengan gejala sesak napas, dilakukan rontgen dada. Gambaran radiologis
abnormal dapat ditemukan 3-17 hari setelah timbul demam (rata-rata dalam 7 hari), berupa:

 Infiltrat difus multifokal atau bercak

 Infiltrat interstisial

 Konsolidasi segmental atau lobar


 Progresivitas menjadi gagal napas dengan ditemukan infiltrat ground-glass, difus,
bilateral, dan manifestasi ARDS
Pemeriksaan foto toraks dilakukan secara serial, antara lain saat di ruang gawat darurat, di
ruang isolasi setiap hari, pada kondisi tertentu seperti setelah pemasangan Endotracheal
Tube (ETT), Central Venous Catheter (CVC), dan Water Sealed Drainage (WSD), serta
sebelum pasien dipulangkan. [2,20]
Rapid Influenza Diagnostic Test

Rapid Influenza Diagnostic Test (RIDT) dapat digunakan dalam situasi endemik atau
pandemik untuk mengeksklusi infeksi virus influenza tipa A dan B. Pemeriksaan ini memiliki
sensitivitas 80%.

H.KOMPLIKASI FLU BURUNG


Beberapa komplikasi yang dapat dialami oleh penderita flu burung adalah:
 Pneumonia
 Sepsis
 Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
 Kegagalan multiorgan,misalnya gagal jantung dan gagal ginjal
 kematian

I. PENATALAKSANAAN FLU BURUNG


Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
 Oksigenasi bila terdapat sesak napas.

 Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).

 Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.

 Anti replikasi neuramidase (inhibitor): Tamiflu dan Zanamivir

 Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila
berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

J.DIAGNOSA KEPERAWATAN

 CONTOH KASUS
Tn.Aa masuk rumah sakit diantara oleh keluarga ke rumah sakit MM dunda
limboto dengan keluhan sesak nafas berat. Setelah di anemesa oleh perawat
klien mengatakan sesak nafas berat sudah 3 hari , batuk berlendir, susah
mengeluarkan secret (tidak mampu batuk), demam tinggi, kurang napsu makan,
BB menurun dari 60 ke 50.
Tanda-tanda vital: RR : 30X/M, N:100X/M, SB: 39derajat celcius, TD:
150/80mmhg.
 PENGKAJIAN
A.IDENTITAS PASIEN
a.Nama : Tn.Aa
b.Umur : 58 tahun
c.Agama : Islam
e.Status perkawinan : Menikah
f.Pekerjaan : Petani
g.Pendidikan : SMP
h.Alamat : Paguyaman
i.Nomor rm :-
j.Diagnosa medis :
 PENANGGUNG JAWAB PASIEN
a.Nama : Ny.Mn
b.Umur : 50 tahun
c.Hubungan dengan pasien : Menikah
d.Pekerjaan : IRT
e.Alamat : Paguyaman

B.RIWAYAT KEPERAWATAN
1.RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
a.Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk k rumah sakit diantara oleh keluarga ke rumah sakit MM dunda limboto
dengan keluhan sesak nafas berat. Setelah di anemesa oleh perawat klien mengatakan
sesak nafas berat sudah 3 hari , batuk berlendir, susah mengeluarkan secret (tidak
mampu batuk), demam tinggi, kurang napsu makan, BB menurun dari 60 ke 50.
Tanda-tanda vital: RR : 30X/M, N:100X/M, SB:39˚C, TD: 150/80mmhg.
b.Keluhan utama
klien mengeluh sesak nafas berat
c.Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas berat,batuk berlendir,susah mengelurkan secret(tidak
mampu batuk),Demam tinggi,Kurang nafsu makan,BB menurun dari 60-50
d.Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak memiliki penyakit pada masa kanak-anak,Klien tidak memiliki alergi
obat-obatan dan makanan ,klien tidak memiliki Riwayat penyakit yang sama
2.Riwayat Kesehatan Keluarga
Setelah dilakukan pengkajian Klien tinggal dengan istri dan anak-anaknya,tidak ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa,tidak ada anggota keluarga yang
memunyai penyakit menular atau menurun.

C.PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan umum : Composmentis
2.Kondisi Klien Secara : Lemah
3.Tanda-tanda vital TD : 150/80 mmhg
RR : 30 x/menit
N : 100x/menit
SB : 39˚C
4.Pertumbhan Fisik TB : 165 cm
BB : 60kg turun sampai 50kg
5.Sistem pernafasan
Inspeksi :
Membran mukosa hidung faring tmpak merah, tonsil tampak kemerahan, hidung
tampak kemerahana, terdapat secret. RR 30X/menit, menggunakan oksigen,
menggunakan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat.

Palpasi:
Tidak teraba adanya pemebesaran tiroid, tidak teraba adanya pembesaran kelenjae
limfe.
Perkusi:
Paru sonor
Auskultasi:
Area nafas vesikuler, ada bunyi nafas tambahan(mengi,whezing) Inspeksi :
Membran mukosa hidung faring tmpak merah, tonsil tampak kemerahan, hidung
tampak kemerahana, terdapat secret. RR 30x/menit, menggunakan oksigen,
menggunakan otot bantu pernafasan, pernafasan cuping hidung, pernafasan cepat.

Palpasi:
Tidak teraba adanya pemebesaran tiroid, tidak teraba adanya pembesaran kelenjae
limfe.
Perkusi:
Paru sonor
Auskultasi:
Area nafas vesikuler, ada bunyi nafas tambahan(mengi,whezing)

KLARIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


-Dispnea -penggunaan otot bantu pernafasan
-Ortopnea -pernapasan cuping hidung
-Tekanan ekspirasi menurun
-Tekanan inspirasi menuruun

-Suhu tubuh diatas nilai normal


-Kejang
-Kulit Terasa Hangat

-Batuk Tidak efektif


-Tidak Mampu Batul
-Sputum Berlebihan
-Mengi,wheezing,dan ronkhi kering
-Dispnea -Gelisa
-Ortopnea -Sianosis
-Bunyi napas menurun
-Nafsu Makan Menurun -Berat Badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal

ANALISA DATA

DATA (DO DAN DS) PENYEBAB DIAGNOSA


Data subjektif UNGGAS pnla nafas tidak
-Dispnea efektif
-Ortopnea langsung
Data objektif
-penggunaan otot bantu pernafasan Flu Burung
-pernapasan cuping hidung
-Tekanan ekspirasi menurun penurunan suplai oksigen
-Tekanan inspirasi menuruun
Peningkatan retraksi dada

Pola nafas tidak efektif

Data objektif UNGGAS Hipertermia


-Suhu tubuh diatas nilai normal
-Kejang langsung
-Kulit Terasa Hangat
-Kulit merah Flu Burung
perubahan pada regulasi
temperature

Hipertermia

Data Subjektif UNGGAS Defisit nutrisi


-Nafsu Makan Menurun
Data Objektif langsung
-Berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal flu burung

Absorbs nutrisi tak

Gangguan keseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Data subjektif UNGGAS Bersihan jalan


-Dispnea napas tidak
-Ortopnea Langsung tidak efektif
Data objektif
-Batuk tidak efektif Flu Burung
-Tidak Mampu Batuk
-Sputum Berlebihan Pnumpukan secret
-Mengi,wheezing,dan ronkhi kering
-Gelisa Bersihan jalan napas
-Sianosis tidak efektif
-Bunyi napas menurun
DIAGNOSA PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI
Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi :
napas tidak intervensi selama 3x24 - Identifikasi - Mengidentifikasi
efektif jam diharapkan bersihan kemampuan batuk kemampuan batuk
jalan napas membaik - Monitor adanya - Memonitor
dengan hasil : retensi sputum adanya retensi
- Produksi sputum - Monitor tanda dan sputum
mambaik gejala infeksi saluran - mengatur posisi
- Mengi membaik napas semi-fowler atau
- Wheezing membaik - Monitor input dan fowler
- Dispnea membaik output cairan - menjelaskan
- Ortopnea membaik Terapeutik tujuan dan
- Sianosis membaik - Atur posisi semi-fowler prosedur batuk
- Gelisah membaik atau fowler efektif
- Pasang periak atau - Menganjurkan
bengkok di pangkuan tarik napas dalam
pasien selama 4 detik,
- Buang secret pada ditahan selama 2
tempat sputum detik kemudian
Edukasi keluarkan dari
- Jelaskan tujuan dan mulut dengan
prosedur batuk efektif bibir mencucu
- Anjurkan tarik napas (dibulatkan)
dalam selama 4 detik, selama 8 detik
ditahan selama 2 detik - Menganjurkan
kemudian keluarkan mengulangi tarik
dari mulut dengan napas dalam
bibir mencucu hingga 3 kali
(dibulatkan) selama 8 - Menganjurkan
detik batuk dengan kuat
- Anjurkan mengulangi langsung setelah
tarik napas dalam tarik napas dalam
hingga 3 kali yang ke 3
- Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke 3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Pola napas Setelah dilakukan Observasi - Memonitor pola
tidak efektif intervensi selama 3x24 - Monitor pola napas napas
jam diharapkan pola - Monitor bunyi napas - Memonitor bunyi
napas membaik dengan - Monitor sputum napas
hasil : Terapeutik - Memonitor
- Tekanan ekspirasi - Pertahankan sputum
membaik kepatenan jalan napas - Memposisikan
- Tekanan inspirasi dengan head-tilt dan posisi semi-fowler
membaik chin-lift atau fowler
- Dispnea membaik - Psisikan semi-fowler - Memberikan
- Penggunaan otot atau fowler minuman hangat
bantu napas - Berikan minum hangat - Menganjurkan
membaik - Lakukan fisioterapi asupan cairan
- Ortopnea membaik dada jika perlu 2000 ml/hari
- Pernapasan pursep- - Lakukan penghusapan
lip membaik lender kurang ari 15
- Pernapasan cuping detik
hidung mmbaik - Lakukan
- Frekuensi napas hiperoksigenasi
membaik sebelum penghisapan
- Kedalam napas endotrakeal
membaik - Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
- Berikan oksigenasi jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
- Anjurkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronlodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
Hipertermia Setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi
intervensi selama 3x24 - Identifikasi penyebab penyebab
jam diharapkan hipertermia hipertermia
hipertermia membaik - Monitor suhu tubuh - Memonitor suhu
dengan hasil : - Monitor kadar tubuh
- Menggigil membaik elektrolit - Memonitor
- Kulit merah membaik - Monitor haluaran urine komplikasi akibat
- Takikardi membaik - Monitor komplikasi hipertermia
- Suhu tubuh membaik akibat hipertermia - Menyediakan
- Suhu kuit membaik Terapeutik lingkungan yang
- Sediakan lingkungan dingin
yang dingin - Membasahi dan
- Basahi dan kipasi kipasi permukaan
permukaan tubuh tubuh
- Berikan cairan oral - kolaborasi
- Ganti linen setiap hari pemberian cairan
atau lebih sering jika dan elektrolit
mengalami intravena d/h
hiperhidrosis (keringat untuk mengganti
berlebih) cairan tubuh
pasien yang
- Lakukan pendinginan kurang
eksternal
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektro;it
intravena, jika perlu
Defisi nutrisi Setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi
intervensi selama 3x24 - Identifikasi status status nutrisi
jam diharapkan deficit nutrisi - Mengidentifikasi
nutrisi membaik dengan - Identifikasi alergi alergi dan
hasil : dan intoleransi intoleransi
- Verbalisasi keinginan makanan makanan
untuk meningkatkan - Identifikasi makanan - Monitor berat
nutrisi membaik yang di sukai badan
- Pengetahuan tentang - Identifikasi - Menyajikan
pilihan makanan kebutuhan kalori dan makan secara
yang sehat membaik nutrien menarik dan suhu
- Pengetahuan tentang - Identifikasi perlunya yang sesuai
pilihan minuman penggunaan selang - Memberikan
yang sehat membaik
nasogatrik makanan tinggi
- Pengetahuan tentang - Monitor asupan serat
standar nutrisi yang
makanan - Memberikan
tepat membaik
- Monitor berat badan makanan tinggi
- Sikap terhadap kalori dan tinggi
- Monitor hasil
makanan/minuan
pemeriksaan protein
sesuai dgn tujuan
laboratorium - Memberikan
kesehtan membaik
Terapeutik suplemen
- Berat badan
- Lakukan oral hygiene makanan
membaik
sebelum makan, jika - mengonsumsi
- Indeks masa tubuh
perlu suplemen yang
membaik
- Fasilitasi menentukan diberikn
- Frekuensi makanan
pedoman diet - menganjurkan
membaik
- Sajikan makan secara posisi duduk, jika
- Nafsu makan
menarik dan suhu mampu
membaik
yang sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat
- Untuk mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat di
toleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
- Anjurkan diet yang
deprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dari jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang
burung/unggas/ayam . Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh
virus influenza dengan kode genetik H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang
selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke
manusia Flu burung bisa menulari manusia bila manusia bersinggungan langsung dengan
ayam atau unggas yang terinfeksi flu burung. Virus flu burung hidup di saluran pencernaan
unggas. Unggas yang terinfeksi dapat pula mengeluarkan virus ini melalui tinja, yang
kemudian mengering dan hancur menjadi semacam bubuk. Bubuk inilah yang dihirup oleh
manusia atau binatang lainnya. Menurut WHO, flu burung lebih mudah menular dari unggas
ke manusia dibanding dari manusia ke manusia. Belum ada bukti penyebaran dari manusia ke
manusia, dan juga belum terbukti penularan pada manusia lewat daging yang dikonsumsi.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Viru, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada
menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan
jumlah besar dalam kotorannya. Virus Inluenza A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu
burung pada unggas. Secara umum, virus Flu Burung tidak menyerang manusia, namun
beberapa tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang manusia.
DAFTAR PUSTAKA

http://dreamfile.wordpress.com/2017/03/09/flu-burung-gejala-cara-penularan-pencegahan-
dan-pengobatannya/

Abdel-Ghafar, Abdel-Ghafar, dkk. 2018. Update on Influenza A (H5N1) Virus Infection in


Humans. The New England Journal of Medicine; N Engl Med 2008;358:261-73.

Anonim. 2016. Avian Influenza. http://wikipedia.org.

2017. H5N1 Genetic Structure. http://wikipedia.org.

2018. Human Mortality from H5N1. http://wikipedia.org.

Anda mungkin juga menyukai