DI RUMAH SAKIT
Disusun Oleh :
1. AFRIYANTIHASIM : 751440120003
2. ANDRY NURZANA YUSUF : 751440120005
3. DEYANTI KASIM : 751440120007
4. EMA FITRIA K. BUHANG : 751440120009
5. FAZRIAN HULUKATI : 751440120011
6. HASNUM IBRAHIM : 751440120013
7. JULFIA KARIM : 751440120015
8. MAHENDRA THALIB : 751440120017
9. MELISA NTOI : 751440120019
10. MUTMAINNAH PUTRI R. ISA : 751440120021
11. NURMAYA BULONGGODU : 751440120023
12. PUTRI REGITA MOBILINGO : 751440120025
13. RISKA MAYSARAH AMSYAR : 751440120027
14. SRI ENDANG MOKODOMPIT : 751440120029
15. SRI NURWANDA S. AHMAD : 751440120031
16. WAHYUDIN ABDULLAH : 751440120033
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan
rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah
yang berjudul Implentasi informasi keperawatan di rumah sakit ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Dokumentasi Keperawatan tahun akademik 2021/2022.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan,
motivasi, dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu kami mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Hj. SuwarlyMobiliu, S.Kp, M.Kepselaku dosen mata kuliah
Dokumentasi Keperawatanyang telah membimbing dalam kegiatan belajar mengajar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya khususnya mahasiswa.
Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan, baik dalam
penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah ini, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
dimasa yang akan datang.
Gorontalo, Januari2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................6
1.3 Tujuan ........................................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................8
2.1. Pengertian system informasi keperawatan.................................................8
2.2. Konsep system informasi keperawatan......................................................8
2.3. Fungsi system informasi keperawatan.......................................................9
2.4. Manfaat system informasi keperawatan.....................................................9
2.5. Kentungan dan kerugian system informasi keperawatan.........................10
BAB 3PENUTUP........................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam praktek pelayanan keperawatan, kinerja seorang perawat akan dipengaruhi oleh
kepuasan perawat dalam melakukan pekerjaannya. Pengalaman yang menyenangkan atau rasa puas
dengan pengalaman yang tidak menyenangkan atau rasa tidak puas tercermin pada sikap seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya. Kepuasan merupakan suatu nilai perasaan seseorang apakah
memuaskan atau mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu proses membandingkan keberadaan
atau penampilan suatu produk diminati dengan nilainilai yang diharapkan. Dengan demikian
kepuasan kerja dapat diartikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Tingkat kepuasan kerja dapat terukur
berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu sendiri, penghasilan, kesempatan promosi,
pengawasan, dan rekan kerja atau atasan (Robbins S.P, 2007).
Robbins (1996) menyatakan tentang kepuasan kerja sebagai sikap yang umum dari
seseorangpada suatu pekerjaan yang dilakukan. Robbins (1996) juga mengatakan yang perlu diingat
bahwa suatu pekerjaan itu lebih dari sekedar menghadapi kertas, menunggu pelanggan, namun
termasuk didalamnya bagaimana berhubungan dengan rekan kerja, atasan, mengikuti aturan dan 2
kebijakan organisasi, menaati standar kinerja, dan tinggal didalam kondisi kerja yang sering kali
tidak ideal (Nursalam, 2015).
Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komputer dan bidang komunikasi
sangat berpengaruh dengan kemajuan perusahaan atau organisasi. Banyaknya data maupun
informasi yang harus diolah tidak memungkinkan dilakukan dengan menggunakan cara-cara
manual. Maka diperlukan suatu alat bantu yang memiliki tingkat kecepatan perhitungan dan
penyampaian data yang tinggi. Alat bantu tersebut merupakan perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) (Sarif, Kurniawan, & Inayatullah, 2013).
Dengan kemajuan teknologi informasi, sebagian besar institusi medis telah mengadopsi
teknologi informasi (IT) untuk meningkatkan efesiensi dan kualitasnya. Perawat dan dokter adalah
pekerja yang sangat mobile karena sering berpindah-pindah antar bangsal ke bangsal, kantor, ruang
konferensi, dan klinik rawat jalan. Pada dekade ini, sistem komputerisasi di bidang keperawatan
telah berkembang dan sistem catatan keperawatan elektronik telah diperkenalkan secara bertahap di
institusi medis Jepang. Sistem perekaman keperawatan secara elektronik ini dapat mengurangi
beban pekerjaan keperawatan, namun juga menjadi kendala atau masalah mengenai waktu dan
kemampuan pengoperasian perawat yang masih umum (Su & Liu, 2012).
Penerapan sistem informasi didalam sebuah pelayanan selain bertujuan untuk meningkatkan
akurasi data yang akan meningkatkan kualitas layanan, juga berusaha meningkatkan kepuasan
tenaga keperawatan karena aksesibilitas dengan data yang mudah. Sistem informasi mampu
menyimpan data dalam jumlah besar, mampu memunculkan data-data yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan, 3 serta kemudahan penggunaan perangkat komputer adalah beberapa hal
yang diharapkan oleh perawat dalam penerapan sistem ini di ruang rawat (Lin, Chiou, Chen, &
Yang, 2016).
Akses data yang mudah merupakan tantangan dalam lingkungan pelayanan kesehatan
terutama jika informasi direkam secara manual pada formulir cetak. Perawat terpaksa melakukan
tinjauan halaman demi halaman untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh pada suatu
kejadian. Rekaman yang dibuat secara manual dengan tulisan tangan akan menemukan kesulitan
dan membutuhkan waktu yang lama untuk pencarian, peringkasan dan pembandingan informasi
sehingga akan menemui kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat waktu (Triwibowo,
2013).
4
Rumah sakit memberikan pelayanan bagi masyarakat terutama pelayanan keperawatan. Dari
berbagai macam keluhan yang disampaikan oleh pasien terkait dengan pelayanan kesehatan, yang
paling mudah diingat oleh masyarakat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan mulai dari
pelayanan administrasi atau waktu yang terbuang karena perawat mencari data-data medik pasien.
Banyak faktor penyebab yang sering dialami oleh pihak rumah sakit karena sistem informasi yang
belum terkelola dengan baik yaitu pencatatan yang berulang-ulang sehingga banyak yang
menyebabkan duplikasi data, data yang belum terintegrasi atau masih tersebar, pencatatan data yang
masih manual sehingga banyak juga terdapat kesalahan dan informasi terlambat disebarkan (Olsen,
2013).
Dokumentasi keperawatan merupakan komponen yang integral dari asuhan keperawatan
yang berkualitas. Ini merupakan alat komunikasi penting antara perawat dan tenaga profesional
layanan kesehatan lainnya. Bukti dokumentasi 4 memungkinkan perawat manajer dapat menilai
apakah perawatan yang diberikan oleh perawat secara perorangan bersifat profesional, aman dan
kompeten, ini juga meningkatkan visibilitas aktivitas asuhan keperawatan. Manfaat lainnya
menyediakan layanan perawatan secara substansial dari memiliki catatan keperawatan yang
menyeluruh dan akurat. Selain itu, catatan keperawatan dapat dijadikan bukti hukum jika terjadi
tuntutan hukum. Untuk alasan itu, dokumentasi keperawatan harus dilaksanakan secara sistematis
dan terus dipertahankan (Munyisia, Yu, & Hailey, 2010).
Sistem informasi manajemen sebagai dasar dan alat bantu perputaran informasi serta
pengambilan keputusan menjadi penting keberadaannya terutama terkait dengan peningkatan
kualitas pelayanan dalam rumah sakit. Informasi yang terintegrasi dan termodifikasi sesuai
kebutuhan rumah sakit tidak hanya berperan dalam penyederhanaan proses pelayanan serta
prosedur operasional seluruh aktivitas rumah sakit melainkan juga dalam proses pengambilan
keputusan untuk pengembangan dan kemajuan rumah sakit (Hsiao, Li, Chen, & Ko, 2009).
Dalam membangun sistem manajemen rumah sakit (SIMRS) perlu mempertimbangkan
banyak faktor diantaranya adalah kebutuhan pasien, harapan pasien dari sebuah pelayanan
kesehatan adalah diberikannya pelayanan layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat
mobilitas pasien yang tinggi menuntut adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien
dan institusi kesehatan, yang selanjutnya antara pasien dan dokter. Pasien akan sangat tertolong bila
sistem rumah sakit mampu menyediakan kemudahan mendaftar kedokter via sms, atau lewat
website rumah sakit. Sesungguhnya bagi pasien alat komunikasi apa tidaklah penting karena faktor
kecepatan, kenyamanan serta 5 kebenaran data yang didokumentasikan itulah yang terpenting
(Handiwidjojo, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Koeswandari (2011) menunjukkan penilaian kualitas
informasi sesudah berbasis komputer jauh lebih akurat dibandingkan dengan penilaian kualitas
informasi sebelum berbasis komputer sebesar 90%. Menurut Nursalam (2015) tujuan kualitas
pelayanan dibidang keperawatan adalah untuk memastikan jasa pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien, dalam memenuhi kebutuhan pasien yang
paling bertanggung jawab adalah perawat. Pelayanan keperawatan dirumah sakit, menuntut adanya
peningkatan kualitas.
Sistem informasi manajemen rumah sakit membuat fungsi dari bagian perawatan lebih
dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional, fungsi penagihan
dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para
tenaga medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang
sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut
mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan
mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan (Handiwidjojo, 2009).
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, terlihat jelas bahwa kualitas penerapan sistem
informasi akan memberikan kemudahan bagi pengguna dalam hal ini penerapan SIMRS akan
5
memberikan kemudahan bagi para perawat. Namun, berdasarkan beberapa penelitian terkait dengan
sikap perawat dengan 6 penerapan SIMRS didapatkan tidak semua setuju atau puas dalam
melakukan dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan SIMRS dikarenakan beban kerja yang
menurut perawat berat secara langsung maupun tidak langsung dan minimnya tenaga keprawatan
terutama dalam menggunakan SIMRS.
Berdasarkan analisis yang dilakukan Sarif et al., (2013), dengan permasalahan pada rumah
sakit khusus paru-paru Palembang tentang sistem informasi manajemen rumah sakit bahwa dengan
adanya sistem informasi manajemen rumah sakit mempermudah pihak rumah sakit dalam
penyampaian informasi mengenai rekam medis, jenis penyakit paru-paru terbanyak dan datadata
pasien yang meninggal secara cepat dan tepat. Efek dari penerapan dan kualitas SIMRS dalam hal
pendokumentasian yang menimbulkan peningkatan beban kerja yang secara tidak langsung
memerlukan peningkatan pengetahuan keperawatan yang lebih mendalam dan profesional dalam
memasukkan informasi untuk penilaian dan rencana perawatan sehingga tidak semua perawat
terlibat dalam tugas dokumentasi elektronik yang rumit ini (Munyisia et al., 2010).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan dua orang perawat di ruangan dan
kepala bidang keperawatan didapatkan bahwa jumlah perawat di Rumah Sakit Bunda Palembang
berjumlah 89 orang perawat. Sejak tahun 2013 Rumah Sakit Bunda telah melaksanakan sistem
informasi manajemen pada instalasi rawat jalan dan rawat inap tetapi pada saat peneliti melakukan
wawancara dan observasi untuk informasi rawat inap RS Bunda untuk pendokumentasian asuhan
keperawatan sudah dilaksanakan tetapi mutu dan kualitas dari pendokumentasian belum ada
evaluasi secara terjadwal dan terdokumentasi, isi dalam sistem informasi berupa entry. Perawat
mengatakan 7 beban kerja yang begitu banyak membuat perawat merasa terbebani dengan
pelaksanaan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS), bila jumlah pasien dengan jumlah
BOR > 85% perawat tidak sempat memasukkan data asuhan keperawatan kedalam sistem sehingga
data di dalam sistem menjadi kosong. Rumah Sakit Bunda merupakan RS Type C dengan jumlah
tempat tidur sebanyak 218 TT perbandingan perawat dengan jumlah TT tidak sebanding dengan
jumlah perawat yang ada, menurut Permenkes No. 340, (2010)perbandingan tenaga perawat dan
tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi tenaga keperawatan yang sesuai dengan pelayanan di
Rumah Sakit. Perawat berharap ada seseorang yang khusus melakukan entry data asuhan
keperawatan seperti tenaga adminitrasi yang secara berkelanjutan sehingga SIMRS dapat berjalan
dengan baik(RS Umum Bunda Palembang, 2017).
Terkait dengan kualitas pelayanan dari RS ini, berdasarkan hasil akreditasi RS ini masih
dalam level Utama (bintang satu) dan masih dalam proses pembimbingan untuk melakukan
akreditasi yang paripurna, dan berdasarkan evaluasi tingkat kepuasan hasil penelitian oleh
Anggraini, (2017) didapatkan bahwa berkisar sekitar 87,2% keluarga dan pasien merasa puas
dengan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang diberikan selama ini sudah menggunakan
SIMRS. Namun terkait dengan implementasi dari aplikasi berbasis komputer diharapkan dapat
meningkatkan kecepatan pengambilan keputusan secara efektif, sehingga kualitas pelayanan
meningkat, untuk kepuasan perawat sebagai pengguna belum tereksplor dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
Tuntutan masyarakat yang mengharapkan pelayanan kesehatan dapat lebihmudah, cepat dan tepat
yang pada kenyataannya masih sering ditemui fenomenafenomena pada data-data pasien yang
sering hilang atau tidak ditemukan secaracepat. Berdasarkan latar belakang maka peneliti
merumuskan masalah penelitianyaitu belum diketahuinya hubungan kepuasan perawat dengan
kualitaspendokumentasian asuhan keperawatan menggunakan SIMRS di Rumah SakitBunda
Palembang.
1.3. Tujuan
6
1.3.1. Tujuan umum
BAB II
7
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembangdi luar negri sekitar
tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sisteminformasi diterapkan pada sistem
pelayanan kesehatan Australia khususnyapada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).Pemerintah
Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasikesehatan nasional yaitu Informasi
kesehatan andal 2010 (Reliable HealthInformation 2010). (Depkes, 2001). Pada Informasi
kesehatan anda tersebuttelah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan dimasyarakat, namun
pelaksanaannya belum optimal.
Perawat tinggal memilih etiologi yangada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga
disinilah, peran perawattidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap di
tanganperawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima atautidak oleh perawat
(Maria, 2009).Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatanmenggunakan Nursing
Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal memilihLabel dari NOC yang telah tersedia pada
masing-masing diagnosa keperawatanyang ada, serta menentukan batas waktu (dalam hari) masalah
diperkirakandapat terselesaikan.Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi
keperawatanmenggunakan Nursing Intervention Clasification (NIC) dan sama dengan
8
membuat tujuan, perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia padamasing-masing diagnosa
keperawatan (Maria, 2009).
Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri sendiri yangtelah disahkan
oleh rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikandalam sistem informasi keperawatan
(Laurie, 2008). Sedangkan untuk evaluasikeperawatan menggunakan hasil penilaian subyek,
observasi, analisa, danplanning keperawatan.
Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4fungsi utama dalam
praktik keperawatan klinik dan administratif .
10
B. Kekurangan Sistem Informasi Keperawatan
1. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini jugamasih sangat minim di rumah
sakit Indonesia.
2. Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yangdibutuhkan dalam keperawatan
masih banyak kelemahannya.
3. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisitersebut hilangnya data
telah diantisipasi sebagai perlindunganhukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam
UU No. 8 Tahun1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan
terhadapdokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuaiperkembangan tehnologi,
lembaran yang sangat penting dapatdialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD
ROM). CD ROMdapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang amandapat dibuat
kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman .Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan
untuk menghindari hilangnyadokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian
komputer,dan kebakaran.
4. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemenberbasis komputer ke dalam
sistem praktek keperawatan di Indonesiatidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harusmemperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasikeperawatan di
Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan,sumber dana, proses dan prosedur
informasi serta penggunaan danpemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.
11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Diperlukan suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat berkaitan dengan
dokumentasi proses keperawatan dengan menggunakan sistem infomasi manajemen
keperawatan. Kita hendaknya dalam mengumpulkan informasi disarankan untuk melakukan
pendekatan kepada pasien berguna untuk mendapatkan data yang lengkap,akurat dan relevan
untuk mengetahui masalah-masalah klien atau pun pasien tersebut.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://pungkisite.files.wordpress.com/2010/06/makalah-pemanfaatan-teknologi-dalam-
keperawatan.pdf
http://scholar.unand.ac.id/35332/6/BAB%20I%20Watermark.pdf
13