Anda di halaman 1dari 19

IMPLENTASI INFORMASI

KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT

Dosen pengampu : Ns.Tri wijayanto,M.Kep,Sp.KMB

Oleh :
KELOMPOK 4
1.AFRIYANSYAH 2021205201037
2.ALAN NT YOMIDRA 2021205201026
3.M.ARFAN ARSYAD 2021205201029
4.EVA NURYANI 2021205201008
5.INDIRA SYAFA'AH PUTRI 2021205201015
6.NAINA 2021205201023
7.PUTRI PUSPITA DEWI 2021205201014
8.ROSMALA DEWI 2021205201017
9.SALWA SHAFA AZ-ZAHRA 2021205201011
10.WIDIATUN MARCELLA PUTRI 2021205201009

PRODI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah yang berjudul Implentasi informasi keperawatan di
rumah sakit ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah . Kami menyadari
dalam penyusunan makalah ini tanpa adanya bimbingan, dorongan, motivasi,
dan doa, makalah ini tidak akan terwujud. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen telah membimbing dalam kegiatan belajar
mengajar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya khususnya
mahasiswa.
Akhir kata penulis menyadari makalah ini masih banyak kesalahan,
baik dalam penulisan maupun informasi yang terkandung didalam makalah
ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun demi perbaikan dan kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Pringsewu, Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................6
1.3 Tujuan ........................................................................................................7

BAB 2 PEMBAHASAN.................................................................................8
2.1. Pengertian system informasi keperawatan.................................................8
2.2. Konsep system informasi keperawatan......................................................8
2.3. Fungsi system informasi keperawatan.......................................................9
2.4. Manfaat system informasi keperawatan.....................................................9
2.5. Kentungan dan kerugian system informasi keperawatan.........................10

BAB 3PENUTUP........................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan .................................................................................. ............12
3.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam praktek pelayanan keperawatan, kinerja seorang perawat akan
dipengaruhi oleh kepuasan perawat dalam melakukan pekerjaannya.
Pengalaman yang menyenangkan atau rasa puas dengan pengalaman yang tidak
menyenangkan atau rasa tidak puas tercermin pada sikap seseorang dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kepuasan merupakan suatu nilai perasaan
seseorang apakah memuaskan atau mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu
proses membandingkan keberadaan atau penampilan suatu produk diminati
dengan nilainilai yang diharapkan. Dengan demikian kepuasan kerja dapat
diartikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang
merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Tingkat kepuasan kerja
dapat terukur berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu sendiri,
penghasilan, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja atau atasan
(Robbins S.P, 2007).
Robbins (1996) menyatakan tentang kepuasan kerja sebagai sikap yang
umum dari seseorangpada suatu pekerjaan yang dilakukan. Robbins (1996) juga
mengatakan yang perlu diingat bahwa suatu pekerjaan itu lebih dari sekedar
menghadapi kertas, menunggu pelanggan, namun termasuk didalamnya
bagaimana berhubungan dengan rekan kerja, atasan, mengikuti aturan dan 2
kebijakan organisasi, menaati standar kinerja, dan tinggal didalam kondisi kerja
yang sering kali tidak ideal (Nursalam, 2015).
Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komputer dan
bidang komunikasi sangat berpengaruh dengan kemajuan perusahaan atau
organisasi. Banyaknya data maupun informasi yang harus diolah tidak
memungkinkan dilakukan dengan menggunakan cara-cara manual. Maka
diperlukan suatu alat bantu yang memiliki tingkat kecepatan perhitungan dan
penyampaian data yang tinggi. Alat bantu tersebut merupakan perangkat keras

4
(hardware) dan perangkat lunak (software) (Sarif, Kurniawan, & Inayatullah,
2013).
Dengan kemajuan teknologi informasi, sebagian besar institusi medis
telah mengadopsi teknologi informasi (IT) untuk meningkatkan efesiensi dan
kualitasnya. Perawat dan dokter adala h pekerja yang sangat mobile karena
sering berpindah-pindah antar bangsal ke bangsal, kantor, ruang konferensi, dan
klinik rawat jalan. Pada dekade ini, sistem komputerisasi di bidang keperawatan
telah berkembang dan sistem catatan keperawatan elektronik telah
diperkenalkan secara bertahap di institusi medis Jepang. Sistem perekaman
keperawatan secara elektronik ini dapat mengurangi beban pekerjaan
keperawatan, namun juga menjadi kendala atau masalah mengenai waktu dan
kemampuan pengoperasian perawat yang masih umum (Su & Liu, 2012).
Penerapan sistem informasi didalam sebuah pelayanan selain bertujuan
untuk meningkatkan akurasi data yang akan meningkatkan kualitas layanan,
juga berusaha meningkatkan kepuasan tenaga keperawatan karena aksesibilitas
dengan data yang mudah. Sistem informasi mampu menyimpan data dalam
jumlah besar, mampu memunculkan data-data yang diperlukan dalam
pengambilan keputusan, 3 serta kemudahan penggunaan perangkat komputer
adalah beberapa hal yang diharapkan oleh perawat dalam penerapan sistem ini
di ruang rawat (Lin, Chiou, Chen, & Yang, 2016).
Akses data yang mudah merupakan tantangan dalam lingkungan
pelayanan kesehatan
terutama jika informasi direkam secara manual pada formulir cetak. Perawat
terpaksa melakukan tinjauan halaman demi halaman untuk mengidentifikasi
faktor yang berpengaruh pada suatu kejadian. Rekaman yang dibuat secara
manual dengan tulisan tangan akan menemukan kesulitan dan membutuhkan
waktu yang lama untuk pencarian, peringkasan dan pembandingan informasi
sehingga akan menemui kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat
waktu (Triwibowo,2013).

5
Rumah sakit memberikan pelayanan bagi masyarakat terutama
pelayanan keperawatan. Dari berbagai macam keluhan yang disampaikan oleh
pasien terkait dengan pelayanan kesehatan, yang paling mudah diingat oleh
masyarakat adalah pelayanannya yang tidak memuaskan mulai dari pelayanan
administrasi atau waktu yang terbuang karena perawat mencari data-data medik
pasien. Banyak faktor penyebab yang sering dialami oleh pihak rumah sakit
karena sistem informasi yang belum terkelola dengan baik yaitu pencatatan
yang berulang-ulang sehingga banyak yang menyebabkan duplikasi data, data
yang belum terintegrasi atau masih tersebar, pencatatan data yang masih manual
sehingga banyak juga terdapat kesalahan dan informasi terlambat disebarkan
(Olsen,2013).
Dokumentasi keperawatan merupakan komponen yang integral dari
asuhan keperawatan yang berkualitas. Ini merupakan alat komunikasi penting
antara perawat dan tenaga profesional layanan kesehatan lainnya. Bukti
dokumentasi 4 memungkinkan perawat manajer dapat menilai apakah
perawatan yang diberikan oleh perawat secara perorangan bersifat profesional,
aman dan kompeten, ini juga meningkatkan visibilitas aktivitas asuhan
keperawatan. Manfaat lainnya menyediakan layanan perawatan secara
substansial dari memiliki catatan keperawatan yang menyeluruh dan akurat.
Selain itu, catatan keperawatan dapat dijadikan bukti hukum jika terjadi
tuntutan hukum. Untuk alasan itu, dokumentasi keperawatan harus
dilaksanakan secara sistematis dan terus dipertahankan (Munyisia, Yu, &
Hailey, 2010).
Sistem informasi manajemen sebagai dasar dan alat bantu perputaran
informasi serta pengambilan keputusan menjadi penting keberadaannya
terutama terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan dalam rumah sakit.
Informasi yang terintegrasi dan termodifikasi sesua i kebutuhan rumah sakit
tidak hanya berperan dalam penyederhanaan proses pelayanan serta prosedur
operasional seluruh aktivitas rumah sakit melainkan juga dalam proses
pengambilan keputusan untuk pengembangan dan kemajuan rumah sakit
(Hsiao, Li, Chen, & Ko , 2009).

6
Dalam membangun sistem manajemen rumah sakit (SIMRS) perlu
mempertimbangkan banyak faktor diantaranya adalah kebutuhan pasien,
harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya pelayanan
layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas pasien yang
tinggi menuntut adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan
institusi kesehatan, yang selanjutnya antara pasien dan dokter. Pasien akan
sangat tertolong bila sistem rumah sakit mampu menyediakan kemudahan
mendaftar kedokter via sms, atau lewat website rumah sakit. Sesungguhnya
bagi pasien alat komunikasi apa tidaklah penting karena faktor kecepatan,
kenyamanan serta 5 kebenaran data yang didokumentasikan itulah yang
terpenting (Handiwidjojo, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Koeswandari (2011) menunjukkan
penilaian kualitas informasi sesudah berbasis komputer jauh lebih akurat
dibandingkan dengan penilaian kualitas informasi sebelum berbasis komputer
sebesar 90%. Menurut Nursalam (2015) tujuan kualitas pelayanan dibidang
keperawatan adalah untuk memastikan jasa pelayanan keperawatan yang
dihasilkan sesuai dengan standar atau keinginan pasien, dalam memenuhi
kebutuhan pasien yang paling bertanggung jawab adalah perawat. Pelayanan
keperawatan dirumah sakit, menuntut adanya peningkatan kualitas.
Sistem informasi manajemen rumah sakit membuat fungsi dari bagian
perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara
profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan
pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu
memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan
pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama
untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis
tersebut diberikan. Pola tersebut mempengaruhi secara positif kinerja para
tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit secara keseluruhan (Handiwidjojo, 2009).
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, terlihat jelas bahwa kualitas
penerapan system informasi akan memberikan kemudahan bagi pengguna

7
dalam hal ini penerapan SIMRS akan memberikan kemudahan bagi para
perawat. Namun, berdasarkan beberapa penelitian terkait dengan sikap perawat
dengan 6 penerapan SIMRS didapatkan tidak semua setuju atau puas dalam
melakukan dokumentasi asuhan keperawatan menggunakan SIMRS
dikarenakan beban kerja yang menurut perawat berat secara langsung maupun
tidak langsung dan minimnya tenaga keprawatan terutama dalam menggunakan
SIMRS.
Berdasarkan analisis yang dilakukan Sarif et al., (2013), dengan
permasalahan pada rumah sakit khusus paru-paru Palembang tentang sistem
informasi manajemen rumah sakit bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen rumah sakit mempermudah pihak rumah sakit dalam penyampaian
informasi mengenai rekam medis, jenis penyakit paru-paru terbanyak dan
datadata pasien yang meninggal secara cepat dan tepat. Efek dari penerapan dan
kualitas SIMRS dalam hal pendokumentasian yang menimbulkan peningkatan
beban kerja yang secara tidak langsung memerlukan peningkatan pengetahuan
keperawatan yang lebih mendalam dan profesional dalam memasukkan
informasi untuk penilaian dan rencana perawatan sehingga tidak semua perawat
terlibat dalam tugas dokumentasi elektronik yang rumit ini (Munyisia et al.,
2010).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan dua orang
perawat di ruangan dan kepala bidang keperawatan didapatkan bahwa jumlah
perawat di Rumah Sakit Bunda Palembang berjumlah 89 orang perawat. Sejak
tahun 2013 Rumah Sakit Bunda telah melaksanakan sistem informasi
manajemen pada instalasi rawat jalan dan rawat inap tetapi pada saat peneliti
melakukan wawancara dan observasi untuk informasi rawat inap RS Bunda
untuk pendokumentasian asuhan keperawatan sudah dilaksanakan tetapi mutu
dan kualitas dari pendokumentasian belum ada evaluasi secara terjadwal dan
terdokumentasi, isi dalam sistem informasi berupa entry. Perawat mengatakan 7
beban kerja yang begitu banyak membuat perawat merasa terbebani dengan
pelaksanaan sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS), bila jumlah
pasien dengan jumlah BOR > 85% perawat tidak sempat memasukkan data

8
asuhan keperawatan kedalam sistem sehingga data di dalam sistem menjadi
kosong. Rumah Sakit Bunda merupakan RS Type C dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 218 TT perbandingan perawat dengan jumlah TT tidak sebanding
dengan jumlah perawat yang ada, menurut Permenkes No. 340,
(2010)perbandingan tenaga perawat dan tempat tidur adalah 2:3 dengan
kualifikasi tenaga keperawatan yang sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
Perawat berharap ada seseorang yang khusus melakukan entry data asuhan
keperawatan seperti tenaga adminitrasi yang secara berkelanjutan sehingga
SIMRS dapat berjalan dengan baik(RS Umum Bunda Palembang, 2017).
Terkait dengan kualitas pelayanan dari RS ini, berdasarkan hasil
akreditasi RS ini masih dalam level Utama (bintang satu) dan masih dalam
proses pembimbingan untuk melakukan akreditasi yang paripurna, dan
berdasarkan evaluasi tingkat kepuasan hasil penelitian oleh Anggraini, (2017)
didapatkan bahwa berkisar sekitar 87,2% keluarga dan pasien merasa puas
dengan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan yang diberikan selama ini sudah
menggunakan SIMRS. Namun terkait dengan implementasi dari aplikasi
berbasis komputer diharapkan dapat meningkatkan kecepatan pengambilan
keputusan secara efektif, sehingga kualitas pelayanan meningkat, untuk
kepuasan perawat sebagai pengguna belum tereksplor dengan baik.

1.2. Rumusan Masalah


Tuntutan masyarakat yang mengharapkan pelayanan kesehatan dapat
lebihmudah, cepat dan tepat yang pada kenyataannya masih sering ditemui
fenomenafenomena pada data-data pasien yang sering hilang atau tidak
ditemukan secaracepat.

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan umum
Diketahuinya hubungan antara kepuasan perawat dengan kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatan

9
1.3.2. Tujuan khusus
1. Diketahuinya kualitas dokumentasi pada aspek relevansi
dalampendokumentasian asuhan keperawatan
2. Diketahuinya kualitas dokumentasi pada aspek akurasi dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan
3. Diketahuinya kualitas dokumentasi pada aspek ketepatan
dalampendokumentasian asuhan keperawatan

10
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen
dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponenyaitu proses,
prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk,pelanggan, supplier,
dan rekanan. (Eko,I. 2001).Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi
ilmu komputer, ilmuinformasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk
memudahkanmanajemen dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan
yangdigunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea
&Cococran,1989)

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembangdi


luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992,
sisteminformasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia
khususnyapada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).Pemerintah Indonesia sudah
mempunyai visi tentang sistem informasikesehatan nasional yaitu Informasi
kesehatan andal 2010 (Reliable HealthInformation 2010). (Depkes, 2001). Pada
Informasi kesehatan anda tersebuttelah direncanakan untuk membangun system
informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di
pelayanan dimasyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

2.2 Konsep Sistem Informasi Keperawatan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sisteminformasi


keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapatmengurangi
kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan padapasien.

11
Penggunaan sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkanmutu
pelayanan dan asuhan keperawatan.

Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing


Language(SNL) berbasis TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem.
Padapengkajian data, perawat tinggal memilih data yang tersedia. Setelah
datadipilih secara lengkap, komputer akan secara automatis menganalisa
datayang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah sesuai data
yangdipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang
dimasukanoleh perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien.
Denganmenggunakan sistem “pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya
dalam melakukan analisis data untuk dijadikan diagnosa keperawatan.Masalah
yang munculpun menjadi semakin riil dan akurat, karena masalahyang
dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku.

Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan


olehkomputer, berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian
perawatan.Komputer akan secara automatis menganalisa data yang ada dan
memunculkan masalah keperawatan.

Perawat tinggal memilih etiologi yangada disesuaikan dengan kondisi


pasien. Sehingga disinilah, peran perawattidak bisa digantikan oleh komputer,
karena judgment terakhir tetap di tanganperawat. Apakah masalah yang
dimunculkan oleh komputer diterima atautidak oleh perawat (Maria,
2009).Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatanmenggunakan
Nursing Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal memilihLabel dari
NOC yang telah tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatanyang ada,
serta menentukan batas waktu (dalam hari) masalah diperkirakandapat
terselesaikan.Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi
keperawatanmenggunakan Nursing Intervention Clasification (NIC) dan sama
dengan

12
membuat tujuan, perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia padamasing-
masing diagnosa keperawatan (Maria, 2009).

Implementasi keperawatan dalam sistem informasi


keperawatanmenggunakan label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal
mengetikanaktifitas-aktifitas perawatan yang telah dilakukan, menambahkan
jampelaksanaan dan menuliskan pelaksana dari aktifitas tersebut. Yang
istimewadalam sistem ini adalah implementasi yang diinputkan oleh perawat
dalamdokumentasi asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan
billingsystem rumah sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan
pasien.

Masing masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri sendiri


yangtelah disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal
mendokumentasikandalam sistem informasi keperawatan (Laurie, 2008).
Sedangkan untuk evaluasikeperawatan menggunakan hasil penilaian subyek,
observasi, analisa, danplanning keperawatan.

2.3. Fungsi Sistem Informasi Keperawatan

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan


4fungsi utama dalam praktik keperawatan klinik dan administratif .

Proses perawatan pasien


Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh
perawatkepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal
perawatandan pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif,
beban kerja, administrasi pasien.
Proses managemen bangsal

13
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara
efektifmenggunakan menggunakan sumber dalam merencanakan objek
secaraspesifik. Mentransformasikan informasi pada manajemen
yangberorientasi informasi dalam pengambilan keputusan: jaminan
kualitas,sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan jadwal dinas
karyawansudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas
karyawan,manajemenperseorangan, perencanaan keperawatan,
manajemeninventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,
manajemen finansial,kontroling terhadap infeksi.
Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien
dansubjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan,
perjanjiandan penjadwalan, reviewdata,transformasi data, segala bentuk
pesan. Proses Pendidikan dan Penelitian Pendokumentasian fungsi dan
prosedural.

2.4. Manfaat System Informasi Keperawatan


Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi,
makasangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem
pendokumentasianasuhan keperawatan yang lebih baik. Metode
pendokumentasian asuhankeperawatan saat sudah mulai menunjukkan
perkembangan, dari yangsebelumnya manual, bergeser kearah komputerisasi.
Metodependokumentasian tersebut dengan menggunakan Sistem Informasi
Manajemen.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanyabermanfaat
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, namun juga dapatmenjadi
pendukung pedoman bagipengambil kebijakan/pengambil keputusandi
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System(Eko,I.
2001).

14
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):
1) Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station.
2) Mengurangi penggunaan kertas
3) Dokumentasi keperawatan secara automatis
4) Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5) Mengurangi biaya
6) Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

2.5 Kelebihan Dan Kekurangan System Informasi Keperawatan


A. Kelebihan System Informasi Keperawatan

1. Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan lebih efisien,


danproduktifitas.
2. Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulandata
dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat
menjadisumber dari penelitian
4. Dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien
5. Melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biayadari
pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993).
6. Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman
7. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat
dilaksanakanlebih cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran
kertas yangbertumpuk di ruang penyimpanan
8. Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia,
2003:beberapa institusi kesehatan yang menerapkan system
komputer,setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30
menitwaktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan
meningkatkeakuratan dalam dokumentasi keperawatan
9. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputerseyogyanya
mengikuti prinsip- prinsip pendokumentasian, serta sesuaidengan

15
standar pendokumentasian internasional seperti: ANA,NANDA,
NIC(Nursing Interventions Classification, 2000).
10. Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat
menjadipendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil
keputusandi keperawatan/Decision Support System dan Executive
InformationSystem.(Eko,I. 2001)
11. Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemenyang
berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitungpemakaian
tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial,penghitungan budget
keperawatan dan sebagainya. Dengan adanyadata yang akurat pada
keperawatan maka data ini juga dapatdigunakan untuk informasi bagi
tim kesehatan yang lain. SistemInformasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalampelaksanaan riset keperawatan secara
khususnya dan riset kesehatanpada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecilyang
berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering dikenaldengan
Sistem informasi manjemen.

16
B. Kekurangan Sistem Informasi Keperawatan

1. Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini jugamasih


sangat minim di rumah sakit Indonesia.
2. Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yangdibutuhkan
dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
3. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada
kondisitersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai
perlindunganhukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU
No. 8 Tahun1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan
terhadapdokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun
sesuaiperkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting
dapatdialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD
ROMdapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang amandapat
dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman .Pengalihan ke
CD ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnyadokumen karena
peristiwa tidak terduga seperti pencurian komputer,dan kebakaran.
4. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemenberbasis
komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesiatidak terlalu
mudah. Hal ini karena pihak manajemen harusmemperhatikan beberapa
aspek yaitu struktur organisasikeperawatan di Indonesia, kemampuan
sumber daya keperawatan,sumber dana, proses dan prosedur informasi
serta penggunaan danpemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pengumpulan informasi atau pengkajian merupakan tahap awal didalam
proses keperawatan.Dari informasi yang saya dapat maupun terkumpul,
data dasar tentang masalah- masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya
data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan
nanti, baik merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.

3.2. Saran

Diperlukan suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat


berkaitan dengan dokumentasi proses keperawatan dengan menggunakan
sistem infomasi manajemen keperawatan. Kita hendaknya dalam
mengumpulkan informasi disarankan untuk melakukan pendekatan
kepada pasien berguna untuk mendapatkan data yang lengkap,akurat dan
relevan untuk mengetahui masalah-masalah klien atau pun pasien
tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Taufik. 2011. Aplikasi Smartcard Berbasis Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia.
Alfitri, Nadia, dkk. 2007. Aplikasi Smart Card Untuk Electronic Medical Record (EMR) Smart
Card Application for Electronic Medical Record.
Nanda, Arya, dkk. 2012. System informasi kesehatan Smart card.

19

Anda mungkin juga menyukai