Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam praktek pelayanan keperawatan, kinerja seorang perawat akan


dipengaruhi oleh kepuasan perawat dalam melakukan pekerjaannya. Pengalaman
yang menyenangkan atau rasa puas dengan pengalaman yang tidak menyenangkan
atau rasa tidak puas tercermin pada sikap seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya. Kepuasan merupakan suatu nilai perasaan seseorang apakah
memuaskan atau mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu proses
membandingkan keberadaan atau penampilan suatu produk diminati dengan nilai-
nilai yang diharapkan. Dengan demikian kepuasan kerja dapat diartikan sebagai
suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari
sebuah evaluasi karakteristiknya. Tingkat kepuasan kerja dapat terukur
berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu sendiri, penghasilan,
kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja atau atasan (Robbins S.P,
2007).
Robbins (1996) menyatakan tentang kepuasan kerja sebagai sikap yang
umum dari seseorangpada suatu pekerjaan yang dilakukan. Robbins (1996) juga
mengatakan yang perlu diingat bahwa suatu pekerjaan itu lebih dari sekedar
menghadapi kertas, menunggu pelanggan, namun termasuk didalamnya
bagaimana berhubungan dengan rekan kerja, atasan, mengikuti aturan dan
kebijakan organisasi, menaati standar kinerja, dan tinggal didalam kondisi kerja
yang sering kali tidak ideal (Nursalam, 2015).
Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komputer dan bidang
komunikasi sangat berpengaruh dengan kemajuan perusahaan atau organisasi.
Banyaknya data maupun informasi yang harus diolah tidak memungkinkan
dilakukan dengan menggunakan cara-cara manual. Maka diperlukan suatu alat
bantu yang memiliki tingkat kecepatan perhitungan dan penyampaian data yang
tinggi. Alat bantu tersebut merupakan perangkat keras (hardware) dan perangkat
lunak (software) (Sarif, Kurniawan, & Inayatullah, 2013).
Dengan kemajuan teknologi informasi, sebagian besar institusi medis telah
mengadopsi teknologi informasi (IT) untuk meningkatkan efesiensi dan
kualitasnya. Perawat dan dokter adalah pekerja yang sangat mobile karena sering
berpindah-pindah antar bangsal ke bangsal, kantor, ruang konferensi, dan klinik
rawat jalan. Pada dekade ini, sistem komputerisasi di bidang keperawatan telah
berkembang dan sistem catatan keperawatan elektronik telah diperkenalkan secara
2
bertahap di institusi medis Jepang. Sistem perekaman keperawatan secara
elektronik ini dapat mengurangi beban pekerjaan keperawatan, namun juga
menjadi kendala atau masalah mengenai waktu dan kemampuan pengoperasian
perawat yang masih umum (Su & Liu, 2012).
Penerapan sistem informasi didalam sebuah pelayanan selain bertujuan untuk
meningkatkan akurasi data yang akan meningkatkan kualitas layanan, juga
berusaha meningkatkan kepuasan tenaga keperawatan karena aksesibilitas dengan
data yang mudah. Sistem informasi mampu menyimpan data dalam jumlah besar,
mampu memunculkan data-data yang diperlukan dalam pengambilan keputusan,
serta kemudahan penggunaan perangkat komputer adalah beberapa hal yang
diharapkan oleh perawat dalam penerapan sistem ini di ruang rawat (Lin, Chiou,
Chen, & Yang, 2016).
Akses data yang mudah merupakan tantangan dalam lingkungan
pelayanan kesehatan terutama jika informasi direkam secara manual pada formulir
cetak. Perawat terpaksa melakukan tinjauan halaman demi halaman untuk
mengidentifikasi faktor yang berpengaruh pada suatu kejadian. Rekaman yang
dibuat secara manual dengan tulisan tangan akan menemukan kesulitan dan
membutuhkan waktu yang lama untuk pencarian, peringkasan dan pembandingan
informasi sehingga akan menemui kesulitan untuk mendapatkan informasi yang
tepat waktu (Triwibowo, 2013).
Rumah sakit memberikan pelayanan bagi masyarakat terutama pelayanan
keperawatan. Dari berbagai macam keluhan yang disampaikan oleh pasien terkait
dengan pelayanan kesehatan, yang paling mudah diingat oleh masyarakat adalah
pelayanannya yang tidak memuaskan mulai dari pelayanan administrasi atau
waktu yang terbuang karena perawat mencari data-data medik pasien. Banyak
faktor penyebab yang sering dialami oleh pihak rumah sakit karena sistem
informasi yang belum terkelola dengan baik yaitu pencatatan yang berulang-ulang
sehingga banyak yang menyebabkan duplikasi data, data yang belum terintegrasi
atau masih tersebar, pencatatan data yang masih manual sehingga banyak juga
terdapat kesalahan dan informasi terlambat disebarkan (Olsen, 2013).
Dokumentasi keperawatan merupakan komponen yang integral dari asuhan
keperawatan yang berkualitas. Ini merupakan alat komunikasi penting antara
perawat dan tenaga profesional layanan kesehatan lainnya. Bukti dokumentasi
memungkinkan perawat manajer dapat menilai apakah perawatan yang diberikan
oleh perawat secara perorangan bersifat profesional, aman dan kompeten, ini juga
meningkatkan visibilitas aktivitas asuhan keperawatan. Manfaat lainnya
menyediakan layanan perawatan secara substansial dari memiliki catatan
3
keperawatan yang menyeluruh dan akurat. Selain itu, catatan keperawatan dapat
dijadikan bukti hukum jika terjadi tuntutan hukum. Untuk alasan itu, dokumentasi
keperawatan harus dilaksanakan secara sistematis dan terus dipertahankan
(Munyisia, Yu, & Hailey, 2010).
Sistem informasi manajemen sebagai dasar dan alat bantu perputaran
informasi serta pengambilan keputusan menjadi penting keberadaannya terutama
terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan dalam rumah sakit. Informasi yang
terintegrasi dan termodifikasi sesuai kebutuhan rumah sakit tidak hanya berperan
dalam penyederhanaan proses pelayanan serta prosedur operasional seluruh
aktivitas rumah sakit melainkan juga dalam proses pengambilan keputusan untuk
pengembangan dan kemajuan rumah sakit (Hsiao, Li, Chen, & Ko, 2009).
Dalam membangun sistem manajemen rumah sakit (SIMRS) perlu
mempertimbangkan banyak faktor diantaranya adalah kebutuhan pasien, harapan
pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya pelayanan layanan
yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas pasien yang tinggi
menuntut adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan institusi
kesehatan, yang selanjutnya antara pasien dan dokter. Pasien akan sangat
tertolong bila sistem rumah sakit mampu menyediakan kemudahan mendaftar
kedokter via sms, atau lewat website rumah sakit.
2
BAB II
KONSEP DASAR

Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4


fungsi utama dalam praktik keperawatan klinik dan administratif:

1. Proses perawatan pasien


Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh perawat
kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal perawatan dan
pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif, beban kerja ,
administrasi pasien.
2. Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara efektif
menggunakan  menggunakan sumber dalam merencanakan objek secara spesifik.
Mentransformasikan informasi pada manajemen yang berorientasi informasi dalam
pengambilan keputusan: jaminan kualitas, sudut pandang aktivitas di bangsal
keperawatan, jadwal dinas karyawan, manajemen perseorangan, perencanaan
keperawatan, manajemen inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana,
manajemen finansial, kontroling terhadap infeksi.
3. Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien dan subjek
lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan, perjanjian dan
penjadwalan, review data, transformasi data,  segala bentuk pesan.

4. Proses Pendidikan dan Penelitian


Pendokumentasian fungsi dan prosedural.

Informasi   keperawatan   adalah   ilmu   keperawatan   yang   terintegrasi 


dengan   ilmu keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu informasi untuk mengolah
data, informasi, dan pengetahuan dalam praktik keperawatan. Informasi
keperawatan terintegrasi dari data, informasi dan pengetahuan untuk mendukung
pasien, perawat dan pengguna lain dalam berperan mengambil keputusan (ANA,
2001). Pendapat lain juga menyatakan bahwa informasi keperawatan adalah untuk
menganalisa, mengumpulkan , mengolah data, dan memproses data ke dalam
bentuk informasi dan pengetahuan, membuat pengetahuan sebagai dasar keputusan
dan pemberian pelayanan keperawatan pasien dan meningkat kankualitas dalam
praktik profesionalnya (Goossen, 1996). Perkembangan teknologi informasi dapat
meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan
dengan cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan meningkatkan
3
produktivitas, dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Banyak 
manfaat  yang diperoleh bila rumah  sakit menggunakan sistem informasi
keperawatan yaitu manajemen lebih efisien, penggunaan sumber biaya lebih efektif,
peningkatan   program   perencanaan,   dan   meningkatkan   pendayagunaan 
perawat. (Strachan, 2005). American   Association   of   Nurse   Executive   (1993) 
dalam   Saba, McCormick ,(2001)mengemukakan   manfaat   penting   dalam 
penggunaan   informasi   teknologi   yaitu meningkatkan pemanfaatan sumber daya
staf perawat, meningkatkan pelayanan dan monitoring pasien, meningkatkan
dokumentasi, meningkatkan informasi, meningkatkan perencanaan, meningkatkan 
standar   praktik   keperawatan,   kemampuan   menetapkan masalah dan
meningkatkan evaluasi perawatan dan mendukung organisasi yang dinamik.
Menurut ANA (American Nurse Association) dalam Saba (2001), menyebutkan ada
enam standar praktik untuk informasi keperawatan yaitu:
1) Pengkajian, berfokus pada pasien yang meliputi identitas pasien,
2) Identifikasi hasil, hasil siklus teknologi informasi daripasien   dan   data   pasien 
dalam   mendukung   adanya   perubahan   dalam   pembuatan keputusan,
 3) Diagnosa, meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan identifikasi hasil
yang menggambarkan hasil perawatan yang terukur,
 4) Perencanaan, penggunaan teknologi yang digunakan untuk menambah dan
merubah data yang relevan ke dalam perencanaan keperawatan.
  5) Implementasi, merupakan pemberian tindakan yang nyata kepada   pasien. 
 6) Evaluasi,   digunakan   untuk   efisiensi   dan   efektifitas   keputusan,
perencanaan dan pelaksanaan untuk meningkatkan praktik keperawatan.
Pendokumentasian   Keperawatan  merupakan   hal   penting   yang   dapat 
menunjang pelaksanaan   mutu   asuhan   keperawatan.   (Kozier,E.   1990).
4

BAB III
PERMASALAHAN

Dokumentasi perawatan merupakan bagian penting dari dokumentasi klinis.


Namun, dokumentasi proses keperawatan sering kurang berkualitas. Untuk
meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat maka
perlu diterapkan sistem infomasi keperawatan dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan. Ada
harapan tinggi bahwa komputer dapat mendukung dalam dokumentasi keperawatan
akan membantu meningkatkan kualitas dokumentasi. Namun dengan diterapkannya
komputerisasi di rumah sakit juga perlu diimbangi oleh kemampuan perawat dalam
mengoperasionalkan komputer. Untuk meningkatkan kemampuan perawat dalam
penggunaan komputer maka perawat telah menyoroti kebutuhan untuk pelatihan dalam
penggunaan teknologi informasi, dan penilaian kritis penting untuk profesional perawat.
(Docker, et all.,2003).
Dokumentasi keperawatan yang ada sekarang ini adalah dokumentasi keperawtan
yang berbasis kertas. Namun pada kenyataannya sering ditemukan bahwa proses tersebut
tidak terintegrasi ke dalam dokumentasi keperawatan.Sering kita menemukan
dokumentasi yang kurang lengkap, alasannya antara lain perlu waktu yang banyak,
kualitas catatan berbasis kertas masih rendah dan pemanfaatan dokumentasi masih
terbatas dari proses keperawatan. Masalah-masalah ini menyebabkan upaya untuk
mendukung proses keperawatan dengan sistem berbasis komputer untuk mengurangi
beban perawat dalam dokumentasi.Penerapan sistem informasi keperawatan dalam
dokumentasi asuhan keperawatan bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan. Dokumentasi yang berbasis komputer selain
meningkatkan kualitas juga memungkinkan penggunaan kembali data keperawatan
untuk manajemen keperawatan dan penelitian keperawatan. Hal ini seperti yang
terdapat dalam hasil penelitian dari Mueller, et all.2006 yang menyatakan bahwa
kualitas dokumentasi keperawatan semakin meningkat dengan diterapkannya Quality of
Nursing Diagnoses, Interventions, and Outcomes (Q- DIO).Penelitian ini mendukung
penggunaan Q-DIO dalam mengevaluasi dokumentasi keperawatan diagnosis,
intervensi, dan hasil asuhan keperawatan.
Berdasarkan hal tersebut maka untuk meningkatkan kualitas dokumentasi,
perawat membutuhkan dukungan melalui pendidikan agar mengetahui langkah-langkah
untuk menghubungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi
5

diidentifikasi,dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan. Adanya


peningkatan dokumentasi tersebut membuktikan bahwa dengan diterapkannya Q-DIO
dapat berguna sebagai alat audit dokumentasi keperawatan dan harus dikembangkan
sebagai fitur terintegrasi secara elektronik. (Mueller, et all.2006).
Seiring dengan perkembangan teknologi keperawatan, penerapan
pendokumentasian keperawatan di Indonesia, sudah saatnya untuk dikembangkan dengan
berbasis komputer, mengingat banyak kegunaannya
Terdapat beberapa   aspek   yang   menjadi   kendala   dalam penerapan   SIM   di   
Indonesia.   Memutuskan   untuk   menerapkan   sistem   informasi manajemen berbasis
komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini
karena pihak manajemen harus memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur
organisasi, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat,
sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang sudah disepakati oleh tim
keperawatan dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil   
kebijakan. Pihak   manajemen   rumah   sakit   masih   banyak   yang mempertanyakan
apakah Sistem Informasi keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Aspek
kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber daya manusia   
di   institusi   pelayanan   kesehatan   yang   belum   siap   menghadapi   sistem
kosssmputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidak mampuan
staf terhadap sistem informasi teknologi yang sedangberkembang. Pemahaman yang
kurang tentang manfaat sistem informasi menjadi salah satu faktor penyebab
ketidaksiapan SDM keperawatan. Aspek ketiga yang menjadi faktor penghambat atau
kendala dalam pelaksanaan SIMK adalah faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu
bahwa untuk mendapatkan sistem informasi   manajemen   keperawatan   yang   sudah   
siap   diterapkan   di   rumah   sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya
sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga
seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup.
Aspek keempat adalah kurangnya fasilitas  Information   technology  yang   mendukung.   
Pelaksanaan   SIM   keperawatan tentunya   membutuhkan   banyak   perangkat   keras   
atau   unit   komputer   untuk mengimplementasikan program tersebut.
6

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL) berbasis


TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal
memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara
automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah
sesuai data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan analisis data yang
dimasukan oleh perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan
menggunakan sistem “pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam
melakukan analisis data untuk dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang
munculpun menjadi semakin riil dan akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh
komputer merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh
komputer,berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer
akan secara automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah keperawatan.
Perawat tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di
sinilah, peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap
di tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima atau
tidak oleh perawat (Maria, 2009).

4.1. Manfaat System Informasi Keperawatan


Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat
dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem
pendokumentasian asuhan keperawatan yang lebih baik.  Metode pendokumentasian
asuhan keperawatan saat sudah mulai menunjukkan perkembangan, dari yang
sebelumnya manual, bergeser kearah komputerisasi. Metode pendokumentasian tersebut
dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya bermanfaat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan, namun juga dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan  di keperawatan/Decision
Support System dan Executive Information System (Eko,I. 2001).
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):
1)        Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu
di nursestation.
7

2)        Mengurangi penggunaan kertas


3)        Dokumentasi keperawatan secara automatis
4)        Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
5)        Mengurangi biaya
6)        Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

4.2. Kelebihan Dan Kekurangan System Informasi Keperawatan

Kelebihan System Informasi Keperawatan


1. Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan lebih efisien, dan produktifitas.
2. Dengan sistem dokumentasi  yang berbasis komputer pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari
penelitian
4. Dapat melihat kelanjutan dari  edukasi ke pasien
5. Melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan
kesehatan.(Liaw,T. 1993).
6. Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman
7. Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat
dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang
penyimpanan
8. Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi
kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat
menghemat sekitar 20-30 menit waktu  yang dipakai untuk
dokumentasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan.
9. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya mengikuti
prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar pendokumentasian
internasional seperti: ANA, NANDA, NIC(Nursing Interventions Classification,
2000).
10. Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman
bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan  di keperawatan/Decision Support
System dan Executive Information System.(Eko,I. 2001)
11. Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis
komputer dapat digunakan  dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien,
angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan
8

adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk
informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga
dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan
riset kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997)
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil yang
berukuran 10 cm x 15 cm x 5  cm . Sistem ini sering dikenal dengan Sistem informasi
manjemen.

Kekurangan Sistem Informasi Keperawatan


1. Sistem informasi manajemen keperawatan  sampai saat ini juga masih sangat minim
di rumah sakit Indonesia.
2. Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam
keperawatan masih banyak kelemahannya.
3. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut hilangnya
data telah diantisipasi sebagai  perlindungan hukum atas dokumen perusahaan yang
diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan tehnologi,  lembaran yang sangat penting dapat dialihkan
dalam  Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM dapat dibuat
kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD ROM ini
bertujuan untuk
menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti pencurian
komputer, dan kebakaran.
4. Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer ke
dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena
pihak manajemen harus  memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur organisasi
keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan, sumber dana,
proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan
tim kesehatan lain.
9

BA
BV
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pendokumentasian   keperawatan   merupakan   hal   yang   penting   dalam 


menunjangpeningkatan mutu asuhan keperawatan, dan secara umum dapat
berkontribusi terhadapmutu pelayanan kesehatan. dengan adanya perkembangan
teknologi sistem informasimanajemen keperawatan, maka pendokumentasian
asuhan keperawatan yang sebelumnya
dilakukan   secara   konvensional   maka   akan   beralih   ke   pendokumentasian 
berbasiskomputer,   sehingga   perawat   dapat   memberikan   pelayanan 
keperawatan   secara profesional kepada pasien.

5.2 Saran

1. Perlunya memberikan pemahaman kepada setiap anggota organisasi mengenai


pentingnya sistem informasi manajemen keperawatan.
2. Peningkatan kemampuan perawat dalam menggunakan komputerisasi sehingga
bisa memaksimalkan dalam pelaksanaan sistem informasi keperawatan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sistem informasi keperawatan yang
dilakukan di rumah sakit untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait
dengan asuhan keperawatan dan juga berkontribusi positif bagi pengembangan
sistem informasi keperawatan.
10

DAFTAR PUSTAKA

Hariyati, R.T. (2005) Pemanfatan teknologi informatika dalam dunia pendidikan. Jurnal
Keperawatan Indonesia 9 (1) Maret 2005, p.2631
Departemen Kesehatan. (2001). Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta
Davis   (2002)  Kerangka   dasar   system   informasi   manajemen : struktur   dan
pengembangannya, terjemahan oleh Bob Widyahartono, jakarta: Gramedia
Eko, I. (2001). Manajemen Sistem Informasi dan Tehnologi Informasi. Jakarta:
Kharimah Zulfatul. 2017. Informatika Keperawatan. Tangerang
11

Anda mungkin juga menyukai