Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM INFORMASI DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2022
MAKALAH
SISTEM INFORMASI DALAM KEPERAWATAN

Disusun Oleh :

Apriza Yulia Citra P07220219081


Danis Imfroatul Kusnia P07220219084
Liga Eltalia P07220219100
Nurul Alifah P07220219031
Rutniri Yohana Malau P07220219116
Simanullang , Yuliana P07220219119
Yuli Trihendrianto P07220219121

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sistem Informasi dalam
Keperawatan. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kami
mengharapkan segala masukan baik kritik maupun saran yang dapat membangun
demi memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran demi kemajuan
ilmu pendidikan di bidang kesehatan.

Samarinda, 28 Februari 2022

Kelompok 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang

Dalam praktek pelayanan keperawatan, kinerja seorang perawat akan


dipengaruhi oleh kepuasan perawat dalam melakukan pekerjaannya. Pengalaman yang
menyenangkan atau rasa puas dengan pengalaman yang tidak menyenangkan atau rasa
tidak puas tercermin pada sikap seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kepuasan merupakan suatu nilai perasaan seseorang apakah memuaskan atau
mengecewakan yang dihasilkan oleh suatu proses membandingkan keberadaan atau
penampilan suatu produk diminati dengan nilainilai yang diharapkan. Dengan
demikian kepuasan kerja dapat diartikan sebagai suatu perasaan positif tentang
pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya.
Tingkat kepuasan kerja dapat terukur berdasarkan beberapa indikator yaitu dari
pekerjaan itu sendiri, penghasilan, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja

atau atasan (Robbins S.P, 2007)

Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komputer dan bidang


komunikasi sangat berpengaruh dengan kemajuan perusahaan atau organisasi.
Banyaknya data maupun informasi yang harus diolah tidak memungkinkan dilakukan
dengan menggunakan cara-cara manual. Maka diperlukan suatu alat bantu yang
memiliki tingkat kecepatan perhitungan dan penyampaian data yang tinggi. Alat bantu
tersebut merupakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) (Sarif,
Kurniawan, & Inayatullah, 2013).

Dengan kemajuan teknologi informasi, sebagian besar institusi medis telah


mengadopsi teknologi informasi (IT) untuk meningkatkan efesiensi dan kualitasnya.
Perawat dan dokter adalah pekerja yang sangat mobile karena sering berpindah-pindah
antar bangsal ke bangsal, kantor, ruang konferensi, dan klinik rawat jalan. Pada dekade
ini, sistem komputerisasi di bidang keperawatan telah berkembang dan sistem catatan
keperawatan elektronik telah diperkenalkan secara bertahap di institusi medis Jepang.
Sistem perekaman keperawatan secara elektronik ini dapat mengurangi beban
pekerjaan keperawatan, namun juga menjadi kendala atau masalah mengenai waktu
dan kemampuan pengoperasian perawat yang masih umum (Su & Liu, 2012).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sistem Informasi dalam Keperawatan

Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem


informasi keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat
mengurangi kesalahan dalam memberikan
 perencanaan keperawatan pada pasien. Penggunaan sistem informasi
keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan.

Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing


Language (SNL) berbasis TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam
sistem. Pada pengkajian data, perawat tinggal memilih data yang tersedia.
Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara automatis
menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah
sesuai data yang dipilih. Komputer akan membantu melakukan
analisis data yang dimasukan oleh perawat saat melakukan pengkajian
kepada pasien. Dengan menggunakan sistem "pakar' maka perawat
sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk
dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi
semakin riil dan akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh computer
merupakan analisa baku.

Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan


oleh komputer, berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian
perawatan. Komputer akan secara automatis menganalisa data yang ada dan
memunculkan masalah keperawatan. Perawat tinggal memilih etiologi yang
ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di sinilah, peran perawat
tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir tetap di
tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer diterima
atau tidak oleh perawat.

Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatan


menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI). Perawat
tinggal memilih Label dari SDKI yang telah tersedia pada masing-masing
diagnosa keperawatan yang ada, serta menentukan batas waktu (dalam
hari) masalah diperkirakan dapat terselesaikan.

Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi


keperawatan menggunakan Standar Luaran Keperawatan Indonesia
( SLKI) dan sama dengan membuat tujuan, perawat tinggal memilih label
NIC yang tersedia pada masing-masing diagnose keperawatan.

Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan


menggunakan label Standar Intervensi Keperawatan Indonesia( SIKI) .
Perawat tinggal mengetikan aktifitas- aktifitas perawatan yang telah
dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan
menuliskan pelaksanadari aktifitas tersebut. Yang istimewa dalam sistem
ini adalah implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumentasi
asuhan keperawatan langsung diintegrasikan dengan billing system rumah
sakit, sehingga tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing
masing tindakan perawat telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah
disahkan oleh rumah sakit, dan perawat tinggal mendokumentasikan
dalam sistem informasi keperawatan. Sedangkan untuk evaluasi
keperawatan menggunakan hasil penilaian subyek, observasi, analisa,
dan planning keperawatan. Proses pelaksanaan sistem informasi
keperawatan
Pelaksanaan sistem informasi keperawatan, yaitu:
1.   Mengembangkan aplikasi, alat, proses, dan struktur yang
membantu perawat dalam mengelola data
2.   Mengevaluasi aplikasi, alat, proses, dan struktur untuk menentukan
efektivitas mereka untuk keperawata
3.   Adaptasi teknologi informasi yang ada untuk memenuhi perawat
dan kebutuhan pasien

4.   Mengelola sistem, implementasi, dan evaluasi

5.   Bekerja sama dengan informatika kesehatan


profesional lainnya dalammengembangkan solusi informasi
sebelumnya diidentifikasi kebutuhan untuk perawat dan klien

6.   Menggunakan teori informatika dan prinsip-prinsip untuk


mengembangkan dan menguji sistem pendidikan komputer,]
7.   Mengembangkan dan menguji model informatika dan teori-teori
penanganan, berkomunikasi, atau mengubah informasi keperawatan

8.   Mengembangkan taksonomi atau penamaan sistem untuk


menggambarkan fenomena dan ketetiban perawatan
9.   Melakukan penelitian untuk memajukan pengetahuan yang basis
sistem informasi perawat

10.  Konsultasi tentang informasi perawatan dengan pasien

11.  Mengajarkan teori dan praktek informasi keperawatan (Ball &


Hannah, 2011).

B. Peran teknologi informasi bagi layanan pemberian askep

Informasi keperawatan adalah ilmu keperawatan yang


terintegrasi dengan ilmu keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu
informasi untuk mengolah data, informasi, dan pengetahuan dalam
praktik keperawatan. Informasi keperawatan terintegrasi dari data,
informasi dan pengetahuan untuk mendukung pasien, perawat dan
pengguna lain dalam
 berperan mengambil keputusan (ANA, 2001). Pendapat lain juga
menyatakan bahwa informasi keperawatan adalah untuk menganalisa,
mengumpulkan , mengolah data, dan memproses data ke dalam bentuk
informasi dan pengetahuan, membuat pengetahuan sebagai dasar
keputusan dan pemberian pelayanan keperawatan pasien dan
meningkat
kankualitas dalam praktik profesionalnya (Goossen, 1996).
Perkembangan teknologi informasi dapat meningkatkan kinerja dan
memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan
cepat, tepat dan akurat, sehingga akhirnya akan
meningkatkan produktivitas, dan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan. Banyak manfaat yang diperoleh bila rumah
sakit menggunakan sistem informasi keperawatan yaitu manajemen
lebih efisien, penggunaan sumber biaya lebih efektif, peningkatan
 program perencanaan, dan meningkatkan pendayagunaan perawat.
(Strachan, 2005). American Association of Nurse Executive (1993)
dalam Saba, McCormick ,(2001) mengemukakan manfaat penting
dalam penggunaan informasi teknologi yaitu meningkatkan
pemanfaatan sumber daya staf perawat, meningkatkan pelayanan dan
monitoring pasien, meningkatkan dokumentasi, meningkatkan
informasi, meningkatkan perencanaan, meningkatkan standar praktik
keperawatan, kemampuan menetapkan masalah dan meningkatkan
evaluasi perawatan dan mendukung organisasi yang dinamik. Menurut
ANA (American Nurse Association) dalam Saba (2001), menyebutkan
ada enam standar praktik untuk informasi keperawatan yaitu:

1)   Pengkajian, berfokus pada pasien yang meliputi identitas pasien,

2)   Identifikasi hasil, hasil siklus teknologi informasi daripasien dan


data pasien dalam mendukung adanya perubahan dalam
pembuatan keputusan,
3)   Diagnosa, meliputi seluruh aktivitas yang berhubungan dengan
identifikasi hasil yang menggambarkan hasil perawatan yang
terukur,
4)   Perencanaan, penggunaan teknologi yang digunakan untuk
menambah dan merubah data yang relevan ke dalam perencanaan
keperawatan.
5)   Implementasi, merupakan pemberian tindakan yang nyata kepada
pasien.

6)   Evaluasi, digunakan untuk efisiensi dan efektifitas


keputusan, perencanaan dan pelaksanaan untuk meningkatkan
praktik keperawatan.

Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting


yang dapat menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan.
Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
perlu diterapkan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih lengkap,
karena memuat berbagai aspek pendokumentasian seperti yang telah
diuraikan diatas. sistem ini memuat standar asuhan keperawatan,
standart operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas
perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa
keperawatan terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan
implementasi, laporan statistik, resume perawatan, daftar SAK,
presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat, monitoring
tindakan perawat, dan monitoring aktifitas perawat laporan shift dan
monitoring pasien oleh kepala ruang saat sedang rapat. Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) merupakan paket
perangkat lunakyang dikembangkan secara khusus untuk divisi
pelayanan keperawatan. Paket perangkat lunak ini mempunyai
program-program atau modul-modul yang dapat membentuk berbagai
fungsi manajemen. SIMK mempunyai modul untuk
mengklasifikasikan pasien, pembentukan staf, penjadwalan, catatan
personal. Modul ini juga termasuk pengembangan anggaran, alokasi
sumber dan pengendalian biaya, analisa kelompok diagnosa yang
berhubungan (KDB), pengendalian mutu, catatan perkembangan
staf,model dan simulasi untuk pengabilan keputusan, rencana strategik,
ramalan permintaan jangka pendek dan rencana kerja serta evaluasi
program. SIMK dan komputer akan membuat perawatan pasien lebih
efektif dan ekomomis. Perawat-perawat klinis akan
menggunakannya untuk mengatur  perawatan pasien,
komponen klinis termasuk riwayat pasien,
rencana perawatan,pemantauan psikologislangsung dan tidak
langsung, catatan kemajuan perawatan pasien. Perawat klinis
dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual
daripencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya-biaya
sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas perawatan kepada
pasien. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem
informasi keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna
akan dapat mengurangi kesalahan dalam
memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Sistem informasi
keperawatan jugaakan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan
keperawatan. Program-program yang dirancang dalam Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK) menurut Jasun

1.   Standar Asuhan Keperawatan Standar asuhan keperawatan


menggunakan standar internasional dengan mengacu pada
NANDA, standar outcome keperawatan mengacu
 pada NOC, dan standar intervensi keperawatan mengacu pada NIC.

2.   Standart operating Prosedur (SOP)Uraian standar tindakan


keperawatan yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan.
3.   Discharge planning Uraian perencanaan pulang pasien setelah
dirawat di rumah sakit 4.  Jadwal Dinas Perawat Jadwal dinas perawat
dibuat secara otomatis oleh program
komputer, sehingga tinggal melakukan print

5.   Penghitungan angka kredit perawat Angka kredit merupakan rekapan


dari aktivitas

 perawat sehari-hari, yang otomatis akan dapat diakses harian,


mingguan dan bulanan.
6.   Daftar diagnosa terbanyakDaftar diagnosa keperawatan
direkapitulasi oleh sistem

 berdasar input perawat sehari-hari. Penghitungan diagnosa


keperawatan bermanfaat untuk pembuatan standar
asuhankeperawatan.
7.   Daftar NIC terbanyak Rekapan tindakan terbanyak berdasarkan
pada masing-masing

diagnosa keperawatanyang ada

8.   Laporan implementasi Rekapan tindakan perawatan pada satu

periode, daftar di filter

 berdasarkan ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini dapat menjadi


alat monitoring yang efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi
perawat. laporan implementasi juga dapat dijadikan alatbantu operan
shift.
9.   Laporan statistik Laporan statistik yang dimunculkan adalah BOR,
LOS, TOI dan BTO

di ruang tersebut.

10.  Resume keperawatan Resume bermanfaat untuk melihat secara


global pengelolaan

 pasien saat dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat. Resume


dicetak saat pasien akan keluar dari perawatan. Komputer telah
merekam data-data yang dibutuhkan untuk
 pembuatan resume keperawatan

11.  Daftar SAK Dalam SIMK, SAK berdasarkan rekapan dari sistem
yang telah dibuat.

12. Presentasi kasus on lineSistem dengan jaringan WiFi memungkinkan


data pasien dapat
diakses dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di
ruang rawat dapat dilakukan secara online, ketika pasien masih di
rawat.
13.  Mengetahui jasa perawat Dengan system yang terintegrasi dengan
SIM RS,

memungkinkan perawat mengetahui jasa tundakan yang


dilakukannya.

14.  Monitoring tindakan perawat & monitoring aktivitas perawat


Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing
perawat telah melakukan aktivitas keperawatan apa.
15.  Laporan shift Merupakan rekapan dari aktivitas yang telah
dilakukan dan yang akan

dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan


pada masing- masing pasien.
16.  Monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat
Monitoring dapat

dilakukan ketika PN atau Karu sedang rapat di ruang converence.


Akan diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi atau belum.

Seiring dengan perkembangan teknologi keperawatan,


penerapan pendokumentasian keperawatan di Indonesia, sudah saatnya untuk
dikembangkan dengan berbasis komputer, mengingat banyak kegunaannya.
Tetapi dalam perkembangan, masih sedikit rumah sakityang sudah
menerapkannya, masih terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat
dalam penerapan di suatu lembaga institusi.

Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di


Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh
profesi keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap
pakai untuk diterapkan di rumah sakit.Sekalipun memiliki harga yang cukup
tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM
keperawatan di beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk
membeli produk tersebut. Semakin mudahnya akses informasi tentang
pelaksanaan SIM keperawatan juga memudahkan rumah sakit dalam memilih
SIM yang tepat.

Faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997


yang mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa
lembaran kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan
hukum atas dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan,
perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah
satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin
dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang
tertentu saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya
dokter, perawat, pasien sendiri. (Depkes, 2001)

Selain faktor pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala


dalam penerapan SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan
sistem informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek
keperawatan diIndonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur
organisasi, sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari
profesi perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIMK
yang sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak
sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen rumah sakit
masih banyak yang mempertanyakan apakah Sistem Informasi
keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Aspek
kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber
daya manusia di institusi pelayanan kesehatanyang belum siap
menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena
ketidaktahuan dan ketidak mampuan staf terhadap sistem informasi teknologi
yang sedang berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat sistem
informasi menjadi salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM
keperawatan. Aspek ketiga yang menjadi faktor penghambat atau kendala
dalam pelaksanaan SIMK adalah faktor sumber dana. Sebagaimana kita tahu
bahwa untuk mendapatkan sistem informasi manajemen keperawatan yang
sudah siap diterapkan di rumah sakit, membutuhkan biaya yang cukup besar
. Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah sakit memiliki dana operasional
yang cukup besar, sehingga seringkali SIM keperawatan gagal diterapkan
karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek keempat adalah kurangnya
fasilitas Information technology yang mendukung. Pelaksanaan SIM
keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat keras atau unit
komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.
Departemen Kesehatan. (2001). Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional. Depkes. RI. Jakarta

Indrajati I, Ummah, Sumarsih T, (2011) Pendokumentasian tentang perencanaan dan


dan pelaksanaan asuhan keperawatan di keperawatan di ruang barokah rumah sakit
PKU Muhamadiyah Gombong, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No.
3,

Wei Su K & Li Liu (2010) A Mobile Nursing Information System Based on Human-
Computer Interaction Design for Improving Quality Department of Management and
Information Technology, Vanung University, No. 1. Taiwan.

Zubaidah. 2011. Peran Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Terhadap


Patient Safety dalam Keperawatan Anak. Jakarta
BAB lV
PENUTUP

Kesimpulan
 
1.Pendokumentasian Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang
pelaksanaan mutu asuhan keperawatan.

2.sistem informasi manajemen berbasis komputer bermanfaat dalam


pendokumentasian asuhan keperawatan, dan dapatmenjadi pendukung pedoman
bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan
 
Saran
 
Profesi keperawatan perlu mengembangkan system pendokumentasian
keperawatan dengan menggunakansystem informasi manajemen.

Anda mungkin juga menyukai