Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MATA KULIAH

SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
HERDIANTY RAHAYU 70300116019
NADILA DIANA M. 70300119037
SITI SULEHA 70300119039
ANNISA DILLA ITA TAQIYAH 70300119040
RISFAYANI RAMADANTI B. 70300119041
JUSWAR 70300119065
NAURAH SALSABILA 70300119066
ANNISA 70300119067
NURUL FAHMI 70300119068
NURUL QODRI 70300119069
HARDIYANTI SYAH NUKUHEHE 70300119070

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2020
MATERI

A. Konsep Sistem Informasi Di Bidang Keperawatan


1. Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-
komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan
pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen
yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk,
pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001 dalam Departemen Kesehatan,
2018)
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu
informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen
dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989
dalam Departemen Kesehatan, 2018)
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang
di luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem
informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya
pada pencatatan pasien. (Liaw, T.,1993).
Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem informasi
kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010 (Reliable Health
Information 2010) (Depkes, 2001 dalam Departemen Kesehatan, 2018). Pada
Informasi kesehatan anda tersebut telah direncanakan untuk membangun
system informasi di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan
dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun pelaksanaannya belum
optimal.
2. Konsep Sistem Informasi Keperawatan
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem
informasi keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat
mengurangi kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada
pasien. Penggunaan sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan
mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language
(SNL) berbasis TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada
pengkajian data, perawat tinggal memilih data yang tersedia. Setelah data
dipilih secara lengkap, komputer akan secara automatis menganalisa data yang
telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah sesuai data yang dipilih.
Komputer akan membantu melakukan analisis data yang dimasukan oleh
perawat saat melakukan pengkajian kepada pasien. Dengan menggunakan
sistem “pakar” maka perawat sedikit terkurangi bebannya dalam melakukan
analisis data untuk dijadikan diagnosa keperawatan. Masalah yang munculpun
menjadi semakin riil dan akurat, karena masalah yang dimunculkan oleh
komputer merupakan analisa baku.Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari
analisa yang dilakukan oleh komputer, berdasarkan data-data yang dimasukan
saat pengkajian perawatan. Komputer akan secara automatis menganalisa data
yang ada dan memunculkan masalah keperawatan. Perawat tinggal memilih
etiologi yang ada disesuaikan dengan kondisi pasien. Sehingga di sinilah,
peran perawat tidak bisa digantikan oleh komputer, karena judgment terakhir
tetap di tangan perawat. Apakah masalah yang dimunculkan oleh komputer
diterima atau tidak oleh perawat (Maria, 2009 dalam Departemen Kesehatan,
2018).
Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatan
menggunakan Nursing Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal
memilih Label dari NOC yang telah tersedia pada masing-masing diagnosa
keperawatan yang ada, serta menentukan batas waktu (dalam hari) masalah
diperkirakan dapat terselesaikan.Sedangkan intervensi keperawatan dalam
sistem informasi keperawatan menggunakan Nursing Intervention
Clasification (NIC) dan sama dengan membuat tujuan, perawat tinggal
memilih label NIC yang tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan
(Maria, 2009 dalam Departemen Kesehatan, 2018).Implementasi keperawatan
dalam sistem informasi keperawatan menggunakan label NIC dan aktifitas
dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas perawatan yang
telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan pelaksana
dari aktifitas tersebut. Yang istimewa dalam sistem ini adalah implementasi
yang diinputkan oleh perawat dalam dokumentasi asuhan keperawatan
langsung diintegrasikan dengan billing system rumah sakit, sehingga tidak ada
double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat telah
memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan
perawat tinggal mendokumentasikan dalam sistem informasi keperawatan
(Laurie, 2008). Sedangkan untuk evaluasi keperawatan menggunakan hasil
penilaian subyek, observasi, analisa, dan planning keperawatan.
3. Fungsi Sistem Informasi Keperawatan
Konseptual model dalam sistem informasi keperawatan berdasarkan 4
fungsi utama dalam praktik keperawatan klinik dan administratif:
a. Proses perawatan pasien
Proses perawatan pasien adalah apa yang telah dilakukan oleh
perawat kepada pasien yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, jadwal
perawatan dan pengobatan, catatan keperawatan, pola makan, prospektif,
beban kerja , administrasi pasien.
b. Proses managemen bangsal
Aktivitas yang berhubungan dengan fungsi bangsal untuk secara
efektif menggunakan menggunakan sumber dalam merencanakan objek
secara spesifik. Mentransformasikan informasi pada manajemen yang
berorientasi informasi dalam pengambilan keputusan: jaminan kualitas,
sudut pandang aktivitas di bangsal keperawatan, jadwal dinas karyawan,
manajemen perseorangan, perencanaan keperawatan, manajemen
inventarisasi dan penyediaan sarana dan prasarana, manajemen finansial,
kontroling terhadap infeksi.
c. Proses Komunikasi
Seluruh aktivitas dikonsentrasikan pada komunikasi pada pasien
dan subjek lain yang memiliki hubungan dengan subjek pengobatan,
perjanjian dan penjadwalan, review data, transformasi data, segala bentuk
pesan.
d. Proses Pendidikan dan Penelitian
Pendokumentasian fungsi dan prosedural.
4. Manfaat System Informasi Keperawatan
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka
sangat dimungkinkan bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian
asuhan keperawatan yang lebih baik. Metode pendokumentasian asuhan
keperawatan saat sudah mulai menunjukkan perkembangan, dari yang
sebelumnya manual, bergeser kearah komputerisasi. Metode
pendokumentasian tersebut dengan menggunakan Sistem Informasi
Manajemen.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya
bermanfaat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, namun juga dapat
menjadi pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan
di keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System
(Eko,I. 2001 dalam Departemen Kesehatan, 2018).
Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009
dalam Departemen Kesehatan, 2018):
a. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse
station.
b. Mengurangi penggunaan kertas
c. Dokumentasi keperawatan secara automatis
d. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)
e. Mengurangi biaya
f. KualitasKualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

5. Kelebihan Dan Kekurangan System Informasi Keperawatan


a. Kelebihan System Informasi Keperawatan
1) Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan lebih efisien,
dan produktifitas.
2) Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan
data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3) Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat
menjadi sumber dari penelitian
4) Dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien
5) Melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya
dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993 dalam Departemen
Kesehatan, 2018).
6) Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman
7) Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat
dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari
lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan
8) Menurut Herring dan Rochman (1990); Emilia, 2003; Departemen
Kesehatan (2018): beberapa institusi kesehatan yang menerapkan
system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat
sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi
keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan
9) Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer
seyogyanya mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta
sesuai dengan standar pendokumentasian internasional seperti:
ANA, NANDA, NIC (Nursing Interventions Classification, 2000
dalam Departemen Kesehatan, 2018)
10) Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil
keputusan di keperawatan/Decision Support System dan Executive
Information System.(Eko,I. 2001 dalam Departemen Kesehatan,
2018).
11) Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen
yang berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung
pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka nosokomial,
penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya
data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat
digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem
Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam
pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset
kesehatan pada umumnya. (Udin and Martin, 1997 dalam
Departemen Kesehatan, 2018)
12) Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil
yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering dikenal
dengan Sistem informasi manjemen.
b. Kekurangan Sistem Informasi Keperawatan
1) Sistem informasi manajemen keperawatan sampai saat ini juga
masih sangat minim di rumah sakit Indonesia.
2) Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang
dibutuhkan dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.
3) Kekhawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi
tersebut hilangnya data telah diantisipasi sebagai perlindungan
hukum atas dokumen perusahaan yang diatur dalam UU No. 8
Tahun 1997. Undang-undang ini mengatur tentang keamanan
terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas, namun sesuai
perkembangan tehnologi, lembaran yang sangat penting dapat
dialihkan dalam Compact Disk Read Only Memory (CD ROM).
CD ROM dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang
aman . Pengalihan ke CD ROM ini bertujuan untuk menghindari
hilangnya dokumen karena peristiwa tidak terduga seperti
pencurian komputer, dan kebakaran.
4) MemutuskanMemutuskan untuk menerapkan sistem informasi
manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek
keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak
manajemen harus memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya
keperawatan, sumber dana, proses dan prosedur informasi serta
penggunaan dan pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.
B. Batasan Teknologi Informasi Umum Dengan Layanan Keperawatan
1. Diatur dalam undang-undang No.11 tahun 2008 tentang informasi
dan transaksi elektronik terutama BAB VII tanpa perbuatan yang
dilarang.
2. Salah satu perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah
mulai di pergunakan oleh kalangan perawat di dunia internasional
adalah teknologi PDA ( personal digital assistance)
Penerapan sistem informasi dalam dokumentasi asuhan keperawatan
tujuannya untuk :
1. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan
2. Penggunaan kembali data keperawatan untuk manajemmen keperawatan
dan penelitian keperawatan
3. Untuk meningkatkan kualitas dokumentasi,perawat membutuhkan
dukungan melalui pendidikan agar mengetahui langkah-langkah untuk
menggabungkan diagnosa dengan intervensi, spesifik ke etiologi di
identifikasi, dan untuk mengidentifikasi hasil asuhan keperawatan.
Contoh dokumentasi keperawatan menggunakan komputer :
Misalnya dapat digunakan menghitung pemakaian tempat tidur/BOR
pasien,angka nosokmial,penghitungan budget keperawatan dan sebagaianya
Perkembangan teknologi informasi yang sudah dikembangkan dalam
bidang keperawatan di dunia internasional adalah Mobile Nursing Information
System, Nursing Home Clinical System, Informatic Telephone Triage Nursing,
SisEnf dan masih banyak lagi teknologi informasi keperawatan yang sudah
berjalan di luar negeri. Dari semua teknologi informasi yang dikembangkan
tujuanya adalah untuk memberikan kemudahan pada perawat dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1. Mobile Nursing Information System (MNIS)
Perawat adalah seorang informasi yang intensif. Perawat menangani
informasi perawatan pasien selama setiap dinas. Namun sebagian besar NIS
(Nursing Information System) yang konvensional ditempatkan di dekat nurse
station. Sementara memberikan perawatan kepada pasien mereka, perawat
biasanya merekam informasi pengolahan secara manual di atas kertas. Jika
perawat perlu untuk memasukkan atau mengambil informasi dari catatan
perawatan dalam pengambilan keputusan, mereka harus menghentikan
proses pelayanan keperawatan dan kembali ke nurse station. Oleh karena itu
jenis offline layanan komputer yang disediakan oleh NIS konvensional tidak
memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan rawat inap.
Mobile Nursing Information System diproduksi paling terintegrasi
dengan komuter dan jaringan komunikasi. Sistem ini menawarkan
portabilitas perawat dan akses mobile ketika informasi yang dibutuhkan.
Komputer portabel komputer laptop, komputer tablet, atau Personal Digital
Assistant (PDA). Wireless komunikasi dan jaringan memungkinkan
komputer mobile untuk mengakses data dalam sistem informasi rumah sakit
online tanpa kabel. Populer komunikasi nirkabel semut jaringan termasuk
GSM, jaringan Area Lokal Nirkabel (WLAN) dan Bluetooth, WLAN cocok
untuk digunakan dalam keperawatan. WLAN dapat sebagai jaringan
independen atau bersama dengan LAN yang sudah ada.
Definisi PDA (Personal Digital Assistants) adalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain
sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa
(Koeniger-Donohue, 2008) Pada aplikasi klinis yang sudah digunakan adalah
referensi tentang obat. PDA dengan Mudah dapat menariknya keluar ketika
butuh pengingat cepat tindakan obat, intervensi, diagnosis. Diagnosis
keperawatan sangat membantu menghubungankan antara teoretis dan praktis
(Fisher & Koren, 2007 dalam Putra, 2019).
Bahkan sebuah PDA dengan pemindai barcode/gelang data, saat ini
sudah tersedia. PDA semacam ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk
memindai gelang bar code/gelang data pasien guna mengakses rekam medis
mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain
(Joan, Dionne, & Jia Joyce, 2006 dalam Putra, 2019).
2. Nursing Home Clinical System
Sistem OneTouch teknologi sebelumnya tidak tersedia untuk
perawatan di rumah dan merupakan pergeseran dari manual kertas pena ke
metode digital. Pengumpulan data baru ini memiliki efek positif pada
kualitas pribadi perawatan dengan meningkatkan deteksi masalah penduduk
melalui alert otomatis. Bukti efek positif dari otomatisasi ditemukan dalam
praktek kritis menggunakan tanda untuk meningkatkan evaluasi pasien yang
spesifik dan keputusan klinis. OneTouch mengintegrasikan teknologi khusus
yang digunakan untuk melacak secara elektronik perawatan di rumah, PDA
di samping tempat tidur untuk data perawatan masuk, dan teknologi wireless
melalui perangkat lunak untuk mendukung CDSS (Clinical Decission Suport
System) (Putra, 2019).
Modul Bedside ini dirancang untuk menyediakan kelengkapan,
dokumentasi yang diverifikasi dan interaktivitas dari item tertentu dalam
catatan klinis. Pengguna Nursing Home Clinical System sebelumnya
menunjukkan bahwa jenis sistem dokumentasi Bedside ini memberikan
manfaat penyedia perawatan kesehatan. Mereka bisa melihat banyak hal
tentang perawatan pada penduduk secara bersamaan dari beberapa daerah di
fasilitas dan kemudian melacak informasi pelayanan penduduk yang nantinya
dikembalkani ke penyedia layanan tersebut. Informasi yang disediakan
termasuk hal- hal penting seperti tanda tanda klinis, pesan antara perawat,
item rencana perawatan, perintah aktif dari dokter, dan perawatan (Putra,
2019).

C. Peran Teknologi Informasi Bagi Layanan Pemberian Asuhan


Keperawatan
Dalam upaya peningkatan mutu, seorang perawat harus mampu
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu mulai dari pengkajian
sampai dengan evaluasi berikut dengan dokumentasinya. Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu
asuhan keperawatan. Selain itu dokumentasi keperawatan merupakan bukti
akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada
pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti secara
profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Masalah yang sering
muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah
banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar
asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap.
Saat ini masih banyak perawat yang belum menyadari bahwa tindakan
yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak
menyebutkan kurangnya dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak
tahu data apa saja yang yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara
mendokumentasi yang benar.
Kondisi tersebut di atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar
terhadap proses terjadinya kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya
dan pelayanan keperawatan pada khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol
pendokumentasian yang benar maka pelayanan yang diberikan kepada pasien
akan cenderung kurang baik, dan dapat merugikan pasien. Pendokumentasian
asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah sakit di Indonesia
umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu
informasi dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen
dan proses pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk
mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan. Sedangkan menurut ANA sistem
informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi,
komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan

efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih


asuhan kesehatan yang diiinginkan.
Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di
luar negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem
informasi diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada
pencatatan pasien. Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem
informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable
Health Information 2010). Pada Informasi kesehatan andal tersebut telah
direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan kesehatan dalam
hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat, namun
pelaksanaannya belum optimal. Sistem informasi manajemen keperawatan
sampai saat ini juga masih sangat minim di rumah sakit Indonesia. Padahal
sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak
keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan produktifitas.
Dengan sistem dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data
dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga
dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat
kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat
memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan. beberapa institusi kesehatan
yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat
menghemat sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi
keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan.
Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya
mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC.
Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi
pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan di
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System.
Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat
digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi
asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan riset
keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya. Sistem
Informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun
pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak
mengalami kendala.
Poin peran sistem informasi dalam keperawatan:
1) Sistem informasi adalah sistem yang menghasilkan informasi yang
berguna dimana sistem tersebut menggunakan berbagai macam
teknologi.
2) Sistem informasi yang menggunakan komputer disebut sistem informasi
berbasis komputer
3) Dampak dari teknologi informasi menuntuk perawat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan untuk dapat mengembangkan teknologi informasi
dalam keperawatan yang tujuanya untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan.
4) Pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini masih tertinggal dengan negara
lain serta perhatian negara terhadap standar fasilitas kesehatan dalam
pengaruhnya terhadap hasil perawatan pasien juga masih kurang.
5) Untuk membenahi sistem tersebut juga diperlukan inovasi-inovasi dalam
pelayanan kesehatan melalui teknologi sistem informasi.
(Putra, 2019)

D. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengguna Asuhan Keperawatan


Penggunaan Sistem Manajemen informasi teknologi dibidang kesehatan
dan khususnya pada bidang keperawatan telah memberikan dampak yang positif
tehadap perkambangan dan kemajuan bidang pelayanan kesehatan juga telah
dirasakan efek yang baik oleh penerima layanan yaitu masayarakat maupun
pemberi layanan keperawatan.Sistem Manajemen Informasi Teknologi telah
menjadi media yang efektif dalam kegiatan sehari-hari, termasuk dalam
pemberian layanan kesehatan dan khususnya bagi layanan keperawatan.Dengan
sistem infomasi teknologi memfasilitasi perawat untuk lebih meningkatkan
efesiensi dan kualitas pelayanan pasien menjadi lebih baik dengan meminimalkan
waktu untuk melengkapi administrasi pasien, dan kegiatan inti lainnya dari
manual menjadi komputerisasi. Sistem Informasi teknologi dalam keperawatan
juga bertujuan untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan data pasien,
memberikan dan menerima informasi yang bermanfaat bagi profesi lainnya yang
terkait dalam layanan kesehatan pasien, dan juga dapat mendukung proses
keperawatan.
Dari jurnal-jurnal yang dilakukan pengkajian di simpulkan bahwa
percepatan perkembangan pelayanan kesehatan yang berbasis komputerisasi,
menuntut perawat untuk terus bergerak dan menyesuaikan kemampuan,
pengetahuan dalam bidang sistem informasi teknologi, yang pada akhirnya akan
mampu memberikan efesiensi dan peningkatan kualitas layanan keperawatan,
mampu menjaga keamanan dan kerahasiaan data pasien, dan sistem informasi
teknologi juga memberikan dukungan pada proses keperawatan.
1. Meningkatkan efesiensi dan kualitas pelayanan pasien yang lebih baik
Hasil penelitian menyebutkan bahwa keperawatan yang berbasis
Sistem Informasi komputer telah dapat memberikan efek beragam dalam
pelayanan keperawatan, dan juga telah ditemukan dengan jelas peningkatan
kualitas proses informasi, serta persepsi perawat berkaitan dengan
penghematan atau kerugian waktu yang dapat di minimalkan dalam proses
pelayanan keperawatan. (Ammenwertha Elske,et.al, 2010). Setiap kegiatan
perawat yang sebelumnya dilakukan secara manual, dengan adanya sistem
informasi teknologi dapat memberikan efesiensi waktu dan juga efektifitas
pekerjaan. Sejalan dengan penelitian lainnya, Fang Ho Kuei (2019) juga
menyebutkan bahwa perawat mengelola catatan kesehatan dan perawatan
klinis elektronik dalam praktik rutinnya, penggunaan catatan kesehatan telah
meningkat hingga 80 %. Sistem Informasi keperawatan (NIS) terdiri dari
modul terintegrasi tentang catatan kesehatan elektronik, yang dapat
memberikan bantuan teknologi untuk mengelola semua ketegori tugas perawat
dan mampu meningkatkan efesiensi alur kerja.
2. Menjaga keamanan dan kerahasiaan data pasien
Keamanan dan kerahasiaan data pasien merupakan hal yang penting
diperhatikan untuk menjaga kepercayaan pasien pada pemberi layanan
kesehatan. Untuk itu, Electronic Health Record (EHR) menjadi sumber daya
informasi pada perawatan pasien untuk dokter dan dokumentasi keperawatan
yang merupakan bagian penting dari perawatan pasien secara komprehensif.
Memastikan privasi dan keamanan informasi kesehatan adalah komponen
kunci untuk membangun kepercayaan yang dibutuhkan untuk mewujudkan
potensi manfaat pertukaran informasi kesehatan elektronik. Untuk itulah
Penelitian oleh Samadbeik, Mahnaz (2015) bertujuan mengelola keamanan
data keperawatan pasien melalui Electronic Health Record (EHR) dan juga
menemukan sudut pandang vendor rumah sakit terhadap sistem informasi
teknologi.
3. Memberikan informasi yang bermanfaat dan akurat
Procter Paula and Ian Woodburn (2012) ; Mulyani & Zamzami,
2019)dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perawat merupakan profesi
yang sangat dekat dengan pasien karena terus menerus memberi pelayanan
selama 24 jam sehari. Sehingga mereka menjadi dasar utama, arus masuknya
informasi pasien ke dalam sistem manajemen informasi dalam perawatan
kesehatan. Namun, peran ini akan menjadi sukses jika perawat memiliki
pengetahun tentang sistem informasi teknologi yang baik, memiliki
pengetahuan tentang manajemen, keterampiran kepemimpinan dan output
informasi yang relevan dengan kondisi pasien. Maka, semakin baik
pengetahuan perawat tentang pentingnya sistem informasi teknologi maka
semakin baik pula informasi kesehatan dalam rekam jejak perawatan
kesehatan pasien.Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pencatatan dengan
menggunakan sistem informasi teknologi mampu memberikan akses informasi
yang akurat dan tepat, meminimalkan kegagalan dalam mekanisme
pemantauan, mengefektifkan pelaporan insiden klinis, dan mampu
mengurangi risiko kesalahan komunikasi dan informasi yang terjadi.
4. Mendukung Proses Keperawatan
Sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan, keperawatan
memiliki proses pemberian Asuhan Keperawatan yang dimulai dari tahap
perencanaan, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi
yang setiap tahapan prosesnya memerlukan pencatatan dan pendokumentasian
sebagai bukti tindakan pelayanan yang diberikan. Dan dengan sistem
informasi teknologi pencatatan dokumentasi keperawatan dapat dilakukan
dalam bentuk digital atau komputerisasi, seperti yang telah didefenisikan oleh
The American Nurses Association (ANA) bahwa Nursing Informatics (NI):
merupakan Keperawatan Informatika dengan spesialisasi keperawatan yang
terintegrasi dengan ilmu pengetahuan, ilmu komputer, dan informasi
pengetahuan yang mengidentifikasi, mengumpulkan, mengolah, dan
mengelola data juga informasi yang mendukung praktik keperawatan,
administrasi pendidikan, penelitian, dan perluasan pengetahuan keperawatan.
ANA juga mendukung penerapan standar penggunaan bahasa keperawatan
(Murphy Judy, 2010 Mulyani & Zamzami, 2019).
Proses pendokumentasian keperawatan yang merupakan pelaporan dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perawat, memerlukan input data yang
detail dan teliti, untuk itu sistem informasi teknologi yang menjadi alat dalam
pencatatan pendokumetasian keperawatan, diharapkan mampu meningkatkan
keakuratan data yang dilaporkan (Mulyani & Zamzami, 2019)
E. Teori Keperawatan
1. Manusia sebagai Fokus Sentral Keperawatan
Filosofi Watson tentang asuhan keperawatan (1979,1985,1988)
berupaya untuk mendefinisikan hasil dari aktivitas keperawatan yang
berhubungan dengan aspek humanistik dari kehidupan (Watson 1979;
Marriner-Tomey, 1994). Tindakan keperawatan mengacu langsung pada
pemahaman hubungan antara sehat, sakit dan perilaku manusia. Keperawatan
memperhatikan peningkatan dan mengembalikan kesehatan serta penegahan
penyakit.
Model Watson di bentuk melingkupi proses asuhan keperawatan,
pemberian bantuan bagi klien dalam mencapai kematian yang damai.
Intervensi keperawatan berkaitan dengan proses perawatan manusia.
Perawatan manusia membutuhkan perawat yang memahami perilaku dan
respons manusia terhadap masalah kesehatan yang aktual ataupun potensial,
kebutuhan manusia dan bagaimana respons terhadap orang lain dan
memahami kekurangan dan kelebihan klien dan keluarganya, sekaligus
pemahaman pada dirinya sendiri. Selain itu perawat juga memberikan
kenyamanan pada perhatian serta empati pada klien dan keluarganya.
Menurut Watson, Asuhan keperawatan tergambar pada seluruh faktor-
faktor yag digunakan oleh perawat dalam pemberian pelayanan keperawatan
pada klien (A. Azis Alimul Hidayat 2002).
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada
asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan
menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science keperawatan
berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities
dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan,
seperti dinyatakan oleh Watson (1985) " human care is the heart of nursing".
Dalam pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a
whole, as a fully functional integrated self. Dalam konsep holism ini, manusia
dilihat sebagai sosok yang utuh, ….."the human is viewed as greater than, and
different from, the sum of his or her parts …. (Watson,1985:14) yang
bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek dari diri seorang manusia, secara
bersama-sama berfungsi dan berespon untuk mewujudkan keutuhannya.
Karena keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain.
Manusia juga diyakini sebagai sistem terbuka (openned system), yang
berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungannya secara dinamis,
berkesinambungan dan itu semua penting untuk perkembangan personalnya.
Pandangan dasar tentang manusia ini, yang dalam paradigma keperawatan
merupakan fokus sentral pada saatnya memberi arah pada eksplorasi tentang
human science , human responses (to health and illness) dan human care serta
menuntun perawat untuk memahami dan memperlakukan manusia lain (klien)
secara utuh, unik dan manusiawi.
Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan
teori pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan
Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Teori JW ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan yang saling berhubungan,
diantaraanya:
a. Kebutuhan Dasar Biofisikal (Kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan Makan dan Cairan, Kebutuhan Eliminasi, dan Kebutuhan
Ventilasi
b. Kebutuhan Dasar Psikofisikal (Kebutuhan Fungsional) yang meliputi
Kebutuhan Aktifitas dan Istirahat, serta Kebutuhan Sexualitas.
c. Kebutuhan dasar Psikososial (Kebutuhan untuk Integrasi) yang
meliputi Kebutuhan untuk Berprestasi dan Berorganisasi
d. Kebutuhan dasar Intrapersonal dan Interpersonal (Kebutuhan untuk
Pengembangan) yaitu Kebutuhan Aktualisasi Diri.
2. Skema Kebutuhan Dasar menurut J.Watson :
Berdasarkan 4 kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa
manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki bermacam-macam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan manusia seharusnya
dalam keadaan sejahtera, baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera
merupakan keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk
mencapai keadaan tersebut keperawatan harus berperan dalam meningkatkan
status kesehatan, mencaegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit
dan penyembuhan kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
a. Sehat Dan Kesehatan
Watson (1985:48) menyatakan " sehat sebagai unity and harmony
within the mind,body and soul. Its also associated with the degree of
congruence between the self as perceived and the self as experienced, such
a viewed of health focuses on the entire nature of the individual in his or
her physical, social, esthetic and moral realms-instead of just certain
aspects oh human behavior and physiology."
Definisi tersebut mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi
yang utuh dan selaras antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan
dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang
diwujudkan.
Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh
meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar
berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata.

Dari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat


dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain :
1) Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya
multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi
antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
2) Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar manusiawinya
terpenuhi.
3) Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan seseorang untuk
beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
4) Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang berhenti pada
titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk
berfungsi pada lingkungan yang dinamis.
5) Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis antara bentuk
dan fungsi tubuh (manusia) karena keberhasilannya menyesuaikan diri
terhadap pengaruh-pengaruh yang dapat mengganggu
(agent,environment).
b. Carrative Factor
Carative Factor menurut Watson adalah mencoba menghargai dimensi
manusia dalam perawatan dan pengalaman-pengalaman subjektif dari orang
yang kita rawat.
Elemen-elemen yang terdapat dalam carative faktor adalah :
1) Nilai-nilai kemanusiaan dan altruistic (Humanistic-Altruistic System
Values)
2) Keyakinan dan harapan (Faith and Hope)
3) Peka pada diri sendiri dan kepada orang lain (Sensitivity to self and
others)
4) Membantu menumbuhkan kepercayaan,membuat hubungan dalam
perawatan secara manusiawi
5) Pengekspresian perasaan positif dan negative
6) Proses pemecahan masalah perawatan secara kreativ (creative
problem-solving caring process)
7) Pembelajaran secara transpersonal (transpersonal teaching learning)
8) Dukungan,perlindungan,perbaikan fisik,mental,social dan spiritual
9) Bantuan kepada kebutuhan manusia (Human needs assistance
10) Eksistensi fenomena kekuatan spiritual.
Dari kesepuluh carrative faktors diatas, caring dalam keperawatan
menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh
sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985). Ini
berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi
terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya
pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya
berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth, kindness, compassion”.
c. Clinical Caritas Process
Watson kemudian memperkenalkan “Clinical Caritas Process”
(CCP), untuk menempatkan carative faktor-nya,yang berasal dari bahasa
yunani “cherish”,yang berarti memberi cinta dan perhatian khusus. Jadi
Clinical Caritas Process adalah suatu praktek perawatan pasien dengan
sepenuh hati kesadaran, dan cinta. Merawat pasien dengan penuh
kesadaran,sepenuh hati dan cinta. hadir secara jiwa dan raga,supportif dan
mampu mengekspresikan perasaan negative dan positif dari dasar-dasar
nilai spiritual diri dalam hubunganya dengan pasien sebagai one-being-
cared-for. Budidaya nilai spiritual dan transpersonal,melampaui diri
sendiri dan supaya lebih terbuka peka dan iba. kreatif menggunakan diri
dan segala cara dalam proses perawatan,secara artistk,sebagai bagian dari
caring-healing-practice. menciptakan lingkungan penyembuhan di semua
level,f isik dan non fisik, dengan penuh kesadaran dan keseluruhan, yang
memperhatikan keindahan, kenyamanan, kehormatan dan kedamaian.
Terlibat dalam proses pengalaman belajar mengajar, yang dihadirkan
sebagai kesatuan “menjadi dan berarti ”(being and meaning)”, dan
mencoba melihat dan mengacu pada kerangka berfikir orang lain (Alimul
Hidayat, 2002).
d. Transpersonal Caring Relationship
Menurut Watson (1999) dalam Alimul Hidayat, (2002),
Transpersonal Caring Relationship itu berkarakteriskkan hubungan khusus
manusia yang tergantung pada: Moral perawat yang berkomitmen
melindungi dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih
tinggi dari dirinya.
Perawat merawat dengan kesadaran yang dikomunikasikan untuk
melestarikan dan menghargai spiritual ,oleh karena itu tidak
memperlakukan seseorang sebagai sebuah objek. Perawatan berkesadaran
bahwa mempunyai hubungan dan potensi untuk menyembuhkan
sejak,hubungan,pengalaman dan persepsi sedang berlangsung.
Hubungan ini menjelaskan bagaimana perawat telah melampaui
penilain secara objektif,menunjukkan perhatian kepada subjektifitas
seseorang, dan lebih mendalami situasi kesehatan diri mereka sendiri.
Kesadaran perawat menjadi perhatian penting untuk keberlanjutan dan
pemahaman terhadap persepsi orang lain.
Pendekatan ini menyoroti keunikan dari kedua belah pihak,yaitu
perawat dan pasien,dan juga hubungan saling mneguntungkan antara dua
individu,yang menjadi dasar dari suatu hubungan. Oleh karena itu,yang
merawat dan yang di rawat keduanya terhubung dalam mencari makna dan
kesatuan,dan mungkin mampu merasakan penderitaan pasien (Alimul
Hidayat, 2002).
Istilah transpersonal berarti pergi keluar diri sendiri dan
memungkinkan untuk menggapai kedalaman spiritual dalam
meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pasien. Pada
akhirnya,tujuan dari transpersonal caring relationship adalah berkaitan
dengan melindungi, meningkatkan dan mempertahankan martabat,
kemanusiaan, kesatuan dan keselarasan batin (Alimul Hidayat, 2002).
e. Caring Occation Moment
Caring Occation Moment (tempat dan waktu) pada saat perawat
dan orang lain datang pada saat human caring dilaksanakan , dan dari
keduanya dengan fenomena tempat yang unik mempunyai kesempatan
secara bersama datang dalam moment interaksi human to human (Alimul
Hidayat, 2002)
Bagi Watson (1988 b, 1999) dalam Alimul Hidayat, (2002) bidang
yang luar biasa yang sesuai dengan kerangka refensi seseorang atau
perasaan-perasaan yang dialami seseorang , sensasi tubuh, pikiran atau
kepercayaan spiritual , tujuan-tujuan, harapan-harapan pertimbangan dari
lingkungan, arti persepsi seseorang kesemuanya berdasar pada
pengalaman hidup yang dialami seseorang, sekarang atau masa yang akan
datang. Watson (1999) dalam Alimul Hidayat, (2002) menekankan bahwa
perawat dalam hal ini sebagai care giver juga perlu memahami kesadaran
dan kehadiranya dalam moment merawat dengan pasienya , lebih lanjut
dari kedua belah pihak perawat maupun yang dirawat dapat dipengaruhi
oleh perawatan dan tindakan yang dilakukan keduanya , dengan demikian
akan menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sendiri. Caring occation
bisa menjadi transpersonal bilamana memungkinkan adanya semangat dari
keduanya (perawat dan pasien) kemudian adanya kesempatan yang
memungkinkan keterbukaan dan kemampuan –kemampuan untuk
berkembang" (Alimul Hidayat, 2002)
F. Hubungan Sistem informasi keperawatan dengan Teori Jean Watson
a. Hubungan sistem informasi keperawatan dengan Teori Jean Watson
ialah bagaimana perawat berperan dalam melakukan pengkajian yang objektif
juga tetap memperhatikan subyektif orang yang diberi perawatan dan
pemahamannya tentang kesehatan serta pelayanan kesehatan yang diinginkan.
Kesadaran perawat dalam memberikan perawatan sangat penting, sehingga dapat
memahami perspektif orang yang diberikan perawatan. Pendekatan ini
menekankan pada keunikan pribadi perawat dan yang diberi perawatan, dan
hubungan yang saling menguntungkan antara 2 individu, yang merupakan dasar
dari sebuah hubungan. Perawat dan yang diberi perawatan, perawatan sama-sama
mencari arti dan kebersamaan, dan mungkin juga pemahaman spiritual tentang
sakit (Watson, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. H. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC.
Departemen Kesehatan. (2018). Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem
Informasi Kesehatan Nasional. Depkes RI.
Mulyani,I.,Zamzami,E.M., Z. N. (2019). Pengaruh Sistem Teknologi Informasi
Pada Manajemen Data Dan Informasi Dalam Layanan Keperawatan:
Literature Review. Jurnal Teknologi Informasi Dan Komunikasi, 9 (2) : 137
– 142.
Putra, C. S. (2019). Peranan Teknologi Informasi Dalam Pelayanan Keperawatan
Di Rumah Sakit. Jurnal SIMTIKA, II No. 3(ISSN: 2622-0830).

Anda mungkin juga menyukai