Disusun Oleh :
Rahmat Fauzan / 215121016
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam era globalisasi sekarang ini, perawat dituntut untuk meningkatkan
kinerja dan daya saing sebagai tenaga kerja dengan tidak mengurangi misi sosial yang
dibawanya. Perawat harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain
efisiensi serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk
peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi tenaga kerja yang
responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Perkembangan ilmu pengetahuan melalaui tranformasi teknologi sudah dapat
dirasakan manfaatnya khususnya dalam bidang kesehatan. Mahalnya biaya kesehatan
mendorong pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan melalui telemonitoring.
Keberhasilan penerapan teknologi informasi ditentukan oleh perngkat keras dan
perngkat lunak, namun yang terpenting adalah persiapan pengguna teknologi tersebut.
Perkembangan ilmu dan teknologi terutama dibidang komputer dan bidang
komunikasi sangat berpengaruh dengan kemajuan perusahaan atau organisasi.
Banyaknya data maupun informasi yang harus diolah tidak memungkinkan dilakukan
dengan menggunakan cara-cara manual. Maka diperlukan suatu alat bantu yang
memiliki tingkat kecepatan perhitungan dan penyampaian data yang tinggi. Alat bantu
tersebut merupakan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) (Sarif,
Kurniawan, & Inayatullah, 2013).
Sistem informasi manajemen rumah sakit membuat fungsi dari bagian
perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara
profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian
potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga medis tidak perlu memikirkan
kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien
karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak
tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut
mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan (Handiwidjojo, 2009).
Sistem informasi pelaporan hasil rawat inap masih memiliki banyak kendala,
antara lain: 1) Kepala Ruangan kesulitan dalam proses perhitungan karena harus
kembali ke rumus, 2 ) Waktu yang relatif lama dalam proses perhitungan, 3) Proses
perhitungan dilakukan secara manual, perlu mengerjakan rumus Pengembalian, )
Penjumlahan data sensus harian di kelurahan masih dilakukan secara manual. 5)
sering terjadi saat memasukkan data saat meringkas di komputer. 6) Pemberian
informasi rawat inap yang tidak tepat waktu, mempersulit proses pengambilan
keputusan akibat keterlambatan informasi. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
penilaian indikator mutu rumah sakit selama proses akreditasi. Alternatif yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemanfaatan
Aplikasi Sistem informasi Indikator Pelayanan Rawat Inap Berbasis Website dapat
membantu proses perhitungan berbasis komputer dalam perhitungan penggunaan
kamar Rawat Inap. (Rahman, I. A. 2022).
Rumah Sakit, sehingga proses lebih cepat, akurat, terintegrasi dan membantu
manajemen dalam proses pengambilan keputusan dibandingkan dengan perhitungan
manual. Sehingga dapat meningkatkan indikator mutu pelayanan di Rumah Sakit.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian sistem informasi?
2. Apa pengertian sistem informasi keperawatan?
3. Bagaimana analisis sistem informasi berbasis Website dirumah sakit?
C. Tujuan
Untuk mengidentifikasi pemanfaatan teknologi kesehatan dan system
informasi dalam proses asuhan keperawatan. Serta mempermudah bagi tenaga medis
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dan dapat
memepermudah bagi perawat dalam memonitor klien
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem informasi merupakan kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Karakteristik sistem, memiliki komponen,
batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environment), penghubung
sistem (interface), masukan sistem (input), keluaran sistem (output), pengolah
sistem (process), sasaran sistem. Klasifikasi Sistem terdiri atas sistem abstrak,
sistem fisik, sistem alamiah, sistem buatan manusia, sistem tertentu (deterministic
system), sistem tak tentu (probabilistic system), sistem tertutup (close system),
sistem terbuka (open system). Pelaku sistem terdiri dari kelompok pemakai,
manajemen, pemeriksa, penganalisa sistem, pendesain sistem, programmer,
personel pengoperasian. Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang
disebut blok bangunan (building block), yang terdiri dari komponen input,
komponen model, komponen output, komponen teknologi, komponen hardware,
komponen software, komponen basis data, dan komponen kontrol. Semua
komponen tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain membentuk suatu
kesatuan untuk mencapai sasaran.
Sistem informasi keperawatan difokuskan pada data dan struktur, manajemen
informasi dan teknologi termasuk database yang dibutuhkan untuk mengelola
informasi secara efektif. Namun juga termasuk penggunaan teori dari linguistik,
antarmuka manusia-mesin, konsep pengambilan keputusan, kognitif, komunikasi,
teknik, kepustakaan, dan dinamika organisasi (Saba & McCormick 2006).
Sistem informasi keperawatan adalah ilmu khusus yang mengintegrasikan
keperawatan, ilmu komputer, dan ilmu informasi untuk mengelola dan
mengkomunikasikan data, informasi, pengetahuan, dan kebijaksanaan dalam
praktek keperawatan. (ANA, 2008). Sistem informasi keperawatan merupakan
kombinasi dari berbagai aspek sehingga dapat dihasilkan sebuah informasi, pada
prinsipnya hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem
adalah produktifvitas, realibilitas, maintabilitas dari sistem tersebut.
B. Konsep Sistem Informasi Keperawatan
Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi
keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi
kesalahan dalam memberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Penggunaan
sistem informasi keperawatan juga akan meningkatkan mutu pelayanan dan
asuhan keperawatan.
Pada pengkajian keperawatan, penerapan Standar Nursing Language (SNL)
berbasis TI (Teknologi Informasi) yang ada dalam sistem. Pada pengkajian data,
perawat tinggal memilih data yang tersedia. Setelah data dipilih secara lengkap,
komputer akan secara automatis menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan
memunculkan masalah sesuai data yang dipilih. Komputer akan membantu
melakukan analisis data yang dimasukan oleh perawat saat melakukan pengkajian
kepada pasien. Dengan menggunakan sistem “pakar” maka perawat sedikit
terkurangi bebannya dalam melakukan analisis data untuk dijadikan diagnosa
keperawatan. Masalah yang munculpun menjadi semakin riil dan akurat, karena
masalah yang dimunculkan oleh komputer merupakan analisa baku.
Diagnosa Keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh komputer,
berdasarkan data-data yang dimasukan saat pengkajian perawatan. Komputer akan
secara automatis menganalisa data yang ada dan memunculkan masalah
keperawatan. Perawat tinggal memilih etiologi yang ada disesuaikan dengan
kondisi pasien. Sehingga di sinilah, peran perawat tidak bisa digantikan oleh
komputer, karena judgment terakhir tetap di tangan perawat. Apakah masalah
yang dimunculkan oleh komputer diterima atau tidak oleh perawat (Maria, 2009).
Tujuan Keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan
Nursing Outcome Clasification (NOC). Perawat tinggal memilih Label dari NOC
yang telah tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang ada, serta
menentukan batas waktu (dalam hari) masalah diperkirakan dapat terselesaikan.
Sedangkan intervensi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan
menggunakan Nursing Intervention Clasification (NIC) dan sama dengan
membuat tujuan, perawat tinggal memilih label NIC yang tersedia pada masing-
masing diagnosa keperawatan (Maria, 2009).
Implementasi keperawatan dalam sistem informasi keperawatan menggunakan
label NIC dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas-aktifitas
perawatan yang telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan
pelaksana dari aktifitas tersebut. Yang istimewa dalam sistem ini adalah
implementasi yang diinputkan oleh perawat dalam dokumentasi asuhan
keperawatan langsung diintegrasikan dengan billing system rumah sakit, sehingga
tidak ada double entry dalam keuangan pasien. Masing masing tindakan perawat
telah memiliki harga sendiri sendiri yang telah disahkan oleh rumah sakit, dan
perawat tinggal mendokumentasikan dalam sistem informasi keperawatan (Laurie,
2008). Sedangkan untuk evaluasi keperawatan menggunakan hasil penilaian
subyek, observasi, analisa, dan planning keperawatan
C. Keuntungan Menggunakan Sistem Informasi Keperawatan
1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan
2. Penghematan ruangan karena tidak dibutuhkan tempat yang besar dalam
penyimpanan arsip.
3. Penyimpanan data pasien menjadi lebih lama.
4. Pendokumentasian keperawatan berbasis komputer yang dirancang dengan
baik akan mendukung otonomi yang dapat dipertanggung jawabkan.
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
pengambilan keputusan secara cepat
6. Meningkatkan produktivitas kerja.
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterppretasikan pencatatan (Ginting, D.
S. 2020).
D. Analisis jurnal
KESIMPULAN
KOMINFO R.
Pedoman_Sekjen_No.1_Tahun_2018_tentang_Tata_Kelola_Teknologi_Informasi_di
_lin gkungan_Kemkominfo_1086.pdf. 2018.
Saba, V. K. & McCormick, K. A. (2001). Inti komputer untuk perawat (4th ed). New
York: McGraw Hill, p 184.Simpson 2006