Anda di halaman 1dari 416

PROPOSAL PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT UMUM RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH

YOGYAKARTA
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah managemen
keperawatan
Dosen Pengampu: Maftuhah M. Kes.,Ph.D.

Disusun Oleh:
Venna Yaasmiin Aadilah 11181040000004
Lulu lutfiyah 11181040000005
Zahra Fadhila 11181040000008
Leli Khodijah 11181040000011
Aprilia Nur Aini 11181040000026
Idah Faridah 11181040000027
Firlyani Nur Chandra 11181040000034
Selvi Dianasari 11181040000036
Nurlola rahmatillah 11181040000038
Rayhani Mudrikah Vasha 11181040000040
Syifa Ashbahati Zahra 11181040000041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MARET/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang atas rahmat-Nya maka kami dapat
menyelesaikan proposal ini yang berjudul dan membahas tentang ―RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA‖. Dalam penulisan proposal ini, kami
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki oleh kami. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan proposal ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
Ibu Maftuhah, S.Kep., M.Kep., PhD. Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amin Yaa Robbal ’Alamiin.

Jakarta, 26 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................4

A. Latar Belakang .................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................5

C. Tujuan ..............................................................................................................................5

BAB II ISI..................................................................................................................................6

A. Deskripsi Rumah Sakit .....................................................................................................6

B. Struktur Rsu Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta ..............................................................7

C. Job Description Rsu Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta ..................................................7

D. Kriteria Tenaga Medis Rsu Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta ...................................... 22

E. Kebijakan Dan Aturan .................................................................................................. 319

F. Macam-Macam Instalasi & Budgeting .......................................................................... 345

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 415

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 415

B. Saran ............................................................................................................................ 415

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 416


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah salah satu kebutuhan manusia yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupannya. Pada kenyataannya, kesehatan menjadi tolak ukur atau parameter kinerja
manusia dalam menjalankan segala aktivitasnya. Jumlah kematian ibu Tahun 2019 sebanyak
8 kasus dari 13.462 kelahiran hidup dengan angka kematian ibu melahirkan sebesar 59,43 per
100.000 kelahiran hidup. Adanya penurunan capaian SPM Ibu Bersalin disebabkan karena
adanya 3 (tiga) Ibu bersalin yang tidak menjalankan persalinannya di fasilitas Kesehatan.

Pada kenyataannya kebutuhan akan kesehatan ini kurang didukung oleh fasilitas yang
sudah tersedia. Banyak lembaga kesehatan yang kurang memadai dan tidak bisa menjangkau
masyarakat secara umum. Dikarenakan rumah sakit daerah ini tidak memiliki fasilitas yang
menunjang kegiatan medis. Seperti yang ditunjukkan contoh, untuk masyarakat yang kurang
mampu, tidak bisa mendapatkan pelayanan dan pengobatan yang baik dan maksimal dan
untuk Puskesmas tidak bisa menindak-lanjuti secara langsung untuk penyakit tertentu,
sehingga harus memberikan rujukan ke rumah sakit yang lebih memadai. Akibatnya, tidak
terjadi pemerataan kesehatan di Indonesia terutama untuk daerah pelosok.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Menurut Undang-Undang RI No.44 tahun 2009, Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.

Oleh karena itu, kami ingin mengajukan proposal untuk mendirikan sarana kesehatan
berupa program pembangunan Rumah Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta
dengan harapan dapat memberikan fasilitas yang memadai dan melakukan pemerataan
kesehatan di Indonesia. Tidak hanya itu, program pembangunan rumah sakit umum ini juga
turut serta mendukung program pemerintah dalam bidang kesehatan. Agar dapat tercapainya
lingkungan yang sehat di masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Setelah membahas pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah:
1. Apa saja fasilitas yang lengkap dan nyaman yang harus dimiliki Rumah Sakit ?

2. Bagaimana cara mewujudkan pelayanan medis yang memadai pada rumah sakit?

3. Apa saja kriteria yang harus dimiliki oleh staff Rumah Sakit (baik staff medis maupun
non medis) supaya bisa menjadi staff yang professional dalam memberikan pelayanan
kesehatan?

C. Tujuan

Tujuan Umum
Mewujudkan pemerataan kesehatan di Indonesia.

Tujuan Khusus

1. Memberikan fasilitas yang lengkap dan nyaman mengenai kebutuhan pasien untuk
menunjang kegiatan medis.
2. Memberikan pelayanan medis yang memadai untuk semua kalangan masyarakat.
3. Mendukung pemerintah untuk mencapai lingkungan yang sehat di masa yang akan
datang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI RUMAH SAKIT


Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
Lokasi : Jl. Cinta Sejati No.127, Yogyakarta
Filosofi :
Nama RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta diambil dari nama tokoh perawat muslim
pertama yang mencerminkan RSU pertama berbasis Islam di Yogyakarta

 Visi dan Misi :

Visi
Menjaga RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta sebagai rujukan utama yang bermutu,
berkualitas, dan berbasis Islam untuk meningkatkan status kesehatan berbasis internasional
sehingga dapat menjadi Rumah Sakit pilihan utama masyarakat.
Misi
1. Menyediakan dan memberikan pelayanan secara holistik kepada masyarakat sebagai
Rumah Sakit rujukan utama
2. Memiliki pelayanan dan tenaga kesehatan profesional yang menerapkan nilai-nilai islami
dam berakhlaqul karimah
3. Memberikan pelayanan berkualitas yang mengacu pada prosedur dengan standar nasional
dan internasional yang mengikuti perkembangan IPTEK bidang kesehatan
 Motto :

Memberikan pelayanan dengan CINTA (Cepat, Inovatif, Nyaman, Tepat, Akurat)

 Tujuan (GOALS) :
1. Mewujudkan RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta yang representatif dan dapat
dibanggakan dalam memberikan upaya Promotif, Preventif, Kuratif, Edukatif dan
Rehabilitatif demi tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat.
2. Tercapainya visi dan misi RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta
B. STRUKTUR RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta

C. Job Description RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta


Merupakan uraian tugas dan tanggung jawab harian, tanggung jawab khusus dan tugas-tugas
pokok strategi serta wewenang yang akan menjadi pedoman dalam menjalankan tugas seluruh
karyawan pada semua ini.
I. DIREKTUR RUMAH SAKIT
A. Tugas dan Tanggung Jawab Khusus
 Bertanggung jawab langsung pada pemilik Rumah Sakit ( Direktur PT)
 Diangkat dan dipekerjakan langsung oleh Rumah Sakit ( Direktur PT)
 Bersama pemilik Rumah Sakit Direktur mengangkat kepala bagian
 Direktur merupakan penanggung jawab penuh terhadap kemajuan atau kemunduran
manajemen Rumah Sakit
 Membuat RPK ( Rencana Pelaksanaan Kegiatan)
 Pelayanan, administrasi, keuangan, evaluasi, dan pelaporan meliputi pelaksanaan visi, misi,
dan strategi kepada seluruh jajaran manajemen.
 Membawahi langsung dan memiliki wewenang penuh untuk memerintah dan mengarahkan
wakil direktur dan Bagian-bagian yang ada di Rumah Sakit
 Bertanggung jawab terhadap pembuatan rencana kegiatan semesteran dan tahunan dan
pengawasan terhadap pelaksanaannya.
 Menetapkan bersama wakil direktur dalam usulan strategis untuk pengembangan Rumah
Sakit sesuai dengan ilmu pengetahuan, merancang sumber pendapatan dan belanja Rumah
Sakit dibantu jajaran manajemen.
 Bertanggung jawab terhadap kinerja, laporan-laporan pertanggung jawaban kerja terhadap
bagian-bagian pelayanan di Rumah sakit.
 Bertanggung jawab terhadap kemajuan, kelangsungan, keuangan, dan operasional Rumah
Sakit secara menyeluruh.
 Bertanggung jawab sebagai pengambil keputusan-keputusan strategis dalam Rumah Sakit
(Decission Maker)
 Siap dan mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah besar yang timbul
dalam manajemen Rumah Sakit (Problem Solving)
 Mampu memimpin, memerintah, member wewenang, teguran dengan tugas dan procedural
serta mendelegasikan dan membagi tugas-tugas pokok dan penting pada wakil-wakilnya.
 Bertanggung jawab terhadap evaluasi kerja wakil-wakilnya, mampu membuat inovasi dan
perubahan-perubahan serta ide-ide baru yang mampu membawa Rumah Sakit ke arah yang
lebih baik.
 Mampu menjalankan, menterjemahkan keinginan dan perintah dari pemilik Rumah Sakit
serta mampu memadukan ide-ide pribadi yang akan menjadi operasional Rumah Sakit ke
depan.
 Membuat laporan-laporan rutin pada pemilik dan membuat laporan pertanggung jawaban
setiap periode, yang periodenya ditentukan oleh Rumah Sakit.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Umum dan Harian
 Menjalin komunikasi dan informasi dengan wakil Direktur dan komite,
tentang perkembangan operasional Rumah Sakit setiap hari/minggu/bulan
 Memantau kondisi operasional Rumah Sakit setiap hari berdasarkan
laporan-laporan harian semua Wakil Direktur
 Bertanggung Jawab sebagaipengambil
 keputusan strategis harian atau mendelegasikan wewenang
tersebut pada wakilnya saat direktur tidak ada di tempat.
 Memimpin briefing, meeting dan rapat-rapat penting rutin jajaran direksi
 Direktur juga bertugas sebagai dokter, dan melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai dokter.

II. WAKIL DIREKTUR RUMAH SAKIT


A. Tugas dan Tanggung Jawab Khusus
 Bertanggung jawab langsung bersama Direktur pada pemilik Rumah Sakit (Direktur PT)
 Diangkat dan dipekerjakan langsung oleh Rumah Sakit ( Direktur PT)
 Bersama Direktur mengangkat kepala bagian
 Wakil Direktur merupakan penanggung jawab penuh operasional manajemen Rumah Sakit
 Membantu Direktur Membuat RPK ( Rencana Pelaksanaan Kegiatan)
 Bertanggung Jawab bersama direktur atas Pelayanan, administrasi, keuangan, evaluasi, dan
pelaporan meliputi pelaksanaan visi, misi, dan strategi kepada seluruh jajaran manajemen.
 Memiliki wewenang penuh untuk memerintah dan mengarahkan Bagian-bagian yang ada
di Rumah Sakit
 Bertanggung jawab bersama Direktur terhadap pembuatan rencana kegiatan semesteran
dan tahunan dan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
 Menetapkan bersama wakil direktur dalam usulan strategis untuk pengembangan Rumah
Sakit sesuai dengan ilmu pengetahuan, merancang sumber pendapatan dan belanja Rumah
Sakit dibantu jajaran manajemen.
 Bertanggung jawab bersama Direktur terhadap kinerja, laporan-laporan pertanggung
jawaban kerja terhadap bagian-bagian pelayanan di Rumah sakit.
 Bertanggung jawab bersama terhadap kemajuan, kelangsungan, keuangan, dan operasional
Rumah Sakit secara menyeluruh.
 Bertanggung jawab bersama direktur sebagai pengambil keputusan- strategis dalam Rumah
Sakit (Decission Maker)
 Mampu menjalankan bersama direktur, menterjemahkan keinginan dan perintah dari
pemilik Rumah Sakit serta mampu memadukan ide-ide pribadi yang akan menjadi
operasional Rumah Sakit ke depan.
 Membuat laporan-laporan bersama direktur rutin pada pemilik dan membuat laporan
pertanggung jawaban setiap periode, yang periodenya ditentukan oleh Rumah Sakit.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Umum dan Harian
 Menjalin komunikasi dan informasi dengan Direktur dan komite, tentang
perkembangan operasional Rumah Sakit setiap hari/minggu/bulan
 Memantau kondisi operasional Rumah Sakit setiap hari berdasarkan
laporan-laporan harian semua Bagian
 Bertanggung Jawab sebagaipengambil keputusan strategis
harian atau mendelegasikan wewenang tersebut pada wakilnya saat direktur tidak ada di
tempat.
 Memimpin briefing, meeting dan rapat-rapat penting rutin jajaran direksi
 Direktur juga bertugas sebagai dokter, dan melaksanakan tugas dan
tanggung jawab sebagai dokter.

III. KA.BAG PELAYANAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


A. Tugas dan Tanggung Jawab Secara Umum :
a. Bagian Medik
 Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Medik.
 Menyelenggarakan jasa medic sesuai dengan ketentuan dan prosedur
(SOP) yang telah ditetapkan di bidang medik
 Mengoperasionalkan investasi secara efisien dan efektif di dalam
penyelenggaraan pelayanan medik.
 Memberikan penilaian dan saran alternative yang tepat mengenai
kelayakan suatu investasi di bagian pelayanan medik.
 Menghitung kalkulasi harga pelayanan medik di rumah sakit umum
rufaidah al-islamiyah
 Memberikan laporan setiap bulannya tentang urusan pelayanan medic
disertai hasil analisisnya, (dihubungkan dengan laporan keuangan dan pencatatan medik)
kepada Kepala Bagian Medik
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di urusan medic
sebagai usulan kepada Kepala Bagian Medis.

b. Urusan Penunjang Medik


 Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Medis
 Menyelenggarakan jasa pelayanan penunjang medic sesuai dengan
ketentuan dan prosedur (SOP) di bidang penunjang medic.
 Menetapkan standar penyimpanan obat-obatan dan bahan medic di instalasi Farmasi,
Laboratorium, Rontgen dan penunjang lainnya.
 Memberikan penilaiandan saran alternative yang tepat mengenai kelayakan
suatu investasi di bagian sarana penunjang medic
 Memberikan laporan kegiatan setiap bulannnya di bagian sarana penunjang
medic disertai hasil analisisnya (dihubungkan dengan laporan keuangan dan pencatatan
medic) kepada Kepala Bagian Medik
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di urusan sarana penunjang
medic sebagai usulan kepada Kepala Bagian Medik
c. Urusan Rekam Medik
 Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Medis
 Menyelenggarakan pencatatan data medic sesuai dengan ketentuan dan
prosedur (SOP) di bidang Rekam Medik
 Melakukan penerbitan laporan rumah sakit, dokumen dan informasi untuk
kepentingan pasien, keluarga maupun pihak berwajib
 Melaksanakan ketentuan penerimaan dan pelepasan pasien rawat inap dan
rawat jalan
 Melakukan pencatatan dan penyimpanan data medic secara tertib
administrasi.
 Menyusun sisdur permintaan dan penggunaan data dari urusan pencatatan
medic
 Memberikan laporan medic per bagian (Rawat Inap, Rawat Jalan, dan
Sarana Penunjang Umum) secara berkala (setiap minggunya), dengan akurat dan tepat
waktu kepada Kepala Bagian Medik
 Memberikan bantuan jasa informasi medic Rumah Sakit Umum Rufaidah
Al-Islamiyah
 Menyusun sisdur klaim (Jasa Raharja dan Asuransi) untuk pasien Rumah
Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Menyiapkan semua kebutuhan dan perangkat yang diperlukan untuk
menunjang kelancaran kerja urusan pencatatan medic
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di urusan
pencatatan data medic sebagai usulan kepada Kepala Bagian Medik.
 Menyelenggarakan serta melaksanakan kebijakan dan ketentuan
perusahaan dan peraturan pemerintah serta system dan prosedur di bidang keperawatan
(Pelayanan dan Etika Keperawatan), Medik (medic, penunjang dan rekam medic)
 Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan SDM di bidang keperawatan,
medic.
 Meningkatkan pendapatan dan pengendalian biaya di Rumah Sakit,
dengan melaksanakan program-program Rumah Sakit.
 Bertanggung jawab dalam pembuatan SOP dan system yang akan
menggerakan semua bagian medis di Rumah Sakit dibantu oleh Ka.Bag administrasi dan
pengembangan.
 Memiliki wewenang penuh dalam mengendalikan dan memerintah
coordinator divisi- divisi yang menjadi bawahannya, agar bekerja sesuai aturan dan SOP
yang ada
 Bertanggung jawab terhadap kualitas produk dan pelayanan baik terhadap
Ka.Bag pelayanan maupun terhadap konsumen langsung.
 Bertanggung jawab terhadap kinerja, hasil kerja dan kualitas kerja yang
menjadi bawahannya.
 Melakukan fungsi pengawasan (supervise) terhadap system, kebijakan dan
SOP yang ada pada wilayah kerjanya sehingga dapat tetap berjalan dengan baik atau
melakukan perombakan dan perubahan (fungsi inovasi) jika kebijakan, SOP system yang
ada sudah tidak berfungsi maksimal melalui rapat direksi.
 Membuat laporan periodic
d. Tugas dan Tanggung Jawab Lain
 Memimpin briefing coordinator yang diadakan rutin dan melaporkan hasil
briefing pada direktur.
 Melakukan pengawasan dan pemantauan harian langsung ke lapangan
dibantu oleh Koordinator-koordinator yang menjadi bawahannya.
 Melakukan evaluasi dan membuat keputusan-keputusan harian dalam
dalam wilayah kerjanya.
 Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan dan mampu
menyelesaikan masalah yang timbul tiap hari dalam wilayah kerjanya.
 Bertanggung jawab terhadap keutuhan dan kelayakan inventaris
perusahaan yang ada dalam wilayah kerjanya dengan melakukan perintah stock opname
secara periodic pada coordinator-koordinator yang menjadi bawahannya.
 Bertanggung jawab memantau kebersihan, kenyamanan dan kerapihan
seluruh area Rumah Sakit dengan menggerakkan semua staff bawahannya agar bekerja
dengan maksimal.
 Membuat catatan dan laporan harian.
 Diangkat dan diberi wewenang sebagai Kepala bagian oleh Direktur dan
Pemilik Perusahaan
 Bertanggung jawab langsung terhadap Wakil Direktur atau Direktur RS
 Memiliki kewenangan untuk mengatur dan mendelegasikan system pada
koordinator pelaksana yang ada dibawahnya .
 Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan pada skala sedang
yang berkaitan pada wilayah kerjanya masing-masing.
 Bertanggung jawab terhadap kinerja bawahannya masing-masing serta
bertanggung jawab terhadap total quality control pada hasil kinerja bawahannya
 Mampu memerintah, memiliki jiwa kepemimpinan, berani menegur dan
mengarahkan bawahannya.
 Bertanggung jawab membuat SOP dan peraturan-peraturan standar pada
Koordinator- koordinator yang menjadi bawahannya, mensosialisasikannya dengan baik
dengan persetujuan direktur.
 Membuat program –program baru setiap periode dan diajukan dalam rapat
direksi.
 Membuat catatan dan laporan personal staff, kedisiplinan, kepatuhan
terhadap peraturan dan tata tertib semua staff yang menjadi bawahannya, untuk kemudian
dilaporkan pada divisi HRD (personalia)
 Membuat laporan-laporan rutin tentang perkembangan operasional Rumah
Sakit sesuai dengan yang diminta oleh Direktur
 Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pada Direktur setiap periode,
yang periodenya ditetapkan oleh Direktur

e. Bagian Keperawatan
 Bertanggung jawab kepada Ka.Bag pely Medik dan Keperawatan.
 Menyelenggarakan ketentuan jasa keperawatan sesuai dengan etik keperawatan di Rumah
Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Melaksanakan prosedur keuangan yang telah ditetapkan Direktur dan Ka.Bag
Administrasi dan Keuangan di bagian Keperawatan.
 Mengoperasionalkan investasi secara efisien dan efektif didalam penyelenggaraan
pelayanan keperawatan.
 Memberikan kontribusi pendapatan bagi rumah sakit.
 Menyusun system dan prosedur penerimaan dan pemulangan pasien, sisdur,
penampungan keluhan pasien yang dirawat di Rumah Sakit.
 Memimpin penyusunan rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di keperawatan
sebagai usulan kepada Wakil Direktur Medik dan Keperawatan.
 Memberikan penilaian dan saran alternative yang tepat mengenai kelayakan suatu
investasi di bagian perawatan.
 Memberikan laporan setiap bulannya tentang urusan keperawatan disertai hasil
analisisnya, yang kemudian dihubungkan dengan laporan keuangan dan pencatatan
medic, kepada Ka.Bag Medik dan Keperawatan.
 Membantu dan membimbing bawahannya memecahkan kesulitan dalam menjalankan
tugas.
 Mengembangkan kerjasama antar bawahannya.
 Memberikan penilaian atas karya bawahannya.
 Mengusulkan promosi, demosi, mutasi, penerimaan, peringatan dan pemutusan
hubungan kerja karyawan di bagian keperawatan.
 Memberikan izin pasien perawatan yang meninggal atau pulang paksa untuk
meninggalkan rumah sakit setelah memenuhi ketentuan yang berlaku.
 Menetapkan, mencabut dan merubah system dan prosedur yang hanya berlaku di
keperawatan setelah mendapat persetujuan dari Ka.Bag Medik dan Keperawatan.
f. Urusan Pelayanan Keperawatan
 Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Kepegawaian
 Menyelenggarakan ketentuan-ketentuan dan standar SOP di bidang pelayanan
keperawatan yang berlaku.
 Memberikan penilaian dan saran alternative yang tepat mengenai kelayakan suatu
investasi di bagian keperawatan
 Memberikan laporan setiap bulannya tentang urusan keperawatan disertai hasil
analisisnya, yang kemudian dihubungkan dengan laporan keuangan dan pencatatan medic
 Menyusun rencan kerja tahunan dan anggaran tahunan di Rawat Inap sebagai usulan
kepada Kepala Bagian Kepegawaian
g. Urusan Etika Keperawatan
• Bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Keperawatan.
• Menyelenggarakan jasa keperawatan sesuai dengan ketentuan dan prosedur (SOP) di
bidang etika keperawatan.
• Menetapkan standar etik keperawatan bersama Komite Keperawatan
• Memberikan saran kepada urusan keperawatan dalam penyelenggaraan keperawatan agar
sesuai dengan kode etik kepeawatan.
• Memberikan penilaian dan saran alternative yang tept mengenai kelayakan suatu
investasi di bagian perawatan
• Memberikan laporan setiap bulannya tentang urusan etika keperawatan disertai hasil
analisisnya.
• Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan di urusan etika keperawatan
sebagai usulan kepada Kepala Bagian Keperawatan.

IV. KA. BAG ADMINISTRASI DAN KEUANGAN


A. Tugas dan Tanggung jawab Umum
 Diangkat dan diberi wewenang sebagai Kepala bagian oleh Direktur dan Pemilik
Perusahaan
 Bertanggung jawab langsung terhadap Direktur.
 Memiliki kewenangan untuk mengatur dan mendelegasikan system pada koordinator-
koordinator yang ada di bawahnya.
 Bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan pada skala sedang yang berkaitan pada
wilayah kerjanya masing-masing.
 Bertanggung jawab terhadap kinerja bawahannya masing-masing serta bertanggung jawab
terhadap total quality control pada hasil kinerja bawahannya.
 Mampu memerintah, memiliki jiwa pemimpin, berani menegur dan mengarahkan
bawahannya.
 Bertanggung jawab membuat SOP dan peraturan-peraturan standar pada divisi-divisi yang
menjadi bawahannya, mensosialisasikannya dengan baik dengan persetujuan direktur.
 Membuat program-program baru setiap periode dan diajukan dalam rapat direksi.
 Membuat catatan dan laporan personal staff, kedisiplinan, kepatuhan terhadap peraturan dan
tata tertib semua staff yang menjadi bawahannya, untuk kemudian dilaporkan pada divisi
HRD (personalia).
 Membuat laporan-laporan rutin tentang perkembangan operasional Rumah Sakit sesuai
dengan yang diminta oleh Direktur.
 Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pada Direktur setiap periode, yang periodenya
ditetapkan oleh Direktur.
 Bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
 Membawahi langsung :
a. Bidang Keuangan, membawahi :
- Bertanggung jawab langsung kepada Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
- Membawahi :
1. Urusan Mobilisasi Dana
 Bertanggung jawab terhadap Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
 Menyusun laporan keuangan beserta analisa yang sifatnya menyeluruh, akurat dan tepat
waktu di Rumah Sakit.
 Menelaah, hasil pelaksanaan dan mengendalikan system keuangan, system anggaran, dan
system akunting
 Mengatur pembayaran/pengeluaran kas dan bank atas tagihan yang telah disetujui oleh
Ka.Bag Administrasi dan Keuangan
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan urusan akuntansi dan keuangan
sebagai usulan kepada Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
 Menyelenggarakan dan mengatur pembayaran-pembayaran atas pembelian yang telah
mendapatkan persetujuan dari Direktur.
2. Urusan Anggaran
 Bertanggung jawab terhadap Ka.Bag Administrasi dan Keuangan
 Menyusun laporan keuangan beserta hasil analisisnya tentang realisasi anggaran di Rumah
Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Menelaah, hasil pelaksanaan dan mengendalikan system anggaran di Rumah Sakit Umum
Rufaidah Al-Islamiyah
 Membuat anggaran pembayaran atas penggantian/pembelian peralatan medis dan obat-
obatan yang sesuai dengan kebutuhan Rumah Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan urusan akuntansi dan keuangan
sebagai usulan kepada Ka.Bag administrasi dan keuangan.
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Ka.Bag Adminidtrasi dan Keuangan.
3. Urusan Akuntansi
 Bertanggung jawab terhadap Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
 Menyusun laporan keuangan beserta hasil analisisnya tentang posisi keuangan di Rumah
Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Menelaah, hasil pelaksanaan dan mengendalikan system akunting di Rumah Sakit Umum
Rufaidah Al-Islamiyah
 Menyusun rencana kerja tahunan dan anggaran tahunan urusan akuntansi dan keuangan
bersama urusan Anggaran sebagai usulan kepada Ka.Bag Administrasi dan Keuangan.
 Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan keuangan, termasuk diantaranya
laporan piutang, laporan rujukan, laporan penyisihan tindakan dokter dan operasi, laporan
APS, serta laporan bank dan laporan pajak, untuk dilaporkan kepada Ka.Bag Administrasi
dan Keuangan.
b. Bidang Administrasi
- Bertanggung jawab langsung kepada Ka.Bag Administrasi dan Keuangan
- Membawahi :
1. Urusan Tata Usaha
 Mengkoordinir urusan surat-surat dari rumah sakit dan mengirimnya termasuk dalam
surat keluar, baik melalui pos maupun ekspedisi atau kurir.
 Melaksanakn usulan penyusunan anggaran operasional belanja dan investasi di
lingkungan rumah sakit.
 Mempersiapkan dan mengajukan keperluan-keperluan atau kebutuhan
barang inventaris di rumah sakit.
 Membeli
 Menyimpan dengan tertib dan mengamankan arsip surat-surat keluar dan masuk serta
dokumen-dokumen milik surat rumah sakit dan dapat merahasiakan surat-surat yang
perlu dirahasiakan.
 Membantu administrasi, surat menyurat dan kesekretariatan Rumah Sakit Umum
Rufaidah Al-Islamiyah
 Menerima surat – surat masuk rumah sakit diagendakan dan diserahkan kepada Direksi
dan selanjutnya diteruskan sesuai Disposisi Direktur.
2. Urusan kepegawaian
 Bertanggung jawab langsung terhadap Ka.Bag Administrasi dan Keuangan
 Bertanggung jawab membuat system di kepegawaian, mencakup :
 Sistem kontrak yang akan diberlakukan
 Pembuatan dan penyusunan tata tertib dan peraturan umum
 Sistem penggajian
 Sistem absensi dan pengawasan peraturan, pencatatan pelanggaran, penerapan sangsi-
sangsi, dll.
 Bertanggung jawab terhadap proses rekruitmen pegawai, mengusulkan promosi, demosi,
mutasi karyawan dengan persetujuan Ka.Bag administrasi dan keuangan beserta direktur.
 Memiliki kemampuan dalam menjalankan manajemen SDM, menempatkan SDM pada
posisi dan komposisi tepat disesuaikan dengan beban kerja yang ada.
 Memiliki power dalam penerapan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tata tertib dan
peraturan yang berlaku dalam Rumah Sakit.
 Menyusun data kepegawaian, melaporkannya pada disnaker serta mengurus segala
administrasi dan persyaratan agar terdaftar di disnaker.
 Mengenali dan mengerti Ketentuan Pemerintah tentang aturan – aturan kepegawaian,
standar upah dan kebijakan-kebijakan dalam kepegawaian dan tenaga kerja.
 Membina hubungan baik dengan Pemerintah dalam hal ini Depnakertrans dan asosiasi
perburuhan di Kabupaten Brebes.
 Membuat planning kepegawaian, mencakup :
 Agenda pelatihan dan studi banding
 Refreshing karyawan
 Agenda-agenda kepegawaian (penetapan aturan libur hari besar keagamaan dan libur
nasional, pembagian shift kerja, aturan tukar shift, cuti bersama, dll)
 Bertanggung jawab terhadap keberadaan organisasi-organisasi kepegawaian yang ada di
dalam perusahaan.
 Memiliki kewenangan dalam memberikan sangsi, teguran, surat peringatan bahkan surat
pemecatan, dengan acuan ketentuan yang berlaku dan dengan persetujuan Ka.Bag
administrasi dan keuangan beserta direktur.
 Memberikan penilaian atau evaluasi terhadap seluruh Karyawan di seluruh Bagian
dibantu oleh Kepala Bagian masing-massing.
 Membuat laporan rutin tentang hasil evaluasi kepegawaian untuk dilaporkan kepada
atasan langsung.
 Bertanggung jawab terhadap kondisi kepegawaian tiap hari, mencakup :
 Kontrol terhadap absensi dan disiplin karyawan harian.
 Membuat data harian kepegawaian
 Melakukan fungsi supervise harian secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi
dilapangan, sehingga kelancaran pelayanan Rumah Sakit tetap tertaga.
 Mampu bertindak sebagai mediator dan penyelesaian masalah jika terjadi masalah
internak baik antar individu karyawan maupun karyawan dengan manajemen, dalam
lingkup dan kapasitas kepegawaian dan pekerjaan.
 Membuat catatan dan laporan harian.
c. Urusan Umum
 Memberikan pedoman dalam menyusun laporan kinerja personal dan inventaris sarana
dan prasarana, termasuk dalam mengatur bentuk dan tempat penyimpanan (gudang)
barang-barang yang habis pakai maupun yang tidak habis pakai.
 Memenuhi pembelian peralatan dan bahan kebutuhan medic maupun kebutuhan
perawatandan kebutuhan lainnya yang termasuk dalam bagian umum juga
 Memimpin pelaksanaan Tata Usaha, HRD dan Umum di Rumah Sakit serta
terlaksananya ketentuan dan system serta prosedur di bidang administrasi.
 Membantu Ka.Bag Administrasi dan Keuangan dalam mengelola dan
mengadministrasikan hal-hal yang berhubungan dengan Tata Usaha, HRD, dan Umum
agar berjalan cepat, tepat, dan benar, keamanann surat-surat, arsip-arsip, dan dokumen
terjamin.
 Mengetahui hal-hal yang menyangkut bagian Tata Usaha, HRD dan Umum diantaranya
tentang :
 Posisi tenaga kerja dan kinerjanya seluruh karyawan di Rumah Sakit Umum Rufaidah Al-
Islamiyah
 Realisasi anggaran untuk bagian administrasi, dalam hal ini Tata Usaha dan Umum
 Menyampaikan laporan bulanan untuk bagian administrasi yang meliputi bagian Tata
Usaha, HRD, dan Umum disertai hasil analisisnya dan juga melaporkan tentang kegiatan
masing-masing bagian tersebut yang bersifat kinerja tenaga maupun kondisi sarana dan
prasarananya.
 Memantau secara langsung pekerjaan yang termasuk di bagian umum yang mendukung
operasional rumah sakit, diantaranya di bagian cleaning service (bagian kebersihan),
security (bagian keamanan), driver (supir), gardener (tukang taman), dan di bagian kurir.
B. Tugas dan Tanggung Jawab Lain
 Bertanggung jawab dalam penataan manajemen dan penempatan SDM yang tepat,
dibantu oleh coordinator-koordinator yang menjadi bawahannya.
 Bertanggung jawab dalam pembuatan SOP di bagian keuangan termasuk system
akuntansi yang akan dipakai.
 Memiliki wewenang penuh dalam mengendalikan dan memerintah coordinator divisi-
divisi yang menjadi bawahannya,agar bekerja sesuai SOP yang ada.
 Mengumpulkan dan mengolah bahan penyusunan rencana anggaran pengadaan / belanja
(RAB)
 Menyusun RPK pengelolaan pelayanan keuangan dengan cara mempelajari rencana
program kerja masing-masing bidang.
 Melaksanakan kebijakan dan ketentuan perusahaan serta peraturan pemerintah dalam
menyelenggarakan program-program dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan dan
pengendalian biaya di Rumah Sakit Umum Rufaidah Al-Islamiyah
 Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data barang kekayaan perusahaan.
 Bertanggung jawab terhadap laporan keuangan, cash flow Rumah Sakit dan kelancaran
system akuntansi yang diterapkan dalam Rumah Sakit.
 Bertanggung jawab terhadap stabilitas kondisi keuangan Rumah Sakit secara
menyeluruh.
 Bertindak sebagai pengambil keputusan strategis dalam hal keuangan melalui koordinasi
dengan Direktur.
 Bertanggung jawab terhadap pengawasan, system akuntansi dan SOP yang ada pada
wilayah kerjanya sehingga dapat tetap berjalan dengan baik atau melakukan perombakan
jika system yang ada sudah tidak berfungsi maksimal melalui koordinasi dalam rapat
direksi.
 Bertanggung jawab mengendalikan sumber-sumber kebocoran, inefektif dalam
pengelolaan keuangan rumah sakit.
 Memberikan penilaian terhadap kinerja, hassil kerja dan kualitas kerja bawahannya.
 Memimpin briefing coordinator yang diadakan rutin dan melaporkan hasil briefing pada
Direktur.
 Memantau dan mengawasi kinerja bawahannya sesuai wilayah kerjanya. (fungsi
controling).
 Bertanggung jawab terhadap masalah-masalah harian yang timbul pada wilayah kerjanya
dan mapu menyelesaikannya dengan baik.
 Melakukan evaluasi kerja yang dilakukan rutin berdasarkan laporan – laporan masing-
masing coordinator bawahannya. (fungsi evaluating).
 Bertanggung jawab terhadap kelancaran.

D. Kriteria Tenaga Medis RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta


UNIT KAMAR OPERASI
1. Visi dan Misi Kamar Operasi
Visi : Menjadi kamar bedah sentral pilihan utama di Yogyakarta
Misi :
a. Memberikan pelayanan bedah sentral secara profesional, bertanggung jawab, efektif
dan efesien sesuai standar
b. Menggunakan alat dan ilmu sesuai perkembangan IPTEK
2. Motto Kamar Operasi
Motto : Menyelamatkan pasien yang akan dioperasi dengan profesional dan kewajiban
utama
3. Jobdesk Kamar Operasi
a. Mengelola kamar bedah
b. Sebagai Advokator pasien dan staff
c. Sebagai peneliti untuk pengembangan kamar bedah
d. Sebagai pembimbing kepada staff dan mahasiswa keperawatan
e. Sebagai komunikator dalam tim bedah
f. Memberikan masukan dalam proses kegiatan pelayanan bedah
4. Kriteria Perawat Kamar Operasi
A. Kualifikasi Jabatan Perawat Scrub
1) Nurse memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan Basic Life Suppport dengan
pengalaman kerja di kamar bedah minimal pengalaman 6 bulan
2) Minimal pendidikan D3 keperawatan/ S1 keperawatan, memiliki sertifikat kamar
bedah dasar, dan Basic Life Support (BLS) dengan pengalaman kerja di kamar
bedah minimal 1 tahun
3) Semua perawat yang memberikan pelayanan / asuhan keperawatan di kamar
bedah harus mempunyai SIP dan SIK
4) Memiliki Kompetensi scrub nurse :
a) Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi (kelengkapan data dan
kondisi pasien pre operasi),
b) Mampu melakukan standard precaution (Pencegahan dan pengendalian
infeksi),
c) Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah,
d) Mampu menyiapkan instrumen bedah, linen dan persedian alat kesehatan,
e) Mampu mengendalikan kestabilan emosi,
f) Mampu melaksanakan prosedur patient safety.
B. Kualifikasi Perawat Sirkuler:
1) Ners Memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan sertifikat kamar bedah lanjut/
khusus, dan BLS dengan pengalaman klinis di kamar bedah minimal 3 tahun
2) Pendidikan minimal D3 keperawatan/ S1 keperawatan pengalaman klinis di
kamar bedah minimal 5 tahun
3) Dalam masa transisi sampai dengan tahun 2015, untuk yang berpendidikan SPK
dengan pengalaman kerja minimal 15 tahun memiliki sertifikat kamar bedah
dasar, dan Basic Life Support ( BLS)
4) Memiliki kemampuan kepemimpinan dalam tim
5) Semua perawat yang memberikan pelayanan/asuhan keperawatan di kamar bedah
harus mempunyai SIP dan SIK
6) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan
7) Memiliki kompetensi perawat sirkuler :
a) Mampu sebagai scrub nurse,
b) Mampu menyiapkan pasien memasuki area semi ketat/ ruang induksi,
c) Mampu bekerja sama dengan tim bedah,
d) Mampu memantau kesadaran pasien dan hemodinamik dan keseimbangan
cairan,
e) Mampu menyiapkan dan mengantisipasi kekurangan peralatan serta bahan
habis pakai dalam waktu cepat,
f) Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi,
g) Mampu melakukan supervisi dan pembelajaran klinik,
h) Mampu memfasilitasi komunikasi antara team bedah dan pasien,
i) Memiliki kemampuan kepemimpinan,
j) Mampu melakukan supervisi, memberikan saran dan bimbingan.
C. Kualifikasi Perawat Asisten II
1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar, sertifikat kamar bedah lanjut/khusus
BLS dan pengalaman 5 tahun menjadi perawat scrub nurse di kamar bedah
2) Pendidikan minimal D3 keperawatan/ S1 keperawatan memiliki sertifikat kamar
bedah dasar, sertifikat kamar bedah lanjut/khusus BLS dan pengalaman menjadi
perawat scrub nurse di kamar bedah minimal 5 tahun,

3) Kompetensi perawat asisten II :


a) Mampu sebagai perawat sirkuler,
b) Mampu menjadi asisten operator dalam melakukan tindakan operasi,
c) Memiliki kemampuan teknik aseptik anti septik,
d) Mampu melakukan persiapan akhir pasien operasi,
e) Memahami anatomi dasar tubuh, fisiologi, penyembuhan luka yang
berhubungan dengan prosedur pembedahan

5. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar Kamar Operasi

Penerimaan pasien baru di Kamar Bedah

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
Terbit Tanggal
PROSEDUR
TETAP

Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat
PENGERTIAN ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh
TUJUAN petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa
berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatanpasien.

2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus


lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
operasitersebut.

Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas


KEBIJAKAN persiapan pasien calon operasi ini.
1. Petugas ruangan mengetahui jadwaloperasi
PROSEDUR 2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur
yangberlaku.
3. Petugas ruangan mengisi beritaacara.
4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien
termasuk surat izin operasi untuk dibawa bersama pasien ke
ruangoperasi.
5. Petugas ruangan mengalungkan label identitas yang
meliputi: nama, umur, no. RM, alamat, dokter operator,
diagnosis, rencana jenis operasi pasien pada pergelangan
tangan kanan pasien atau bila tidak memungkinkan pada
pergelangan tangan kiri, kemudian pergelangan kaki kanan,
kemudian kiri, kemudianleher.
6. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi
misalnya : persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang
diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama
pasien ke kamaroperasi.
7. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan
dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi
dengan memakai tempat tidur yang dipakai di ruangan.
8. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer.
9. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai berita acara serah
terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas
kamar operasi dan ditulis dalam buku register kamaroperasi.
10. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan berita acara,
kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum
pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya
seperti obat-obatan dan persediaandarah.
11. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung
dicatat dalam berita acara oleh asisten operasi /omloop.
12. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan
medikpasien.
13. Pasien dipeRSUpkan untuk serah terima dengan petugasruangan.
14. Serah terima dilakukan di ruang transfer, petugas kamar operasi
menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang
ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima
pasien pascaoperasi.

UNIT
TERKAIT

TRANSPORT PASIEN

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
Terbit Tanggal
PROSEDUR
TETAP

Tata cara transport pasien yang akan dan telah dioperasi oleh perawat
PENGERTIAN ruangan/ bangsal dan staf kamar operasi.
1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh
TUJUAN petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa
berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatanpasien.
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus
lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
operasitersebut.

Petugas ruangan dan petugas kamar operasi bertanggung jawab atas


KEBIJAKAN persiapan pasien calon operasi ini.
1. Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh paramedik ruangan rawat
PROSEDUR inap Tergantung kondisi pasien, pasien dapat diantar dengan
membawa bed atau dengan kursiroda
2. Dilakukan serah terima berita acara tindakan operasi antara
paramedik ruangan dengan petugas OK, beserta status pasien dan
obat-obatan yangdiperlukan
3. Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan
identitaspasien
4. Setelah dinilai lengkap, pasien dibawa ke koridor transport
pasien untuk kemudian dipindahkan ke brankarOK
5. Lakukan pemindahan senyamanmungkin
6. Setelah pasien diatas brankar, possikan senyaman mungkin,
bed pasien dikeluarkan.
7. Pasien dibawa ke koridor ruangrecovery
8. Ganti semua pakaian dengan duk bersih, lepaskan semua
perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman mungkin
sesuai tata krama. Tenangkan pasien.
9. Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan
pasien ke meja operasi senyamanmungkin.
10. Posisikan senyamanmungkin.

11. Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter,


O2, Pasang manset Tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan
pulse oksimeter/ECG Monitor sesuai kebutuhan masing-
masingpasien.

UNIT
TERKAIT

PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI

PENGERTIAN Tata cara pelaksanaan operasi pasien oleh staf kamar operasi.

1. Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh


TUJUAN dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil
dengan baik dan mengutamakan keselamatanpasien.
2. Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan
khusus lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan
operasi tersebut.
KEBIJAKAN Petugas kamar operasi bertanggung jawab atas pelaksanaan
pasien calon operasi ini.
1. Petugas operasi mempersiapkan peralatan, bahan, dan
PROSEDUR obat-obatan yang diperlukan untuk operasi sesuai SOPterkait.
2. Petugas anastesi mempersiapkan peralatan dan obat-
obatan anastesi serta melakukan tindakan anstesi yang
diperlukan sesuai SOP terkait.
3. Perawat sirkulasi menerima rekam medis dan data
administrasi lisan dan tulisan dari petugas pengantar pasien
OK dan memasang foto rontgen pada lampu baca di masing-
masing ruangoperasi.
4. Petugas kamar operasi melakukan tindakan hand
scrubbing, gowning,dan
5. handgloving sesuai SOP yang terkait.

6. Petugas operasi melakukan chrosscheck dengan petugas


OK yang bertugas mengantar pasien ke dalam ruang operasi
dan dokter operator mengenai identitas pasien, bagian yang
akan dioperasi, dan jenis operasi sebelum melakukan tidakan
antisepsis dan mempersempit medan operasi dengan
doeksteril.
7. Dokter operator dan petugas operasi melakukan tindakan
operasi sesuai indikasi dan SOPterkait.
8. Bila diambil jaringan atau cairan tubuh pasien untuk
pemeriksaan laboratorium/ PA, wadah diberi identitas pasien
meliputi nama, umur, no. RM, tanggal pengambilan dan
disertai berita acara serah terimaspesimen.
9. Setelah operasi selesai petugas operasi membuat laporan
operasi, petugas anastesi membuat laporan anastesi, dan
perawat sirkulasi mendata alkes dan obat-obatan habis pakai
serta mengumpulkan ketiga dokumen tersebut dalam rekam
medis pasien.
10. Pasien dipeRSUpkan untuk menjalani observasi dan
perawatan di ruangpemulihan.
11. Setelah kondisi pasien dinyatakan oleh dokter operator
dan dokter anastesi memungkinkan untuk dipindahkan ke
bangsal, petugas pengantar pasien OK menghubungi bangsal
terkait untuk menjemputpasien.

12. Dilakukan serah terima pasien dari petugas OK ke


petugas ruang atau bangsal sesuai SOP diatas.

UNIT TERKAIT

Administrasi yang Diperlukan


Beberapa catatan administratif yang harus dilengkapi :
a. Formulir Persetujuan Tindakan Medik
b. Formulir Informed Consent
c. Formulir Berita Acara serah terima pasien Operasi
d. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium
e. Formulir Laporan Operasi
f. Formulir Perincian Kamar Operasi
g. Buku Register Kamar Operasi
h. Formulir pengumpulan data Indikator mutu pelayanan Kamar Operasi
6. Kebutuhan Bed dan Tenaga Keperawatan Kamar Operasi
A. Jumlah Perawat di Kamar Bedah
Menggunakan Rumus Depkes, 2002
Das
ar
peng
hitungan tenaga di kamar operasi:
a. Jumlah dan jenis operasi
b. Jumlah kamar operasi
c. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada hari kerja
d. Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/tim)
e. Tingkat ketergantungan pasien:
1) Operasi besar: 4 jam/ operasi
2) Operasi sedang: 2 jam/operasi
3) Operasi kecil: 1 jam /operasi.
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA Al-Islamiyah memiliki 8
kamar di ruang operasi terdiri dari 8 bed yaitu 1 bed cito, 2 bed pemulihan, dan 5 bed
operasi. Dalam satu hari ruangan operasi digunakan 4 kali, setiap harinya setiap
ruangan dipakai 20 kali operasi.
Dengan rincian sebagai berikut :
a. Operasi Ringan : 5 orang
b. Operasi Sedang : 8 orang
c. Operasi Berat : 7 orang

(5x1) + (8x2) + (7x4) x 2 = 12 + 1 perawat cadangan inti


8

Jumlah perawat yang dibutuhkan ruang operasi adalah 13 orang. Kepala Perawat
yang dibutuhkan ruang operasi adalah 1 orang. Ketua Tim yang dibutuhkan ruang
operasi adalah 1 orang. Jumlah Perawat keseluruhan adalah 15 orang. Jumlah dokter
yang diperlukan adalah 5 orang dokter spesialis bedah dan 3 orang dokter anestesi.

UNIT POLI ANAK


1. Visi dan Misi Poli Anak
Visi :
Menjadi poli klinik anak pertama dengan pelayanan yang berkualitas dan terbaik dengan
berorientasi pada kecepatan, ketepatan, keselamatan dan kenyamanan berlandaskan etika
dan profesionalisme.
Misi :
1) Melaksanakan pelayanan MTBM dan MTBS yang cepat, tepat dan trampil
2) Memberikan pelayanan kesehatan Preventif dan Kuratif
3) Meningkatkan sikap petugas yang bersahabat, bertanggung jawab dan ramah dalam
memberi pelayanan
2. Jobdesk Kepala Ruangan dan Poli Anak
A. Tugas Pokok
1) Menyusun RUK tahunan Poli Anak
2) Menyusun RPK bulanan Poli Anak
3) Melaksanakan pemeriksaan kesehatan/SDIDTK (Stimulasi Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang
4) Melaksanakan diagnose dan mengklasifikasi kasus MTBM/MTBS oleh tenaga
Perawat yang terlatih
5) Melakukan tindakan pengobatan dan konseling
6) Melakukan pencatatan dan pelaporan
7) Melakukan evaluasi dan tindak lanjut serta monitoring
B. Wewenang
1) Menyusun RUK Tahunan Poli Anak (MTBM/MTBS)
2) Menyusun RPK bulanan Poli Anak (MTBM/MTBS)
3) Menegakkan diagnose dan mengklasifikasikan kasus MTBM/MTBS
4) Membuat peresepan obat sesuai standar pengobatan MTBM/MTBS
5) Memberikan pengobatan/therapy sesuai diagnosa
6) Memberikan konseling pada orang tua / keluarga
7) Membuat pencatatan dan pelaporan serta evaluasi
C. Tanggung Jawab
1) Bertanggung jawab terhadap setiap hasil pemeriksaan Bayi/Balita/Anak
2) Bertanggung jawab terhadap diagnose yang ditegakkan
3) Bertanggung jawab terhadap setiap tindakan pelayanan/pengobatan yang
diberikan pada Bayi/Balita/Anak
4) Bertanggung jawab terhadap pencatatan/laporan dan evaluasi/tindak lanjut
D. Uraian Tugas
1) Menyusun RUK tahunan poli anak
2) Menyusun RPK bulanan poli anak antara lain :
a) Pasien lama
b) Pasien baru
c) Pasien tingkat usia
d) Diagnosa 10 besar
e) Pasien imunisasi
3) Melaksanakan pemeriksaan Kesehatan dan SDIDTK pada bayi/balita
4) Menegakkan diagnose kasus MTBM/MTBS
5) Melaksanakan tindakan pengobatan/therapy sesuai diagnose penyakit pada
Bayi/Balita/Anak-anak
6) Melakukan konseling/Health Education pada orang tua/keluarga
7) Membuat pencatatan dan pelaporan serta evaluasi
8) Membuat grafik antara lain :
a) Kunjungan pasien
b) Pasien tingkat usia
c) Diagnosa 10 besar
d) Imunisasi
3. Kriteria Perawat Poli Anak
1) Pendidikan : Pendidikan minimal D III keperawatan
2) Kursus/ pelatihan : Pelatihan Assessment of Patients (AOP), Prevention and
Control of Infection (PCI), dan pelatihan BTCLS
3) Pengalaman kerja : Berpengalaman sebagi perawat minimal 2 tahun lebih
diutamakan. Namun Fresh Graduate dipersilahkan melamar dengan syarat telah lulus
uji kompetensi.
4) Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan rohani
5) Kualifikasi :
a. Pria / Wanita usia 24 sd. 35 tahun
b. Mempunyai akhlak yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi, tegas dan
mampu bekerja dalam tim
c. Memiliki kemampuan managerial/ kepemimpinan, berwibawa
d. Memahami konsep standard pelayanan keperawatan
e. Mempunyai penilaian kinerja kategori baik
f. Bersedia mengembangkan ilmu keperawatan
g. Telah melewati seleksi kenaikan jenjang karir
h. Memiliki STR
i. Bisa Pasang infus anak
j. IPK min 3.00
k. Memiliki passion di dunia tumbuh kembang anak
4. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar Poli Anak

Pelayanan Poli Anak Disahkan Oleh :


RUMAH SAKIT Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH PENANGANAN PASIEN BARU Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL- YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH Islamiyah
YOGYAKARTA Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Menangani pasien baru yang masuk di Poli Anak
Tujuan : Pasien baru dapat terlayani dengan baik
Kebijakan : Dilakukan oleh dokter dan perawat Poli Anak
Prosedur : 1. Registrasi pasien ke buku kunjungan Poli Anak
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang diperlukan
pada pasien
3. Melakukan rujukan untuk pemeriksaan penunjang diagnosis
yang diperlukan
4. Menegakkan diagnosis
5. Memberikan terapi
6. Melakukan pencatatan informasi tentang pasien pada status
pasien
7. Memberikan rujukan internal ataupun eksternal
8. Memberikan penyuluhan/ KIE
Unit terkait Instalasi Rekam Medik

RUMAH SAKIT Pelayanan Poli Anak Disahkan Oleh :


UMUM RUFAIDAH PENANGANAN PASIEN Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH KONTROL Umum RUFAIDAH AL-
YOGYAKARTA AL- ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Al-
YOGYAKARTA Islamiyah
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Menangani pasien yang sudah pernah berobat/ kontrol
Tujuan : Pasien yang kontrol dapat terlayani dengan baik
Kebijakan : Dilakukan oleh dokter dan perawat di Poli Anak
Prosedur : 1. Registrasi pasien pada buku kunjungan Poli Anak
2. Melihat perjalanan pengobatan pada status pasien
3. Menanyakan keluhan pasien saat ini dan melakukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan
4. Melakukan pemeriksaan penunjang untuk follow up terapi atau
pemeriksaan tambahan lain bila diperlukan
5. Memberikan terapi dan penyuluhan/ KIE
6. Pencatatan dan pelaporan pada status pasien
Unit terkait Instalasi Rekam Medik

Pelayanan Poli Anak Disahkan Oleh :


RUMAH SAKIT
Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
RUJUKAN INTERNAL PASIEN Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Melakukan rujukan/ pengiriman pasien ke unit lain di Rumah Sakit
Umum RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA Al-
Islamiyah Yogyakarta untuk pemeriksaan dan atau perawatan lebih
lanjut
Tujuan : Terdapat koordinasi yang baik antar unit pelayanan di Rumah Sakit
Umum RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA Al-
Islamiyah Yogyakarta sehingga pasien dapat terlayani dengan baik
Kebijakan : Dilakukan oleh dokter dan perawat di Poli Anak
Prosedur : 1. Pemberitahuan pada pasien dan keluarga pasien
2. Menghubungi petugas unit yang dituju
3. Menuliskan tujuan rujukan dan instruksi lain yang diperlukan
pada status pasien
Unit terkait Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
RUJUKAN EKSTERNAL PASIEN Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Melakukan pengiriman/ rujukan pasien ke puskesmas atau sarana
kesehatan lain
Tujuan Terdapat koordinasi yang baik dengan sarana kesehatan yang dituju
sehingga pasien dapat terlayani dengan baik
Kebijakan Dilakukan oleh dokter dan perawat Poli Anak
Prosedur 1. Pemberitahuan kepada pasien dan keluarga pasien

2. Menuliskan tujuan rujukan pada status pasien dan buku


rujukan

3. Memberikan pengantar rujukan kepada pasien menggunakan


form rujukan pasien

Unit terkait Sarana Kesehatan diluar Rumah Sakit Umum RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Al-Islamiyah

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
VITAL ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
(VITAL SIGN) YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan jumlah
pernafasan

Tujuan 1. Untuk menentukan keadaan umum pasien

2. Untuk menentukan langkah-langkah perawatan dan tindakan


awal

3. Untuk membantu menentukan diagnose

Kebijakan 1. Dilakukan pada setiap pasien baru yang datang di rawat jalan
(poli PPOK dan poli Asma)

2. Dilakukan setiap hari untuk evaluasi dan ditulis di status


pasien
3. Dilakukan pada pasien baru / kontrol

Prosedur MENGUKUR TEKANAN DARAH


1. Lengan baju dibuka atau digulung

2. Manset dari tensimeter dipasang pada lengan atas dengan


pipa. Karetnya berada di sisi luar lengan, jangan terlalu kuat
atau terlalu longgar kemudian pompa dipasang

3. Denyut arteri brachialis diraba, stetoskop diletakkan pada


daerah tersebut.

4. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, balon


dipompa sampai denyut arteri brachialis tidak terdengar lagi
dan air raksa pada pipa gelas naik.

5. Kemudian sekrup balon dibuka sehingga air raksa turun


pelan-pelan sambil melihat turunnya air raksa dengarkan
denyutan pertama.

6. Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan


pertama disebut systole misal 120 mmHg. Dengarkan terus
sampai denyutan terakhir, skala permukaan air raksa pada
waktu denyutan terakhir disebut tekanan diastole missal 80
mmHg. Sehingga hasilnya dicatat sabagai berikut
misalnya120 / 80 mmHg

PERHATIAN :
1. Tensimeter harus dalam keadaan baik

2. Letak tensieter harus datar, tabung air raksa. Harus tegak


lurus.

MENGHITUNG DENYUT NADI


1. Waktu menghitung denyut nadi bersamaan dengan
pengukuran suhu

2. Pada waktu menghitung denyut nadi pasien harus benar-


benar istirahat

3. Menghitung dengan jari jelunjuk dan jari tengah diatas arteri

4. Arteri radialis : pada pergelangan tangan

5. Arteri brachialis : pada pelipatan siku

6. Menghting ½ menit hasilnya dikalikan 2

7. Pada anak-anak dihitung selama 1 menit

PERHATIAN :
- Pada waktu menghitung denyut nadi diperhatikan pula isinya
(volume) teratur/tidak (ritme) keras/lemah (tekanan) jumlah
permenit (frekuensi)

- Bila ada keluhan segera lapor ke dokter

MENGUKUR SUHU BADAN


Pada ketiak
1. Lengan baju pasien dibuka kalau perlu, bila ketiak pasien
basah harus dikeringkan

2. Thermometer dicek kembali lalu dipasang tepat pada reservo


Irnya jepitkan di tengah ketiak

3. Kemudian lengan pasien dilipatkan di dada, setelah kurang


lebih 10 menit, thermometer diangkat langsung dibaca dengan
teliti dan di catat

Pada mulut
1. Pasien disuruh membuka mulutnya, thermometer dicek lagi,
lalu ujung sampai reservoirnya diletakkan di bawah lidah
pasien

2. Mulut dikatubkan kurang lebih 5 menit dan pasien diminta


bernafas melalui hidung dan tidak boleh bicara

3. Kemudian thermometer diangkat, dilap dengan kertas dibaca


dan dicatat

Pada rectal
1. Pasien dalam posisi miring (posisi sim)

2. Pakaian pasien diturunkan sampai di bawah bokong

3. Thermometer diperiksaujung diolesi vaselin/gel lalu


dimasukkan melalui anus sampai batas reservoir dan tetap
dipegang.

4. Setelah kurang lebih 3 menit, thermometer dikeluarkan,


dilap, dibaca dan hasilnya dicatat

PERHATIAN
- Sebelum pasien tidak boleh diberikan minuan panas atau
dingin

- Bentuk thermometer untuk masing-masing pemeriksaan di


atas beda

MENGHITUNG PERNAFASAN
1. Dilakukan bersamaan pada waktu mengukur suhu dan setelah
menghitung denyut nadi tanpa diketahui pasien

2. Penghitungan dilakukan selama 1 menit

3. Hasilnya dicatat

PERHATIAN
Bila ada kelainan segera melapor dokter
Unit terkait Komite klinis

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
TINDAKAN INJEKSI Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Adalah tata cara dan langkah – langkah yang mengatur tindakan
injectie pada pasien
Tujuan Agar tindakan injectie pada pasien bisa berjalan benar dan
mengurangi resiko infeksi nosocomial
Kebijakan Tindakan dilakukan secara tepat
Prosedur PERSIAPAN
- Spuit injectie sesuai dengan kegunaan

- Kapas alkohol

- Obat injectie sesuai dengan perintah dokter

- Tourniquet

- Bantal pengalas

- Bak instrumen

PELAKSANAN
Injectie Intra Cutan :
1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Permukaan kulit didesinfeksi dengan kapas alkohol

3. Regangkan permukaan kulit dengan tangan kiri

4. Masukkan jarum pada permukaan kulit dengan sudut 15-20


derajad dan lubang jarum menghadap keatas

5. Masukkan obat pelan-pelan sampai permukaan kulit yang


disuntik menggembung

6. Setelah obat masuk semua, spuit dilepas dengan cepat

7. Beri tanda pada sekitar bekas suntikan

8. Bekas suntikan tidak boleh ditekan atau dihapus dengan kapas


alkohol

Injectie Sub Cutan :


1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Permukaan kulit didesinfeksi dengan kapas alkohol

3. Angkat sedikit permukaan kulit dengan tangan kiri

4. Masukkan jarum kebawah permukaan kulit dengan sudut 45


derajad dan lubang jarum menghadap keatas

5. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah


atau tidak

6. Bila ada darah obat tidak boleh dimasukkan

7. Bila tidak ada darah, obat dimasukkan pelan-pelan

8. Setelah obat masuk semua, spuit dilepas dengan cepat

9. Beri tanda pada sekitar bekas suntikan


10. Bekas suntikan ditekan dengan kapas alkohol

Injectie Intra Muskuler :


1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Permukaan kulit didesinfeksi dengan kapas alkohol

3. Permukaan kulit sedikit diregangkan

4. Masukkan jarum tegak lurus permukaan kulit

5. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah


atau tidak

6. Bila ada darah obat tidak boleh dimasukkan

7. Bila tidak ada darah, obat dimasukkan pelan-pelan

8. Setelah obat masuk semua, spuit dilepas dengan cepat

9. Beri tanda pada sekitar bekas suntikan

10. Bekas suntikan ditekan dengan kapas alkohol

Injectie Intra Vena


1. Isi spuit dengan obat yang telah ditentukan

2. Tentukan pembuluh darah yang akan disuntik

3. Lakukan pembendungan daerah proximal dengan tourniquet

4. Permukaan kulit didesinfeksi dengan kapas alkohol

5. Pasang pengalas dibagian bawah tempat yang akan disuntik

6. Jarum ditusukkan dengan lubang jarum menghadap keatas

7. Penghisap spuit ditarik sedikit untuk melihat apakah ada darah


atau tidak
8. Bila tidak ada darah, maka harus dicari lagi pembuluh darah
yang lebih proximal

9. Bila ada darah obat dimasukkan secara pelan-pelan

10. Setelah obat masuk semua, jarum ditarik agak cepat dan bekas
tusuk jarum ditekan dengan kapas alkohol

Unit terkait Komite klinis

Pelayanan Poli Anak Disahkan Oleh :


RUMAH SAKIT
INHALASI NEBULIZER Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator
Tujuan : Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan dan melonggarkan
jalan nafas
Kebijakan : Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan secret dan pasien
yang mengalami penyempitan jalan nafas
Prosedur Tahap PraInteraksi
- Mengecek program terapi

- Mencuci tangan

- Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
- Memberikan salam dan sapa nama pasien

- Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

- Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

Tahap Kerja
- Menjaga privacy pasien

- Mengatur pasien dalam posisi duduk

- Menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set


nebulizer

- Mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran

- Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik

- Memasukkan obat sesuai dosis

- Memasang masker pada pasien

- Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam


sampai obat habis

- Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue

Tahap Terminasi
- Melakukan evaluasi tindakan

- Berpamitan dengan pasien/keluarga

- Membereskan alat

- Mencuci tangan

- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Unit terkait Instalasi Rekam Medik


Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
SUCTION Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Melaksanakan pembersihan saluran pernafasan lebih kedalam
dengan menggunakan alat penghisap lendir (sekresi) baik melalui
hidung, mulut, maupun trakea
Tujuan : Saluran pernafasan bebas dari sumbatan semua kotoran atau lendir
sehingga pasien dapat bernafas secara normal
Kebijakan : 1) Klien dengan retensi sputum
2) Klien dengan respirator atau endotrakeal tube
3) Klien dengan trakeostomi
Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan peralatan di samping tempat tidur

2. Cuci tangan

3. Berikan penjelasan pada klien dan keluarganya

4. Tempatkan handuk pada bantal atau di bawah dagu klien

5. Berikan oksigen terlebih dahulu sebelum dilakukan suction

6. Tuangkan air steril atau normal salin ke dalam wadah yang


steril

7. Gunakan tangan yang telah memakai sarung tangan,


sambungkan kateter ke mesin penghisap
8. Basahi ujung keteter dengan larutan steril, pasang penghisap
dengan ujungnya terletak dalam larutan

Penghisapan Orofaringeal:
- Dengan perlahan masukkan kateter ke dalam mulut klien dan
arahkan ke orofaring.

- Jangan lakukan penghisapan selama pemasangan

Pelaksanaan Nasofaringeal:
1. Dengan perlahan masukkan kateter ke salah satu lubang hidung.
Arahkan ke arah medial sepanjang dasar rongga hidung. Jangan
dorong paksa kateter, dan jangan lakukan penghisapan selama
pemasangan.

2. Sumber port penghisap dengan ibu jari. Dengan perlahan rotasi


kateter saat anda menariknya. Keseluruhan prosedur tidak boleh
lebih dari 15 detik.

3. Bilas kateter denagn larutan steril dengan meletakkannya dalam


larutan dan lakukan penghisapan

4. Bila klien tidak mengalami distress pernafasan, biarkan istirahat


20-30 detik sebelum memasukkan ulang kateter

5. Bila klien mampu minta klien untuk bernafas dalam dan batuk
diantara penghisapan

6. Hisap secret pada mulut atau di bawah lidah setelah penghisapan


orofaring atau nasofaring

7. Buang kateter dengan membungkusnya dalam tangan anda yang


menggunakan sarung tangan dan lepaskan sarung tangan untuk
membungkus katete
8. Cuci tangan

9. Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau secret serta respon


klien terhadap prosedur

Unit terkait Instalasi Rekam Medik

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
INJEKSI IM (INTRAMUSKULAR) Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian : Pemberian obat / cairan dengan cara dimasukkan langsung ke
dalam otot (muskulus)
Tujuan : Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter terhadap klien yang
yang diberikan obat secara intramuscular
Kebijakan : Dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja
sama memungkinkan untuk diberikan obat secara oral
Prosedur A. Tahap PraInteraksi

- Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

- Mencuci tangan

- Menyiapkan obat dengan benar

- Menempatkan alat di dekat klien dengan benar

B. Tahap Orientasi
- Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

- Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada


keluarga/klien

- Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

C. Tahap Kerja

- Mengatur posisi klien, sesuai tempat penyuntikan

- Memasang perlak dan alasnya

- Membebaskan daerah yang akan di injeksi

- Memakai sarung tangan

- Menentukan tempat penyuntikan dengan benar ( palpasi


area injeksi terhadap adanya edema, massa, nyeri tekan.
Hindari area jaringan parut, memar, abrasi atau infeksi.

- Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar


dari arah dalam ke luar \diameter ±5cm)

- Menggunakan ibu jari dan telunjuk untuk mereganggkan


kulit

- Memasukkan spuit dengan sudut 900, jarum masuk 2/3

- Melakukan aspirasi dan pastikan darah tidak masuk spuit

- Memasukkan obat secara perlahan (kecepatan 0,1


cc/detik)

- Mencabut jarum dari tempat penusukan

- Menekan daerah tusukan dengan kapas desinfektan


- Membuang spuit ke dalam bengkok

D. Tahap Terminasi

- Melakukan evaluasi tindakan

- Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

- Berpamitan dengan klien

- Membereskan alat-alat

- Mencuci tangan

- Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

Pilihan Tempat Injeksi Intra Muskuler


- Paha (vastus lateralis) : posisi klien terlentang dengan lutut
agak fleksi.

- Ventroglteal : posisi klien berbaring miring, telentang, atau


telentang dengan lutut atau panggul miring dengan tempat
yang diinjeksi fleksi.

Unit terkait Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
INJEKSI IV (INTRAVENA) Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL-
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Pemberian obat intravena adalah pemberian obat dengan cara
memasukkan obat kedalam pembuluh darah vena menggunakan spuit
Tujuan 1. Mendapat reaksi yang lebih cepat, sehingga sering digunakan
pada pasien yang sedaang gawat darurat .

2. Menghindari kerusakan jaringan .

3. Memasukkan obat dalam volume yang lebih besar

Tempat injeksi intravena :


- pada lengan (vena basilika dan vena sefalika).

- pada tungkai (vena safena)

- pada leher (vena jugularis)

- pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)

Kebijakan Digunakan pada psaien yang dalam keadaan darurat, agar obat yang
diberikan dapat menimbulkan efek langsung
Prosedur - Bebaskan daerah yang disuntik dengan cara membebaskan
daerah yang akan dilakukan penyuntikan dari pakaian dan
apabila tertutup buka atau ke ataskan.

- Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan


dosis yang akan diberikan. Apabila obat berada dalam bentuk
sediaan bubuk, maka larutkan dengan pelarut (aquades steril).

- Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan


dilakukan penyuntikan.

- Kemudian tempatkan obat yang telah diambil pada bak


injeksi.

- Desinfeksi dengan kapas alkohol.

- Lakukan pengikatan dengan karet pembendung (torniquet)


pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat
atau tegangkan dengan tangan/minta bantuan atau
membendung di atas vena yang akan dilakukan penyuntikan.

- Ambil spuit yang berisi obat.

- Lakukan penusukkan dengan lubang menghadap ke atas


dengan memasukkan ke pembuluh darah dengan sudut
penyuntikan 150 - 300

- Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet


pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis.

- Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan


penekanan pada daerah penusukkan dengan kapas alkohol,
dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.

- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan (jika
ada).

Unit terkait Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
INJEKSI SC (SUBKUTAN) ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Pemberian obat dengan cara subcutan adalah memasukkan obat
kedalam bagianbawah kulit. Tempat yang dianjurkan untuk suntikan
ini adalah lengan bagian atas,kaki bagian atas,dan daerah disekitar
pusar.
Tujuan Pemberian obat subcutan bertujuan untuk memasukkan sejumlah
toksin atau obat pada jaringan subcuta di bawah kulit untuk di
absorbsi
Kebijakan Dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan tidak memiliki
riwayat alergi
Prosedur - cuci tangan

- siapkan obat sesuai dengan prinsip 5 benar

- identifikasi klien

- beri tahu klien prosedur kerjanya

- atur klien pada posisi yang nyaman

- pilih area penusukan

- pakai sarung tangan

- bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol

- pegang kapas alkohol dengan jari tengah pada tangan non


dominan

- buka tutup jarum

- tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan
non dominan dengan ujung jarum menghadap ke atas dan
menggunakan tangan dominan,masukkan jarum dengan sudut
450 atau 900 .

- lepaskan tarikan tangan non dominan


- tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit.

- jika tidak ada darah,masukan obat perlahan-lahan.jika ada


darah tarik kembali jarum dari kulit tekan tempat penusukan
selama 2menit,dan observasi adanya memar, jika perlu
berikan plester,siapkan obat yangbaru.

- cabut jarum dengan sudut yang sama ketika jarum di


masukan,sambil melakukan penekanan dengan menggunakan
kapas alkohol pada area penusukan.

- jika ada perdarahan,tekan area itu dengan menggunakan kasa


steril sampai perdarahan berhenti.

- kembalikan posisi klien

- buang alat yang sudah tidak dipakai

- buka sarung tangan

- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat, serta reaksinya setelah penyuntikan (jika
ada)

Unit terkait Komite klinis

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
INJEKSI IC (INTRAKUTAN) ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Pemberian obat dengan cara intracutan adalah pemberian obat dengan
caramemasukkan obat kedalam permukaan kulit. Tempat penting
yang banyak dipakai untuk melakukan suntikan intrakutan adalah
bagian atas dari lengan bawah.
Tujuan - Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan
dalam pemberian obat.

- Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu


(misalnya tuberculin tes).

- Menghindarkan pasien dari efek alergi obat ( dengan skin


test).

Kebijakan - Pasien yang melakukan test alergi

- Pasien yang melakukan vaksinasi

Prosedur - Cuci tangan.

- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

- Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan baju


lengan panjang buka dan ke ataskan.

- Pasang perlak/ pengalas di bawah bagian yang disuntik.

- Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan


dengan aquadcs (cairan pelarut) kemudian ambil 0,5 cc dan
encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak
injeksi atau steril.

- Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan


dilakukan suntikan.
- Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik.

- Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan


sudut 50 – 150 dengan permukaan kulit.

- Semprotkan obat hingga terjadi gelembung.

- Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.

- Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/ test obat, tanggal
waktu dan jenis obat serta reaksinya setelah penyuntikan.

Unit terkait Komite klinis

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
PEMERIKSAAN TANDA-TANDA ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
VITAL (TTV) YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Ukuran dari berbagai fisioligi statistik, sering diambil oleh profesional
kesehatan dalam rangka untuk menilai fungsi tubuh yang paling dasar
Tujuan Memantau perkembangan pasien saat di rawat
Kebijakan - Pelayanan pasien dilakukan tenaga medis

- Menghindari waktu yang lama untuk pelayanan kesehatan


dalam hal diagnostik dan terapi

Prosedur Pemeriksaan Tanda-tanda Vital Klien sesuai dengan


Kebutuhan/kondisi Klien (pilih salah satu cara) :
Ukur suhu badan klien
1. Cuci tangan

2. Bersihkan thermometer dengan air bersih (bila disimpan dalam


larutan desinfektan) kemudian keringkan dengan kertas
tissue.

3. Periksa air raksa pada thermometer dan turunkan air raksa,


dengan cara mengibaskan/menggoncangkan (dengan gerakan
menghentak) thermometer kearah bawah. Dilakukan berkali-
kali sampai air raksa berada dibawah skala 350C

Pemeriksaan per oral


1. Mintalah klien membuka mulut dan letakkan reservoar dibawah
lidah (sublingual). Arahkan thermometer kesudut mulut dan
anjurkan klien menutup mulutnya dengan rapat. Selama
pengukuran klien tidak diperkenankan berbicara/membuka
mulutnya.

2. Biarkan thermomether selama 3 - 5 menit

3. Keluarkan thermometer dan usap dengan kertas tissue kearah


reservoar, sehingga air raksa dapat terbaca /terlihat.

4. Baca dan catat hasil yang diperoleh

Pemeriksaan per axilla


1. Anjurkan klien membersihkan ketiaknya/keringkan ketiak
klien dengan kertas tissue

2. Letakkan reservoar tepat di tengah ketiak, rapatkan lengan atas


klien ke badan dan lengan bawah di atas dada klien

3. Biarkan thermometer selama 5-10 menit

4. Angkat thermometer
5. Baca dan catat hasil yang diperoleh

Pemeriksaan per rectal


1. Usapkan jelly/vaselin pada thermomether kira-kira 2-3 cm dari
ujung reservoar

2. Atur posisi klien dengan posisi sim dan singkapkan sedikit


selimut klien sampai bagian pantat regangkan pantat klien
sampai tampak sphinchter ani. Pada bayi, posisi terlentang
dan angkat kedua kakinya

3. Masukkan reservoar thermometer ke dalam rectum 3,8 cm


(pada klien dewasa) : 2,5 cm (pada anak-anak); 1,25 cm (pada
bayi)

4. Biarkan selama 2-3 menit

5. Keluarkan thermomether dan usap dengan kertas tissue kearah


reservoar, sehingga air raksa terlihat jelas

6. Baca dan catat hasil yang didapat

Cara membersihkan thermometer :


1. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue dengan gerakan
memutar dari pangkal dan reservoar

2. Bersihkan dengan larutan air sabun dan usap lagi dengan


kertas tissue dengan gerakan yang sama

3. Bilas dengan air dingin dan keringkan dengan kertas tissue


dengan gerakan yang sama

4. Celupkan thermometer kedalam larutan desinfektan dan bilas


lagi dengan air bersih

5. Keringkan lagi dengan kertas tissue dan simpan kembali pada


tempatnya

Lakukan pemeriksaan denyut nadi :


1. Atur posisi klien dengan tidur terlentang, semifowler atau
duduk

2. Letakkan 3 jari (telunjuk, jari tengah dan jari manis) tepat


diatas arteri yang diperiksa (radialis atau lainnya). Gunakan
telunjuk untuk menekan arteri sedangkan jari tengah dan jari
manis untuk menilai irama dan kwalitas denyutan

3. Lakukan pemeriksaan selama satu menit

4. Catat bagi pengukuran mengenai :

a. Frekwensi nadi dalam semenit

b. Irama (reguler/irreguler)

c. Kwalitas deyutan (kuat/lemah)

d. Kelainan-kelainan yang dirasakan.

Lakukan pemeriksaan respirasi


Mengkaji pernafasan dilakukan setelah menghitung denyut nadi :
1. Letakkan tangan pasien menyilang ke dada

2. Observasi gerakan dinding dada saat inspirasi maupun


exspirasi (satu kali respirasi)

3. Hitung jumlah respirasi dalam satu menit

4. Catat hasil yang diperoleh meliputi :

a. Frekuensi semenit

b. Kelainan gerakan dinding dada

Lakukan pengukuran tekanan darah/tensi klien


1. Atur posisi pasien, dimana posisi lengan yang akan diukur
tekanan darahnya sejajar dengan jantung dengan telapak
tangan menghadap ke atas

2. Perawat menempatkan diri sedemikian rupa sehingga dapat


membaca meniscus air raksa sejajar dengan garis mata

3. Pasang manset kira-kira 3 jari dari lipatan siku dan lilitkan


pada lengan kemudian kaitkan ujungnya sehingga ikatan
tidak lepas atau rekatkan velcrotapenya lilitan jangan
terlalu longgar/terlalu sempit

4. Letakkan ujung jari diatas arteri brachialis dan raba denyutnya,


atau letakkan stetoskop dengan tepat diatas arteri brachialis
dengan penekanan sewajarnya

5. Tutup katub aliran udara dan pompakan balon sampai denyut


nadi tak teraba/terdengar. Pompakan lagi udara sampai air
raksa naik sekitar 20-30 mmHg diatas skala saat denyut
nadi tidak terdengar/teraba

6. Buka katub aliran udara secukupnya, sehingga udara keluar


dengan kecepatan 2-3 mmHg perdenyut

7. Perhatikan skala angka pada manometer saat terdengar bunyi


korotkof I (suara yang pertama kali terdengar) dan catat
sebagai tekanan sisolik.

8. Perhatikan skala angka pada manometer saat terdengar bunyi


korotkof V (suara yang terakhir kali terdengar) dan catat
sebagai tekanan diastolik

9. Keluarkan sisa udara dengan cepat, lepaskan manset dan


pasien dirapikan kembali
10. Catat hasil pengukuran tekanan darah tersebut Sistol/Diastole
= Korotkof I/Korotkof V = 120/80 mmHg

11. Cuci tangan

12. Rapikan klien dan kembalikan alat-alat ketempat semula.

Unit terkait Komite klinis

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Anak Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
ANTROPOMETRI ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran fisik
seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran)
Tujuan - Untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT)

- Untuk mengetahui penilaian status gizi

Kebijakan - Pelayanan pasien anak dilakukan oleh semua tenaga medis dan
paramedis

- Dilaksanakan dalam waktu sesegera mungkin untuk


mengetahui kondisi status gizi anak.

Prosedur PengukuranAntropometri Klien sesuai dengan Kebutuhan/kondisi


Klien (pilih salah satu cara) :
1. Berat Badan
- Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri
yang terpenting karena dipakai untuk memeriksa kesehatan
anak pada semua kelompok umur.
- Pada usia beberapa hari, berat badan akan mengalami
penurunan yang sifatnya normal, yaitu sekitar !0% dari
berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena keluarnya
mekonium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang
mencukupimisalnya produksi ASI yang belum lancar.
Umumnya berat badan akan kembali mencapai berat badan
lahir pada hari kesepuluh.
- Pada bayi sehat, kenaikkan berat badan normal pada
triwulan I adalah sekitar 700 –1000 gram/bulan, pada
triwulan II sekitar 500 – 600 gram/bulan, pada triwulan III
sekitar 350 – 450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar
250 – 350 gram/bulan.
- Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6
bulan pertama berat badan akan bertambah sekitar 1
kg/bulan, sementara pada 6 bulanberikutnya hanya + 0,5
kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25
kg/bulan. Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak
tentu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun. Pada tahap
adolesensia(remaja) akan terjadi pertambahan berat badan
secara cepat ( growth spurt).
- Selain perkiraan tersebut, berat badan juga dapat
diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman
dari Behrman (1992), yaitu :
1. Berat badan lahir rata-rata : 3,25 kg
2. Berat badan usia 3 – 12 bulan, menggunakan rumus :
Umur (bulan) + 9 = n + 9
22
3. Berat badan usia 1 – 6 tahun, menggunakan rumus :
( Umur(tahun) X 2) + 8 = 2n + 8
Keterangan : n adalah usia anak
4. Berat badan usia 6 – 12 tahun , menggunakan rumus :
Umur (tahun) X 7 – 5
2
Cara pengukuran berat badan anak adalah :
1. Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran.
Apabila perlu, cukup pakaian dalam saja.
2. Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan
timbangan dacin, masukkan anak dalam gendongan, lalu
kaitkan gendongan ke timbangan. Sedangkan apabila dengan
berdiri, ajak anak untuk berdiri diatas timbangan injak tanpa
dipegangi.
3. Ketika minmbang berat badan bayi, tempatkan tangan petugas
diatas tubuh bayi (tidak menempel) untuk mencegah bayi jatuh
saat ditimbang.
4. Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk
menimbang berat badannya lebih dulu, kemudian anak
digendong oleh ibu dan ditimbang
- Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat
badan ibu sendiri menjadi berat badan anak. Untuk
lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut :
- BB anak = (Berat badan ibu dan anak) – BB ibu
5. Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada
timbangan.
6. Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan
standar yang berlaku, yaitu apakah status gizi anak normal,
kurang atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga
dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah
berada berat badan anak berada pada kurva berwarna hijau,
kuning atau merah.
2. Tinggi Badan ( Panjang badan)
- Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut
dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-
rata adalah sebesar + 50 cm. Pada tahun pertama,
pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang badan
lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang
sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada
masa pubertas ada peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang
cukup pesat, yaitu 5 – 25 cm/tahun pada wanita, sedangkan pada
laki-laki peningkatannya sekitar 10 –30 cm/tahun. Pertambahan
tinggi badan akan berhenti pada usia 18 – 20 tahun.
- Seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan
berdasarkan rumus dari Behram (1992), yaitu :
a. Perkiraan panjang lahir : 50 cm
b. Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 Panjang Badan
Lahir
c. Perkiraan panjang badan usia 4 tahun = 2 x panjang badan
lahir
d. Perkiraan panjang badan usia 6 tahun = 1,5 x panjang badan
usia 1 tahun
e. Usia 13 tahun = 3 x panjang badan lahir
f. Dewasa = 3,5 x panjang badan lahir atau 2 x panjang badan
2 tahun
Atau dapat digunakan rumus Behrman (1992):
a. Lahir : 50 cm
b. Umur 1 tahun : 75 cm
c. 2 – 12 tahun ; umur (tahun) x 6 + 77
Cara pengukuran tinggi badan anak adalah :
a. Usia kurang dari 2 tahun :
1. Siapkan papan atau meja pengukur. Apabila tidak ada,
dapat digunakan pita pengukur (meteran)
2. Baringkan anak telentang tanpa bantal (supinasi),
luruskan lutut sampai menempel pada meja (posisi
ekstensi)
3. Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki
(telapak kaki tegak lurus dengan meja pengukur) lalu
ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4. Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat
dilakukan dengan cara memberi tanda pada tempat
tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau
titik pada bagian puncak kepala dan bagian tumit kaki
bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut
dengan pita pengukur.
b. Usia 2 tahun atau lebih :
1. Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga
tumit rapat, sedangkan bokong, punggung dan bagian
belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan
menempel pada alat pengukur.
2. Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan
sebilah papan dengan posisi horizontal dengan bagian kaki,
lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.

3. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap
relatif konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan
letak geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya adalah
34-35 cm. Kemudian akan bertambah sebesar + 0,5 cm/bulan pada
bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan pertama ini,
pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala
bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18
tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm
Adapun cara pengukuran lingkar kepala adalah :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau
supra orbita bagian anterior menuju oksiput pada bagian
posterior. Kemudian tentukan hasilnya
c. Cantumkan hasil pengukuran pada kurva lingkar kepala

4. Lingkar Lengan Atas (Lila)


- Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat
lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun
pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm. Selanjutnya
ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun.
- Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan
jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh oleh
keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai keadaan
gizi dan pertumbuhan anak prasekolah.
Cara pengukuran lingkar lengan atas sebagai berikut :
a. Tentukan lokasi lengan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada
lengan bagian kiri, yaitu pertengahan pangkal lengan dan siku.
Pemilihan lengan kiri tersebut dengan pertimbangan bahwa
aktivitas lengan kiri lebih pasif dibandingkan dengan lengan
kanan sehingga ukurannya lebih stabil.
b. Lingkarkan alar pengukur pada lengan bagian atas seperti pada
gambar ( dapat digunakan pita pengukur). Hindari penekanan
pada lengan yang diukur saat pengukuran.
c. Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera
pada pita pengukur
d. Catat hasil pada KMS

5. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada
jarangdilakukan. Pengukurannya dilakukan pada saat bernapas
biasa ( mid respirasi ) pada tulang Xifoidius( insicura
substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan posisi
berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan
posisi berbaring.
Cara pengukuran lingkar dada adalah :
a. Siapkan pita pengukur
b. Lingkarkan pita pengukur pada daerah dada
c. Catat hasil pengukuran pada KMS
Unit terkait Komite Klinis

5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Perawat


A. Jumlah bed : 2
B. Jumlah perawat rawat jalan / poli anak
Menurut Depkes (2002), penghitungan tenaga perawat dirawat jalan adalah
menggunakan rumus sebagai berikut :
Rata - rata jumlah pasien perhari x jumlah jam perawatan per pasien/hari
Jumlah jam kerja perawat perhari x 1 jam

100 x 15 = 3,125
8 x 60
Hasil yang diperoleh tersebut ditambah dengan faktor koreksi sebesar 15% dari hasil
penghitungan. Dengan demikian jumlah perawat yang dibutuhkan dirawat jalan
adalah 3 + (15% x 3) = 4 orang .
UNIT POLI KEBIDANAN
1. Visi dan Misi Poli Kebidanan
Visi :
Menjadi instalasi pilihan khusus ibu dan anak, profesional dalam pelayanan, islami dan
terpercaya di daerah Yogyakarta.
Misi :
1) Memberikan pelayanan kesehatan khusus ibu dan anak secara profesional dengan
fasilitas yang lengkap, sumber daya manusia yang berkualitas, dan terakreditasi.
2) Membangun kemitraan dengan berbagai instalasi sehingga terbentuk jaringan
pelayanan kesehatan secara berkesinambungan yang mendukung tercapainya program
kesehatan ibu dan anak.
3) Memberikan pelayanan kesehatan sebagai ibadah dan dakwah kepada seluruh
masyarakat.
2. Jobdesk Poli Kebidanan
1) Nama Jabatan : Perawat/Bidan
2) Pengertian : Seorang perawat/Bidan profesional yang diberi wewenang dan
ditugaskan di Instalasi Rawat Jalan
3) Hasil Kerja : Terselenggaranya Pelayanan kesehatan di Unit Rawat Jalan
sesuai dengan Kopetensinya.
4) Tanggung Jawab : Bertanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan/ kebidanan/
perawat gigi di unit rawat jalan.
5) Tugas Pokok : Memberikan pelayanan perawatan kepada pasien dan
keluarganya dengan sikap yang ramah dan sopan
6) Uraian Tugas :
a. Antenetal Care
b. Melayani Keluarga Berencana, Suntik KB, Pil.
c. Memasang IUD, aff IUD serta control IUD.
d. Kontrol post operasi ( setelah lebih dari 1 minggu ).
e. Melakukan perawatan laktasi.
f. Perawatan alat - alat kebidanan missal : alat susuk, IUD dll.
g. Melakukan senam hamil.
h. Anamnesa secara teliti agar dapat menetukan pasien Fisiologis dan Phatologis.
i. Memberi bimbingan dan penyuluhan :
Misal :
a) Vaksinasi TT bagi yang akan menikah
b) Personal Hygiene bagi ibu - ibu hamil
c) Makanan sehat
d) Memperkenalkan Keluarga Berncana
e) Pencatatan / pelaporan Keluarga Berencana.
f) Melengkapi data isian untuk pasien yang akan operasi, kuret dan kosul.
g) Asisten dokter bila ada tindakan.
h) Mengikuti pertemuan rutin rawat jalan.
i) Memegang teguh rahasia jabatan.
3. Kriteria Perawat Poli Kebidanan
A. Tanggung Jawab Pekerjaan :
1) Tanggung jawab utama adalah melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien
2) Menjaga dan merawat pasien
3) Memberikan obat sesuai ketetapan waktu dan takaran
4) Memberikan motivasi dan perhatian kepada pasien
B. Syarat Pengalaman :
Berpengalaman sebagi perawat di unit IGD, rawat inap atau ICU lebih diutamakan.
Namun Fresh Graduate dipersilahkan melamar dengan syarat telah lulus uji
kompetensi.
C. Keahlian :
1) Mampu memberikan asuhan keperawatan bagi pasien
2) Mampu menjadi penyuluh dan konselor bagi pasien
3) Mampu melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya
4) Mampu memberikan pertolongan pertama dalam kondisi gawat darurat
D. Kualifikasi :
1) Pria / Wanita usia 25 sd. 35 tahun
2) Lulusan D3 Keperawatan atau S1 Ners
3) Sehat Jasmani dan Rohani
4) Jujur, Tekun dan Teliti
5) Telah lulus Uji Kompetensi Keperawatan.
E. Persyaratan
1) Pendidikan D3 Keperawatan/ S1 Ners
2) Memiliki STR
3) Bisa Pasang infus
4) Bisa melakukan RJP
5) Pengalaman minimum 2 tahun
6) Dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien, dokter, keluarga pasien dan rekan
kerja.
7) Dapat menghitung dosis obat
8) Memiliki Pelatihan BTCLS
9) Bisa bekerja dalam tim
10) Bekerja jujur, beriman dan iklas.
11) IPK min 3.00
12) Memiliki passion di dunia maternitas
13) Aktif/pasif bahasa inggris
14) Bisa mengaji
15) Cepat,sigap dan tanggap
4. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar Poli Kebidanan

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Kebidanan Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
PEMERIKSAAN ANC ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:

Pengertian ANC adalah pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan
selama kehamilannya, mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya
pemeliharaan kesehatan selama hamil, serta mendeteksi secara dini
faktor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini.
Tujuan Tujuan Umum :
Memantau perkembangan ibu hamil dan bayinya serta mendeteksi
secara dini adanya komplikasi dalam kehamilan.

Tujuan Khusus :
1. Memantau kemajuan kehamilan dan memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental
serta sosial ibu.
3. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat penyakit secara
umum dan kebidanan.
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
Pelaksana Bidan
Prosedur PERSIAPAN ALAT
1) Meja Kursi

2) Tempat tidur

3) Timbangan BB dan pengukur TB


4) Tensimeter dan stetoskop

5) Selimut

6) Meteran pengukur LILA

7) Metline

8) Funanduscope

9) Alat cuci tangan (air, desinfektan, sabun, handuk)

10) Kartu pemeriksaan : Kartu Ibu, KMS Bumil, surat pengantar


untuk rujukan

11) Lembar Resep

12) Pencatatan (Buku KIA, Register, kohort Bumil)

13) Reflek Hammer

14) Jangka panggul

PERSIAPAN PASIEN
1) Pasien di persilahkan untuk tidur di atas tempat tidur

2) Selimuti pasien

3) Mempersilahkan pasien untuk membuka bagian tubuh yang


akan di periksa

4) Mengatur posisi ibu

PELAKSANAAN
1) Anamnesa :

a. Riwayat perkawinan

b. Riwayat penyakit ibu dan keluarga


c. Status riwayat Haid, HPHT

d. Riwayat imunisasi Ibu saat ini

e. Kebiasaan ibu

f. Riwayat persalinan terdahulu

g. Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan


buat taksiran persalinan.

2) Pemeriksaan

a. PemeriksaanUmum

a) Keadaan umum Bumil

b) Ukur TB, BB, Lila

c) Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR

d) Pemeriksaan fisik menyeluruh (dari kepala sampai


ekstremitas)

e) Mata : conjungtiva, ikterus

f) Kaki : Oedema kaki , dst.

b. Pemeriksaan khusus

 UMUR KEHAMILAN <20 mgg :

a) Inspeksi.

 Tinggi fundus

 Hyper pigmentasi (pada areola mammae, Linea


nigra)

 Striae
b) Palpasi

Lakukan pemeriksaan Leopold dan intruksi


kerjanya sbb :
Pemeriksan berada disisi kanan bumil, menghadap
bagian lateral kanan.
 Leopold 1.

1. Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada


puncak fundus uteri untuk menentukan
tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut
tidak mendorong uterus kebawah (jika
diperlukan, fiksasi uterus basah dengan
meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan
kanan dibagian lateral depan kanan dan
kiri, setinggi tepi atas simfisis)

2. Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang


memfiksasi uterus bawah) kemudian atur
posisi pemeriksa sehingga menghadap
kebagian kepala ibu.

3. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan


kanan pada fundus uteri dan rasakan
bagian bayi yang ada pada bagian tersebut
dengan jalan menekan secara lembut dan
menggeser telapak tangan kiri dan kanan
secara bergantian

 Leopold 2

1. Letakkan telapak tangan kiri pada dinding


perut lateral kanan dan telapak tangan
kanan pada dinding perut lateral kiri ibu
sejajar dan pada ketinggian yang sama.

2. Mulai dari bagian atas, tekan secara


bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser kearah
bawah dan rasakan adanya bagian yang
rata dan memenjang (punggung) atau
bagaian yang kecil (ekstremitas).

 Leopold 3

1. Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan


menghadap kebagian kaki ibu.

2. Letakkan ujung telapak tangan kiri pada


dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan pada dinding lateral kanan bawah
perut ibu, tekan secara lembut bersamaan
atau bergantian untuk menentukan bagian
bawah bayi (bagian keras, bulat dan
hampir homogen adalah kepala, sedangkan
tonjolan yang lunak dan kurang simetris
adalah bokong).

 Leopold 4

1. Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral
kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan
kanan berada pada tepi atas simfisis.

2. Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-
jari tangan kanan yang meraba dinding bawah uterus.

3. Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan


(konvergen/divergen)

4. Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala
didekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk
memegang pinggang bayi)

5. Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian


letakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis
untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu
atas panggul.

c) Auskultasi.

 Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.

d) PemeriksaanTambahan.

 Laboratoriumrutin :PP Test, Gol. Darah, Hb,


Albumin, reduksi dan USG

3) Akhir pemeriksaan :
a) Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
b) Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan
c) Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status
pasien.
d) Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi
usia kehamilan, letak janin, posisi janin, Taksiran
persalinan, Resiko yang ditemukan atau adanya penyakit
lain.
e) Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang.
f) Jelaskan rencanan asuhan ANC berkaitan dengan hasil
pemeriksaan
g) Jelaskan pentingnya imunisasi TT
h) Jelaskan pentingnya pemberian tablet Fe hingga 90
tablet
i) Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
j) Beri alasan bila pasien dirujuk ke Rumah Sakit
Unit terkait Komite klinis

Disahkan Oleh :
RUMAH SAKIT
Pelayanan Poli Kebidanan Kepala Rumah Sakit
UMUM RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH AL-
AL-ISLAMIYAH
PEMASANGAN IUD ISLAMIYAH
YOGYAKARTA AL
YOGYAKARTA Al-
ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Zahra Fadhila
No. SOP: Tanggal Revisi Ke
Standar operasional
terbit:
Pengertian IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim,
terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan
bentuknya bermacam- macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak
dikenal oleh masyarakat adalah bentuk spiral.
Prosedur PERSIAPAN KLIEN DAN LINGKUNGAN

1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan


2) Siapkan lingkungan yang mendukung pelaksanaan tindakan, atur
penerangan yang cukup, jaga privasi klien

PERSIAPAN ALAT

1. Kom besar 2 buah


2. Bengkok
3. IUD steril
4. Kom sedang 1 buah
5. Air DTT
6. Larutan byclean / klorin 0,5%
7. Kapas sublimat
8. Bak instrumen
9. Sarung tangan steril 2 pasang
10. Bivatue spekulum (spekulum cocor bebek)
11. Tampon tang
12. Tenakulum
13. Extraktor IUD
14. Sonde uterus
15. Gunting IUD

PROSEDUR TINDAKAN

1. Dekatkan alat
2. Atur posisi klien senyaman mungkin
3. Cuci tangan di air mengalir
4. Pasang selimut mandi
5. Pakai sarung tangan steril pada tangan kiri
6. Simpan IUD di tempat yang rata
7. Buka plastik atas IUD dengan tangan kanan, tangan kiri
memasukkan Coper T
8. IUD dari dalam dan tangan kanan merapatkan dari luar
9. Dekatkan bengkok
10. Buka kom kapas sublimat
11. Pakai sarung tangan pada tangan kanan
12. Lakukan vulva higiene
13. Lakukan pemeriksaan dalam
14. Cuci tangan di air DTT, buka sarung tangan
15. Pakai sarung tangan steril yang baru
16. Memasukkan spekulum sesuai anatomi
17. Bersihkan serviks dengan kasa steril menggunakan tampon tang
18. Jepit serviks dengan tenakulum pada posisi vertikal (arah jam 11
atau jam 1)
19. Ukur panjang uterus dengan sonde uterus
20. Memsang IUD dengan teknik menarik (With drawal tecniqique) :
21. Memasukkan tabung inserter yang berisi IUD ke dalam kanalis
servikalis
22. Menarik tabung inserter sampai pangkal 23pendorong untuk
memasukkan IUD
23. Mengeluarkan pendorong dan dorong 25kembali tabung inserter
sampai terasa pada fundus.
24. Menggunakan benang IUD 3 sampai 4 cm
25. Bersihkan porsio yang telah terpasang IUD dengan kasa
menggunakan tampon tang
26. Mengeluarkan tenakulum dan spekulum, rendam dalam larutan
klorin 0,5 %
27. Lakukan pemeriksaan dalam untuk 29memastikan IUD telah
terpasang
28. Lepaskan sarung tangan, rendam dalam 31larutan klorin 0,5 %
29. Cuci tangan
30. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Unit terkait Komite Klinis


5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Perawat
A. Jumlah bed : 2
B. Jumlah perawat rawat jalan / poli Kebidanan
Menurut Depkes (2002), penghitungan tenaga perawat dirawat jalan adalah menggunakan
rumus sebagai berikut :
Rata - rata jumlah pasien perhari x jumlah jam perawatan per pasien/hari
Jumlah jam kerja perawat perhari x 1 jam
100 x 15 = 3,125
8 x 60
Hasil yang diperoleh tersebut ditambah dengan faktor koreksi sebesar 15% dari hasil
penghitungan. Dengan demikian jumlah perawat yang dibutuhkan dirawat jalan adalah 3
+ (15% x 3) = 4 orang .

UNIT ICU
1. Visi dan Misi ICU
Visi
Instalasi rawat intensif yang aman, terdepan, dan manusiawi berbasis bukti dan nilai-nilai,
harkat dan martabat
Misi
1) Memberikan pelayanan intensif dengan mengutamakan Patient Safety
2) Menyediakan pelayanan intensif berbasis Interprofessional Collaborative Practice
3) Menyediakan fasilitas peralatan canggih sesuai kebutuhan
4) Memberikan pelayanan intensif yang menyenangkan dan berkualitas dengan tingkat
kepedulian yang tinggi
5) Mengembangkan SDM yang kompeten, santun, tanggap, dan beretika.
2. Jobdesk ICU
Jobdesk Kepala Instalasi Intensive Care Unit (ICU)
A. Tugas Dan Tanggung Jawab :
1) Merencanakan program kerja Instalasi ICU
2) Melakukan koordinasi lintas program dalam melaksanakan program di ICU
3) Melakukan koordinasi lintas sector pelaksanaan program di Instalasi ICU
4) Mengarahkan pelaksanan program di ICU
5) Membagi tugas kepada bawahan dalam melaksanakan program pelayanan di
Instalasi ICU
6) Mengendalikan pelaksanaan program di ICU
7) Mengevaluasi pelaksanaan program di ICU
8) Menyusun laporan bidang pengembangan berdasarkan obyektifitas hasil kerja yang
telah dicapai sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas
9) Melaksanakan dan memonitoring kegiatan tindak lanjut dan hasil evaluasi kerja di
Instalasi Intensive Care
10) Mengambil langkah-langkah yang perlu dan menyelesaikan urusan yang berkaitan
dengan pelayanan ICU baik yang berada dlam garis koordinasi maupun yang ada di
unit lain
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh direktur
12) Penentuan unit cost tindakan di ICU
13) Perencanaan anggaran tahunan ICU
14) Pengelolaan program safety pasien
B. Wewenang
1) Memberi masukan kepada Direktur Pelayanan
2) Mengarahkan, membimbing dan menegur Penanggung Jawab di lingkungan ICU
3) Memberi penilaian DP3 Penanggung Jawab ICU
4) Menolak hasil kinerja Penanggung Jawab ICU yang tidak sesuai dengan ketentuan
5) Meminta kelengkapan data dan informasi dari unit terkait
6) Merekomendasikan izin dan cuti Penanggung Jawab
3. Kriteria Perawat ICU
a. Pendidikan S1 keprerawatan
b. Umur maksimal 35 tahun
c. Surat lamaran dan CV
d. Foto copy ijazah dan transkip nilai (legalisir)
e. Data pendukung: pas foto 4x6 (2lbr),KTP,KK,SKCK
f. STR aktif
g. Bersertifikat BTCLS
h. Bersertifikat pelatihan ICU (HIPERCCI)
i. Mempunyai pengalaman minimal 1 tahun
j. Bersedia kerja shift
k. Kerjasama tinggi
4. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar ICU

Penerimaan pasien baru di ruang ICU

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
Terbit Tanggal
PROSEDUR
TETAP

Penerimaan pasien baru adalah kegiatan yang dilakukan oleh


tim petugas yang bekerja di ruang ICU saat pasien baru masuk
ke ruang ICU
PENGERTIAN
1. Meningkatkan efektivitas pelayanan terhadap pasien
TUJUAN
2. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas

Semua petugas yang bekerja di ruangan intensif baik dokter


KEBIJAKAN konsultan, dokter jaga, pelaksana perawat dan petigas lainnya
1. Sebelum menerima pasien, dokter dan perawat jaga
PROSEDUR mempersiapkan bed ICU dan semua peralatan yang
diperlukan seperti O2 transport, bagging dan tiang infus,
ventilator, monitor transport.
Serah terima dari dokter yang merujuk ke dokter
konsultan ICU atau ke dokter jaga ICU, dan dari perawat
ruangan ke perawat ICU.

2. Pasien disambut oleh dokter, perawat, dan petugas ICU,


pasien dipindahkan dari brankar ke tempat tidur ICU oleh
perawat pelaksana dan petugas pekarya, dan dibantu juga
oleh keluarga pasien bila diperlukan dengan
memperhatikan prosedur pasien safety.

3. Setelah pasien berada diatas bed ICU, pasien didorong ke


dalam ruangan dengan semua fasilitas (C02 monitor,
ventilator transport) yang memadai.

4. Setelah pasien berada ditempatnya, kemudian amankan


jalan nafas pasien dan beri theraphy 02 sesuai dengan
kebutuhan terlebih dahulu.

5. Pasang semua peralatan monitor vital sign dan peralatan


lainnya (infus, chateter, dan urin bag) pada tempatnya.

6. Observasi semua kebutuhan pasien mulai dari ventilasi


dan sirkulasi pasien (sp02, EKG, RR, NIBP, Temp, CVC)
intake dan output pasien.

7. Observasi hasil lab terakhir dan lakukan pemeriksaan


darah sesuai kebutuhan. (darah tepi lengkap, darah kimia,
AGO dan pemeriksaan kultur).

8. Observasi hasil radiologi terakhir dan lakukan


pemeriksaan radiologi seperti yang dibutuhkan.

9. Dokter jaga melaporkan semua tentang KU pasien pada


kepala ICU dan menegakan semua theraphy yang
diberikan oleh kepala ICU.

10. Dokter jaga bekerja sama dengan perawat jaga ICU untuk
memberikan theraphy yang akan diberikan seperti obat-
obatan, nutrisi dan cairan.
UNIT TERKAIT

Kriteria pasien masuk atau dirawat di Instalasi Rawat Intensif (ICU)

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
PROSEDUR Terbit Tanggal
TETAP

ICU memberikan pelayanan pemantauan yang canggih dan terapi


PENGERTIAN yang intensif. Dalam keadaan penggunaan tempat tidur yang tinggi,
penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya
digunakan untuk menentukan prioritas masuk ICU.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menentukan pasien
TUJUAN mana yang akan dirawat di ICU. Berdasarkan prioritas kondisi medik,
bila kebutuhan masuk ICU melebihi tempat tidur yang tersedia.

SK Menkes RI nomor 1778 / Menkes / SK / XII / 2010 / tentang


KEBIJAKAN pedoman penyelenggaraan pelayanan intensive care unit (ICU) di
rumah sakit. Dan SK direktur RS…………… nomor 0T.01.01.1.758
tentang pelayanan instalasi rawat intensif RS……….
Kriteria masuk :
PROSEDUR a. Pasien Prioritas 1 (satu)
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan /
bantuan ventilasi dan alat bantu suportif organ / sistem yang lain,
infus obat-obat vasoaktif kontinyu, obat anti aritmus kontinyu,
pengobatan kontinyu tertitrasi, dan lain-lainnya.
b. Pasien prioritas 2 (dua)
Pasien ini memerlukan pelayanan pementauan canggih di ICU,
sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif
segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary
arterial cateter.
c. Pasien prioritas 3 (tiga)
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil
status kesehatan sebelumnya, secara sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada
golongan ini sangat kecil.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala
ICU, indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa
dikecualikan, dengan catatan bahwa pasien-pasien golongan ini
swaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU, agar fasilitas
ICU yang terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2,3.
Pasien yang tergolong demikian antara lain :
1) Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak
terapi tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi
―perawatan yang aman‖ saja.
2) Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
3) Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang
otak. Pasien-pasien ini dimasukan ke ICU untuk
menunjang fungsi organ hanya untuk kepentingan donor
organ.

UNIT Seluruh departemen dan instalasi di lingkungan RS………..


TERKAIT
PROSEDUR PASIEN MASUK ICU
No. Dokumentasi No. Revisi Halaman
/
PROSEDUR Ditetapkan oleh
TETAP Terbit Tanggal

ICU (Intensive care unit) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang
mandiri dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang
PENGERTIAN ditujukan untuk observasi perawatan dan terapi. Pasien-pasien yang
menderita penyakit, cidera atau penyulit-penyulit yang mengancam
nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia.
Sebagai acuan perlengkapan langkah-langkah untuk mengirim pasien
TUJUAN masuk ICU.
SK Menkes RI nomor 1778 / Menkes / SK / XII / 2010 tentang
KEBIJAKAN pedoman penyelenggaraan pelayanan intensive care unit (ICU) di
rumah sakit dan SK Direktur RS………. no 0T.01.01.1.758 tentang
pelayanan Instalasi Rawat Intensif RS………...
1. Pasien masuk ICU, sesuai dengan indikasi :
PROSEDUR a. Pasien yang memerlukan intervensi medis segera oleh
tim intensive care
b. Pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan
sehingga dapat dilakukan pengawasan yang konstan dan
metode terapi titrasi.
c. Pasien sakit kritis yang memerlukan pemantauan
kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis.

2. Dokter dari departemen dalam lingkungan RS mengajukan


permohonan tertulis kepada dokter ICU dengan menyebutkan
alasannya dan dalam keadaan kritis dapat dilakukan melelui
telepon atau lisan.

3. Dokter ICU mengevaluasi kondisi pasien, bila masuk dalam


indikasi dan ada tempat di ICU, keluarga pasien diharap datang
ke ruang ICU untuk inform consent perawatan ICU. Bila
ruangan sudah siap (tempat maupun sarana), pasien baru dapat
ditransportasi ke ICU (Jika pasien aman untuk ditransportasi).

4. Pasien yang masuk ICU minimal harus sudah dibebaskan jalan


napas sampai dengan intubasi, perbaikan sirkulasi dengan
pemasangan infus kalau perlu pasang nasogastric tube.

5. Pasien diserah terimakan oleh perawat pelaksana ruangan ke


perawat pelaksana ICU lengkap dengan status di ruangan
sebelumnya.

UNIT Seluruh departemen dan instalasi di lingkungan RS…………………


TERKAIT

KRITERIA PASIEN KELUAR ICU

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
PROSEDUR Terbit Tanggal
TETAP

Pasien yang keluar dari ICU adalah pasien yang tidak memerlukan
pelayanan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif
PENGERTIAN

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menentukan pasien


TUJUAN yang boleh keluar dari ICU
SK Menkes RI nomor 1778 / Menkes / SK / XII / 2010 tentang
KEBIJAKAN pedoman penyelenggaraan pelayanan intensive care unit (ICU) di rumah
sakit.
1. Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan
PROSEDUR medis oleh kepala ICU dan atau tim medis yang merawat pasien
antara lain :
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup
stabil, sehingga tidak memerlukan terapi atau pemantauan
yang intensif lebih lanjut.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pementauan
intensif tidak bermanfaat atau tidak memberi hasil yang
berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien tidak
menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi
mekanis).

2. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU.

3. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja,


sedangkan ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan
terapi dan observasi yang lebih intensif, pasien seperti ini
diusahakan pindah ke ruang yang khusus untuk pemantauan secara
intensif yaitu HCU.

4. Pasien telah meninggal dunia.

UNIT Seluruh departemen dan instalasi di lingkungan RS…………..


TERKAIT

PROSEDUR PASIEN KELUAR ICU

No. Dokumentasi No. Revisi Halaman


/
Ditetapkan oleh
Terbit Tanggal
PROSEDUR
TETAP

Pasien yang keluar dari ICU adalah pasien yang tidak memerlukan
pelayanan pemantauan yang canggih dan terapi yang intensif.

PENGERTIAN
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mengirim pasien
TUJUAN pindah keluar dari ICU

KEBIJAKAN
1. Prioritas pasien dipindahkan dari ICU, berdasarkan
PROSEDUR pertimbangan medis oleh kepala ICU atau tim yang merawat
pasien.

2. Sebelum dipindahkan dari ICU sebaiknya keluarga pasien


diberikan penjelasan alasan pasien dipindahkan dari ICU dan
ruangan yang akan dituju.

3. Sebelum pasien dipindahkan, pelaksana perawatan di ICU harus


menghubungi ruangan yang dituju dan meminta pelaksana
perawatan di ruangan tersebut untuk menjemput pasien.

4. Status, kartu kendali, slip tindakan, slip pindah harus lengkap


dibuat dan ditimbangterimakan dengan pelaksana perawatan
ruangan yang dituju.

5. Membuat tanda terima dengan pelaksana perawatan ruangan


tempat pasien dirawat berikutnya.

6. Bila pasien meninggal, perawat pelaksana harus segera


memberitahu dokter yang merawat, lalu perawat melakukan
perawatan jenasah.

7. Melakukan kegiatan administrasian yang akan dilaporkan ke


loket E untuk pasien ASKIN, loket I bila pasien umum atau
askes.

UNIT Seluruh departemen dan instalasi di lingkungan RS…………….


TERKAIT
5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Kerja ICU
A. Penghitungan kebutuhan tenaga perawat ICU RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Perawat icu terdapat 10 bed, jumlah perawat yang dibutuhkan munurut rumus gillies:
Rata2 jam perawatan/hr x (BOR x jml TT) x 365 hari
(365 hari+jml hari libur) x jam kerja efektif/hari
4x101365 = 14.600= 6,3
(365-78x8) 2.229
B. Klasifikasi pasien berdasarkan tingkat ketergantungan
Ruang ICU RSU dengan jumlah pasien 10 orang dengan klasifikasi: 3 orang dengan
klasifikasi minimal, 6 orang dengan klasifikasi parsial, dan 1 orang pasien dengan
klasifikasi total. Jumlah perawat/sift yang dibutuhkan diruangan tersebut adalah:
1) Jumlah perawat dinas pagi
a) 3x0,17 =0,51
b) 6x0,27 =1,62 =2,49 (2 perawat)
c) 1x0,36 =0,36
2) Jumlah perawat dinas siang
a) 3x0,14 =0,42
b) 6x0,15 =0,9 =1,62 (2 perawat)
c) 1x0,30 =0,3
3) Jumlah perawat dinas malam
a) 3x0,07 =0,21
b) 6x0,10 =0,6 =1,01 (1 perawat)
c) 1x0,20 =0,2
4) Lost day (hari libur, cuti, hari besar)
(Jml hari mgg dlm 1th + cuti + hari besar)xjml perawat tersedia
Jumlah hari kerja efektif
52+12+14= 78x6 = 1,6 (2perawat)
286

UNIT NICU
1. Visi dan Misi Ruang NICU
Visi :
Bayi sehat, generasi berkualitas dan produktif
Misi :
Meningkatkan kualitas hidup bayi melalui pencegahan penyakit
kecacatan dan kematian akibat proses reproduksi
2. Jobdesk Kepala Ruangan NICU
Perencanaan (P1)
1) Menyususn jadwal-jadwal dinas tenaga keperawatan di ruang NICU.
2) Menyusun jadwal pertemuan berkala (staf meeting) di ruang anak, berkoordinasi dengan
kepala instalasi dan penyelia masing-masing.
3) Menyusun konsep standar dan prosedur tetap pelayanan keperawatan.
4) Menyusun rencana kebutuhan sumber daya (SDM, Sarana, Fasilitas, dll) pelayanan di
ruangan NICU.

Pergerakan dan Pelaksanaan (P2)


1) Mensosialisasikan program, aturan, edaran, standar, kebijakan rumah sakit dan ketentuan
lainnya di ruang NICU.
2) Melaksanakan seluruh program, aturan, edaran, standar, kebijakan rumah sakit dan
ketentuan lainnya di ruang NICU.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan pelayanan keperawatan dan kebidanan di ruang NICU.
4) Menggerakkan implementasi sistem mutu di ruang NICU, baik Akreditasi RS, PMKK,
KPRS dan program mutu lainnya sesuai standar yang telah ditetapkan.
5) Menjalin kerjasama (team work) yang baik antar ruangan, antar instalasi, maupun antar
profesi.
6) Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada staf dalam pelaksanaan keperawatan.
7) Mengadakan pertemuan berkala/staf meeting di ruang NICU.
8) Melaksanakan program orientasi tenaga keperawatan baaru, berkoordinasi dengan kepala
instalasi dan penyelia.
9) Menerima, membuat dan meneruskan laporan hasil rapat/staf meeting ruang NICU, serta
hasil kegiatan pelayanan keperawatan di ruang nicu.
10) Menampung dan meneruskan usul, keluhan-keluhan dan masalah pelayanan medis ke
Kepala bidang Pelayanan
11) Menyelesaikan masalah pelayanan keperawatan yang ada di ruang NICU.

Pengawas, Penilai dan Pengendalian (P3)


1) Memonitoring pelaksanaan program, aturan, edaran, standar, kebijakan rumah sakit dan
ketentuan.
2) Memonitoring pelayanan keperawatan di ruang NICU.
3) Melaksanakan tugas sebagai perawat supervisor (perawat kontrol).
4) Memonitoring implementasi PMKK, Akreditasi RS dan program mutu lainnya.
5) Menilai mutu pelayanan keperawatan/kebidanan di ruang NICU.
6) Menilai kinerja wakil kepala ruangan, staf perawat/bidan.
7) Melaporkan hasil kegiatan kepada atasan sebagai bahan informasi dan pertanggung
jawaban.
3. Kriteria Perawat NICU
1) Maksimal usia 35 tahun
2) Pendidikan minimal D3
3) Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) atau Surat Keterangan Pengurusan STR dari
MTKP/MTKI
4) Memiliki sertifikat pelatihan NICU/PICU
5) Komitmen tinggi dan bertanggung jawab
4. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar

PENERIMAAN PASIEN BARU DI NICU

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur
Pasien baru di NICU adalah pasien yang baru diterima masuk ke
Pengertian NICU yang akan mendapat penatalaksanaan intensif oleh staf
NICU selama msa perawatan di NICU.
Tujuan 1. Pemanfaatan tempat tidur yang optimal di NICU.
2. Pasien baru di NICU mendapat penatalaksanaan intensif
yang tepat dan benar.
Kebijakan Sesuai dengan kebijakan penerimaan pasien NICU.

1. Dilakukan serah terima yang baik dengan dokter yang merujuk


Prosedur untuk perawatan di NICU usahakan mendapatkan informasi
yang penting selengkap mungkin.
2. Survei primer:
a. Pastikan jalan nafas dan pernafasan adekuat dan berikan
pada pasien oksigem dengan fraksi tertinggi (100%)
sampai pemeriksaan analisa gas darah selesai dilakukan.
b. Pemeriksaan sirkulasi dan akses vena.
3. Survei sekunder: pemeriksaan pasien secara menyeluruh.
4. Monitor dasar yang sesuai untuk pasien: Saturasi oksigen, EKG,
arterial line, kateter vena sentral.
5. Instruksi penting yang harus ditulis di status pasien:
a. Pola ventilasi
b. Sedasi/analgesia
c. Obat-obatan, infus
d. Cairan
6. Lakukan pemeriksaan dasar:
a. Darah rutin, kimia darah, kalau perlu profil koagulasi
b. Pemeriksaan mikrobiologi kalau perlu
Analisa gas darah
a. Foto thorak (setelah terpasangnya jalur kateter vena
sentral atau arteri pulmonalis)
b. EKG
7. Jelaskan rencana penatalaksanaan pasien pada staff perawat.
8. Informasikan pada konsultan harian ICU yang bertugas.
Pemeriksaan tambahan lain
1. Monitor tambahan bisa dilakukan bila ada indikasi (kateter arteri
pulmonalis, tekanan intrakranial dan sebagainya).
2. Semua hasil pemeriksaan dan instruksi harus ditulis di status
harian pasien di NICU.
Unit Terkait Unit rawat inap

IDENTIFIKASI BAYI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Memberikan keamanan dan mencegah tertukarnya bayi satu sama


lain.
Tujuan Mencegah terjadinya tertukarnya pasien/bayi.
Kebijakan jangan sampai bayi tertukar, perhatikan nama bayi dan nama
orangtua bayi.
1. Pada saat mendaftar
Prosedur Tanyakan nama ibu bayi pada keluarga/pengantar yang meliputi
a. Nama lengkap orangtua
b. Tempat dan tanggal lahir orangtua
c. Alamat orangtua
d. Tempat dan tanggal lahir pasien
e. Jenis kelamin
2. Di ruang perawatan
a. Cocokkan nama yang tertera pada surat keterangan rawat
inap, peneng dan status pasien
a) Tanyakan kepada orangtua/keluarga pasien
b) Jika terdapat kesalahan segera perbaiki dan
melaporkan ke bagian rekam medik dan bagian
keuangan
b. Jika dalam satu ruang perawatan terdapat nama yang sama
maka: tulis nama ibu dan ayah pasien
c. Setiap akan melakukan tindakan cek tanda pengenal
pasien/peneng

PROSEDUR KONSULTASI DAN KRTERIA PASIEN


MASUK NICU
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR
OPERASIONAL
Direktur

Kriteria pasien masuk NICU adalah persyaratan keadaan tertentu


Pengertian pada pasien yang diharapkan akan memperoleh manfaat besar bila
dirawat di NICU.
Tujuan Pemanfaatan pelayanan NICU secara tepat dan benar.
Kebijakan Sesuai dengan kebijakan pasien masuk ruang rawat NICU.
NICU menerima pasien dari unit-unit dalam rumah sakit dari
Prosedur semua disiplin, maupun dari rumah sakit luar:
1. Dokter primer (pemilik pasien) mengajukan permintaan rawat
NICU secara tertulis, walaupun dapat dilakukan secara lisan
lebih dulu.
2. Untuk pasien rujukan dari rumah sakit luar, dokter pengirim
menyampaikan kronologis kondisi pasien dan hasil laboratorium
dan alasan merujuk pasien. Untuk dokter NICU segera
melakukan konsultasi dengan kepala NICU atau staf medik dan
staf nurse tentang kemungkinan rawat NICU.
3. Transportasi pasien dari rumah sakit luar merupakan tanggung
jawab rumah sakit yang merujuk/mengirim pasien.
4. Untuk konsultasi dari unit perawatan dokter NICU sesegera
mungkin datang untuk melakukan penilaian pasien.
5. Dokter konsulen NICU memutuskan pasien masuk atau tidak,
memberikan jawaban secara tertulis.
6. Pasien indikasi masuk NICU berdasarkan prioritas (lihat atas).
7. Pasien atau keluarga harus menandatangani setuju rawat NICU
dan memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku di NICU.
8. Pasien selama dalam transportasi pindah ke NICU harus diawasi
oleh dokter NICU sesuai standar transportasi pasien kritikal.
9. Dilakukan serah terima pasien antara petugas unit rawat dengan
perawat dengan/tanpa bersama dokter NICU.
10. Dokter NICU melakukan penatalaksanaan pasien sesuai
standar penerimaan pasien baru nicu.
11. Pada pasien pasca bedah berencana yang akan dimasukkan
NICU, bila keadaan pasien memungkinkan psien dan keluarga
orientasi ke NICU menjelang hari operasi.

Unit Terkait Standar menerima rujukan pasien dari rumah sakit luar, standar
transportasi pasien kritikal
MENERIMA RUJUKAN PASIEN DARI RUMAH SAKIT
LUAR
Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur
Menerima pemindahan pasien dari NICU rumah sakit di luar RS
Pengertian untuk mendapatkan pelayanan NICU RS.

1. Memberikan pelayan NICU sesuai kondisi medik dan kondisi


Tujuan social pasien.
2. Membina kerja sama antar rumah sakit guna peningkatan
pelayanan pasien.
3. Menjaga citra rumah sakit.
Kebijakan Sesuai dengan kebijakan menerima pasien
1. Dokter NICU rumah sakit yang merujuk, yang merawat pasien
Prosedur harus lebih memberitahu kepada dokter NICU RS tentang asalah
merujuk pasien ke NICU RS secara lisan dan tertulis.
2. Resume tertulis tentang diagnosis penyakit primer, keadaan
pasien secara kronologis dan obat-obatan yang diberikan
disertakan dan menjadi bagian rekam medik pasien.
3. Pasien harus bersedia secara tertulis memenuhi
peraturanperaturan yang berlaku di NICU RS dan
4. Bila dokter NICU RS setuju pemindahan dan persyaratan
administratif telah dipenuhi, maka pasien dapat ditransfer ke
NICU RS.
5. Transportasi pasien menjadi tanggung jawab yang merujuk
pasien.
6. Sesampainya pasien di NICU, setelah serah terima
penatalaksanaan NICU dilakukan sesuai prosedur penerimaan
pasien baru.
7. Konsultasi kepada disiplin sesuai dengan diagnosis penyakit
primer, guna memudahkanpemindahan pasien ke ruang rawat.
Unit Terkait Standar penerimaan baru di NICU.

PROSEDUR PENGISIAN REKAM MEDIK NICU

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur
Pengertian Adalah tata cara mengisi rekam medik di NICU.

1. Ada rekam dokumen tentang kondisi dan pengelolaan pasien


Tujuan selama di NICU.
2. Dokumen diisi dengan baik dan benar dan dapat merupakan
bagian dari rekam medik rumah sakit.
Kebijakan Sesuai dengan kebijakan pengisian rekam medik.

1. Lembar khusus catatan medik diisi oleh dokter NICU yang


Prosedur berwenang dan catatan asuhan keperawatan oleh nurse yang
berwenang.
2. Catatan berisi riwayat penyakit, penyakit kronik yang
sebelumnya sudah ada (preexisting) pada waktu masuk NICU,
kondisi klinik pasien tiap hari.
3. Parameter fisiologik yang dimonitor dan dicatat: fungsi sistem
susunan syaraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan, metabolic,
renal, pencernaan, balance cairan.
4. Interval pemantauan bergantung berat-ringan kondisi psaien,
minimal satu kali tiap jam.
5. Catatan berisi hasil pemeriksaan laboratorium, dan data
diagnostik lain.
6. Resume dibuat saat pasien masuk, secara berkala sesuai
perkembangan penting kondisi pasien yang terjadi, dan saat
pasien keluar dari NICU.
7. Resume ditulis dalam lembar khusus resume dan salinannya
disimpan dalam rekam medik.
8. Resume berisi indikasi masuk, diagnosis, permasalahan medik
penting, kondisi klinik selama dirawat, apa yang dilakukan di
NICU.
9. Rekam parameter fisiologik untuk analisis prognosis (prognostic
score) ditata dalam lembar khusus yang lain.
10. Daily chart disimpan di NICU.
11. Resume disimpan di NICU sebagai arsip.
12. Copy resume disertakan dalam rekam medik rumah sakit.
13. Resume pasien saat pasien keluar di serah terimakan kepada
dokter yang menerima.
Unit Terkait Rawat inap

TRANSPORTASI PASIEN KRITIKAL

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan,


PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur
Transportasi pasien kritikal adalah pemindahan pasien dalam
Pengertian keadaan kritis dari ruang rawat, kamar beah, ruang UGD ke NICU
atau dari NICU lain atau dari NICU ke ruang rawat.
Tujuan Agar pasien terjamin (aman) selama transportasi.
Kebijakan Sesuai kebijakan transportasi pasien critical.

1. Komunikasi dengan petugas tempat tujuan pasien tentang


Prosedur identitas, diagnosis, dan kondisi pasien.
2. Personil yang mengantar pasien minimal 2 orang dan harus
terlatih, Dokter, nurse dan/atau petugas ambulans.
3. Familiar dengan kondisi alat transportasi.
4. Ada alat dan prosedur komunikasi yang aman dalam keadaan
emergency.
5. Tersedia alat pelindung personil. Pemadam api/kebakaran.
6. Jenis pasien:
a. Potensial mengalami perburukan
b. Kebutuhan untuk monitoring fisiologik dan intervensi akut
c. Kelanjutan terapi yang telah dilakukan selama transportasi
7. Alat-alat sesuai dengan kebijakan peralatan dan obat-obatan
keluar RS.
8. Persiapan pasien sebelum transportasi:
a. Sedapat mungkin kondisi stabil, kecuali pasien
memerlukan intervensi segera di rumah sakit tujuan.
b. Jalan nafas pasien harus aman, sendiri atau dengan
intubasi dan bantuan ventilasi manual/mekanik.
c. Pasien sudah harus ada akses vena.
d. Pasien harus dalam keadaan keamanan terjamin di
stretcher dan terpasang monitor.
9. Selama transportasi terapi, monitor dan dokumentasi harus tetap
dilakukan.
10. Serah terima tentang kondisi pasien, terapi yang telah dan
sedang dilakukan dokumen resume rekam medik diserah
terimakan pada petugas di tempat tujuan.
Unit Terkait Prosedur intubasi, resusitasi jantung paru, prosedur medik ICU.

MENYIAPKAN INKUBATOR

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR Direktur
OPERASIONAL

Pengertian Menyiapkan tempat tidur khusus agar sesegera siap pakai.

1. Memudahkan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan.


Tujuan 2. Memberi rasa aman dan nyaman.
Kebijakan Digunakan untuk pasien-pasien yang akan segera masuk NICU.

Persiapan alat:
Prosedur 1. Inkubator
2. Kasur dan bantal
3. Alat-alat tenun untuk memudahkan cara bekerja, maka alat-alat
tenun harus dilipat dan disusun menurut urutan pemakaian
4. Alat kasur dan sarung kasur
5. Perlak
6. Banatl U
7. Laken
8. Perlak dan pengalas kepala
9. Selimut
10. Sarung bantal
Unit Terkait Bagian Linen

CARA MEMBERSIHKAN INKUBATOR & TT


Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

STANDAR
Tanggal Terbit Ditetapkan,
PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur
Pengertian Membersihkan semua kotoran yang ada di inkubator.

Tujuan Inkubator selalu bersih, terawat dan siap dipakai.


Kebijakan Mengacu pada pedoman pengendalian infeksi nasokomial.

1. Tiap pagi sudah menyiapkan untuk pasien, ember kecil berisi


Prosedur larutan bayclin dan lap kering pada tempatnya.
2. Inkubator dilap basah dari pemukaan sampai sela-selanya
hingga bersih.
3. Kemudian inkubator dilap kering sampai kering dan bersih.
4. Mengembalikan peralatan pada tempatnya.
5. Mencucui tangan.

Unit Terkait Unit rawat inap

RJP ( RESUSITASI JANTUNG PARU) PADA ANAK


Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur

Pengertian RJP dalam kamus diartikan dihidupkan kembali atau memberi


hidup baru. Dalam arti luas merupakan segala bentuk usaha yang
dilakukan terhadap mereka yang dalam keadaan darurat atau kritis
untuk mencegah kematian.
1. Persiapan alat-alat
Prosedur a. Oksigen (O2) siap pakai
b. Ambu bag sesuai ukuran
c. Masker sesuai ukuran
d. Mesin penghisap dan catheter suction pasien sesuai ukuran
e. Papan pengalas
f. Baki yang berisi:
a) Obat-obatan:
- Adrenlin
- Atropin
- Lidokasin 2%
- Kalsium gluconas
- Dex 40%
b) Alat untuk intubasi:
- ETT sesuai ukuran
- Laringoscope, blade sesuai ukuran
- Magil forcep/mandrain
- Spuit-spuit berbagai ukuran
-
2. Persiapan pasien
Pasien ditidurkan terlentang dengan posisi datar
3. Penatalaksanaan
a. Melakukan RJP harus lebih dari 1 orang
b. Dekatkan semua alat/kebutuhan kedekat tempat tidur
pasien
c. Bebaskan jalan nafas, posisi agak sedikit ekstensi
d. Nafas buatan dengan cara memberikan tekanan positif
menggunakan ambu bag dna msker bila perkembangan
dada tidak efektif pasang gudel
e. Sirkulasi (peredaran darah) bila dengan nafas buatan tidak
berhasil, lanjutkan dengan kompresi jantung dari luar
dengan melakukan tekanan pdaa daerah dada, dengan
hitungan 5x tekan 1x pompa (5 : 1)
f. Drugs (obat-obatan) bila RJP yang dilakukan tidak
menunjukkan hasil, maka harus dibantu dengan obat
resusitasi dan jangan lupa mencatat obat apa dan berapa
banyak yang sudah diberikan.
g. Monitor jantung selama resusitasi harus terpasang untuk
mengetahui gambaran EKG pada jantung.
Jangan mencelakakan pasien dengan metode yang salah
Jangan membuang waktu untuk prosedur yang tidak berguna
Jangan memulai usaha apapun yang memakai biaya untuk menunda
kematian
Khususnya untuk bayi usahakan jangan sampai hipotermi
Unit Terkait Ruang rawat inap/UGD
ICU anak

PERSIAPAN VENA SEKSI/LONGLINNE PADA PASIEN


ANAK

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur

Pengertian Suatu tindakan yang dilakukan pada pasien untuk mencari


pembuluh darah vena dengan penyayatan pada kulit.
1. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
Tujuan 2. Untuk memberikan cairan hipertonik
3. Pemberian nutrisi parenteral

Kebijakan Pada pasien dengan kesulitan pemasangan IVFD


1. Persiapan alat
Prosedur a. Baki berisi alat-alat steril:
- Sarung tangan
- Katheter vena sesuai ukuran
- Lidi kapas
- Benang jahit
- Disposible single 2,5 cc
- Lidocain
b. Satu set alat-alat vena seksi:
- Gunting lurus/bengkok (1 buah)
- Bisturi
- Jarum jahit
- Arteri klem (2 buah)
- Pinset kail (2 buah)
- Hak (2 buah)
- Nacl dalam spuit steril
c. Baki berisi alat-alat:
- Desinfektan: alcohol, betadine
- Cairan dan infus set
- Plester, gunting, perban
- Pengalas
- Bengkok
- masker
2. Persiapan pasien dan pelaksanaan prosedur
a. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga maksud dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Siapkan surat izin tindakan
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin
d. Dekatkan alat-alat ke pasien
e. Prosedur ini dilakukan oleh dokter dengan dibantu
perawat
f. Cuci tangan
g. Pasang pengalas, mendampingi dokter saat melakukan
tindakan VC
h. Setelah selesai tindakan, alat-alat dirapihkan kembali
i. Mencatat pada catatan perawatan dan tindakan yang
dilakukan
j. Cata tanggal, jam dan nama dokter yang melakukan
tindakan VC
Ruang rawat inap
Unit Terkait Ruang intensif care

PROTAP TATA CARA PEMERIKSAAN RONGENT


TORAKS DI RUANG INTENSIF

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

Tanggal Terbit Ditetapkan,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur

Pengertian Sinar X (X-Ray) unit adalah alat yang menghasilkan energi radiasi
dan dipergunakan untuk tindakan radiografi dan Flurascany untuk
mendiagnosa gangguan dalam tubuh pasien.

1. Untuk melihat kelainan dasar/penyakit yang mendasari pada


Tujuan paru dan jantung.
2. Untuk mengevaluasi dan membandingkan hasil foto yang lalu.
3. Untuk mengevaluasi ketepatan posisi ETT, CVP kanule setelah
pemasangan.
4. Melihat adanya komplikasi akibat tindakan dan prosedur
invasive yang berhubungan langsung dengan rongga dada.

Kebijakan 1. Rontgent foto thoraks dapat dilakukan di ruang intensif


2. Pembayaran di dan administrasi dilakukan di loket radiology

1. Dokter di ruang intensif membuat permintaan untuk dilakukan


Prosedur foto rontgent dengar, lengkap ditandatangani sesuai dengan
ketentuan pada cara pembayaran/jaminan pasien.
2. Formulir diserahkan kepada keluarga untuk dibawa di loket
radiologi, untuk menyelesaikan administrasi dan pembayaran.
3. Petugas radiology datang ke ruang intensif.
4. Penganbilan hasil dilakukan oleh keluarga
Unit Terkait Departemen radiologi

INDIKASI PASIEN KELUAR DARI NICU

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman


Tanggal Terbit Ditetapkan,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Direktur
Pasien indikasi keluar dari NICU adalah pasien yang sudah dinilai
Pengertian tidak memerlukan perawatan intensif dan sudah dinyatakan layak
untuk dipindahkan ke ruang rawat intermediate (bila ada) atau
ruang biasa atau kembali ke rumah sakit perujuk.
1. Pemanfaatan tempat tidur NICU secara optimal
Tujuan 2. Tempat tidur ke rumah sakit perujuk
Sesuai dengan kebijakan kriteria pasien keluar ruang rawat intensif
Kebijakan
1. Staf medik menginformasikan kepada dokter primer dan kepada
Prosedur pasien dan/atau keluarganya bahwa dari penilaian keadaan
penyakit pasien, perawatan intensif sudah tidak diperlukan
dan/atau manfaatnya kecil.
2. Staf medik atau staf nurse, memberitahu kepala ruang rawat atau
wakilnya dari unit atau rumah sakit yang merujuk dimana pasien
intensif tersebut akan dipindahkan.
3. Dilakukan serah terima tentang resume keadaan dan pengobatan
serta masalah perawatan pasien.
4. Bila dokter primer belum atau tidak setuju, maka kepala intensif
berwenang untuk memutuskan berdasarkan prioritas
pemanfaatan tempat tidur intensif yang sesuai.
Unit Terkait SOP pelayanan dan prosedur medik NICU

5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Perawat


A. Kebutuhan Operasional
1) Jumlah ruang: 1
2) Jumlah inkubator: 6
3) Jumlah pemanas: 1

B. Kebutuhan Tenaga Perawat


Ruang NICU memiliki 6 pasien dengan klasifikasi total. Maka jumlah perawat yang
dibutuhkan sebanyak:
1) Jumlah perawat dinas pagi: 6 x 0,36 = 2,16
2) Jumlah perawat dinas siang: 6 x 0,30 = 1,8
3) Jumlah perawat dinas malam: 6 x 0,20 = 1,2

Ruang Rawat Inap Maternitas

1. Visi Dan Misi Ruang Rawat Inap Maternitas

Visi
Terpenuhinya pelayanan kesehatan ibu, kesehatan reproduksi, Keluarga Berencana serta kegiatan
kesehatan lainnya secara profesional, percaya diri dan dapat dipertanggung jawabkan.
Misi
1. Memberikan pelayanan ANC dan PNC secara terpadu.
2. Membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.
3. Menerapkan pelayanan kesehatan secara profesional dan berkualitas dengan fasilitas
yang lengkap dan memadai.
4. Membangun kerja sama yang baik dengan unit yang terkait.
5. Membangun kemitraan dengan berbagai pihak sehingga terbentuk jaringan pelayanan
kesehatan.
6. Menciptakan kerja sama tim yang berdedikasi tinggi di ruang maternal rawat inap.
7. Melakukan bina lingkungan untuk meningkatkan kualitas pengetahuan kesehatan ibu dan
bayi.
8. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan sdm di ruang maternal rawat inap sesuai
dengan kemajuan tekhnologi sehingga tercipta lingkungan kerja yang kompeten.

2. Jobdesc Kepala Ruangan Rawat Inap (Maternitas)

1. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga, jumlah dan jenis peralatan, jenis kegiatan /
asuhan keperawatan khusus nya dalam bidang maternitas.
2. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh pelayanan.
3. Menyusun dan mengatur jadwal dinas.
4. Melaksanakan orientasi tenaga baru.
5. Memberikan pengarahan dan motivasi kepada tenaga keperawatan dan tenaga lainnya.
6. Bekerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan di ruangan, baik dalam
proses antenatal ataupun postnatal.
7. Mengadakan pertemuan berkala dengan tenaga keperawatan dan kebidanan.
8. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang maternitas.
9. Mengenal dan mengetahui penggunaan barang/alat serta mengusahakan pengadaannya.
10. Menyusun permintaan rutin (alat, obat dan bahan lainnya).
11. Mengatur pemeliharaan alat.
12. Mempertanggung jawabkan pemeliharaan alat/inventaris peralatan.
13. Melaksanakan orientasi kepada pasien dan keluarganya tentang peraturan, fasilitas dan
kegiatan rutin ruangan.
14. Mengatur penempatan pasien diruangan.
15. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi pasien dan keluarganya sehubungan dengan
perawatannya.
16. Menjaga perasaan pasien dan petugas agar merasa aman dan terlindungi
17. Memelihara dan mengembangkan system pencatatan dan pelaporan.
18. Memberikan penyuluhan pada pasien dan kelurganya sebatas kewenangannya.
19. Bekerja sama dengan seluruh sub unit dan profesi di UPT Puskesmas Pangkalan Kasai.
20. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik.
21. Memotivasi tenaga perawatan dan non perawatan dalam menjaga kebersihan
22. Meneliti pengisian sensus harian pasien
23. Memeriksa dan meneliti daftar permintaan dan penyajian diet pasien
24. Memelihara buku register dan berkas medik
25. Membuat laporan harian dan bulanan
26. Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
27. Menilai upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan
28. Menilai siswa/mahasiswa sesuai dengan program dari institusi pendidikannya.
29. Memberikan masukan kepada kepala sug bagian tata usaha dan kepala UPT Puskesmas
Pangkalan Kasai dalam pembuatan Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)
bagi tenaga yang berada dibawah tanggung jawabnya.
30. Mengendalikan pendayagunaan peralatan keperawatan, obat-obatan secara efektif dan
efisien.
31. Mengawasi sistem pencatatan dan pelaporan serta semua kegiatan di ruangan.

Uraian Tugas Kepala Ruangan Secara Umum

Seorang perawat profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dan mengelola kegiatan
pelayanan perawatan di satu ruang rawat.
 Tugas Pokok
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat
yang berada di wilayah tanggung jawabnya.

 Uraian Tugas
1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain sesuai
kebutuhan.
b. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan sesuai
kebutuhan.
c. Merencanakan dan menetukan jenis kegiatan/asuhan keperawatan yang akan
diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :


a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan ruang rawat.
b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain sesuai
kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang berlaku.
c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru atau tenaga
lain yang akan bekerja diruang rawat.
d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan/standar.
e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan di ruang rawat.
f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksana perawatan dan tenaga lain
yang berada diwilayah tanggug jawabnya.
g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang perawatan antara lain
melalui pertemuan ilmiah.
h. Mengenal jenis dan kegunaan barang/peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebuthan pasien agar tercapai pelayanan yang optimal.
i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat dan bahan lain yang
diperlukan diruang rawat.
j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu dalam
keadaan siap pakai.
k. Mempertangungjawabkan pelaksanan inventarisasi peralatan.
l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya, meliputi
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas yang
ada cara penggunaannya serta kegiatan rutin sehari-hari di ruangan.
m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite dokter) untuk
pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta menyampikan
kepada staf untuk melaksanakannya.
n. Mengelompokan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat menurut
tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi untuk memudahkan pemberian
asuhan keperawatan.
o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk mengetahui
keadaanya dan menampung keluhan serta membantu memecahkan masalah
yang dihadapinya.
p. Mejaga perasan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama pelaksanaan
pelayanan perawatan berlangsung.
q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga dalam batas
kewenangan.
r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.
s. Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan
keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat dan benar. Untuk
tindakan perawatan selanjutnya.
t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain, seluruh
kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi dan kepala unit di RS.
u. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien
dan keluarganya, sehingga memberikan ketenangan.
v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.
w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan berdasarkan
macam dan jenis makanan pasien, kemudian memeriksa dan meneliti ulang
saat penyajian sesuai dengan diitnya.
x. Memelihara buku register dan berkas catatan medik.
y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan, serta kegiatan lain di ruang rawat.

3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian meliputi :


a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan.
b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan di bidang perawatan.
c. Mengawasi dan mengendalaikan pendayagunaan peralatan perawatan serta
obat-obatan secara efektif dan efisien,
d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan
keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

4. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan


a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Mengawasi serah terima setiap dinas pagi
c. Membimbing dalam penerapan proses keperawatan dan memulai pelaksanaan
asuhan keperawatan
d. Mengadakan diskusi untuk pemecahan bersama masalah yang ada

5. Mengkoordinir/mengatur tenaga keperawatan :


a. Membuat daftar dinas
b. Mengatur pembagian tenaga setiap hari
c. Mengatur cuti tahunan
d. Bersama Ka. SMF membuat DP3
e. Memperhatikan kesejahteraan tenaga
f. Orientasi tenaga baru

6. Mengatur pengendalian logistic


a. Mengatur kelengkapan inventaris keuangan
b. Mengawasi kelangkapan kebutuhan sehari-hari termasuk makan pasien untuk
ruangan rawat inap
c. Mengajukan permintaan kebutuhan alat-alat ruangan dan makan pasien untuk
rawat inap
d. Melaporkan sarana dan prasarana yang rusak ke IPSRS
e. Membuat laporan tahunan
7. Mengatur mengendalikan kebersihan ruangan
a. Mengatur tenaga kebersihan
b. Mengawasi perlengkapan alat-alat diruangan
c. Menilai dan melaporkan pelaksanaan kebersihan

8. Mengadakan koordinasi :
a. Mengadakan rapat dengan staf ruangan satu kali sebulan dan sewaktu-waktu
bila diperlukan
b. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan pasien,
keluarga dan tim kesehatan

9. Pencatatan dan pelaporan


a. Membuat laporan ruangan
b. Membuat laporan harian ke Kasi Perawatan
c. Membuat laporan sensus harian
d. Membuat laporan-laporan berkala/bulan
e. Mencatat dan merinci pembayaran pasien

10. Inpentaris ketenagaan asuhan keperawatan


a. Ketenagaan
b. Asuhan keperawatan
c. Peserta didik
d. Infeksi nosokomial
e. Menyimpan data pegawai

 Kedudukan atau tanggung jawab :


1. Secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala seksi
keperawatan
2. Secara teknis operasional bertanggung jawab kepada dokter penanggung
jawab/dokter yang berwenang/kepala SMF
3. Kepala ruangan adalah orang yang berperan untuk :
a. Menerima pasien baru
b. Memimpin rapat
c. Megevaluasi kinerja perawat.
d. Menyediakan material
e. Melakukan perencanaan dan pengawasan
f. Melakukan pengarahan dan pengawasan.

Secara garis besar, tanggungjawab kepala ruangan terbagi menjadi empat, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan :
a. Menunjuk ketua tim bertugas diruangan masing-masing.
b. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.
c. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
d. Mengatur dan mengandalikan asuhan keperawatan.
2. Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian :
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari, dll.
3. Pengarahan
Tahap pengarahan :
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan keterampilan dan sikap.
c. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
d. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya.
e. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4. Pengawasan
Pengawasan terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai askep yang diberikan kepada pasien.
b. Melalui supervise
Supervise dapat dilakukan dengan cara :
- Pengawasan langsung melalu inspeksi, mengamati sendiri, atau
melalui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
- Pengawasan tidak langsung melalui mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca, dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan.
- Evaluasi yaitu mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.

3. Kriteria Perawat Ruang Inap Maternitas RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH


YOGYAKARTA

1. Standar I : Kualitas Perawatan

Perawat secara sistematik mengevaluasi kualitas dan keefektifan praktek keperawatan


serta mengimplementasikan ukuran untuk peningkatan kualitas perawatan ibu dan neonatus.
2. Standar II : Perkembangan Performa

Perawat mengevaluasi praktek keperawatannya sendiri terkait standar praktek


professional dan regulasi.
3. Standar III : Pendidikan

Perawat memiliki dan mempertahankan pengetahuan terbaru dalam maternal,


neonatus, dan/atau praktek perawatan ibu.
4. Standar IV : Collegiality

Perawat berkontribusi dalam pengembangan diri, kolega maupun pemberi pelayanan


kesehatan lainnya.
5. Standar V : Etika

Keputusan dan tindakan perawat atas nama ibu dan bayi ditentukan dalam prilaku
beretika.
6. Standar VI : Kolaborasi

Perawat berkolaborasi dengan ibu, keluarga, dan pemberi pelayanan kesehatan


lainnya.
7. Standar VII : Penelitian

Perawat mengintegrasikan penemuan dalam penelitian dengan praktek.


8. Standar VIII : Pemberdayaan Sumber Daya Manusia

Perawat mempertimbangkan faktor–faktor terkait keamanan, keefektifan dan biaya


dalam perawatan persalinan bagi ibu dan bayi.
9. Standar IX : Lingkungan Praktek

Perawat mendukung lingkungan pengobatan yang aman bagi ibu, bayi, keluarga dan
pemberi pelayanan kesehatan lainnya.
10. Standar X : Tanggung Jawab

Perawat bertanggungjawab secara profesional dan legal terhadap praktek yang


dilakukannya.

KOMPETENSI PERAWAT
IBE Kurikulum Inti dan
Persyaratan Kerja
UNESCO Konstitusional
Penguasaan pengetahuan dan keterampilan : Learning to Matakuliah Keilmuan dan
 Analisis dan sintesis know Keterampilan (MKKK)
 Menguasai IT/computting
 Managed ambiguity
Learning to do Matakuliah Keahlian
 Communication
Berkarya (MKKB)
 2nd language
Attitude : Learning to be
 Kepemimpinan
 Teamworking
 Can work crossculturally
Pengenalan sifat pekerjaan terkait : Matakuliah Berkehidupan
 Terlatih dalam etika kerja Learning to live Bersama (MKBB)
 Memahami makna globalisasi together Matakuliah Pengembangan
 Fleksibel terhadap pilihan pekerjaan Kepribadian
(Nursalam, 2006)

No. Demensi Kompetensi Generik Lulusan (S1)


Penguasaan prinsip dasar keilmuan dan kemampuan penerapan
1. Bidang Ilmu serta pengembangannya, dengan menggunakan perangkat yang
handal dan teknologi informasi.
Kemampuan mengomunikasikan pemikirannya dengan baik, dan
2. Komunikasi kemampuan keterlibatan dalam bidangnya secara pribadi maupun
kelompok / masyarakat yang lebih luas.
Kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, punya kepekaan dan
3. Sikap pemahaman sosial budaya serta global, apresiasi pada etika dan
punya tanggungjawab profesi.
Kemampuan berkonsep, kreatif, inovatif, dan metodik, punya
4. Cara berfikir
wawasan luas.
(Nursalam, 2006)

A. Kompetensi Umum
 Kompetensi 1 : Melaksanakan Praktik Profesional, akontabel, etis, dan legal serta peka
budaya
1. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
2. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan
3. Melaksanakan praktik secara legal
 Kompetensi 2 : Pemberian dan Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Menerapkan prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen keperawatan
2. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan
3. Melakukan pengkajian keperawatan
4. Menyusun rencana keperawatan
5. Melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan
7. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan / Askep
8. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
9. Mempergunakan hubungan interpersonal dalam Pelaksana keperawatan / Asuhan
keperawatan
10. Menerapkan prinsip manajemen dan kepemimpinan dalam praktik keperawatan
profesional (model manajemen Asuhan Keperawatan Profesional: MAKP)
 Kompetensi 3 : Mengembangkan Profesionalisme
1. Melaksanakan peningkatan profesionalisme dalam praktik kep
2. Melaksanakan peningkatan mutu Pelaksana keperawatan / Asuhan keperawatan
3. Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi
B. Kompetensi Khusus Maternitas
 Memiliki skill dalam asuhan keperawatan dengan Ibu :
- Prenatal
- Intranatal
- Bayi Baru lahir
- Post Natal
- Ibu dengan masalah

4. Standard Operating Procedure / Prosedur Operasi Standar Ruang Rawat Inap


(Maternitas)

SOP ANTENATAL CARE TERPADU


ANC Terpadu adalah antenatal yang komprehensif dan
1. Pengertian
berkesinambungan yang berkualitas yang diberikan kepada semua ibu
hamil.
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
2. Tujuan yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang sehat.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas No.20 tahun 2015 tentang pelayanan klinis
4. Referensi Buku Pedoman Pelayanan ANC Terpadu.
1. Petugas menerima pasien masuk ruang kia setelah pendaftaran dari
loket.
2. Petugas mempersiapkan kartu ibu.
3. Petugas memberikan form laboratorium untuk pemeriksaan DL,
reduksi, protein, gol-da, GDS, PPIA ( rapit test, VDRL) untuk
pasien baru dan pemeriksaan hep B untuk semua ibu hamil ketika
ada program KemenKes.
4. Petugas melakukan anamnesa lengkap pada pasien baru dan
anamnesa lanjutan pada pasien lama.
5. Petugas melakukan pengukuran tekanan darah, BB,TB, dan LILA.
6. Petugas meminta pasien untuk berbaring ditempat tidur sambil
5. menanyakan keluhan pasien.
Prosedur/Langkah 7. Petugas melakukan insfeksi
– langkah 8. Petugas Petugas melakukan palpasi/Leopold 1 sd 4.
9. Petugas melakukan auskultasi dengan dopler untuk mendengarkan
djj.
10. Petugas memberi imunisasi TT bila pasien belum mendapat
imunisasi tt.
11. Petugas melakukan pendeteksian pada pasien untuk kehamilan
normal atau kehamilan beresiko.
12. Petugas memberitahu hasil pemeriksaan dan memberikan
konseling seputar kehamilan.
13. Petugas melakukan follow up untuk pemeriksaan lab pada
trimester III.
14. Petugas melakukan integrasi melalui rujukan internal atau
eksternal bila terdapat indikasi kehamilan beresiko.
15. Petugas mencatat dalam dokumen pencatatan dan pelaporan dan
memberitahu tanggal kunjungan berikutnya.
KIA
6. Unit terkait PONED
Rawat Inap
(Depkes RI, 2007) (Prawiroharjo, 2012)

I. Tindakan Pada Ibu Nifas Normal


TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN
1. Kebersihan
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh. Menganjurkan ibu tentang
diri bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
- Sarabkan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
2 kali dalam sehari.
- Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah luka.
2.Istirahat - Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
berlebihan
- Sarankan untuk kembali kegiatan-kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat saat bayinya tidur
- Apabila kurang istirahat dapat mempengaruhi: Jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi dan dirinya.
3.Latihan - Diskusikan tentang pentingnya latihan beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu. Dengan tidur terlentang lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi sampai 10 kali.
- Untuk memperkuat tonus otot vagina dengan latihan Kegel.
- Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5
kali.
4. Gizi - Ibu menyusui harus:
- Mengkonsumsi tambahan kalori tiap hari
- Diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vit yang
cukup.
- Minum sedikitnya 3 liter / hari
- Tablet zat besi setidaknya selama 40 hari post partum
- Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayinya melalui ASI.
5.Perawatan - Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Payudara - Memakai BH yang benar-benar menyokong buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
- Apabila putting susu lecet oleskan colostrom atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali menyusui.
- Apabila lecet lebih parah dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan memakai sendok.
- Untuk menghilangkan nyeri minum Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6
jam.
- Apabila payudara bengkak lakukan:
a. Kompres payudara dengan kain basah dan hangat kira-kira 5 menit
b. Urut payudara ( seperti Breast Care).
c. Keluarkan ASI sebagian di bagian depan payudara.
d. Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali
e. Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
f. Payudara dikeringkan.
6. Hubungan
- Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah
perkawinan merah berhenti dan ibu dapat menilai dengan memasukkan 1 – 2 jarinya ke
atau Rumah dalam vagina tanpa rasa nyeri.
Tangga - Tetapi ada tradisi dan aturan agama tertentu baru boleh melakukan
hubungan seksual setelah 40 hari.
7. Keluarga
- KB dilakukan sebelum haid pertama setelah persalinan. Penjelasan
Berencana tentang KB adalah sebagai berikut:
- Bagaimana metode KB dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya.
- Kelebihan dan keuntungan KB
- Efek samping
- Bagaimana memakai metode yang benar
- Kapan metode itu dapat dimulai dipakai untuk wanita post partum.

II. Standar Operasional Prosedur (SOP) Nifas/Postpartum


Prosedur Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
tetap No dokumen: No revisi: Halaman:

…………… ………….. …………..


Pengertian Pemeriksaan fisik pada ibu pasca persalinan.
Tujuan - Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
- Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
di bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
Indikasi Ibu pasca persalinan, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.
Persiapan alat  Tensi
 Stetoskop
 Sarung tangan (handscoon)
 Kom berisi kapas sublimat dan air DTT
 Bengkok
 Larutan chlorine 0,5%
Persiapan - Menyapa klien dengan ramah
pasien - Memposisikan pasien dengan baik
- Menutup ruangan/menjaga privasi klien.
Prosedur 1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon.
2. Melakukan infrome consent
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva
pucat/tidak, sclera ikterus/tidak, muka udema/tidak.
5. Melakukan pemeriksaan payudara:
- Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala,
kemudian palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke
ketiak, raba adanya masa, benjolan yang membesar,
pembengkakkan ata abses.
- Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara
kanan hingga ketiak.
6. Melakukan pemeriksaan abdomen:
- Periksa bekas luka jika operasi baru.
- Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas
pubis (involusi uteri).
- Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan
(konsistensi uterus)
7. Memeriksa kaki untuk:
- Varises vena
- Kemerahan pada betis.
- Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka
perhatikan tingkat edema, pitting jika ada.
- Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda
human positif/tanda-tanda tromboflebitis).
8. Mengenakan handscoon.
9. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan
perineum (dengan menggunakan handscoon dan memasang
perlak):
- Memposisikan pasien litotomi.
- Melakukan vulva hygine.
- Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).
- Perhatikan perineum (bekas jahitan).
10. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.
11. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.
12. Pasien dirapikan dan membereskan alat.
13. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk
yang bersih.
14. Mendokumentasikan hasil tindakan.

PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP
Mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala
nifas dini yaitu perdaralran lebilr dari 500 cc setelah plasenta
Pengertian lahir sampai 24 jam pertarna setelah persalinan.

Untuk mencegah terjadinya perdarahan yang patologis pada kala


nifas dini yaitu perdaralran lebih dari 500 cc setelah plasenta lahir
Tujuan sampai 24 jam pertama setelah persalinan.

Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Kebijakan
1. INDIKASI
1.1. Terjadi perdarahan kala nifas (lebih atau diduga lebih 500 cc sejak
Prosedur plasenta lahir.
2. Petunjuk :
2.1 Perhitungan secara visual (sulit karena sering sudah menggumpal atau
meresap dalam kain)
2.2 Atau dengan monitoring tanda vital dan menghitung dalam formula
Giesecke
3. Penatalaksanaan
3.1. Pemasangan infus ukuran besar apabila belum terpasang, bila
pendarahan banyak dan syok berat sebaiknya dipasang lebih dari satu
saluran infus.
3.2. Pemberian cairan pengganti (RL/PZ) sesuai dengan formula Giesecke.
3.3. Pemasangan kateter tetap den mengukur produksi urine secara berkala.
3.4. Monitor tanda vital secara intensif selarna pertolongan diberikan.
3.5. Massage uterus atau kompresi bimanual.

PENCEGAHAN PENDARAHAN
PADA KALA NIFAS DINI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3.6. Pernberian uterotonika kalau perlu secara kontinyu melalui drip,
dengan 20 – 30 unit oksitosis dalam 1000 cc cairan kristaloid dengan
kecepatan 200 cc/jam Quilligan menganjurkan pemberian oksitosin 10 – 20
unit RL 5000 cc/jam disertai massege bimanual kemudian intermitten fundal
massege selama 10 – 20 merit dilakukan selama beberapa jam sampai
kontraksi uterus cukup keras tanpa stimuli.
3.7. Apabila setelah pemberian oksitosis dalam 1000 cc cairan tidak
berhasil dapat diberikan derifat ergot atau prostagladin.
3.8. Penggunaan tampon uterus mungkin berhasil untuk menghentikan
perdarahan karena atonia yang gagal dengan obat-obatan: Pernasangan
tampon harus secara hati-hati den secara padat. Bahaya adalah memberi rasa
aman yang semu sehingga menunda tindakan definitif yang perlu. Tampon
yang padat menyerap darah sampai 1000 cc. Untuk mencegah infeksi
sebaiknya diberikan antibiotika dan diangkat dalam 24 jam.
3.9. Apabila usaha di atas juga gagal maka dapat dipertimbangkan tindakan
operatif yang ligasi arteria hypogastrika pada wanita yang masih ingin anak
atau histerektomi bila sudah tidak menginginkan.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
PROSEDUR Tanggal terbit Ditetapkan
TETAP Direktur

Pengertian Memperbaiki robekan perineum dengan jalan menjahir lapis demi lapis.

Sebagai pedoman agar robekan pada perineum baik, yang terjadi


akibat luka episiotomi maupun ruptur perineum spontan dapat
Tujuan dijahit dengan benar.

Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

Kebijakan
1. ETIOLOGI
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana :
Prosedur 1.1. Kepala janin terlalu cepat lahir
1.2. Persalinan tidak dipimpim sebagaimana mestinya
1.3. Sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut
1.4. Pada persalinan dengan distoksia bahu
2. JENIS/TINGKAT
2.1. Robelan perineum dapat dibagi atas 3 tingkat :
2.1.1. Tingkat I : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan
atau tanpa mengenai kulit perineum sedikit.
2.1.2. Tingkat Il : Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selain mengenai
selanput lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi
tidak mengenai sphinter ani.
2.1.3. Tingkat III : Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum
sampai mengenai otot-otot sphinfer ani.
2.2. Teknik menjahit robekan perineum :
2.2.1 Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang dijahit secara jelujur (continouse suture)
atau dengan cara angka delapan (figure of eight).

PENJAHITAN ROBEKAN PERINEUM


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/2
PROSEDUR
TETAP Tanggal terbit
2.2.2. Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum
tingkat lt maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir robekan yang tidak rata
atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi tersebut yang diratakan terlebih
dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata, baru dilakukan
penjahitan luka robekan.
2.2.3. Mula mula otot dijahit dengan catgut, kemudian selaput lendir
vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur, penjahitan
selaput lendir vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kulit perineum
dijahit dengan benang sutera secara terputus-putus.

Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

RUPTUR PERINEUM TOTAL


No. Dokume No. Revisi Halaman
1/1
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

Sejumlah tindakan untuk merawat ruptur perineum total.


Pengertian

Tujuan Perawatan Pasien dengan Ruptur perineum total.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


PROSEDUR
1. Menyiapkan dan memasang dauer catheter (selama 3 hari).
Prosedur 2. Memberikan diet makanan lunak rendah serat (tanpa sayur).
3. Memberikan obat sesuai dengan advis dokter (secara iv/im/oral)
3.1. Antibiotik
3.2. Analgesik
3.3. Roborantia
3.4. Laxantia
4. Merawat luka perineum.
5. Observasi penyuluhan tentang :
5.1. Mobilisasi bertahap
5.2. Diet makanan serat
5.3. Pentingnya menjaga kebersihan genetalila/diri dan lingkungan.
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
POST PARTUM DINI
(DALAM 24 JAM POST PARTUM)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 ½
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

Pengertian Suatu tindakan untuk merawat Pasien 2 jam pasca persalinan.

Tujuan Sebagai pedoman perawatan pasien post partum di ruangan bersalin

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


1. Memeriksa
1.1. Tinggi fundus uteri.
Prosedur 1.2. Kontraksi uterus.
1.3. Perdarahan pervaginaan.
1.4. Mengukur gejala kardinal tiap 4 jam.
1.5. Memandikan pasien yang baru melahirkan.
1.6. Merawat jahita.n perineum.
1.7. Memeriksa dan mengawasi keluarnya ASI.
1.8. Membantu ibu meneteki bayinya.
1.9. Observasi keluhan sesudah melahirkan :
1.9.1. Adanya kesulitan BAK.
1.9.2. Adanya keluhan tentang laktasi.
1.9.3. Adanya nyeri karena his postpartum.
1.9.4. Adanya nyeri pada symphisis.
1.10. Memberikan penyuluhan tentang :
` 1.10.1. Gizi ibu nifas.
1.10.2. Perawatan payudara dan laktasi.
6.1.10.3. Kebersihan diri dan lingkungan.
6.1.10.4. KB yang cocok bagi ibu nifas.
6.1.10.5. Perawatan bayi (tali pusat).
6.1.10.6. Perawatan jahitan perineum.
1.11. Untuk partus fisiologis perawatan ibu di ruangan bersalin maksimal 3
(tiga) hari.

MENYUSUI BAYI YANG BENAR


No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

Pengertian Suatu urutan tindakan untuk menyusui bayi yang benar.

Tujuan Sebagai pedoman untuk pelaksanaan menyusui bayi secara benar.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


1. Ibu dalam posisi :
1.1. Duduk
Prosedur 1.2. Berbaring
1.3. Berdiri
2. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
3. Cara memegang bayi, posisi perut bayi menempel pada perut ibu.
1. Cara memegang payudara dengan ibu jari berada dibagian payudara
bagian atas, 4 jari bagian payudara bawah.
2. Memasukkan putting susu sampai areola mamae.
3. Memperhatikan posisi putting susu dalam mulut bayi sehingga bayi
kelihatan menghisap dengan kuat.
4. Cara melepas putting susu dengan ujung jari kelingking
dimasukkan ke lidah satu sisi mulut bayi.
5. Menyusui dengan memberikan kedua payudara.
6. Menyusui tidak terjadual.
7.Menyendawakan bayi setelah menyusu dengan cara menggendong bayi
tegak dengan kepala bersandar pada pundak ibu kemudian menepuk
punggungnya perlahan-lahan.

PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1/2
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

Pengertian Suatu tindakan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah ke dalam
vagina untuk pemeriksaan ginekologi.

Tujuan Sebagai pedoman untuk pemeriksaan vaginal dibidang Ginekologi, agar


pasien mengerti dan faham akan tujuan pemeriksaan.

Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


1. Konseling
1.1. Menerangkan maksud dan tujuan petneriksaan vaginal pada pasien.
Prosedur 2. Persiapan Tindakan
2.1. Syarat :
2.1.1. Dilakukan dengan halus dan hati-hati.
2.1.2. Dilakukan dalam keadaan steril.
2.1.3. Dilakukan dengan pendamping tenaga paramedik atau keluarga
pasien.
2.2. Indikasi
2.2.1. Pada perneriksaan kesehatan ginekologik berkala (check up).
2.2.2. Bila ada keluhan dan atau kelainan yang diduga
berasal dari organ genitalis.
2.3 Indikasi Kontra
2.3.1. Masih virgin
2.3.2. Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan rektal.

PEMERIKSAAN VAGINAL
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/2
Tanggal terbit .
PROSEDUR
TETAP
2.4. PeRSUpan Sebelum Tindakan
2.4.1. Pasien disiapkan pada tempat tidur atau meja yang
memungkinkan posisi litotomi dan kedua paha terbuka.
2.4.2. Peralatan: Kapas yang direndam cairan antiseptik,
spekulum, cunam, tampon, kasa tekan; kasa tampon.
3. Tindakan Pemeriksaan
3.1. Pasien diletakan dalam posisi litotomi.
3.2. Pemeriksaan memakai sarung tangan steril.
3.3.Vulva dan sekitarnya dibersihkan yang telah direndam
dengan cairan antiseptik.
3.4. Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, vulva dibuka
sehingga introitus vagina tampak.
3.5. Genetalia eksterna diperiksa dengan teliti untuk melihat adanya
kelainan maupun anatomik, misalnya tanda-tanda keradangan, besar klitoris,
bentuk himen, pembesaran kelenjar bartholin, adanya eksudat purulen dari
arifisium uretra dengan melakukan stripping bagian distal uretra.
3.6. Melakukan pemeriksaan inspekulo dengan memasukkan spekulum
Graves steril yang telah dibasahi atau diberi pelicin ke dalam vagina
sehingga tampak serviks uteri.
3.7. Dilihat apakah pada serviks uteri terdapat perubahan seperti: polip, erosi,
eversi, kista retensi, tumor atau keganasan. Dicatat sifat, jumlah, dan sumber
flour albus atau darah. Dilihat pula perubahan-perubahan pada mukosa
vagina.
3.8. Setelah pemeriksaan inspekulo selesai, spekulum dilepas selanjutnya
dengan pemeriksaan tusuk vagina. Satu atau lebih jari tangan yang telah
dibasahi atau diberi pelicin dimasukkan vagina. Pada saat jari tangan
dimasukkan dirasakan derajat relaksasi vagina. Bila perlu pasien disuruh
mengejan untuk mengetahui derajat kistokel, rektokel, atau penurunan rahim.
3.9. Pemeriksaan dimulai dengan melakukan palpasi serviks diraba tentang
konsistensinya, besar dan bentuknya, arahnya, nyeri goyang, dan apakah ada
kelainan.

PEMERIKSAAN VAGINAL
Halaman No. Revisi Halaman
2/2
Tanggal terbit Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

3.10. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui


keadaan rahim. Jika arah uterus antefleksi, uterus dapat diraba diantara dua
tangan, yang satu di dalam vagina pada forniks anterior dan yang lain
menekan uterus ke bawah dari dinding perut. Ditentukan konsistensi, besar,
kontur, mudah digerakkan atau tidak, apakah nyeri tekan, ada atau tidaknya
tumor. Jika arah uterus retrofleksi, tangan yang berada di vagina menekan
forniks posterior untuk dapat meraba uterus.
3.11. Pada saat tangan menekan forniks posterior, diraba pula keadaan
ligarnen sakrouterium dan rongga douglas menonjol.
3.12. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menekan adneksa parametrium
kanan dan kiri. Tangan yang berada di vagina menekan forniks.lateralis dan
yang berada diluar menekan dinding perut. Diraba ovarium: besarnya, nyeri
tekan, tumor dan derajat kebebasannya.
3.13. Untuk meraba lebih jelas bagian belakang rahim dan rongga douglas,
kadangkala dilakukan pula pemeriksaan rektovaginal. Jari telunjuk
dimasukkan vagina dan jari tengah dimasukkan rectum.
4. Tindak Lanjut
4.1. Menulis hasil pemeriksaan pada status pasien.
4.2. Menetapkan diagnosa.
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Kerja ICU

Ruang inap maternitas memiliki 6 ruangan, 5 ruangan untuk kelas II dan III, dan 1 ruangan
untuk kelas I
Ruangan untuk kelas II dan III memiliki 4 bed, jika ditotal 5 ruangan x 4 bed = 20 bed
Ruangan untuk kelas I memiliki 2 bed
Jika di total di ruangan rawat inap memiliki 22 bed

Cara menentukan jumlah tenaga keperawatan menggunakan rumus Douglas


Ruang rawat inap maternitas RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA memiliki 22
pasien dengan klasifikasi seluruhnya parsial. Jumlah perawat yag dibutuhkan di ruangan
adalah
Jumlah perawat dinas pagi :
22 x 0,27 = 5,94
Jumlah perawat dinas siang
22 x 0,15 = 3,3
Jumlah perawat dinas malam
22 x 0,10 = 2,2
Total perawat yang dibutuhkan dalam sehari = 11,44 perawat

a. Jumlah Kebutuhan Dokter Di Ruang Rawat Inap Maternitas Rsu RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH YOGYAKARTA
Dokter yang dibutuhkan adalah dokter spesialis obgyn dengan jumlah 5 dokter, dengan
penentuan shift :
Dinas pagi : 1 dokter
Dinas siang : 1 dokter
Dinas sore 1 dokter
Dinas malam : 1 dokter
Lepas malam : 1 dokter

b. Jumlah Kebutuhan Bidan Di Ruang Rawat Inap Maternitas Rsu RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH YOGYAKARTA
Bidan yang dibutuhkan yaitu 6 bidan dengan pembagian shift :
Dinas pagi : 2 bidan
Dinas siang : 2 bidan
Dinas malam : 2 bidan
Ruang Rawat Inap Anak RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA

1. Visi dan Misi Ruang Rawat Inap Anak

Visi
Menjadi ruang pelayanan perawatan anak dan remaja yang prima, unggul, mandiri, dan
terpercaya dalam rangka membuat pasien cepat sembuh dan kembali ke keluarga dan masyarakat

Misi
a. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan anak remaja secara komprehensif sesuai
standar yang ditetapkan kepada individu, keluarga, masyarakat
b. Melaksanakan kegiatan promosi, pencegahan, penanggulangan masalahan gangguan jiwa
pada anak remaja
c. Melaksanakan standar asuhan keperawatan sebagai wujud pengendalian dan peningkatan
kualitas pelayanan secara terus menerus dan berkesinambungan
d. Memelihara hubungan kerja yang efektif diantara tenaga keperawatan dan semua tim
kesehatan melalui manajemen keperawatan
e. Menerapan etika keperawatan dalam melaksanakan tugas

2. Jobdest Kepala Perawat Ruang Inap Anak


a) Tanggung Jawab
Dalam melaksanakan tugasnya perawat pelaksana di ruang rawat inap
bertanggung jawab kepada kepala Ruangan / Kepala Instalasi terhadap hal – hal
sebagai berikut :
- Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
standar.
- Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan asuhan
keperawatan / kegiatan lain yang dilakukan
b) Wewenang
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat inap
mempunyai wewenang sebagai berikut :
- Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan.
- Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien / keluarga pasien sesuai
kemampuan dan batas kewenangannya.

c) Uraian Tugas
- Memelihara kebersihan ruang rawat dan lingkungannya, menerima pasien
baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
- Memelihara peralatan keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap
pakai.
- Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan
sesuai batas kewenangannya.
- Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya.
- Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan batas
kemampuannya, antara lain :
 Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan.
 Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya.
- Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak.
- Melakukan tindakan darurat kepada pasien ( antara lain panas tinggi, kolaps,
pendarahan, keracunan, henti nafas dan henti jantung ), sesuai Protap yang
berlaku. Selanjutnya segera melaporkan tindakan yang telah dilakukan kepada
dokter ruang rawat inap / dokter jaga.
- Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan sesuai batas kemampuannya.
- Mengobservasi kondisi pasien, selanjutnya melakukan tindakan yang tepat
berdasarkan hasil observasi tersebut, sesuai batas kemampuannya.
- Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan
upaya meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
- Melaksanakan tugas pagi, sore, malam dan hari libur secara bergilir sesuai
jadwal dinas.
- Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh Kepala Ruang Rawat Inap.
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dibidang keperawatan, antara
lain melalui pertemuan ilmiah dan penataran atas izin/ persetujuan atasan.
- Melaksanakan sistem pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan yang
tepat dan benar sesuai Standar Asuhan Keperawatan.
- Melaksanakan serah terima tugas kepada petugas pengganti secara lisan
maupun tertulis, pada saat penggantian dinas.
- Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan pasien mengenai :
 Program diet.
 Pengobatan yang perlu dilanjutkan dan cara penggunaannya.
 Pentingnya pemeriksaan ulang di rumah sakit, puskesmas atau institusi
kesehatan ini.
 Cara hidup sehat, seperti pengaturan istirahat, makanan yang bergizi
atau bahan pengganti sesuai dengan keadaan sosial ekonomi.
- Melatih pasien menggunakan alat bantu yang dibutuhkan, seperti :
 Rollstel.
 Tongkat penyangga.
 Protesa.
- Melatih pasien untuk melaksanakan tindakan keperawatan di rumah misalnya:
 Merawat luka.
 Melatih anggota gerak.
- Menyiapkan pasien yang akan pulang, meliputi :
Menyediakan formulir untuk penyelesain administratif , seperti :
 Surat ijin pulang
 Surat keterangan istirahat sakit.
 Petunjuk diet.
 Resep obat untuk dirumah, jika diperlukan.
 Surat rujukan atau pemeriksaan ulang.
 dan lain-lain.
1. Kriteria Perawat Ruang Inap Anak RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Pendidikan : Pendidikan minimal D III keperawatan
Kursus/ pelatihan : Pelatihan unit terkait
Pengalaman kerja : -
Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan rohani
Lain-lain :
1. Memiliki STR yang berlaku
2. IPK min 3.00
3. Dapat bekerjasama dalam tim
4. Mempunyai akhlak yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi, tegas dan mampu
mengorganisasikan bawahannya
5. Memiliki kemampuan managerial/ kepemimpunan, berwibawa
6. Memahami konsep standard pelayanan keperawatan
7. Mempunyi kondite/ penilaian kinerja kategori baik
8. Bersedia mengembangkan ilmu keperawatan
9. Telah melewati seleksi kenaikan jenjang karir
10. Merumuskan rencana keperawatan dengan focus pada upaya stimulasi tumbuh
kembang
2. Satuan Operasional Prosedur Di Ruang Rawat Inap Anak

RAWAT INAP
Disahkan Oleh :

PEMBERIAN INJEKSI Kepala Rumah Sakit Umum


PEMERINTAH INTRA MUSKULER RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
DAERAH YOGYAKARTA Al-Islamiyah
Nomor Standar Operasional Prosedur :
KABUPATEN Zahra Fadhila
YOGYAKARTA
Tanggal Pembuatan :
DINAS
KESEHATAN
RS UMUM Tanggal Revisi : -
RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif :
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Halaman : 1
AL ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Injeksi intramuskuler adalah suntikan kedalam otot
PENGERTIAN

Sebagai acuan tindakan suntikan kedalam otot


TUJUAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
KEBIJAKAN
Penatalaksanaan
URAIAN A. INDIKASI :
PROSEDUR 1. Pada psien yang memerlukan suntikan i.m.
2. Atas perintah dokter.
B. PERSIAPAN :
1. Disp. Spuit
2. Kapas alcohol
3. Bengkok
4. Aquabidest steril
5. Gergaji ampul
6. Tempat sampah/bengkok
7. Obat yang dibutuhkan
8. bak instrumen
C. PELAKSANAAN :
1. Inform concern
2. Baca daftar obat, larutkan obat yang dibutuhkan, isi spuit sesuai
dengan kebutuhan
3. Cocockan nama obat dan nama pasien.
4. Baca sekali lagi sebelum menyuntikan pada pasien.
5. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik.
6. Desinfeksi lokasi yang akan disuntik.
7. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan arah 90
derajat.
8. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan.
9. Obat disemprotkan perlahan-lahan
10. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat.
11. Kulit ditekan dengan kapas alcohol sambil melakukan masase.
12. Pasien dirapikan
Perhatian :
Penyuntikan harus tepat dan betul, bila salah akan dapat mengenai saraf.
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP
DISAHKAN OLEH

PEMERINTAH DAERAH KEPALA RUMAH


PEMASANGAN INFUS SAKIT UMUM
KABUPATEN YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN RUFAIDAH AL-
Nomor Standar Operasional Prosedur :
ISLAMIYAH
Tanggal Pembuatan :
YOGYAKARTA AL-
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH
Tanggal Efektif :
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Tata cara pemasangan infus kepada pasien yang kekurangan
PENGERTIAN cairan tubuh
Memberikan cairan pada pasien yang memerlukan perawatan
lanjut
- Sebagai acuan untuk melakukan tindakan memasang infus.
TUJUAN
- Ada instruksi dokter
KEBIJAKAN - Ada perawat pelaksana
- Ada satu set peralatan pemasangan infus lengkap
PERALATAN :
URAIAN PROSEDUR 1. Infuse set 2. Kasa
3. Cairan NS, D 5%, RL 4. Sarung tangan
5. Venvlon no 22, 20 6. Verban
7. Kapas alcohol dalam 8. spalk
tempatnya
9. Plester 10. Perlak dan pengalas
11. Gunting 12. Pembendung
PENATALAKSANAAN
1. Perawat cuci tangan sebelum melakukan tindakan.
2. Memberi motivasi pada pasien dan keluarga, bila keluarga
dan pasien setuju diberikan persetujuan tindakan medik.
3. perawat memakai sarung tangan
4. Perlak dan pengalas dipasang.
5. Memeriksa ulang cairan yang akan diberikan.
6. Cairan digantungkan pada standar
7. Tutup botol cairan didesinfeksi dengan kapas alkohol lalu
ditusukkan slang infus, kemudian alirkan sampai udara
keluar.
8. Menentukan vena yang akan ditusuk.
9. Disinfeksi area yang akan ditusuk dnegan diameter 5 s/d 10
cm.
10. Menusuk jarum infus/abocath/scalpen pada vena yang telah
ditentukan.
11. Bila berhasil darah akan keluar, maka pembendungan
dilepas, penjepit dilonggarkan untuk melihat kelancaran
cairan.
12. Bila tetesan lancar, pangkal jarum direkatkan pada kulit
dengan plester kemudian mengatur tetesan.
13. Menutup bagian yang ditusuk dengan kasa steril
14. Gunakan spalk bila perlu.
15. Merapikan pasien dan mengatur senyaman mungkin.
16. Memperhatikan reaksi pasien.
17. Mencatat waktu pemasangan, jenis, jumlah tetesan.
18. Alat-alat dibereskan.
19. Perawat cuci tangan.
UGD, KABER
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH PEMBERIAN SUNTIKAN DISAHKAN OLEH

KABUPATEN YOGYAKARTA SUBCUTAN KEPALA RUMAH

DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM


Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif YOGYAKARTA AL-
:
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL ISLAMIYAH

ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1


Zahra Fadhila
Memasukkan obat kedalam jaringan kulit dengan memakai jarum
PENGERTIAN suntik
1. Mendapatkan reaksi setempat
2. Memberikan kekebalan, mis. BCG
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intracutan
TUJUAN
1. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil
KEBIJAKAN 2. Penyuntikan dengan menggunakan spuit sekali pakai
Persiapan alat :
URAIAN PROSEDUR 1. Bak semprit
2. Spuit steril 1 cc
3. Obat suntikan
4. Kapas desinfektan
5. Bengkok
6. Alat tulis / buku suntikan

Prosedur :
1. Memberitahukan/menjelaskan tindakan pada pasien/keluarga
pasien
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan/ disinfektan lokasi
suntikan.
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 15O-20O
8. Memasukkan obat berlahan-lahan sampai terjadi gelembung
putih dalam kulit kemudian jarum dicabut
9. Merapikan pasien dan alat
10. Mendokumentasikan hasil tindakan

Hal-hal yang diperlukan :


1. Daerah suntikan jangan dimasage
2. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan reaksi suntikan
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH PEMBERIAN SUNTIKAN DISAHKAN OLEH

KABUPATEN YOYAKARTA INTRAVENA KEPALA RUMAH

DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM


Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif YOGYAKARTA AL-
:
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL ISLAMIYAH

ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1


Zahra Fadhila
Memasukkan cairan obat kedalam vena dengan memakai jarum
PENGERTIAN suntik agar mendapatkan reaksi obat yang lebih cepat

Sebagai acuan untuk melakukan tindakan suntikan intravena


TUJUAN
Pemasukan cairan obat kedalam vena dengan memakai jarum
KEBIJAKAN suntik dilakukan dengan berpedoman pada protap
PERSIAPAN :
URAIAN PROSEDUR 1. Bak spuit
2. Spuit 3 cc / 5 cc
3. Obat suntik (siap pakai)
4. Kapas desinfektan
5. Alas/perlak
6. Pembendung/stuing
7. Bengkok
8. Bad side/plester
9. Buku injeksi
10. Gunting

PROSEDUR :
1. Memberitahukan pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Memasang pengalas/perlak dibawah lokasi yang akan
ditusuk
7. Menentukan lokasi tusukan
8. Melakukan pembendungan
9. Menghapus hama lokasi suntikan
10. Menusuk jarum dengan sudut 25O-45O
11. Melakukan pengisapan/aspirasi
12. Melepaskan pembendung
13. Memasukan obat berlahan-lahan
14. Mencabut jarum suntik
15. Menekan tempat tusukan dengan kapas desinfektan kalau
perlu diplester/band aid
16. Merapikan pasien dan alat-alat
17. Mencuci tangan
18. Mendokumentasikan hasil tindakan dibuku injeksi les paien

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. Perhatikan reaksi pasien pada saat dan sesudah pemberian
suntikan
2. Lokasi penusukan :
- Lengan (vena media kubiti/vena cephalica)
- Tungkai (vena saphenous)
- Kepala (vena frontalis temporalis) khusus anak

RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES


UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

PEMBERIAN SUNTIKAN DISAHKAN OLEH

PEMERINTAH DAERAH INTRACUTAN KEPALA RUMAH

KABUPATEN YOGYAKARTA SAKIT UMUM


Nomor Standar Operasional Prosedur :
DINAS KESEHATAN RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL-
YOGYAKARTA AL-
Tanggal Efektif :
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Memasukkan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik
PENGERTIAN untuk
Memberikan pengobatan
Sebagai acuan tindakan melakukan suntikan intracutan
TUJUAN (pemberian insulin)
Pemasukan obat di bawah kulit dengan memakai jarum suntik
KEBIJAKAN steril dengan berpedoman pada protap
Persiapan :
URAIAN PROSEDUR 1. Bak semprit
2. Spuit steril 1 cc
3. Obat suntikan
4. Kapas desinfektan
5. Bengkok
6. Alat tulis / buku suntikan
Prosedur :
1. Memberitahukan/menjelaskan tindakan pada pasien
2. Mencuci tangan.
3. Membawa alat kepada pasien
4. Menyiapkan lingkungan
5. Mengatur posisi pasien
6. Menentukan dan menghapus hamakan lokasi suntikan
7. Menusukkan jarum suntik dengan sudut 45O-90O
8. Melakukan aspirasi (menarik penghisap sedikit)
9. Memasukkan obat perlahan-lahan
10. Mencabut jarum kemudian melakukan masage pada daerah
suntikan
11. Merapikan pasien dan alat
12. Mendokumentasikan hasil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Tempat penyuntikan :
1. Lengan atas sebelah luar, 1/3 bagian dari bahu
2. Paha sebelah luar, 1/3 bagian dari sendi panggul
3. Daerah perut, sekitar pusat
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

SOP DISAHKAN OLEH


PEMERINTAH DAERAH MEMASANG NGT (NASO GASTRIL KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA TUBE) ATAU PENDUGA LAMBUNG SAKIT UMUM
DINAS KESEHATAN Nomor Standar Operasional Prosedur : RUFAIDAH AL-

Tanggal Pembuatan : ISLAMIYAH

Tanggal Revisi : - YOGYAKARTA AL-


RS UMUM RUFAIDAH AL-
Tanggal Efektif : ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Memasukkan NGT (Penduga lambung) melalui hidung ke dalam
PENGERTIAN lambung.
1. Memberi makanan dan obat-obatan.
2. Membilas/mengumbah lambung
Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemasang NGT
TUJUAN 1. Membilas/mengumbah lambung
2. Memberi makanan dan obat-obatan.
-1 Perawat yang terampil
KEBIJAKAN -2 Tersedia alat-alat lengkap
Persiapan alat :
URAIAN PROSEDUR
1. NGT 9. STETOSCOPE
2. PLESTER 10. SPUIT 10 CC
3. GUNTING 11. AQUADES DALAM KOM
4. BENGKOK 12. CORONG
5. SARUNG TANGAN 13. SPATEL
6. AQUA JELLY 14. KASA
7. PERLAK + PENGALAS 15. OBAT- OBATAN/
8. ALAT TULIS MAKANAN YANG AKAN
DIMASUKAN

PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan tujuan pemasangan NGT pada keluarga pasien
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien
3. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien
4. Memasang perlak + pengalas pada daerah dada
6. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
7. Mengukur dan memberi tanda pada NGT yang akan
dipasang lebih kurang 40-45 cm (diukur mulai dahi s/d
proxesus xypoideus)
8. Mengolesi NGT dengan aquaJelly sepajang 15 cm dari ujung
NGT
9. Memasukkan NGT malalui lubang hidung dan pasien
dianjurkan untuk menelan (jika pasien tidak sadar tekan
lidah pasien dengan spatel) masukan NGT sampai pada batas
yang sudah ditentukan sambil perhatikan keadaan umum
pasien.
10. Cek posisi NGT (apakah masuk di lambung atau di paru-
paru) dengan 3 cara:
a. Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika cairan
bercampur isis lambung berarti sudah masuk kelambung,
b. Memasukan ujung NGT (yang dihidung) kedalam air dalam
kom bila ada gelembung berarti NGT dalam paru-paru
c. Petugas memasukan gelembung udara melalui spuit
bersamaan dilakukan pengecekan perut dengan stetoskop
untuk mendengarkan gelembung udara di lambung
11. Memasang corong (yang sudah dibilas dengan air hangat),
kemudian memasukan obat-obatan/makanan
12. Melepas corong, menutup NGT dengan spuit 10 cc.
13. Merapikan alat-alat dan pasien kemudian sarung tangan
dilepas.
14. Mendokumentasikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


1. NGT / Sonde dipasang selama 7 hari (ganti setiap 7 hari sekali)
UGD
UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH SOP DISAHKAN OLEH

KABUPATEN YOGYAKARTA PEMBERIAN OBAT PER INJEKSI KEPALA RUMAH

DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM


Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif YOGYAKARTA AL-
:
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL ISLAMIYAH

ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1


Zahra Fadhila
Tatacara pemberian obat per injeksi
PENGERTIAN Memasukkan obat injeksi secara IM, IV, SC den IC.

Sebagai acuan untuk pemberian obat per injeksi.


TUJUAN
1. Ada petugas ruangan yang terampil.
KEBIJAKAN 2. Tersedia alat injeksi yang cukup.
3. Tersedia obat-obatan yang diperlukan
PERSIAPAN ALAT :
URAIAN PROSEDUR 1. Bak spuit 6. Pembendung/stuing
2. Spuit sesuai dengan kebutuhan 7. Bengkok
3. Obat suntik (siap pakai) 8. Bad side/plester
4. Kapas desinfektan 9. Buku injeksi
5. Alas/perlak 10. Gunting
PENATALAKSANAAN
1. Membaca daftar obat klien.
2. Perawat cuci tangan.
3. Mengambil spuit.
4. Melarutkan lebih dahulu obat yang perlu dilarutkan
(mempeRSUpkn obat ).
5. Membaca kembali daftar obat, kemudian melakukan
desinfektan dengan kapas alkohol :
- Leher botol/ ampul sebelum digergaji
- Karet penutup flakon ( botol obat )
6. Spuit diisi obat sesuai dengan dosis yang telah ditentukan
7. Mengatur posisi klien.
8. Permukaan kulit yang disuntik didesinfektan dengan alkohol.
9. Menenangkan kulit
10. Memasukan jarum tegak lurus (25 -90O) pada permukaan
kulit.
11. Menarik menghisap spuit sedikit (IM, SC), bila tidak ada
darah, obat dimasukkan perlahan-1ahan sedangkan IV kalau
ada darah harus dimasukan secara perlahan.
12. Setelah obat masuk semua, jarum dicabut, bekas tusukan
jarum ditekan dengan kapas alkohol.
13. cuci tangan kemudian catat pada buku injeksi dan mencatat
di status
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH SOP DISAHKAN OLEH

KABUPATEN YOGYAKARTA PEMBERIAN OBAT PER ORAL KEPALA RUMAH

DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM


Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif YOGYAKARTA AL-
:
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL ISLAMIYAH

ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1


Zahra Fadhila
Memberikan pengobatan melalui mulut, guna mendapatkan hasil
PENGERTIAN yang optimal

Sebagai acuan pemberian obat secara per oral


TUJUAN
Tersedianya obat-obatan yang diperlukan pasien
KEBIJAKAN
PERSIAPAN ALAT :
URAIAN PROSEDUR 1. Obat sesuai kebutuhan (puyer, tablet, kapsul,)
2. Sendok Dari pasien
3. Gelas dengan air minum dari pasien
4. Lap bersih/tisu dari pasien

PENATALAKSANAAN :
1. Memberitahu pasien
2. Menyiapkan obat
3. Perawat cuci tangan
4. Memeriksa kembali obat yang telah disiapkan dan
dicocokkan dengan nama pasien dan ruangannya
5. Memberikan langsung obat kepada pasien dan ditunggu
sampai obat tersebut betul-betul ditelan habis oleh pasien
6. Observasi respon pasien
7. Alat-alat dibersihkan dan dibereskan
8. Perawat cuci tangan

RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES


UNIT TERKAIT

RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH SOP DISAHKAN OLEH


KABUPATEN YOGYAKARTA MEMINDAHKAN PASIEN DARI KEPALA RUMAH
DINAS KESEHATAN KURSI RODA KE TEMPAT TIDUR SAKIT UMUM

Nomor Standar Operasional Prosedur : RUFAIDAH AL-

Tanggal Pembuatan : ISLAMIYAH

Tanggal Revisi : - YOGYAKARTA AL-


RS UMUM RUFAIDAH AL-
Tanggal Efektif : ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Membantu pasien pindah dari kursi roda ke tempat tidur.
PENGERTIAN Membatasi atau menghindari pergerakan pasien sesuai keadaan
fisik atau diagnosanya.
Sebagai acuan dalam melakukan pemindahan pasien dari kursi
TUJUAN roda ke tempat tidur
Pasien dalam keadaan keterbatasan pergerakan dan harus
KEBIJAKAN didampingi perawat serta melibatkan keluarga pasien dalam
proses pemindahan
PERSIAPAN ALAT :
URAIAN PROSEDUR -1 Tempat tidur sudah disiapkan.
-2 Dua atau satu orang perawat.
PENATALAKSANAANr :
-3 Memberi tahu pasien.
-4 Mengunci kursi roda.
-5 Melipat/menyampingkan kaki kursi rida agar kaki pasien
tidak terhalang waktu berdiri.
-6 Perawat berdiri didepan pasien , jika diperlukan keluarga
dilibatkan dalam proses pemindahan pasien dari kursi roda
ke tempat tidur
-7 Kedua tangan perawat memegang pinggang pasien dan
kedua tangan pasien memegang bahu perawat
-8 Membantu pasien berdiri dan keluar dari kursi roda.
-9 Memagang pinggang pasien dengan tangan kanan dan
tangan kiri pasien memeluk bahu perawat.
-10 Mendudukkan pasien ditempat tidur.
-11 Menahan punggung pasien dengan satu tangan dan tangan
yang lain membantu mengangkat kedua kaki pasien
diletakkan diatas tempat tidur, lalu dibaringkan.
-12 Merapikan pasien.
-13 Mengembalikan kursi roda ketempat semula.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
-14 Sebelum dan sesudah melakukan, perawat harus mencuci
tangan.
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

SOP DISAHKAN OLEH


PEMERINTAH DAERAH MENGHITUNG JUMLAH NADI KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA DAN PERNAFASAN SAKIT UMUM
DINAS KESEHATAN Nomor Standar Operasional Prosedur : RUFAIDAH AL-

Tanggal Pembuatan : ISLAMIYAH

Tanggal Revisi : - YOGYAKARTA AL-


RS UMUM RUFAIDAH AL-
Tanggal Efektif : ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Menghitung jumlah nadi dan pernafasan pasien selama 1 menit
PENGERTIAN Untuk mengetahui volume, rytme, jumlah nadi, pernafasan per
menit.
Sebagai acuan untuk penghitungan jumlah nadi dan
TUJUAN pernafasan
Tersedia jam tangan dengan petunjuk detik dan timer
KEBIJAKAN
PERSIAPAN ALAT :
URAIAN PROSEDUR 1. Jam tangan
2. Timer
PENATALAKSANAAN NADI :
1. Perawat cuci tangan.
2. Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang, bila
memungkinkan (mengatur posisi tangan),
3. mencari denyut pada pergelangan tangan (arteri radilais)
sambil melihat jam.
4. Menghitung denyut nadi, dapat dilakukan pada arteri
radialis, menutup selama 1 menit.
5. Observasi volume, nadi, rytme dan irama nadi.
6. Menghitung selama 1 menit nadi.
7. Mencatat hasil observasi kedalam catatan perawat.
8. Perawat cuci tangan.

PENATALAKSANAAN MENGHITUNG RESPIRASI :


1. Perawat cuci tangan.
2. Pasien dibaringkan dalam posisi terlentang, kecuali pasien
sesak nafas bisa didudukkan
3. Tekan tombol timer.
4. Menghitung respirasi selama 1 menit.
5. Menghitung selama 1 menit nadi.
7. Mencatat hasil observasi kedalam catatan perawat.
8. Perawat cuci tangan.

RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES


UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

SOP DISAHKAN OLEH


PEMERINTAH DAERAH
PENATALAKSANAAN LUKA KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA
ROBEK SAKIT UMUM
DINAS KESEHATAN
Nomor Standar Operasional Prosedur : RUFAIDAH AL-

Tanggal Pembuatan : ISLAMIYAH

Tanggal Revisi : - YOGYAKARTA AL-


RS UMUM RUFAIDAH AL-
Tanggal Efektif : ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL
ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1
Zahra Fadhila
Memberikan tindakan pertolongan pada luka robek dennga cepat
PENGERTIAN dan tepat

Sebagai acuan dalam melakukan pengobatan luka dalam


TUJUAN Mencegah komplikasi dan infeksi nosokomial
1. Perawat yang terampil
KEBIJAKAN 2. Alat-alat yang lengkap
PERSIAPAN ALAT STERIL :
URAIAN PROSEDUR HEACHTING SET :
1. Pinset anatomi 8. Kapas
2. Pinset chirurge 9. Benang – cargut - silk
3. Gunting 10 Jarum
4. Naald foulder 11. Hand scoe
5. Bengkok 12. Spuit 3 cc
6. Kom kecil 13 Klem anatomi
7. Kassa
BAKI/POLEY BERISI ALAT NON STERIL :
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban
4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine, alkohol,
savlon)
5. Obat luka sesuai kebutuhan
6. Tempat sampah
7. lidokain injeksi sebagai anasthesi
8. NaCl
PELAKSANAAN :
1. Memberitahu pasien dan keluarga + inform concern
2. Perawat cuci tangan
3. Mengatur posisi (perawat memakai hand scoen)
4. Perawat membersihkan luka denga NaCl
5. mendesinfektan luka dan sekitarnya dengan betadin
6. menganastesi luka dengan lidokain, kemudian lakukan
heacting
7. Menutup luka dengan cara dibalut/diplester
9. Mencatat kegiatan dan hasil observasi
10. Klien dirapikan
11. Alat dibereskan dan dibersihkan
12. Perawat cuci tangan
UGD, Poliklinik
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH DISAHKAN OLEH


MENGUKUR TEKANAN DARAH KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM
Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
YOGYAKARTA AL-
Tanggal Efektif :
RS UMUM RUFAIDAH AL- ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA
Halaman : 1
Zahra Fadhila
Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan
PENGERTIAN Tensimeter
Untuk mengetahui ukuran tekanan darah pasien.
Sebagai acuan untuk pengukuran tekanan darah.
TUJUAN
-1 Ada petugas yang terampil
KEBIJAKAN -2 Tersedia alat tensimeter
persiapan alat :
URAIAN PROSEDUR 1. stestoskop
2. tensi meter lengkap
3. buku catatan
4. alat tulis

penatalaksanaan :
1. Memberi tahu pasien.
2. Lengan baju dibuka atau digulung.
3. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa
karetnya berada disisi luar tangan.
4. Pompa tensimeter dipasang.
5. Denyut arteri brachialis diraba lalu stetoskope ditempatkan
pada daerah tersebut.
6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka,
selanjutnya balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa didalam pipa gelas naik.
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan sambil memperhatikan
turunnya air raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan
terakhir.
8. Hasil dicatat.

RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES


UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

DISAHKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA RSU
YOGYAKARTA
RUFAIDAH AL-
Nomor Standar Operasional Prosedur
DINAS KESEHATAN
ISLAMIYAH
:
YOGYAKARTA
Tanggal Pembuatan :
Tanggal Revisi : -
Tanggal Efektif :

RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH


YOGYAKARTA
Halaman : 1

Zahra Fadhila

Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya bagian


PENGERTIAN tertentu yang dianggap perlu

Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pemeriksaan fisik


TUJUAN

KEBIJAKAN
BAGIAN TUBUH YANG DIPERIKSA :
URAIAN PROSEDUR
1. Rambut 2. Extermitas /atas/ bawah
3. Kepala 4. Genetalia
5. Muka 6. Telinga
7. Mata 8. Leher
9. Hidung 10. Dada
11. Mulut 12. Perut / abdomen
Selain pemeriksaan di atas perlu diperhatikan juga gejala-gejala
objektif pasien, misalnya :
- Sikap pasien : ketakutan, apatis dan sejenisnya.
- Sikap tubuh : biasa, lordosa atau kyposa

CARA PEMERIKSAAN :
- Melihat (inspeksi) - Meraba (palpasi)
- Mengetuk (perkusi - Mendengar (Auskultasi)

PERSIAPAN :
- Alat :
Lampu baterey Stetoskop
Spatel lidah Bengkok
Sarung tangan dan Kom berisi larutan desinfektan
vaselin
Refleks hammer Tensi meter
Termometer Catatan medik
Buku catatan perawat Blangko resep dan blangko pemeriksaan
lanjutan

- Pasien :
- Pasien diberi tahu
- Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

PELAKSANAAN :
- Gorden dan sampiran dipasang.
- Lakukan anamnesa lanjutan pemeriksaan daerah kepala.
- Pasien dibantu membuka baju, kemudian dilakukan
pemeriksaan daerah dada setelah selesai baju dipasang
kembali.
- Pakaian pasien bagian bawah diturunkan, kemudian
dilakukan pemeriksaan bagian perut dan sekitarnya, setelah
selesai pakain bawah dipasang kembali.
- Selanjutnya pemeriksaan dilakukan terhadap tungkai pasien
dengan menggunakan refleks hammer.
- Tekanan darah diukur bila perlu.
- Setelah pemeriksaan selesai pasien dirapikan.
- Peralatan dibereskan kembali dan dikembalikan ke
tempat semula.
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH DISAHKAN OLEH


PENGGANTIAN SPREY PASIEN KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM
Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
RS UMUM RUFAIDAH AL- Tanggal Efektif YOGYAKARTA AL-
:
ISLAMIYAH YOGYAKARTA AL ISLAMIYAH

ISLAMIYAH YOGYAKARTA Halaman : 1


Zahra Fadhila
Menciptakan rasa nyaman dalam usaha untuk mencegah adanya
PENGERTIAN nosokomial dengan pergantian sprey dalam jangka waktu yang
sudah ditentukan
Sebagai acuan dalam penatalaksanaan menggantian sprey.
TUJUAN 1. Sprey diganti secara rutin setiap 3 hari.
2. Memberikan pelayanan Prima.
Dibawah tanggungjawab dan pengawasan Ka. Ruang masing-
KEBIJAKAN masing.
Persiapan alat :
URAIAN PROSEDUR 1. sprey yang siap pakai (sarung bantal, selimut dan perlak)
2. kebah (pembersih debu)
3. keranjang linen kotor

Penatalaksanaan :
1. Pasien dan keluarga diberi penjelasan
2. Perawat cuci tangan
3. Selimut pasien diletakkan dikursi
4. Pasien dimiringkan
5. Sprei digulung sampai dibawah punggung bersama
perlak.
6. Bersihkan bila ada kotoran diatas kasur
7. Pasang sprey bersama perlak
8. Pasien dimiringkan ke lain sisi dan ambil gulungan srey/
perlak yang kotor
9. Tarik sprey yang bersih dan dirapikan
10. Pasien di kembalikan pada posisi semula
11. Sarung bantal/ guling juga diganti dan bereskan tempat
kotor dibawa kebelakang
12. Perawat cuci tangan.

Bagian Cucian
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH DISAHKAN OLEH


PENGATURAN OPERAN JAGA KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM
Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
YOGYAKARTA AL-
Tanggal Efektif :
RS UMUM RUFAIDAH AL- ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA
Halaman : 1
Zahra Fadhila
PENGERTIAN Pengaturan operasi jaga adalah tata cara serah terima jaga.
Protap ini disusun sebagai acuan dalam :
TUJUAN 1. Menjaga kestabilan pelayanan yang berhubungan dengan
kolabirasi dengan medis
2. Meningkatkan komunikasi antar perawat, perawat dengan
penderita dan keluarga.
KEBIJAKAN Persyaratan SMM ISO 9001 : 2000

1. Petugas shift selanjutnya datang langsung


URAIAN PROSEDUR ambil buku laporan harian, petugas jaga sebelumnya
memberikan waktunya untuk keliling timbang terima
penderita : mengenai advis dokter dan tindakan selanjutnya ke
penderita.
2. Sebagian dari petugas, ada yang operan alat-
alat dan yang lain perlu dioperkan di ruang jaga.
UNIT TERKAIT Bagian keperawatan
RAWAT INAP

PEMERINTAH DAERAH DISAHKAN OLEH


PENERIMAAN PASIEN BARU KEPALA RUMAH
KABUPATEN YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN SAKIT UMUM
Nomor Standar Operasional Prosedur :
RUFAIDAH AL-
Tanggal Pembuatan :
ISLAMIYAH
Tanggal Revisi : -
YOGYAKARTA AL-
Tanggal Efektif :
RS UMUM RUFAIDAH AL- ISLAMIYAH
ISLAMIYAH YOGYAKARTA
Halaman : 1
Zahra Fadhila
Menerima pasien RSU untuk dirawat sesuai yang berlaku
PENGERTIAN dirawat inap

- Sebagai acuan dalam protap perwatan dasar langsung


TUJUAN
a. Ada Petugas.
KEBIJAKAN b. Ruang Penerimaan Pasien.
c. Ruang Tindakan.
1. Persiapan :
URAIAN PROSEDUR a. Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
b. Lihat kondisi pasien (bisa berdiri, duduk atau
berbaring)
c. Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui
anamnese dan pemeriksaan fisik.
d. Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.
e. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata
tertib yang berlaku di Puskesmas serta orientasi keadaan
ruangan/fasilitas yang ada.
f. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan
medik dan catatan perawatan pasien.
g. Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang
segera dilakukan.
UNIT TERKAIT UGD
DISAHKAN OLEH
RAWAT INAP
KEPALA RSU

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA RUFAIDAH AL-


PERAWATAN DASAR LANGSUNG ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
DINAS KESEHATAN YOGYAKARTA
Nomor Standar Operasional Prosedur :
Tanggal Pembuatan :
Tanggal Revisi : -
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH Tanggal Efektif
YOGYAKARTA
Halaman : 1 Zahra Fadhila
1. Menerima pasien baru
PENGERTIAN Menerima pasien yang baru masuk RSU untuk dirawat sesuai
yang berlaku
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tubuh pasien secara keseluruhan atau hanya
bagiantertentu yang dianggap perlu
TUJUAN - Sebagai acuan dalam protab perwatan dasar langsung

a. Ada Petugas.
KEBIJAKAN d. Ruang Penermaam Pasien.
e. Ruang Tindakan.
a. Menerima pasien
URAIAN PROSEDUR baru
Persiapan :
- Pasien dan keluarganya diterima dengan ramah.
- Bila pasien dapat berdiri, atau berat badan sebelum
penderita dibaringkan.
- Selanjutnya lakukan pengkajian data melalui
anamnese dan pemeriksaan fisik.
- Laporan pasien pada penanggung jawab ruangan.
- Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tata
tertib yang berlaku di RSU serta orientasi keadaan
ruangan/fasilitas yang ada.
- Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan
medik dan catatan perawatan pasien.
- Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang
segera dilakukan.
b. Pemeriksaan fisik
Bagian tubuh yang diperiksa :
- Kulit - Telinga
- Rambut - Tenggorok
- Kuku - Leher
- Muka - Dada
- Mata - Tulang belakang
- Hidung - Abdomen
- Mulut - Anggota gerak

Selain pemeriksaan di atas perlu diperhatikan juga gejala-gejala


objektif pasien, misalnya :
- Sikap pasien : ketakutan, apatis dan sejenisnya.
- Sikap tubuh : biasa, lordosa atau kyposa

Cara pemeriksaan :
- Melihat (inspeksi) - Meraba (palpasi)
- Mengetuk (perkusi - Mendengar

Persiapan :
- Alat :
 Lampu baterey
 Slatel lidah
 Sarung tangan dan vaselin
 Refleks hammer
 Termometer
 Stetoskom
 Bengkok
 Kom berisi larutan desinfektan
 Tensi meter
 Buku catatan perawat
 Catatan medik
 Blangko resep dan blangko pemeriksaan lanjutan

- Pasien :
 Pasien diberi tahu
 Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.

- Pelaksanaan :
 Gorden dan sampiran dipasang.
 Lakukan anamnesa lanjutan pemeriksaan daerah kepala.
 Pasien dibantu membuka baju, kemudian dilakukan
pemeriksaan daerah dada setelah selesai baju dipasang
kembali.
 Pakaian pasien bagian bawah diturunkan, kemudian
dilakukan pemeriksaan bagian perut dan sekitarnya,
setelah selesai pakain bawah dipasang kembali.
 Selanjutnya pemeriksaan dilakukan terhadap tungkai
pasien dengan menggunakan refleks hammer.
 Tekanan darah diukur bila perlu.
 Setelah pemeriksaan selesai pasien dirapikan.
 Peralatan dibereskan kembali dan dikembalikan ke tempat
semula.
RAWAT JALAN, UGD, KABER, PUSTU/POLINDES
UNIT TERKAIT
DISAHKAN OLEH
RAWAT INAP
KEPALA RSU

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA SOP RUFAIDAH AL-

YOGYAKARTA PASIEN KELUAR RAWAT INAP ISLAMIYAH

DINAS KESEHATAN YOGYAKARTA


Nomor Standar Operasional Prosedur :
Tanggal Pembuatan :
Tanggal Revisi : -
Tanggal Efektif :
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA YOGYAKARTA
Halaman : 1 Zahra Fadhila

Pasien keluar adalah :


PENGERTIAN 1. Pulang sembuh (selesai pengobatan)
2. Pulang paksa (pasien / keluarga pasien meminta pulang
walau belumk sembuh)
3. Dirujuk ke RS
4. Meninggal
Sebagai pedoman dalam proses pasien keluar dari rawat inap
TUJUAN RSU dan adminstrasi pasien keluara rawat inap
Administrasi yang berkaitan dengan jenis pembayaran pasien,
KEBIJAKAN dilakukan sesuai pedoman yang berlaku dan harus dicukupi
sebelum pasien pulang
1. Pasien yang dinyatakan pulang atau keluar rawat inap
URAIAN PROSEDUR oleh dokter, pihak keluarga dapat mengurus penyelesaian
administrasi di bagian loket rawat inap pada jam kerja.
2. Perawat mengembalikan status pasien ke petugas loket
rawat inap dan bila pasien masih dinfus, maka perawat5
melepaskan infuse set dahulu
3. Petugas loket mebuat perincian pembayaran sesuai tariff
dan mebuatkan surat control untuk pasien
4. Apabila pasien pulang paksa maka keluarga
menandatangani pernyaataan pulang paksa dengan
disertai alasan yang ditulis oleh keluarga pasien pada
ststus rawat inap. Perawat memberikan stempel pulang
paksa pada status rawat inap.
5. Pasien yang masih mendapatkan obata maka perawat
menyerahkan obat tersebut kepada pasien / keluarga
pasien untuk diteruskan dirumah, sebelumnya diberikan
konseling mengenai aturan penggunaan obat selama
dirumah.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pasien keluar dengan jaminan pemeliharaan kesehatan
seperti askes PNS / social, Askeskin / SKTM
diperbolehkan pulang jika sudah melengkapi administrasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Loket rawat inap
UNIT TERKAIT
RAWAT INAP
DISAHKAN OLEH
KEPALA RSU
PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA PERAWATAN LUKA BAKAR
RUFAIDAH AL-
YOGYAKARTA
ISLAMIYAH
Nomor Standar Operasional Prosedur :
DINAS KESEHATAN
YOGYAKARTA
Tanggal Pembuatan :
Tanggal Revisi : -
Tanggal Efektif :
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Halaman : 1

Zahra Fadhila
Kriteria Diagnosis
PENGERTIAN Kerusakan kulit akibat trauma panas, listrik, kimia dan radiasi

Sebagai acuan tatalaksana penderita luka bakar


TUJUAN
Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter spesialis bedah
KEBIJAKAN
Penatalaksanaan di IRD
URAIAN PROSEDUR Pertolongan pertama pada penderita luka bakar:
1. Bebaskan penderita dari kontak dengan penyebab luka
bakar dengan melepaskan semua baju dan barang yang
melekat di tubuh.
2. Pemeriksaan ABC (Airway, Breathing, Circulation)

Airway (Jalan napas)


Bebaskan dari gangguan jalan napas atas (oedema jalan napas
atas)

Breathing (pernapasan)
1. Periksa adanya gangguan pernapasan akibat trauma
inhalasi.
2. Bila perlu pemakaian endotracheal inkubasi atau
tracheostomi.
Circulation
1. Bila penderita dalam keadaan shock: ditanggulangi
dengan pemberian cairan infus (RL), grojok. Bila perlu
perlu pasang lebih dari satu tempat infus.
2. Setelah shock teratasi, berikan cairan dengan Rumus
Bexter (RL) 4 cc/Kg.BB/luas /luka bakar)
PERAWATAN LUKA PADA LUKA BAKAR
1. Dilakukan debridement luka
2. Dimandikan atau dibersihkan dengan desinfektan ringan
3. Bulla dipecah bila keruh atau besar (>= 5 cm)
4. Setelah bersih luka diolesi dengan salep SSD (Silver
Sulfat Diazine) (Perawatan secara terbuka).
5. Penderita dibawa keruangan dengan dialasi dan
dikerudungi kain yang serba steril.
6. Obat lain : analgetika/sedativa, kalau perlu pemberian anti
biotika spektrum luas sebagai profilaksis.
UGD
UNIT TERKAIT

5. Kebutuhan Bed Dan Tenaga Kerja Icu Di Ruang Rawat Inap Anak RSU Rufaidah
Al-Islamiyah Yogyakarta
Ruang inap anak memiliki 6 ruangan, 5 ruangan untuk kelas II dan II, dan 1 ruangan untuk
kelas I
Ruangan untuk kelas II dan III memiliki 4 bed, jika ditotal 5 ruangan x 4 bed = 20 bed dan
ruangan untuk kelas I memiliki 2 bed
Jika di total di ruangan rawat inap memiliki 22 bed
Cara menentukan jumlah tenaga keperawatan menggunakan rumus Douglas
Ruang rawat inap anak Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta memiliki 22 pasien dengan
klasifikasi sebagai berikut : 4 orang pasien dengan klasifikasi minimal, 15 orang pasien
dengan klasifikasi parsial, dan 3 orang pasien dengan klasifikasi total, Jumlah perawat yag
dibutuhkan di ruangan adalah :
Jumlah perawat dinas pagi
4 x 0,17 = 0,68
15 x 0,27 = 4,05 5,81
3 x 0,36 = 1,08
Jumlah perawat dinas siang
4 x 0,14 = 0,56
15 x 0,15 = 2,25 3,71
3 x 0,30 = 0,9

Jumlah perawat dinas malam


4 x 0,07 = 0,28
15 x 0,10 = 1,5 2,38
3 x 0,20 = 0,6
Total perawat yang dibutuhkan dalam 1 hari = 11,9 perawat

Kebutuhan Dokter di Ruang Rawat Inap Anak RSU Rufaidah Al-Islamiyah


Yogyakarta
Dokter yang dibutuhkan adalah dokter spesialis anak dengan jumlah 5 dokter, dengan
penentuan shift :
Dinas pagi : 1 dokter
Dinas siang : 1 dokter
Dinas sore 1 dokter
Dinas malam : 1 dokter
Lepas malam : 1 dokter
RUANG PERINATOLOGI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA
1. Visi Dan Misi Ruang Perinatoloi RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta

Visi:
Menjadi unit dengan mengedepankan mutu, profesionalisme, dan kepuasan klien
Misi:
Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan mengedepankan keselamatan serta
kenyamanan pasien.
Menyediakan fasilitas, peralatan, dan sarana prasarana penunjang yang mutakhir.
2. Jobdesc Kepala Ruangan Perinatologi/PICU/NICU
1) Pengertian
Seorang tenaga keperawatan Profesional yang bertanggung Jawab dan berwenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan diruang Perinatoogi/PICU/NICU.
2) Fungsi
Memimpin, Mengatur, Mengawasi, Membimbing pelaksanaan pelayanan keperawatan
diunit perawatan Perinatologi/PICU/NICU dengan melakukan perencanaan,
koordinasi,pengawasan, pengarahan dan evaluasi serta meningkatkan mutu pelayanan
perawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. (Lesmana. 2018)
3) Persyaratan dan kualifikasi.
a. L/P
b. .Minimal Usia 25 tahun
c. Akademi Keperawatan atau S1 Keperawatan dengan dasar D Keperawatan.
d. Pengalaman bekerja di Rumah Sakit Mitra Keluarga Group lebih dari 5
Tahuntermasuk 2 Tahun pada sesi pelayanan tersebut.
e. Memiliki sertifikat KD, Perinatologi/ICU/NICU, Resusitasi Neonatus dan
Neonatuspada anak.
f. Memiliki surat izin kerja yang sesuai peraturan perundangan yang berlaku (SIP
danSIK)
g. Tidak terlibat masalah hukum.
h. Berkelakuan Baik
i. Komitmen terhadap Visi Misi RS
4) Lingkup Tugas
a. Bertanggung Jawab atas seluruh staf Perinatologi/PICU/NICU
b. Bertanggung Jawab Penuh (24 jam/hari) terhadap mutu Pelayanan Keperawatan.
c. Memberikan Pelayanan atau Alternatif melaksanakan proses pelayanan Keperawatan.
d. Mengevaluasi sumber daya peralatan, SDM, Metodee. Memelihara Hubungan Kerja
dengan bagian lain.
5) Uraian Tugas
a. Merencanakan tenaga dan membuat jadwal kerja sesuai jumlah dan kualitas
kebutuhanlayanan asuhan keperawatan sehingga layanan dapat terlaksana secara
optimal.
b. Memonitor dan membagi tugas pada staf tentang pemeliharaan peralatan, mesin,
alkes,dan obat inventaris ruangan agar jumlah dan kualitasnya siap pakai dan sesuai
standar.
c. Memelihara kebersihan dan tata ruang di unitnya sesuai standar 5R (Resik,
Rawat,Rajin, Ringkas, Rapi).
d. Membina seluruh staf yang ada di unitnya agar melaksanakan proses kerja
sesuaiperaturan tata tertib di bidang keperawatan.
e. Membina dan pengembangan seluruh staf di unitnya.
f. Melaksanakan evaluasi dan membuat laporan hasil kerja dan kualitas sumber
dayamanusia.
g. Berpartisipasi dalam perencanaan tahunan bidang keperawatan.
h. Mendiskusikan hal-hal penting dengan atasan langsungnya guna
memeliharapenampilan kualitas layanan di unitnya.
i. Melakukan pertemuan berkala bersama semua staf minimal 1x setiap bulan.
j. Melakukan penyelidikan bila ditemukan suatu masalah dalam pelaksanaan
pelayanankepada pasien dan membuat laporan.
k. Sebagai humas untuk bagiannya / unitnya.
l. Memberi saran atau alternatif pada penanggung jawab kelompok.
m. Mendiskusikan hal-hal khusus yang penting dengan atasan langsungnya.
n. Mengusulkan perubahan-perubahan mengenai standar prosedur yang tidak
sesuaidengan perkembangan tekhnologi dan praktek lapangan.
3. Kriteria Perawat Perinatologi RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta
1) Wanita
2) Usia minimal 20 tahun
3) Lulusan minimal D3 Keperawatan
4) Mempunyai sertifikat BTCLS
5) Berpenampilan menarik
6) Mampu bekerja individu dan tim
7) Ramah dan supel
8) Jujur dan bertanggung jawab
9) Berpengalaman minimal 1 tahun di perinatologi (fresh graduate dipersilahkan)

4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERINATOLOGI

PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian Penanganan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir dengan
persalinan spontan atau dengan tindakan (Vacum Ekstraksi, Forcep)
atau bayi yang lahir dengan cara Sectio Caesar
2. Tujuan 2.1 Merangsang dan mempertahankan pernafasan normal (RR : 40
– 60 kali/menit, nafas spontan dengan irama regular
2.2 Mempertahankan suhu tubuh normal (36,5 - 370C)
2.3 Mencegah terjadinya komplikasi / infeksi
3. Kebijakan 3.1 Dilakukan pada semua bayi baru lahir yang lahir di Rumah
Sakit
Umum Daerah Majalengka
3.2 Petugas yang menangani adalah perawat / bidan ruang Perinatal
3.3 Penanganan bayi baru lahir dilakukan di tempat bayi lahir
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat : Pengisap lendir, Stetoscope, Termometer,
Metline, Timbangan bayi, Waslap, Baby Oil/minyak,
Selimut/pakaian bayi, Umbilical clamp, Kapas alcohol, Kasa
steril, Aquadest, Ambu bag, Dispossible 1cc (2 buah),
Dispossible 5cc (1 buah), Dispossible 10cc (1 buah), ETT (1
set), Catatan kecil, kain planel 3 lembar (diasiapkan dari rumah
sakit), gunting tali pusat, pengikat tali pusat, nasal kanul
4.2 Persiapan obat : Oksigen central/Tabung kanul, Aminophillin,
Epinefrin, Meylon 84 (Natrium Bicarbonat), Vitamin injeksi
4.3 Persiapan tempat : Infant Warmer/Meja tindakan dengan lampu
sorot berkekuatan 45-60 cm, Suhu ruangan diatas 24-260 cc
4.4 Penatalaksanaan :
4.4.1 Dekatkan alat-alat dan obat-obatan dengan meja
tindakan
4.4.2 Kenakan pakaian khusus
4.4.3 Cuci tangan
4.4.4 Pakai sarung tangan
4.4.5 Bentangkan duk kecil diatas tangan
4.4.6 Bawa bayi ke meja tindakan
4.4.7 Bantu DSA/dokter jaga mengisap lendir dari jalan nafas
4.4.8 Bersihkan bayi dengan waslap dan minyak, keringkan
dengan kain / handuk kering
4.4.9 Ikat / klaim tali pusat
4.4.10 Berikan penilaian APGAR score selama tindakan
4.4.11 Bantu DSA/dokter jaga melakukan resusitasi jika bayi
mengalami aspixia sesuai dengan derajat aspixia
4.4.12 Berikan terapi oksigen 2 – 3 ltr
4.4.13 Ukur tanda-tanda vital
4.4.14 Timbang BB, Ukur : TB, Lingkar kepala, Lingkar dada,
Lingkar perut, panjang tangan, PK frontal symphisis kaki
LLA
4.4.15 Lakukan pemeriksaan fisik
4.4.16 Bungkus bayi dengan kain bersih dan kering
4.4.17 Cuci tangan bawa bayi keruang perawatan
4.4.18 Berikan bayi therapy popilaksis (tetes mata) dan Vit K
IM sesuai dengan keadaan umum bayi
4.4.19 Hangatkan bayi dalam incubator
4.4.20 Berikan therapy sesuai dengan advis dokter
4.4.21 Pemeriksaan Laboratorium rutin : Hb, Leukosit,
Trombosit, dan Golongan Darah setelh bayi stabil dan
peeriksaan Laboratorium yang lai n sesuai dengan
indikasi
4.4.22 Lakukan rawat gabung bila diindikasikan
4.4.23 Catat hasil temuan/ observasi
4.4.24 Dokumentasikan hasil temuan dan askep yang telah
dilakukan dalam buku rekam medis
5. Unit Terkait 5.1 OK
5.2 VK
5.3 IGD
5.4 Ruang VIP
5.5 Ruang Bougenvil
5.6 Ruang Perinatal
MENYUSUKAN BAYI LANGSUNG PADA IBUNYA

1. Pengertian Membantu bayi menyusu pada ibunya dengan teknik yang benar
2. Tujuan 2.1 Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
2.2 Untuk merangsang refleks isap bayi
2.3 Untuk merangsang produksi ASI
2.4 Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
2.5 Mencegah terjadinya infeksi
2.6 Bayi mendapatkan zat antibody untuk kekebalan bayi
3. Kebijakan 3.1 Keberhasilan menyusui bagian dari manajemen pelayanan
kesehatan ibu dan bayi
3.2 Ibu dapat menyusui bayinya dalam 60 menit setelah melahirkan
3.3 Petugas yang melaksanakan tindakan adalah perawat/bidan di
Ruang Perinatal, Nifas, Bougenvile, VIP, Melati atau IGD
4. Prosedur 4.1 Persiapan Alat
4.1.1 Kapas bulat/kassa
4.1.2 Air dalam Kom
4.1.3 Bengkok
4.2 Persiapan Pasien
4.2.1 Bayi dirapihkan
4.2.2 Mengecek identitas bayi
4.2.3 Ibu diberitahu
4.2.4 Ibu disiapkan dalam keadaan bersih dan rapih
4.3 Persiapan Lingkungan
4.3.1 Jendela dan pintu ditutup
4.3.2 Memasang penyekat atau scherm
4.4 Pelaksanaan
4.4.1 Mencuci tangan
4.4.2 Ganti pakaian bayi jika kotor
4.4.3 Ibu disiapkan dalam posisi duduk yang nyaman
4.4.4 Bayi dibawa dan diberikan pada ibunya
4.4.5 Puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas
yang dibasahi dengan air matang
4.4.6 Mengecek pengeluaran ASI apakah memancar atau tidak,
ASI dikeluarkan sedikit lalu dioleskan ke sekitar puting
susu.
4.4.7 Bayi diletakan menghadap ke ibu dengan posisi :
- Perut bayi menempel pada perut ibu
- Dagu bayi menempel ke payudara ibu
4.4.8 Bayi disusukan dengan cara bergantian, payudara kiri
dan kanan sampai bayi merasa kenyang
4.4.9 Setelah selesai menyusu, mulut bayi dan sekitarnya di
bersihkan dengan kapas basah
4.4.10 Putting susu ibu dibersihkan dengan kapas basah
4.4.11 Bayi diangkat dan ditengkurapkan diatas bahu perawat
atau ibunya sambil ditepuk-tepuk punggungnya agar
sendawa
4.4.12 Bayi dan ibu dirapihkan
4.4.13 Bayi ditidurkan dengan posisi kepala dimiringkan
didekat ibunya (rawat gabung)
4.4.14 Bila pakaian bayi basah atau kotor diganti
5. Unit Terakait 5.1 Ruang Perinatologi
5.2 Ruang VK
5.3 Ruang Bougenvil
5.4 Ruang VIP
5.5 Ruang Melati
5.6 Ruang IGD
PENYULUHAN P2ASI TERHADAP IBU YANG
TELAH MELAHIRKAN / POST NATAL

1. Pengertian Memberikan penyuluhan P2-ASI kepada ibu-ibu yang telah


melahirkan
2. Tujuan Ibu dapat memberikan ASI semaksimal mungkin kepada bayinya
dan bisa melaksanakan dengan cara meneteki yang benar
3. Kebijakan 3.1 Mendukung pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk
kebijakan menyusui termasuk tanda rumah sakit Majalengka
saying ibu bayi
3.2 Memberikan penyuluhan P2 ASI merupakan bagian dari 10
langkah keberhasilan menyusui
3.3 Kegiatan penyuluhan dilakukan oleh petugas (perawat/bidan)
dimana ibu di rawat
4. Prosedur 4.1 Waktu
- Tiap hari jam 8.30 s/d selesai
- Tiap 1 minggu 1 x jam 9.00 s/d selesai
4.2 Tempat
- Di ruang Perinatologi
- Di ruang Teratai, tiap kamar
4.3 Metode
- Memberikan penyuluhan secara langsung dan tanya jawab
- Mengadakan ceramah
- Menggunakan alat bantu (gambar)
- Mengerjakan demonstrasi
- Mengadakan tanya jawab
4.4 Materi penyuluhan
- Menjelaskan manfaat colostrum dan ASI
- Menjelaskan makanan yang sehat dan bergizi
- Menjelaskan perawatan payudara
- Menjelaskan cara menetekan yang benar
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
(tidak dijadwal)
- Menganjurkan ASI diberikan ekslusif sampai 6 bulan
4.5 Sasaran
- Ibu menyusui
- Keluarga pasien
4.6 Evaluasi
- Ibu mengerti tentang manfaat colostrums dan ASI
- Ibu mengerti tentang makanan yang bergizi
- Ibu mengerti dan bisa melakukan perawatan payudara
- Ibu mengerti cara menetekan yang benar
- Ibu mengerti dan mau menetekan bayinya sesering mungkin
- Keluarga mendukung dengan adanya penyuluhan P2 ASI
- Ibu mengerti tentang pemberian ASI ekslusif sampai umur
bayi 6 bulan
5. Unit Terkait 5.1 Ruang Perinatologi
5.2 Ruang Nifas
5.3 Ruang Bougenvil
5.4 Ruang VIP
5.5 Klinik Laktasi
5.6 Klinik Kebidanan
PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B

1. Pengertian Suatu tindakan pemberian vaksin Hepatitis B pada bayi baru


lahir melalui intra muskuler
2. Tujuan Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit yang
disebabkan oleh virus Hepatitis B
3. Kebijakan Dilakukan pada setiap bayi sehat dengan berat badan ≥ 2000 gram
4. Prosedur A. Persiapan alat
- Sepasang sarung tangan bersih
- Alat suntik Prefilled Injection Device (PID), jenis alat suntik
yang telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabriknya, berisi
vaksin Hepatitis B 0,5 ml
- Kapas alkohol
B. Pelaksanaan
- Perawat / bidan mencuci tangan
- Gunakan sarung tangan bersih
- Posisikan bayi terlentang
- Keluarkan PID dari kemasan, dorong dan tekan dengan cepat
penutup jarum ke dalam port, jarak antara penutup jarum
dengan port akan hilang dan terasa ada klik
- Oleskan kapas alkohol di 1/3 paha luar (antero lateral) bayi
sebelah kanan
- Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari dan jari
telunjuk
- Buka penutup jarum, pegang PID pada port dan suntikan
jarum dengan sudut 90° di 1/3 paha luar (antero lateral) bayi
sebelah kanan
- Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk mengeluarkan
vaksin
- Sesudah reservoir kempes, tarik PID keluar
- Tekan paha yang telah di suntik dengan kapas alkohol
- Membereskan alat-lat
- Perawat/ bidan mencuci tangan
- Perawat/bidan mendokumentasikan hasil tindakan
5. Unit Terkait R. Perinatologi
PEMERIKSAAN RADIOLOGI / PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pengertian Mengantar bayi ke bagian Radiologi


2. Tujuan 2.1 Mempermudah untuk menentukan diagnose
2.2 Mempermudah untuk menentukan pengobatan
3. Kebijakan 3.1 Rumah Sakit Umum Rufaidah sebagai rumah sakit saying ibu
bayi harus memberikan pelayanan neonatus secara
komprehensif
4. Prosedur 4.1 Persiapan alat
4.1.1 Formulir pemeriksaan
4.1.2 O2 bila perlu
4.2 Cara kerja
4.2.1 Memberitahu keluarga bayi
4.2.2 Memberitahu petugas Radiologi
4.2.3 Mengisi formulir pemeriksaan dengan jelas mengenai :
- Nama bayi
- Umur
- Alamat
- Dokter yang meminta
- Jenis pemeriksaan
- No. Medrek
- Jenis kelamin
- Nama ruangan
- Membawa bayi ke bagian Radiologi, bila sesak memakai
O2.
- Menyerahkan lest bayi dan formulir pemeriksaannya
- Menidurkan bayi di meja pemeriksaan
- Menanggalkan pakaian bayi
- Memberitahu petugas Radiologi bahwa bayi telah siap
- Setelah selesai pemeriksaan bayi dirapihkan kembali dan
dibawa lagi ke ruangan
5. R. Perinatologi
RAWAT GABUNG

1. Pengertian Adalah perawatan dimana bayi baru lahir ditempatkan bersama


ibunya dalam suatu ruangan. Hal ini dimaksudkan agar bayi mudah
dijangkau oleh ibunya selama 24 jam/hari sehingga memungkinkan
pemberian ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhannya
2. Tujuan 2.1 Agar bayi segera mendapatkan Colostrum maupun Air Susu Ibu
2.2 Agar bayi memperoleh stimulasi mental dini demi tumbuh
kembang
2.3 Agar ibu mendapat pengalaman dalam hal merawat payudara
dan cara menyusui yang benar
2.4 Agar ibu dan keluarganya mendapatkan pengalaman cara
merawat bayi baru lahir
2.5 Agar bayi bisa mendapat ASI setiap saat ia inginkan
3. Kebijakan 3.1 Komunikasi antara petugas kesehatan dengan orang tua sangat
penting dalam menunjang kelancaran perawatan rawat gabung
3.2 Setiap tindakan yang akan dilakukan pada bayi harus
diinformasikan dengan jelas untuk mencegah terjadinya salah
persepsi dan mengurangi kecemasan orang tua
3.3 Jika tiba-tiba bayi menjadi bermasalah, perawat/bidan ruangan
nifas, Bougenvil, atau VIP konsul kepada dr spesialis anak atau
dr.jaga (diluar jam kerja).
4. Prosedur 4.1 Persiapan
4.1.1 Persiapan tempat
4.1.2 Box bayi
4.1.3 Alat tenun
4.1.4 Pakaian bayi
4.2 Bayi lahir ditangani sesuai dengan prosedur
4.3 Dokter spesialis anak memeriksa bayi atau mendelegasikan
dokter jaga untuk menentukan adanya indikasi rawat gabung
4.4 Semua yang memenuhi syarat untuk digabung bersama ibu
dengan memperhatikan kesiapan dan kondisi ibu, terutama ibu
post SC dengan anesthesia umum dan post partum spontan
dengan disertai penyakit
4.5 Bayi diletakkan di dekat ibunya
4.6 Perawat di ruang rawat gabung harus mengawasi agar bayi
disusukan paling sedikit 8 kali dalam 24 jam tanpa perlu
dilakukan penjadwalan (sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan bayi – on demand feeding).
4.7 Setiap kali menyusukan bayi harus mendapatkan susu dari
kedua payudara secara bergantian
4.8 Pada hari pertama bayi tidak boleh diberi ―Prelacteal Feeding‖
(larutan gula, madu, air putih). Bayi harus segera mendapatkan
ASI dari ibunya, bila pada hari berikutnya ASI belum keluar
dan bayi rewel boleh diberi minum akan tetapi harus diberikan
dengan sendok
5. Unit Terkait 5.1 Ruang Perinatal
5.2 Ruang Nifas
5.3 Ruang Bougenvil
5.4 Ruang VIP
ALUR PONEK

1. Pengertian Alur atau urutan Pelayanan Obstetri Emergency Komprehensiff RS


24 jam untuk memberikan pelayanan langsung terhadap ibu hamil,
ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader masyarakat, Bidan di Desa, Puskesmas dan
Puskesmas PONED
2. Tujuan Sebagai acuan proses pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas
dan bayi baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader
masyarakat,Bidan di Desa, Puskesmas dan Puskesmas PONED
3. Kebijakan Semua fasilitas penyedia pelayanan maternal dan perawatan bayi
harus :
3.1 Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina
jaringan rujukan pelayanan ibu dan bayi
3.2 Memberikan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Esensial
Komprehensif (PONEK)
4. Prosedur 4.1 Instalasi Gawat Darurat
4.1.1 Petugas Administrasi : melakukan pendaftaran pasien
4.1.2 Perawat : menerima pasien, memeriksa Airway, Breathing,
dan Cardiac, memperkenalkan diri dan menganamnesa dan
memeriksa Tanda – tanda Vital
4.1.3 Dokter Jaga

4.2 Ruang Kebidanan


4.2.1 Bidan

4.2.2 Dokter Obgin

4.3 Instalasi Farmasi


4.4 Instalasi Laboratorium

4.5 Kamar tindakan


Proscdur tindakan kasus rujukan sesuai Standar Pelayanan
Kcsehatan Maternal dan Perinatal

4.6 Kamar operasi


Prosedur operasi pada kasus rujukan

4.7 Kamar Bersalin (VK)


Prosedur pcrsalinan normal kasus rujukan sesuai Standar Pelayanan.

4.8 Ruang Nifas

4.9 Ruang Perinatologi


4.10 Petugas Supervisor
4.11 Petugas Supir Ambulance
4.12 Petugas satpam
5. Unit Terkait Instalasi Gawat Darurat
Ruang Kebidanan (VK dan Nifas)
Instalasi Bedah sentral
Ruang Perinatologi
Satpam
Supir Ambulance
Petugas supervisor
5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Kerja Di Ruang Perinatologi
A. Kebutuhan Perawat Di Ruang Perinatologi
1) Perinatologi bayi sakit
a. Jumlah ruang: 2
b. Jumlah inkubator tiap ruang: 6
c. Jumlah pemanas tiap ruang: 1

Total: inkubator 12, dan pemanas 2


2) Perinatologi bayi sehat
a. Jumlah ruang: 1
b. Jumlah tempat tidur: 6
c. Jumlah pemanas: 1

Total: tempat tidur 6, dan pemanas 1


Di ruang perinatologi bayi sakit dirawat 12 bayi dengan klasifikasi total. Maka jumlah
perawat yang dibutuhkan sebanyak:
1) Jumlah perawat dinas pagi: 12 x 0,36 = 4,32 = 4
2) Jumlah perawat dinas siang: 12 x 0,30 = 3,6 = 4
3) Jumlah perawat dinas malam: 12 x 0,20 = 2,4 = 2

Sedangkan di ruang perinatologi bayi sehat dirawat 6 bayi dengan klasifikasi total. Maka
jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak:
1) Jumlah perawat dinas pagi: 6 x 0,36 = 2,16 = 2
2) Jumlah perawat dinas siang: 6 x 0,30 = 1,8 = 2
3) Jumlah perawat dinas malam: 6 x 0,20 = 1,2 = 1
B. Kebutuhan dokter di ruang perinatology

Dokter yang dibutuhkan adalah dokter spesialis anak dengan jumlah 5 dokter, dengan
penentuan shift :
Dinas pagi : 1 dokter
Dinas siang : 1 dokter
Dinas sore 1 dokter
Dinas malam : 1 dokter
Lepas malam : 1 dokter
RUANG KAMAR BERSALIN (KB) RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH YOGYAKARTA
1. Visi Misi Ruang Kamar Bersalin (KB) RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Visi
Terwujudnya pelayanan obstetrik dan ginekologi yang berkualitas, memuaskan, aman dan penuh
kasih sayang bagi klien, keluarga dan petugas kesehatan.
Misi
1. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan/kebidanan yang komperhensif dan
berkualitas sesuai SOP
2. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
3. Menciptakan kerja sama tim yang baik antar anggota
4. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan SDM di ruang bersalin sesuai dengan
kemajuan teknologi sehingga tercipta lingkungan kerja yang kompeten
5. Menciptakan hubungan yang baik antara petugas, pasien, dan keluarga

2. Tugas Pokok Kepala Kamar Bersalin


Bertanggung jawab terhadap pemberian pelayanan Asuhan Kebidanan, mengatur tenaga bidan,
mengatur Alkes/ linen di unit pelayanan kebidanan

a. Uraian Tugas Kepala Kamar Bersalin


1. Mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan kesehatan di ruang rawat.
2. Menganalisis dan menetapkan kebutuhan tenaga bidan di Ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3. Mengawasi serta melaksanakan peraturan/ kebijakan yang berlaku di rumah sakit.
4. Merencanakan, mengatur dan mengendalikan tenaga bidan serta tenaga lainnya di ruang
rawat agar bekerja dengan berdaya guna dan berhasil guna.
5. Membimbing, melaksanakan, mengawasi pelaksanaan asuhan kebidanan, serta
pencatatan dokumen medik sesuai dengan standar yang ditetapkan.
6. Mengatur penempatan pasien di ruang rawat.
7. Meneliti dan mengawasi permintaan dan pemberian obat, makanan, alat-alat ruangan,
serta sarana lainnya.
8. Merencanakan keperluan perlengkapan peralatan yang mendukung kualitas pelayanan
keperawatan di ruangan.
9. Mendampingi dokter dan meneruskannya kepada perawat penanggung jawab.
10. Menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis antara perawat dengan perawat,
perawat dengan dokter dan petugas kesehatan lainnya, serta perawat dengan keluarga
pasien.
11. Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman, nyaman, dan etis.
12. Mengadakan rapat berkala dengan perawat penanggung jawab dan tenaga pelaksana
lainnya.
13. Membuat SOP baru dan Merepisi SOP diruangan masing masing jika di anggap perlu.
14. Mengawasi dan membimbing mahasiswa yang praktik di ruangannya.
15. Menghadiri rapat rumah sakit yang sudah ditentukan.

b. Wewenang Kepala Kamar Bersalin


1. Memberukan Asuhan Kebidanan.
2. Memberikan bimbingan kepada anggotanya terhadap pelaksanaan askep.
3. Mengatur dan meminta kebutuhan tenaga dan alat kebidanan untuk kelancaran
pelaksanaan kebidanan.
4. Mengusulkan perangkat kerja sesuai dengan kebutuhan.
5. Memberikan teguran bagi anggotanya jika memiliki kesalahan, dan memberikan reward
berupa pujian kepada anggota yang berprestasi.
6. Membuat jadwal dinas setiap bulan.
7. Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan bila diminta.
2. Standar Performa Profesional Perawat Kamar Bersalin RSU Rufaidah
Al-Islamiyah Yogyakarta

ALUR PROSES PELAYANAN


KAMAR BERSALIN
No.
:
Dokumen
No. Revisi :
SOP
Tanggal
:
Terbit
Halaman :
Disahkan oleh :
Kepala Rumah Sakit
Umum RUFAIDAH AL-
RSU RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

ZAHRA FADHILA

Pelayanan rawat bersalin dimulai dari pendaftaran pasien dirawat dan sampai
1. Pengertian pasien pulang termasuk pelayanan perawatan bayi normal dan layanan
rujukan.
Sebagai acuan dalam pelayanan rawat inap di Ruang Bersalin mulaidari
2. Tujuan pasiendatang, perawatan sampai dengan pasien pulang di Ruang Bersalin di
puskesmas Bakti Jaya.

3. Kebijakan -
4. Referensi Buku Pedoman APN

Pendidikan : Pendidikan minimal D III/ S1 Keperawatan


5. Prosedur 1. Alat :
a. Tensi meter
b. Timbangan
c. Dopler
2. Bahan :
a. Tidakada
6. Langkah- 1. Petugas meminta keluarga pasien untuk melakukan pendaftaran ke
langkah loket untuk tujuan unit ruang bersalin
2. Petugas melakukan pemeriksaan pada pasien:
a. Anamnesa pasien
b. Melakukan pemeriksaan fisik
c. Melakukan pemeriksaan kebidanan
d. Melakukan pemeriksaan penunjang
3. Petugas menegakkan diagnosa dan rencana tindakan selanjutnya
4. Petugas melakukan observasi kepada pasien
5. Petugas melakukan Rujukan bila pasien harus dilakukan rujukan.
- Pasien diantar menggunakan ambulance
- Pasien berangkat sendiri menggunkan mobil pribadi atau tanpa
ambulace
6. Petugas melakukan perawatan pada pasien rawat inap
7. Petugas melakukan pemulangan pasien bila pasiendipastikan dalam
kondisi baik. Pasien sudah dirawat 48 jam.
8. Petugas meminta keluarga pasien untuk melakukan pembayaran
jikapasienumum, jika pasien memilik BPJSatau KTP Tangerang
Selatanpetugas meminta pasien melengkapi syarat berkas fotocopyan
untuk BPJSdan KTP.
9. Petugas mempersilahkan pasien pulang dengan membawakan surat
keterangan lahir, surat izin pulang dan surat kontrol.
Kursus/ pelatihan : Pernah mengikuti Pelatihan unit terkait ( Pertolongan persalinan,
Pelatihan Basic Obstetric and Neonatal Life Support (Bonels), Basic Trauma Cardiac Life
Support (BTCLS))
Pengalaman kerja : Minimal 2 tahun
Kondisi Fisik : Sehat Jasmani dan rohani
Kualifikasi :
c. Wanita minimal 22 tahun
d. IPK Min 3,00
e. Mempunyai akhlak yang baik, dedikasi dan loyalitas yang tinggi, tegas dan mampu
mengorganisasikan bawahannya
f. Memiliki kemampuan managerial/ kepemimpunan, berwibawa
g. Memahami konsep standard pelayanan keperawatan
h. Mempunyi kondite/ penilaian kinerja kategori baik
i. Bersedia mengembangkan ilmu keperawatan
j. Telah melewati seleksi kenaikan jenjang karir ( telah lulus uji kompetensi
keperawatan)
k. Memiliki STR
l. Memiliki sikap bertanggung jawab dan mampu berkomunikasi dengan baik.

3. STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR KAMAR BERSALIN


ALUR PROSES PELAYANAN
KAMAR BERSALIN
No.
:
Dokumen
SO No. Revisi :
P Tanggal
:
Terbit
Halaman :
RSU RUFAIDAH
AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
1. Diagram
Alir

6. Hal – hal yang 1. Pasien sudah dirawat 48 jam dan kondisi ibu dan bayi sudah
perlu dinyatakan baik
diperhatikan 2. Tidak ada komplikasi
7. Unit Terkait 1. Unit Ruang Bersalin
8. Dokumen Terkait 1. Lembar laporan pertolongan persalinan
2. Buku laporan harian
3. Register partus
4. Form informed concent
5. Lembar partograf
6. Surat keterangan kelahiran
9. Rekaman N Yang Isi Tanggal mulai
historis o diubah Perubahan diberlakukan
perubahan
2. Tujuan Untuk memntau kehamilan terutama kesehatan ibu dan janin
Masyrakat memahami masalah kesehatan yang dihadapi
Tersusunnya rencana keja untuk penanggulangan masalah kesehatan
3. Kebijakan -
4. Referensi Sarwono Prawiroharjo. 2002. Buku Kesehatan Maternal dan Neonatus. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka,
5. Prosedur dan ALAT
Langkah-Langkah - Leanec

- Doopler/Spekulum corong

- Meteran Kain Pengukur tinggi Fundus Utreri

- Meteran Pengukur LILA

- Selimut

- Refleks Hammer

- Jarum Suntik Disposibel 2,5 ml

- Air Hangat

- Timbangan berat badan dewasa

- Tensimeter Air Raksa

- Stetoscope

- Bed Obstetricc

- Spekulumgynec

- Lampu Halogen/senter

- Kalender Kehamilan

BAHAN
- Sarung tangan

- Kapas steril

- Kassa steril
- Alkohol 70 %
- Jelly
- Sabun antiseptik

- Wastafel dengan air mengalir

- Vaksin TT

- Kartu Status Ibu hamil

- Buku register kohort ibu hamil

- Buku register ibu hamil

- Buku KIA

INSTRUKSI KERJA
1) Persiapan
- Mempersiapkan alat dan bahan medis yang diperlukan.

- Mempersiapkan Bumil mengosongkan kandung kemih.

- Petugas mencuci tangan dengan sabun antiseptik dan bilas dengan air mengalir dan
keringkan

2) Pelaksanaan
- Anamnesa
 Riwayat perkawinan.
 Riwayat penyakit ibu dan keluarga.
 Status wayat Haid, HPHT.
 Riwayat imunisasi Ibu saat ini
 Kebiasaan ibu.
 Riwayat persalinan terdahulu
 Dari anamnesa haid tersebut, tentukan Usia kehamilan dan buat taksiran
persalinan.
- Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum Bumil

 Ukur TB, BB, Lila.

 Tanda vital : tensi, Nadi, RR, HR

 Pemeriksaan fisik menyeluruh ( dari kepala sampai ekstremitas).

 Mata : conjungtiva, ikterus ; Gigi ,

 Kaki :Oedema kaki , dst.

- Pemeriksaan Khusus
 Umur kehamilan <20 mg
a. Auskultasi.
b. Inspeksi.
c. Tinggi fundus
d. Hyperpigmentasi (pada areola mammae, Linea nigra).
e. Striae
f. Palpasi
g. Tinggi Fundus Uteri
h. Keadaan perut
 Umur kehamilan >20 mg
a. Inspeksi
b. Tinggi fundus uteri
c. Hiperpigmentasi dan striae
d. Keadaan dinding perut
e. Palpasi
f. Lakukan pemeriksaan Leopold dan instruksi kerjanya sbb: Pemeriksaan
berada di sisi kanan bumil, menghadap bagian lateral kanan
 Leopold I
Letakkan Telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan raba fundus untuk
mengetahui apa yang terdapat pada fundus ibu, apakah bokong, kepala atau
bagian-bagian terkecil dari janin
Ukur TFU dengan menggunakan pita CM dan baca hasilnya
 Leopold II
Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu sejajar dan pada ketinggian
yang sama
Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan telapak tangan
kiri dan kanan kemudian geser kea rah bawah dan rasakan adanya bagian yang
rata dan memanjang (punggung) atau bagian yang terkecil (ekstremitas)
 Leopold III
Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu
Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut
bersamaan atau bergantian untuk menentukan bagian bawah bayi (bagian keras,
bulat, dan hamper homogeny adalah kepala, sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simestris adalah bokong).
 Leopold IV
Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada dinding lateral kiri dan
kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi
atas simfisis.
Temukan kedua jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari tangan
kanan yang meraba dinding bawah uterus.
Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan
(konvergen/divergen)
Pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala didekat leher dan bila
presentasi bokong, upayakan untuk memegang pinggang bayi)
Fiksasi bagian tersebut kearah pintu atas panggul, kemudian letakkan jari0jari
tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
3) Auskultasi
- Pemeriksaan bunyi dan frekuensi jantung janin.
- PemPeriksaan Khusus .
- Laboratorium rutin : Hb, Albumin
- USG

- Akhir pemeriksaan :
 Buat kesimpulan hasil pemeriksaan
 Buat prognosa dan rencana penatalaksanaan
 Catat hasil pemeriksaan pada buku KIA dan status pasien
 Jelaskan hasil pemeriksaan kepada bumil yang meliputi: usia kehamilan, letak
janin, posisi janin, tafsiran persalinan, resiko yang ditemukan, atau adanya
penyakit lain
 Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang
 Jelaskan rencana asuhan ANC berkaitan dengan hasil pemeriksaan
 Jelaskan pentingnya imunisasi
 Jelaskan menjadi akseptor KB setelah melahirkan
 Beri alasan bila pasien dirujuk ke rumah sakit
SOP ASUHAN ANTENATAL / PEMERIKSAAN
KEHAMILAN
STANDAR OPERASIONAL No.dokumen :
PROSEDUR No.revisi :
Tanggal terbit :
Halaman :

Disahkan oleh :
Kepala Rumah Sakit
RSU RUFAIDAH
Umum RUFAIDAH
AL-ISLAMIYAH
AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

ZAHRA FADHILA

1. Pengertian ANC adalah Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil dan selama
kehamilannya
Mempersiapkan ibu agar memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan selama
hamil, bersalin dan nifas
Mendeteksi dini factor resiko dan menangani masalah tersebut secara dini

Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes


SOP / PROTAP AMNIOTOMI
DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
STANDAR No.dokumen :
OPERASIONAL No.revisi :
PROSEDUR Tanggal terbit :
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah
YOGYAKARTA Yogyakarta

ZAHRA FADHILA

1. Pengertian Tindakan untuk membuka selaput amnion dengan jalan membuat


robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat
gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga amnion.
2. Tujuan Menercepat proses persalinan
Merangsang kontraksi uterus
Kebijakan Amniotomi dilakukan sesuai dengan indikasi atau instruksi SPOG.
Referensi Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Hlm: 167.
Sulistyawati, A. 2010.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika. Hlm: 123.
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT
Langkah 1/2 kocher
Kapas DTT
Sarung Tangan
Bengkok
Alas bokong
Alat-alat APN
Larutan klorin O,5%
INTRUKSI KERJA
Persiapan
Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilaksanakan.

Melakukan komunikasi dengan ibu/pasien selama tindakan.

Memakai alat pelindung diri (APD) lengkap.

Mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk kering sebelum


dan sesudah tindakan.

Memakai dan melepas sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat


tinggi (DTT).

Mendekontaminasi alat pasca tindakan.

Proses

Informasikan tentang tindakan yang akan dilakukan.


Penolong menggunakan APD
Vulva hygiene
Lakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaaan serta tidak
adanya bagian kecil janin/tali pusat
Tangan kiri mendekatkan bengkok kedepan vulva
Ambil 1/2 kocher dan wadah DTT dengan tangan kiri
Masukkan 1/2 kocher yang dipegang tangan kiri dituntun oleh tangan
kanan dengan bagian tajam menghadap ke jari pemeriksa
hingga bisa merasakan atau menyentuh selaput ketuban
Saat his berkurang kekuatannya,gerakkan ujung jari tangan kanan
menuntut ujung 1/2 kocher menggores selaput ketuban 1-2 cm
hingga ketuban pecah
Keluarkan 1/2 kocher dan vagina dengan tangan kin, masukkan ke
dalam larutan kiorin 0,5% selama 10 menit
Pertahankan jari tangan kanan dalam vagina untuk melebarkan
robekan selaput ketuban, merasakan penurunan kepala janin dan
untuk memastikan tidak teraba bagian kecil janin atau tali pusat
menumbung.
Keluarkan tangan kanan dan perhatikan warna serta jumlah air
ketuban Cuci sarung tangan dan rendam dalam larulan kiorin 0,5%
dalam keadaan terbalik
Periksa DJJ.
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes

SPO / PROTAP PERTOLONGAN


PERSALINAN KALA II DI RSU
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH AL- Kepala Rumah
ISLAMIYAH Sakit Umum
YOGYAKARTA Rufaidah Al-
Islamiyah
Yogyakarta
ZAHRA FADHILA

Pengertian Persalinan yang berlangsung dan pembukaan lengkap sampai lahirnya


seluruh tubuh janin (kala pengeluaran)
Tujuan Mendeteksi dini Kelainan dan komplikasi
Membantu ibu dalam proses persailnan
Kebijakan Asuhan Persalinan Normal
Referensi Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN


Langkah Kapas DTf
Air DTF
Larutan kiorm 0,5 %
l/2 kocher
Gunting tali pl.lsat
Kiem tali pusat
Gunting episiotomi
Spuit 3cc
Oxytocin + Cagometris
Tensimeter + thermometer
Funduscop
Slym de lee
APD (sarung tangan,celemek,sepatu,kaca mata,masker)

INTRUKSI KERJA
Pastikan tanda dan gejala kala II (doran,teknus, peijol, mika)
Patahkan ampul oksitosin 10 IU, spuit dibuka, masukkan kedalam
wadah partus set
penolong menggunakan APD
Lakukan VT untuk memastikan pembukaan lengkap
Bila selaput ketuban belum pecah, lakukan pemecahan ketuban
Celupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan kiorin
0,5 % dan sarung tangan dibuka
Periksa DJJ
Pimpin ibii meneran
Pasang alas bokong
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
Lahirkan kepala, bila didapatkan mekonium pada air ketuban, segera
setelah kepala lahir lakukan penghisapan pada mulut dan hidung
janin. menggunakan slym delee
Usap muka janin dari lendir dan darah dengan menggunakan kain
kasa
Periksa lilitan tali pusat
Tunggu hingga kepala janin putar paksi luar.
Lahirkan badan dan tungkai
tangani bayi barn lahir
keringkan bayi
Potong tali pusat
Lakukan manajemen aktif kala III
Periksa robekan jalan lahir
Lakukan penjahitan bila terjadi robekan
Observasi 2 jam PP
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SPO/PROTAP MANAJEMEN AKTIF
KALA III
DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
Kepala Rumah
RSU RUFAIDAH Sakit Umum
AL-ISLAMIYAH Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah
Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Tindakan yang dilakukan setelah bayi lahir untuk mempercepat
lepasnya placenta
Tujuan Menurunkan kejadian perdarahan post partum
Mengurangi lamanya kala III
Mengurangi angka kematian dan kasakitan yang berhubungan
dengan perdarahan
Kebijakan Lakukan manajemen aktif kala III segera setelah bayi lahir pada semua
persalinan
Referensi Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Pusdiknakes., WHO, JHPIEGO. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan
Kebidanan Fisiologis Bagi Dosen Diploma III Kebidanan. Yogyakarta :
Palmall
Prosedur/Langkah- ALAT
Langkah Oxytocin 10 IU
Spuit 3 cc
Sarung tangan
INTRUKSI KERJA
Palpasi abdominal untuk memastikan tidak ada janin kedua
Ben penjelasan path ibu bahwa akan dilakukan injeksi pada paha
Injeksi oxytocin 10 IU IM pada bagian lateral dan paha ibu kira-kira
1/3 atas paha dalam waktu 2 menit dari kelahiran bayi.
Pindahkan klem tali pusat diujung, tempatkan kira-kira 5-10 cm
dari vulva
Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT ) dengan cara :
Letakkan tangan kiri diatas symfisis
Tegangkan tali pusat dengan tangan kanan
Dorong uterus kearah dorso kranial pada saat ada his dan terlihat
tanda-tanda pelepasan placenta, sementara tangan kanan
menegangkan tali pusat
Bila dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi, ulangi
pemberian oxytocin 10 IU
Keluarkan placenta
Segera setelah placenta lahir, segera tangan kiri melakukan masase
fundus uteri menggunakan palman dengan gerakan melingkar
sampai uterus berkontraksi
Sementara itu tangan kanan melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta dan selaput ketuban
Tempatkau plasenta pada wadah yang telah disediakan,cuci tangan
dengan larutan kiorin
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SPO PEMERIKSAAN DENYUT
JANTUNG JANIN (DJJ)
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH AL- Kepala Rumah Sakit
ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Denyut jantung janin adalah frekuensi denyut rata-rata wanita tidak
sedang bersalin, atau diukur antara 2 kontraksi. Dimana rentang
normalnya berkisar antara 120-160x/menit.
Tujuan Sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin
khususnya denyut jantung janin dal am rahim.
Kebijakan
Referensi Sarwono Prawirohardjo. 2002. Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta : PT. Bina Pustaka
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Langkah Alat
Doppler
Bahan
Jelly

INTRUKSI KERJA
Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang
Beri jelly pada doppler llineac yang akan digunakan
Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.
Hitung detak jantung janin:
Dengar detak jantung janin selama I menit. normal detak jantung
janin 120-1401 menit
Beri penjelasan pada pasien hash pemeriksaan detak jantung janin
Jika pada pemenksaan detak jantung janin, lidak terdengar ataupun
tidak ada pergerakan bayl, maka pasien diberi penjelasan dan pasien
dirujuk ke RS.
Pasien dipersilahkan bangun
Catat hasil pemeriksaan jantung janirl pada buku Kart Ibu dan Buku
KIA
Indikator Kinerja Denyut jantung janin dapat diketahui dengan tepat dan benar
Catatan Mutu Kartu ibu
Buku register kohort ibu harnil
Buku register ibu hamil
Buku KIA
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SOP / PROTAP TINDAKAN MANUAL
PADA RETENSIO PLASENTA
DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Adanya plasenta yang belum lepas dari uterus setelah 30 menit bayi lahir
Tujuan Untuk mengeluarkan plasenta dan koteledon dalam uterus
Untuk mengurangi perdarahan berlanjut
Kebijakan Kep.MenKes
Referensi Marni.2011.Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Kusmiati,Yuni.2007.Penuntun Belajar Asuhan Persalinan. Yogyakarta:
Fitramaya.

Prosedur/Langkah- ALAT
Langkah Sarung tangan panjang dan steril
Cairan infus RL/NACL,blood set,abocath
Obat uterotonika,spuit,bengkok,klem,kocher.
Obat antibiotika,diazepam,tensimeter,termometer,arloji
INTRUKSI KERJA
Memberikan informasi kepada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
Mencuci tangan secara efektif
Melaksanakan pemeriksaan umum
Mengukur vital sign,suhu,nadi,tensi,pernafasan
Melaksanakan pemeriksaan kebidanan
a.inspeksi, b.palpasi, c.periksa dalam
Memakai sarung tangan steril
Melakukan vulva hygiene
Mengamati adanya gejala dan tanda retensio plasenta
Bila placenta tidak lahir dalam 30 menit sesudah lahir,atau terjadi
perdarahan sementara placenta belum lahir,maka berikan oxytocin 10 IU
IM.pastikan bahwa kandung kencing kosong dan tunggu terjadi
kontraksi,kemudian coba melahirkan plasenta dengan menggunakan
peregangan tali pusat terkendali.
Bila dengan tindakan tersebut placenta belum lahir dan terjadi perdarahan
banyak,maka placenta hams dilahirkan secara manual
Berikan cairan infus NACL atau RL secara guyur untuk mengganti cairan
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SOP/ PROSUDUR TETAP PEMERIKSAAN
LUKA JALAN LAIIIR
DAN ROBEKAN PORTIO DI RSU
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Pemeriksaan yang dilakukan pada jalan lahir setelah plasenta lahir.
Tujuan Untuk menemukan lokasi dan tingkat robekan pada jalan lahir
Mengurangi perdarahan pada robekan.
Kebijakan Robekan jalan lahir terpantau dengan tepat dan benar
Referensi Klien, Susan. 2008. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogjakarta : Palmall
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : IGC
Prosedur/Langkah- ALAT
Langkah Handscoen
Gaas steril
Lampu sorot
Tang ovum
Spekulum sun
kapas DTT
Larutan klorin 0,5%
APD
INTRUKSI KERJA
Jelaskan pada ibu tentang tindakan yang akan dilakukan
Penolong memakai APD
Pastikan kontraksi uterus baik
Bersihkan vulva dengan gaas untuk memudahkan melihat jalan lahir
Membuka labia dan asisten disuruh untuk memfokuskan lampu sorot
Melihat perlukaan dari perineum, sepanjang labia dan dinding dengan
melakukan penekanan menggunakan tangan
Jika tidak ada perlukaan tetapi perdarahan masih aktif dan kontraksi
uterus baik,waspada adanya robekan porsio
Pasang spekulum sims/L pada sisi atas dan bawah
Jepit bibir atas dan bawah porsio dengan tang ovom.Gerakkan ke kanan
untuk melihat robekan pada sisi kiri dan gerakkan ke kiri untuk melihat
robekan pada sisi kanan.
Jika tidak ada perlukaan jalan lahir, bersihkan tubuh ibu. jika ada
perlukaan,lanjutkan ke teknik penjahitan
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SOP / PROTAP TINDAKAN / PEMBERIAN
ANASTES1 LOKAL
SEBELUM PENJAHITAN LUKA JALAN
LAHIR
DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Pembiusan yang dilakukan pada jalan lahir sebelum dilakukan penjahitan
Tujuan Mengurangi rasa tidak nyaman path ibu
Kebijakan Anastesi dilakukan setiap akan dilakukan tindakan penjahitan pada perlukaan
jalan lahir
Referensi Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Atief Said, Surjadi Kartini, Dachlan Ruswan, editor. Anestetik Lokal. Dalam:
Petunjuk Praktis Anestesiologi. Ed 2. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2002. hal 97-104.
Prosedur/Langkah- ALAT
Langkah Spuit lOcc
Lidokain 1%
Gaas steril
Alas bokong
Kapas DTT
Sarung tangan

INTRUKSI KERJA
Beritau ibu akan dilakukan penyuntikan untuk mengurangi rasa sakit saat
penjahitan
Penolong menggunakan sarung tangan DU
Alas bokong dipasang
Bersihkan lukajalan lahir dengan kapas DTT
Masukkan jarum pada ujung laserasi atau luka dan dorong masuk kearali
bawah antara mukosa dan kulit perineum sepanjang luka mengikuti garis
dirnanajarumjahitnya akan masuk atau keluar
Aspirasi dan kemudian injeksinya anastesi tersebut sambil menarik jarum
ke titik dimana jarum masuk.Atau jika tidak dilakukan aspirasi maka
setelah spuit dimasukkan sarnpai dalam kemudian ditarik sambil
disemprotkan perlahan-lahan
Hentikan penginjeksiaan anastesi atau jangan jarum dicabut tapi
dibelokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana direncanakan akan
dibuat jahitan.
Ulangi proses penusukan jarum pada ujung luka disebelahnya,sehingga
seluruh daerah kemungkinan akan dijahit sudah dianastesi.
Tunggu beberapa lama dan sambil melakukan penekanan dengan gaas
pada luka
Tanyakan apakah ibu merasa nyeri atau tidak
jika ibu merasa nyeri jangan dulu melakukan penjahitan
jika ibu sudah tidak merasa nyeri lakukan penjahitan luka
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SPO / PROTAP PENANGANAN
PERDARAHAN POST PARTUM (UPP)
DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
Kepala Rumah
RSU RUFAIDAH Sakit Umum
AL-ISLAMIYAH Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah
Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
Tujuan Mengenali dan mengambil tindakan yang tepat pada perdarahan post
partum
Kebijakan Perdarahan yang di perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba
merupakan suatu kegawatan segera ditangani
Referensi Rahmawati Nur Eni. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya :Victory
Inti Cipta.
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 2010. Jakarta :
PT.Pustaka Sarwono Prawihardjo
Prosedur/Langkah- ALAT
Langkah Sarung tangan steril,gaas steril.
Bengkok,obat uterotonika 2, spuit 3 cc 2
Abocath 1,Blood set 1
Cairan RL,gunting,plaster
INTRUKSI KERJA
Mencuci tangan secara efektif
Menyiapkan alat-alat/fasilitas tindakan gawat darurat
Melakukan pemeriksaan umum tanda vital
Memantau tanda-tanda shock hypopolemik, segera lakukan tindakan
penanganan shock
Melakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahui kontraksi uterus
baik atau lembek.
Melakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah
Mengeluarkan stolsel yang menghalangi kontraksi uterus yang
efektif
Memberikan suntikan oxytocin 10 IU TM
Memasang cairan infus IV
Melakukan chateterisasi/ memantau cairan masuk dan cairan keluar
Memeriksa kelengkapan placenta
Memeriksa sumber perdarahan
Jika perdarahan berlangsung terus, lakukan uji beku darah
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SPO / PROTAP MENGISAP LENDIR

No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH Kepala Rumah Sakit
AL-ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Tindakan mengisap lender melalui hidung atau mulut
Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lender
Mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas
Kebijakan Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan pengisapan lendir, mengeluarkan
lender dan melonggarkan jalan nafas
Referensi http://uzanxwsdcito.blogspot.co.id/2012/03/sop-penghisapan-lendir-
suction.html
Nurachmah, Elly dan Ratna S. Sudarsono.2000. Buku Saku Prosedur asuhan
perawatan bayi baru lahir .Jakarta: EGC
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT
Langkah Perangkat penghisap lendir rneliputi:
Mesin penghisap lendir
Slang penghisap tendir sesuai kebutuian
Air matang untuk pembilas dalarn tempatnya (kom)
Cairan desinfektan dalam tempatnya untuk merendam slang
Pinset anatorni untuk rremegang slang
Spatel / sundip lldah yang dibungkus dengan kain kasa
Sarung tangan
Bak instrumen
Kasa
Bengkok
PERSIAPAN PASIEN
Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
Bila pasien tidak sadar
Posisi miring
Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan laicar
INTRUKSI KERJA
Jelasakan pada pasien/ keluarga + inform concern
Alat didekatkan pada pasien dan perawat cuci tangan
Perawat memakai sarung tangan
Pasien disiapkan sesua dengan kordisi
Slang dipasang pads mesin penghisap lendir
Mesin penghisap lendir dihidupkan
Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobakan Iebih dahulu untuk air
bersih yang tersedia
Tekan lidah dengan spatel
Hisap lendir pasien sarrpai selesai. Mesin/pesawat dimatikan
Bersihkan mulut pasien dengan kasa
membersihakan slang dengan air daani kom
Slang direndam dalam cairan desinfektan yarg tersedia
Perawat cuci tangan
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes

SPO I PROTAP KOMPRESI BIMANUAL


DI RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
STANDAR No.dokumen :
OPERASIONAL No.revisi :
PROSEDUR Tanggal terbit :
Halaman :

Disahkan oleh :
Kepala Rumah Sakit
RSU RUFAIDAH
Umum Rufaidah Al-
AL-ISLAMIYAH
Islamiyah
YOGYAKARTA
Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Melakukan asuhan kebidanan dengan cara memasukkan kepalan tangan
kedalam uterus pada perdarahan post persalinan yang disebabkan gangguan
kontraksi uterus.
Tujuan Untuk menekan uterus dengan cara manual agar terjadi hemostastis
Kebijakan Dalam keadaan darurat bidan terlatih atau berpengalaman boleh
melakukan,kompresi bimanual
Referensi Superbidanhapsari.wordpress.com/2009/12/14/makalah-askeb-ii-kompresi-
bimanual-eksternal/
Chalik.,2002. Obstetri fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Jakarta:
Widya Medika
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN
Langkah Sarung Tangan Panjang dan Steril
INTRUKSI KERJA
Menyiapkan lingkungan dan alat yang steril.
Menjelaskan pada pasien dan minta persetujuan.
Letakkan tangan kin menekan fundus uteri dari luar.
Memasukkan tangan kanan secara obstetri dengan hati-hati kedalam
vagina dan buat kepalan tinju.
Kedua tangan didekatkan dan secara bersama-sama menekan uterus
Melakukan tindakan ini sampai diperoleh pertolongan lebih lanjut bila
diperlukan.
Cari penyebab perdarahan.
Perkirakan jumlah darah yang keluar dan dengan teratur denyut
nadi,respirasi dan tekanan darah.
Lakukan kolaborasi dengan dokter.
Membuat catatan yang akurat.
Jika perdarahan berhasil dikendalikan,pasien diobservi ketat untuk gejala
dan tanda infeksi.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotika
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
SOP/ PROTAP PENATALAKSANAAN
SYOK ANAFILAKTIK DI RUANG
BERSALIN
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
Kepala Rumah
RSU RUFAIDAH AL-
Sakit Umum
ISLAMIYAH
Rufaidah Al-
YOGYAKARTA
Islamiyah
Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Pasien dengan syok Anafilaktik
Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalarn
melakukan pelayanan penanganan Syok Anafllaktik
Kebijakan Tenaga Medis / Paramedis dalain melakukan pelayanan /
Penatalaksanaan Syok Anafllaktik di Ruang Pelayanan
Referensi Purwadianto A., Sampurna B. 2000. Kedaruratan Medik Edisi Revisi.
Jakarta: Bina Aksara
Sundaru H., Sukmana N., Mahdi D. 2007. Renjatan Anafilaktik.
Dalam: Sudoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus.
Simadibrata K, Marcellus. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Langkah Tabung Oksigen
Tensimeter
Adrenalin ampul
Dexamethason Vial
Jarum suntik disposibel 2,5/3 ml
Ambulance (Jika di rujuk)

INTRUKSI KERJA
Penanganan Utama dan segera :
Hentikan pemberian obat/ antigen penyebab.
Baringkan penderita dengan posisi tungkai lebih tinggi dari kepala.
Berikan Adrenalin 1: 1000(1 mg/ml)
Segera secara 1M pada otot deltoideus, dengan dosis 0,3 — 0,5 nil
(anak: 0,01 mllkgbb), dapat diulang tiap lima menit,
Pada tempat suntikan atau sengatan clapat diberikan 0,1 — 0,3 ml
Pemberian Adrenalin IV apabila terjadi tidak ada respon pada
pemberian secara IM, atau terjadi kegagalan sirkulasi dan syok,
dengan dosis (dewasa) : 0,5 ml adrenalin 1: 1000 (1 mg I ml)
diencerkan dalam 10 ml larutan garam faali dan diberikan selama 10
menit.
Bebaskan jalan napas dan awasi vital sign ( Tensi, Nadi, Respirasi)
sampai syok teratasi.
Pasang infus dengan larutan Glukosa faali bila tekanan darah systole
Icurang dan 100 mmHg
Pemberian oksigen 5-10 L/menit
Bila diperlukan rujuk pasien ke RSU terdekat dengan pengawasan
tenaga medis.
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes
PROTAP PELAYANAN TINDAKAN
INJEKSI (PENYUNTIKAN) DI KAMAR
BERSALIN
RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No.dokumen :
STANDAR
No.revisi :
OPERASIONAL
Tanggal terbit :
PROSEDUR
Halaman :

Disahkan oleh :
RSU RUFAIDAH AL- Kepala Rumah Sakit
ISLAMIYAH Umum Rufaidah Al-
YOGYAKARTA Islamiyah
Yogyakarta

ZAHRA FADHILA
Pengertian Tindakan penyuntikan dimana ujung jarum suntik disuntikkan sampai
menembus dalam jaringan otot ( intramuskuler).
Tujuan Sebagai Pedoman kerja bagi petugas medis / paramedis dalam
melakukan pelayanan tindakan Injeksi di ruang Pelayanan.
Kebijakan Tenaga Medis/Paramedis dalam melakukan pelayanan / tindakan Injeksi
Referensi Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat.
Jakarta : EGC
Tiadi, Slamet. Aulawi. 2006. Perbedaan Penyuntikan Intramuskuler
Metode Z Track dengan Metode Konvensional atau Standar Terhadap
Refluk Obat, Keluarnya Darah, dan Tingkat Nyeri, Jurnal Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Universitas Indonesia
Prosedur/Langkah- PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
Langkah Spuit dengan jarum no.22-25
Jarum ukuran diameter 20-30
Kapas alcohol
Obat dari ampul atau vial (0.5 mL)
Sarung tangan bersih
Catatan pengobatan
Bak injeksi
Bengkok

INTRUKSI KERJA
Tutup tirai atau pintu
Cuci tangan
Ambil obat sesuai dosis
Pakai sarung tangan
Kaji Area penyuntikan: tidak ada lesi, tidak terdapat infeksi, tidak
terdapat penonjolan tulang, tidak terdapat saraf dan pembuluh darah
Posisikan pasien nyaman dan rileks disesuaikan dengan area
penyuntikan yang akan digunakan:
Ventro gluteal: posisi tengkurap atau miring dengan lutut fleksi
Vastus lateralis: posisi flat, supine dengan lutut sedikit fleksi
Dorso gluteal: posisi prone dengan lutut fleksi
Deltoid: posisi duduk atau berbaring dengan lengan fleksi, rileks
atau diletakkan diatas abdomen
Pasang perlak di bawah area yang akan disuntik
Lakukan Z-track dengan tangan tidak dominan.
Bersihkan tempat penyuntikan dengan kapas alkohol dengan mengusap
secara sirkular arah keluar sekitar 5 cm
Letakkan kapas alkohol pada tangan non dominan. Buka tutup spuit
dan pegang spuit pada tangan dominan (antara ibu jari dan telunjuk).
Injeksikan jarum dengan sudut 90° (vastus latralis jarum masuk
dengan kedalaman 1,5-2,5 cm; ventro gluteal jarum masuk dengan
kedalaman: 1,25- 2,5 cm; dorso gluteal jarum masuk dengan
kedalaman: 1,25-3,75 cm; deltoid jarum masuk dengan kedalaman:
1,25-2,5 cm)
Setelah jarum masuk ke dalam otot, pindahkan tangan non dominan
kebawah spuit ( untuk memfiksasi agar posisi jarum tidak bergerak)
dan tangan dominan pindah ke bagian pengokang spuit untuk siap
mengaspirasi.
Aspirasi spuit untuk memastikan jarum tidak menusuk pembuluh darah,
jika tidak terdapat darah injeksikan obat tersebut dengan kecepatan 10
detik/mL. Jika terdapat darah segera cabut spuit dan ganti pada posisi
penyuntikan lainnya
Tarik spuit, usap dengan kapas alkohol dengan sedikit menekan
Kembalikan pasien pada posisi yang nyaman.
Tutup dan buang spuit, ampul / vial ditempat yang telah tersedia
(sampah medis untuk benda tajam)
Observasi respon pasien terhadap penyuntikan
Lepas sarung tangan masukkan kedalam larutan klorin dan cuci tangan
Dokumentasikan prosedur (5T+1W: Tepat obat, tepat dosis, tepat
pasien, tepat waktu, tepat cara pemberian dan waspada)
Observasi efek samping obat (kemerahan, nyeri dan panas)
Unit Terakait UKP, UKM, Pustu, Poskesdes

5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Kerja

Rata2 jam perawatan/hari x (BOR x jml TT) x 365 hari


(365 hari – jml hari libur) x jam kerja efektif/hari
Ket :
BOR = bed occupancy rate
TT = tempat tidur
Jumlah libur = loss day (hari minggu + cuti + hari besar) dalam satu tahun sekitar 78 hari
Jam kerja efektif = 8 jam/ shift
Kamar Bersalin
Kamar bersalin memiliki 3 ruangan yaitu ruang bersalin (kala 1-3) yang terdapat 4 tempat tidur,
ruang tindakan ginekologi (kuret, dll) yang terdapat 2 tempat tidur dan ruang pemulihan (kal
4)/observasi ginekologi yang terdapat 6 tempat tidur. Jadi total keseluruhan tempat tidur di
kamar bersalin sebanyak 12 buah dengan BOR 70%, rata-rata watu yang diperkirakan untuk
pertolongan persalinan mencakup kala 1-4 per hari adalah 6 jam. Jumlah perawat yang
dibutuhkan kmar bersalin :
6 x (70% x 12) x 365
( 365 – 78 ) x 8
= 18396
2296
= 8,01 = 8 perawat
Jadi, kebutuhan perawat di kamar bersalin adalah 8 perawat
Kebutuhan perawat dan bidan :
Shift pagi ( 07.00 – 15.00 ) : 2 perawat , 3 bidan
Shift siang ( 15.00 – 23.00 ) : 2 perawat , 3 bidan
Shift malem ( 23.00 – 07.00 ) : 2 perawat, 3 bidan
Libur ( 2 hari ) : 2 perawat , 2 bidan
(Setiap 1 minggu 1 perawat mendapatkan 2 kali libur, ada beberapa hari yang dalam sehari 3 org
perawat libur dan digantikan pada hari senin)
*Jadwal dinas terlampir
Kebutuhan dokter :
Shift pagi : 2 dokter spesialis obgyn
Shift malem : 2 dokter spesialis obgyn
Kebutuhan office boy : 3 OB untuk shift pagi, siang, malam
RUANG UNIT GAWAT DARURAT RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA

1. Visi dan Misi


Visi UGD
Menjadikan perawat kompeten dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan
sebagai satu-satunya pusat rujukan di wilayah Yogyakarta dengan pelayanan yang cepat,
tepat, tanggap melalui sumber daya tenaga yang mandiri dan berkualitas.
Misi UGD
1. Meberikan pelayanan yang berkualitas melalui pelayanan yang professional,
dengan memperhatikan aspek budaya dan privacy pada pasien ibu dan anak.
2. Meningkatkan kualitas dan kemandirian sumber daya perawat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
3. Mewujudkan kepemimpinan yang berkualitas dan terbuka
4. Meningkatkan semangat kebersamaan dan solidaritas untuk memupuuk
persatuandan kesatuan dengan penuh kasih sayang untuk mencapai kesejahteraan
perawat dan kenyamanan pasien.
5. Meningkatkan partisipasi aktif, kreatif dan inovatif perawat dalam memberikan
pelayanan kegawatdaruratan yang professional.
6. Mewujudkan pendidikan berkelanjutan melalui incevice training dan outservice
training.
7. Mewujudkan lingkungan Unit Gawat Darurat yang bersih dan nyaman.
8. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan Unit Gawat Darurat.

2. Jobdesc Kepala Ruangan dan Perawat Ruangan IGD


1. Kepala Instalasi Gawat Darurat
a. Kedudukan
Berdasarkan struktur Organisasi RS kepala Instalasi Gawat Darurat dibawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Pelayanan RS.
b. Tugas Pokok
Menyelenggarakan pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara
serta pelayanan pembedahan darurat baik pasien yang datang dengan darurat
medis atau melaksanakan rujukan baik intern maupun dengan instalasi lainnya
serta dengan unit pelayanan kesehatan diluar rumah sakit dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
c. Fungsi
1) Menyelenggarakan pelayanan medis.
2) Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan.
3) Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
4) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis.
5) Menyelenggarakan pelayanan 24 jam setiap hari.
d. Wewenang
Kepala Instalasi Gawat Darurat mempunyai wewenang :
1) Memimpin, mengarahkan, menilai dan membina staf dalam pelaksanaan
tugas, kinerjanya.
2) Menetapkan dan mengatur pembagian staf.
3) Menetapkan dan mengatur peralatan yang diperlukan.
4) Menyusun rencana kerja program-program priorotas untuk meningkatkan
mutu pelayanan.
5) Melaksanankan pemantauan dan evaluasi terhadap semua kegiatan di IGD
baik pelayanan, sarana dan prasarana
6) Mengusulkan pengembangan staf.
7) Menganalisa kebutuhan tenaga / staf.
e. Tanggung jawab
1) Melengkapi sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas
sehari hari di IGD.
2) Menegakkan displin staf.
3) Menciptakan suasana kerja yang harmonis dan serasi.
4) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan.
5) Meningkatkan dan mengembangkan tugas dengan cepat, tepat, benar.
6) Memegang teguh rahasia jabatan.
7) Memperhatikan dan mengusahakan kesejahteraan dan pengembangan karier
bagi tenaga IGD
2. Perawat IGD
a. Persyaratan jabatan
1) Mempunyai pengalaman kerja sebagai pelaksana keperawatan
2) Mempunyai jiwa kepemimpinan
3) Memiliki sertifikat PPGD
4) Sehat jasmani dan rohani
5) Berwibawa
b. Tanggung jawab
Secara administratif dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala ruang IGD
c. Tugas pokok
1) Bertanggung jawab alat-alat IGD agar selalu dalam keadaan siap pakai
2) Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang keperawatan
3) Mengetahui dan memahami jenis dan kegunaan barang dan peralatan serta
mengusahakan pengadaaannya sesuai dengan kebutuhan pasien di ruang IGD
agar tercapai pelayanan yang optimal.
4) Menyusun permintaan kebutuhan rutin alat-alat, obat dan bahan yang
diperlukan di ruang IGD
5) Mempertanggung jawabkan pelaksanaan invertasi dalam unit kerjanya
6) Melakukan pengecekan ulang tentang alat, BHP yang ada di IGD
7) Melakukan koordinasi dengan ruangan lain bila ruangan penuh
8) Melaporkan kepada kepala ruangan bila tidak bisa menyelesaikan tugas
9) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien dalam batas
wewenangannya.

3. Kriteria Perawat IGD RSU Rufaidah Al-Islamiyah Yogyakarta


1. Perawat Pelaksana
Kualifikasi :
Pendidikan D3 keperawatan dengan pengalaman klinik dua (2) tahun Ners
dengan pengalaman klinik 1 tahun di Rumah Sakit dan sudah tersertifikasi
Emergency nursing basic 2
Kompetensi yang harus dimiliki :
a. Mampu menguasai basic assessment primary survey dan secondary survey.
b. Mampu memahami triase dan relriase.
c. Mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan;
pengkajian,diagnosa, perencanaan, memberikan tindakan keperawatan, evaluasi
dan tindak lanjut.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan : fife saving anlara lain resusitasi
dengan atau tanpa alat, slabilisasi.
e. Mampu memahami terapi definilif.
f. Mampu menerapkan aspek elik dan legal.
g. Mampu melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien/ keluarga.
h. Mampu bekerjasama didalam tim.
i. Mampu melakukan pendokumentasian / pencatatan dan pelaporan.
2. Ketua Tim
Seorang perawat yang bertanggung jawab dan berwenang terhadap lenaga
pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien di
gawat darurat , yang bertanggung jawab kepada kepala ruangan IGD.
Kualifikasi Ketua Tim IGD Level III dan IV:
a. D3 keperawatan dengan pengalaman lima (5) tahun di IGO dan sudah
tersertifikasi emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance
lainnya.
b. Ners dengan pengalaman tiga (3) tahun di IGD dan sudah memiliki sertifikat
emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance lainnya.
c. S2 keperawatan dengan pengalaman satu (1) tahun di IGD dan sudah
tersertifikasi emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance
lainnya.
Kompetensi yang harus dimiliki:

a. Memiliki kemampuan sebagai perawal pelaksana.


b. Mampu mengelola pelayanan asuhan keperawalan.
c. Mampu menjaga mulu asuhan keperawalan.

3. Perawat Kepala Ruangan


Kualilikasi Kepala Ruangan IGD level III dan IV
Minimal Ners, pengalaman sebagai perawat pelaksana tiga (3) lahun di IGD,
pengalaman menjadi ketua tim dua (2) tahun dan sudah memiliki sertifikat
emergency nursing basic 2 dan pelatihan gawat darurat advance lainnya serta
pelatihan manajemen.
Kompetensi yang harus dimiliki dan dibuktikan dengan sertifikal :
a. Memiliki kemampuan sebagai kelua tim
b. Mampu menjamin lersedianya lenaga keperawatan yang kompelen di rumah
sakit
c. Mampu mengorganisasi dan mengkoordinasi semua kegialan keperawatan
gawat darurat dan bencana
d. Mampu membuat perencanaan dan melakukan pengembangan keperawalan serta
pelayanan gawat darurat.

4. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR IGD RSU RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH


YOGYAKARTA

EVAKUASI PASIEN BARU DATANG DI INSTALASI GAWAT


DARURAT
RUMAH SAKIT No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUFAIDAH AL- APK 1./Std. 1.1
ISLAMIYAH 1/2
YOGYAKARTA

Tanggal Terbit : Ditetapkan

Direktur
PROSEDUR TETAP

Tanggal Revisi : RS. Zahra Fadhila

1. Pengertian Menerima pasien yang baru masuk IGD untuk diberikan perawatan
paripurna secara tepat dan akurat
2. Tujuan Memberikan kemudahan pelayanan dan kelancaran evakuasi pasien di
Instalasi Gawat Darurat

3. Kebijakan SK Kemenkes RI N0. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart


Instalasi Gawat Darurat.

SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan


instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Prosedur 1. Pekarya merespon cepat kedatangan setiap pasien baru dan
menerima pasien dan keluarga dengan ramah
2. Pekarya menanyakan surat rujukan kepada pengantar pasien, jika
ada surat langsung diserahkan kepada petugas triase
3. Jika pasien datang menggunakan ambulance :
- Petugas triase harus langsung menilai kondisi pasien dan
membantu petugas ambulance untuk melakukan evakuasi dari
ambulance
- Pekarya mencarikan brankart atau kursi roda sesuai dengan
kebutuhan pasien berdasarkan penilaian petugas triase
- Pasien dibawa ke triase
4. Jika pasien datang menggunakan kendaraan lain :
- Pekarya melihat kondisi pasien dan langsung memberitahu
petugas triase jika pasein tidak sadar dan pasien post trauma
- Pekarya mencari brankart bagi pasien yang datang dengan
kondisi berbaring
- Pekarya mencari kursi roda jika pasien masih bisa duduk
- Pekarya membantu pasien yang masih dapat berjalan ke triase
atau duduk di kursi tunggu pasien

EVAKUASI PASIEN BARU DATANG DI INSTALASI GAWAT


DARURAT

RUMAH SAKIT No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH APK 1./Std. 1.1 2/2
YOGYAKARTA
4. Prosedur 4. Jika pasien datang menggunakan kendaraan lain :
- Pekarya melihat kondisi pasien dan langsung memberitahu
petugas triase jika pasein tidak sadar dan pasien post trauma
- Pekarya mencari brankart bagi pasien yang datang dengan
kondisi berbaring
- Pekarya mencari kursi roda jika pasien masih bisa duduk
- Pekarya membantu pasien yang masih dapat berjalan ke triase
atau duduk di kursi tunggu pasien
5. Jika pasien datang dari Instalasi Rawat Jalan/ Unit lain, maka
petugas pengantar pasien mengantar sampai ke triase dan
melakukan serah terima dengan petugas triase
6. Evakuasi pasien trauma dipimpin oleh dokter triase sesuai dengan
prosedur cedera
7. Jika pasien datang karena bencana maka evakuasi dilakukan oleh
petugas triase dibantu Pekarya dan security.
8. Pasien yang datang dengan curiga infeksi berbahaya, Pekarya
memberikan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap dan meminta
pengantar untuk memakaikannya kepada pasien sebelum pasien
dievakuasi ke ruang isolasi.
9. Pasien yang datang dengan terkena Bahan Beracun dan Berbahaya
(B3) maka Pekarya memakai APD lengkap sebelum evakuasi
pasien ke ruang dekontaminasi/ruang tindakan
5. Unit Terkait -

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
PENERIMAAN PASIEN BARU DI INSTALASI GAWAT
DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL- APK 1/Std.1.1
ISLAMIYAH 1/1
YOGYAKARTA

Tanggal Terbit : Ditetapkan

Direktur
PROSEDUR
RS Zahra Fadhila
Tanggal Revisi :
TETAP

1. Pengertian Menerima pasien yang baru masuk IGD untuk diberikan perawatan
paripurna secara tepat dan akurat
2. Tujuan Sebagai acuan untuk memberikan pelayanan gawat darurat paripurna
secara tepat dan akurat

3. Kebijakan SK Kemenkes RI N0. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standart


Instalasi Gawat Darurat.

SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan


instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Prosedur 1. Petugas triase menerima pasien baru dan melakukan pemilahan
(triase) berdasarkan kategori kegawatdaruratan
2. Setelah dilakukan anamnesa, pemeriksaan dan penatalaksanaan
terhadap pasien baru dilakukan penyelesaian proses administrasi
3. Keluarga/pengantar pasien melakukan registrasi di Ruang
Pendaftaran pasien IGD.
3. Petugas TPO memberikan penjelasan kepada
pasien/keluarga/pengantar pasien mengenai Hak dan Kewajiban
Pasien, keadaan/fasilitas yang ada serta edukasi Pengurusan
Jaminan Kesehatan jika pasien peserta JKN atau asuransi kesehatan
lainnya.
4. Mencatat data dari hasil pengkajian pada catatan medik dan catatan
perawatan pasien.
5. Memberitahukan prosedur perawatan/tindakan yang segera
dilakukan.

5. Unit Terkait 1. TPPO

2. Rekam Medis

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

PENERIMAAN PASIEN DATANG SUDAH MENINGGAL


(DEATH OF ARRIVAL (DOA))
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
APK 1/Std.1.1
1/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan

Direktur
PROSEDUR

Tanggal Revisi : RS. Zahra Fadhila


TETAP

1. Pengertian Yaitu pasien yang meninggal dalam perjalanan sebelum tiba di rumah
sakit atau pasien yang meninggal di tempat kejadian.
2. Tujuan Sebagai acuan pelayanan kepada pasien yang datang sudah meninggal
sebelum tiba di RS. Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin.
3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan
instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Prosedur 1. Dokter jaga IGD melakukan pemeriksaan untuk memastikan
bahwa pasien benar-benar telah meninggal sebelum sampai di
IGD RS. Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin.

2. Pasien yang datang ke IGD RS. Dr. H. M. Ansari Saleh


Banjarmasin sudah meninggal harus di data dan dibuatkan status
lengkap beserta data luka atau cederanya untuk kepentingan
pembuatan visum luar dan pengisian blangko asuransi serta untuk
data pasien death on arrival (DOA) pada IGD RS. Dr. H. M.
Ansari Saleh Banjarmasin.

3. Setelah itu pasien diserahkan kepada pihak keluarga.

4. Jika pasien/jenazah tidak langsung dibawa pulang maka di


antarkan ke Instalasi Pemlusaraan Jenazah setelah dilakukan
perawatan jenazah
5. Unit Terkait 1. Rekam Medis

2. Ambulance

3. Instalasi Pemulasaraan Jenazah

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
SKRINING PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM


No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUFAIDAH AL-
1/2
ISLAMIYAH
APK 1/Std 1.1
YOGYAKARTA
Tanggal Terbit : Ditetapkan
Direktur
RS Zahra Fadhila
PROSEDUR TETAP Tanggal Revisi :

Pengertian Pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang


sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis yang tidak
terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi, untuk menemukan
adanya masalah atau faktor risiko

Tujuan Mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit


dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang
ditentukan

Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan


instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin

Prosedur 1. Perawat triase merespon cepat kedatangan pasien


2. Skrining awal dilakukan dalam waktu maksimal 2 menit
- Melakukan penilaian kesadaran
- Memasang pulse oksimetri untuk pemeriksaan sirkulasi :
- HR (-) , cek pulsasi segera lakukan Resusitassi
Jantung Paru
- Heart Rate bradikardi/takikardia segera antar
pasien ke ruang resusitasi
- SaO2 < 90% segera antar pasien ke ruang
resusitasi
3. Melakukan jenis triase dan memberikan kode huruf triase
4. Melakukan Primary Survey :
- Airway dengan kontrol servikal
- Breating dan ventilasi oksigenasi
- Circulation dengan control perdarahan
- Disability
- Exposure/Environment
5. Resusitasi
6. Secundery Survey
Pemantauan dan reevaluasi penderita berkesinambungan

Unit Terkait 1. Rekam Medis


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Laboratorium Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

TRIASE
RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 1/2
YOGYAKARTA APK 1/Std 1.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Sistem seleksi dan pemilahan untuk menentukan tingkat


kegawatan dan prioritas penanganan pasien yang datang di IGD
2. Tujuan Memilah dan menilai pasien agar mendapatkan pertolongan
medik secara cepat dan tepat sesuai dengan prioritas kategori
kegawatdaruratannya
3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
4. Prosedur Triase dilakukan oleh dokter atau perawat terlatih yang bertugas
pada shift saat pasien tiba di IGD RS. Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
1. Pasien tiba di IGD diantar dengan menggunakan ambulance
atau alat transportasi lainnya diterima oleh petugas/paramedik
IGD
2. Petugas harus memahami dan dapat membedakan kondisi
pasien yang datang di IGD sebagai berikut :
a. Gawat darurat ; yaitu pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badan lainnya akan menjadi cacat
bila tidak mendapat pertolongan secepatnya.
b. Gawat tidak darurat ; yaitu pasien akibat musibah yang
datang dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
tindakan darurat
c. Darurat tidak gawat; yaitu pasien akibat musibah yang
datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya
d. Tidak gawat tidak darurat; yaitu pasien yang tidak
memerlukan tindakan kedaruratan

TRIASE

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 2/2
YOGYAKARTA APK 1/Std 1.1
Prosedur 3. Petugas melakukan klasifikasi dan memberi label atau kode
warna triase pada pasien sesuai tingkat kegawat daruratannya
:
a. Segera - Immediate (I) - MERAH. Pasien mengalami
cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat
hidup bila ditolong segera. Misalnya Tension
Pneumothoraks, distress pernapasan, perdarahn internal
vena besar, syok, trauma kepala.
b. Tunda - Delayed (II) - KUNING. Pasien memerlukan
tindakan defintif dan pengawasan ketat tetapi tidak ada
ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi
terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan
perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan
tubuh.
c. Minimal (III) - HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal,
dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan. Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet,
luka bakar superfisial.
d. Expextant (0)-HITAM. Pasien mengalami ceder
mematikan dan akan meninggal meski mendapat
pertolongan. Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir
diseluruh tubuh, kerusakan organ vital.
4. Prosedur 4. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan sesuai tingkat
kegawatdaruratan
5. Pasien yang tidak gawat darurat pada jam kerja diarahkan ke
poliklinik/ Instalasi Rawat Jalan
5. Unit Terkait 1. Rekam Medis
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Laboratorium
5. Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
PENDAFTARAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT
DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 1/2
YOGYAKARTA APK 1/Std 1.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS Zahra Fadhila


Tanggal Revisi :

1. Pengertian Pelayanan pasien yang berobat di IGD diharapkan lancar dan


bertanggung jawab.
2. Tujuan Demi kelancaran pelayanan pasien gawat di IGD Rumah Sakit
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.

3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
4. Prosuder Pasien yang datang di IGD ditolong terlebih dahulu,setelah
mendapatkan pelayanan ada beberapa kemungkinan untuk setiap
pasien bisa boleh pulang, dirawat, dirujuk atau observasi di IGD.

1. Pasien yang sudah dilakukan pemeriksaan dan membawa


surat pengantar untuk di rawat inap dapat langsung
dibuatkan status untuk rawat inap.
2. Pasien yang diperiksa oleh dokter jaga IGD dan
dinyatakan harus rawat inap harus dicarikan ruangan
yang tersedia dan dibuatkan status serta dikonsultasikan
kepada dokter konsulen (Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP) sesuai dengan diagnosis pasien
3. Jika pasien ada keluarganya, keluarga mendaftarkan
pasien di loket TPO untuk mendapatkan status dan nomor
rekam medis.
4. Jika pasien tidak di antar oleh keluarga dan sudah dalam
keadaan sadar serta dapat diwawancarai, petugas sentral
opname melengkapi data pasien untuk di buatkan nomor
rekam medis.
5. Sentral opname mengecek data identitas pasien untuk
mengetahui apakah pasien pernah dirawat/berobat ke
rumah sakit.
6. Bagi pasien yang belum pernah berobat/dirawat maka
petugas TPO membuatkan nomor rekam medis sebagi
nomor identitas pasien baik rawat jalan maupun rawat
inap.
7. Petugas sentral TPO harus selalu memberitahukan
ruangan yang kosong kalau ada pasien yang perlu
diopname.
PENDAFTARAN PASIEN DI INSTALASI GAWAT
RUMAH SAKIT UMUM DARURAT
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
APK 1/Std 1.1 2/2
Unit Terkait 1. TPO
2. Rekam Medis
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
PENERIMAAN PASIEN DARI INSTALASI RAWAT
JALAN KE INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA /

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur


PROSEDUR TETAP

RS. Zahra Fadhila


Tanggal Revisi :

1. Pengertian Proses penerimaan pasien yang diindikasikan oleh dokter jaga


IRJ karena indikasi kasus kegawatdaruratan untuk segera
ditangani di IGD
2. Tujuan Demi kelancaran pelayanan pasien gawat di IGD Rumah Sakit
Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin

3. Kebijakan - SK Kemenkes RI No. 856/Menkes/SK IX/2009 tentang


Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
- SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
- Sk Direktur Nomor: 821/-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan
instalasi rawat jalan di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Prosedur 1. Dokter yang menangani pasien memastikan bahwa pasien
dalam kondisi stabil
2. Dokter Jaga IRJ membuat pengantar medis pasien untuk
Penanganan Gawat Darurat
3. Keluarga/pengantar pasien mendaftarkan di Pendaftaran
IGD
4. Pasien diperiksa oleh Dokter dan Perawat Triase
5. Pasien ditangani oleh Dokter Jaga IGD dan perawat sesuai
indikasi
5. Unit Terkait 1. TPPO
2. Rekam Medis
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
KRITERIA PASIEN MASUK
INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA /

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Kategori pasien dengan kondisi gawat darurat yang mendapatkan


pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
2. Tujuan 1. Memberikan pelayanan Gawat Darurat paripurna yang cepat,
tepat dan akurat

2. Memberikan prioritas penanganan Kasus Gawat Darurat

3. Meningkatkan keselamatan pasien, staf dan lingkungan


3. Kebijakan - SK Kemenkes RI No. 856/Menkes/SK IX/2009 tentang
Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
- SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin

4. Prosedur 1. Pasien yang memenuhi kriteria sebagai pasien gawat darurat :


a. Nyeri dada
b. Perdarahan yang tidak dapat dihentikan
c. Batuk darah atau muntah darah
d. Sesak nafas
e. Pusing disertai adanya kelemahan otot atau penglihatan
kabur
f. Diare dan muntah hebat
g. Penurunan kesadaran
h. Korban kecelakaan dan kekerasan
i. Nyeri hebat yang tidak tertahankan
2. Setiap pasien yang masuk IGD akan melalui proses triase
untuk dipilah berdasarkan Kriteria Kegawatdaruratannya.

3. Pasien yang datang dengan keluhan yang tidak masuk dalam


kriteria Gawat Darurat tapi tanda vital tidak stabil maka akan
mendapatkan penanganan sesuai dengan masalahnya dan
dilakukan observasi maksimal 4 jam, selanjutnya dipulangkan
untuk berobat jalan di Poiklinik atau menjalani rawat inap.

4. Kriteria kegawatdaruratan pasien masuk IGD untuk Obstetri


mengacu pada SPO Pelayanan Gawat Darurat Obstetri
KRITERIA PASIEN MASUK
INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 2/2
YOGYAKARTA APK 1/Std 1.1

5. Unit Terkait 1. TPO


2. Rekam Medis
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
OBSERVASI PASIEN
INSTALASI GAWAT DARURAT

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 1/1
YOGYAKARTA APK 1/Std 1.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur


PROSEDUR TETAP

RS.Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Melakukan penilaian dan pengawasan kepada pasien yang sudah


diatasi kegawatdaruratannya
2. Tujuan 1. Mencegah terjadinya perburukan kondisi pasien

2. Melakukan penilaian ulang kondisi pasien

3. Kebijakan - SK Kemenkes RI No. 856/Menkes/SK IX/2009 tentang


Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
- SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur 1. Dokter Jaga IGD memutuskan pasien yang memerlukan
observasi

2. Observasi dilakukan oleh perawat dan dokter jaga IGD

3. Observasi dilakukan tiap 5 – 15 menit sesuai tingkat


kegawatdaruratannya. Hal-hal yang perlu di observasi :

a. Keadaan umum pasien

b. Kesadaran pasien

c. Airway (jalan nafas)

d. Tanda-tanda vital

e. Kelancaran tetesan infus

4. Apabila dalam masa observasi keadaan pasien memburuk


maka perawat yang melakukan observasi akan melaporkan
kepada Dokter Jaga IGD.
5. 5. Dokter Jaga IGD melakukan Re-assesment terhadap kondisi
pasien
6. Observasi pasien di IGD dilakukan maksimal dalam waktu 2
(dua) jam untuk kemudian diputuskan apakah penderita boleh
pulang atau dialihkan ke ruangan rawat inap terpadu/kamar
operasi atau di rujuk ke rumah sakit lain.
7. Perkembangan penderita selama observasi dicatat di formulir
catatan perkembangan terintegrasi
5. Unit Terkait 1. TPPO
2. Rekam Medis
3. Instalasi Rawat Jalan
4. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

POLA OPERASIONAL DOKTER PENANGGUNG


JAWAB PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL- No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
ISLAMIYAH 1/2
YOGYAKARTA APK 2/Std. 2.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit Direktur


:
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Dokter penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah


dokter yang bertugas mengelola rangkaian asuhan medis
seorang pasien yang meliputi pemeriksaan medis, terapi,
follow up dan resume medis pasien.
2. Tujuan Agar pasien mendapatkan pelayanan medis secara
paripurna oleh DPJP yang kompeten

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014


tentang pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr.
H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
- SK Direktur Nomor: 821/-TU/RSAS/2014 tentang
instalasi rawat inap di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
4. Prosedur A. Pasien masuk melalui Instalasi Gawat Darurat.
1. DPJP adalah dokter jaga IGD yang saat itu
bertugas serta menerima dan melayani pasien
tersebut.
2. Apabila dokter jaga IGD melakukan konsul kepada
dokter konsulen jaga sesuai jadwal jaga konsulen,
maka DPJP berpindah kepada dokter konsulen jaga
yang dikonsul.
3. Serah terima DPJP dilakukan secara tertulis.
Dokter jaga IGD menuliskan nama dokter
konsulen jaga yang dikonsul pada status pasien dan
diberi paraf oleh dokter IGD tersebut. Selanjutnya
DPJP pasien tersebut adalah dokter konsulennya.
4. Pasien yang akan dirawat di Ruang Rawat Inap
VIP dan kelas I berhak memilih DPJP, untuk
pasien kelas II jika dapat menunjukkan surat
rujukan dari DPJP bersangkutan.
5. Jika diperlukan rawat bersama, maka DPJP
melakukan konsul tertulis kepada dokter konsulen
lain. DPJP utama adalah dokter konsulen yang
meminta konsul.
B. Pasien masuk melalui poliklinik rawat jalan.
1. DPJP adalah dokter pemeriksa di poliklinik rawat
jalan yang menandatangani surat keterangan
masuk
2. Dilakukan serah terima petugas poliklinik dengan
petugas ruang rawat inap dimana pasien akan
dirawat.
3. Serah terima dilakukan secara tertulis oleh petugas
poliklinik dengan menulis nama dokter yang
merawat pada status pasien disertai paraf petugas
poliklinik dan petugas ruang rawat inap
POLA OPERASIONAL DOKTER PENANGGUNG
JAWAB PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 2/2
APK 2/Std. 2.1

4. Prosedur

4. Selanjutnya DPJP pasien adalah dokter yang


namanya ditulis pada status pasien.
5. Jika diperlukan rawat bersama, maka DPJP
melakukan konsul tertulis kepada dokter konsulen
lain. DPJP utama adalah dokter konsulen yang
meminta konsul.

C. Pasien yang dirawat di Ruangan


1. Semua pasien VIP dan Kelas I, berhak divisite
dokter spesialis setiap hari, kecuali hari libur.
2. Bila dokter spesialis berhalangan, harus
melimpahkan tugas visite secara tertulis kepada
dokter spesialis lain.

5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

PENANGANAN PASIEN BARU


PADA SAAT BRANKARD KOSONG
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
1/2
APK 1/Std 1.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Penanganan pasien baru yang datang ke IGD pada saat


brankard/tempat tidur tidak tersedia
2. Tujuan Memberikan kemudahan pelayanan dan kelancaran pasien baru di IGD

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur 1. Petugas triase melakukan pemeriksaan triase dan menentukan
kategori triase

2. Jika pasien dinyatakan dalam :


a. Kondisi gawat darurat dan memerlukan tindakan resusitasi
segera maka resusitasi dilakukan di kendaraan yang
membawa pasien
b. Kondisi gawat tidak darurat, maka doketr jaga melakukan
pemeriksaan di ruang triase atau kendaraan yang membawa
pasien sehingga dapat memberikan innisial terapi segera
c. Kondisi darurat tidak gawat dan membutuhkan brankard
maka dokter jaga melakukan edukasi kepada keluarga
pasien untuk menunggu penanganan selama ± 30 menit
dan melakukan triase ulang setelah melewati waktu tunggu.
Jika masih belum tersedia brankard maka dokter jaga IGD
melakukan pemeriksaan di ruang tunggu/ruang
triase/kendaraan yang membawa pasien dan memberikan
innisial terapi
3. Dokter Jaga IGD melakukan pemeriksaan terhadap pasien di
IGD kemungkinan ada yang bisa di pulangkan, sudah bisa
dipindahkan ke ruang rawat inap/di rujuk agar brankardnya
bisa digunakan oleh pasien yang baru
5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan
Tanda tangan

INFORMASI PENUNDAAN PELAYANAN, DIAGNOSIS


DAN PENGOBATAN TERHADAP PASIEN
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 1/2

Ditetapkan

Tanggal Terbit Direktur


:
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:
1. Pengertian Informasi penundaan pelayanan, diagnosis dan pengobatan
terhadap pasien adalah suatu kegiatan dimana petugas
kesehatan memberikan informasi terhadap pasien maupun
keluarga pasien mengenai alas an menunggu atau menunda
pelayanan, diagnosis dan pengobatan serta alternative yang bisa
didapatkan oleh pasien dan keluarga.
2. Tujuan Sebagai upaya untuk memberikan pelayanan terbaik dan
paripurna kepada pasien sehubungan dengan adanya penundaan
pelayanan dan diagnosis dan pengobatan

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur 1. Pasien rawat inap maupun rawat jalan diberikan informasi
apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan.

2. 2. Pasien dan keluarga diberikan informasi alasan penundaan


pelayanan atau menunggu dan memberikan informasi
tentang alternative yang tersedia sesuai dengan keperluan
klinis pasien
3. Informasi yang telah diberikan di dokumentasikan di dalam
rekam medis

5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
MEMULAI DAN MENGAKHIRI RESUSITASI
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
1/3

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk


mengembalikan fungsi pernafasan dan jantung guna
kelangsungan hidup pasien
2. Tujuan Sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri resusitasi pada
keadaan yang tepat

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin.
4. Prosedur Persiapan
1. Alat
a. Alat pelindung diri (masker, handscoen)
b. Trolly emergency yang berisi :
 Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)
 Magil force
 Pipa trakhea berbagai ukuran
 Trakhea tube berbagai ukuran
 Gudel berbagai ukuran
 CVP set
 Infus set/blood set
 Papan resusitasi
 Gunting verband
 Bag resuscitator lengkap
 Semprit 10 cc – jarum no. 18

c. cSet therapy oksigen lengkap dan siap pakai


d. Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai
e. EKG record
EKG monitor bila memungkinkan
DC shock lengkap
2. Pasien
- Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
- Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas
keras
- Baju bagian atas pasien dibuka
MEMULAI DAN MENGAKHIRI RESUSITASI
RUMAH SAKIT UMUM DI INSTALASI GAWAT DARURAT\
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


2/3
4. Prosedur Pelaksanaan
1. Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker,
handscoen)
2. Mengecek kesadaran pasien dengan cara :
- Memanggil nama
- Menanyakan keadaannya
- Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien
3. Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, terjadi henti
nafas dan henti jantung mulai lakukan resusitasi
4. Buka jalan nafas dengan posisi head tilt chin lift dan
bersihkan jalan nafas dari sumbatan
5. Menilai pernafasan dengan cara :
- Melihat pergerakan dada/perut
- Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung
- Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau
punggung tangan.
6. Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buatan dengan
resuscitator sebanyak 2 kali secara perlahan
7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri
karotis, jika arteri carotis teraba cukup berikan nafas
buatan setiap 5 detik sekali.
8. Jika areteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas
buatan dan konpresi jantung luar dengan perbandingan
15:2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3:1 untuk
neonates
9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek
pernafasan.
10. Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi
dimulai dengan kompresi jantung luar.
11. Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :
1) Dewasa
 Penekanan menggunakan dua pangkal telapak
tangan dengan kejutan bahu
 Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas
proses xyphoideus
MEMULAI DAN MENGAKHIRI RESUSITASI
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
3/3
4. Prosedur 12. Resusitasi tidak dilakukan pada :
- Kematian normal
- Stadium terminal penyakit yang tidak dapat
disembuhkan lagi
- Apabila hamper pasti fungsi serebral tidak akan
dapat pulih kembali setelah 0,5 – 1 jam dan
normotermia
- Pasien dengan kriteria Do Not Resuscitate (DNR)
13. Resusitasi dapat diakhiri pada :
- Fungsi sirkulasi dan ventilasi telah kembali spontan
efektif dan tekanan sistolik > 60 mmHg
- Jika dalam 30 menit dilakukan resusitasi yang
adekuat namun pasien belum menunjukkan tanda-
tanda kehidupan.
- Penolong telah terlalu lelah
- Pasien dinyatakan meninggal oleh dokter
- Diketahui kemudian bahwa pasien berada dalam
penyakit terminal yang tidak dapat disembuhkan
lagi
14. Semua tindakan resusitasi dokumentasi secara tertulis

5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Laboratorium
4. Radiologi

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan
Tanda tangan

KRITERIA PASIEN MASUK ICU


RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
APK 1/ Std. 1.4 1/2

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Suatu cara penilaian untuk menentukan seorang pasien memenuhi


syarat dan layak untuk di rawat di ICU
2. Tujuan - Mengoptimalkan pemanfatan tempat tidur ICU

- Menurunkan angka mortalitas dan morbuditas pasien

3. Kebijakan 1. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dapat dirawat di Ruang


ICU.
2. Ruang ICU dapat menerima rujukan pasien dari rumah sakit
lain sesuai dengan standar dan fasilitas yang dimiliki dan bila
pasien memerlukan perawatan insentif yang lebih tinggi
tingkatannya dapat di rujuk ke rumah sakit lain sesuai dengan
kondisi pasien.
4.Prosedur Kriteria inklusi :
 Semua pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik
dan atau proteksi jalan nafas
 Pasien-pasien paska operasi yang memerlukan monitoring
intensif, seperti :
- Operasi lama > 6 jam dan atau resiko perdarahan
- Resiko tinggi (ASA >3, seperti hipoalbumin, anemia
berat, dan gangguan koagulasi)
- Riwayat henti jantung, hipoksemia, atau aspirasi
pneumonia selama operasi
 Pasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak
stabil) dari IGD dan ruang rawat inap :
- Pasien-pasien traumatic brain injury (TBI) dengan GCS <
8 dan atau disertai trauma facial (masalah airway)
- Pasien-pasien cerebrovaskuler (stroke) dengan GCS < 8
atau disertai pneumonia
- Asidosis metabolic berat (dehidrasi, ketosis, intoksikasi,
pankreatitis akut)
- Pasien-pasien multiple trauma dengan shock (anemia
berat)
- Pasien-pasien yang memenuhi criteria sepsis berat : HR >
90, RR > 25, hipo/hipertermia atau leukositosis atau
leucopenia dengan 1 tanda disfungsi organ:
 Gangguan koagulasi / hemostase
 Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)
 Trauma paru akut (ARDS / ALI)
 Peningkatan kadar ureum / kreatinin
 Hipotensi

KRITERIA PASIEN MASUK ICU


RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 2/2
4. Prosedur  Diagnosa yang umumnya memenuhi perawatan ICU, adalah :
o Multi system (> 1) organ failure (hematology,
kardiovaskuler, paru, ginjal, otak dan hati)
o Respiratori failure / disfuntion exacerbasi akut dari gagal
ginjal kronik
o Drug overdosis (alcohol, paracetamol)
o Gastrointestinal hemorraghi
o Dibetik ketoasidosis
o Krisis hipertensi
o Sepsis
o HIV / AIDS dan kelainan yang berhubungan
 Pasien-pasien yang menggunakan obat-obat inotropik dan anti
aritmia yang memerlukan monitoring hemodinamik invasif.
Kriteria Eksklusi :
 Pasien yang telah dipastikan mengalami brain death
 Pasien dalam keadaan vegetatif permanent
 Pasien yang menolak untuk diberikan terapi di ICU karena
berbagai sebab
Skala Prioritas Pasien yang masuk ke ICU :
1. Pasien kritis, yang tidak stabil yang memerlukan terapi intensif
seperti bantuan ventilasi, infuse obat-obatan vasoaktif
kontinyu, dan lain-lain.
2. Pasien yang memerlukan pemantauan canggih dari ICU. Jenis
pasien ini berisiko sehingga memerlukan terapi intensif segera,
sehingga diperlukan pemantauan secara intensif ( penyakit
dasar jantung dan paru).
3. Pasien sakit kritis dan tidak stabil dimana status kesehatan
sebelumnya, penyakit yang mendasarinya, atau penyakit
akutnya, baik masing-masing atau kombinasinya, sangat
mengurangi kemungkinan kesembuhan dan atau mendapat
manfaat dari terapi ICU. Contoh pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi, sumbatan jalan nafas,
pasien menderita sakit jantung atau paru terminal disertai
komplikasi penyakit akut berat.
5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Bedah Sentral
3. Rekam Medis
4. Ambulance
5. Radiologi
6. Laboratorium

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

SISTEM RUJUKAN

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
1/2
APK 3/Std 3.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR RS. Zahra Fadhila

TETAP Tanggal Revisi :

1. Pengertian Sistem rujukan adalah tata cara pengiriman pasien ke instalasi


kesehatan lain yang tidak dapat ditangani karena terbatas kemampuan
atau fasilitas rumah sakit atau atas dasar permintaan
pasien/keluargamya sendiri.
Jenis rujukan adalah :
1.Rujukan alih rawat.
2.Rujukan pemeriksaan penunjang.
3.Rujukan spesimen pemeriksaan.
2. Tujuan Sebagai upaya untuk memberikan pelayanan terbaik dan paripuna
kepada pasien sehubungan dengan keterbatasan sarana dan prasarana
yang dimiliki Rumah Sakit Dr.H.Moch.Ansari Saleh Banjarmasin.

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
4. Produser 1. Dokter jaga IGD memberikan informasi kepada pasien dan
keluarga bahwa pasien perlu di rujuk ke RS lain
2. Jika keluarga pasien menyetujui, maka dokter jaga IGD membuat
surat rujukan dengan melengkapi keterangan hasil
pemeriksaan,diagnosa sementara,dan terapi yang telah diberikan.
3. Surat rujukan harus ditanda tangani oleh dokter yang memeriksa
pasien tersebut.
4. Informasikan terlebih dahulu kepada RS yang dituju melalui
telpon.
5. Beritahukan kepada bagian transportasi ( Ambulance ) untuk
mempersiapkan kendaraan.
6. Siapkan peralatan yang dibutuhkan pasien selama dalam
perjalan.
7. Pasien yang kondisinya gawat harus didampingi dokter/perawat
IGD.

SISTEM RUJUKAN

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH 2/2
YOGYAKARTA
4. Prosedur 8. Apabila pasien/keluarganya menolok dirujuk,berikan dulu
penjelasan mengenai resiko yang mungkin terjadi.
Selanjutnya keputusan diserahkan kepada pasien/keluarganya
untuk tetap dirawat di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin atau pulang dengan terlebih dahulu mengisi dan
menandatangani formulir surat penolakan rujukan.

Unit Terkait

1. Ambulance
2. Rumah sakit/ Instansi Kesehatan lain

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

RUJUKAN MEDIK/ALIH RAWAT

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 1/2
APK 4/Std. 4.1
Ditetapkan

Tanggal Terbit : Direktur

PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi :

1. Pengertian Merupakan pelimpahan kewenangan atau pengiriman pasien pada


instansi kesehatan/rumah sakit lain yang dianggap lebih mampu
dalam merawat pasien yang ada di IGD RS Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
2. Tujuan - Setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik dan paripurna
sehubungan dengan keterbatasan sarana penunjang maupun
tenaga ahli atau permintaan keluarga
- Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman pasien ke unit
yang lebih lengkap fasilitasnya.
- Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of
knowledge and skill) melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
5. Prosedur 1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
bahwa alasan medis atau karena ketiadaan tempat tidur
maka pasien harus dirujuk.
2. Melakukan konfirmasi dan memastikan kesiapan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang dituju sebelum merujuk
melalui telepon jika memungkinkan
3. Membuat surat rujukan dengan melengkapi keterangan
hasil pemeriksaan, diagnosa sementara, dan terapi yang
telah diberikan.
4. Mencatat pada register dan membuat laporan rujukan.
5. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah distabilkan
lebih dahulu dan stabilitas pasien dipertahankan selama
dalam perjalanan.
6. Beritahukan kepada bagian transpotasi (ambulance) untuk
mempersiapkan kendaraan dan surat tugas
7. Siapkan peralatan yang diperlukan pasien selama dalam
perjalanan misalnya oksigen, suction dan lain-lain

RUJUKAN MEDIK/ALIH RAWAT

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 2/2

4. Prosedur 8. Pasien yang kondisinya gawat harus didampingi


oleh perawat IGD
9. Setelah selesai mengantarkan pasien dan kembali
ke rumah sakit supir dan petugas IGD/Instalasi
Rawat Inap melengkapi berkas pengajuan klaim
ambulance jika pasien yang di rujuk adalah pasien
peserta JKN

5.Unit Terkait 1. Ambulance


2. Rumah Sakit/Instansi Kesehatan lainnya

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

RUJUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL- No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
ISLAMIYAH APK 3/Std3.2 1/2
YOGYAKARTA

Ditetapkan

Tanggal Direktur
Terbit :
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Merupakan pelimpahan kewenangan atau pengiriman


pasien pada instansi kesehatan/rumah sakit lain yang
memiliki fasilitas pemeriksaan penunjang (misalnya CT-
Scan, colon in loop, dll)
2. Tujuan - Setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik dan
paripurna sehubungan dengan keterbatasan sarana
penunjang maupun tenaga ahli atau permintaan
keluarga
- Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman pasien ke
unit yang lebih lengkap fasilitasnya.

3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4.Prosedur 1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
bahwa alasan medis pasien memerlukan
pemeriksaan penunjang yang tidak tersedia di RSUD
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
2. Melakukan konfirmasi dan memastikan kesiapan
sarana penunjang yang dituju sebelum merujuk
melalui telepon
3. Membuat surat rujukan untuk pemeriksaan
penunjang dengan mengisi formulir yang tersedia
yang harus ditandatangani oleh dokter yang merawat
pasien tersebut (DPJP)
4. Sebelum dikirim, keadaan umum pasien sudah
distabilkan lebih dahulu dan stabilitas pasien
dipertahankan selama dalam perjalanan.
5. Beritahukan kepada bagian transpotasi (ambulance)
untuk mempersiapkan kendaraan dan surat tugas
6. Siapkan peralatan yang diperlukan pasien selama
dalam perjalanan misalnya oksigen, suction dan lain-
lain
7. Pasien yang kondisinya gawat harus didampingi oleh
perawat IGD

RUJUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 2/ 2

4. Prosedur 8. Setelah selesai pemeriksaan penunjang di RS rujukan


maka pasien dibawa kembali ke RSUD Dr. H. Moch.
Ansari saleh Banjarmasin, supir dan petugas
IGD/Instalasi Rawat Inap melengkapi berkas
pengajuan klaim ambulance dan pendampingan
pasien jika pasien yang di rujuk adalah pasien peserta
JKN

5.Unit Terkait 1. Ambulance


2. Instalasi Rawat Inap
3. Rumah Sakit/Instansi Kesehatan lainnya

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

RUJUKAN SPESIMEN PEMERIKSAAN


RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUFAIDAH AL- APK 3/Std. 3.2 1/2
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA

Ditetapkan

Tanggal Direktur
Terbit :
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Merupakan pelimpahan kewenangan atau pengiriman


sampel laboratorium dari RSUD Dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin ke laboratorium kesehatan/rumah
sakit lain yang lebih lengkap dimana reagen pemeriksaan
laboratorium yang diminta tidak dimiliki oleh
laboratorium RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
2. Tujuan - Setiap pasien mendapatkan pelayanan terbaik dan
paripurna sehubungan dengan keterbatasan sarana
penunjang yang mengalami kerusakan atau tidak
lengkap
- Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman spesimen
pemeriksaan pasien ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.
3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin

4.Prosedur 1. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga


bahwa alasan medis pasien memerlukan pemeriksaan
laboratorium(spesimen) yang tidak tersedia di RSUD
Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
2. Melakukan konfirmasi dan memastikan kesiapan
sarana penunjang yang dituju sebelum merujuk
melalui telepon
3. Membuat surat rujukan untuk pemeriksaan
laboratorium (spesimen) dengan mengisi formulir
yang tersedia.
4. Surat rujukan/permintaan pemeriksaan laboratorium
(spesimen) harus ditandatangani oleh dokter yang
merawat pasien tersebut (DPJP)
5. Setelah selesai pemeriksaan penunjang di RS rujukan
maka pasien dibawa kembali ke RSUD Dr. H. Moch.
Ansari saleh Banjarmasin, supir dan petugas
IGD/Instalasi Rawat Inap melengkapi berkas
pengajuan klaim ambulance dan pendampingan
pasien jika pasien yang di rujuk adalah pasien peserta
JKN

RUJUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

RUMAH SAKIT UMUM


RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
YOGYAKARTA 2/ 2
APK 3/Std.
3.2
5.Unit Terkait 1. Ambulance
2. Instalasi Rawat Inap
3. Rumah Sakit/Instansi Kesehatan lainnya

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

PENGGUNAAN AMBULANCE RUJUKAN

No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUMAH SAKIT UMUM 1/1
RUFAIDAH AL- APK 5
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
Ditetapkan

Tanggal Direktur
Terbit :
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal
Revisi :

1. Pengertian Ambulans rujukan adalah kendaraan yang digunakan


untuk mengantar, menjemput dan membantu keperluah
pasien yang atas pertimbangan dokter / perawat / bidan
memerlukan rujukan ke Fasilitas Kesehatan/ rumah
sakit lain

2. Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan pengantaran rujukan


sampai rumah sakit tujuan dengan cepat dan aman

3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur Untuk Sopir:
1. Sopir bertanggung jawab atas kesiapan mobil
dan keselamatan dalam perjalanan
2. Ambulan harus dikemudikan oleh sopir ambulan
(jika berhalangan digantikan oleh sopir yang
sudah ditunjuk )
Untuk dokter jaga IGD/Rawat Inap
1. Dokter Jaga IGD/ Rawat Inap menyatakan pasien
perlu dirujuk
2. Dokter Jaga IGD/Rawat Inap memberikan
konseling pada keluarga pasien mengenai alas an
pasien di rujuk.
3. Jika Keluarga pasien setuju Dokter Jaga IGD /
Rawat Inap membuat surat rujukan
4. Petugas IGD/rawat inap membuatkan rincian biaya
perawatan selama di IGD atau instalasi rawat inap,
keluarga pasien melakukan pembayaran
administrasi dan menerima kwitansi pembayaran
dan surat rujukan
5. Petugas IGD/rawat inap yang lain segera
menghubungi supir Ambulance
6. Petugas IGD / Rawat Inap mengantar pasien
sampai ke Ambulance dan menyerahkan mandat
selanjutnya ke supir

PENGGUNAAN AMBULANCE RUJUKAN


RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL- No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
ISLAMIYAH 1/2
YOGYAKARTA

4. Prosedur 7. Pasien yang kondisinya gawat harus didampingi oleh


perawat IGD/rawat inap
8. Setelah selesai mengantarkan dan kembali ke RS sopir
ambulance menulis laporan kegiatan pada buku
kegiatan ambulance
9. Jika pasien yang dirujuk adalah pasien peserta JKN
maka supir ambulance melengkapi berkas pengajuan
klaim ambulance yaitu berupa :
- Surat rujukan
- Surat tugas disertai stempel dan tanda tangan dokter
RS rujukan
- Fotocopy SEP dan SJP RS
- Fotocopy identitas diri pasien

5.Unit Terkait 1. Ambulance


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Rumah Sakit/Instansi lain

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan
PEMULANGAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman


RUFAIDAH AL- 1/1
ISLAMIYAH APK 3/Std.
YOGYAKARTA 3.2.1

Ditetapkan

Tanggal Terbit Direktur


PROSEDUR TETAP
:
RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Pasein dinyatakan boleh pulang oleh dokter jaga IGD

2. Tujuan Sebagai acuan pemulangan pasien

3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur 1. Dokter jaga IGD memberikan penjelasan kepada pasien
dan keluarga bahwa pasien boleh pulang, perawatan
pasien dirumah dan rencana tindak lanjut

2. Untuk pasien meninggal melakukan perawatan jenazah


dan menyiapkan administrasi pasien pulang

3. Menyiapkan pasien pulang dengan memberikan kartu


kontrol dan resep obat

4. Petugas kasir IGD menyelesaikan biaya administrasi


pasien pulang

5. Pasien/keluarga menyerahkan lembaran kedua kwitansi


kepulangan pasien kepada petugas IGD

5. Unit Terkait 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

PENANGANAN PASIEN
TERLANTAR/GELANDANGAN
RUMAH SAKIT UMUM No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
RUFAIDAH AL- APK 1/Std. 1.1 1/1
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA

Ditetapkan

Tanggal Terbit Direktur


:
PROSEDUR TETAP RS. Zahra Fadhila

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Pasien yang memerlukan perawatan dan pengobatan di RS


namun selama 2x24 jam :
1. Tidak ada keluarga/penanggung jawab
2. Tidak ada tempat tinggal dan pekerjaan tetap
3. Tidak mampu dari segi keuangan dalam biaya
Rumah Sakit
4. Bukan pemegang Kartu Jaminan Kesehatan Nasional

2. Tujuan Sebagai acuan untuk memberikan pelayanan kepada pasien


terlantar/gelandangan sesuai prosedur yang berlaku

3. Kebijakan - SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang


pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch.
Ansari Saleh Banjarmasin
4. Prosedur Setiap pasien yang terlantar / gelandangan datang ke IGD
RS. Dr. H. M. Ansari Saleh Banjarmasin dalam kondisi
bagaimanapun harus diterima dan dilakukan penanganan
sesuai prosedur yang berlaku.
1. Mengisi Formulir pernyataan penanggung jawab pasien
(bila ada)
2. Bila menerima pasien terlantar / gelandangan (bukan
pemegang kartu sehat) yang perlu perawatan dan
pengobatan maka sesegera mungkin melaporkan ke
bidang pelayanan medik dan irna.
3. Segala keperluan BAKHP, obat-obatan dan penanganan
yang telah dilakukan harus dilaporkan ke Wadir / Kabid
pelayanan.
4. Pasien dimasukan ke Ruang Rawat Inap dengan
fasilitas kelas III B apabila memerlukan perawatan.
5.Unit Terkait 1. Rekam Medik.
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

TRIASE
RUMAH SAKIT
UMUM RUFAIDAH No. Dokumen No. Revisi No. Halaman
AL-ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
1/1

Ditetapkan

Tanggal Direktur
Terbit :
PROSEDUR RS. Zahra Fadhila

TETAP

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Memilah dan menentukan derajat kegawatan penderita.

2. Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas dan tempat pelayanan


medik penderita.
3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang
pelayanan instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin
4. Prosedur 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD
2. in form concern (penandatangan persetujuan tindakan) oleh
keluarga pasien.
3. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat
dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya.
Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi
warna sesuai dengan tingkat kegawatan pasien :
a. Label hijau adalah penderita tidak gawat dan tidak
darurat.
Misalnya : Penderita Common Cold, penderita rawat
jalan, abses, luka robek,
b. Label kuning adalah penderita yang kegawat daruratan
masih tidak urgent
Misalnya : Penderita Thipoid, Hipertensi,DM,
c. Label merah adalah penderita gawat darurat (pasien
dengan kondisi mengancam)
Misalnya : Penderita stroke trombosis, luka bakar,
Appendic acuta, KLL , CVA, MIA, asma bronchial dll
d. Label biru adalah penderita gawat darurat dan perlu
penangan segera.
Misalnya :Henti napas dan henti jantung
5. Penderita mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna : merah,biru ,kuning dan hijau.
6. Pada waktu jam kerja penderita dengan prioritas hijau
dikirim ke puskesmas / unit rawat jalan
5. Unit Terkait Status IGD
Tempat pendaftaran pasien
Ruangan rawat inap.
Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan

Tanda tangan

SOP
RESPON TIME
RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL-
ISLAMIYAH
YOGYAKARTA No. Dokumen No. Revisi No. Halaman

1/1

Ditetapkan

Tanggal Terbit Direktur


:
PROSEDUR RS. Zahra Fadhila

TETAP

Tanggal Revisi
:

1. Pengertian Kesigapan dalam memilah dan menentukan derajat kegawatan


penderita.
2. Tujuan Sebagai acuan menentukan prioritas tindakan dan tempat
pelayanan medik penderita.
3. Kebijakan SK Direktur Nomor: 821/1652-TU/RSAS/2014 tentang pelayanan
instalasi gawat darurat di RSUD dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin
4. Prosedur 1. Penderita datang diterima petugas / paramedis UGD
2. in form concern (penandatangan persetujuan tindakan)
oleh keluarga pasien.
3. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan
singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat
kegawatannya. Oleh paramedis yang terlatih / dokter.
4. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan
memberi kode huruf :
a. Triase warna status ,biru,merah,kuning dan hijau
b. Pasien dengan warna biru waktu respon time 0 – 1
menit,warna merah waktu respon time 1 -5
menit,warna kuning waktu respon time 1 – 30 menit
dan warna hijau waktu respon time 1 -60 menit
5. Penderita mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan
warna biru,merah ,kuning dan hijau
6. Pada waktu jam kerja penderita dengan prioritas hijau
dianjurkan ke poli rawat jalan sesuai dengan kasus pasien (
sakitnya pasien ).
5. Unit Terkait Status IGD
Tempat pendaftaran pasien
Ruangan rawat inap.

Diperiksa oleh
Nama drg. Yuyun Sukaeksi
Jabatan Wakil Direktur Pelayanan
Tanda tangan

5. Kebutuhan Bed dan Tenaga Kerja ICU


A. Perawat yang dibutuhkan
Jumlah perawat x jam perawat
7
Jumlah pasien : 10
Jam perawat : 8 jam
10 x 8 = 11, 43 ~ 11
7
78 x 11 = 3
7
11 + 3 = 14 perawat yang dibutuhkan di ruang IGD
Ruang IGD dengan jumlah pasien sebanyak 15 orang dengan klasifikasi sebagai berikut :
6 orang dengan klasifikasi minimal, 8 orang dengan klasifikasi parsial, dan 5 orang
pasien dengan klasifikasi total. Jumlah perawat yag dibutuhkan di ruangan adalah:
Jumlah perawat dinas pagi
6 x 0,17 = 1,02
8 x 0,27 = 2,16 4,98 ~ 5
5 x 0,36 = 1,8
Jumlah perawat dinas siang
6 x 0,14 = 0,84
8 x 0,15 = 1,2 3,54 ~ 4

5 x 0,30 = 1,5

Jumlah perawat dinas malam


6 x 0,07 = 0,42
8 x 0,10 = 0,8 2,22 ~ 2
5 x 0,20 = 1
Total perawat yang dibutuhkan dalam 1 hari = 11 perawat
E. Kebijakan dan Aturan
a. Kebijakan yang Berlaku

Kebijakan Umum:

1. Pelayanan Instalasi :

a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,


Laboratorium dan k Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam.
b. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter.

c. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan


dengan sistem on call
d. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

e. Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi,


pedoman/panduan dan standar prosedur opersional yang berlaku, serta
sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang berlaku.
f. Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai
dengan ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3),
termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD)
2. Skrining dan Triase :
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien
dapat dilayani oleh RS.
b. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi
3. Identifikasi :

a. Setiap pasien yang masuk rawat inap harus dipasangkan gelang identitas pasien.

b. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum transfusi


darah atau produk darah lainnya, sebelum pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, sebelum
pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindakan.

4. Transfer/perpindahan di dalam rumah sakit :

a. Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum


dipindahkan
5. Transfer keluar rumah sakit / rujukan :

a. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk.

b. Rujukan ke rumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik.

c. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan


pelayanan berkelanjutan.
d. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan
serta perbekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
e. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.

f. Proses rujukan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.

6. Penundaan pelayanan :
a. Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau
penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
b. Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan

c. Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan


memberikan informasitentang alternatif yang tersedia sesuai dengan
keperluan klinik mereka.
7. Pemulangan pasien :

a. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus


menentukan kesiapan pasien untuk dipulangkan.
b. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang
terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
c. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan
kelanjutan pelayanan medis.
d. Identifikasi organisasi dan individu penyedia pelayanan kesehatan di
lingkungannya yang sangat berhubungan dengan pelayanan yang ada di
rumah sakit serta populasi pasien.
e. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang.

f. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.

g. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis.

h. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan perujuk.

8. Transportasi :

a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.

c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak


maupun milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai,
perbekalan dan medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang
dibawa
9. Hak pasien dan keluarga :
a. Menghormati kebutuhan privasi pasien.

b. Melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.

c. Melindungi dari kekerasan fisik.

d. Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko
mendapatkan perlindungan yang layak.
e. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan
didalam maupun diluar rumah sakit.
f. Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui
suatu proses yang ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang
terlatih, dalam bahasa yang dipahami pasien.
g. Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah
atau produk darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi
h. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
i. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

j. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.

k. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu Sesuai dengan standar


profesi dan standar prosedur operasional.
l. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
m. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

n. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan


peraturan yang berlaku di rumah sakit.
o. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai surat izin praktek baik didalam maupun diluar rumah
sakit.

p. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk


data-data medisnya.
q. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta
perkiraan biaya pengobatan.
r. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan
oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
s. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
t. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
di rumah sakit.
u. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.

v. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
w. Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata maupun pidana, dan
x. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan.
10. Penolakan pelayanan dan pengobatan :

a. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak


melanjutkan pengobatan.
b. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
c. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang Menghormati keinginan
dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar ( Do Not Resuscitate )
1) Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak
pelayanan resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan
bantuan hidup dasar.
2) Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya
masyarakat, serta persyaratan hukum dan peraturan.
11. Pelayanan pasien tahap terminal :

a. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat


dan kasih sayang pada akhir kehidupannya

b. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua


aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan
c. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emosional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta
keterlibatannya dalam keputusan pelayanan
12. Assesmentt pasien :

a. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan


pelayanannya melalui suatu proses Assesment yang baku.
b. Assesmentt awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
c. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, undang-undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan Assesment
d. Assesment awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
e. Assesment awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah
sakit.
f. Assesment awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau
sebelum tindakan pada rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30
hari, atau riwayat medis telah diperbaharui dan pemeriksaan fisik telah
diulangi
g. untuk Assesment kurang dari 30 hari, setiap perubahan kondisi pasien
yang signifikan, sejak Assesment dicatat dalam rekam medis pasien pada
saat masuk rawat inap
h. Assesment awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien(discharge)
i. Semua pasien dilakukan Assesment ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan
dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
j. Data dan informasi Assesment pasien dianalisis dan diintegrasikan.

13. Manajemen obat :

a. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika


dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian
yang tidak sengaja diarea tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
b. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label
yang jelas dan disimpan dengan cara yang membatasi akses (restrict
access).

14. Manajemen nutrisi :

a. Pasien di skrining untuk status gizi.

b. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.

c. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko


kontaminasi dan pembusukan.
d. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.

e. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.

15. Manajemen nyeri:

a. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan Assesment apabila ada rasa nyerinya.
b. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.

c. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol.

d. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang


pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing-masing.
16. Surgical Safety Checklist :

a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi


operasi dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi
tepatlokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/ mendokumentasikan
prosedur ―sebelum insisi / time-out‖ tepat sebelum dimulainya suatu
prosedur / tindakan pembedahan.
17. Hand hygiene :

a. Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini


diterbitkandan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
b. Menerapkan program hand hygiene yang efektif.

18. Risiko jatuh :

a. Penerapan Assesment awal risiko pasien jatuh dan melakukan Assesment


ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau
pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka
yang pada hasil Assesment dianggap berisiko.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara
tidak disengaja.

19. Komunikasi efektif :

a. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan


dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
b. Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
c. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
20. Manajemen di instalasi :

a. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan.

c. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin


bulanan minimal satu bulan sekali
d. Setiap bulan wajib membuat laporan.

e. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kaliberasi


sesuai denga ketentuan yang berlaku, untuk menjamin semua sediaan
farmasi tetap dalam kondisi yang baik.
f. Dalam melaksanakan tugasnya setiappetugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
21. Kebijakan Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi (PPI)

a. Kewaspadaan standar rneliputi kebersihan tangan, penggunaan alat


pelindung diri (APD), peralatan perawatan pasien, pengendalian
lingkungan, pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen,
kesehatan karyawan, penempatan pasien, etika batuk, praktik menyuntik
yang aman, praktek untuk lumbal punksi. Kewaspadaan standar diterapkan
secara menyeluruh di semua area RS dengan mengukur semua risiko yang
dihadapi pada setiap situasi dan aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPIRS.
b. Praktik kebersihan tangan di RS merupakan kunci dari upaya PPIRS yang
menggambarkan mutu pelayanan yang berfokus pada keselamatan pasien,
petugas, pengunjung dan lingkungan RS. Kebersihan tangan dilaksanakan
melalui praktik mencuci tangan menggunakan sabun biasa/ antiseptik dan
air mengalir, atau handrub menggunakan larutan antiseptik. Kebersihan
tangan wajib diimplementasikan di RS oleh setiap anggota masyarakat RS
sesuai panduan kebersihan tangan yang dikembangkan RS berdasarkan
pedoman lnternasional(WHO) maupun pedoman nasional (Kemenkes).

1) Penerapan praktik kebersihan tangan oleh seluruh petugas di RS saat


diruang perawatan pasien berpedoman pada lima saat kebersihan tangan
wajib dilaksanakan (standar WHO) dan enam langkah prosedur.
Petugas melaksanakan cuci tangan dengan sabun dan air setelah
melaksanakan 5-10 x cuci tangan dengan handrub.
2) Penerapan praktik kebersihan tangan di luar area perawatan pasien
berpedornan pada panduan kebersihan tangan yang dikembangkan
Komite PPI RS.
3) Komite PPI RS melakukan monitoring, evaluasi dan memberikan
rekomendasi untuk meningkatkan perilaku kebersihan tangan di RS
secara efektif dan efisien.
c. Kewaspadaan isolasi merupakan tambahan kewaspadaan standar
diterapkan pada pasien rawat inap yang suspek atau telah ditentukan jenis
infeksinya, berdasarkan cara transmisi kontak, droplet atau airborne.
Tatalaksana administratif meliputi percepatan akses diagnosis, pemisahan
penempatan pasien, mempersingkat waktu pelayanan di RS, penyediaan
paket perlindungan petugas ; tatalaksana lingkungan meliputi penataan alur
pasien, penataan sistem ventilasi (natural maupun mekanikal) tatalaksana
penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri.
1) RS menyiapkan ruang dengan ventilasi natural yang baik untuk
perawatan pasien infeksi, khususnya infeksi airbone, yang terpisah dari
pasien non infeksi dan khususnya terpisah dari pasien dengan kondisi
immunocompromise.
2) Pasien infeksi yang penularannya melalui cara kontak ditempatkan di
ruang rawat secara kohorting, diutamakan di ruang rawat infeksi.
3) Tatalaksana perawatan pasien infeksi diterapkan berdasarkan prinsip
kewaspadaan isolasi sesuai cara transmisi spesifiknya. Petugas
menerapkan prinsip kewaspadaan kontak atau droplet atau airborne atau
kombinasinya.
4) Transportasi pasien infeksi dari 1 unit ke unit lain harus dibatasi
seminimal mungkin, dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip
kewaspadaan isolasi.
d. Pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis (PPITB)

Merupakan bagian tidak terpisahkan dari PPIRS, khususnya kewaspadaan infeksi


airborne, dimaksudkan untuk lebih memprioritaskan kewaspadaan terhadap risiko
transmisi penyakit TB, MDR.
1) Skrining batuk dilakukan saat pasien datang di RS oleh petugas yang terlatih.

2) Pasien suspek batuk langsung diberikan masker bedah, diberikan


edukasi etika batuk dan higiene respirasi.

3) Akses pelayanan pasien suspek TB dikhususkan untuk diagnosis


cepat,mengamankan alur pelayanan bagi pasien-pengunjung-lingkungan
RS,mempersingkat waktu kontak di RS.
4) Pasien rawat inap TB BTA (+) ditempatkan di ruang rawat inap infeksi
airborne dengan pengaturan ventilasi natural campuran.
5) Tatalaksana perawatan pasien TB, khususnya MDR TB dan TB BTA
(+),diterapkan berdasarkan prinsip kewaspadaan isolasi airborne,
khususnya pada aktivitas/ tindakan medis yang menghasilkan aerosol.
Alat pelindung diri : masker bedah untuk pasien – masker N 95 untuk
petugas.
6) Paket kesehatan kerja meliputi pemantauan kesehatan dan pada
surveilans TB petugas, pemeriksaan rutin prakarya dan berkala,
pemberian terapi profilaksis maupun terapeutik dan pengaturan shift
bertugas dilakukan bersama sub Bagian Kepegawaian dan Unit
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
e. Alat pelindung diri (APD) ditata perencanaan, penyediaan, penggunaan
dan evaluasinya oleh Komite PPI RS bersama Unit K3, lnstalasi Farmasi
dan Sub Bagian TU dan Rumah Tangga RS agar mudah dan dapat cepat
diakses saat dibutuhkan, efektif dan efisien.
1) APD digunakan berdasarkan prinsip kewaspadaan standar dan isolasi
dengan selalu mengukur potensi risiko spesifik pada setiap aktivitas
pelayanan/ tindakan medik sehingga tepat, efektif dan efisien.
2) APD habis pakai disediakan melalui lnstalasi Farmasi dan Sub Bag TU
dan RT dengan paket floorstock terstandar,
3) APD yang lain disediakan melalui unit K3.

4) Tim PPI RS melakukan monitoring dan audit ketepatan penggunaan


APD sebagai bahan Komite PPIRS dalam evaluasi dan rekomendasi
peningkatan efektivitasnya.
f. Surveilans lnfeksi RS (lRS) dilakukan secara sistematik aktif oleh IPCN
(infection prevention control nurse - perawat pengendali infeksi purna
waktu) dan IPCLN (infection prevention control link nurse - perawat
penghubung pengendali infeksi) untuk menggambarkan tingkat kejadian
berbagai penyakit infeksi target sesuai Pedoman Surveilans IRS Kemenkes
dan penyakit infeksi endemis di RS. Target surveilans yaitu : lnfeksi
saluran kemih-lSK terkait kateterisasi, infeksi luka operasi- lLO, plebitis
lRS, dan dekubitus, Ventilator Associated Pneumonia (VAP) & Hospital
Associated Pneumonia (HAP), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) dan
diare.

1) Analisis, evaluasi dan rekomendasi tindak lanjut data infeksi dilakukan


Komite PPIRS di bawah koordinator Dokter Penanggung Jawab
PPI(IPCO) untuk tujuan pengendalian, manajemen risiko dan
kewaspadaan terhadap kejadian luar biasa (KLB).
2) Pengendalian angka IRS menggunakan target sasaran sesuai program
PPl. Sasaran angka IRS dievaluasi setiap 3 tahun. ,
3) Kejadian luar biasa IRS ditetapkan oleh Direktur RS berdasarkan
pertimbangan Komite PPI RS pada hasil evaluasi epidemiologi
kecenderungan angka IRS melalui surveilans, Kecenderungan kejadian
IRS yang terus meningkat signifikan selama 3 bulan berturut-turut atau
peningkatan signifikan angka kejadian pada suatu waktu pengamatan
tertentu diwaspadai sebagai KLB, Pencegahan dan pengendalian risiko
penyebaran kejadian yang berpotensi menjadi KLB dilakukan segera
secara sinergi melalui kerjasama lintas unit satuan kerja oleh Komite
PPIRS.
4) Laporan IRS disampaikan Komite PPI RS kepada Direktur minimal setiap 3 bulan.
g. Pengendalian resistensi antibiotika dilaksanakan RS melalui Panitia
Farmasi dan Terapi.
1) Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan
tujuan dan indikasi (profilaksis atau terapi)
2) Panduan pengobatan antibiotika merujuk pada Kebijakan Pengelolaan
Perbekalan Farmasi di RS di bawah tanggungjawab Sub Komite
Farmasi dan Terapi. Peresepan antibiotika mengacupada formularium
RS dan atau DPHO BPJS mempertimbangkan derajat penyakit,
spektrum antibiotika, farmakokinetik, farmakodinamik, keamanan serta
harga terjangkau.
3) Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :

a) Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;

b) Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektifitas yang baik;

c) Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek samping minimal;

d) Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;

e) Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.

4) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan


efek samping serta tindakan yang diambil.
h. Sterilisasi alat/ instrumen kesehatan pasca pakai di RS dilakukan dengan 2
cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk
perendaman dan pembilasan), pengeringan, pengemasan, labeling,
indikatorisasi, sterilisasi penyimpanan, distribusi diikuti dengan
pemantauan dan evaluasi proses serta kualitas/ mutu hasil sterilisasi secara
terpusat melalui lnstalasi pusat pelayanan Sterilisasi (CSSD).
1) Pemrosesan alat instrumen pasca pakai dipilih berdasarkan kriteria alat,
dilakukan derngan sterilisasi untuk alat kritikal; sterilisasi atau
disinfeksi tingkat tinggi (DTT) untuk alat semi kritikal, disinfeksi
tingkat rendah untuk non kritikal.
2) Kriteria pemilihan desinfektan didasari telaah secara cermat terkait
criteria memiliki spektrum luas dengan daya bunuh kuman yang tinggi
dengan toksisitas rendah, waktu disinfeksi singkat, stabil dalam
penyimpanan, tidak merusak bahan dan efisien. Unit kerja yang
bertanggung jawab terhadap penyediaan desinfektan dan antiseptik di
RS sesuai rekomendasi Komite PPI RS adalah lnstalasi Farmasi.
3) lnstalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi (CSSD) bertanggungjawab
menyusun panduan dan prosedur tetap, mengkoordinasikan, serta
melakukan monitoring dan evaluasi proses serta kualitas/ mutu hasil
sterilisasi dengan persetujuan Komite PPI RS.
i. Alat medis habis pakai (AMHP) dapat digunakan sesuai dengan
rekomendasi manufactur-nya. Alat medis sekali pakai dapat digunakan
ulang (re-used of single use devices) sesuai kebijakan RS tentang AMHP
reusable.
1) AMHP dapat digunakan ulang apabila AMHP dapat diproses secara
benar/ tepat (rasional) dan hasil sterilisasi masih efektif dan efisien baik
secara fisik; fungsi , kualitas serta aman digunakan bagi pasien.
2) Kriteria AMHP yang disterilkan kembali adalah AMHP yang telah
digunakan tetapi secara fisik dan fungsi masih baik, AMHP yang sangat
dibutuhkan tetapi sulit diperoleh atau sangat mahal harganya dan atau
AMHP telah kedaluwarsa. Daftar AMHP yang di reuse dan berapa kali
batas maksimal reuse ditentukan oleh RS melalui Panitia Farmasi dan
Terapi,
3) Mekanisrne pemrosesan AMHP yang di-reuse dan disterilkan kembali
dengan pencatatan dan pengawasan mutu serta batas maksimal reuse
diCSSD
j. Pengendalian lingkungan RS meliputi penyehatan air, pengendalian
serangga dan binatang pengganggu, penyehatan ruang dan bangunan,
pemantauan hygiene sanitasi makanan, pemantauan penyehatan linen,
disinfeksi permukaan - udara , lantai, pengelolaan limbah cair - limbah B3
limbah padat medis - non medis dikelola oleh lnstalasi Kesehatan
Lingkungan dan Sub Bagian Rumah Tangga bekerjasama dengan pihak
ketiga, berkoordinasi dengan komite PPI RS, sehingga aman bagi
lingkungan.

1) Pengelolaan limbah padat medis dipisahkan dan dikelola khusus sampai


dengan pemusnahannya sesuai persyaratan Kementerian Lingkungan
Hidup sebagai limbah infeksius (ditempatkan dalam kantong plastic
berwarna kuning berlogo infeksius), limbah padat tajam (ditempatkan
dalam wadah tahan tusuk, tidak tembus basah dan tertutup).
2) Pengelolaan limbah padat non medis ditempatkan dalam kantong
plastik benwarna hitam dan pemusnahannya bekerjasama dengan Badan
Lingkungan.
3) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan,
pemilihan bahan desinfektan, cara penyiapan dan penggunaannya
dilaksanakan berdasarkan telaah Komite PPI RS untuk mencapai
efektivitas yang tinggi.
4) Pembersihan lingkungan ruang perawatan diutamakan dengan metode
usap seluruh permukaan lingkungan menggunakan bahan desinfektan
yang efektif,
5) Pelaksanaan Panduan PPI RS dan standar prosedur operasional tentang
pengendalian lingkungan, monitoring dan evaluasinya dilaksanakan
oleh Instalasi Kesehatan Lingkungan bersama sub Bagian Rumah
Tangga berkoordinasi dengan komite PPI.
6) Baku mutu berbagai parameter pengendalian lingkungan dievaluasi
periodik dengan pemeriksaan parameter kimia - biologi surveilan angka
dan pola kuman lingkungan berdasarkan standar Kepmenkes Rl
No.416/MenKes/Per/|x1990 tentang persyaratan Kualitas Air Bersih
dan AirMinum, Kepmenkes Rl No. 492lMenKes/sKA/ll/2010 tentang
persyaratan Kualitas Air Minum, Kepmenkes Rl No,
l204/Menkes/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan RS.
k. Pengelolaan linen kotor dan bersih secara terpisah untuk mengurangi risiko
infeksi pada pasien, petugas dan lingkungan dilakukan menyeluruh dan
sistematis agar mencegah kontaminasi, di bawah tanggung jawab lnstalasi
Laundry berkoordinasi dengan Komite PPI RS.
1) Jenis linen di RS diklasifikasikan menjadi linen bersih, linen steril,
linen kotor infeksius, linen kotor non infeksius ( linen kotor berat dan
linen kotor ringan)
2) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan
dengan disinfeksi kereta linen, pengepelan/ disinfeksi lantai,
implementasi praktik kebersihan tangan, penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) sesuai potensi risiko selama bekerja.
l. Pengelolaan makanan di lnstalasi Gizi memperhatikan standar sanitasi
makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan
penjamah makanan.

1) Semua bahan makanan yang disiapkan hingga sampai dengan disajikan


kepada pasien, pegawai dikelola sesuai pedoman dan standar prosedur
pelayanan Instalasi Gizi agar terhindar dari pencemaran dan penularan
infeksi melalui makanan (sesuai persyaratan hygiene makanan dalam
Kepmenkes RI No.1204/SK/X/2004; Keputusan Direktorat Jenderal
POM No 03726/B/SK/VII/1989 ; Kepmenkes RI
No.715/Menkes/SK/V/2003 tentang persyaratan hygiene sanitasi jasa
boga)
2) Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan
lain serta suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
3) Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari
proses penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan
surveilans higiene pribadi berupa monitoring pemeriksaan darah rutin,
darah kimia, kultur widal, feses dan urin rutin dan kultur mikrobiologi
swab rektal setahun sekali, dikoordinasikan dan di bawah tanggung
jawab Unit K3 RS dan Sub Bag Kepegawaaian dan Pengembangan
SDM.
4) Pemeriksaan mikrobiologi lingkungan dilakukan setiap 6 bulan untuk
monitoring evaluasi mutu pembersihan lingkungan.
m. Pendidikan dan pelatihan pencegahan pengendalian infeksi RS
direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan
oleh Bagian SDM dan Pendidikan melalui Bidang Diklat bekerjasama
dengan Komite PPI RS untuk menjamin setiap petugas yang berada dan
bekerja di RS (termasuk peserta didik dan karyawan kontrak) memahami
dan mampu melaksanakan program PPI RS, khususnya kewaspadaan
standar dan isolasi.
1) Seluruh SDM baru wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi PPI RS.

2) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh


Bagian SDM bersama Komite PPIRS sesuai ketentuan yang berlaku
sebagai dasar perencanaan program selanjutnya.
n. Kesehatan dan keselarnatan kerja (K3) petugas di RS terkait risiko
penularan infeksi karena merawat pasien maupun identifikasi risiko
petugas yang mengidap penyakit menular dilaksanakan oleh Unit K3RS
berkoordinasi dengan Komite PPI RS.
1) Pencegahan penularan infeksi pada dan dari petugas dilakukan dengan
pengendalian administratif untuk petugas yang rentan tertular infeksi
ataupun berisiko menularkan infeksi dikoordinasikan Unit K3 RS
bersama Komite PPI RS dan Bagian SDM berupa penataan penempatan
SDM, pemberian imunisasi, dan sosialisasi PPI berkala khususnya di
tempat risiko tinggi infeksi.
2) Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kondisi kesehatan petugas
dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan prakarya dan berkala sesuai
faktor risiko di tempat kerja,
3) Perencanaan, pengadaan dan pengawasan penggunaan alat pelindung
diri petugas dari risiko infeksi yang berupa alat/ bahan tidak habis pakai
dikelola Unit K3 RS berkoordinasi dengan Komite PPI RS.
4) Unit K3RS berkoordinasi dengan Komite PPI RS mengembangkan
panduan dan menyusun standar pelaporan dan penanganan kejadian
kecelakaan kerja terkait pajanan infeksi, mensosialisasikan, memonitor
pelaksanaan, serta melakukan evaluasi kasus dan menyusun
rekomendasi tindaklanjutnya.
5) Surveilans pada petugas dan pelaporannya dilakukan secara teratur,
berkesinambungan, periodik oleh unit K3RS berkoordinasi dengan PPI
RS.
o. Setiap renovasi, pemeliharaan, pengembangan maupun pembangunan
gedung di lingkungan RS harus mempertimbangkan keselamatan dari sisi
pencegahan dan pengendalian infeksi RS. Desain konstruksi bangunan
diarahkan untuk menjamin tercapainya kondisi kebersihan, tata udara,
pencahayaan dan kebisingan lingkungan yang mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Rl No1204/Menkes/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan RumahSakit.
1) Desain, penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai
dengan fungsi, memenuhi persyaratan serta dikelompokkan berdasarkan
tingkat risiko terjadinya penularan penyakit (kohorting), yaitu :
a) Zona dengan risiko rendah,: ruang administrasi, ruang perkantoran,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis;
b) Zona dengan risiko sedang : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, ruang rawat jalan, instalasi Gizi, IPSRS,
c) Zona dengan risiko tinggi : Instalasi Gawat Darurat, ruang bersalin,
Kamar jenazah, Instalasi Farmasi, Instalasi HD, Radiologi;
d) Zona dengan risiko sangat tinggi : Instalasi Rawat Intensif, R.Padma,
ruang operasi, ruang laboratorium, ruang isolasi (airborne).
2) Prasarana yang mendukung dapat operasionalnya gedung seperti sistem
perlistrikan, sistem air dan tata udara dijaga untuk dapat berfungsi
sesuai dengan zonasi,

3) Sistem ventilasi natural (alamiah) didesain dengan memaksimalkan


jendela dan tata ruang, dibantu sistem fan.
4) IPSRS berkoordinasi dengan PPIRS menerapkan Panduan keamanan
dan pengurangan dampak risiko dari setiap pembangunan/ perbaikan/
renovasi gedung di lingkungan RS.
a. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi diberikan untuk setiap pasien.
5) Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien
baru masuk meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban
pembuangan sampah.
6) Untuk pasien rawat jalan disampaikan oleh perawat pada Promosi
Kesehatan RS (PKRS) yang dilaksanakan secara teratur
berkesinambungan dalam program PKRS bersama Bagian Hukum dan
Pelayanan Pelanggan.
a. Pendidikan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
pengunjung dilaksanakan pada PKRS, melalui poster, leaflet
atau banner dan berbagai media informasi lain di RS bersama
bagian Hukum dan Pelayanan pelanggan.
b. Penerapan sistem manajemen informasi dalam pengelolaan PPI
RS ditujukan untuk mengoptimalkan sosialisasi dan
implementasi standar/ program monitoring dan evaluasi kinerja,
serta penyampaian feedback hasil surveilans PPI RS, dilakukan
bersama Instalasi Teknologi Informasi RS.
c. Pelayanan kamar jenazah ditujukan untuk mencegah penularan
infeksi pada petugas kesehatan dan keluarga. Petugas kesehatan
harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular. Alat pelindung
diri lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah
jika pasien tersebut dalam masa penularan. Petugas harus
memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal akibat dengan
penyakit menular. Kegiatan pengendalian infeksi di kamar
jenazah dilakukan bersama Instalasi kamar jenazah.
d. Pengelolaan Darah dan Komponen
Pengelolaan darah dan komponen jenazah ditujukan untuk
mencegah penularan infeksi pada petugas kesehatan, pasien dan
keluarga. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan
standar ketika menangani darah dan komponennya. Alat
pelindung diri lengkap harus digunakan petugas yang
menangani darah dan komponennya. Kegiatan penanganan
darah dan komponen di kamar jenazah dilakukan bersama
Instalasi Bank Darah.

Kebijakan Tiap Bidang:


Kebijakan Pengawas Rumah Sakit Tentang Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Rumah Sakit
Menimbang:
1. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan Upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara
pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,
promosi kesehatan, pengobatan dan rehaabilitasi.
2. Bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bertujuan bagi terciptanya cara kerja,
lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman, dan dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan karyawan.
3. Bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu ditetapkan sebuah kebijakan tentang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit
Dasar Hukum Dan Pedoman :
1. Undang-undang Nomor : 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-undang Nomor : 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Undang-undang Nomor : 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit berisi akreditasi RS dan syarat
fisik RS
4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan
5. Permenaker Nomor 5/Men/1996 tentang SMK3
6. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/IV/2007 tentang pedoman Manajemen K3 Rumah Sakit
7. Permenkes Nomor 432/Menkes/ SK/VIII/2010 tentang Standar K3 Rumah Sakit
a. Memberlakukan Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ruma Sakit sebagai
berikut :
1) Kebijakan K3 dan Keamanan RSRumah Sakit berkomitmen untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan setiap pasien, karyawan dan pengunjung serta lingkungan RS,
memenuhi peraturan perundangan dan persyaratan lain yang relevan dengan RS,
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, serta
mencegah dan mengantisipasi terjadinya potensi kecelakaan kerja, kebakaran dan
kegawatdaruratan dengan tujuan peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja secara
berkesinambungan.
Komitmen tersebut difasilitasi dengan dibentuknya Komite K3RS yang bertanggung jawab untuk
merencanakan, mengkoordinir, memonitor, dan mengevaluasi program-program terkait K3 di
Rumah Sakit serta mengimplementasikannya melalui pelatihan K3 kepada karyawan.
Komite K3RS berwenang untuk melakukan identifikasi bahaya dan analisa resiko K3 yang ada
di lingkungan RS serta memberikan rekomendasi perbaikan dan/atau improvement agar kondisi
kerja dan lingkungan kerja yang aman dan sehat tercapai.Setiap karyawan bertanggung jawab
atas kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri, orang-orang di sekitarnya serta keselamatan
lingkungan kerjanya.
2) Kebijakan Pengelolaan Material B3 dan Limbah/Sampah Rumah Sakit berupaya
seoptimal mungkin untuk melaksanakan pengelolaan terhadap material B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) serta Limbah/Sampah yang berada di lingkungan RS
melalui:
a. Melakukan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh bahan kimia terutama
yang tergolong B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang dipergunakan di RS
serta lokasi penggunaannya;
b. Melakukan review terhadap hasil identifikasi dan pendataan bahan kimia secara
berkala;
c. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan simbol dan label sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
d. Memastikan bahwa setiap bahan kimia terutama yang tergolong B3 dilengkapi
dengan MSDS (Material Safety Data Sheet), termasuk jika terdapat
pengadaan/pembelian bahan kimia yang baru;
e. Memastikan pelaksanaan pemantauan/inspeksi terhadap kondisi kemasan pada
saat penerimaan dan penyimpanan untuk setiap bahan kimia terutama yang
tergolong B3;
f. Memastikan bahwa penyimpanan bahan kimia terutama yang tergolong B3 sesuai
dengan sifat bahayanya;
g. Memastikan bahwa MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap bahan kimia
terutama yang tergolong B3 tersedia di setiap area yang menggunakan dan/atau
menyimpan bahan tersebut;
h. Memastikan bahwa masing-masing pengguna termasuk penanggung jawab di area
penyimpanan bahan kimia, memahami isi, maksud, tujuan dan kegunaan dari
MSDS untuk setiap bahan;
i. Memastikan bahwa jika terdapat tumpahan bahan kimia terutama yang tergolong
B3 ditangani sesuai standar yang berlaku;
j. Melakukan pemilahan terhadap limbah/sampah yang ada di area RS menjadi:
limbah B3, sampah umum non infeksius (organik & non organik), sampah
klinis/infeksius, sampah benda tajam, limbah/sampah sitotoksik, Limbah Cair;
k. Melakukan pengolahan untuk limbah medis dengan proses insenerasi dan
penyimpanan sementara untuk limbah B3 di TPS Limbah B3;
l. Melakukan pengolahan untuk limbah cair dengan menggunakan IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah);
m. Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap proses pengolahan limbah yang
dilakukan di RS serta melaksanakan evaluasinya.
3) Kebijakan Manajemen Kegawatdaruratan/Kewaspadaan Bencana & Kebakaran
Rumah Sakit berupaya seoptimal mungkin untuk mengelola kondisi gawat
darurat/bencana/kejadian luar biasa serta kebakaran melalui:
a. Melaksanakan identifikasi potensi kedaruratan dan kebakaran;
b. Menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk penanganan kedaruratan dan
kebakaran;
c. Menetapkan tim tanggap darurat termasuk tugas dan tanggung jawabnya serta
kompetensi yang dibutuhkan;
d. Menetapkan rencana/prosedur penanggulangan kedaruratan dan kebakaran yang
meliputi pencegahan, deteksi dini/early warning, penghentian (supresi),
pemadaman, evakuasi, mitigasi, sampai dengan penanganan pasca
bencana/kedaruratan dan kebakaran;
e. Melakukan uji coba/simulasi secara berkala untuk setiap potensi
kedaruratan/bencana dan kebakaran termasuk menguji setiap infrastruktur yang
terkait dengan deteksi dini/early warning dan penghentian (supresi) serta
mendokumentasikan pelaksanaan uji coba/simulasi tersebut;
f. Melaksanakan pelatihan ataupun edukasi secara berkala kepada seluruh staf RS
dan penghuninya mengenai kesiapan menghadapi kedaruratan/bencana dan
kebakaran.
4) Kebijakan Manajemen Fasilitas Fisik RS & Peralatan Medis Rumah Sakit
berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pengelolaan terhadap fasilitas fisik
rumah sakit dan peralatan medis melalui:
a. Pelaksanaan identifikasi dan pendataan terhadap seluruh fasilitas fisik dan
peralatan medis yang dimiliki oleh RS
b. Pelaksanaan upaya pemeliharaan, pemantauan/inspeksi dan pengukuran terhadap
kondisi setiap fasilitas fisik dan peralatan medis yang dimiliki oleh RS termasuk
memastikan status kalibrasi dari setiap peralatan medis;
c. Pelaksanaan tindakan perbaikan untuk setiap fasilitas fisik dan peralatan medis
yang mengalami kerusakan.
d. Jika terdapat upaya perbaikan maupun proses konstruksi untuk fasilitas fisik RS
yang melibatkan pihak ke-3 (seperti kontraktor), maka harus dipastikan bahwa
setiap pihak ke-3 (kontraktor) yang bekerja di area RS mengetahui dan mengikuti
peraturan RS terkait Standart Infektion Control dan juga K3, menggunakan APD
yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, menginformasikan kepada
penanggung jawab K3 RS jika terdapat material B3 yang digunakan saat bekerja,
serta memastikan penyediaan shield (pelindung) selama proses pekerjaan
konstruksi.
5) Kebijakan Manajemen Sistem Utiliti & Sistem Kunci Rumah Sakit berkomitmen
untuk melakukan pengelolaan terhadap sistem utiliti dan sistem kunci rumah sakit
melalui:
a. Memastikan ketersediaan air minum dan listrik selama 24 jam sehari, 7 hari
seminggu baik melalui sumber reguler maupun sumber alternatif;
b. Melakukan identifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi jika terjadi
kegagalan listrik ataupun kontaminasi air minum;
c. Melakukan uji coba sumber air minum dan listrik alternatif sekurang-kurangnya
setahun sekali atau lebih sering jika dipersyaratkan oleh peraturan perundangan
yang berlaku atau oleh kondisi sumber air dan sumber listrik itu sendiri;
e. Melakukan upaya pemeliharan, pemantauan, pemeriksaan/pengukuran, dan
improvement untuk seluruh sistem kunci di RS, seperti: sistem listrik, sistem
pengolahan limbah, ventilasi, air minum, gas medis, sistem RO, dan sistem
pendukung utiliti lainnya;
f. Melakukan upaya perbaikan dengan segera terhadap sistem kunci jika terjadi
kerusakan.
6) Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
Sesuai Peraturan Walikota 12/2009 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Rumah Sakit menetapkan
kebijakan bahwa seluruh area Rumah Sakit adalah kawasan tanpa rokok. Pemberlakuan
ketentuan ini berlaku untuk di dalam area Rumah Sakit, meliputi halaman parkir, ruang terbuka
hijau, fasilitas umum, gedung/instalasi. Penerapan kebijakan ini dilakukan dengan cara:
a. Penetapan gugus tugas pengawas kawasan tanpa rokok.
b. Pembuatan & pemasangan tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok.
c. Monitoring/inspeksi untuk melihat kesesuaian dari kebijakan ini di lapangan.
7) Kebijakan Recall/Penarikan Alat Rumah Sakit menetapkan bahwa proses
Recall/Penarikan Alat dilakukan jika:
a. Terdapat regulasi yang mengatur terhadap ketentuan recall alat;
b. Kompetensi pengguna/user dari alat tersebut tidak sesuai;
d. Terdapat alat rusak tidak dapat dipergunakan kembali;
e. Terdapat penarikan alat dari vendor/suku cadang tidak lagi diproduksi oleh
produsen.
Proses recall/penarikan alat dilakukan dengan cara bagian umum mengajukan surat permohonan
recall kepada Direktur yang selanjutnya ditindaklunjuti oleh Bagian Umum untuk memberikan
instruksi kepada Unit Sarana Prasarana untuk segera melakukan penarikan alat.Apabila alat
tersebut critical untuk unit yang bersangkutan, maka sebelum dilakukan penarikan harus
diberikan alat penggantinya terlebih dahulu.
Kebijakan Pendirian Rumah Sakit
1. Prosedur
a. Pemohon datang ke KPT, mengambil, mengisi dan menandatangani formulir serta
melampirkan persyaratan.
b. Setelah diteliti dan dinyatakan lengkap dan benar, berkas permohonan diagendakan dan
kepada pemohon diberikan arsip permohonan.
c. Berkas permohonan selanjutnya diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Apabila Ijin telah diterbitkan pemohon akan diberitahu oleh KPT dan selanjutnya bisa
diambil di loket pengambilan KPT.
2. Dasar Hukum
a. Permenkes RI No. 920/ Menkes/ Per/1986 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan
Swasta.
b. Permenkes RI No. 159.B/ Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit.
c. Keputusan Direktur jenderal Pelayanan Medik Depkes RI No. 00.06.1.5.787 Tahun
1999 tentang Perubahan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Depkes RI
No.HK.00.06.3.5.5797.
3. Jenis Ijin Rumah Sakit
a. Ijin Mendirikan RSU, RSB, RSIA.
b. Ijin Sementara atau Ijin Operasional Sementara RSU, RSB, RSIA.
c. Ijin Tetap atau Ijin Penyelenggaraan RSU, RSB, RSIA.
d. Perpanjangan Ijin tetap RSU, RSB, RSIA.
4. Persyaratan
3. Surat Permohonan ijin pendirian dan penyelenggaraan Rumah Sakit.
4. Sebagai kelengkapan surat permohonan izin tetap, sebagai berikut :
5. Daftar isian untuk mendirikan Rumah Sakit.
6. Rekomendasi dari Dinkes Propinsi.
7. BAP RS dari Dinkes Propinsi.
8. Surat pernyataan dari pemilik RS bahwa sanggup mentaati ketentuan dan
peraturan yang berlaku di bidang kesehatan.
9. Strukstur organisasi RS.
10. Daftar ketenagaan medis, paramedis non medis.
11. Data Kepegawaian Direktur RS:
1) Ijazah Dokter
2) Surat Penugasan
3) Surat Ijin Praktek ( SIP )
4) Surat Pengangkatan sebagai Direktur oleh pemilik RS.
5) Surat Pernyataan tidak keberatan sebagai Direktur dan penanggung jawab RS ( Asli
bermaterai )
5. Data Kepegawaian Dokter :
a. Ijazah Dokter
b. Surat Penugasan
c. Surat Ijin Praktek ( SIP )
d. Surat Pengangkatan sebagai Tenaga Dokter di RS oleh Pemilik (untuk tenaga purna
waktu)
e. Surat izin atasan langsung untuk tenaga purna waktu.
6. Data Kepegawaian paramedik dilampiri Ijazah
7. Hasil pemeriksaan air minum ( 6 bulan terakhir )
8. Daftar inventaris medis, penunjang medis dan non medis
9. Daftar tarif pelayanan medik.
10. Denah-denah :
7. Denah Situas
8. Denah Bangunan (1:100 )
9. Denah Jaringan Listrik
10. Denah Air dan Limbah
11. FC Akte Pendirian Badan Hukum Pemohon
12. FC sertifikat tanah/ surat penunjukan penggunaan
13. Ijin Lokasi dari Pemda setempat
14. FC Ijin Mendirikan Bangunan ( IMB )
15. Daftar Isian Pendirian Rumah Sakit
16. Ijin UU Gangguan ( HO ) / UPL-UKL
17. Surat Pernyataan tunduk pada peraturan yang berlaku
18. Rekomendasi PERSI
19. Jangka Waktu Penyelesaian
Jangka waktu penyelesaian adalah 30 hari kerja sejak diterimanya permohonan dan diagendakan
di KPT.
Masa Berlaku
1. Ijin Sementara : 6 bulan
2. Ijin Tetap : 5 tahun

F. MACAM-MACAM INSTALASI & BUDGETING


a. CAVITAL
i. Biaya pembelian lahan
1. Lokasi pembangunah rumah sakit ibu dan anak rufaydah
berada di jalan_____ indramayu.
2. Diketahui bahwa harga tanah diindramayu setiap meternya
Rp500.000, lahannya akan dijadikan bangunan rumah sakit ibu dan
anak indramayu seluas panjang 33m X lebar 33m= 1083m2 . jadi
total biaya yang dihabiskan dalam pembelian lahan adalah 1083m2
X Rp.500.0000= Rp 544.500.000,00
3. Lahan yang akan dijadikan bangunan rumah sakit seluas
900m2
ii. Biaya konstruksi bangunan :

Estimasi berdasarkan Keputusan Menteri Pemukiman dan Prasarana


Wilayah No. 332/Kpts/M/2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung negara, informasi penting yang perlu diketahui ialah:
Konstruksi fisik non standar (pekerjaan Arsitektur)
1. Pekerjaan rancangan interior

2. Pekerjaan lansekap dan parkir


Konstruksi fisik non standar (pekerjaan Struktur)
1. Pekerjaan rangka atap baja

2. Pekerjaan lansekap dan parkir

3. Pekerjaan dak beton

4. Pekerjaan pondasi dalam

5. Pekerjaan bangunan genset, PLN, TPS, dll

6. Pekerjaan STP

7. Pekerjaan anti rayap

Pekerjaan Elektrikal
1. Generator set 300 kVA lengkap dengan alat bantu

2. Pekerjaan jaringan telepon / PABX

3. Penangkal petir khusus

4. Lift (2 unit) kapasitas 15 orang

Pekerjaan Mekanikal
1. Tata udara / AC

2. Instalasi pemadam kebakaran

3. Instalasi gas medis

Didapat biaya pembangunan keseluruhan 1m2 keseluruhan Rp. 4.000.000

iii. Biaya konsultasi

Item Investasi Harga


Konsultasi amdal Rp.100.000.000
Konsultasi teknik
1. Studi kelayakan Rp.120.000.000
Rp.30.000.000
2. Studi pengukuran tanah
Rp.150.000.000
3. Penyelidikan tanah Rp.450.000.000
Rp.120.000.000
4. Arsitektur, interior planner
Rp.90.000.000
5. Sipil dan struktur Rp.100.000.000
Rp.75.000.000
6. Mekanikal / elektrikal

7. Manajemen konstruksi

8. Lingkungan

Konsultan rumah sakit Rp.400.000.000


Total 1.635.000.000

Biaya sistem informasi


Item Investasi Harga
Perangkat keras Rp.660.000.000
1. Server computer

2. Client computer

3. Printer

4. Digital Scanner

5. UPS

6. LCD for presentation

Perangkat Lunak Rp.290.600.000


1. Operating system (server dan semua
client)

2. Database

3. Reporting system

4. Office automation

5. Anti virus

6. Hospital application system

Perangkat Jaringan (network) Rp.45.000.000


Total Rp.995.600.000

Biaya pengadaan ambulance


Item Investasi Satuan Vol Harga satuan Total Harga
Ambulance Unit 4 Rp.500.000.000 Rp.2.000.000.000

Rekapitulasi total budgeting capital


No Item pekerjaan Unit Vol Harga satuan Harga Total nilai harga
1 Biaya pembelian M2 1083m2 Rp.500.000 Rp Rp
lahan 544.500.000,00 544.500.000,00
2 Biaya konstruksi Rp.5235000000
bangunan
1. Konstruksi M2 900m2 Rp.4.000.000 Rp.3.600.000.000
bangunan Rp.1.635.000.000

2. Konsultan

3 Biaya sistem 1 Rp.995.600.000


informasi
4 Biaya ambulance 2 Rp.500.000.000 Rp.1.000.000.000
5 Biaya investasi medis Rp.
12.590.179.000
Total = 2.136.527.900.000
b. PERSONAL

Biaya tetap: perincian gaji jajaran manajemen dan staff rumah sakit
Manajemen and Staff cost
Satuan Durasi/jam/hari
Jabatan vol Gaji/ bulan Total gaji/ pertahun
Rp
CEO RS Bulan 1 10 12.000.000 144.000.000
Direktur utama Bulan 1 10 10.000.000 Rp.120.000.000
Rp
Bidang pengawas RS Bulan 1 10 7.000.000 84.000.000,00
Rp
Direktur medik dan 108.000.000,00
keperawatan Bulan 1 10 9.000.000
Direktur axilary Bulan 1 10 10.000.000 Rp.120.000.000
Direktur pelayanan umum Bulan 1 10 9.000.000 Rp.108.000.000
Direktur keuangan Bulan 1 12 10.000.000 Rp.120.000.000
Rp
Koordinator ruangan Bulan 6 9 4.000.000 648.000.000,00
Rp
Perawat Bulan 97 8 3.500.000 4.074.000.000,00
Rp
Bidan Bulan 11 7 3.500.000 462.000.000,00
Rp
Dokter Bulan 37 7 7.000.000 3.108.000.000,00
Rp
Ahli gizi Bulan 4 8 4.000.000 192.000.000,00
Rp
Laboran Bulan 2 8 4.000.000 96.000.000,00
Tenaga radiologi Bulan 4 7 5.000.000 Rp
240.000.000,00

Rp
Apoteker Bulan 4 8 3.000.000 144.000.000,00
Rp
Satpam Bulan 8 7 2.000.000 192.000.000,00
Rp
Supir Bulan 4 8 2.000.000 96.000.000,00
Rp
Cleaning service Bulan 36 9 2.500.000 1.080.000.000,00
Total Rp.6.808.440.000.000

Biaya Tunjangan Staff Rumah Sakit Ibu anak Rufaidah


Manajemen and Staff cost
Satuan Durasi/jam/hari
Jabatan vol Gaji/ bulan Total gaji/ pertahun
Rp
CEO RS 1 1 10 12.000.000 12.000.000
Direktur utama 1 1 10 10.000.000 Rp.10.000.000
Rp
Bidang pengawas RS 1 1 10 7.000.000 7.000.000,00
Direktur medik dan Rp
keperawatan 1 1 10 9.000.000 9.000.000,00
Direktur axilary 1 1 10 10.000.000 Rp.10.000.000
Direktur pelayanan umum 1 1 10 9.000.000 Rp.9.000.000
Direktur keuangan 1 1 12 10.000.000 Rp.10.000.000
Rp
Koordinator ruangan 1 6 9 4.000.000 24.000.000,00
Rp
Perawat 1 97 8 3.500.000 339.500.000,00
Rp
Bidan 1 11 7 3.500.000 38.500.000,00
Rp
Dokter 1 37 7 7.000.000 259.000.000,00
Rp
Ahli gizi 1 4 8 4.000.000 16.000.000,00
Rp
Laboran 1 2 8 4.000.000 8.000.000,00
Rp
Tenaga radiologi 1 4 7 5.000.000 20.000.000,00
Rp
Apoteker 1 4 8 3.000.000 12.000.000,00
Rp
Satpam 1 8 7 2.000.000 16.000.000,00
Rp
Supir 1 4 8 2.000.000 8.000.000,00
Rp
Cleaning service 1 36 8 2.500.000 90.000.000,00
Total Rp. 898.000.000

c. OPERASIONAL
i. AGGARAN FASILITAS RUMAH SAKIT SETIAP INSTALASI
RUANG PERAWATAN

A. BAGIAN ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN RUMAH SAKIT

Besaran
No. Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Luas Kebutuhan Fasilitas
Ruang kerja direktur Meja (450.000), kursi
1. Ruang Direksi RS, tempat Min. 16 m2 (300.000), sofa
melaksanakan (2.500.000), computer
perencanaan program (3000.000), printer
dan manajemen RS. (2000.000), lemari
(1000.000), lemari arsip
(4000.000), dan peralatan
kantor lainnya
(1000.000)
[14.250.000]

2. Ruang Sekretaris Ruang kerja sekretaris Min. 6 m2 Meja (450.000), kursi

Direktur direktur. (300.000), lemari


berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

3. Ruang Rapat dan Ruang pertemuan/ rapat/ Min. 16 m2 Meja rapat (5000.000),

Diskusi diskusi. kursi (2.100.000), LCD


projector dan layar
(2.500.000), dll
[9.600.000]

4. Ruang Kepala Ruang kerja kepala 6-16 m2 Meja (450.000), kursi


Komite Medis komite medis (300.000), lemari
berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

5. Ruang Komite Ruang kerja staf komite 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
Medis medis (300.000), lemari
berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

6. Ruang Kepala Ruang kerja kepala 6-16 m2 Meja (450.000), kursi


Bagian bagian (300.000), lemari
Keperawatan keperawatan berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

7. Ruang Bagian Ruang kerja staf bagian 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
Keperawatan keperawatan (300.000), lemari
berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

8. Ruang Kepala Ruang kerja kepala bagian 6-16 m2 Meja (450.000), kursi
Bagian Pelayanan (300.000), lemari
Pelayanan berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]
9. Ruang Bagian Ruang kerja staf bagian 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
Pelayanan pelayanan (300.000), lemari
berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]
Ruang Kepala Ruang kerja kepala bagian 6-16 m2 Meja (450.000), kursi
Bagian keuangan dan program (300.000), lemari
10.
Keuangan dan berkas/arsip (2000.000),
Program komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000), Safety box
(100.000)
[8.850.000]

11. Ruang Bagian Ruang kerja staf bagian 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
Keuangan dan keuangan dan program (300.000), lemari
Program berkas/arsip (2000.000),
komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]
Ruang Kepala Ruang kerja kepala 6-16 m2 Meja (450.000), kursi
Bagian bagian (300.000), lemari
12.
Kesekretariata kesekretariatan dan rekam berkas/arsip (2000.000),
n dan Rekam medis komputer (3000.000),
Medis printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]
Ruang Bagian Ruang kerja staf 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
Kesekretariata bagian (300.000), lemari
13.
n dan Rekam Kesekretariatan dan berkas/arsip (2000.000),
Medis Rekam Medis komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

14. Ruang SPI Ruang kerja Satuan 12-30 m2 Meja (450.000), kursi
(Satuan Pengawasan Internal (300.000), lemari
Pengawasan berkas/arsip (2000.000),
Internal) komputer (3000.000),
printer (2000.000),
intercom/telepon
(1000.000)
[8.750.000]

15. Ruang Arsip/ Ruang tempat Min. 20 Lemari berkas/arsip


file penyimpanan Arsip RS. m2 (8000.000), komputer
(6000.000), printer
(4000.000), dll
[18.000.000]

Ruang tempat 1~1,5 m2/ Tempat duduk

16.
Ruang Tunggu pengunjung/ tamu bagian orang (2.500.000).

administrasi dan (min. 16


kesekretariatan m2)

menunggu.
17. Janitor Ruang tempat 3-8 m2 Lemari/rak (1000.000)

penyimpanan alat-alat
kebersihan (cleaning
service)

18. Dapur Kecil Sebagai tempat untuk Min. 6 m2 Perlengkapan dapur,


(;Pantry) menyiapkan makanan dan kursi, meja, sink

minuman. (2.500.000)

TOTAL Rp 152.950.000

B. INSTALASI RADIOLOGI

Besaran
No. Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Kebutuhan Fasilitas
Luas

1. Ruangan Tunggu Ruangan pasien & 1~1,5 m2/ Tempat duduk (5000.000)
Pasien & pengantar pasien menunggu orang (min.
Pengantar Pasien diberikannya pelayanan 25 m2)
medik.
Ruangan untuk staf Alat tulis kantor
2. Ruang melaksanakan tugas Min. 9 m2 (1000.000), meja+kursi
Administrasi administrasi dan personalia (6000.0000), loket
dan Rekam dan ruangan untuk (1.500.000), lemari
Medis. penyimpanan sementara (5000.000), telepon
berkas film (500.000), faksimili
pasien yang sudah dievaluasi. (600.000), komputer
(3000.000), printer
(2000.000), dan alat
perkantoran lainnya
(1000.000).

[20.600.000]

Loket Ruang tempat pasien Rak/lemari berkas


3. Pendaftaran, melakukan pendaftaran, Min. 16 (1.500.000) meja
pembayaran tempat pembayaran dan m2 (800.000), kursi
dan sebagai tempat (300.000), komputer
pengambilan mengambil hasil (3000.000), printer
hasil pemeriksaan (2000.000), dan alat
perkantoran lainnya
(1000.000).

[8.600.000]
Ruangan tempat membaca
4. Ruang Konsultasi film hasil diagnosa pasien 9-16 m2 Meja (750.000), kursi
Dokter dan tempat pasien (500.000), film viewer
konsultasi medis dengan (1.400.000).
Dokter spesialis radiologi. [2.650.000]

5. Ruang ahli fisika Ruangan kerja dan 9-16 m2 Lemari alat monitor

medis penyimpanan alat ahli fisika radiologi (2.500.000),


medis kursi (300.000), meja
(750.000)
[3.550.000]

Ruang Pemeriksaan
a. General Ruang tempat Min. 12 m2 General X-Ray unit

melaksanakan kegiatan (bed dan standing

diagnostik umum unit dengan bucky)


(50.000.000)
Min. 12 m2
b. Tomografi Ruang tempat
melaksanakan kegiatan X-Ray Tomografi

diagnostik tomografi unit (bed dan/


standing unit dengan
(jaringan lunak) bucky)
(50.000.000)
6.
X-Ray Fluoroskopi
Min. 12 m2
c. Fluoroskopi unit, bed unit dengan
Ruang tempat
bucky (50.000.000)
melaksanakan kegiatan
diagnostik fluoroskopi
Min. 9 m2 General USG unit dengan
multi
Ultra Ruang tempat
d. probe sesuai kebutuhan
SonoGrafi melaksanakan kegiatan
pelayanan RS.
(USG) diagnostik jaringan lunak
(50.000.000)
menggunakan USG

[200.000.000]
Ruang-ruang Penunjang (Pada tiap-tiap ruang pemeriksaan diatas kecuali USG)
Ruang Ruang tempat Meja kontrol (2.500.000),
operator/ panel mengendalikan/ Min. 4 m2 Komputer (3000.000)
kontrol mengkontrol
pesawat X-Ray

Ruang Mesin Ruang tempat meletakkan Transformator/geneta


transformator/genetaor/CPU Min. 4 m2 or/CPU tomografi
unit
(3.500.000)

Ruang ganti pasien Ruang tempat pasien Lemari baju bersih


berganti pakaian dan Min. 4 m2 (2000.000) kontainer
menyimpan barang milik baju kotor (1.000.000),
pribadi. kaca (500.000), hanger
(100.000)
[3.600.000]
Kamar gelap
(Bila tidak Ruang tempat memproses Min. 6 m2 Automatic film
7.
menggunakan film, terdiri dari 2 area; ( untuk processor (AFP), sink &
AFP (;Automatic daerah basah dan daerah AFP waste liquid container
Film Processor) kering. manual/Basah (6000.000)
digital ataupun )
AFP kering)

8. Ruang Jaga Ruang tempat istirahat Min. 6 m2 Tempat tidur (5000.000),


Radiografer radiografer cito Kursi (600.000), meja
(1.500.000)

[7.100.000]

Gudang Ruang tempat penyimpanan


9. penyimpanan berkas hasil pemeriksaan. Min. 8 m2 Lemari arsip (8000.000)
berkas
Sebagai tempat untuk
10. Dapur Kecil menyiapkan makanan dan Min. 6 m2 Perlengkapan dapur
(;Pantry) minuman bagi mereka yang (3000.000)
ada di Ruang Radiologi
Rumah Sakit dan sebagai
tempat istirahat petugas.
TOTAL Rp 274.600.000

C. INSTALASI STERILISASI PUSAT (CSSD/ CENTRAL SUPPLY


STERILIZATION DEPARTEMEN)
Besaran
No. Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Kebutuhan Fasilitas
Luas
Ruangan tempat melakukan
1. Ruang kegiatan Adminstrasi dan 8-25 m2 Meja (3000.000), kursi
Administrasi, pencatatan, penerimaan, (1.200.000), computer
Loket Penerimaan penyortiran barang/bahan/ (12.000.000), printer
& Pencatatan linen yang akan (2000.000), lemari
disterilkan. (4000.000) dan peralatan
kantor lainnya (1000.000)
[23.200.000]
Meja cuci, meja bilas, meja
Ruang tempat setrika, Perlengkapan
2. Ruang Min. 30
perendaman, pencucian dekontaminasi lainnya
Dekontaminasi m2
dan pengeringan (ultrasonic washer dengan
instrumen atau linen volume chamber 40-60 lt,
bekas pakai. Mesin pengering slang, ett,
Mesin cuci handschoen.
[500.000.000]

Ruang tempat
3. Ruang Pengemasan melaksanakan kegiatan Min. 16 Container, alat

Alat membungkus, mengemas m2 wrapping, Automatic


dan menampung alat-alat washer disinfector.
yang dipakai untuk
sterilisasi, penyimpanan [200.000.000]
dan pemakaian.
Ruang tempat
melaksanakan kegiatan
Ruang
4. pemeriksaan linen, dilipat Min. 9 m2 Container, alat wrapping, dll
Prosesing /
dan dikemas untuk
Produksi
persiapan sterilisasi. [50.000.000]
Selain itu di ruang ini jg
dilaksanakan kegiatan
persiapan bahan seperti
kassa, kapas, cotton
swabs, dll.
Autoklaf table,
horizontal sterilizer,
Ruang tempat container for sterilizer,
5. Ruang Sterilisasi 9-16 m2
melaksanakan kegiatan autoklaf unit (steam
sterilisasi instrumen, sterilizer), sterilizer
linen dan bahan kerosene, (atau jika
perbekalan baru. memungkinkan ada
pulse vacuum sterilizer,
plasma sterilizer)
[150.000.000]
Ruang tempat Lemari/Rak linen
6. Gudang Steril penyimpanan Instrumen, 12-25 m2 (15.000.000), lemari
linen dan bahan instrumen (15.000.000),
perbekalan baru yang Lemari sarung tangan
telah disterilisasi. (10.000.000), lemari kasa/
kain pembalut
(10.000.000), dan
kontainer (5000.000)
[55.000.000]

Gudang Ruang tempat


7. Barang/Linen/ penyimpanan (depo) 4-16 m2 Rak/Lemari (10.000.000)

Bahan sementara Barang, linen

Perbekalan Baru dan bahan perbekalan


baru sebelum
disterilisasi.
Ruang Ruang tempat
8. Dekontaminasi mendekontaminasi Min. 6 m2 Perlengkapan cuci troli
Kereta/Troli : kereta/troli untuk
a. Area Cuci mengangkut barang- [12.000.000]
barang dari dan ke
CSSD.
b. Area
Pengeringan
9. Ruang Ruang tempat pencucian Min. 6 m2 Meja bilas, sink, dll
pencucian perlengkapan penunjang (15.000.000)
perlengkapan yang tidak perlu
disterilkan.
Ruang tempat pengaturan Kontainer (5000.000),
10. Ruang instrumen dan barang- 9-25 m2 rak/lemari (15.000.000),
Distribusi barang yang sudah steril meja (1.500.000), kursi
Instrumen dan untuk didistribusikan ke (600.000), komputer
Barang Steril Instalasi Bedah, ICU, (6000.000), printer
Ruang Isolasi, dll (4000.000) dan alat
perkantoran lainnya
(1000.000).
[33.100.000]
Ruang Kepala Ruang tempat kepala Kursi
11. Instalasi CSSD instalasi CSSD bekerja Min. 6 m2 (300.000), meja (750.000),
dan melakukan kegiatan computer (3000.000), printer
perencanaan dan (2000.000), dan peralatan
manajemen. kantor lainnya (300.000)
[6.350.000]
12. Ruang Ganti Tempat Min. 9 m2 Loker
Petugas mengganti/mengenakan (4000.000)
(Loker) pakaian instalasi CSSD
(dilengkapi toilet)
13. Ruang Staf/ Ruang tempat istirahat Min. 9-16 m2 Kursi (1000.000), meja
Petugas staf/ petugas (3000.000), lemari
CSSD. (6000.000)
[10.000.000]
Sebagai tempat untuk
14. Dapur Kecil menyiapkan makanan Min. 6 m2 Perlengkapan dapur, kursi,
(;Pantry) dan minuman bagi meja, sink
mereka yang ada di [4000.000]
Instalasi CSSD dan
sebagai tempat istirahat
petugas.
TOTAL 1.072.650.000

D. INSTALASI LABORATORIUM
Besaran
No. Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Kebutuhan Fasilitas
Luas
Ruang Ruangan untuk staf
Administrasi melaksanakan tugas Meja (450.000), kursi
1. dan Rekam administrasi, Min. 20 m2 (300.000), lemari
Medis pendaftaran, berkas/arsip
(Terdapat loket pembayaran dan (2000.000), komputer
pendaftaran, pengambilan hasil serta (3000.000), printer
loket ruangan untuk (2000.000),
pembayaran, penyimpanan sementara intercom/telepon
dan loket berkas film pasien yang (1000.000)
pengambilan sudah dievaluasi. [8.750.000]
hasil)
2. Ruang Tunggu Ruangan pasien & 1~1,5 m2/ Tempat duduk
Pasien & pengantar pasien orang (min. (2.500.000)
Pengantar menunggu diberikannya 25 m2)
Pasien pelayanan lab.
Ruang Ruang tempat Meja. Kursi, jarum suntik
3. Pengambilan pengambilan sample Min. 6 m2 dan pipetnya, container
Sample darah, pengumpulan urin, timbangan,
sample urin, dll tensimeter.
[2000.000]

4. Bank Darah Ruang tempat Min. 6 m2 Meja (750.000), kursi


pengambilan dan (300.000), refrigerator
penyimpanan (3000.000), dan peralatan
persediaan darah. kantor lainnya (300.000)
[4.350.000]
Meja lab, sink, sentrifus,
water bath, fotometer,
electrolit analyzer,
mikroskop
binikuler/monokuler,
kamar hitung improved,
neubauer, kamar hitung
Laboratorium Ruang pemeriksaan/ fuchs, rosenthal,
5. Patologi Klinik analilsis patologi klinik. Min. 16 m2 tensimeter, sentrifus
mikrohematokrit, rotator
VDRL,
sterilisator/autoklaf kecil,
inkubator, oven, pipet
LED, timbangan, stop
watch, timer, termometer
0-150 derajat, bunsen
burner, kawat ose, rak
pipet + tips, rak tabung
reaksi, pipet otomatik
berbagai ukuran, tabung
reaksi berbagai ukuran,
pipet volumetrik berbagai
ukuran, pipet serologi,
pipet pasteur, erlenmeyer,
corong, gelas ukur, labu,
cawan petri,
lemari es no frost, AC,
meja, kursi dan alat-alat
perkantoran.
[150.000.000]
Meja lab, sink,
Ruang pemeriksaan/ spektofotometer,
6. Laboratorium analilsis kimia klinik. Min. 16 m2 sentrifus, water bath,
Kimia Klinik densitometer for protein,
analytical balance, PH
meter, micro hematokrit
sentrifus, fotometer, water
destilator, precission
Balance
[60.000.000]
Meja lab, sink, sentrifus,
mikroskop, sentrifus
hematokrit,
7. Laboratorium Ruang pemeriksaan/ Min. 16 m2 haemocitometer,
Hematologi dan analilsis hematologi dan refractometer, water bath,
Uranalisis urin. laboratory refrigerator,
glukometer,
spektropometer, rotator
shaker, HB meter,
washing instrument, dry
sterilizer, oven, lab
incubator, micro plate
reader, ultrasonic cleaner.
[70.000.000]
8. Gudang Ruang tempat 6-16 m2 Rak/Lemari
Regensia dan penyimpanan regensia 5000.000
Bahan Habis bersih dan bahan habis
Pakai pakai.
9. Ruang Cuci Ruang tempat 6-9 m2 Lemari, sink
pencucian regensia [10.000.000]
bekas pakai.
10. Ruang Diskusi Ruang tempat diskusi Kursi (1.200.000), meja
dan Istirahat dan istirahat personil/ 20-36 m2 (3000.000), lemari
Personil. petugas lab. (3000.000)
[7.200.000]
Ruang Kepala Ruang tempat kepala Kursi (300.000), meja
11. Laboratorium laboratorium bekerja Min. 6 m2 (750.000), computer
dan melakukan kegiatan (3000.000), printer
perencanaan dan (2000.000), dan peralatan
manajemen. kantor lainnya (100.000)
[6.150.000]
12. Ruang Petugas Ruang tempat istirahat 9-16 m2 Kursi (1.200.000), meja
Laboratorium petugas laboratorium. (3000.000), sofa
(2500.000), lemari
(3000.000)
[9.700.000]
Sebagai tempat untuk
13. Dapur Kecil menyiapkan makanan Min. 6 m2 Perlengkapan dapur,
(;Pantry) dan minuman bagi kursi, meja, sink
mereka yang ada di [4000.000]
Instalasi CSSD dan
sebagai tempat istirahat
petugas.
TOTAL Rp. 339.650.000

E. INSTALASI REHABILITASI MEDIK

Besaran
Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Kebutuhan Fasilitas
No. Luas
Ruangan tempat pasien Meja (1000.000), kursi
1. Loket melakukan pendaftaran, Min. 8 m2 (400.000), computer
Pendaftaran pendataan awal dan (6000.000), printer
dan Pendataan ulang untuk segera (2000.000), lemari
mendapat suatu (1000.000), lemari arsip
tindakan. (4000.000), dan
peralatan kantor lainnya
(500.000).

[14.500.000]
Ruang kerja para Petugas Meja (3000.000), kursi
2. Ruang Instalasi RM yaitu 3~5 m2/ (1.200.000), lemari
Administrasi, melaksanakan kegiatan petugas berkas/arsip (8000.000),
Keuangan dan administrasi, keuangan (min. 9 m2) intercom/telepon
Personalia dan personalia di unit (1000.000), safety
Pelayanan Rehabilitasi box(100.000)
Medik
[13.300.000]

3. Ruang Tunggu Ruangan pasien & 1~1,5 m2/ Tempat duduk


Pasien & pengantar pasien orang (min. (2.500.000).
Pengantar menunggu diberikannya 16 m2)
Pasien pelayanan RM
Ruangan tempat Dokter
melakukan pemeriksaan Kursi Dokter (750.000),
4. Ruang (seperti: anamesa, 12~25 m2 Meja Konsultasi
Pemeriksaan/ pemeriksaan dan asesmen (1.500.000), 2 (dua) kursi
Penilaian fisik), diagnosis maupun hadap (800.000), lemari
Dokter prognosis terhadap alat periksa & obat
pasiennya dan tempat (5000.000), tempat tidur
pasien melakukan periksa (2.500.000),
konsultasi medis dengan tangga roolstool
Dokter (300.000), dan
kelengkapan lainnya.
[10.850.000]
Ruang tempat Kursi Dokter (750.000),
Ruang Terapi melaksanakan kegiatan 12~25 m2 Meja Konsultasi
5.
Rehab terapi rehab mental dan (1.500.000), 2 (dua) kursi
Mental/Sosial sosial bagi pasien. hadap (800.000), lemari
alat (2.500.000), kursi
terapi (1000.000), dan
peralatan terapi rehab
mental/sosial lainnya
(3.500.000)
[10.050.000]
RUANG
FISIOTERAPI Ruang untuk memberikan Min. 20 m2 Tempat tidur periksa, unit
1. Ruang pelayanan berupa suatu traksi, alat stimulasi
Fisioterapi Pasif intervensi radiasi/ elektrik, micro wave
gelombang elektromagnet diathermy, ultraviolet
dan traksi, maupun latihan quartz, dan peralatan
manipulasi yang diberikan fisioterapi lainnya
pada pasien yang bersifat [100.000.000]
individu.
Min. 36 m2
2. Ruang
6. Fisioterapi Aktif Ruang tempat pasien Treadmill, parallel bars,
a. Ruang melakukan kegiatan ergocycle, exercise
Senam senam (misalnya senam bicycle, dan peralatan
(Gymnas stroke, senam jantung, Min. 16 m2 senam lainnya.
ium) senam diabetes, senam [75.000.000]
pernafasan, senam asma,
senam osteoporosis, dll. Perlengkapan hidroterapi
b. Ruang [55.000.000]
Hidroterapi Ruangan yang didalamnya

(Dilengkapi terdapat satu (atau lebih)

ruang ganti kolam renang / bak


pakaian, rendam hidroterapi yang

KM/WC, dilengkapi dengan

terpisah fasilitas penghangat air

antara pasien (Water Heater Swimming


wanita & Pool) dan pemutar arus (
pria) Whirpool System) bila
ada.
@ jenis Fasilitas tergantung dari
Ruang Terapi Ruang tempat terapis okupasi 6-30 jenis okupasi yang akan
7.
Okupasi dan okupasi m2 diselenggarakan,
Terapi melakukan terapi kepada misalnya untuk ruang
Vokasional pasien kantor, ruang makan,
dapur, dll

20.000.000

8. Loker/ Ruang Ruang ganti pakaian dan @ 4-12 m2 Loker/ lemari (2000.000),
Ganti (Pria & menyimpan barang- tempat duduk (bench)
Wanita, barang milik pribadi. (2000.000), dll
Petugas & [4000.000]
Pasien)
Ruang tempat
Gudang penyimpanan peralatan 6-16 m2 Lemari/rak
9.
Peralatan RM RM yang belum terpakai
atau sedang tidak 8000.000
digunakan.

10. Gudang Linen Ruang penyimpanan linen


dan Farmasi bersih (misalnya : handuk, 6-16 m2 Lemari/rak
tirai & sprei) dan juga
perbekalan farmasi untuk 8000.000
terapi (misalnya : parafin,
alkohol, kapas, tissue,
jelly).

11. Gudang Kotor Ruang penyimpanan alat-


alat, juga perabot RM 6-16 m2 Lemari/rak
yang sudah tidak dapat 6000.000
digunakan lagi tetapi
belum dapat dihapuskan
dengan segera.
Ruang tempat kepala IRM Kursi (300.000), meja
Ruang Kepala bekerja dan melakukan Min. 6 m2 (750.000), computer
12.
IRM kegiatan perencanaan dan (3000.000), printer
manajemen. (2000.000), dan peralatan
kantor lainnya (100.000).
[6.150.000]

13. Ruang Petugas Ruang tempat istirahat 9-16 m2 Kursi (400.000), meja
RM petugas IRM (2000.000), sofa
(3000.000), lemari
(2000.000)
[7.400.000]
Sebagai tempat untuk
Dapur Kecil menyiapkan makanan dan Min. 6 m2 Perlengkapan dapur,
14.
(;Pantry) minuman bagi mereka kursi, meja, sink
yang ada di IRM dan (4000.000)
sebagai tempat istirahat
petugas.
TOTAL Rp 344.750.000

F. PEMULASARAAN JENAZAH RUMAH SAKIT


Besaran
No. Nama Ruangan Fungsi Ruangan Ruang / Kebutuhan Fasilitas
Luas
Ruang para Petugas 3~5 m2/ Meja (3000.000), lemari
1. Ruang melaksanakan kegiatan petugas berkas/arsip (5000.000),
Administrasi administrasi, keuangan (min. 6 m2) intercom/telepon
dan personalia. (750.000), safety
box(100.000)

[8.850.000]

2. Ruang Tunggu Ruangan keluarga jenazah1~1,5 m2/ Tempat duduk


Keluarga menunggu orang (min. (2.500.000), televisi
Jenazah 12 m2) (3000.000) & Telp umum
(600.000)

[6.100.000]

3. Ruang Ruang tempat Min. 30 m2 Kursi


Duka menyemayamkan jenazah
(3000.000)
(dilengkapi sementara sebelum dibawa
toilet) pulang.
Ruang tempat Shower dan sink
Ruang memandikan/ Min. 18 m2 (10.000.000), brankar
4.
Dekontamin dekontaminasi serta (5.000.000), lemari/rak
asi dan pemulasaraan jenazah alat dekontaminasi
Pemulasara (pengkafanan untuk (2000.000), lemari
an Jenazah jenazah muslim/ perlengkapan
pembalseman & pemulasaraan (1.500.000)
pemulasaraan lainnya dll
untuk jenazah non-
[18.500.000]
muslim) .

Lemari alat (2.500.000),


Laboratoriu Ruang tempat dokter Min. 24 m2 lemari barang bukti
5.
m Otopsi forensik (5000.000), meja periksa
melakukan kegiatan otopsi organ (7.000.000),
jenazah timbangan organ
(500.000), shower dan
sink (10.000.000),
brankar (5.000.000),
lemari/rak alat
dekontaminasi
(2000.000), dll

[32.000.000]

6. Ruang Ruang Pendingin Jenazah 1 lemariLemari pendingin jenazah


Pendingin pendingin (20.000.000), brankar
Jenazah min. 21 m2 (5000.000)

[25.000.000]
Ruang Ruang Ganti pakaian Loker/ lemari pakaian
Ganti petugas sebelum dan min. 6 m2 bersih (1000.000) dan
7.
Pakaian sesudah melakukan kontainer pakaian kotor
APD kegiatan otopsi. (1000.000)
(dilengkapi
[1000.000]
dengan
toilet)
Ruang Ruang tempat kepala Kursi (500.000), meja
Kepala Instalasi bekerja dan Min. 6 m2 (1000.000), computer
8.
Instalasi melakukan kegiatan (3000.000), printer
Pemulasara perencanaan dan (2000.000), dan peralatan
an Jenazah manajemen. kantor lainnya
(1.000.000).

[7.500.000]

9. Ruang Ruang pengeringan/ jemur 12 m2 Rak (1000.000)


Jemur Alat alat-alat/ perabot yang
telah digunakan.
Ruang penyimpanan alat-
Gudang alat, juga perabot yang Min. 9 m2
10. Lemari/rak (4000.000)
diperlukan pada instalasi
pemulasaraan jenazah.
TOTAL Rp 107.950.000
G. INSTALASI GIZI/DAPUR
No Nama Fungsi Ruangan Besaran Kebutuhan Fasilitas Harga
Ruangan Ruang /
Luas

1 Ruang Ruang tempat Min. 4 m2 1. Meja (3) 150.000 1.600.000


Penerimaan melaksanakan
2. Kursi (3) 150.000
dan kegiatan
Penimbangan penerimaan dan 3. timbangan bahan

Bahan penimbangan makanan (3) 300.000


Makanan bahan makanan. 4. timbangan berass 1)
1.000.000
2 Ruang Ruang tempat Min. 6 m2 Freezer/kulkas (1) 9.500.000 9.500.000
Penyimpanan menyimpan
Bahan bahan makanan
Makanan basah yang
Basah harus
dimasukkan
kedalam lemari
pendingin.

3 Ruang Ruang tempat Min. 9 m2 1. Lemari beras (2) 3.600.000


Penyimpanan menyimpan 600.000
Bahan bahan makanan
2. rak/palet/lemari (1)
Makanan kering.
3.000.000
Kering

4 Ruang Ruang tempat Min.18 m2 1. Wastafel (1) 2.000.000


Persiapan mempersiapkan 2.000.000
bahan makanan,
misalkan
menyiangi,
memotong-
motong, area
pencucian bahan
makanan dapat
dilaksanakan
pada ruang ini.

5 Ruang Ruang tempat Min.18 m2 1. Kompor gas ( 1 ) 900.000


Pengolahan mengolah bahan 400.000
dan makanan.
2. Oven (1)
Penghangatan
Makanan 500.000

6 Ruang Ruang Min. 9 m2 1. Meja saji (2) 9.000.000


Pembagian/ menyajikan/ 4.000.000
Penyajian mempersiapkan
2. lemari simpan plato
Makanan makanan
(1) 3.000.000
matang pada
plato (piring 3. wastafel (1)

pasien) yang 2.000.000

akan dikirimkan
dengan troli gizi

7 Dapur Susu/ Ruang Min. 4 m2 1. Wastafel (1) 2.600.000


Laktasi Bayi menyajikan/ 2.000.000
mempersiapkan
2. Meja (2) 100.000
susu ke dalam
botol susu. 3. rak botol susu (2)
500.000

8 Ruang Cuci Ruang cuci min. 9 m2 1. Sink cuci plato serta 12.400.000
plato serta perlengkapan makan
perlengkapan dan minum
makan dan lainnya(1)
minum lainnya 11.500.000

2. Shower (3) 900.000

9 Ruang Ruang Min. 6 m2 1. Troli (3) 12.000.000 12.000.000


Penyimpanan penyimpanan
Troli Gizi troli gizi
sebelum
dibersihkan

10 Ruang Ruang Min. 9 m2 1. Rak/lemari (1) 3.000.000


Penyimpanan penyimpanan
Peralatan perlengkapan 300.000
Dapur dapur bersih

11 Ruang Ganti Ruang petugas Min. 6 m2 1. Loker (1) 2.500.000 4.000.000


Alat Pelindung dapur
2. Kursi (3) 150.000
Diri (APD) mengenakan
APD (Sarung 3. Cermin (1) 100.000

tangan, celemek, 4. Wastafel (1)


sepatu, tutup 2.000.000
kepala, masker,
5. Celemek (5) 100.000
dll)
6. Tutup kepala (5)
100.000
7. Masker ( 2) 50.000
12 Ruang Ruang para 3~5 m2/ 1. Meja ( 3) 150.000 3.700.000
Administrasi Petugas petugas(min.
2. Kursi (3) 150.000
melaksanakan 6 m2)
kegiatan teknis 3. lemari (1) 3.000.000

medis gizi klinik 4. intercom/telepon (1)


serta 200.000
administrasi,
5. safety box (1)
keuangan dan
200.000
personalia pada
instalasi dapur.

13 Ruang Kepala Ruang tempat Min. 6 m2 1. Meja ( 3) 150.000 3.700.000


Instalasi Gizi kepala lnstalasi
2. Kursi (3) 150.000
bekerja dan
melakukan 3. lemari (1) 3.000.000

kegiatan 4. intercom/telepon (1)


perencanaan dan 200.000
manajemen
5. safety box (1)
200.000

14. Ruang Ruang tempat Min. 9 m2 1. Meja ( 3) 150.000 3.700.000


pertemuan diskusi /
2. Kursi (3) 150.000
pertemuan
3. lemari (1) 3.000.000

4. intercom/telepon (1)
200.000

5. safety box (1)


200.000

15 Janitor Ruang Min. 3 m2 1. Rak/lemari (1) 3.300.000


penyimpanan 3.000.000
perlengkapan 2. perlengkapan
kebersihan kebersihan (1 Paket )
300.000
TOTAL 75.000.000

H. INSTALASI PENCUCIAN LINEN/ LONDRI (LAUNDRY)


Nama Ruangan Fungsi Ruangan Besaran Kebutuhan Fasilitas Harga
No. Ruang /
Luas
1. Ruang Ruang para Petugas 3~5 m2/ 1. Meja ( 3) 150.000 3.700.000
Distribusi dan melaksanakan petugas
2. Kursi (3) 150.000
Pencatatan kegiatan pencatatan (min. 6
distribusi linen m2) 3. lemari (1) 3.000.000

bersih. 4. intercom/telepon (1)


200.000

5. safety box (1)


200.000
2. Ruang Ruang tempat Min. 12 1. Meja ( 3) 150.000 4.300.000
Penerimaan dan penerimaan linen m2
2. Kursi (3) 150.000
Sortir kotor dari unit-unit
di RS kemudian
disortir. 3. Rak container (2)
4.000.000
3. Ruang Kepala Ruang tempat Min. 8 1. Meja ( 3) 150.000 3.700.000
Londri kepala londri m2
2. Kursi (3) 150.000
bekerja dan
melakukan kegiatan 3. lemari (1) 3.000.000

perencanaan dan 4. intercom/telepon (1)


manajemen. 200.000

5. safety box (1)


200.000

4. Ruang Ruang tempat Min. 18 1. Bak pembilasan 15.450.000


Perendaman/ melaksanakan m2 awal (1) 4.000.000
Dekontaminasi dekontaminasi linen, 2. bak perendaman (1)
Linen meliputi urutan 4.000.000
kegiatan pembilasan 3. bak pembilasan
awal, perendaman akhir (1) 4.000.000
dan pembilasan 4. keran (3) 450.000
akhir. 5. sink (3) 3.000.000
5. Ruang Cuci dan Ruang tempat Min. 9 1. Mesin cuci dan 18.000.000
Pengeringan mencuci dan m2 pengering linen (1)
Linen mengeringkan linen 18.000.000
6. Ruang Setrika & Ruang tempat Min. 16 1. Setrika (3) 900.000 1.500.000
Lipat Linen penyetrikaan & m2 2. meja setrika (3)
melipat linen. 300.000
3. meja lipat (3)
300.000
7. Ruang Ruang tempat Min. 8 1. Rak/lemari (1) 3.000.000
Penyimpanan penyimpanan linen m2
Linen bersih setelah dicuci,
setrika dan dilipat.
8. Ruang Ruang tempat Min. 6 1. Keran (3) 450.000 750.000
Dekontaminasi melaksanakan m2 2. Selang (3) 150.000
Troli dekontaminasi dan 3. alat pengering (3)
pengeringan troli. 150.000
9. Ruang Ruang tempat Min. 8 - -
Penyimpanan penyimpanan troli m2
Troli bersih setelah
didekontaminasi
10. Gudang Bahan Tempat menyimpan Min. 6 1. lemari (1) 3.000.000 3.000.000
Kimia bahan-bahan kimia m2
seperti deterjen dll
TOTAL 53.400.000

I. INSTALASI FARMASI
No. Nama Ruangan Fungsi Besaran Kebutuhan Fasilitas
Ruangan/ Luas
1. Ruang Peracikan Ruang tempat Min. 6 m2/ 1. Peralatan farmasi
Obat melaksanakan apoteker untuk persediaan (5)
peracikan obat oleh (min.24 m2) 5.000.000
apoteker. 2. peracikan dan
pembuatan obat (5)
7.500.000
2. Depo Bahan Baku Ruang tempat Min. 6 m2 Lemari/rak (3) 1.500.000
Obat penyimpanan bahan
baku obat.
3. Depo Obat Jadi Ruang tempat Min. 6 m2 Lemari/rak (3) 1.500.000
penyimpanan obat
jadi
4. Gudang Ruang tempat Min. 10 m2 Lemari/rak (5) 2.500.000
Perbekalan dan penyimpanan
Alat Kesehatan perbekalan dan alat
kesehatan
5. Depo Obat Khusus Ruang tempat Min. 10 m2 L 1. Lemari khusus (5)
penyimpanan obat 3.500.000
khusus seperti 2. Lemari pendingin
untuk obat yang (2) 6.000.000
termolabil, 3. AC (2) 10.000.000
narkotika dan obat 4. kontainer khusus
psikotropika, dan untuk limbah
obat berbahaya. sitotoksis, dll (2)
1.000.000
6. Ruang Ruang untuk Min. 6 m2 1. Alat tulis kantor (1)
Administrasi melaksanakan 500.000
(Penerimaan dan kegiatan 2. Meja (2) 1.000.000
Distribusi Obat) administrasi 3. Kursi (6) 120.000
kefarmasian RS, 4. Loket (2) 500.000
meliputi kegiatan 5. Lemari (3)
pencatatan keluar 1.500.000
masuknya obat, 6. Telepon (1) 200.000
penerimaan dan 7. Faksimili (1)
distribusi obat 400.000
8. Komputer (1)
500.000
9. Printer (1) 300.000
7. Konter Apotik Ruang untuk Min. 16 m2 1. Rak/lemari obat (6)
(Loket penerimaan menyelenggarakan 6.000.000
resep, loket kegiatan 2. Meja (2) 1.000.000
pembayaran dan penerimaan resep 3. Kursi (2) 400.000
loket pengambilan pasien, penyiapan 4. Komputer (2)
obat) obat, pembayaran, 1.000.000
dan pengambilan 5. Printer (2) 600.000
obat
8. Ruang Loker Tempat ganti @ loker 6-9 m2 Lemari loker (5) 500.000
Petugas (Pria dan pakaian, sebelum
Wanita dipisah) melaksanakan tugas
medik yang
diperuntukan
khusus bagi staf
medis.
9. Ruang Ruang tempat 12-30 m2 1. Meja (10) 5.000.000
Rapat/Diskusi melaksanakan 2. Kursi (10) 2.000.000
kegiatan pertemuan 3. Infokus (1) 500.000
dan diskusi farmasi. 4. Pointer (1) 150.000
10. Ruang Arsip Ruang menyimpan 9-20 m2 1. Lemari arsip (2)
Dokumen & dokumen resep dan 1.000.000
Perpustakaan buku-buku 2. Kartu arsip (1000lbr)
kefarmasian. 1.000.000
11. Ruang Kepala Ruang kerja dan 6-9 m2 1. Tempat tidur (1)
Instalasi Farmasi istirahat kepala 3.000.000
Instalasi Farmasi. 2. Sofa (1 set)
5.000.000
3. Lemari (1) 500.000
4. Meja (1) 500.000
5. Kursi (2) 400.000
12. Ruang Staf Ruang kerja dan 9-16 m2 1. Sofa (1 set)
istirahat staf 5.000.000
2. Lemari (2)
1.000.000
3. Meja (1) 500.000
4. Kursi (3) 600.000
13. Ruang Tunggu Ruang tempat 1~1,5 m2/ orang 1. Tempat duduk
pasien dan (min. 25 m2) pasien (2) 2.000.000
pengantarnya 2. Televisi (1) 500.000
menunggu 3. Telp umum (1)
menerima 500.000
pelayanan dari
konter apotek
14. Dapur Kecil Sebagai tempat Min. 6 m2 1. Kursi+meja untuk
(;Pantry) untuk menyiapkan makan (1 set)
makanan dan 3.000.000
minuman bagi
petugas di Instalasi
Farmasi RS.
15. KM/WC (pasien, KM/WC @ KM/WC 1. Kloset (1) 150.000
petugas, pria/wanita luas 2. Wastafel (2)
pengunjung) 2 m2 – 3 m 2.000.000
3. bak air (1) 1.000.000
TOTAL Rp. 88.320.000

J. INSTALASI RAWAT INAP IBU DAN ANAK


1. RAWAT INAP MATERNITAS
NO. Nama Alat Harga Satuan Jumlah yang Total Harga
Dibutuhkan
1. Doppler Rp. 595.000,00 1 Rp. 595.000,00
2. Gel Doppler Ultrasound Rp. 45.000,00 1 Rp. 45.000,00
3. Metline Rp. 10.000,00 2 Rp. 20.000,00
4. Lampu Periksa Rp. 1.000.000,00 2 Rp. 2.000.000,00
5. Standar Infus Mobile Rp. 120.000,00 25 Rp. 3.000.0000,00
6. Oksigen Mobile Rp. 1.000.000,00 5 Rp. 5.000.000,00
7. Regulator Oksigen Rp. 270.000,00 5 Rp. 1.350.000,00
8. Troli Tindakan Rp. 2.000.000,00 3 Rp. 3.000.000,00
9. Pispot Rp. 200.000,00 22 Rp. 4.400.000,00
10. Apron Rp. 85.000,00 4 Rp. 340.000,00
11. Waslap Rp. 3.000,00 26 Rp. 78.000,00
12. Waskom Besar Rp. 75.000,00 11 Rp. 825.000,00
13. Waskom Kecil Rp. 50.000,00 11 Rp. 550.000,00
14. Bengkok Besar Rp. 47.000,00 5 Rp. 235.000,00
15. Bengkok Sedang Rp. 40.000,00 25 Rp. 1.000.000,00
16. Bengkok Kecil Rp. 35.000,00 5 Rp. 175.000,00
17. Dressing Jar Rp. 45.000,00 6 Rp. 270.000,00
18. Tourniquet Rp. 15.000,00 3 Rp. 45.000,00
19. Bed Bayi Rp. 1.600.000,00 5 Rp. 8.000.000,00
20. Bed Pasien Rp. 5.500.000,00 22 Rp. 121.000.000,00
21. Bantal Rp. 30.000,00 22 Rp. 660.000,00
22. Thermometer Digital Rp. 25.000,00 3 Rp. 75.000,00
23. Penlight Rp. 55.000,00 3 Rp. 165.000,00
24. Stetoskop Rp. 195.000,00 5 Rp. 975.000,00
25. Tensi Digital Rp.700.000,00 1 Rp. 700.000,00
26. Kom Kecil Rp. 15.000,00 100 Rp. 1.500.000,00
27. Klem Rp. 20.000,00 50 Rp. 1.000.000,00
28. Handscoon Bersih Rp. 50.000,00 5 kotak Rp. 250.000,00
29. Handscoon Steril Rp. 250.000,00 5 kotak Rp. 1.250.000,00
30. Perlak Rp. 28.000,00 22 Rp. 616.000,00
31. Underpad Rp. 27.500,00 5 kotak Rp. 137.500,00
32. Selimut Rp. 80.000,00 30 Rp. 2.400.000,00
33. Tempat Sampah Rp. 450.000,00 46 Rp. 20.700.000,00
34. Safety Box Rp. 20.000,00 2 Rp. 40.000,00
35. Lemari Kecil (Bedside Rp. 1.500.000,00 22 Rp. 33.000.000,00
Cabinet)
36. Meja Makan Portable Rp. 475.000,00 10 Rp. 4.750.000,00
37. Sprei Rp. 125.000,00 30 Rp. 3. 750.000,00
38. AC Rp. 2.700.000,00 6 Rp. 16.200.000,00
39. Kursi Roda Rp. 1.000.000,00 10 Rp. 10.000.000,00
40. Handrub Rp. 75.000,00 12 Rp. 900.000,00
41. Pinset Anatomis Rp. 10.000,00 50 Rp. 500.000,00
42. Pinset Silurgis Rp. 8.000,00 25 Rp. 200.000,00
43. Gunting Lurus Rp. 20.000,00 25 Rp. 500.000,00
44. Kapas Lidi Steril Rp. 75.000,00 1 kotak Rp. 75.000,00
45. Pelastik Kuning Rp. 25.000,00 4 Rp. 100.000,00
46. Pelastik Hitam Rp. 15.000,00 4 Rp. 60.000,00
47. Meja Panjang Rp. 2.500.000,00 1 Rp. 2.500.000,00
48. Kursi Rp. 350.000,00 10 Rp. 3.500.000,00
TOTAL Rp. 258.431.500

2. RAWAT INAP ANAK


NO. Nama Alat Harga Satuan Jumlah yang Total Harga
Dibutuhkan
1. Metline Rp. 10.000,00 2 Rp. 20.000,00
2. Lampu Periksa Rp. 1.000.000,00 2 Rp. 2.000.000,00
3. Standar Infus Mobile Rp. 120.000,00 25 Rp. 3.000.0000,00
4. Oksigen Mobile Rp. 1.000.000,00 5 Rp. 5.000.000,00
5. Regulator Oksigen Rp. 270.000,00 5 Rp. 1.350.000,00
6. Troli Tindakan Rp. 2.000.000,00 3 Rp. 3.000.000,00
7. Apron Rp. 85.000,00 4 Rp. 340.000,00
8. Waslap Rp. 3.000,00 26 Rp. 78.000,00
9. Waskom Besar Rp. 75.000,00 11 Rp. 825.000,00
10. Waskom Kecil Rp. 50.000,00 11 Rp. 550.000,00
11. Bengkok Besar Rp. 47.000,00 5 Rp. 235.000,00
12. Bengkok Sedang Rp. 40.000,00 25 Rp. 1.000.000,00
13. Bengkok Kecil Rp. 35.000,00 5 Rp. 175.000,00
14. Dressing Jar Rp. 45.000,00 6 Rp. 270.000,00
15. Tourniquet Rp. 15.000,00 3 Rp. 45.000,00
16. Bed Pasien Rp. 5.500.000,00 22 Rp. 121.000.000,00
17. Bantal Rp. 30.000,00 22 Rp. 660.000,00
18. Thermometer Digital Rp. 25.000,00 3 Rp. 75.000,00
19. Penlight Rp. 55.000,00 3 Rp. 165.000,00
20. Stetoskop Rp. 195.000,00 5 Rp. 975.000,00
21. Tensi Digital Rp.700.000,00 1 Rp. 700.000,00
22. Kom Kecil Rp. 15.000,00 100 Rp. 1.500.000,00
23. Handscoon Bersih Rp. 50.000,00 5 kotak Rp. 250.000,00
24. Handscoon Steril Rp. 250.000,00 5 kotak Rp. 1.250.000,00
25. Perlak Rp. 28.000,00 22 Rp. 616.000,00
26. Underpad Rp. 27.500,00 5 kotak Rp. 137.500,00
27. Selimut Rp. 80.000,00 30 Rp. 2.400.000,00
28. Tempat Sampah Rp. 450.000,00 46 Rp. 20.700.000,00
29. Safety Box Rp. 20.000,00 2 Rp. 40.000,00
30. Lemari Kecil (Bedside Rp. 1.500.000,00 22 Rp. 33.000.000,00
Cabinet)
31. Meja Makan Portable Rp. 475.000,00 10 Rp. 4.750.000,00
32. Sprei Rp. 125.000,00 30 Rp. 3. 750.000,00
33. AC Rp. 2.700.000,00 6 Rp. 16.200.000,00
34. Kursi Roda Rp. 1.000.000,00 10 Rp. 10.000.000,00
35. Handrub Rp. 75.000,00 12 Rp. 900.000,00
36. Pinset Anatomis Rp. 10.000,00 25 Rp. 500.000,00
37. Gunting Lurus Rp. 20.000,00 25 Rp. 500.000,00
38. Pelastik Kuning Rp. 25.000,00 4 Rp. 100.000,00
39. Pelastik Hitam Rp. 15.000,00 4 Rp. 60.000,00
40. Meja Panjang Rp. 2.500.000,00 1 Rp. 2.500.000,00
41. Kursi Rp. 350.000,00 10 Rp. 3.500.000,00
TOTAL Rp. 244.116.500
K. INSTALASI BEDAH SENTRAL
No. Nama Fungsi Besaran Kebutuhan Fasilitas
Ruangan Ruangan
/ Luas
1 R. Ruang untuk 3~5 m2/ 1. Meja (2) 50.000
Administrasi menyelenggarakan petugas 2. Kursi (6) 120.000
dan kegiatan administrasi (min.9 3. Lemari arsip (4) 2000.000,
pendaftaran khususnya pelayanan m2) telepon/intercom (1) 200.000
bedah. Ruang ini 4. komputer (1) 500.000,
dilengkapi loket 5. printer (1) 300.000 dan
pendaftaran. peralatan kantor lainnya
400.000

TOTAL : 3.170.000
2 Ruang Tunggu Ruang untuk pengantar 1~1,5 1. Kursi (2) 40.000,
Pasien dan pasien menunggu selama m2/ 2. Meja(1) 25.000
Pengantar pasien menjalani proses orang 3. Alat Pengkondisi Udara (AC
Pasien bedah. (min. 12 / Air Condition) (1)
m2 5.000.000
TOTAL : 5.065.000
3 Ruang untuk Ruang untuk cuci tangan Min. 3 - Wastafel dengan 2 keran
cuci tangan dokter ahli bedah, asisten m2 500.000
(scrub station) dan semua petugas yang - Perlengkapan cuci tangan
akan mengikuti kegiatan (sikat kuku, sabun, dll), skort
dalam kamar bedah. plastik/karet, handuk 200.000
TOTAL : 700.000
4 Ruang Ruang yang digunakan Min. 9 1. Alat cukur (5) 150.000,
persiapan untuk mempersiapkan m2 oksigen (10) 7.000.000,
(Preparation pasien sebelum 2. linen (20) 1.000.000,
room) memasuki kamar bedah. 3. brankar (apabila tidak
Kegiatan memiliki ruang induksi (4)
800.000, maka dilengkapi
dalam ruang ini yaitu : dengan alat : suction Unit,
Penggantian pakaian sphygmomanometer,
penderita, thermometer, instrumen troli
Membersihkan/mencuku tiang infuse, peralatan
r bagian tubuh yg perlu anastesi) masing masing 10
dicukur, Melepas semua seharga 1.500.000
perhiasan dan TOTAL : 9.950.000
menyerahkan ke
keluarga pasien Apabila
tidak ada r.anaestesi
maka persiapan anaestesi
juga dilaksanakan di
ruang ini.
5 Ruang Ruang yang digunakan Min. 9 1. Suction Unit (100) 5000.000
anaestesi untuk persiapan m2 2. Sphygmomanometer (4)
(Induction anaestesi/pembiusan. 800.000
room) Kegiatan yang dilakukan 3. Thermometer (5) 150.000
di kamar ini adalah 4. Trolley (4) 400.00
sebagai berikut : 5. Instrument (10) 500.000
• Mengukur tekanan 6. Infusion stand (10) 300.000
darah pasien, TOTAL : 6.750.000
• Pemasangan infus,
• Memberikan
kesempatan kepada
pasien untuk
menenangkan diri
• Memberikan penjelasan
kepada pasien mengenai
tindakan yang akan
dilaksanakan
6 Ruang bedah Ruang untuk melakukan Min. 24 a. Set operasi minor (10)
minor kegiatan pembedahan m2 100.000.000,
(minimal 1 minor. b. lampu operasi (10)
ruang) 1.000.000,
c. meja operasi (10)
1.000.000.000,
d. head lamp unit,
e. electro surgery unit (10)
100.000.000,
f. suction pump (10)
200.000.000,
g. laser coagulator, serta lemari
pendingin dan lemari simpan
hangat (5) 50.000.000,
h. defibrillator (10)10000000 ,
i. respirator (10) , perlengkapan
dan mesin Anaestesi (bila
diperlukan) (10)
100.000.000,
j. jam operasi (10) 1.000.000, l
k. ampu petunjuk operasi(5)
500.000,
l. oksigen (10) 10.000.000
TOTAL : 1.622.500.000
7 Ruang bedah Ruang untuk melakukan Min. 36 1. Trakeostomi set (5)
umum(minima kegiatan pembedahan m2 50.000.000,
l 2 ruang) umum/general. 2. set operasi mayor (5)
10.000.000,
3. Electro surgery unit (5)
50.000.000,
4. Headlamp (5) 5.000.000,
5. Set operasi minor (5)
5.000.000,
6. laringoskopi (5) 5.000.000,
7. endotrakeal tube (5)
5.000.000,
8. meja operasi (5)500.000.000
9. lampu operasi (5) 5.000.000,
10. suction unit (5) 5.000.000
11. electro surgery
12. unit (5) 5.000.000
13. head lamp unit (5) 5.000.000,
14. nebulizer (5) 5.000.000,
15. Patient monitor
16. (minimal memiliki fungsi :
SpO2 monitor/spirometer,
ECG 1 channel,
sphygmomanometer),defibril
lator, stool fixed
17. height, meja
operasi,laparotomi set,
laparoskopik set, infusion
pump, syringe pump
18. jam operasi, lampu petunjuk
operasi, oksigen,
19. scavenging unit. (5)
150.000.000
TOTAL : 800.000.000
8 Ruang Ruangan yang Min. 9 1. Tempat tidur bayi (5)
Resusitasi dipergunakan untuk m2 5.000.000
Neonatus menempatkan bayi baru 2. incubator perawatan bayi (5)
lahir melalui operasi 50.000.000,
caesar, untuk dilakukan 3. alat resusitasi bayi (5)
tindakan resusitasi 5.000.000
terhadap bayi. TOTAL : 60.000.000
9 Ruang Ruang pemulihan pasien Min. 7,2 Tt pasien, monitor set, tiang infus,
Pemulihan/ pasca operasi yang m2/ infusion set, oksigen masing masing
PACU memerlukan perawatan tempat (10) 10.000.000
(;Post kualitas tinggi dan tidur
Anesthetic pemantauan terus
Care Unit) menerus.
10 Gudang Steril Ruang tempat Min. 6 1. Lemari instrumen (2)
(clean utility) penyimpanan instrumen m2 500.000
yang telah disterilkan. 2. Tromol (5) 1.000.000
Instumen berada dalam TOTAL : 1.500.000
Tromol tertutup dan
disimpan di dalam lemari
instrument. Bahan-bahan
lain seperti linen, kasa
steril dan kapas yang
telah disterilkan juga
dapat disimpan di
ruangan ini
11 Ruang Tempat pelaksanaan Min. 4 1. Autoklaf (5) 50.000.000
Sterilisasi sterilisasi instrumen dan m2 2. Model meja strilisasi (5)
barang lain yang 5.000.000
diperlukan untuk 3. Tromol (5) 500.000
pembedahan. Di kamar 4. Meja (2) 50.000
sterilisasi harus terdapat TOTAL : 550.550.000
lemari instrumen untuk
menyimpan nstrumen
yang belum disterilkan.
12 Ruang ganti Ruang untuk ganti Min. 4 Loker (3) 300.000
pakaian/ loker pakaian, sebelum petugas m2
masuk ke area r. bedah.
Pada kamar ganti
sebaiknya disediakan
lemari pakaian/locker
dengan kunci dipegang
oleh masingmasing
petugas.
13 Depo Farmasi Ruang/ tempat Min. 3 Lemari obat (5) 500.000
menyimpan obatobatan m2
untuk keperluan pasien.
14 Ruang dokter Ruang tempat istirahat 9-16 m2 1. Tempat tidur (5) 250.000
dokter dilengkapi dengan 2. Sofa (1) 200.000
KM/WC. 3. Meja (1) 100.000
4. wastafel. (1) 50.000
TOTAL : 600.000
15 Ruang perawat Ruang untuk istirahat 9-16 m2 1. Tempat tidur (5) 250.000
perawat/ petugas lainnya 2. Sofa (1) 200.000
setelah melakukan 3. Meja (1) 100.000
kegiatan pembedahan 4. wastafel. (1) 50.000
atau tugas jaga. Ruang TOTAL 600.000
jaga harus berada di
bagian depan shg
mempermudah semua
pihak yang memerlukan
pelayanan bedah.
16 Gudang Kotor Ruang tempat 4-6 m2 Container (3) 150.000
(Dirty Utility). penyimpanan sementara
barang dan bahan setelah
digunakan untuk
keperluan operasi
sebelum dimusnahkan ke
insenerator, atau dicuci
di londri dan disterilkan
di CSSD.
17 Spoolhoek Fasilitas untuk 4-6 m2 1. Kloset leher angsa (1)
membuang kotoran 150.000
bekas pelayanan pasien 2. keran air bersih (Sink) Ket :
khususnya yang berupa tinggi bibir kloset + 80-100
cairan. Spoolhoek berupa m dari permukaan lantai (1)
bak/ kloset yang 200.000
dilengkapi dengan leher TOTAL : 350.000
angsa (water seal).
18 Parkir brankar Tempat parkir brankar 2 Brankar (2) 10.000.000
selama tidak ada
kegiatan pembedahan
atau selama tidak
diperlukan.
TOTAL Rp 3.072.685.000

L. RUANG PERAWATAN INTENSIF (ICU)


No Nama Ruangan Fungsi Luas Kebutuhan Fasilitas
Ruangan
1. R. Dokter Ruang Dokter terdiri Sesuai 1. Tempat tidur (5)
dari 2 bagian : kebutuhan 250.000
1. Ruang kerja. 2. Sofa (1) 200.000
2. Ruang istirahat/ 3. Meja (1) 100.000
kamar jaga. wastafel. (1) 50.000
TOTAL 600.000
2. R. Kepala Ruang kerja dan Sesuai 1. Tempat tidur (5)
Perawat istirahat kepala perawat kebutuhan 250.000
2. Sofa (1) 200.000
3. Meja (1) 100.000
wastafel. (1) 50.000
TOTAL 600.000
3. R. Perawat Ruang istirahat Sesuai 1. Tempat tidur (5)
perawat. kebutuhan 250.000
2. Sofa (1) 200.000
3. Meja (1) 100.000
wastafel. (1) 50.000
TOTAL : 600.000
4. Loker (Ruang Tempat ganti pakaian, Sesuai Loker (3)
ganti) meletakkan kebutuhan Harga : Rp 2.500.000
sepatu / alas kaki
sebelum masuk daerah
rawat pasien dan
sebaliknya setelah
keluar dari daerah rawat
pasien, yang
diperuntukan bagi
petuga. Disediakan
juga ruang ganti
pengunjung.
5. Daerah rawat Ruang tempat tidur Min. 12 m² Peralatan ICU :
Pasien ICU : berfungsi untuk /tt 1. Ventilator sederhana (7
2. Daerah rawat merawat pasien lebih set) 35.000.000
pasien non dari 24 jam, dalam 2. 5 alat resusitasi, alat /
isolasi (2 bed) keadaan yang sistem pemberian oksigen
membutuhkan (nasal canule; simple face
pemantauan khusus dan mask; nonrebreathing face
terus menerus. mask) 35.000.000
3. 1 set laringoskop dengan
Kamar yang berbagai ukuran bilahnya;
mempunyai kekhususan berbagai ukuran pipa
3. Daerah rawat teknis sebagai ruang Ruang endotrakeal dan konektor;
pasien isolasi perawatan intensif yang isolasi berbagai ukuran orofaring,
(5 bed) memiliki batas fisik min. 16 m² 10.000.000
modular per pasien, /tt 4. pipa nasofaring (5)
dinding serta bukaan (belum 500.000
pintu dan jendela termasuk 5. sungkup laring dan alat
dengan ruangan ICU ruang bantu jalan nafas lainnya;
lainnya, dan harus antara) berbagai ukuran
memiliki ruang antara introduser untuk pipa
(;anteroom) endotrakeal dan bougies
(5) 1000.000
6. syringe untuk
mengembangkan balon
endotrakeal dan klem (5)
10.000.000
7. forsep magill; beberapa
ukuran plester/pita perekat
medic (5) 10.000.000
8. gunting (10) 250.000
9. suction yang setara
dengan ruang operasi (5)
10.000.000
10. tournique untuk
pemasangan akses vena
(5) 50.000
11. peralatan infus intravena
dengan berbagai ukuran
kanul intravena dan
berbagai macam cairan
infus yang sesuai (10)
10.000.000
12. pompa infus dan pompa
syringe (5) 5.000.000
13. alat pemantauan untuk
tekanan darah non-
invasive (5) 50.000.000
14. elektrokardiografi reader
(5) 50.000.000
15. oksimeter nadi (5)
5000.000
16. kapnografi (5) 5000.000
17. temperature (2) 50.000
18. alat kateterisasi vena
sentral dan
manometernya (5)
5000.000
19. defebrilator monovasik
(5) 5000.000
20. tempat tidur khusus ICU
(7 set) 70.000.000
21. bedside monitor (7 set)
70.000.000
22. peralatan drainase
thoraks (5) 500.000
23. peralatan portable untuk
transportasi(5) 500.000
24. lampu tindakan (5)
500.000
25. unit/alat foto rontgen
mobile (5) 500.000
26. Elektrokardiograf
monitor (5) 5000.000
27. defibrilator bivasik (5)
5000.000
28. sterilisator (5) 5000.000
29. anastesi apparatus (5)
5000.000
30. oxygen tent (5) 5000.000
31. sphigmomanometer (5)
10.000.000
32. central gas (5) 5000.000
33. central suction (5)
5000.000
34. suction thorax (5)
5000.000
35. mobile X-Ray unit (5)
5000.000
36. heart rate monitor(5)
5000.000
37. respiration monitor,
blood pressure
monitor(5) 5000.000
38. temperatur monitor(5)
5000.000
39. haemodialisis unit(5)
5000.000
40. blood gas analyzer(5)
5000.000
41. Electrolite analyzer(5)
5000.000
TOTAL 2.821.000.000

6. Nurse Station Ruang untuk 4-16 m² 1) Kursi (6) 200.000


melakukan 2) Meja (2) 100.000
perencanaan, 3) lemari obat (3) 450.000
pengorganisasian, 4) lemari barang (2)
asuhan dan pelayanan 2000.000
keperawatan selama 24 5) habis pakai (2) 50.000
jam (pre dan post 6) computer (2) 1000..000
conference, pengaturan 7) printer (1) 500.000
jadwal), dokumentasi 8) ECG monitoring system
s/d evaluasi pasien. (4) 4000,000
Pos perawat harus 9) central patient vital signn
terletak di pusat blok (3) 30.000.000
yang TOTAL : 1.337.000.000
dilayani agar perawat
dpt mengawasi
pasiennya secara
efektif.
7. Gudang alat Ruang penyimpanan Sesuai 1. Respirator/ventilator (5)
medik alat medik yang kebutuhan 50.000.000
setiap saat diperlukan. 2. Alat HD (5) 200.000.000
Peralatan yang 3. Mobile XRay, dan lain
disimpan diruangan ini lain (5) 50.000.000
harus dalam
kondisi siap pakai dan TOTAL : 350.000.000
dalam kondisi yang
sudah disterilisasi
8. Gudang bersih Tempat penyimpanan Sesuai Lemari/kabinet alat
(Clean Utility) instrumen dan kebutuhan Harga : Rp 2.000.000
barang habis pakai yang
diperlukan untuk
kegiatan di ruang ICU,
termasuk untuk barang-
barang steril
9. Gudang Kotor Fasilitas untuk 4-6 m² Kloset leher angsa, keran air
(Spoolhoek/Dirty membuang kotoran bersih (Sink)
Utility) bekas Ket : tinggi bibir kloset + 80-
pelayanan pasien 100 m dari
khususnya yang berupa permukaan lantai
cairan. Spoolhoek
berupa bak atau kloset Harga : Rp 250.000
yang dilengkapi dengan
leher angsa (water
seal).
10. Ruang tunggu Tempat keluarga/ Sesuai Tempat duduk
keluarga pasien pengantar pasien kebutuhan Harga : Rp 1.200.000
menunggu.
11. Ruang Ruang untuk 3~5 m²/ 1. Meja kerja
Administrasi menyelenggarakan petugas 2. lemari berkas/arsip dan
kegiatan administrasi telepon /intercom
khususnya pelayanan 3. Komputer
pendaftaran dan rekam 4. printer dan perlengkapan
medik internal pasien di kantor lainnya.
instalasi ICU. Ruang ini
berada Harga : Rp 3.500.000
pada bagian depan
instalasi ICU dengan
dilengkapi loket atau
Counter.
12. Janitor/ Ruang Ruangan tempat 4-6 m² Lemari/rak
cleaning service penyimpanan
barangbarang dan Harga : Rp 2.000.000
peralatan untuk
kebersihan
ruangan. Pada ruangan
ini terdapat area
basah
13. Toilet KM/WC KM/WC Harga : Rp 700.000
(pengunjung) pria/wanita
luas 2m²
– 3m
14. R. Penyimpanan R. Tempat menyimpan 4 – 8 m² Tabung Gas Medis (5)
Silinder Gas tabung-tabung gas Harga : Rp 3.500.000
Medik medis cadangan.
15. R. Parkir Tempat parkir brankar. 2-6 m² Brankar (stretcher) (2)
Brankar Harga : Rp 7.000.000
16. R. Diskusi Medis Tempat kegiatan Sesuai 1) Sofa 200.000
pendidikan dan diskusi kebutuhan 2) Meja / kursi (2/1) 400.000
medis 3) Lemari untuk menyimpan
buku-buku kedokteran/
medik dan perawatan (3)
150.000
4) Peralatan belajar 500.000
TOTAL : 5.750.000
TOTAL Rp 4.538.200.000

M. INSTALASI KAMAR BERSALIN


1. Ruang Bersalin/ Kala I-II-III (labour & delivery)
Barang Kebutuhan Harga Satuan Jumlah

Set partus 5 set Rp 500.000 Rp 2.500.000


AC (Air Condetioner) 2 unit Rp 1.500.000 Rp. 3000.000

set minor surgery 5 set Rp 500.000 Rp 2.500.000

Doppler 4 buah Rp 1000.000 Rp 4.000.000

USG 2 unit Rp 40.000.000 Rp 80.000.000

Set TTV pasien 8 unit Rp 350.000 Rp 2.800.000


(Tensimeter,stetoskop,
termometer)

Timbangan bayi 2 unit Rp 300.000 Rp 600.000

suction apparatus 4 set Rp 1.500.000 Rp 6.000.000

Lampu periksa 4 unit Rp 2.000.000 Rp 8.000.000

Stand infuse 4 buah Rp 300.000 Rp 1.200.000

O2 set 4 unit Rp 1.200.000 Rp 4.800.000

Emergency light 2 unit Rp 300.000 Rp 600.000

Infuse set mikro terumo 1 pack isi 50 unit Rp 15.000 Rp 15.000

Infuse set makro terumo 1 pack isi 50 unit Rp 20.000 Rp 20.000

Set kebidanan (minimal : 4 set Rp 500.000 Rp 2.000.000


forceps, vakum ekstraktor,
klem hemostasis arteri,
gunting tali pusar, klem tali
pusar)

Sarung tangan steril 1 pack isi 25 dus Rp 750.000 Rp 750.000

Celemek plastic 10 buah Rp 10.000 Rp 100.000

Kasa steril 10 gulung Rp 15.000 Rp 150.000


Kapas alcohol 5 pack Rp 10.000 Rp 50.000

cardiotocograph (CTG ) 1 unit Rp 13.000.000 Rp 13.000.000

Resusitasi set dewasa 4 unit Rp 300.000 Rp 1.200.000

Resusitasi set bayi 4 unit Rp 300.000 Rp 1.200.000

4 bed persalinan 4 unit Rp 3000.000 Rp 12.000.000

TOTAL Rp 146.585.000

2. Ruang Pemulihan (Recovery)/ Kala IV


Barang Kebutuhan Harga satuan Jumlah

Set TTV pasien (tensimeter, 6 unit Rp 350.000 Rp 2.100.000


stetoskop, termometer)

Stand infuse 6 buah Rp 300.000 Rp 1.800.000

AC 1 buah Rp 1.500.000 Rp 1.500.000

O2 set 6 set Rp 1.200.000 Rp 7.200.000

Infuse set mikro terumo 1 pack isi 50 unit Rp 15.000 Rp 15.000

Infuse set makro terumo 1 pack isi 50 unit Rp 20.000 Rp 20.000

Tempat tidur 6 unit Rp 2.000.000 Rp 12.000.000

TOTAL Rp 24.635.000

3. Ruang Tindakan

Barang Kebutuhan Harga Satuan Jumlah

Set partus 2 set Rp 500.000 Rp 1.000.000


set minor surgery 2 set Rp 500.000 Rp 1.000.000

Set TTV Pasien (tensimeter, 2 set Rp 350.000 Rp 700.000


stetoskop, termometer)

Set AVM /Kuretase 2 set Rp 500.000 Rp 1.000.000

suction apparatus 2 set Rp 1.500.000 Rp 3.000.000

Lampu periksa 2 unit Rp 2.000.000 Rp 4.000.000

Stand infuse 2 unit Rp 300.000 Rp 600.000

O2 set 2 set Rp 1.200.000 Rp 2.400.000

Emergency light 2 unit Rp 300.000 Rp 600.000

Infuse set mikro terumo 1 pack isi 50 Rp 15.000 Rp 15.000


unit

Infuse set makro terumo 1 pack isi 50 Rp 20.000 Rp 20.000


unit

Sarung tangan steril 1 pack isi 25 Rp 750.000 Rp 750.000


dus

Celemek plastik 4 buah Rp 10.000 Rp 40.000

Kasa steril 10 gulung Rp 15.000 Rp 150.000

Kapas alkohol 5 pack Rp 10.000 Rp 50.000

Resusitasi set dewasa 2 set Rp 300.000 Rp 600.000

Tempat tidur 2 unit Rp 2000.000 Rp 4000.000

AC (Air Condetioner) 1 buah Rp 1.500.000 Rp 1.500.000

TOTAL Rp 52.025.000
4. Gudang Steril(clean utility)

Barang Kebutuhan Harga

Lemari instrumen 2 pintu 2 buah Rp 5.500.000

Alat sterilisator 2 unit Rp 2.000.000

TOTAL Rp 7.500.000

5. Ruang ganti pakaian/ loker

Barang Kebutuhan Harga Satuan Jumlah

Loker 3 kolom 2 buah Rp 3.000.000 Rp 6.000.000

Rak sepatu bersih 4 susun 2 buah Rp 100.000 Rp 200.000

Wastafel 1 buah Rp 4.000.000 Rp 4.000.000

TOTAL Rp 10.200.000

6. Ruang dokter

Barang Kebutuhan Harga

Tempat tidur 1 buah Rp 5.000.000

Sofa 1 buah Rp 5.000.000

Meja 1 buah Rp 1.000.000

Wastafel 1 buah Rp 4.000.000

TOTAL Rp 15.000.000
7. Ruang perawat/ PetugaS

Barang Kebutuhan Harga

Tempat tidur 1 buah Rp 5.000.000

Sofa 1 buah Rp 5.000.000

Meja 1 buah Rp 1.000.000

Wastafel 1 buah Rp 4.000.000

TOTAL Rp 15.000.000

8. Pantri

Barang Kebutuhan Harga

Meja 2 buah Rp 2.000.000

Kursi 4 buah Rp 2.000.000

Microwave 1 buah Rp 500.000

Kompor 1 buah Rp 1.000.000

Penghangat ( termos ) 1 buah Rp 300.000

Kulkas 1 buah Rp 2.000.000

TOTAL Rp 7.800.000

10. Gudang Kotor (Spoolhoek/Dirty Utility).


Barang Kebutuhan Harga

Kloset leher angsa 1 buah Rp 500.000

keran air bersih (Sink) Ket : 1 buah Rp 250.000


tinggi bibir kloset + 80-100 m
dari permukaan lantai

TOTAL Rp 750.000

11. WC
Barang Kebutuhan Harga

Kloset 1 buah Rp 500.000

Wastafel 1 buah Rp 4.000.000

Bak air 1 buah Rp 1500.000

TOTAL Rp 6.000.000

TOTAL KAMAR BERSALIN : Rp 285.495.000

N. INSTALASI RAWAT JALAN


No. Nama Ruangan Fungsi Kebutuhan Kebutuhan Fasilitas

Ruang/Luas
1 Ruang Tunggu Ruang tunggu pasien (dan 1~1,5 m2/ 1. Kursi panjang (2)
Utama. pengantar pasien) saat orang (min. 1.000.000
melakukan pendaftaran 12 m2)
2. Televisi (1) 200.000

3. (AC / Air Condition)


500.000

[2.700.000]
2 Ruang Pengendali Tempat kegiatan 3~5 m2/ 1. Meja (2) 100.000
ASKES administratif ASKES Rumah petugas (min.
2. kursi kerja (3) 150.000
Sakit dilaksanakan. 12 m2)
3. lemari arsip 1.500.000

4. telepon 150.000

5. computer 3.000.000
3 Ruang Ruang ini digunakan untuk 3~5 m2/ 1. Meja (2) 1.500.000
Administrasi menyelenggarakan kegiatan petugas (min. [5.150.000]
2. Kursi (3) 150.00
administrasi, meliputi : 16 m2)
• Loket
3. lemari berkas/arsip
Pendaftaran 1. Pendataan pasien rawat
1.000.000
jalan
Pasien.
4. telepon 150.000
2. Pembayaran biaya
• Loket Kasir
pelayanan medik. 5. safety box 500.000

4 Ruang Rekam Tempat menyimpan 12~16 m2/ [4.950.000]


1. Meja 50.000
Medis informasi tentang identitas 1000
2. Kursi 50.000
pasien, diagnosis, perjalanan kunjungan
penyakit, proses pengobatan pasien/ hari 3. lemari arsip 1.000.000

dan tindakan medis serta (untuk 5 4. Computer 3.000.000


dokumentasi hasil pelayanan. tahun)
[4.100.000]
Biasanya langsung
berhubungan dengan loket
pendaftaran.

5 Ruang Tunggu Ruang di mana keluarga atau 1~1,5 m2/ 1. Kursi panjang 1.000.000
Poli pengantar pasien menunggu orang (min.4
panggilan di depan ruang m2/poli)
poliklinik.
6 Ruang Periksa & Ruang tempat dokter spesialis 12~25 m2/ 1. Kursi (3) 150.000
Konsultasi Dokter melakukan pemeriksaan dan poli
2. Meja Konsultasi 100.000
Spesialis konsultasi dengan pasien
3. lemari alat periksa
1.000.000

4. bed 1.500.000

7 Ruang Tindakan Ruang tempat konsultasi, 12~25 m2/ [3.050.000]


1. Meja 100.000
Poli Penyakit penyelidikan, pemeriksaan, poli
2. Kursi 150.000
Dalam dan pengobatan pasien
penyakit dalam oleh dokter 3. Bed 1.500.000

Sp.Pd. 4. lemari obat/alat 1.000.000

5. set diagnostic 3.000.000

6. stetoskop, tensimeter,
termometer, reflex
hammer 500.000

7. film viewer 1.000.000

8. EKG 5.000.000

9. Ultrasonografi
10.000.000

[22.250.000]
8 Ruang Tindakan / Ruang tempat melakukan 12~25 m2/ 1. EKG 5.000.000
Diagnostik Poli tindakan atau diagnostik poli
2. set resusitasi anak
Anak terhadap pasien anak.
lengkap dg defribilator,
meja resusitasi anak dan
bayi 6.000.000

3. alat penghisap lendir


2.000.000

4. timbangan+pengukur
tinggi 300.000

5. stetoskop anak,

6. tensimeter dg manset
untuk bayi, anak &
dewasa, termometer,
lampu batere, palu
refleks, sendok penekan
lidah 500.000

9 Ruang Laktasi Ruang khusus bagi ibu yang 6~12 m2 1.


7. Kursi 500.000
cold chain 150.000
menyusui
2. Meja 50.000
[ 14.200.000]
anaknya.
3. Wastafel 500.000

[1.050.000]
10 Ruang Tindakan/ Ruang tempat konsultasi, 12~25 m2/ 1. Lemari alat 1.000.000
Diagnostik Poli penyelidikan, pemeriksaan, poli
2. lampu senter, stetoskop
Bedah pengobatan, tindakan
100.000
terhadap pasien.
3. anaskopi 250.000

4. meja periksa 300.000

5. meja instrument 100.000

6. minor surgery set 300.000

7. alat punch biopsy


150.000

11 Ruang Tindakan/ Ruang tempat melakukan 12~25 m2/ 8.


1. laringosko
meja 3.000.000
ginekologi
Diagnostik Poli tindakan atau diagnostic poli 9. 1.000.000
headlamp 50.000
Kebidanan/ kebidanan terhadap pasien.
2. USG 10.000.000
[5.250.000]
Kandungan
3. tensimeter, stetoskop,
timbangan ibu, stetoskop
linen, lampu periksa
500.000

4. Doppler 1.500.000

5. set pemeriksaan
ginekologi 500.000
2
13 Ruang Tindakan/ Ruang tempat konsultasi, 12~25 m / 1. ENT diagnostik
[13.500.000]
Diagnostik Poli penyelidikan, pemeriksaan, poli instrument set 1.500.000
THT dan pengobatan pasien
2. head light 50.000
penyakit THT.
3. suction pum 300.000

4. laringoskop 3.000.000

5. Audiometer 10.000.000

[14.850.000]
14 Ruang Tindakan/ Ruang tempat konsultasi, 12~25 m2/ 1. Dental unit 30.000.000
Diagnostik Poli penyelidikan, pemeriksaan, poli
Gigi dan Mulut dan pengobatan pasien
penyakit gigi dan mulut.

15 Toilet (petugas, KM/WC @ KM/WC 1. Kloset 120.000


pengunjung) pria/ wanita
2. Wastafel 500.000
luas +2 – 3 m2
(min.untuk 3. bak air 200.000

pasien dapat [820.000]


berjalan
TOTAL & Rp 122.870.000
maks. untuk
pasien
O. INSTALASI NICU PERINA berkursi roda)
Peralatan Harga Jumlah Total Harga
1. Inkubator Rp. 17.650.000 18 Rp. 317.700.000
2. Feeding tub Rp. 25.000 16 Rp. 400.000
3. Infant radiant warmer Rp. 17.000.000 3 Rp. 51.000.000
4. Infusion pump Rp. 8.000.000 16 Rp. 128.000.000
5. Syringe pump Rp. 10.000.000 16 Rp. 160.000.000
6. Monitors Rp. 5.000.000 16 Rp. 80.000.000
7. Blue lamp Rp. 3.000.000 1 Rp. 3.000.000
8. Bubble CPAP Rp. 85.000.000 1 Rp. 85.000.000
9. Baby box Rp. 1.600.000 6 Rp. 9.600.000
10. Suction Rp. 1.600.000 2 Rp. 3.200.000
11. Nebulizer Rp. 547.000 2 Rp. 1.094.000
12. Timbangan dan pengukur Rp. 2.373.000 2 Rp. 4.746.000
panjang bayi
13. Alat resusitasi bayi Rp. 250.000 2 Rp. 500.000
14. Obat obatan +/- Rp. +/- Rp. 3.000.000
3.000.000
15. Susu bayi Rp. 125.000 6 Rp. 750.000
16. Sabun cuci tangan Rp. 15.000 4 Rp. 60.000
17. Termometer Rp. 20.000 3 Rp. 60.000
18. Stetoskop Rp. 500.000 2 Rp. 1.000.000
19. Spuit Rp. 5.000 100 Rp. 500.000
20. Safety box Rp. 25.000 3 Rp. 75.000
21. Apron Rp. 30.000 6 Rp. 180.000
22. Sarung tangan steril Rp. 3 Rp. 480.000
160.000/box
23. Sarung tangan non steril Rp. 45.000/box 3 Rp. 135.000
24. Masker Rp. 20.000/box 3 Rp. 60.000
25. Tempat sampah Rp. 150.000 4 Rp. 600.000
26. Tempat pakaian kotor Rp. 50.000 3 Rp. 150.000
27. Meja Rp. 1.000.000 6 Rp. 6.000.000
28. Kursi Rp. 250.000 8 Rp. 2.000.000
29. Lemari arsip Rp. 1.600.000 2 Rp. 3.200.000
30. Telepon Rp. 500.000 2 Rp. 1.000.000
31. Komputer Rp. 4.000.000 4 Rp. 16.000.000
Total: Rp.
919.890.000

P. INSTALASI UNIT GAWAT DARURAT


a. Ruang tindakan
1) Brankar Penerimaan Pasien : Rasio (Cross Sectional) minimal 3 (Rp.
2.800.000) = 8.400.000
2) Brankar : minimal 10 (Rp. 6.500.000) = 65.000.000
b. Ruang Tindakan
1) Ruang Resusitasi
Peralatan
a) Nasopharingeal tube : minimal 1 setiap nomer (Rp. 100.000) = 300.000
b) Oropharingeal tube : minimal 1 setiap nomer (Rp. 12.000) = 36.000
c) Laringoscope set Anak minimal 1 setiap nomer (Rp. 2.500.000) =
7.500.000
d) Laringoscope set Dewasa : minimal 1 setiap nomer (Rp. 3.000.000) =
9000.000
e) Nasotrakheal tube : minimal 1 setiap nomer (Rp. 20.000) = 60.000
f) Orotracheal : minimal setiap nomer (Rp. 20.000) = 60.000
g) Suction : sesuai jumlah TT (Rp. 2.500.000)
h) Tracheostomi set : Minimal 1 setiap no (Rp. 700.000) = 2.100.000
i) Bag Valve Mask (Dewasa/Anak) : Minimal 1 setiap no (Rp. 250.000) =
750.000
j) Kanul Oksigen : Sesuai jumlah TT (Rp. 15.000)
k) Oksigen mask (D/A) : Minimal 1 (Rp. 450.000)
l) Chest Tube : Minimal 1 (Rp.100.000)
m) Crico / Trakheostomi : Minimal 1 (Rp. 300.000)
n) Ventilator Transport : Minimal 1 (Rp. 114.000.000)
o) Vital Sign Monitor : Sesuai jumlah TT (Rp. 20.000.000)
p) Infusion pump : 2 s/d 3 (Rp. 15.000.000) = 45.000.000
q) Syringe pump : setiap TT ( Rp. 23.000.000)
r) ECG : Minimal 2 (Rp. 125.000.000 = 250.000.000
s) Vena Section : Minimal 1 (Rp. 4.000.000)
t) Defibririlator : Minimal 1 (Rp. 100.000.000)
u) Gluko stick : Minimal 3 (Rp. 80.000) = 240.000
v) Stetoskop : Minimal 3. (Rp. 100.000) = 300.000
w) Termometer : Minimal 5 (Rp. 20.000) = 100.000
x) Nebulizer : Minimal 2 (Rp. 600.000) = 1.200.000
y) Oksigen Medis / Consentrators : Rasio 1:1 TT di IGD (Rp. 8.000.000)
z) Warmer : Minimal 1 (Rp. 16.000.000)
Imobilization set

a) Neck Collar : Minimal 1 (Rp. 200.000)


b) Splint : Minimal 1 set (Rp.130.000)
c) Long Spine Board : Minimal 1 set (Rp. 1.500.000)
d) Scoop Strecher : Minimal 1 set (Rp. 3.250.000)
e) Kendrik Extrication Deviice (KED) : Minimal 1 set (Rp. 2.300.000)
f) Urine Bag : Minimal 10 set / TT (Rp. 5.000) = 50.000
g) NGT : Minimal 10 set (Rp. 30.000) = 300.000
h) Wound Toilet Set : Minimal 1 set (Rp. 100.000)
Obat-obatan dan alat habis pakai

a) Cairan Infus Koloid : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD
tanpa harus di resepkan minimal 10 (Rp. 16.000) = 160.000
b) Cairan Infus Kristaloid : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD
tanpa harus di resepkan minimal 10 (Rp. 16.000) = 160.000
c) Cairan Infus Dextrose : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD
tanpa harus di resepkan minimal 10 (Rp. 22.000) = 220.000
d) Adrenalin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 10 (Rp. 70.000) = 700.000
e) Sulpat Atropin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 5.000) = 50.000
f) Kortikosteroid : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 11.000) = 110.000
g) Lidokain : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 100 (Rp. 150.000) = 1.500.000
h) Dextrose 50% : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 6.000) = 60.000
i) Aminophilin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 19.500) = 195.000
j) Pethidin: Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus di
resepkan minimal 10 (Rp. 150.000) =1.500.000
k) Morfin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus di
resepkan minimal 10 (Rp. 15.000) = 150.000
l) Anti convulsion : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 30.000) = 300.000
m) Dopamin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 10 (Rp. 50.000) = 500.000
n) Dobutamin : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 10 (Rp. 12.000) = 120.000
o) ATS , TT : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 5 (Rp. 700.000) = 3.500.000
p) Trombolitik : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa
harus di resepkan minimal 10 (Rp. 75.000) = 750.000
q) Amiodaron (inotropik) : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD
tanpa harus di resepkan minimal 10 (Rp. 167.000) = 1.670.000
r) APD : Masker, Sarung tangan : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup
di IGD tanpa harus di resepkan minimal 3 box (Rp. 195.000) = 585.000
s) Mannitol : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 10 (Rp. 220.000)= 2.200.000
t) Furosmide : Selalu Tersedia dalam jumlah yang cukup di IGD tanpa harus
di resepkan minimal 10 (Rp. 5.000) = 50.000

TOTAL UGD : Rp 700.721.000


TOTAL ANGGARAN INSTALASI RUANG PERAWATAN RUMAH SAKIT UMUM
RUFAIDAH AL ISLAMIYAH :

TOTAL Rp 12.615.139.000

TOTAL BUDGETING (CAVITAL+OPERASIONAL)+PERSONAL ADALAH

Rp. 8.958.481.039.000
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari
pembangunan nasional secara menyeluruh. Adapun tujuan pembangunan kesehatan
adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi tiap penduduk agar dapat mewujudkan
derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan
kesehatan optimal. Sedangkan sasaran pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya
manusia tanguh, sehat, kreatif dan produktif. Yogyakarta membutuhkan rumah sakit yang
memiliki kemampuan dalam pembangunan kesehatan. Rumah sakit umum Rufaidah Al
Islamiyah diharapkan menjadi tonggak dan pilihan utama masyarakat dalam menghadapi
masalah kesehatan. Beragam fasilitas dan pelayanan yang Rumah sakit umum Rufaidah
Al Islamiyah sediakan diharapkan bias menjadi pilihan terbaik untuk Yogyakarta.

B. SARAN
Salah satu efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Umum harus menciptakan dan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat melayani kebutuhan
dan keinginan serta memberikan kepuasan kepada pasien yang penerapannya harus
dilaksanakan oleh semua elemen organisasi rumah sakit secara komprehensif dan
berkelanjutan termasuk pula pasien sebagai pihak pemakai.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2006. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI.

Hanafiah, M J., Amir, A. 2008. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan Ed 4. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai