(BUKU INFORMASI)
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................................................... vii
DAFTAR DEFINISI ............................................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
A. Tujuan Umum .......................................................................................................................... 1
B. Tujuan Khusus ......................................................................................................................... 1
BAB II MELAKSANAKAN KEGIATAN START-UP PROYEK KESEHATAN ......................................... 2
A. Pengetahuan Dalam Melaksanakan Kegiatan Start-Up Proyek Kesehatan ..................... 2
1. Memperbaharui Rencana Proyek Kesehatan dengan Informasi . .................................... 2
1.1. Definisi Proyek ......................................................................................................................... 2
1.2. Fase-fase Proyek...................................................................................................................... 5
1.3. Biaya Proyek ............................................................................................................................. 8
1.4. Mengelola Mutu Proyek ........................................................................................................ 10
1.5. Mengelola SDM dalam Proyek ............................................................................................. 11
2. Mengkomfirmasi Pemahaman Persetujuan Proyek Stakeholders. ................................. 13
2.1. Stakeholders ........................................................................................................................... 13
3. Mengelola Persyaratan Sistem Selama Proyek. ................................................................ 16
3.1. Pemikiran Pertama, ............................................................................................................... 16
3.2. Pemikiran kedua .................................................................................................................... 16
3.3. Pemikiran ketiga .................................................................................................................... 17
3.4. Pengendalian .......................................................................................................................... 18
3.5. Organisasi dan Penyusunan Tim Proyek ............................................................................ 18
3.6. Kebijakan dan Tata Laksana ................................................................................................ 19
4. Alat Manajemen Proyek Kesehatan .................................................................................... 19
4.1. Lingkup manajemen(scope management) proyek ........................................................... 19
B. Keterampilan dalam Melaksanakan Kegiatan Start-up Proyek ....................................... 22
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Kegiatan Start-up Proyek ........................................... 22
BAB III. MENGKOORDINASI PELAKSANAAN PROYEK .................................................................. 23
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengkoordinasi Pelaksanaan Proyek ................ 23
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR DEFINISI
Cost beaseline adalah budget berbasis waktu yang dapat digunakan untuk
mengukur dan memonitor kinerja biaya proyek. Cost baseline
dihitung dengan menjumlahkan biaya per periode waktu proyek.
Cost baseline menjadi salah satu input dalam pengendalian
biaya.
Earned value adalah metode yang memungkinkan manajer proyek untuk
management (EVM) mengukur jumlah pekerjaan yang sebenarnya dilakukan pada
proyek di luar kajian dasar dari laporan biaya dan jadwal. EVA
menyediakan metode yang memungkinkan proyek diukur
dengan kemajuan yang dicapai.
Analisis Earned Value adalah teknik berharga untuk menentukan keuntungan dan
(EVA) kerugian nyata. EVA menyediakan sarana untuk
menyeimbangkan keuntungan / kerugian, mengoptimalkan
keseimbangan dan memaksimalkan keuntungan.
Fase Proses Manajemen Merupakan serangkaian aktifitas yang dilakukan untuk mencapai
Proyek hasil tertentu. Pada tiap fase dari siklus hidup proyek“lifecycle”
terdiri atas sejumlah aktivitas
Stakeholders orang, kelompok atau organisasi yang berada di luar kendali
yang berkecimpung didalam proyek. Hampir semua stakeholders
akan menyediakan layanan (pemenuhan permintaan, keahlian,
peralatan dan lain-lain) ke proyek, menerima layanan (data,
fungsi dan lain-lain) atau memiliki hubungan dua arah.
WBS Work breakdown structure adalah suatu metode
pengorganisasian proyek menjadi struktur pelaporan
hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau
memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail. Hal
ini dimaksudkan agar proses perencanaan proyek memiliki
tingkat yang lebih baik
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan nantinya sebagai konsultan
yang mampu Mengelola Proyek
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari buku informasi Mengelola Proyek guna memfasilitasi
peserta latih sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut:
BAB II
MELAKSANAKAN KEGIATAN START-UP PROYEK KESEHATAN
BAB II MELAKSANAKAN KEGIATAN START-UP PROYEK KESEHATAN
A. Pengetahuan Dalam Melaksanakan Kegiatan Start-Up Proyek Kesehatan
1. Memperbaharui Rencana Proyek Kesehatan dengan Informasi .
Memperbaharui rencana proyek kesehatan dengan infstrategi implementasi proyek
kesehatan.
Proyek adalah setiap kegiatan yang mengubah status quo. Dan menurut R.
Sutjipto(1985),sebuahproyek dapat didefenisikan sebagai suatu usaha dalam jangka
waktu yang ditentukan dengan sasaran yang jelas yaitu mencapai hasil yang telah
dirumuskan pada waktu awal pembangunan proyek akan dimulai.
Dalam bisnis, kegiatan tersebut dapat mencakup pengembangan produk dan jasa
baru serta pembaharuan atau peningkatan kualitas produk atau jasa yang sudah
ada.
Terdapat interaksi yang rumit antara proses pengembangan proyek seperti studi
kelayakan dan analisis permintaan dengan proses manajemen proyek. Ada empat proses
dalam aktivitas manajemen proyek, yaitu:
Justifikasi dan persetujuan proyek harus didukung oleh perencanan strategis dan
studi kelayakan. Perencanaan strategis mencakup analisis lingkungan persaingan,
ekonomi, social dan hokum, serta kemampuang internal (system, teknologi dan
sumber daya manusia) perusahaan (Peter Keen 1991). Proses perencanaan strategis
mengidentifikasi pasar sasaran, produk dan jasa seta memukau proyek-proyek
utama yang dibutuhkan untuk pencapaian sasaran.
b. Perencanaan proyek.
Perencanaan proyek (project planning) merupakan kunci dari manajemen proyek
yang efektif. Perencanaan proyek yang terinci dan akurat menghasilkan informasi
manajerial yang menjadi dasar justifikasi proyek (biaya, manfaat, dampak strategis
dan lain-lain) dan menentuka definisi penggerak bisnis (ruang lingkup, tujuan) yang
membentuk konteks untuk solusi teknis. Selain itu perencanaan proyek juga
menghasilkan jadwal proyek dan alokasi sumber daya yang akan manjadi kerangka
kerja proses manajeman proyek lainnya, penelusuran, pelaporan dan pengkajian
ulang.
c. Penelusuran proyek.
Penelusuran jadwal proyek dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
- mengadakan pertemuan secara berkala dengan seluruh anggota tim dimana
masing-masing anggota melaporkan kemajuan dan kendala yang dihadapi
- mengevaluasi hasil pencapaian proyek secara keseluruhan
- menentukan apakah kejadian atau aktivitas penting proyek sudah dilakukan
sesuai jadwal
- membandingkan tanggal mulai actual dengan tanggal mulai pada perencanaan
proyek
- melakukan pertemuan secara informal dengan para pelaksana untuk
mendapatkan gambaran subyektif mengenai perkiraan kemajuan dna potensi
hambatan dimasa mendatang.
d. Pelaporan proyek.
Komunikasi efektif adalah satu komponen kunci bagi suksesnya pelaksanaan proyek.
Delapan puluh persen pekerjaan manajer proyek berkisar pada komunikasi dengan
tim, klien maupun stakeholders lainnya. Tanpa komunikasi yang efektif, informasi
vital mungkin tidak tersampaikan secara efektif, atau bahkan tidak terkomunikasikan
sama sekali. Komunikasi yang buruk dapat menghambat jadwal pelaksanaan proyek
maupun penyelesaian proyek. Pelaporan status proyek (project status reporting)
adalah salah satu metode mengenai pentingnya komunikasi proyek.
Pelaporan proyek adalah suatu laporan formal dan regular mengenai kemajuan
proyek dibandingkan dengan rencana proyek. Laporan ini akan menjaga agar
stakeholders proyek mendapatkan informasi terkini mengenai aspek-aspek penting
dari proyek, misalnya jadwal, masala yang muncul, lingkup, sumber daya, biaya, dan
sebagainya.
Laporan proyek dapat disusun berdasarkan standar atau template tertentu sesuai
dengan kebijakan yang berlaku di organisasi maupun kebutuhan stakeholders.
Berikut ini adalah cara untuk menghadapi rintangan dalam pelaporan proyek:
1. pahami atau kenali status proyek anda
2. telusuri penyelesaian proyek
3. jaga pencapaian (milestones)
4. jangan ragu meminta pertolongan
5. ingat, hanya ada satu versi kebenaran
Untuk mencapai tujuannya, perjalanan sebuah proyek dapat berupa garis lurus satu
arah namun dapat juga terdiri dari siklus-siklus kecil yang kemudian terakumulasi
menjadi siklus besar. Proses sebuah proyek yang berupa garus lurus satu arah
menunjukkan bahwa suatu proyek dimulai dengan mendefinisikan ide awal pada satu
titik waktu lalu bergulir ke fase perencanaan, pelaksanaan hingga kemudian berakhir
pada penyelesaian atau penutupan proyek pada suatu titik waktu tertentu. Pada
model ini, proyek hanya mengalami satu siklus dan selesai.
Ada juga proyek yang terdiri dari beberapa siklus yang saling berhubungan, dimana
pelaksanaan suatu siklus ditentukan oleh siklus sebelumnya dan menentukan siklus
setelahnya. Berikut ini adalah contoh suatu proyek yang terdiri dari beberapa siklus
kecil untuk mencapai tujuan akhir dari proyek tersebut. Ini adalah contoh kerangka
teori „Model of Improvement‟ yang dikembangkan oleh Institute for Healthcare
Improvement (IHI) pada tahun 2003.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, model of improvement adalah
model kolaboratif untuk mencapai perbaikan kualitas pelayanan kesehatan sekaligus
mengurangi biaya. Ini adalah proses pembelajaran bagi organisasi pelayanan
kesehatan untuk belajar dari satu sama lain melalui peran konsultan/tenaga ahli.
Fase Inisiasi dan Fase Perencanaan telah dibahas pada Modul 1, yaitu Perencanaan
Proyek. Modul 2 membahas tentang Mengelola Proyek Manajemen Kesehatan yang
difokuskan pada Fase Implementasi Proyek.
Jika siklus Manajemen Proyek dilihat secara lebih detil, Fase Program
Implementation dapat diuraikan ke dalam berbagai aktivitas antara lain komunikasi
untuk menjalin hubungan kolaborasi dengan stakeholders untuk memulai
pelaksanaan proyek, melakukan riset-riset, memproduksi dan mendistribusikan
materi-materi yang terkait dengan pelaksanaan proyek dan hasil-hasil yang
diharapkan, mengevaluasi keterlibatan stakeholders, melakukan review pasca-
proyek, menganalisis hasil-hasil dan menyusun laporan proyek, sebagaimana
tergambar pada gambar berikut.
Sumber: PMBOK
Begitu proyek dimulai, manajer proyek dan bagian akunting memiliki tanggung
jawab dasar yaitu menelusuri dan mengelola biaya. Mereka harus melaporkan
kondisi keuangan proyek secara berkala dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Mekanisme komunikasi seharusnya telah dibuat pada Fase Perencanaan proyek, atau
mengikuti kebijakan yang berlaku di organisasi konsultan. Matriks Komunikasi
Tanggung Jawab (CRM) dapat menjadi pedoman dalam berkomunikasi dan mengirim
laporan.
Cost beaseline adalah budget berbasis waktu yang dapat digunakan untuk mengukur
dan memonitor kinerja biaya proyek. Cost baseline dihitung dengan menjumlahkan
biaya per periode waktu proyek. Cost baseline menjadi salah satu input dalam
pengendalian biaya.
Untuk melakukan kontrol biaya diperlukan input berupa: cost baseline, laporan
penyerapan anggaran dari tahap sebelumnya, informasi mengenai adanya
perubahan-perubahan dalam proposal, dan rencana manajemen biaya. Untuk
melakukan pengendalian biaya, ada beberapa alat dan metode yang dapat
digunakan:
1. Sistem pengendalian perubahan biaya yaitu prosedur yang jáhrus dilakukan bila
harus mengubah cost baseline.
2. Pengukuran Kinerja
3. Earned value management (EVM) yang secara reguler harus digunakan untuk
mengukur kinerja proyek degan menggunakan 3 variabel: a) value yang
direncanakan (planned value, PV); b) value yang didapat (earned value, EV); c)
realisasi anggaran yang terjadi untuk mendapatkan value.
Jadi saat akhir bulan pertama tim konsultan berhasil mencapai target pekerjaan
sesuai kontrak, maka dapat dikatakan bahwa planned value (a) earnedvalue
yang didapat (b), variasi yang terjadi sama dengan nol. Kemudian tim konsultan
mengasumsikan penyerapan anggaran dalam tahap 1 tersebut adalah sebesar Rp
20.000.000. Artinya, anggaran yang digunakan tim konsultan hemat sebesar Rp
5.000.000. Dalam terminologi EV dapat dikatakan bahwa tim ini memiliki variasi
biaya positif karena realisasi anggaran lebih kecil daripada PV.
Biaya proyek harus sudah mencakup biaya manajemen proyek sebagai suatu
paket pekerjaan tersendiri, sebagaimana paket-paket pekerjaan lainnya dalam
suatu proyek.
Quality control yaitu memonitor hasil-.hasil tertentu dari suatu proyek untuk
menentukan apakah tim konsultan telah berhasil mencapai standar kinerja yang
diharapkan atau tidak, serta mengidentifkkasi cara-cara untuk mengurangi penyebab
terjadinya standar kinerja yang lebih rendah dari yang diharapkan. Alat dan teknis
yang digunakan untuk melakukan quality control adalah inspeksi, kartu kontrol,
diagram Pareto, sampling statistik, flow-charting dan analisis trend.
Untuk dapat melakukan quality control, diperlukan input berupa hasil kerja, rencana
manajemen mutu, definisi-fedinisi operasional dan checklists. Output dari aktivitas
quality control adalah peningkatan mutu, keputusan penerimaan, kerja ulang,
checklist yang sudah lengkap, pengaturan ulang proses.
Quality control dimulai dari hal paling detil dari sebuah proyek. The devil is in the
details adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan masalah mutu akibat
kurangnya concern manajer proyek terhadap hal-hal detil. Contoh pada mesin jet
yang terdiri dari beberapa lusin lembaran kipas yang didesain untuk mendorong
angin melalui mesin. Jika salah satu kipas tidak berfungsi, mesin jet akan kehilangan
keseimbangan bahkan terbelah. Itulah sebabnya, kipas-kipas tersebut harus
melewati inspeksi yang ketat dengan tingkat toleransi kesalahan yang sangat kecil
sebelum dipasang di mesin pesawat.
Dari contoh di atas terlihat bahwa inspeksi tidak hanya dilakukan terhadap produk
final melainkan juga pada input dan proses. Manajemen mutu pada manajemen
proyek merupakan isu teknis dan selalu mengikuti kebijakan Departemen Quality
Control-nya organisasi konsultan, namun bagaimanapun juga manajer eksekutif
organisasi bertanggung jawab dalam membangun patron pengendalian mutu dan
tingkat penerapannya.
Alat dan metode yang bisa digunakan untuk mengelola SDM dalam proyek adalah:
a. Aktivitas team-building, dapat didesain secara khusus atau tidak, bisa
membutuhkan waktu hanya beberapa menit, atau beberapa hari/minggu/bulan di
lokasi yang jauh dari kantor dan diorganisir secara profesional, yang tujuannya
untuk membangun hubungan interpersonal dengan stakeholders.
b. Keterampilan manajemen umum, sebagaimana telah dibahas sebelumnya, yaitu
terdiri dari kemampuan leadership, komunikasi dan negosiasi.
c. Sistem rekognisis dan reward, merupakan tindakan formal untuk
mempromosikan atau mendorong terjadinya perilaku yang diharapkan. Agar
efektif, sistem ini harus memperlihatkan hubungan yang jelas, eksplisit dan dapat
dicapai, antara kinerja proyek dengan reward yang akan diperoleh.
d. Collocation bisa dilakukan dengan menempatkan semua atau hampir semua
anggota tim yang paling aktif di satu lokasi fisik yang sama agar mereka bisa
saling berinteraksi dalam mencapai tujuan tim. Dalam proyek tertentu dimana
collocation ini tidak mungkin dilakukan, alternatifnya adalah dengan
mengadendakan pertemuan tatap muka secara reguler untuk menjaga adanya
interaksi antar-anggota tim.
e. Training, jika anggoota tim tidak atau kurang memiliki skill teknis yang
dibutuhkan dalam proyek, maka langkah antisipatif perlu dilakukan. Manajer
proyek dapat menjadikan pengembangan skill tersbeut sebagai bagian dari
proyek, atau menggantinya dengan staf terlatif. Biaya yang ditimbulkan sebagai
konsekuensi dari tindakan ini menjadi beban bagi organisasi yang melakukan
training.
2.1. Stakeholders
a. Definisi
Stakeholders adalah orang, kelompok atau organisasi yang berada di luar kendali
yang berkecimpung didalam proyek. Hampir semua stakeholders akan
menyediakan layanan (pemenuhan permintaan, keahlian, peralatan dan lain-lain)
ke proyek, menerima layanan (data, fungsi dan lain-lain) atau memiliki hubungan
dua arah.
Para stakeholders dapat berasal dari dalam perusahaan atau dari perusahaan
lain.Para stakeholders proyek umumnya adalah bagian operasional, audit
internal, para pelaku bisnis di perusahaan yang akan menggunakan system
bersangkutan, komunikasi TI, para pemasok, anggota tim proyek, anggota
komite pengarah, sponsor proyek dan para analis bisnis.
c. Isi dari perjanjian kemitraan standar dengan para stakeholders, dapat berupa
informasi sebagai berikut:
1. Jasa/layanan, menyepakati dan mendokumentasikan tiap-tiap jasa/layanan
yang unik yang disyaratkan stakeholder atau layanan yang hendak diberikan
kepada para stakeholders.
2. Penetapan waktu, menyekepati dan mendokumentasikan isu-isu penerapan
waktu yang spesifik untuk melaksanakan pemberia jasa/layanan.
3. Biaya, harus disepakati biaya atau jasa (fee) yang akan dikeluarkan oleh para
stakeholders karena pemberian jasa/layanan.
4. Kontinjensi, harus bersepakat dengan stakeholder mengenai orang pengganti
yang melakukan pemberian jasa jika stakeholder tersebut tidak ada.
5. Orang yang bertanggung jawab, harus bersepakat dengan para stakeholders
tentang siapa anggota tim dan bertanggung jawab mengelola hubungan
tersebut. Perjanjian tersebut diatas merupakan dokumen yang sangat
penting, tetapi jelas merupakan dokumen politik karena dokumen ini
dirancang untuk mempertegas tanggung jawab para stakeholders akan peran
mereka dalam proyek.
Dokumen ini juga memberi indikator yang jelas mengenai komitmen atau
keyakinan stakeholders dan juga memberikan sesuatu kepada para
stakeholders untuk dibawa pulang ke atasannya.
e. Definisi negosiasi.
Negosiasi adalah komunikasi timbal balik bagi kepentingan pengambilan
keputusan bersama, suatu cara yang digunakan untuk menemukan solusi yang
dapat diterima atas masalah bersama, dalam rangka untuk mencapai hasil yang
ideal berupa. keputusan yang bijaksana, efisien dan disetujui secara damai. Ada
beberapa pilihan gaya negosiasi:
1. negosiasi gaya keras (mengontrol), dengan mengasumsikan pihak lain
sebagai musuh yang harus dikalahkan, sehingga negosiasi dilakukan secara
sangat agresif dan kompetitif
2. negosiasi gaya lunak (menyerah) adalah kebalikan dari negosiasi gaya keras
dimana hubungan dengan pihak lain dianggap sangat penting sehingga harus
dipertahankan. Keuntungan diperoleh dengan cara menyenangkan pihak lain
sehingga persetujuan bisa didapat dengan mudah.
3. negosiasi dengan prinsip (jauh lebih efektif) yang dikenal dengan P2O2
(People-Position-Options-Pbjective criteria).
Dalam hal ini people harus dipisahkan dengan problem, fokus pada masalah
bukan pada posisi, kembangkan opsi-opsi sebelum memilih solusi bersama,
putuskan berdasarkan kriteria obyektif.
4. Keempat prinsip ini ditambah dengan BATNA (Best Alternative to Negotiated
Agreement) yaitu pahami alternatif yang dimiliki oleh pihak lain dan pahami
serta kembangkan alternatif kita sendiri. Ada sepuluh aturan dalam negosiasi,
yaitu:
a) Sabar
b) Bersikap positif
c) Kumpulkan berbagai informasi
d) Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji reaksi pihak lain
e) Pahami status anda
f) Pahami tawaran awal anda
g) Batasi kewenangan anda
1) Pahami batas sumber daya/anggaran anda untuk bisa memutuskan
apakah negosiasi bisa dilanjutkan atau tidak
2) Siapkan diri dengan baik
3) Jangan pernah menghargai taktik intimidasi
3. Mengelola Persyaratan Sistem Selama Proyek sesuai dengan Rencana proyek Setelah
memahami sifat dan perilaku kegiatan proyek stakeholder, maka penyajian
dilanjutkan denganmembahas konsep pengelolaan yang dianggap sesuai dengan
tuntutan dan sifat serta perilaku kegiatan yang dimaksud yang kemudian disebut
manajemen proyek.
Dalam hal ini ada tiga buah pemikiran di antara sejumlah pengamat dan pemikir
masalah-masalah yang erat dengan perkembangan dan pertumbuhan konsep
manajemen proyek.
Lebih jauh, dipandang dari sudut organisasi, pengelolaan proyek akan efektif bila
terdapat tanggung jawab tunggal dengan tugas terpenting adalah bertindak sebagai
integrator dan koordinator dari sejumlah organisasi atau bagian organisasi peserta
dan pendukung proyek. Seperti halnya manajemen klasik, dalam manajemen proyek
fungsi perencanaan dan pengendalian memegang peranan yang amat menentukan.
Lebih dari itu, pada kegiatan proyek, mengingat sifatnya yang cepat berubah,
kompleks, dan memiliki hubungan keterkaitan yang tinggi, maka perlu adanya
keterpaduan antara perencanaan dan pengendalian. Dari sudut pandang konsep
sistem, maka pengelolaan suatu kegiatan harus berorientasi ke totalitas. Dengan
kata lain, penekanannya terletak kepada keberhasilan tujuan sistem secara
keseluruhan, dan bukan hanya kepada komponen-komponennya.
Banyak contoh menunjukkan suatu konsep telah diterima dan dianggap benar oleh
banyak pihak tetapi hasil pelaksanaannya jauh menyimpang dari harapan.
Metode dan teknik ini dipilih yang kegunaannya dianggap bersifat mendasar dan unik
untuk proses mengelola proyek, seperti “WORK BREAKDOWN STRUCTURE” untuk
mengelola lingkup, “ANALISIS JARINGAN KERJA” (CPM, PERT, dan PDM) untuk
perencanaan proyek, IDENTIFIKASI VARIANS, KONSEP NILAI HASIL, CS/CSC untuk
pengendalian biaya dan jadwal, dan lain-lain.
Sedangkan untuk metode dan teknik yang penting untuk proyek-proyek tertentu
tetapi kegunaannya tumpang tindih dengan disiplin ilmu atau profesi lain, seperti
disiplin ilmu ekonomi dan produksi (analisis sensitivitas, program linear,
“programming” lainnya, teori optimasi, konsep statistik, “proses control chart”,
pareto diagram, dan lain-lain)
3.4. Pengendalian
Pada aspek pengendalian, ini ditekankan pentingnya penggunaan metode dan teknik
yang dapat memantau atau mengukur kinerja (performance) suatu pekerjaan. Ini
berarti harus ada keterkaitan yang menyatu dalam menganalisis kemajuan pekerjaan
dengan jumlah biaya yang telah terpakai untuknya. Dengan mengetahui kinerja
suatu pekerjaan pada setiap saat pelaporan, akan dapat dibuat prakiraan atau
proyeksi keperluan dana sampai akhir penyelesaian proyek.
“referent power” di samping otoritas resmi yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan
proyek.
b. Scope Definition:
1. Product analysis
Tiap area aplikasi memiliki satu atau lebih metode yang diterima secara
umum untuk menterjemahkan obyektif proyek menjadi sasaran dan
persyaratan yang nyata.Product analysis termasuk teknik-teknik seperti
breakdown produk, analisis sistem, engineering sistem, value engineering,
analisis nilai dan analisis fungsional.
2. Alternative Identification
Identifikasi alternatif adalah suatu teknik yang digunakan untuk
men”generate” pendekatan berbeda untuk melaksanakan dan menghasilkan
pekerjaan proyek.Suatu variasi atas teknik manajemen umum sering
digunakan disini, yang sering digunakan adalah brainstorming dan berfikir
lateral.
3. Stakeholder Analysis
Analisa stakeholder identifikasi pengaruh dan ketertarikan dari berbagai pihak
yang terkait dan terpengaruh di proyek dan dokumen yang mereka perlukan,
inginkan dan harapkan. Analisis akan memilih dan memprioritaskan dan
menilai kebutuhan, keinginan dan harapan untuk menciptakan persyaratan.
Ketertarikan stakeholder bisa berdampak positif dan negatif oleh pelaksanaan
dan penyelesaian proyek dan mereka mungkin juga menggunakan pengaruh
atas proyek dan hasil-hasilnya.
c. Create WBS
1. WBS Tamplates
Walaupun proyek itu unik, form WBS dari proyek sebelumnya dapat sering
digunakan sebagai template/format untuk proyek baru jika beberapa proyek
menyerupai proyek sebelumnya dengan sedikit perkembangan.
2. Decomposition
Dekomposisi adalah subbagian sasaran proyek yang lebih kecil, komponen
yang lebih managable hingga pekerjaan dan sasaran terdefinisi menjadi the
work package level (level terendah dalam WBS dan titik dimana biaya dan
schedule pekerjaan menjadi dapat diperkirakan dengan lebih baik).
Level atas detail paket pekerjaan akan bervariasi secara ukuran dan
kompleksitas proyek. Aktifitas proses dekomposisi adalah:
a) Identifikasi sasaran pekerjaan
b) Menstrukturkan dan organizing WBS
c) Dekomposing level atas WBS menjadi komponen detail level yang lebih
rendah
d) Pengembangan dan penegasan kode identifikasi terhadap komponen WBS
e) Verifikasi derajat dekomposisi pekerjaan yang diperlukan dan secukupnya.
d. Scope Verification
1. Inspection
Inspeksi meliputi aktifitas seperti pengukuran, pemeriksaan, dan verifikasi
untuk menentukan apakah pekerjaan dan sasaran mencapai persyaratan dan
kriteria penerimaan produk. Inspeksi disebut juga review, review produk,
audit.
e. Scope Control
1. Change Control System
Prosedur dimana lingkup proyek dan produk dapat diubah. Sistem ini meliputi
dokumentasi, sistem tracking, dan level persetujuan yang diperlukan untuk
pengesahan perubahan. Sistem ini terintegrasi dengan semua sistem
informasi manajemen proyek untuk mengendalikan lingkup proyek.Ketika
proyek dikelola di bahwa suatu kontrak, sistem kendali perubahan juga
mengikuti dengan semua pasal kontrak yang relevan.
2. Variance Analysis.
Pengukuran kinerja proyek digunakan untuk menilai tingkat perubahan yang
terjadi.Aspek penting dalam pengendalian lingkup proyek adalah menentukan
penyebab perubahan secara relatif terhadap baseline lingkup pekerjaan dan
memutuskan apakah langkah koreksi diperlukan.
f. Re-planning
1. Permintaan perubahan yang telah disetujui menyebabkan lingkup proyek
dapat mensyaratkan modifikasi WBS dan Kamus WBS.Pernyataaan lingkup
proyek, dan rencana manajemen lingkup proyek.
1. Teliti dan detail disetiap tahapan dalam melaksanakan star-up proyek sesuai
dengan target rencana kerja proyek kesehatan.
2. Konsisten dan sesuai dengan regulasi dan prosedur yang berlaku
3. Tegas memimpin dan berkomunikasi secara efektif kepada seluruh sumber daya
untuk mengintegrasikan kegiatan dalam pelaksanaan proyek
BAB III
MENGKOORDINASI PELAKSANAAN PROYEK
BAB III. MENGKOORDINASI PELAKSANAAN PROYEK
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengkoordinasi Pelaksanaan Proyek
1. Melaksanakan pengintegrasian kegiatan dan manajemen proyek kesehatan sesuai
dengan rencana proyek
1.1. Definisi Koordinasi
Koordinasi adalah suatu istilah yang mengandung pengertian koperasi
(cooperation), sebab tanpa adanya koperasi tidak mungkin dapat dilakukan. Mc.
Farland (Handayaningrat, 1985:90) mendefinisikan koperasi merupakan
kehendak dari individu-individu untuk menolong satu sama lain.
e. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok di mana mereka bekerja.
Sumber: PMBOK
Banyak output proyek manajemen kesehatan yang bersifat intangible, misalnya tenaga
RS yang terlatih dan skill yang diperoleh dapat diterapkan di lingkungan kerja mereka,
sistem manajemen organisasi klien yang lebih efektif, bahkan meningkatnya mutu
pelayanan kesehatan pada organisasi klien yang berasal dari penerapan rekomendasi-
rekomendasi konsultan. Namun ada juga outcome proyek manajemen kesehatan yang
bersifat tangible, misalnya hasil pengadaan peralatan kerja bagi tenaga kesehatan di
sebuah puskesmas sebagai bagian dari proyek peningkatan mutu pelayanan puskesmas.
Sumber: PMBOK
2. Mengelola masukan dan harapan serta komitmen para stakeholders selama siklus
proyek kesehatan sesuai dengan kebijakan organisasi dan prosedur serta rencana .
7. Pertemuan-pertemuan reguler
Selama pelaksanaan proyek, ada pertemuan yang dilakukan secara reguler antar
anggota tim untuk membahas kemajuan proyek, hambatan pelaksanaan dan
forecast terhadap hasil akhir. Pertemuan ini dapat dilakukan misalnya seminggu
sekali dan sekaligus berfungsi sebagai aktivitas monitoring dan evaluasi
pelaksanaan proyek.
Selain antar anggota tim, pertemuan reguler juga perlu dilakukan bersama
dengan klien dan stakeholders untuk mensosialisasikan hasil-hasil sementara,
mendapatkan masukan untuk mengatasi hambatan, bahkan untuk melibatkan
lebih jauh dalam pelaksanaan proyek.
Tim konsultan bahkan perlu menciptakan suasana dimana klien dan stakeholders
dapat berkontribusi terhadap pelaksanan proyek secara pantas. Banyak proyek
kesehatan yang kesinambungannya paska proyek tidak dapat dipertahankan
karena klien tidak dilibatkan dalam proses pelaksanaan proyek.
Manajer
B M B D K B
proyek
Manajer
K T D D B B
program
Anggota tim M K T K T K
Manajer
B B T K K D
Akunting
Sponsor
K B K K B K
proyek
Vice
K K T B K K
President
Customer
K K K B K K
SOPC
1. Teliti dan detail dalam memilih kebutuhan sumber daya dalam melaksanakan
proyek
2. Konsisten dan sesuai dengan regulasi dan prosedur yang berlaku
3. Tegas memimpin pelaksanaan proyek
4. Solutif untuk dapat mencari jalan keluar terbaik jika terjadi perbedaan pendapat
diantara stakeholders
BAB IV
MEMONITOR PROYEK KESEHATAN N
BAB IV MEMONITOR PROYEK KESEHATAN
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Monitor Proyek
1. Memerlukan Tindakan Korektif untuk Mempertahankan kemajuan sesuai dengan
rencana proyek kesehatan.
Sumber data pada umumnya merupakan dokumen internal seperti: laporan bulanan /
triwulanan, catatan kerja dan perjalanan, catatan pelatihan, notulen rapat dan
sebagainya.
1.6. Penetapan Konsultasi dan Mekanisme Pelaporan Proyek Kesehatan sesuai rencana
komunikasi. (elemen KUK 3/3.2.).
Konsultasi dan mekanisme pelaporan proyek kesehatan ditetapkan sesuai dengan
rencana komuniakasi ketika berhadapan dengan manajemen, staf atau kontraktor,
anggota panitia pengarah atau pemangku kepentingan lainnya.
a. Tanggal awal dan tanggal akhir, tugas-tugas mana yang dimulai atau diakhiri
tidak sesuai rencana?
b. Upaya, apa upaya actual versus upaya estimasi, tugas atau keseluruhan proyek?
c. Jangka waktu, tugas-tugas mana yang memakan waktu lebih panjang atau lebih
pendek dibandingkan yang diperkiarakan?
d. Biaya, tugas mana yang biayanya lebih atau kurang dari yang diperkirakan?
2. Melaporkan Rencana Tatakelola Proyek Kesehatan dan segala yang terkait dalam
kontrak termasuk penambahan lingkup sesuai keperluan dilaporkan sesuai dengan
rencana komunikasi.
Rencana tatakelola proyek dan kontrak terkait dipantau, ditinjau dan diubah yang
sesuai,dan hasilnya dilaporkan kepada manajemen, staf atau kontraktor, anggota
panitia pengarah atau para stakeholders.
Penting sekali memastikan bahwa proses dan informasi yang sama keduanya
dikumpulkan dari dan dibagikan kepada para stakeholders. Bagi para stakeholders
yang termasuk penentu kesuksesan suatu proyek, laporan proyek harus aktif
dipantau, dikajiulang dan diubah melalui pertemuan dengan para stakeholders atau
melalui sesipertemuan empat mata. Bagi para stakeholders yang bukan kunci, sudah
memadaijika mereka hanya menerima tembusan ringkasan penelusuran dan laporan
proyek.
Proses yang cermat pada pengendalian perubahan proyek harus dirancang dan
disetujui oleh sponsor proyek, manejer proyek dan para stakeholders selama sesi-sesi
awal RAP. Pengendalian perubahan akan mencakup tiga langkah berikut:
a. Permintaan akan perubahan.
Seluruh permintaan akan perubahan harus didokumentasikan, apakah itu internal
atau eksternal. Dokumentasi harus harus mencakup nama yang mengajukan
permintaan, tanggal permintaan, penggambaran masalah yang akan dipecahkan,
penggambaran perubahan yang diperlukan dan penalaran yang membenarkan hal-
hal tersebut.
b. Evaluasi.
Manajer proyek yang wajib berhubungan dengan orang lain seperti para anggota tim
dan para stakeholders proyek, harus mengevaluasi perubahan tersebut.
Pengevaluasian itu mungkin juga akan membutuhkan sesi-sesi lainnya. Evaluasi
harus mencakup beberapa hal:
1) Apakah perubahan itu benar-benar masuk akal?
2) Jika masuk akal, apakah penting perubahan itu dilakukan saat ini atau apakah
dapat ditunda sampai setelah tahap pengkajian ulang pasca implementasi pada
tahap akhir proyek?
3) Apakah perubahan itu mengganggu atau mengubah argumen bisnis proyek?
4) Tugas-tugas apakah, baik tugas itu telah selesai, masih dalam proses maupun
baru akan dimulai, yang akan terpengaruh?
5) Dapatkah anda membuat estimasi jangka wakyu dan upaya kerja yang
diperlukan untuk mengimplementasikan perubahan itu?
6) Apakah pelaksanaan perubahan tersebut membutuhkan penjadwalan ulang
proyek atau memperpanjang jangka waktu penyelesaian proyek?
7) Apakah pelaksanaan perubahan tersebut membutuhkan sumber daya?
8) Apakah dampak perubahan yang akan berpengaruh pada proyek atau sistem
terkait?
9) Apakah perubahan itu akan berdampak pada strategi pengembangan proyek?
10) Apakah perubahan itu akan mempengaruhi kerumitan dan resiko proyek?
11) Para stakeholders mana yang terkena dampak dari perubahan itu?
12) Resiko-resiko apa yang tercakup jika perubahan itu diimplementasikan atau
tidak diimplementasikan?
c. Keputusan.
Dengan mengasumsikan bahwa manajer proyek tidak memiliki keragu-raguan untuk
melakukan perubahan pada saat ini, dan asalkan perubahan tersebut dapat diterima.
Akan tetapi jika salah satu kondisi itu tidak dipenuhi, pertemuan dengan komite
pengarah harus dilakukan untuk meminta mereka mengkaji ulang dan menyetujui
perubahan itu.
Hasil evaluasi dan analisis dampak terebut kemudian harus ditambahkan kedalam
memorandum yang meminta perubahan itu dan dilaporkan sesuai dengan rencana
komunikasi.
Dengan adanya sistem hubungan kerja pelaksana proyek ini, maka Kemajuan
proyek terhadap tonggak yang disepakati sesuai dengan rencana proyek untuk
memberikan ukuran kinerja selama masa kontrak dapat dilakukan pemantauan
atau monitoring.
4. Penerapan Program untuk mengkaji tujuan dan pencapaian kinerja proyek kesehatan
diterapkan sesuai dengan rencana proyek (elemen KUK 3/3.5)
g. Kepuasan tim
Merupakan kriteria yang paling sering diperdebatkan di antara seluruh kriteria.
Faktor ini menentukan apakah kepuasan yang dirasa oleh tim merupakan criteria
yang penting bagi proyek tertentu. Di beberapa proyek, faktor-faktor kesuksesan
yang lain lebih penting dibandingkan dengan kondisi emosi tim, akan tetapi
keputusan untuk “mengorbankan” anggota tim harus diputuskan secara terbuka
dan pada saat permulaan proyek
3. Mampu memantau, meninjau dan mengubah sesuai rencana tata proyek dan
kontrak terkait, dan hasilnya dilaporkan sesuai dengan rencana komunikasi.
5. Mampu melaksanakan kajian atas tujuan program dan pencapaian sesuai dengan
rencana proyek.
1. Teliti dan detail dalam mengintegrasikan seluruh kebutuahan dalam menyiapkan rencana
proyek kesehatan
2. Konsisten dalam menjalankan regulasi dan prosedur yang berlaku
BAB V
MENGATUR TINDAK LANJUT PROYEK KESEHATAN
BAB IV MENGATUR TINDAK LANJUT PROYEK KESEHATAN
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Monitor Proyek
1. Menganalisis proyek sesuai dengan spesifikasi, standar kinerja dan tujuan proyek
dan dilaporkan hasilnya kepada pemangku kepentingan.
Ada banyak jenis faktor yang bisa menyebabkan sebuah proyek melenceng dari
tujuan asalnya, entah itu karena faktor internal dan eksternal, tetapi langkah-langkah
pencegahan bisa dilakukan untuk memastikanproyek anda mengalami gangguan
sesedikit mungkin.
Spesifikasi, standar kinerja dan tujuan proyek oleh manajer proyek dilaporkan
hasilnya kepada pemangku kepentingan. Pelaporan kepada pemangku kepentingan
penting sekali untuk memastikan bahwa proses dan informasi yang sama keduanya
dikumpulkan dari dan dibagikan kepada para pemangku kepentingan. Bagi para
pemangku kepentingan yang termasuk penentu kesuksesan proyek, laporan proyek
harus aktif dikaji ulang melalui pertemuan dengan para pemangku kepentingan
atau melalui sesi-sesi pertemuan empat mata.
Paket dukungan yang dipilih bagi para pemangku kepentingan dalam menerapkan
hasilproyek, harus memperhatikan lingkup proyek. Lingkup proyek adalah penentuan
batasan-batasan dari pekerjaan pembangunan yang akan diliputi oleh proyek.
Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen
proyek serta yang dipilih bagi para pemangku kepentingan dalam menerapkan hasil
proyek adalah sebagai berikut:
e. Aspek Harga
Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal persaingan harga, yang
dapat merugikan perusahaan karena produk yang dihasilkan membutuhkan biaya
produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan produk lain.
g. Aspek Pemasaran
Masalah ini timbul berkaitan dengan perkembangan faktor eksternal sehubungan
dengan persaingan harga, strategi promosi, mutu produk serta analisi pasar yang
salah terhadap produksi yang dihasilkan.
h. Aspek Mutu
Masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir yang nantinya dapat
meningkatkan daya saing serta memberikan kepuasan bagi pelanggan.
i. Aspek Waktu
Masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya bila terlambat dari yang
direncanakan serta akan menguntungkan bila dapat dipercepat.
Setelah mengetahui aspek yang menimbulkan masalah dalam proyek, maka aspek-
aspek tersebut dievaluasi dan dicarikan solusinya untuk dimasukkan dalam laporan
proyek. Perubahan laporan dalam mengerjakan proyek, agar mencerminkan informasi
laporan proyek terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Regulasi yang berhubungan dengan tujuan dalam kontrak
5. Lampiran Keputusan Ketua Umum Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia,
Nomor 012 / A / IKK / 21.03 / 2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi
Kerja Khusus pada Jabatan kerja Konsultan Manajemen Kesehatan.
B. Buku Referensi.
1. Rob Thomsett, Radical Project Management. Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006.
2. Ir. Husen, Abrar, MT, Manajemen Proyek, Penerbit C.V ANDI Offset, Yogyakarta,
2009.
3. A Guide to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK ® Guide) 2000
Edition, © 2000 Project Management Institute, Four Campus Boulevard, Newton
Square, PA 19073-3299 CA.
4. Payne et al., Researchers‟ experience with project management in health and
medical research: Results from a post-project review. BMC Public Health 2011,
11:424.
5. A Guide to Project Management Body of Knowledge (PMBOK® Guide), 2000
Edition, Project Management Institution, Inc., Maryland, USA.
6. Michael B. Bender (2010). A Managers Guide to Project Management, Pearson
Education Inc., Ney Jersey, USA.
7. Trisnantoro, Laksono (2015). Memahami Pekerjaan Konsultan di Bidang
Kesehatan dan “Pakem” sebagai Pegangan Kerja. Power Point Presentation.
PKMK FK UGM.
8. Mahendradhata, Yodi (2014). Pengembangan Proyek untuk Pengembangan
Program Kesehatan. Power Point Presentation. PKMK FK UGM.
D. Referensi Lainnya.
1. Browsing Internet, http://agt.design.blogspot.co.id/
2. Browsing Internet, http://manajemenproyekindonesia.com/wp-
content/uploads/2011/02/
3. Browsing Internet, http://jhzciarch.blogspot.com/2012/04/i.html
4. Browsing Internet , http://srmulyani13.blogspot.co.id/2015/12/ masalah-
penyusunan-proposalproyek.html
5. Browsing Internet , keuanganlsm.com/bagaimana-memahami-kebutuhan-proyek-
yangsebenarnya/#respond
6. Browsing Internet, http://fairuzalsaid.com/wp-content/uploads/2015/09/Konsep-
Dasar-Manajemen-Proyek.jpg
7. Browsing Internet, http://bayuzu.blogspot.com/2010/09/pengertian-ruang-
lingkup-manajemen.html
8. Browsing Internet, MANAJEMEN PROYEK Oleh A.A. Gde Agung Yana
http://staff.unud.ac.id/~agungyana
9. Browsing Internet, http://manajemenproyek.net/manajemen-ruang-lingkup-
proyek.html
10. Project Management Methodology, https://pm4id.org/chapter/7-3-project-start-
up/
11. Checklist for Project Coordination Plan,
http://ec.europa.eu/chafea/documents/management/fact_sheet/Factsheet_4_Pla
nning_of_project_coordinationCHECKLIST_FOR_PROJECT_COORDINATION_PLA
N.pdf
12. PARTICIP Gmbh, 2002. Project Cycle Management Handbook. European
Commission. Germany.
13. Gardner, A., Greenblott, K., and Joubert, E. 2005. What do We Know About Exit
Strategy.
https://reliefweb.int/sites/reliefweb.int/files/resources/A02C7B78FB2B408B85257
0AB006EC7BA-What%20We%20Know%20About%20Exit%20Strategies%20-
%20Sept%202005.pdf
14. http://www.oecd.org/dac/povertyreduction/50158268.pdf
15. Manajemen risiko: http://www.project-management-skills.com/project-risk-
management.html
16. Guideline for effective interpersonal communication:
http://www.dartmouth.edu/~ombuds/resources/communication.html
A. TIM PENYUSUN
1. dr. Ristina Basri, MARS
2. dr. I Nyoman Kumara Rai, DTPH, MPH
3. Dr. dr. Supriyantoro, SpP, MARS
4. dr. Indra Maryunif, MARS
5. dr. Grace Frelita, MM
6. Dr. dr. Andreasta Meliala, MKes, MAS
7. Ni Luh Putu Eka Andayani, SKM, MKes