Anda di halaman 1dari 13

PRINSIP DASAR PENGKODINGAN

Oleh
Asep Supriatna

PERHIMPUNAN PROFESIONAL PEREKAM


MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
INDONESIA
DASAR HUKUM

• Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan


Medik No.:HK.00..05.1.4.00744 , Tahun 1996
tentang Penggunaan Klasifikasi Internasional
Mengenai Penyakit Revisi kesepuluh (ICD-10) di
Rumah Sakit.
• Standar Akreditasi Bidang Rekam Medis S.5.P5.
mengenai penggunan buku ICD X
• Permenkes No. 27 Tahun 2014 Tentang Petunjuk
Teknis Sistem Indonesia Case Base Groups (INA-
CBGs)
DEFINISI ICD-10

Merupakan sistem penggolongan penyakit


dan masalah kesehatan lainnya secara “
INTERNATIONAL “ yang ditetapkan menurut
kriteria tertentu
TUJUAN DAN KEGUNAAN

• TUJUAN :
― Memudahkan sistematika pencatatan
― Memudahkan analysa data
― Memudahkan interpretasi dan perbandingan data
kematian dan kesakitan ( mortalitas & morbiditas)
setiap Negara/daerah dalam waktu yang berbeda
• KEGUNAAN
ICD-10 digunakan untuk “MENTERJEMAHKAN “ diagnosa
dan masalah kesehatan lainnya dari bentuk kata
kedalam Kode alphanumeric untuk memudahkan
dalam hal :
― Input/pencatatan data
― Akses data
― Analysa data
Istilah ‘lead terms’ dalam Volume 3
• Indeks ini berisi ‘lead terms’ yang diletakkan pada
bagian paling kiri,
• Dengan kata-kata lain (‘modifier’ atau ‘qualifier’) pada
berbagai level indentasi di bawahnya.
• Pada Section I, modifier yang berindentasi (dimajukan
ke kanan) ini biasanya berupa jenis, tempat, atau
kondisi yang mempengaruhi kode.
• Pada Section II mereka menunjukkan berbagai jenis
kecelakaan atau kejadian, kendaraan yang terlibat,
dsb.
• Modifier yang tidak mempengaruhi kode berada di
dalam tanda kurung setelah kondisi yang tertulis
Sistem ‘dagger’ dan ‘asterisk’

• Pada ICD-10, yaitu adanya dua kode untuk pernyataan


diagnostik yang berisi penyakit umum yang menjadi dasar, dan
manifestasinya pada organ atau situs tertentu yang merupakan
masalah penyakit itu sendiri
• Kode primer adalah untuk penyakit dasar dan ditandai oleh
sebuah dagger (†)
• sebuah kode tambahan yang bersifat optional (pilihan) untuk
manifestasinya ditandai dengan sebuah asterisk (*)
• Konvensi ini disediakan karena pengkodean penyakit dasar
saja sering tidak memuaskan untuk pengolahan statistik yang
berhubungan dengan spesialisasi tertentu
• Tujuannya adalah untuk mengklasifikasikan kondisi tersebut
pada chapter yang relevan dengan manifestasi kalau kondisi itu
merupakan alasan untuk mendapatkan perawatan medis
Prinsip ‘dagger’ dan ‘asterisk’

• bahwa kode dagger merupakan kode primer dan harus selalu


digunakan. Kode asterisk digunakan sebagai tambahan.
• Untuk pengkodean, kode asterisk tidak boleh sekali-kali
digunakan sendirian.
• Statistik yang menggunakan kode dagger dianggap sesuai
dengan klasifikasi sebenarnya untuk presentasi data mortalitas
dan morbiditas serta aspek lain asuhan kesehatan.
• Contoh :
A17.0† Tuberculous meningitis (G01 *)
Tuberculosis of meninges (cerebral)(spinal)
Tuberculous leptomeningitis
Kategori asterisk
Terdapat 83 Kode bertanda asterisk (*)

D63* D77* E35* E90* F00* F02* G01* G02* G05* G07* G13*
G22* G26* G32* G46* G53* G55* G59* G63* G73* G94* G99*
H03* H06* H13* H19* H22* H28* H32* H36* H42* H45* H48*
H58* H62* H67* H75* H82* H94* I32* I39* I41* I43* I52*
I68* I79* I98* J17* J91* J99* K23* K67* K77* K87* K93*
L14* L45* L54* L62* L86* L99* M01* M03* M07* M09* M14*
M36* M49* M63* M68* M73* M82* M90* N08* N16* N22* N29*
N33* N37* N51* N74* N77* P75*
Kategori yang terbatas pada satu jenis kelamin
Terdapat 83 Kode bertanda asterisk (*)

Kategori berikut hanya terdapat untuk laki-laki:

B26.0 C60-C63 D07.4-D07.6 D17.6 D29.- D40.-


E29.- E89.5 F52.4 I86.1 L29.1 N40-
N51 Q53-Q55 R86 S31.2-S31.3 Z12.5

Kategori berikut hanya terdapat untuk perempuan:


A34 B37.3 C51-C58 C79.6 D06.- D07.0-D07.3
D25-D28 D39.- E28.- E89.4 F52.5 F53.- I86.
L29.2 L70.5 M80.0-M80.1 M81.0-M81.1 M83.0
N70-N98 N99.2-N99.3 O00-O99 P54.6 Q50-Q52 R87
S31.4 S37.4-S37.6 T19.2-T19.3 T83.3 Y76.- Z01.4
Z12.4 Z30.1 Z30.3 Z30.5 Z31.1 Z31.2
Z32-Z36 Z39 Z43.7 Z87.5 Z97.5
Kategori sekuel
• Kategori berikut disediakan untuk sekuel kondisi yang
tidak aktif lagi:
B90-B94 E64.- E68 G09 I69.- O97 T90-T98 Y85-Y89

Kelainan pasca prosedur


• Kategori berikut tidak digunakan pada pencatatan
penyebab dasar mortalitas.
E89.- G97.-H59.-H95 I97.- J95.- K91.- M96.- N99
Pedoman Dasar Pengkodean
1. Identifikasi jenis pernyataan yang akan dikode dan rujuk ke
Section yang sesuai pada Indeks Alfabet. Kalau berhubungan
dengan penyakit atau cedera atau kondisi lain yang sesuai
dengan Chapter I-XIX atau XXI, lihat Section I. Kalau
pernyataan ini adalah penyebab luar dari cedera atau
kejadian lain yang bisa diklasifikasikan pada Chapter XX,
lihat Section II).
2. Cari lokasi ‘lead term,’. Untuk penyakit dan cedera ini
biasanya berupa sebuah kata benda untuk kondisi patologis.
Namun, beberapa kondisi yang dinyatakan sebagai kata sifat
atau eponim bisa juga terdapat disini.
3. Baca dan pedomani semua ‘note’ yang muncul di bawah
‘lead term’.
4. Baca semua term yang dikurung oleh parentheses setelah
‘lead term’ (modifier ini tidak mempengaruhi nomor kode),
juga semua istilah yang ber-indentasi di bawah ‘lead term’
(modifier ini bisa mempengaruhi nomor kode), sampai
semua kata di dalam diagnosis telah diperhitungkan.
Pedoman Dasar Pengkodean )

5. Ikuti dengan hati-hati setiap referensi silang ‘see’ dan ‘see


also’ yang ada di dalam Indeks.
6. Rujuk daftar tabulasi untuk memastikan kesesuaian nomor
kode yang dipilih. Perhatikan bahwa sebuah kode 3-
karakter di dalam Indeks dengan dash (-) pada posisi ke-4
berarti bahwa sebuah karakter ke-4 terdapat pada Volume
1. Subdivisi lebih lanjut yang digunakan pada posisi karakter
tambahan tidak diindeks, kalau ini akan digunakan maka ia
harus dicari pada volume 1.
7. Pedomani setiap term inklusi dan eksklusi di bawah kode
yang dipilih, atau di bawah judul chapter, block, atau
category.
8. Tentukan kode.
Terimakasih

Email : asep.supriatna2403@yahoo.com
asep.supriatna2403@gmail.com
081220209198

Anda mungkin juga menyukai