MODUL 1
4
AUDIT KLINIS ADALAH BAGIAN DARI
TATAKELOLA KLINIS/CLINICAL GOVERNANCE
Clinical audit is an integral part of clinical governance and can be carried out by
any practitioner involved in the treatment of patients. It is not restricted to the
work of doctors. Clinical audit is principally the measurement of practice against
agreed standards and implementing change to ensure that all patients receive
care to the same standard (NICE, 2002)
UU NO: 44 TH 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
PASAL 36
“SETIAP RUMAH SAKIT HARUS MENYELENGGARAKAN TATA
KELOLA RUMAH SAKIT DAN TATA KELOLA KLINIS YANG
BAIK”
TATAKELOLA KLINIS YANG BAIK
GOOD CLINICAL GOVERNANCE
Medical audit was introduced in the 1989 White Paper 'Working for Patients' which
stated that systematic peer review of medical care should be part of the routine clinical
practice of all doctors. It became clear in the 1990s that audit needed a multi-disciplinary
approach to succeed, and clinical audit soon included all healthcare professionals. The
clinical effectiveness agenda was introduced in 1996 and it highlighted the importance of
evidenced based standards as a basis of all audit topics (RACS, 1996).
SEJARAH AUDIT KLINIS
VERSI NICE
10
APA BEDA AUDIT KLINIS
DENGAN AUDIT MEDIS
Clinical audit tends to be used as an umbrella term for any audit conducted by
professionals in health care. Audits conducted by doctors are often referred to as
medical audit. Although the term 'clinical audits' could also be used. It is important to
stress that very few health care procedures involve just one professional discipline and
that non-clinical staff such as receptionists, secretaries, porters, managers, etc play a
vital role in the quality of the service provided. Clinical audit, therefore is usually a
multi-disciplinary activity. Many clinical audits are also 'multi-sectoral'. that is they may
involve health and social services" (NHS Executive. 1997).
AUDIT MEDIS
DALAM UNDANG-UNDANG
KARS
UNDANG UNDANG PRAKTIK KEDOKTERAN
KARS
UUPK NO 29 TH 2004
PNPK,PPK KARS
AUDIT MEDIS DALAM UU RS
N0 44 PASAL 39
(1) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit harus dilakukan audit.
(2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan
audit medis.
(3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
(4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan
oleh tenaga pengawas.
(5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri.
UU No 38 Th 2014
KARS
Undang undang Keperawatan
KARS
AUDIT MEDIS & AUDIT KEPERAWATAN
DALAM PERATURAN MENTERI
KARS
AUDIT MEDIS MENURUT PMK 755 TH 2011
KARS
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT
Menimbang : a. bahwa profesionalisme staf medis perlu ditingkatkan untuk menjamin mutu pelayanan kesehatan
dan melindungi keselamatan pasien;
b. bahwa komite medik memiliki peran strategis dalam mengendalikan kompetensi dan perilaku staf
medis di rumah sakit serta dalam rangka pelaksanaan audit medis;
c. bahwa ketentuan yang mengatur komite medik saat ini perlu disesuaikan dengan semangat
profesionalisme sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan dan
perumahsakitan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
KARS Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
Audit Medis
Dalam peraturan perundang-undangan tentang perumahsakitan, pelaksanaan audit medis
dilaksanakan sebagai implementasi fungsi manajemen klinis dalam rangka penerapan tata
kelola klinis yang baik di rumah sakit. Audit medis tidak digunakan untuk mencari ada
atau tidaknya kesalahan seorang staf medis dalam satu kasus. Dalam hal terdapat laporan
kejadian dengan dugaan kelalaian seorang staf medis, mekanisme yang digunakan adalah
mekanisme disiplin profesi, bukannya mekanisme audit medis. Audit medis dilakukan
dengan mengedepankan respek terhadap semua staf medis (no blaming culture) dengan cara
tidak menyebutkan nama (no naming), tidak mempersalahkan (no blaming), dan tidak
mempermalukan (no shaming).
Audit medis yang dilakukan oleh rumah sakit adalah kegiatan evaluasi profesi secara
sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang terdiri dari kegiatan peer-review,
surveillance dan assessment terhadap pelayanan medis di rumah sakit.
Dalam pengertian audit medis tersebut di atas, rumah sakit, komite medik atau
masing-masing kelompok staf medis dapat menyelenggarakan menyelenggarakan evaluasi
kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice evaluation).
KARS
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 496/MENKESISK/IV/2005
TANGGAL: 5 April 2005
PEDOMAN AUDIT MEDIS DI RUMAH SAKIT
Tujuan khusus :
a. Untuk melakukan evaluasi mutu pelayanan medis
b. Untuk mengetahui penerapan standar pelayanan medis
c. Untuk melakukan perbaikan-perbaikanpelayananmedis sesuai kebutuhan pasien dan
standar pelayanan medis
Courtessy of Dr Meliana Zailani
KEGUNAAN AUDIT MEDIS
KARS
AUDIT KEPERAWATAN
MENURUT PMK 49 TAHUN 2013
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS
MENGACU PADA STARKES 2022
AUDIT MEDIS & AUDIT KLINIS DALAM STARKES 2022
A. Kelompok
B. Kelompok Pelayanan C. Kelompok Sasaran
Manajemen
Berfokus Pada Pasien : Keselamatan Pasien :
RS :
1.AKP SKP.
1.TKRS
2.HPK
2.KPS
3.PP
3.MFK
4.PAP
4.PMKP
5.PAB
5.MRMIK
6.PKPO
6.PPI
7.KE
7.PPK D. Program Nasional :
1.Peningkatan Kes Ibu & Bayi
2.Penurunan Angka Kesakitan TBC
3. Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS
4. Penurunan Prevalensi Stunting & Wasting
5.Pelayanan KB RS
STARKES 2022 Standar PMKP 7
• Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan standar pelayanan kedokteran di rumah sakit untuk menunjang
pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas
EP 1: Rumah sakit melakukan evaluasi clinical pathway sesuai yang tercantum dalam maksud dan tujuan.
INSTRUMEN : Bukti pelaksanaan evaluasi clinical pathway terkait pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas
EP 2 : Hasil evaluasi dapat menunjukkan adanya perbaikan terhadap kepatuhan dan mengurangi variasi
dalam penerapan prioritas standar pelayanan kedokteran di rumah sakit.
INSTRUMEN : Bukti hasil capaian kepatuhan DPJP dan pengurangan variasi dalam penerapan prioritas
standar pelayanan kedokteran di rumah sakit
EP 3 : Rumah sakit telah melaksanakan audit klinis dan atau audit medis pada penerapan prioritas standar
pelayanan kedokteran di rumah sakit
INSTRUMEN : Bukti pelaksanaan audit klinis dan atau audit medis pada penerapan prioritas standar
pelayanan kedokteran
KARS 27
SNARS 1.1 Standar PMKP 5.1
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan panduan praktik klinis, alur klinis (clinical
pathway), dan/atau protokol klinis, dan/atau prosedur, dan/atau standing order di
prioritas pengukuran mutu pelayanan klinis.
Monitoring
Indikator proses
indikator mutu
dan outcome
klinik
KARS 31
STARKES 2022 Standar TKRS 11
Kepala unit klinis mengevaluasi kinerja para dokter, perawat dan tenaga kesehatan profesional lainnya
menggunakan indikator mutu yang diukur di unitnya.
EP 1 : Penilaian praktik profesional berkelanjutan (On going Professional Practice Evaluation) para dokter
dalam memberikan pelayanan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien menggunakan indikator
mutu yang diukur di unit tersebut.
INSTRUMEN : Bukti Indikator mutu yang digunakan untuk penilaian praktek professional (OPPE) diukur di unit tersebut
EP 2 : Penilaian kinerja para perawat dalam memberikan pelayanan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien menggunakan indikator mutu yang diukur di unit tersebut.
INSTRUMEN : Bukti Indikator mutu yang digunakan untuk penilaian kinerja para perawat diukur di unit tersebut
EP 3 : Penilaian kinerja tenaga kesehatan lainnya memberikan pelayanan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien menggunakan indikator mutu yang diukur di unit tersebut.
INSTRUMEN : Bukti Indikator mutu yang digunakan untuk penilaian kinerja tenaga Kesehatan lainnya diukur di unit tersebut
SNARS Ed 1.1 Standar TKRS 11.2
Setiap Kelompok Staf Medis (KSM) memilih dan menetapkan panduan praktik klinis yang dapat
dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway) dan/atau protokol klinis dan/atau prosedur dan/atau
standing order sebagai panduan asuhan klinis yang akan dilakukan evaluasi.
EP 1 : Rumah sakit telah menetapkan dan menerapkan proses penilaian kinerja untuk evaluasi mutu praktik
profesional berkelanjutan, etik, dan disiplin (OPPE) tenaga medis
INSTRUMEN : Bukti pelaksanaan penilaian kinerja untuk evaluasi mutu praktik profesional berkelanjutan, etik, dan
disiplin (OPPE) tenaga medis sesuai regulasi RS
EP 2 : Penilaian OPPE tenaga medis memuat 3 (tiga) area umum 1) – 3) dalam maksud dan tujuan.
INSTRUMEN : Bukti dalam dokumen OPPE memuat:
Staf Medis:
OPPE/FPPE
Sesuai dengan
uraian tugas & Staf
hasil kerja yg Keperawatan
telah ditetapkan
Staf Kes Prof
Lainnya
37
AUDIT KEPERAWATAN
&
AUDIT PROFESIONAL LAIN
KARS
Standar KKS 16
Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja tenaga perawat termasuk perannya
dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta program
manajemen risiko rumah sakit.
KARS
Standar KKS 19
Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja tenaga Kesehatan lainnya
termasuk perannya dalam kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
serta program manajemen risiko rumah sakit.
Elemen Penilaian KKS 19
1. Rumah sakit telah melakukan penilaian kinerja tenaga Kesehatan lainnya secara periodik
menggunakan format dan metode sesuai ketentuan yang ditetapkan rumah sakit
INSTRUMEN : Bukti pelaksanaan penilaian kinerja tenaga kesehatan lainnya (staf klinis) secara periodik
menggunakan format dan metode sesuai regulasi RS
2. Penilain kinerja tenaga Kesehatan lainnya meliputi pemenuhan uraian tugasnya dan perannya
dalam pencapaian target indikator mutu yang diukur di unit tempatnya bekerja.
• INSTRUMEN : Bukti pelaksanaan penilaian kinerja tenaga kesehatan lainnya (staf klinis) meliputi:
1) pemenuhan uraian tugasnya dan
2) perannya dalam pencapaian target indikator mutu yang diukur di unit tempatnya bekerja
PENILAIAN KINERJA STAF PROFESIONAL LAIN
• KINERJA INDIVIDUAL :
• AUDIT PELAKSANAAN ASUHAN PASIEN (Pengkajian,Diagnosa,Rencana
Asuhan,intervensi,monev)
• KINERJA UNIT KERJA :
• Pencapaian Target/sasaran mutu unit
• Audit Clinical Pathway
• Eror pelayanan
KARS
RS
KONSEP PENINGKATAN INDIKATOR INDIKATOR MUTU
UNIT
MUTU DALAM STANDAR MUTU PRIORITAS
PPK & CP
ASUHAN
KLINIS
INPUT PCC
OUTPUT/ LABORATORIUM
OUTCOME INTEGRASI
PELAYANAN
ANESTHESI
STERILISASI 43
DARI AUDIT MEDIS
KE AUDIT KLINIS
• Permenkes 755 tidak cukup sebagai acuan
• Diperlukan acuan baru yang lebih lengkap
• Audit klinis meliputi perjalanan klinis asuhan pasien
• Melibatkan tidak hanya dokter akan tetapi juga PPA lain yang ikut
memberi asuhan pada pasien
• Hasil audit akan menggambarkan mutu pelayanan RS secara lebih
komprehensif
KARS
LANGKAH-LANGKAH
MELAKSANAKAN AUDIT KLINIS
LANGKAH LANGKAH PELAKSANAAN AUDIT
Bab I: Memilih dan menetapkan topik Audit
Bab II: Menentukan latar belakang, tujuan dan
sasaran Audit
Bab III: Menyusun kriteria dan standar Audit
Bab IV: Memilih populasi dan sampel Audit
Bab V: Mengumpulkan data pelayanan
Bab VI: Menganalisa data pelayanan (Audit)
Bab VII: Menetapkan perubahan/Plan Of Action
Bab VIII: Re-Audit
Bab IX: Menyusun laporan Audit klinis
CARA MELAKUKAN AUDIT MENURUT PMK 755
• Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
• Subkomite mutu profesi atau tim pelaksana audit medis mempelajari
rekam medis untuk mengetahui apakah kriteria atau standar dan
prosedur yang telah ditetapkan tadi telah dilaksanakan atau telah dicapai
dalam masalah atau kasus-kasus yang dipelajari.
• Data tentang kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dipisahkan dan dikumpulkan untuk di analisis. Misalnya dari
200 kasus ada 20 kasus yang tidak memenuhi kriteria atau standar maka
20 kasus tersebut agar dipisahkan dan dikumpulkan.
• Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
CARA MELAKUKAN AUDIT MENURUT PMK 755
Subkomite mutu profesi atau tim pelaksana audit medis menyerahkan ke 20 kasus
tersebut pada mitra bestari (peer group) untuk dinilai lebih lanjut. Kasus-kasus
tersebut di analisis dan didiskusikan apa kemungkinan penyebabnya dan
mengapa terjadi ketidaksesuaian dengan standar. Hasilnya: bisa jadi terdapat
(misalnya) 15 kasus yang penyimpangannya terhadap standar adalah “acceptable”
karena penyulit atau komplikasi yang tak diduga sebelumnya (unforeseen).
Kelompok ini disebut deviasi (yang acceptable). Sisanya yang 5 kasus adalah
deviasi yang unacceptable, dan hal ini dikatakan sebagai “defisiensi”.
SIKLUS AUDIT
MENURUT PMK 755
KRITERIA
I. MENENTUKAN TOPIK AUDIT KLINIS
Penentuan topik audit klinis dilakukan pada rapat Komite Medis yang
diikuti oleh Sub Komite mutu profesi dan direksi. Topik diambil
berdasarkan data-data rutin rumah sakit (data medical error,dll), survey
kepuasan pasien, observasi proses pemberian layanan serta masukan
dari berbagai pihak, seperti manajemen, asuransi dan unit-unit
pelayanan. Atas dasar ini maka Audit Klinis tidak dikerjakan dengan
alasan “menarik untuk mengetahui apakah….”
Topik audit dipilih dengan memperhatikan hal-hal berikut:
Pilih topik audit yang dapat diperbaiki. Jangan menghabiskan waktu
mencari topik pada area yang tidak mungkin/kecil kemungkinannya
untuk dilakukan peningkatan.
MELZA
TIM AUDIT KLINIS
Tim Ad-hoc Audit Klinis (tim kerja) yang dibentuk oleh Direktur RS
berdasarkan usulan Komite Medis, bertugas untuk menyusun pedoman
dan menentukan kriteria audit klinis. Tim ini terdiri dari semua anggota
bagian/unit yang terlibat langsung dalam proses pelayanan sesuai topik
audit.
Asisten Audit Klinis, yaitu staf rekam medis yang bertugas mencari dan
mengolah data. Dalam hal ini biasanya staf rekam medis yang terpilih
harus yang sudah terlatih dan tidak berganti-ganti serta memiliki tupoksi
sebagai asisten audit klinis
Contoh:
“Meningkatkan manajemen pelayanan klinis pada pasien dengan ulkus
diabetes”
”Standarisasi manajemen pelayanan pasien dengan patah tulang
terbuka”
Tidak ada sebuah cara khusus untuk menulis kriteria audit klinis, namun
kriteria atau standar yang baik harus bersifat SMART, yaitu :
Specific: jelas dan khusus, tidak ambigu dan bebas dari kepentingan-
kepentingan tertentu
Measureable: dapat diukur
Agreed: disetujui oleh semua pihak
Relevant: relevan
Theoretically sound: berdasarkan bukti klinis yang terbaik dan terbaru,
misalnya bersumber dari referensi di www.sign.co.uk atau
www.cochrane.org
Jumlah kriteria tidak perlu terlalu banyak, sekitar 6-10 kriteria sudah cukup.
YANG HARUS DIPERHATIKAN
1.Kriteria Audit BUKAN kriteria diagnosis.
Variabel adalah hal-hal tertentu, baik dari aspek RS, dokter, perawat, pasien yang
mungkin mempengaruhi mutu pelayanan. Selain itu variabel juga menunjukkan
kemungkinan apakah ada pola dalam mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Contoh variabel misalnya variabel dokter, kelas perawatan, asal bangsal, umur pasien,
cara pembayaran, dsb.
RM no 1 RM no 2 RM no 3 RM no 4 RM no 5 RM no 6 RM no 7 RM no 8
Variabel
Dokter
Kelas perawatan
Hari masuk
Cara pembayaran
Kriteria
Berdasarkan hal tersebut jumlah sampel sekitar 20-50 sudah cukup untuk
melihat kesesuaian di lapangan dengan kriteria audit. Memilih jumlah
sampel yang terlalu besar akan sangat menyita sumber daya yang ada.
Namun apabila audit yang dilakukan adalah audit hasil/outcome tetap
diperlukan penghitungan sampel agar mewakili populasi audit klinis.
MENENTUKAN JUMLAH SAMPEL
2017422823175966386102109610515592524425
7449044903041033537021544786946094495738
0470493138672342296540887871371847840547
244896568953252383715125402013756876589
Cara Kedua :
Pengambilan sampling bertingkat (Stratified Sampling):
Pada cara ini memastikan bahwa setiap kelompok dalam populasi terwakili oleh sampel.
Contoh: Populasi sebesar 500, terdiri dari 75% pria dan 25% wanita (3:1). Selanjutnya
populasi dibagi menjadi 375:125 (3:1).
Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel yang diperlukan adalah sebesar 217, yang
dibagi menjadi 163 pria dan 74 wanita. Pengambilan sampel dilakukan terpisah, 74
wanita dari populasi sejumlah 125, dan 163 pria dari populasi sejumlah 375.
Demikian juga misalnya terdapat 3 orang dokter spesialis yang menangani kasus yang
diaudit, maka stratified sampling perlu dilakukan agar keterwakilan setiap dokter tersebut
dapat terjamin.
V. MENGUMPULKAN DATA AUDIT
Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Audit retrospektif lebih cepat
dilakukan namun sangat tergantung pada seberapa baik pencatatan yang dilakukan selama ini.
Kode Hasil Audit:
Kode 1: Apabila data dalam rekam medik sesuai dengan kriteria
Kode 2: Apabila data dalam rekam medik tidak sesuai dengan kriteria tapi memenuhi perkecualian (ada
alasan/justifikasi ketidaksesuaian tersebut)
Kode 3: Apabila data dalam rekam medik tidak sesuai dengan standar dan tidak memenuhi perkecualian
(tidak ada alasan/justifikasi ketidasesuaian tersebut)
PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Umumnya pengumpulan data dikerjakan oleh Asisten Tim Audit, dalam hal ini staf Rekam medik.
Langkah-langkah pengumpulan data:
Ambil rekam medik yang menjadi sampel audit, pelajari apakah setiap kriteria yang telah ditentukan
dalam pedoman audit telah terpenuhi dalam rekam medik tersebut (lihat kesesuaian).
Tentukan hasil audit apakah sesuai kriteria, tidak sesuai kriteria namun memenuhi perkecualian/ada
justifikasi atau tidak sesuai kriteria dan tidak ada justifikasi (lihat kode hasil audit).
Memisahkan rekam medik yang mengandung penyimpangan (tidak sesuai kriteria) berdasarkan
pedoman dan instrumen audit yang telah disusun oleh Tim Adhoc/Pelaksana.
VI. MENGANALISA DATA AUDIT
Sebelum melakukan analisa dengan menggunakan tools statistik, terlebih dahulu dilakukan Re-check
analisa penyimpangan untuk memastikan apakah hasil audit menurut asisten audit sudah benar
(yang disebut menyimpang benar-benar menyimpang). Setelah itu identifikasi karakteristik sampel
audit, apakah sampel dapat mewakili seluruh populasi.
Pengumpulan data dan analisa data menggunakan toolsstatistik dilakukan oleh tim asisten (Rekam
medik) secara bersamaan. Analisa data audit klinis dilakukan untuk menghitung tingkat kepatuhan
secara umum, mengidentifikasi pola penyimpangan dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan.
Sebagian besar data audit klinis cukup dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif dan quality
tools seperti Root Caused Analysis (RCA) atau Diagram Tulang Ikan (Ishikawa). Statistik deskriptik
digunakan untuk menggambarkan kesesuaian kriteria dengan kenyataan yang ada, serta melihat pola
ketidaksesuaian. Sementara Quality Tools digunakan untuk menemukan penyebab gambaran
ketidaksesuaian tersebut.
STATISTIK DESKRIPTIK
Data audit umum berbentuk data numerik yang dapat disajikan dalam bentuk
Nilai tendensi (mean, median, modus) dan Rentang Nilai (Range), yang
kemudian dapat ditampilkan dalam bentuk tabel maupun grafik
Data juga dapat ditampikan lebih sederhana dalam narasi
Contoh
Kriteria audit: “Pasien pulang pada akhir hari ke 5”.Dengan menggunakan
data LOS pada bangsal 2, ditemukan bahwa 45 dari 67 pasien yang keluar
mempunyai lama tinggal <5 hari.
Kesimpulan: 45/67 (67%) pasien sesuai kriteria.
QUALITY TOOLS
Digunakan untuk menemukan penyebab gambaran ketidaksesuaian antara
kenyataan dengan kriteria standar. Yang umum digunakan adalah RCA atau
diagram tulang ikan (Ishikawa).
DIAGRAM TULANG IKAN
PENYEBAB MASALAH
Dapat bermacam-macam, diantaranya:
Administrasi/manajemen RS terkait fasilitas, peralatan, kebijakan.
Staf/ Bagian Pelayanan Medis
Anggota SMF/ individual
Pelayanan klinik khusus (Lab, X-ray, anestesi, dll)
Unit/ Pelayanan klinis
Perawat/ individual
Pelayanan terapi bukan oleh dokter
Kondisi atau ketidak taatan pasien
Faktor masyarakat
Perlu penyelidikan lebih lanjut
Lain lain
VII. MENETAPKAN PERUBAHAN/PLAN OF ACTION
“Bagian terpenting dari siklus audit adalah membuat perubahan” Baker et al (1999)
Menetapkan perubahan tidak hanya bagian terpenting, namun juga bagian yang paling sulit
dalam siklus audit klinis.
Perubahan dapat dirasakan oleh staf RS sebagai hal yang positif maupun negatif. Hal yang positif
misalnya perubahan merupakan kesempatan, tantangan, pengetahuan baru, keahlian baru dan
pengalaman baru. Sementara hal negatif biasanya yang menganggap bahwa perubahan adalah
ancaman dan perlawanan.
Tindak lanjut perubahan berupa rencana tindakan koreksi/ rencana tindak lanjut yang memuat :
permasalahan, rencana tindakan, pelaksana tindakan, dan batas waktu penyelesaian tindakan.
Kemudian pada tahap ini juga dapat dilakukan revisi kriteria unsur (kalau perlu).
PLAN OF ACTION
Perubahan akan efektif, apabila:
Perubahan ditujukan pada yang kompeten, yaitu yang terlibat langsung dalam proses
pelayanan sesuai topik audit.
Perubahan dilaksanakan dalam batas waktu (terdapat datelinenya)
Dibuat rencana tindak lanjut/plan of action (POA) yang menjelaskan siapa melakukan apa dan
kapan.
Tanggung jawab melakukan perubahan ditegaskan dan dikomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan (terdapat tupoksi).
Re-audit dilakukan menggunakan instrumen audit yang sama dengan audit klinis. Setelah re-
audit selesai, lakukan perbandingan hasil audit dengan re-audit, menggunakan uji statistik.
Hasil tersebut akan dimasukkan dalam laporan akhir (laporan tahap 2).
Uji statistik membandingkan hasil audit dan re-audit ini juga dapat menggunakan software
profesional. Suatu program yang mudah digunakan, disebut Instat tersedia dalam versi demo
untuk Windows.
(lihat di http://www.graphpad.com/instat3/instatdemo.htm)
Tes statistik yang sering digunakan, yaitu:
Chi-Square Test
Contoh: Kasus : “Apakah pasien datang ke klinik pre- operasi?
2002 (n=40)
2003 (n=60)
Audit ReAudit
Ya 25 50
Tidak 15 10
Presentase kesesuaian kasus dengan standar pada tahun 2003 adalah sebesar 83%, sementara pada
tahun 2002 hanya sebesar 63%. Namun, yang perlu diketahui adalah apa benar hasil pada tahun 2003
tersebut merupakan peningkatan yang signifikan dari tahun 2012.
Dengan menggunakan Chi-square test diketahui nilai p (p-value) adalah 0.0184. Nilai p tersebut lebih kecil
dari 0,05 maka, sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik terdapat perbaikan yang signifikan
pada hasil re-audit.
Catatan
Bila 0,01 < p < 0,05 maka hasilya adalah signifikan
Bila 0,001 < p < 0,01 maka hasilnya adalah sangat signifikan
Bila p < 0,001 maka hasilnya adalah amat sangat signifikan
IX. MENYUSUN LAPORAN AUDIT
Tim audit dapat menggunakan template laporan audit klinis yang akan digunakan
bersama oleh 3 (tiga) tim yang terlibat sesuai dengan tugas masing-masing.
Tim komite medis menyusun laporan mengenai pemilihan topik, kemudian tim adhoc
melanjutkan penyusunan laporan dari mulai menyusun latar belakang, tujuan, sasaran
sampai menentukan kriteria, menyusun pedoman dan instrumen audit.
Setelah itu tim asisten melakukan pelaporan mengenai pengumpulan dan analisa data.
Terakhir, tim adhoc membuat laporan hasil audit yang telah dilakukan.
Isi laporan audit Klinis, dapat dilihat template laporan audit:
Halaman depan: (nama RS dan bagian, judul audit, tim audit dan tanggal laporan),
Daftar isi (direkomendasikan jika laporan lebih dari delapan halaman)
Ringkasan eksekutif, merupakan paragraf singkat yang berisi ringkasan
laporan anda. Menjelaskan permasalahan, hasil temuan, kesimpulan dan
rencana tindak lanjut. Ringkasan ini akan membantu pembaca memutuskan
perlu atau tidaknya untuk membaca keseluruhan isi laporan anda
Kesimpulan dan Saran: Berikan kesimpulan menyeluruh dari tahap awal sampai
akhir kegiatan audit dan saran yang terkait dengan pelaksanaan audit.
Referensi dan catatan tambahan.
AUDIT MENGGUNAKAN PPK
KARS
Audit Medis Berdasarkan Pemenuhan Kriteria
Judul Audit: Tanggal:
No Kriteria Standar Sesuai Area yang memerlukan perhatian Butir-butir rekomendasi
(%) standar
1 Kriteria struktur
1. Sistem 100
2. SDM 100
3. Fasilitas 100
4. Obat 100
2 Kriteria Proses
1. Rekam Medik 100
2. Follow up 100
3. Informed consent 100
4. Laporan tindakan 100
3 Kriteria Hasil
1. Kematian ibu 0
2. Morbiditas ibu <15
3. Kematian perinatal <4
4. Morbiditas perinatal <15
5. Infeksi pasca persalinan 0
Catatan:
75% 77%
67%
KARS
104
105
PEMILIHAN KRITERIA AUDIT KLINIS
Kriteria Standar Perkecualian Sumber data
Asesmen awal dalam 24 jam
Pemilihan pemeriksaan penunjang
Informasi & Edukasi pasien
Tatalaksana gizi
Rencana asuhan medis lengkap
Rencana asuhan keperawatan lengkap
Pelaksanaan PTO
Variasi penggunaan obat
Lama hari rawat (LOS)
Variasi Biaya (kelas 3)
106
HASIL AUDIT KLINIS AWAL CP
HASIL AUDIT ADALAH ; 1. SESUAI, 2. TIDAK SESUAI DENGAN PERKECUALIAN , 3. TIDAK SESUAI TANPA
PERKECUALIAN
107
HASIL AUDIT KLINIS PASCA CP
HASIL AUDIT ADALAH ; 1. SESUAI, 2. TIDAK SESUAI DENGAN PERKECUALIAN , 3. TIDAK SESUAI TANPA
PERKECUALIAN 108
DHF ANAK X 100 %
variabel kepatuhan
PRA CP PASCA CP
PEMERIKSAAN I 1 1
ASESMEN AWAL 1 1
VISIT DPJP HARI I 1 1
VARIAN PEM JANG 0 0
VAR. OBAT (AB) 0.172414 0
B)
NG
AL
I
AN
RI
(A
AW
JA
HA
SA
AT
M
EN
IK
OB
PE
PJ
ER
TD
R.
AN
M
ES
VA
PE
SI
AS
RI
VI
VA
110
APA MANFAAT AUDIT
BAGI RS
. KARS 114