Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN

PELAYANAN FARMASI

RUMAH SAKIT GKPS BETHESDA


SARIBUDOLOK
2019
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GKPS BETHESDA SARIBUDOLOK
KABUPATEN SIMALUNGUN
NOMOR : 395/SK/DIR/RSGB/I/2019

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI


DI RUMAH SAKIT GKPS BETHESDA SARIBUDOLOK
KABUPATEN SIMALUNGUN

DIREKTUR RUMAH SAKIT GKPS BETHESDA SARIBUDOLOK


KABUPATEN SIMALUNGUN

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
GKPS Bethesda Saribudolok, diperlukan suatu proses pelayanan yang
professional, cepat dan tepat serta sesuai dengan ketentuan dan standar yang
berlaku
b. Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas, perlu diterbitkan Keputusan Direktur
Tentang Pedoman Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit GKPS Bethesda
Saribudolok Kabupaten Simalungun.
Mengingat :1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit;
4. Permenkes Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1087/Menkes/
SK/VII/2008 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/
MENKES/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/MENKES
/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
9. Peraturan Direktur Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok Kabupaten
Simalungun Nomor tahun tentang pembentukan Unit di Rumah Sakit GKPS
Bethesda Saribudolok Kabupaten Simalungun.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KESATU : Pedoman Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok
Kabupaten Simalungun.
KEDUA : Pedoman Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok
Kabupaten Simalungun sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pelayanan Farmasi ini harus dibahas sekurang- kurangnya setiap 3 (tiga)
tahun sekali dan apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada di Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok Kabupaten
Simalungun
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan, akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Saribudolok, 5 Januari 2019


Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok
Direktur

dr. Laura Juliana Haloho


NIK 001.05.2017
LAMPIRAN:
KEPUTUSAN DIREKTUR RS GKPS BETHESDA
SARIBUDOLOK
NOMOR: 395/SK/DIR/RSGB/I/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI


DI RS GKPS BETHESDA SARIBUDOLOK

1. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker


2. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu, dengan waktu pelayanan adalah 24
jam
3. Ruang lingkup pelayanan farmasi meliputi pasien rawat jalan dan rawat inap Reguler/Umum,
pasien dengan Jaminan Kesehatan dan seluruh unit di lingkungan Rumah Sakit
4. Petugas farmasi adalah tenaga kefarmasian yang mempunyai wewenang untuk menjalankan
fungsi farmasi, memiliki Surat Tanda Registrasi, Surat Ijin Praktek dan memiliki tugas pokok
fungsi sesuai jabatan dan kompetensinya
5. Pemilihan obat dilaksanakan oleh Komite Farmasi dan Terapi (KFT) yang dituangkan dalam
bentuk Formularium Rumah Sakit
6. Perencanaan jenis dan jumlah kebutuhan tahunan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai berdasarkan Formularium yang berlaku, e-katalog, metode konsumsi dengan melihat
data pemakaian periode sebelumnya, metode epidimiologi, buffer stok, , anggaran Rumah Sakit
dan usulan user untuk obat atau alat kesehatan tertentu dan diajukan melalui Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) Rumah Sakit
7. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan oleh Tim
Pendukung Pengadaan Barang/ Jasa Rumah Sakit, yang salah satu anggotanya merupakan petugas
farmasi.
8. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai melalui distributor atau
sub distributor resmi yang telah bekerjasama dengan Rumah Sakit melalui sistem kontrak.
9. Sediaan farmasi yang tidak tersedia di Instalasi Farmasi adalah:
a. Obat kemoterapi
b. Obat sampel
c. Obat Radioterapi
10. Kegiatan yang tidak dilaksanakan di Instalasi Farmasi adalah
a. Pencampuran sediaan kemoterapi
b. Pembuatan atau pencampuran sediaan nutrisi parenteral
c. Pembuatan produk steril
11. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilaksanakan oleh Tim
Penerima Rumah Sakit. dengan petugas farmasi yang menjadi salah satu anggotanya.
12. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diterima harus sesuai dengan
spesifikasi surat pesanan, kondisi baik dan memiliki masa kadaluwarsa minimal 2 tahun kecuali
untuk obat cito.
13. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai secara umum
disesuaikan dengan persyaratan/ ketentuan/peraturan berdasarkan sifat, bentuk, jenis golongan
dan stabilitas masing-masing dengan sistem FIFO (first in first out), FEFO (first expired first out)
dan disusun alfabetis.
14. Dilakukan pencatatan secara periodik terhadap suhu dan pemantauan terkait jumlah, masa
kadaluwarsa dan ketepatan syarat penyimpanan.
15. Penyimpanan untuk:
a. obat emergency, disimpan dalam trolley emergency di unit perawatan, dikunci dengan kunci
plastic/segel/pengaman disposable, disertai daftar obat emergency dan tidak dicampur obat
lain. Penggantian obat emergency yang dipakai dari trolley emergency dilaksanakan sesegera
mungkin dengan batas maksimal 1x24 jam.
b. Obat yang termasuk “high alert” disimpan dalam kotak atau wilayah penyimpanan yang telah
diberi tanda merah di sekelilingnya. Pada sediaan atau wadah penyimpanan diberi pelabelan
“high alert” atau
LASA disesuaikan dengan klasifikasi dan bentuk sediaannya.
c. Obat psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari berkunci ganda.
d. Elektrolit pekat dilarang disimpan di unit perawatan.
e. Obat yang dibawa pasien dari rumah dan dibawa melalui transfer rawat yang digunakan untuk
terapi lanjutan dicatat pada formulir rekonsiliasi , disimpan di nurse station, dan dikembalikan
ke Instalasi Farmasi bila terdapat perubahan terapi.
f. B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) disimpan di tempat terpisah dengan ventilasi yang baik,
bebas dari sumber api, diberi label sesuai klasifikasi B3 dan diletakkan dengan posisi berdiri
dilengkapi dengan rantai pengaman khusus gas medis.
h. Obat yang tidak segera didistribusikan diberi pelabelan nama sediaan / isi, tanggal
kadaluwarsa dan atau peringatan.
i. Pada setiap wadah penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
terdapat kartu stok dan dilakukan pencatatan pada setiap pemasukan dan pengeluaran.
16. Sistem distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai terdiri dari:
a. Sistem individual prescribing

b. Sistem Unit Dose Dispensing ( UDD )


17. Setiap obat yang akan didistribusikan kepada pasien diberi pelabelan / etiket yang memuat tanggal
pelayanan, nama pasien, nomor RM, frekuensi dan cara pemakaian, nama obat, dosis dan tanggal
kadaluwarsa.
18. Pemberian obat di ruang perawatan dicatat pada formulir pemberian obat, diparaf oleh petugas
pemberi obat dan pasien atau keluarga penerima obat
19. Penyimpanan, ketersediaan, tanggal kadaluarsa dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai diawasi melalui kegiatan supervisi petugas farmasi yang dilaksanakan
secara periodik.
20. Penyelarasan obat (medication reconciliation) harus dilakukan sebelum penulisan resep pertama
kali sejak pasien masuk, saat pemindahan pasien ke rawat inap dan sebelum pasien pulang.
21. Peresepan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai hanya dapat dilaksanakan
oleh dokter RS GKPS Bethesda sesuai kewenangan klinisnya.
22. Peresepan harus menggunakan blangko resep resmi Rumah Sakit dan ditulis maksimal 15 R/
dalam 1 lembar dengan tulisan yang jelas, dapat
dibaca dengan pembatasan dan menggunakan istilah singkatan yang tidak dilarang.
23. Peresepan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan antibiotika ditulis
secara rasional, menggunakan nama generik atau mengacu pada formularium yang telah
ditetapkan
24. Peresepan yang diperuntukkan “prn” (bila perlu) harus ditulis dosis maksimal atau indikasinya
25. Isi resep harus lengkap, memuat:
a. persyaratan administrasi
nama dokter, tanggal, asal ruangan/klinik, nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir,
berat badan (untuk pasien anak) dan alamat pasien
b. persyaratan farmasi dan klinis
nama obat, dosis, jumlah, frekuensi, rute pemakaian, kecepatan pemberian infus dan riwayat
alergi.
c. Bila diperlukan instruksi khusus (emergency, tappering, automatic stop order, dll) wajib
dicantumkan dalam lembar resep.
d. Tanda tangan dokter untuk peresepan obat golongan narkotika.
26. Informasi tentang kontra indikasi dan interaksi obat mengacu pada literatur
27. Instruksi pengobatan verbal dapat dilayani hanya untuk kasus emergency. Petugas farmasi wajib
mencatat, mengeja jenis pesanan dan membacakan kembali
28. Resep obat dapat dilayani apabila telah dilakukan telaah/verifikasi oleh petugas farmasi
29. Terhadap kekurangjelasan, ketidaktersediaan, perubahan isi resep atau obat termasuk LASA atau
high alert, petugas farmasi mengkonfirmasikan kepada DPJP dan hasil konfirmasi dicatat pada
lembar resep
30. Waktu tunggu pelayanan resep adalah ≤30 menit untuk resep non racikan dan ≤60 menit untuk
resep racikan
31. Pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian, dengan
disertai informasi yang memadai dan dicatat pada kolom KIE.
32. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah mencapai masa
kadaluwarsa dilakukan penarikan dari unit pelayanan
farmasi. Disimpan tersendiri dalam wadah tertentu dengan diberi pelabelan
“KADALUWARSA” dan atau dilakukan pengembalian kepada distributor.
33. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak terpakai atau sisa, dapat
dikembalikan ke Instalasi Farmasi oleh pasien atau keluarga pasien
34. Pemusnahan dilaksanakan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
yang sudah kadaluwarsa atau rusak dan arsip administrasi yang telah habis masa retensinya
35. Pemusnahan dilaksanakan oleh Tim Penghapusan Barang /Arsip Rumah Sakit, disaksikan oleh
staf Instalasi Farmasi Rumah Sakit dan atau staf Dinas Kesehatan Kabupaten
36. Kegiatan farmasi klinis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kefarmasian
37. Kegiatan kefarmasian di ruang perawatan dilaksanakan oleh petugas farmasi dan bila tidak
tersedia tenaga kefarmasian dapat didelegasikan kepada petugas keperawatan di ruang tersebut.
Pendelegasian mencakup :
a. Penyimpanan sediaan farmasi sesuai persyaratan penyimpanan, termasuk pemantauan
jumlah stok, suhu penyimpanan dan masa kadaluwarsa.
b. Penyiapan obat oral dan obat parenteral, selain elektrolit konsentrat yang harus diencerkan.
c. Pemberian obat oral beserta informasi obat ( nama, indikasi, efek samping.
d. Pengecekan obat-obat yang sedang dikonsumsi dan dibawa oleh pasien sebelum masuk
Rumah sakit ( MRS ) maupun saat pindah ruang rawat ( transfer pasien ) dan melakukan
pencatatan di formulir rekonsiliasi pada lembar kajian awal.
e. Pencatatan dan pelaporan kejadian efek samping kepada petugas farmasi ruangan atau tim
Komite Farmasi dan Terapi.
38. Pemberian informasi dan edukasi kepada pasien didokumentasikan pada formulir/ lembar
edukasi
39. Kegiatan Kejadian tidak diinginkan (KTD), nyaris cedera (KNC) atau efek obat yang tidak
diharapkan terkait obat dan penggunaannya dicatat pada rekam medik, formulir KTD dan atau
formulir MESO (Monitoring Efek
Samping Obat). Dilakukan penanganan dan dilaporkan kepada tim KPRS Rumah Sakit dan atau
BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
40. Seluruh kegiatan pengelolaan dan pelayanan farmasi dicatat, dilaporkan dan dievaluasi secara
berkala
41. Efek yang tidak diharapkan harus dimonitor, didokumentasikan di dalam status pasien dan
dilaporkan

Rumah Sakit GKPS Bethesda Saribudolok


Direktur

dr. Laura Juliana Haloho


NIK 001.05.2017

Anda mungkin juga menyukai