Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG


Nomor : 445/1957/35.09.611/VII/2022

TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG KABUPATEN JEMBER

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG

Menimbang : a. bahwa keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Balung nomor


445/12.a/35.09.611/VIII/2019 tentang Perubahan Kedua Kebijakan
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten Jember
masih belum memenuhi peraturan - peraturan yang berlaku dalam
melaksanakan pelayanan kepada masyarakat;
b. berdasarkan butir a tersebut diatas, perlu ditetapkan Kebijakan
Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Daerah Balung dengan Keputusan
Direktur.

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997tentang Psikotropika;


2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998
tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2010
tentang Prekursor;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 83 Tahun
2019 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2020 Tentang Akreditasi Rumah Sakit;
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2021 Tentang Penetapan Dan Perubahan Penggolongan Psikotropika;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
931/MENKES/SK/VI/2003 Tentang Rumah Sakit Umum Daerah
Balung Kabupaten Jember;
15. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1045 / Menkes / Per / XI / 2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan;
16. Keputusan Menteri Kesehatan No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1128/2022
tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit;
18. Peraturan Bupati Jember Nomor 71 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Organisasi Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten
Jember;
19. Peraturan Bupati Jember Nomor 8 Tahun 2022 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Unit
Organisasi Bersifat Khusus Rumah Sakit Daerah Balung Pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember.
20. Keputusan Bupati Jember Nomor 188.45/194/012/2013 Tentang
Rumah Sakit Daerah Balung Jember Sebagai Badan Layanan Umum
Daerah Kabupaten Jember Dengan Status Penuh;

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RUMAH
SAKIT DAERAH BALUNG KABUPATEN JEMBER;
Kedua : Menghapus keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah Balung nomor
445/12.a/35.09.611/VIII/2019 tentang Perubahan Kedua Kebijakan
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten Jember;
Ketiga : Pelayanan Farmasi Rumah Sakit Daerah Balung dilaksanakan oleh
tenaga kefarmasian yang berijin dan mempunyai kompetensi yang
memadai;
Keempat : Pelayanan Farmasi dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Daerah
Balung Kabupaten Jember
Nomor : 445/1957/35.09.611/VII/2022
Tanggal : 2 Juli 2022
pasien, persyaratan mutu dan persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) rumah sakit;
Kelima : Kebijakan Pelayanan Farmasi ini mencakup hal-hal yang tercantum
dalam lampiran kebijakan ini, dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari surat keputusan ini;
Keenam : Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Farmasi
dilaksanakan oleh Kepala Bidang Penunjang;
Ketujuh : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Balung - Jember


Pada tanggal : 2022

DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG
KABUPATEN JEMBER

dr. Triwiranto
NIP. 19700703 200212 1 009
KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG KABUPATEN JEMBER

Rumah Sakit Daerah Balung mengatur pengelolaan pelayanan kefarmasian dan penggunaan
obat yang menyeluruh yang mengarahkan semua tahapan pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat yang aman sesuai dengan peraturan perundang - undangan.
Rumah Sakit Daerah Balung menetapkan dan menerapkan sistem pelayanan kefarmasian
dan penggunaan obat yang meliputi: a) Perencanaan sistem pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat. b) Pemilihan. c) Perencanaan dan pengadaan sediaan farmasi dan BMHP. d)
Penyimpanan. e) Pendistribusian. f) Peresepan/permintaan obat/instruksi pengobatan. g)
Penyiapan (dispensing). h) Pemberian. i) Pemantauan terapi obat. Secara garis besar sistem
pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat ini dibagi menjadi tiga kelompok kebijakan, yaitu :
A. Kebijakan dalam hal Pengelolaan Perbekalan Farmasi, yang meliputi :
1. Pemilihan obat dan alat kesehatan berpedoman pada peraturan dan perundang-undangan
tentang obat dan alat kesehatan serta mempertimbangkan kebijakan rumah sakit, pola
penyakit, dan sosial ekonomi.
2. Perencanaan obat dan alat kesehatan berdasarkan metode konsumsi dilakukan satu tahun
sekali dan akan dituangkan dalam usulan pengadaan untuk triwulan menyesuaikan
kebutuhan dan anggaran rumah sakit.
3. Pengadaan obat dan alat kesehatan berdasarkan metode pembelian langsung (e-katalog
dan non e-katalog) dan hibah/dropping.
4. Kegiatan produksi obat di Instalasi Farmasi dilakukan pada sediaan non steril.
5. Penerimaan obat dan alat kesehatan/BMHP harus sesuai dengan dokumen pengiriman, pe
rsyaratan pengiriman, serta kondisi fisik obat/ alat kesehatan yang tidak mengalami kerus
akan/ kecacatan.
6. Penyimpanan obat dan alat kesehatan/BMHP secara umum berdasarkan bentuk sediaan,
sistem alfabetis, serta FIFO (First In First Out) dan/atau FEFO (First Expired First Out).
7. Penyimpanan obat dan alat kesehatan/BMHP secara khusus meliputi:
a. Obat high alert disimpan secara terpisah dan diberikan penandaan sesuai peraturan
yang berlaku, yang akan diatur secara terpisah dalam Pedoman Pelayanan Farmasi.
b. Obat golongan LASA di instalasi farmasi disimpan tidak berdekatan dengan jarak
minimal 1 (satu) kotak dan harus diberi label yang jelas hingga kemasan terkecil;
c. Bahan berbahaya dan beracun (B3) disimpan dengan baik, benar, dan aman sesuai
dengan peraturan perundang - undangan;
1. Terpisah dengan bahan bukan B3 artinya harus disimpan pada ruang/lemari
tersendiri khusus B3.
2. Memiliki daftar atau inventarisasi B3 yang disimpan
3. Terdapat eye washer/alternative eyewasher
4. Tersedia Material Safety Data Sheet (MSDS) atau Lembar Data Pengaman (LPD)
yang merupakan lembar petunjuk yang berisi informasi B3 mengenai sifat fisika
B3, sifat kimia, cara penyimpanan, jenis bahaya, cara penanganan, tindakan
khusus dalam keadaan darurat, cara pengelolaan limbah B3 dan Sebagainya.
5. APD sesuai resiko bahaya
6. Spill kit untuk menangani tumpahan B3
7. Terdapat rambu dan simbol B3 untuk menunjukkan klasifikasi B3
d. Obat yang dibawa pasien hanya boleh diteruskan atas persetujuan DPJP (Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan). Obat yang tidak boleh diteruskan disimpan sendiri
oleh pasien setelah mendapatkan edukasi dan tidak boleh digunakan selama pasien
dirawat di Rumah Sakit Daerah Balung.
e. Obat golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan di tempat khusus, tidak boleh
dipergunakan untuk menyimpan barang selain narkotika dan psikotropika, anak kunci
lemari khusus dibawa oleh apoteker dan atau tenaga teknis kefarmasian yang diberi
wewenang, serta lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat
oleh umum;
f. Penyimpanan obat golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan di gudang farmasi
dan unit/ depo farmasi;
g. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis;
h. Obat emergensi yang terdapat di ruang perawatan dengan kriteria mudah diakses dan
terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian, serta dilakukan supervisi oleh petugas
farmasi setiap 1 minggu untuk menilai ketepatan letak dan memastikan troli dalam
kondisi terkunci, serta setiap 3 bulan untuk menilai kelengkapan isi, memastikan
tidak adanya obat ED, dan obat highalert terlabeli;
i. Obat dan alat kesehatan yang memerlukan penyimpanan pada suhu 2 0C – 8 0C
disimpan di lemari pendingin;
j. Obat- obat tertentu (OOT) disimpan terpisah dengan obat lain;
k. Obat mengandung prekursor disimpan terpisah dengan obat lain;
l. Produk nutrisi parenteral diberlakukan sebagaimana obat high alert;
m. Zat kimia dan obat yang digunakan dalam peracikan harus disimpan dengan
mencantumkan nama zat, kadar/konsentrasi/ukuran, tanggal kadaluwarsa, dan
peringatan khusus;
n. Obat golongan sitostatika di Rumah Sakit Daerah Balung tidak menyediakan;
o. Bahan radioaktif di Rumah Sakit Daerah Balung tidak menyediakan;
p. Obat yang digunakan penelitian di Rumah Sakit Daerah Balung tidak menyediakan;
8. Penyiapan (Dispensing) obat, alat kesehatan,dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
secara umum berdasarkan peresepan perorangan. Pendistribusian dengan sistem
desentralisasi.
9. Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Ruangan adalah bahan medis yang
pendistribusiannya tidak melalui peresepan perorangan, namun melalui permintaan
ruangan ke gudang farmasi dan penggunaannya dihitung sebagai komponen akomodasi
ruangan atau komponen tindakan. Daftar BMHP dimaksud akan ditetapkan dalam
keputusan direktur.
10. Barang – barang dengan jumlah pemakaian tidak terukur dan tidak dapat dihitung atau
dipastikan nilai persediaan akhirnya, maka akan diberlakukan sebagai Bahan Medis
Habis Pakai (BMHP) ruangan (termasuk komponen akomodasi ruangan atau termasuk
dalam komponen tindakan). Daftar BMHP dimaksud akan ditetapkan dalam keputusan
direktur.
11. Penyiapan obat dan alat kesehatan menggunakan sistem Unit Dose Dispensing (UDD) dit
ujukan untuk seluruh pasien di rawat inap Rumah Sakit Daerah Balung.
12. Distribusi Unit dose dispensing oleh instalasi farmasi dilaksanakan pada pukul 12.00 -
13.30 WIB
13. Jadwal pemberian obat pada pasien rawat inap dilaksanakan mengikuti aturan sebagai
berikut
- Obat yang digunakan 1 kali sehari terdiri dari : 07.00 WIB
- Obat yang digunakan 2 kali sehari terdiri dari : 07.00 dan 19.00 WIB
- Obat yang digunakan 3 kali sehari terdiri dari : 07.00, 15.00, dan 23.00 WIB
- Obat yang digunakan 4 kali sehari terdiri dari : 07.00, 13.00, 19.00, dan 01.00 WIB
- Atau sesuai aturan yang ditetapkan oleh dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
14. Etiket obat memuat identitas pasien, nama obat, dosis/ konsentrasi obat, cara pemberian,
waktu pemberian, tanggal penyiapan, dan tanggal kedaluwarsa.
15. Formularium Rumah Sakit disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi.
16. Formularium Rumah Sakit direvisi paling sedikit setiap 1 (satu) tahun sekali.
17. Penggunaan obat di luar formularium dapat diajukan secara terbatas oleh dokter atas
rekomendasi ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan direktur rumah sakit.
18. Penarikan obat dan alat kesehatan meliputi:
a. Izin edarnya telah dicabut badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM);
b. Telah kedaluwarsa;
c. Tidak memenuhi persyaratan mutu.
19. Resep yang disimpan selama 5 tahun diajukan untuk dilakukan ke Pihak Manajemen
untuk dilakukan pemusnahan.
20. Obat yang telah kedaluwarsa diajukan ke Pihak Manajemen untuk dilakukan pemusnahan
setiap 3 tahun sekali.
21. Pencatatan dan pelaporan meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan obat
dan alat kesehatan.
22. Pencatatan dan Pelaporan Penggunaan Obat Golongan Narkotika dan Psikotropika
melalui sistem online ke website Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia setiap bulan sebelum tanggal 10 pada bulan
berikutnya.
23. Pelaporan kegiatan tahunan dan Program kerja tahunan dilakukan secara periodik yaitu
setiap tahun.
24. Pengawasan penggunaan dan pengamanan obat dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan obat meliputi:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock);
c. Stok opname dilakukan secara periodik dan berkala yaitu setiap 3 bulan.

B. Kebijakan dalam hal pelayanan resep dan farmasi klinis, yang meliputi :
1. Peresepan obat dari dokter menggunakan metode peresepan manual yaitu formulir resep
obat.
2. Penulisan resep harus dilakukan sesuai regulasi dengan penulisan yang lengkap, jelas,
dan terbaca.
3. Pemesanan obat dari dokter menggunakan alat komunikasi yaitu telepon dan smartphone.
4. Pencatatan obat tercantum dalam rekam medis pasien.
5. Penulisan resep oleh dokter minimal memuat :
a. Data pasien secara lengkap untuk mengidentifikasi secara akurat
b. Elemen-elemen resep seperti simbol R/, nama obat, kekuatan, jumlah obat yang
harus tertulis dengan jelas dan mudah dibaca
c. Paraf atau tanda tangan dokter yang menulis resep
d. Informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi, rute
pemberian obat, waktu minum obat dan aturan khusus lainnya.
6. Pelayanan Farmasi dilakukan selama 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu untuk
depo farmasi rawat inap dan IGD serta depo farmasi kamar operasi.
7. Pelayanan depo farmasi rawat jalan dan gudang farmasi dilaksanakan selama 6 hari pada
jam kerja.
8. Pelayanan klinik rawat jalan sore hari dilaksanakan oleh depo farmasi rawat inap dan
IGD dan/atau depo farmasi lain.
9. Yang berhak menulis dan memesan obat adalah semua dokter yang memiliki surat ijin
praktik di Rumah Sakit Daerah Balung.
10. Pengkajian Resep dilaksanakan oleh apoteker yang memiliki surat ijin praktik di Rumah
Sakit Daerah Balung dan dapat didelegasikan dalam batas tertentu kepada tenaga teknis k
efarmasian yang memiliki surat ijin praktik di Rumah Sakit Daerah Balung.
11. Pengkajian resep meliputi skrining administratif, skrining farmasetik, dan skrining klinis.
12. Pelayanan resep dalam hal kegawatdaruratan dilakukan sesuai urutan yaitu resep Cito,
resep IGD, resep individual/ Unit Dose Dispensing (UDD), dan resep pulang (KRS).
13. Yang berhak memberikan obat adalah Apoteker yang memiliki surat ijin praktek di Ruma
h Sakit Daerah Balung. Dalam hal ketidakhadiran apoteker, maka dapat didelegasikan
kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Izin Praktek di Rumah Sakit
Daerah Balung.
14. Pemberian obat untuk pasien termasuk pasien pulang harus disertai edukasi/informasi
terkait penggunaan obat.
15. Pemberian edukasi/informasi terkait penggunaan obat dilaksanakan oleh apoteker yang
memiliki Surat Izin Praktek. Dalam hal ketidakhadiran apoteker, maka dapat
didelegasikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Izin Praktek di
Rumah Sakit Daerah Balung.
16. Pemberian edukasi/informasi terkait penggunaan obat pada pasien Keluar Rumah Sakit
(KRS) diberikan dengan sistem jemput bola pada pasien Graha Medical Center.
17. Dispensing sediaan steril di Rumah Sakit Daerah Balung didelegasikan kepada perawat
pelaksana ruang rawat inap.
18. Verifikasi Obat dilaksanakan oleh Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang memiliki
surat ijin praktek di Rumah Sakit Daerah Balung sebelum obat diserahkan kepada pasien/
keluarga pasien/ perawat.
19. Verifikasi obat meliputi benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, benar dokumentasi dan benar informasi.
20. Waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dapat diselesaikan kurang dari 60 (enam
puluh) menit.
21. Waktu tunggu pelayanan resep obat jadi / non racikan dapat diselesaikan kurang dari 30
(tiga puluh) menit.
22. Monitoring Efek Samping Obat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang memiliki surat
ijin praktek di Rumah Sakit Daerah Balung.
23. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dilaksanakan oleh Apoteker yang memiliki surat ijin
praktek di Rumah Sakit Daerah Balung.
24. Konseling obat dilaksanakan oleh Apoteker yang memiliki surat ijin praktek di Rumah Sa
kit Daerah Balung.
25. Konseling obat dapat diberikan kepada : pasien HIV yang baru memulai pengobatan,
maupun yang memerlukan konseling lanjutan, pasien geriartri, pasien dengan masa
pengobatan yang lama serta pasien lain yang atas permintaan sendiri memerlukan
konseling obat.
26. Pemantauan terapi obat dan/atau visite dilaksanakan oleh Apoteker yang memiliki surat
ijin praktek di Rumah Sakit Daerah Balung.
27. Pemantauan terapi obat dilaksanakan pada seluruh pasien rawat inap di seluruh ruangan r
awat inap yang ada di Rumah Sakit Daerah Balung.
28. Dalam kondisi tertentu, pelayanan visite apoteker dapat dilakukan pembatasan yang akan
diatur lebih lanjut pada pedoman pelayanan kefarmasian.
29. Supervisi pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh Apoteker yang memiliki surat ijin
praktek di Rumah Sakit Daerah Balung.
30. Supervisi pelayanan kefarmasian meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, dan pencatatan.
31. Supervisi pelayanan kefarmasian oleh apoteker dilakukan minimal 1 bulan sekali dan lain
- lain akan diatur kemudian dalam standar prosedur operasional pelayanan kefarmasian.
32. Untuk mempermudah pelayanan farmasi klinis terkait penilaian interaksi obat dapat
digunakan software Medscape.
33. Rekonsiliasi obat dilaksanakan ketika obat dibawa pasien dari luar rumah sakit, pasien
dipindahkan ke ruangan atau transfer antar ruangan dan saat pasien akan pulang.
34. Lembar rekonsiliasi obat tercantum dalam rekam medis.
35. Kriteria Penambahan Obat dalam Formularium Rumah Sakit Daerah Balung, meliputi:
a. Mengutamakan penggunaan obat generik;
b. Jumlah obat dengan nama grenerik yang sama mengikuti rasio sebagai berikut: 1
(satu) obat generik dan 2 merek dagang/ paten.
c. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita;
d. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan biovailabilitas;
e. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
f. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
g. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
h. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung.
i. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pemilihan
didasarkan pada:
1. Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah;
2. Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan;
3. Obat yang stabilitasnya lebih baik;
4. Mudah diperoleh;
5. Obat yang telah dikenal.
36. Kriteria Penghapusan Obat dalam Formularium Rumah Sakit Daerah Balung, meliputi:
a. Obat tersebut sudah ditarik dari peredaran
b. Masa berlaku NIE telah habis dan tidak diperpanjang oleh industri farmasi
c. Harga obat yang tinggi dan waktu kadaluwarsa yang singkat
d. Obat yang setelah dievaluasi memiliki resiko lebih tinggi dibanding manfaatnya
e. Terdapat obat lain yang memiliki efikasi lebih baik dan/atau efek samping yang lenih
ringan
f. Obat-obat yang dalam proses penarikan oleh Pemerintah/ BPOM atau dari industry
farmasi
Sedangkan kriteria obat yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut pada formularium rumah
sakit anatara lain:
a. Obat-obat yang jarang digunakan (slow moving)
b. Obat-obat yang tidak digunakan (death stock)
c. Obat – obat kedaluwarsa

C. Kebijakan terkait Mutu Instalasi Farmasi, yang terdiri dari :


1. Kebijakan Pengendalian Mutu dalam Pelayanan Kefarmasian
- Program Kerja Instalasi Farmasi
- Indikator Unit Instalasi Farmasi
- Pencatatan dan pengumpulan data standar pelayanan minimal
- Pencatatan dan pengumpulan data standard indikator mutu Rumah Sakit
- Monitoring dan Evaluasi guna meningkatkan mutu pelayanan.
2. Kebijakan tentang Manajemen Resiko
- Identifikasi Resiko di unit Instalasi Farmasi
- Grading Resiko
3. Kebijakan medication safety
- Peran Apoteker dalam Medication Safety
- Medication Error (Kesalahan Obat).
4. Kebijakan Keselamatan Pasien (patient safety) dalam Pelayanan Kefarmasian
- Pencatatan dan Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (KNC, KPC, KTD, Sentinel)
- Monitoring dan Evaluasi

Atas kebijakan-kebijakan tersebut diatas, akan diatur lebih jelas lagi dalam pedoman pelayanan
farmasi tahun 2022.

Ditetapkan di : Balung - Jember


Pada tanggal : 2022
DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG
KABUPATEN JEMBER
dr. Triwiranto
NIP. 19700703 200212 1 009

Anda mungkin juga menyukai