Anda di halaman 1dari 5

RUMAH SAKIT PANTI SECANTI

Jl. Raya Gisting - Gisting 35378


TANGGAMUS - LAMPUNG
Tlp (0729) 347553, 347100, 347422, Fax (0729) 347400. Email: rsp_secanti@yahoo.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI SECANTI


NOMOR 143a/RSPS/Dir/VII/2016

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT PANTI SECANTI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI SECANTI,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS Panti Secanti,


maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Farmasi yang bermutu
tinggi;
b. bahwa agar pelayanan farmasi di RS Panti Secanti dapat terlaksana
dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur RS Panti Secanti
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Farmasi di
RS Panti Secanti;
c. bahwa berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RS Panti Secanti;

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. KepMenKes RI No. 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit;
4. Surat Keputusan Direktur Nomor 01/RSPS/Dir/I/2016 tentang
Pemberlakuan Struktur Organisasi Rumah Sakit Panti Secanti;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI SECANTI
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT
PANTI SECANTI.

Kedua : Kebijakan Pelayanan Farmasi RS Panti Secanti sebagaimana dimaksud


tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Gisting
Pada tanggal 12 Juli 2016

DIREKTUR RS PANTI SECANTI

T. WELLY STEFANUS
RUMAH SAKIT PANTI SECANTI
Jl. Raya Gisting - Gisting 35378
TANGGAMUS - LAMPUNG
Tlp (0729) 347553, 347100, 347422, Fax (0729) 347400. Email: rsp_secanti@yahoo.com

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR


RUMAH SAKIT PANTI SECANTI
NOMOR 143a/RSPS/Dir/VII/2016
TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
FARMASI RUMAH SAKIT PANTI
SECANTI

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI

A. Pengaturan dan manajemen :


1. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan, penyimpanan,
permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian,
dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
2. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit.
3. Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan,
reagensia, radiofarmasi dan gas medis.
4. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan rumah
sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
5. Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
6. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah
menyelesaikan studi profesi apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker,
yang telah memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
7. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan
pengawasan distribusi.

B. Pemilihan dan pengadaan :


1. Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada Formularium rumah sakit.
Proses pengadaan dilaksanakan sesuai undang-undang yang berlaku, yang melibatkan
jalur distribusi obat yang resmi, dengan pengelolaan yang dikendalikan secara penuh
oleh rumah sakit.
2. Pemilihan obat masuk formularium dan penghapusan obat dari formularium harus
mengikuti kriteria yang berlaku.
3. Bila suatu obat dalam resep tidak tersedia di instalasi farmasi, ada proses yang sudah
ditetapkan rumah sakit untuk pemberitahuan kepada dokter penulis resep, saran
substitusi atau pengadaannya.
4. Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia Farmasi dan
Terapi.
5. Anggota Panitia Farmasi dan Terapi telah diputuskan sesuai SK Direktur.
6. Panitia Farmasi dan Terapi terlibat dalam proses pemesanan, penyaluran, pemberian
dan monitoring pengobatan pasien, evaluasi dan penggunaan obat dalam formularium
rumah sakit.
7. Kriteria dan prosedur untuk penambahan dan pengurangan obat dari formularium
ditetapkan oleh rumah sakit.
8. Panitia Farmasi dan Terapi melakukan monitoring penggunaan obat baru serta
timbulnya KTD akibat obat baru yang ditambahkan dalam formularium.
9. Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan informasi
tentang keamanan dan efektivitasnya. Proses telaah formularium dilakukan oleh Panitia
Farmasi dan Terapi.
10. Prosedur persetujuan dan pengadaan obat-obat yang diperlukan dalam pelayanan tetapi
tidak tersedia dalam stok telah ditetapkan oleh rumah sakit.

C. Penyimpanan :
1. Penyimpanan obat dan perbekalan farmasi khusus (obat yang dibawa oleh pasien, obat
emergency, obat progam kesehatan) dilaksanakan berdasarkan prosedur yang telah
ditetapkan rumah sakit.
2. Rumah sakit tidak melakukan penyimpanan dan pengelolaan obat sitostatika, Total
Parenteral Nutrition (TPN) dan produk steril karena belum ada fasilitas BSC
(Biological Safety Cabinet).
3. Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya.
4. Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat High
Alert, obat-obat LASA, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi
dan bahan radioaktif, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
5. Obat yang dibawa pasien dari luar, setelah melalui proses rekonsiliasi obat dan terapi
boleh dilanjutkan, disimpan di Instalasi Farmasi untuk dilakukan proses UDD.
6. Sebagai proses monitoring dan evaluasi kondisi penyimpanan obat dan alat kesehatan,
ditunjuk satu orang petugas farmasi untuk melakukan inspeksi secara berkala setiap
dua minggu sekali.
7. Obat emergensi tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya dimonitor
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
8. Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah
sakit.
9. Obat-obat yang kadarluarsa dan ketinggalan jaman dipisahkan, disimpan dan
dimusnahkan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.

D. Penyiapan dan pengeluaran :


1. Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang memenuhi
ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku.
2. Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
3. Instalasi Farmasi RS Panti Secanti memberikan pelayanan 24 jam.
4. Petugas farmasi yang kompeten melaksanakan proses skrining resep sebelum melayani
resep.
5. Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak terbaca.
6. Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep individual.
7. Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem Unit Dose Dispensing
(UDD).
8. Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi stok
dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.

E. Pemberian :
1. Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah
memiliki SIPA dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki SIKTTK.
2. Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat
didelegasikan kepada perawat. Perawat yang berwenang memberikan obat adalah
perawat yang telah ditentukan kewenangannya sesuai Penugasan Klinis Perawat.
3. Dokter yang berwenang memberikan obat adalah semua dokter yang telah
mendapatkan Surat Penugasan ( Clinical Appointment ) dari Direktur RS yang memuat
kewenangan klinis ( Clinical Privileges ) yang boleh dilakukan di rumah sakit.
4. Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat.
5. Perawat melakukan proses telaah obat dan serah terima dengan menggunakan form 6
benar.
6. Rumah sakit menyediakan sarana edukasi dan konseling bagi pasien yang
menggunakan obat sendiri.
7. Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk ke rumah
sakit, dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter dan pengelolaan obat
berikutnya dilakukan oleh instalasi farmasi.
8. Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat
sampel yang ditujukan untuk uji klinis kepada pasien.

F. Pemantauan :
1. Ada proses Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat
Tidak Dikehendaki (ROTD) yang dilaksanakan secara kolaboratif dengan prosedur
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
2. Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dan Pemantauan Reaksi Obat Tidak
Dikehendaki (ROTD) yang terpantau, ditulis di dalam dokumen rekam medik pasien
dan dilaporkan selambat-lambatnya 2 x 24 jam dalam bentuk laporan MESO.
3. Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
bersama Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai