Anda di halaman 1dari 18

BUPATI SAROLANGUN

PERATURAN BUPATI SAROLANGUN

NOMOR 32 TAHUN 2013

TENTANG

TARIF PELAYANAN KESEHATAN SELAIN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH PROF. DR. H.M. CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN
YANG TELAH MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAROLANGUN,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Rumah Sakit Umum Daerah


Prof. Dr. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun
menjadi Rumah Sakit Badan Layanan Umum perlu
ditunjang dengan sistem pembiayaan yang memadai serta
didukung dengan sistem pentarifan yang lebih otonom ;
b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 57 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, BLUD
dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan
atas barang dan/atau jasa layanan yang diberikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan
Bupati tentang Tarif Pelayanan Kesehatan selain Kelas III
pada Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. M. Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun yang telah menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3903) sebagaiman telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung
Timur (lembaran Negara Republki Indonesia Tahun 2000
Nomor 81, Tambhanan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3969);
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
1
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355) ;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, TambahanLembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5063);
6. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 171, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5340);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Nomor
4578);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Sarolangun Nomor 7 Tahun
2012 tentang Pokok-Pokok Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Sarolangun Tahun 2012 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Daerah kabupaten Sarolangun Nomor
7);

Memperhatikan: 1. Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 61 Tahun 2007


tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
2. Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 37 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2013 tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum
Rumah Sakit di Lingkungan Kementrian Kesehatan;
3. Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 10 Tahun 2013 tentang
sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah ;
4. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1165/Menkes/SK/X/2007 tentang Pola Tarif Rumah Sakit
Badan Layanan Umum Daerah;

2
5. Keputusan Bupati Sarolangun Nomor Nomor 367
/RSUD/2013, tanggal 26 Agustus 2013 tentang Penetapan
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR.H.M. Chatib Quzwain
sebagai instansi Pemerintah Daerah Kabupaten yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) dengan Pola penuh;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN


SELAIN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROF.
DR. H. M. CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN YANG
TELAH MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Kabupaten adalah Kabupaten Sarolangun.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
penyelenggara PemerintahDaerah.
3. Bupati adalah Bupati Sarolangun.
4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Sarolangun.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah
merupakan Badan Legislatif Daerah Kabupaten Sarolangun.
6. DPPKAD adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Sarolangun;
7. Rumah Sakit Umum Daerah yang selanjutnya disebut RSUD Prof. DR. H. M.
Chatib Quzwain milik Pemerintah Kabupaten Sarolangun yang
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat untuk semua jenis
penyakit dari pelayanan dasar sampai dengan subspesialistik sesuai dengan
kemampuan.
8. Kepala adalah Kepala Rumah Sakit/Pemimpin BLUD RSUD Kabupaten
Sarolangun.
9. Badan Layanan Umum Daerah selanjutnya disingkat BLUD adalah satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan/ atau Unit Kerja pada SKPD di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
10. Pola pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya
disingkat PPK-BLUD adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan
fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis
yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa,
sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada
umumnya.
11. Kas adalah Kas Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sarolangun.
12. Pasien adalah seseorang yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
13. Pelayanan Kesehatan adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Rumah
Sakit yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat melalui
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta peningkatan derajat
kesehatan lainnya.
3
14. Pelayanan Kesehatan di RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain adalah
Pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan ICU
dan HCU, tindakan medik operatif, tindakan penunjang medik dan Pelayanan
lain-lain yang diberikan kepada seseorang dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan atau pelayanankesehatan lainnya dengan menggunakan fasilitas
yang tersedia.
15. Pelayanan Medis adalah pelayanan yang bersifat individu yang diberikan oleh
tenaga medis dan perawat berupa pemeriksaan, konsultasi dan tindakan
medis.
16. Tindakan medis adalah pembedahan yang menggunakan anaestesi/
pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan.
17. Tindakan medis operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan
peralatan dan obat anaestesi sehingga terjadi kondisi anaestesia baik secara
menyeluruh (general anaestesi) atau pada sebagian tubuh pasien (regional
anaestesi).
18. Tindakan Medis Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan.
19. Tindakan anaestesi adalah tindakan medis yang menggunakan peralatan dan
obat anaestesi sehingga terjadi kondisi anaestesia baik secara menyeluruh
(general anaestesi) atau pada sebagian tubuh pasien (regional anaestesi).
20. Pelayanan Penunjang Medis adalah pelayanan yang dilaksanakan untuk
mendukung penegakan diagnosis dan terapi.
21. Pelayanan Rehabilitasi Medis adalah pelayanan yang diberikan oleh instalasi
Rehabilitasi medis dalam bentuk pelayanan fisioterapi, ortotik/prostetik,
okupasional, terapi wicara, bimbingan sosial medis dan psikologi serta
rehabilitasi lainnya.
22. Pelayanan Medis Gigi dan Mulut adalah pelayanan yang meliputi upaya
penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan
penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada
pasien di rumah sakit.
23. Pelayanan Penunjang Non Medis adalah pelayanan yang dilaksanakan oleh
selain tenaga medis, keperawatan dan tenaga penunjang medis yang secara
tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medis dan mendukung
kelancaran pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
24. Pelayanan Asuhan Keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktek keperawatan dan tenaga penunjang medis yang secara tidak
langsung berkaitan dengan pelayanan medis dan mendukung kelancaran
pelayanan kesehatan di Rumah sakit.
25. Visite Dokter adalah kunjungan dokter pada jam-jam tertentu untuk
melaksanakan pemeriksaan kepada pasien yang dirawat.
26. Pelayanan Konsultasi Khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk
konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya.
27. Pelayanan Konsultasi Medis adalah pelayanan Advis (saran) dan
pertimbangan medis oleh tenaga medisdalam bidangnya terhadap kondisi
pasien untuk proses diagnosis, terapi medis dan pelayanan medis lainnya.
28. Pengujian Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik di rumah sakit maupun di luar
rumah sakit.
29. Pelayanan Mediko Legal adalah pelayanan yang berkaitan dengan
kepentingan hukum.
30. Pemulasaran/perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan
jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh rumah sakit untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan pemakaman serta untuk kepentingan
proses pengadilan.
31. Pelayanan mobil ambulance adalah pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit dengan menggunakan kendaraan ambulace untuk mengantar pasien
maupun jenazah.

4
32. Tarif adalah sebagaian atau seluruh biaya penyelenggaraan kegiatan
pelayanan medis dan non medis yang dibebankan kepada pasien sebagai
imbalan atas jasa pelayanan yang diterima.
33. Jasa Pelayanan adakah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas
jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis,
pengobatan , konsultasi, visite, rehabilitasi medis dan ataupelayanan lainnya.
34. Pelaksana pelayanan adalah tenaga kesehatan yang langsung memberikan
pelayanankepada pasien yaitu tenaga medis , perawat dan tenaga penunjang
medis, dan tenaga yang secara tidak langsung memberikan pelayanan kepada
pasien yaitu tenaga penunjang non medis, tenaga administrasi dan tenaga
lainnya yang membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
35. Jasa Sarana adalah jasa yang diterima rumah sakit atas pemakaian sarana
dan fasilitas rumah sakit dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan
rehabilitasi.
36. Biaya Akomodasi adalah biaya yang dikenakan atas penggunaan fasilitas
rawat inap di Rumah Sakit.
37. Bahan Habis Pakai adalah bahan kimia, alat kesehatan, bahan radiologi dan
bahan lainnya selain obat-obatan untuk digunakan langsungdalam rangka
observasi, diagnosa, pengobatan, perawatan, rehabilitasi medis dan
pelayanan kesehatan lainnya.
38. Obat adalah benda yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala atau memodifikasi proses kimia dalam tubuh.
39. Biaya Makan/Nutrisi adalah pengganti biaya makan pasien sesuai diet yang
ditetapkan oleh dokter yang merawat yang disediakan oleh rumah sakit.
40. Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung biaya
kesehatan bagi seseorang yang menjadi tanggungannya.
41. Perjanjian Kerjasama adalah bentuk perikatan kerjasama dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian , penyediaan
sarana, prasaran atau peralatan kesehatan dalam menunjang pelayanan di
rumah sakit dengan pihak ketiga.
42. Unit Cost adalah besaran biaya satuan dari setiap kegiatan pelayanan yang
diberikan Rumah Sakit yang dihitung berdasarkan standar akuntasi biaya
Rumah Sakit.
43. Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Instalasi yang mengelola perbekalan
farmasi Rumah Sakit Pemerintah, BPJS Kesehatan dan bantuan pihak
lainnya yang sah.
44. Formularium adalah daftar obat-obatan dan alat habis pakai yang digunakan
di Rumah Sakit.
45. Bahan dan Alat Habis Pakai adalah obat–obatan bahan kimia, bahan-bahan
radiology dan atau alat-alat kesehatan lain yang digunakan secara langsung
dan tidak dapat dipakai ulang untuk Pelayanan Kesehatan lainnya.
46. Perawatan Jenazah adalah kegiatan rawat jenazah tanpa bahan kimia yang
dilakukan oleh petugas RSUD Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Kabupaten
Sarolangun untuk kepentingan pemakaman bukan untuk proses peradilan.
47. Konservasi adalah perawatan dan pengawetan jenazah dengan memakai
bahan- bahan yang dilakukan petugas RSUD Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain
Kabupaten Sarolangun bukan untuk proses peradilan.
48. Pengujian kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pasien untuk melakukan pemeriksaan fisik di rumah sakit, maupun diluar
rumah sakit.
49. Ambulance Care Unit Service adalah pelayanan yang diberikan oleh RSUD
Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun terhadap seseorang
dengan menggunakan fasilitas mobil ambulance dan fasilitas medis yang
terdapat di dalamnya.
50. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Sarolangun.
51. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Penerimaan,
pendapatan atas pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5
BAB II
OBJEK, SUBJEK, POLA TARIF DAN WAJIB TARIF

Pasal 2

Objek Tarif adalah biaya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Prof.
DR. H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun.

Pasal 3

Subjek Tarif adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh jasa pelayanan
kesehatan di RSUD Sarolangun.
Pasal 4
Wajib Tarif adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan
perundangan-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran tarif
pelayanan kesehatan di RSUD Sarolangun.

Pasal 5

Pola Tarif adalah pedoman dasar pengaturan tarif yang seragam, pola tarif BLUD
RSUD dimaksudkan sebagai acuan bagi Rumah Sakit yang telah menerapkan
pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dalam menyusun besaran
tarif pada masing-masing Rumah Sakit.

Pasal 6

Pengaturan pola tarif BLUD Rumah Sakit meliputi kegiatan yang dikenakan tarif,
komponen tarif, pola perhitungan tarif dan pengelolaan pendapatan BLUD
Rumah Sakit.

BAB III
KEBIJAKAN TARIF DAN PRINSIP DALAM PENETAPAN TARIF SERTA
TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 7

(1) Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di Rumah Sakit
dikenakan tarif layanan.
(2) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seluruh biaya
yang dibebankan kepada masyarakat atas penyelenggaraan kegiatan di BLUD
Rumah Sakit.
(3) Prinsip dalam penetapantarif dimaksud untuk mengganti biaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang besarnya diperhitungkan atas
dasar unit cost dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi
masyarakat, kebijaksanaan, subsidi silang dan aspek keadilan.
(4) Tarif ditetapkan dengan mengutamakan kepentingan peningkatanmutu dan
pengembangan pelayanan RSUD Sarolangun dan tidak dimaksud untuk
mencari keuntungan atau laba semata.
(5) Tingkat penggunaan jasa atas tarif dihitung berdasarkan kelas perawatan,
jenis pelayanan, kategori tindakan, jenis tindakan dan/atau jenis
pemeriksaan yang diterima pasien.

6
Pasal 8

(1) Kategori tindakan , jenis tindakan dan jenis pemeriksaan yang diterima wajib
tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (5) terinci dalam uraian
tindakan medis, non medis, radiologi dan rehabilitasi medis.
(2) Kategori tindakan,Uraian tindakan medis, non medis, radiologi dan
rehabilitasi medis dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I dan merupakan bagian tidak terpisahkan dariPeraturan Bupati
ini.
Pasal 9

(1) Dalam penyusunan tarif layanan di BLUD Rumah Sakit, perhitungan jasa
sarana untuk :
a. Kelas III (tiga) lebih kecil dari titik impas ( break even point )
b. Kelas II (dua) sesuai titik impas ( break event point )
c. Kelas selain huruf a dan huruf b, lebih besardari titik impas ( break event
point ) besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan oleh Direktur
Rumah Sakit.

BAB IV
KEGIATAN YANG DIKENAKAN TARIF

Bagian kesatu
Instalasi Pelayanan Kesehatan

Pasal 10

(1) Pelayanan kesehatan pada RSUD Sarolangun diberikan dalam Instalasi


pelayanan dan dilakukan oleh tenaga medis, tenaga perawat dan tenaga
kesehatan lainnya.
(2) Instalasi pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. Rawat Jalan , yaitu:
1.Poliklinik
2.Tindakan di Poliklinik umum
3.Tindakan di Poliklinik Kebidanan
4.Tindakan di Poliklinik Anak
5.Tindakan di Poliklinik Gigi
6.Tindakan di Poliklinik Bedah
7.Tindakan di Poliklinik Penyakit Dalam
8.Tindakan di Poliklinik Mata
9.Tindakan di Instalasi Gawat Darurat
10.Pemeriksaan Kesehatan (Cheek-Up)
11.Pemeriksaan Laboraturium
12.Pemeriksaan Radiologi
13.Pemeriksaan Fisioterapi
14.Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik
15.Perawatan Jenazah Visum
16.Pemakaian Ambulance
17.Tindakan Medik Lainnya
18.Tindakan Instalasi ICU dan HCU
19.Konsultasi Psikologi
20.Konsultasi Gigi

b. Rawat Inap, terdiri dari:


1.Tindakan Medik Instalasi Kamar Bersalin
2.Tindakan Medik Instalasi Anak
3.Tindakan Medik Instalasi Penyakit Dalam
7
4.Tindakan Medik Instalasi Bedah
5.Tindakan Medik Instalasi Kebidanan
6.Tindakan Medik Operasi Mata
7.Tindakan Medik Operasi Umum
8.Tindakan Medik Instalasi Laboratorium
9.Tindakan Medik Instalasi Radiologi
10.Pelayanan Konsultasi Gizi
11.Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik
12.Pemeriksaan Diagnostik fisioterapi
13.Kamar dan akomadasi (makan - minum pasien)
14.Visite Dokter Spesialis / Dokter Umum .
15.Asuhan Keperawatan
16.Instalasi ICU/ HCU

c. Tarif Pemakaian Lahan Lainnya :


1.Pemakaian Lahan Praktek Pendidikan.
2.Pemakaian Gedung Aula.

(2) Dalam hal terdapat jenis pelayanan kesehatan lainnya yang belum
termasuk ke dalam salah satu kelompok pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka akan dilakukan penyesuaian dengan
melakukan perubahan atas Peraturan Bupati Ini.

(3) Pelayanan dan perawatan di RSUD ditetapkan berdasarkan : kelas VIP,


Utama, kelas I, kelas II dan Kelas III.

Bagian Kedua
Kegiatan Pelayanan

Pasal 11
(1) Kegiatan pelayanan yang dikenakan tarif dikelompokkan berdasarkan tempat
pelayanan dan jenis pelayanan.
(2) Tempat pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
pelayanan rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat.
(3) Tempat pelayanan rawat jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
poliklinik, kamar operasi, rawat rehabilitasi dan kamar tindakan lainnya.
(4) Tempat pelayanan rawat inap sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
ruang perawatan, kamar operasi, kamar bersalin, rawat intensif dan rawat
rehabilitasi.
(5) Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas pelayanan
medis dan pelayanan penunjang medis.
(6) Jenis pelayanan baru selain pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit.

Pasal 12

(1) Jenis pelayanan medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (5)
meliputi :
a. Pemeriksaan dan konsultasi
b. Visite dan konsultasi
c. Tindakan medis operatif
d. Tindakan medis non operatif
e. Persalinan
(2) Pemeriksaan dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan pelayanan medis yang dilakukan di rawat jalan dan rawat
darurat.
8
(3) Visite dan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan pelayanan medis yang dilakukan di rawat inap dan rawat intensif.
(4) Tindakan medis operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
merupakan tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum,
regional atau pembiusan lokal yang meliputi :
a. Tindakan medis operatif kecil ;
b. Tindakan medis operatif sedang ;
c. Tindakan medis operatif besar ; dan
d.Tindakan medis operatif khusus.
(5) Tindakan medis non operatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan tindakan medis tanpa pembedahan yang meliputi :
a.Tindakan medis operatif kecil ;
b.Tindakan medis operatif sedang ;
c.Tindakan medis operatif besar ; dan
d.Tindakan medis operatif khusus.
(6) Jenis pelayanan persalinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
terdiri dari persalinan normal atau persalinan dengan tindakan pervaginam
dan pelayanan bayi lahir.

Pasal 13

(1) Pelayanan penunjang medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (5)
merupakan pelayanan untuk penunjang pelayanan medis.
(2) Jenis pelayanan penunjang medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a. Pelayanan Laboratorium ;
b. Pelayanan radio diagnostik ;
c. Pelayanan diagnostik elektromedis ;
d. Pelayanan diagnostik khusus ;
e. Pelayanan rehabilitasi medis ;
f. Pelayanan darah ;
g. Pelayanan farmasi ;
h. Pelayanan gizi ;
i. Pelayanan Laundry dan sterilisasi
j. Pemulasaran jenazah ; dan
k. Pelayanan penunjang medis lainnya .

Pasal 14

1) Pelayanan laboratorium sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2)


huruf a terdiri dari atas :
a. Pemeriksaan patologi klinik ;
b. Pemeriksaan patologi anatomi ; dan
c. Pemeriksaan mikrobiologi klinik.
2) Pelayanan rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2)
huruf e terdiri atas :
a. Pelayanan rehabilitasi medis ;
b. Pelayanan rehabilitasi psikososial ; dan
c. Pelayanan ortotik/ prostetik.
3) Pelayanan farmasi sebagaimana dimaksud dalam pasa 12 ayat (2) huruf g
terdiri atas :
a. Pelayanan farmasi klinis ; dan
b. Pelayanan non farmasi klinis.
9
4) Jenis pemulasaran jenazah sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2)
huruf j terdiri atas :
a. Perawatan jenazah dan penyimpanan jenazah ;
b. Konservasi jenazah ;
c. Bedah mayat ; dan
d. Pelayanan lainnya.
5) Pelayanan sebagaiaman dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) huruf b, huruf c,
huruf d, huruf f, huruf h dan huruf i, masing-masing merupakan satu
kesatuan pelayanantindakan medis, terapi dan penunjang medis dikenakan
tarif sesuai pelayanan yang diterima pasien.

Bagian Ketiga
Kegiatan non pelayanan

Pasal 15

(1) Kegiatan non pelayanan yang dikenakan tarif terdiri atas kegiatan
pendidikan dan pelatihan dan kegiatan penunjang lainnya.
(2) Kegiatan pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi magang, orientasi, studi banding, praktek lapangan dan kegiatan
dan pelatihan lainnya.
(3) Kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penelitian
kesehatan dan penelitian non kesehatan .
(4) Kegiatan penunjang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara
lain kegiatan sewa lahan ruang, parkir, kantin, hostel dan kerjasama
operasional.
(5) Jenis kegiatan non pelayanan selain yang ditetapkan pada ayat (1)
ditetapkan oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit.

BAB IV
KOMPONEN DAN BESARAN TARIF

Pasal 16

(1) Tarif kegiatan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal
12 meliputi komponen jasa sarana dan jasa pelayanan.
(2) Komponen jasa sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
imbalan yang diterima oleh Rumah Sakit atas pemakaian akomodasi, bahan
non medis, obat-obatan, bahan/ alat kesehatan habis pakai yang digunakan
langsung dalam rangka pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis
dan / atau pelayanan lainnya.
(3) Komponen jasa pelayanan sebagaiman dimaksud pada ayat (1) merupakan
imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan
kepada pasien dalam rangka pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
dan / atau pelayanan lainnya.
(4) Jasa pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari jasa medis,
jasa keperawatan, jasa tenaga kesehatan lain dan jasa tenaga lainnya.
(5) Jasa medis sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi jasa seluruh
tenaga medis yang melakukan pelayanan medis.Pelayanan kesehatan pada
RSUD Sarolangun diberikan dalam Instalasi pelayanan dan dilakukan oleh
tenaga medis, tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya.

10
Pasal 17

Besaran jasa pelayanan berlaku sama untuk seluruh kelas perawatan.

Pasal 18

Tarif kegiatan non pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 meliputi


komponen jasa sarana dan/ atau jasa lain sesuai dengan ketentuan berlaku.

BAB V
POLA PERHITUNGAN TARIF
Bagian satu

Umum

Pasal 19

(1) Pola tarif merupakan dasar perhitungan untuk menetapkan besaran tarif
layanan BLUD Rumah Sakit.
(2) Besaran tarif layananan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
berdasarkan biaya satuan dengan mempertimbangkan kontinuitas dan
pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan
dan kompetisi yang sehat.
(3) Biaya satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan hasil
perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan Rumah Sakit
dibagi total hasil kegiatan.
(4) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan seluruh
pengeluaran yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja
pemeliharaan, belanja perjalanan dan biaya investasi yang dananya
bersumber dari penerimaan negara bukan pajak.
(5) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi gaji pegawai
non pegawai negeri sipil, biaya pendidikan, biaya pelatihan dan biaya
penelitian.

Bagian Kedua
Rawat Jalan

Pasal 20

(1) Pelayanan rawat jalan merupakan pelayanan kepada pasien untuk


observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan pelayanan
kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap.
(2) Tarif pelayanan rawat jalan meliputi :
a. Jasa sarana umum;
b. Jasa sarana tindakan medis;
c. Jasa sarana penunjang medis; dan
c. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis.
(3) Jasa sarana umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diperhitungkan dari total biaya sarana umum dibagi jumlah kunjungan
dalam 1 (satu) tahun
(4) Jasa sarana tindakan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diperhitungkan dari total biaya sarana tindakan medis bagi jumlah tindakan
medis di rawat jalan dalam 1 (satu) tahun
(5) Jasa sarana penunjang medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diperhitungkan dari total biaya sarana pemeriksaan penunjang medis dibagi
jumlah pemeriksaan penunjang medis di rawat jalan dalam 1 (satu) tahun.

11
(6) Jasa pelayanan medis dan penunjang medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d ditetapkan oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit.

Bagian Ketiga
Rawat Inap

Pasal 21

(1) Pelayanan rawat inap merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi,
perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan/ atau pelayanan
kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
(2) Pelayanan rawat inap terdiri atas :
a. Rawat siang hari (day care);
b. Rawat sehari (one day care);
c. Rawat intensive;
d. Perawatan di kamar operasi;
e. Perawatan di kamar bersalin; dan
f. Perawatan dikamar tindakan lainnya.
(3) Rawat siang hari (day care) sebagaiaman dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan pelayanan berkesinambungan kepada pasien untuk pengobatan
dan rehabilitasi atau pelayanan lainnya yang menempati tempat tidur 6
(enam) jam sampai 12 (dua belas) jam.
(4) Rawat sehari (one day care) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medis dan/atau pelayanan kesehatan lain
yangmenempati tempat tidur lebih dari 12 (dua belas) jam.

Pasal 22
(1) Tarif pelayanan rawat inap meliputi :
a. Jasa sarana akomodasi ruang perawatan;
b. Jasa sarana akomodasi rawat siang hari (day care);
c. Jasa sarana akomodasi rawat sehari (one day care);
d. Jasa sarana akomodasi rawat intesive;
e. Jasa sarana akomodasi kamar operasi;
f. Jasa sarana akomodasi kamar bersalin;
g. Jasa sarana akomodasi kamar tindakan lainnya;
h. Jasa sarana tindakan medis;
i. Jasa sarana penunjang medis; dan
j. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis.
(2) Jasa sarana tindakan medis sebagaimana dimaksud paa ayat (1) huruf h
diperhitungkan dari total biaya sarana tindakan medis dibagi jumlah
tindakan medis di rawat inap dala 1 (satu) tahun.
(3) Jasa sarana tindakan medis sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) huruf h
diperhitungkan dari total biaya sarana tindakan medis dibagi jumlah
tindakan medis dirawat inap dalam 1 (satu) tahun.
(4) Jasa sarana penunjang medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i
diperhitungkan dari total biaya sarana pemeriksaan penunjang meis dibagi
jumlah pemeriksaan penunjang medis dirawat inap dalam 1 (satu ) tahun.
(5) Jasa pelayanan medis dan penunjang medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf j ditetapkan oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit.

Pasal 23

Hari rawat dihitung dari sejak tanggal pasien masuk sampai dengan tanggal
pasien keluar.

12
Bagian Keempat
Rawat Darurat

Pasal 24

(1) Pelayanan rawat darurat merupakan pelayanan kesehatan yang harus


diberikan secepatnya untuk mencegah dan/atau menanggulangi resiko
kematian dan / atau cacat.
(2) Tarif pelayanan rawat darurat meliputi :
a. Jasa sarana umum;
b. Jasa sarana tindakan medis;
c. Jasa sarana penunjang medis; dan
d. Jasa pelayanan medis dan penunjang medis.
(3) Jasa sarana umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
diperhitungkan dari total biaya sarana umum dibagi jumlah kunjungan dalam
1 (satu) tahun.
(4) Jasa sarana tindakan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diperhitungkan dari total biaya sarana tindakan medis dibagi jumlah tindakan
medis di rawat darurat dalam 1 (satu) tahun.
(5) Jasa sarana penunjang medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diperhitungkan dari total biaya sarana pemeriksaan penunjang medis dibagi
jumlah pemeriksaan penunjang medis di rawat darurat dalam 1 (satu) tahun.
(6) Jasa pelayanan medis dan penunjang medis sebagaimana dimaksu pada ayat
(2) huruf d ditetapkan oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit.

Bagian Kelima
Kegiatan Non Pelayanan

Pasal 25

(1) Tarif pendidikan dan pelatihan, serta penelitian diperhitungkan dari total
biaya pendidikan dan pelatihan serta penelitian dibagi jumlah kegiatan
pendidikan dan pelatihan serta penelitian dalam 1 (satu) tahun.
(2) Tarif penunjang lain ditentukan oleh pimpinan BLUD RSUD sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

BAB VI
PENGELOLAAN PENDAPATAN BLUD RUMAH SAKIT

Pasal 26

(1) Pendapatan BLUD Rumah Sakit berasal dari usaha kegiatan pelayanan dan
kegiatan non pelayanan
(2) Pendapat usaha dari kegiatan pelayanan merupakan pendapatan yang
diperoleh sebagai imbalan atas barang/jasa yang diberikan kepada
masyarakat.
(3) Pendapatan usaha dari kegiatan non pelayanan merupakan pendapatan yang
berasal dari kegiatan pendidikan dan pelatihan, penelitian, hasil kerjasama
operasional, sewa , jasa lembaga keuangan dan kegiatan lainnya.

Pasal 27

Pendapatan BLUD Rumah Sakit dikelola langsung untuk membiayai belanja


BLUD Rumah Sakit sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran.

13
Pasal 28

Tata cara pengelolaan seluruh pendapatan instansi BLUD Rumah Sakit meliputi
pemungutan, pembukuan, penyetoran, penyaluran, penggunaan dan pelaporan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 29

(1) Pendapatan BLUD Rumah Sakit digunakan secara langsung untuk membiayai
pengeluaran rumah sakit yang terdiri atas pengeluaran untuk biaya pegawai,
biaya operasional dan biaya investasi.
(2) Penggunaan pengeluaran sebagaiamna dimaksud pada ayat (1) ditentukan
oleh pimpinan BLUD Rumah Sakit dengan proporsi sebagai berikut :
a. biaya pegawai paling besar 44 % (empat puluh empat persen); dan
b. biaya operasional dan biaya investasi paling kecil 56 % (lima puluh enam
persen).
(3) Biaya pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berupa
komponen renumerasi yang berasal dari penerimaan negara bukan pajak yang
meliputi gaji pegawai BLUD Rumah Sakit non pegawai negeri sipil, jasa
pelayanan, insentif, lembur, honorarium, kesejahteraan dan asuransi
pegawai.

BAB VII
KETENTUAN BIAYA PELAYANAN DAN PERAWATAN KESEHATAN

Pasal 30

(1) Penerimaan pembayaran dari Jasa Pelayanan Umum bagi peserta BPJS
Kesehatan dan dari Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan pembiayaan kesehatan yang
berlaku.
(2) Penerimaan pembayaran dari peserta di luar Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) akan disesuaikan dengan Tarif yang berlaku dengan prinsip
dalam penetapan tarif dimaksud untuk mengganti biaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang besarnya diperhitungkan atas dasar unit cost
dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat,
kebijaksanaan, subsidi silang dan aspek keadilan.

Pasal 31

(1) Biaya Pelayanan dan perawatan kesehatan yang termasuk kategori wabah dan
bencana alam dibebankan kepada anggaran Pemerintah Daerah.
(2) Tatalaksana pelayanan dan perawatan kesehatan penderita wabah/bencana
alam sesuai dengan ketentuan biaya dan tatalaksana pelayanan dan
perawatan kesehatan yang berlaku.
(3) Penderita wabah/bencana alam ditempatkan di ruang rawat inap kelas III
dan jika ruang rawat tidak dapat menampung kuantitas penderita
wabah/bencana alam kepadanya dikenakan setengah biaya rawat kelas
tersebut.
(4) Apabila penderita wabah/bencana alam dimaksud pada ayat (3) dan (4) pasal
ini memperoleh pelayanan kesehatan yang bukan peruntukkannya maka
kepadanya tidak berlaku ketentuan pasal ini.
14
Pasal 32

(1) Pelayanan dan Perawatan Kesehatan penderita Rawat Inap di RSUD


Prof.DR.H.M. Chatib Quzwain Kab. Sarolangun wajib menunjukkan surat
pengantar dari Dokter yang memeriksa dan menyatakan sanggup untuk
memenuhi persyaratan yang ditentukan serta menunjukkan tanda bukti
pembayaran berupa karcis.
(2) Penderita Rawat Inap ditempatkan pada kelas sesuai dengan kehendak
penderita atau keluarganya atau penjaminnya.
(3) Kelas tempat rawat inap bagi peserta BPJS Kesehatan dan Non BPJS
Kesehatan akan berpedoman dengan ketentuan/aturan yang berlaku.

Pasal 33

Ketentuan mengenai Rawat Jalan, Rawat Inap, atau IGD, penderita meninggal,
klasifikasi ruangan inap dan ketentuan lain yang tidak tercantum dalam
Peraturan Bupati ini disesuaikan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Sarolangun tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan.

Pasal 34

Biaya Pelayanan dan Perawatan Kesehatan penderita Instalasi Gawat Darurat


adalah sama dengan parawatan penderita pada kelas II.

Pasal 35

(1) Fasilitas untuk perawatan ditetapkan sebagai berikut :


a. Kelas VIP terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, 1 (satu) unit AC, 1 (satu) unit
kulkas dan Dispenser, 1 (satu) unit televisi, tempat tidur lipat, kursi tamu
dan kamar mandi di dalam.
b. Kelas Utama terdiri dari 1 (satu) tempat tidur, 1 (satu) unit AC, 1 (satu)
unit televisi dan kulkas , 1 (satu) set kursi tamu, Dispenser, dan kamar
mandi di dalam.
c. Kelas I terdiri dari 2 (dua) tempat tidur, AC, Televisi, Dispenser dan kamar
mandi di dalam.
d. Kelas II terdiri dari 2 (dua) tempat tidur, kipas angin dan kamar mandi di
dalam.
e. Kelas III terdiri dari 7 atau lebih (empat) tidur dan kamar mandi di luar
ruangan.
(2) Biaya Pelayanan dan Perawatan Kesehatan dan lain-lain ditetapkan
sebagaimana tersebut dalam lampiran Peraturan Bupati ini dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Bupati ini;

Pasal 36

(1) Dalam satu hari dokter spesialis diharuskan melakukan visite sebanyak satu
kali.
(2) Apabila visite dokter spesialis atas permintaan pasien dan atau keluarganya
maka tarip visite tersebut adalah tarip konsultasi medik spesialis.
(3) Konsultasi medik spesialis seperti yang dimaksud pada ayat (2) pasal ini
maksimal dua kali.
(4) Apabila dokter spesialis berhalangan melakukan visite, maka dokter
spesialis yang bersangkutan diharuskan menunjuk penggantinya.
(5) Tarif dokter umum yang menggantikan visite dokter spesialis, jasanya
dihitung berdasarkan tarip visite dokter umum.
(6) Dokter jaga IGD dapat melakukan visite apabila jika ada permintaan dari
perawat yang bertugas diruangan.
15
Pasal 37

(1) Penyediaan, pengeluaran harga makanan pasien dan obat-obatan,


pengelolaannya diatur dan ditetapkan oleh Direktur RSU Prof.DR.H.M. Chatib
Quzwain Kab. Sarolangun.
(2) Makanan yang diberikan kepada setiap pasien selama perawatan sesuai
dengan standar menu yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan dan
berlaku untuk semua kelas perawatan.
(3) Biaya makanan pasien dihitung perhari sebanyak 2 kali yaitu makan siang
dan makan malam serta ditambah dengan menu sarapan pagi.
(4) Besarnya biaya makan pasien dikomulatifkan dengan jasa kamar dimana
pasien dirawat.

Pasal 38

(1) Atas pelayanan dan perawatan kesehatan yang diberikan di RSUD Prof. DR.
H. M. Chatib Quzwain Kabupaten Sarolangun dikenakan biaya
pelayanan/perawatan kesehatan dan jasa medic.
(2) Pelayanan dan perawatan kesehatan yang dikenakan biaya pelayanan dan
perawatan kesehatan bilamana belum termasuk di dalam Lampiran
Keputusan ini akan diatur kemudian dengan Peraturan Bupati.

Pasal 39

(1) Apabila dipandang perlu Pemerintah Daerah dapat menaikan biaya setinggi-
tingginya 25% (dua puluh lima persen) tiap kali kenaikan.
(2) Kenaikan dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

Pasal 40

Perubahan pola tarif yang mengikuti perubahan perkembangan waktu akan


ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN/PEMBAYARAN

Pasal 41

Jasa Pelayanan Kesehatan yang diberikan di RSUD Sarolangun yang terutang


dipungut ditempat pelayanan diberikan dan harus dibayar sekaligus.

Pasal 42
(1) Jasa Pelayanan kesehatan dipungut dengan menggunakan (Surat Ketetapan
Pengenaan tarif (SKPT) atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Tarif pelayanan kesehatan yang terutang harus dilunasi selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkannya Surat Ketetapan pengenaan tarif
pelayanan kesehatan atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Dalam hal Wajib Tarif tidak membayar tepat waktunya atau kurang
membayar dikenakan sanski administrasi berupa bunga sebesar sebesar 2%
(dua perseratus )setiap bulannya dari besarnya tarif terutang.
(4) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran dan lain-lain diatur
lebih lanjut oleh Direktur.

16
Pasal 43

(1) Pimpinan BLUD Rumah Sakit atas permohonan wajib tarif setelah memenuhi
persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib
tarif untuk mengangsur hutang sampai batas waktu yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2% (dua persen) setiap bulan.
(2) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan atau menunda pembayaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan oleh Pimpinan
BLUD Rumah Sakit.
Pasal 44

(1) Setiap pembayaran wajib tarif diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat
dalam buku penerima.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran buku dan bukti pembayaran ditetapkan dengan
Pimpinan BLUD Rumah Sakit.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 45

Dalam hal wajib tarif tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang
membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) setiap bulan dari Jasa Pelayanan yang diberikan atau kurang bayar dan
ditagih dengan menggunakan (STTD).

BAB X
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 46

(1) Atas kelebihan pembayaran Wajib Tarif , dapat mengajukan permohonan


pengembalian pembayaran kepada Pimpinan BLUDRSUD Sarolangun.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran diajukan secara tertulis
kepada Pimpinan BLUDRSUD Sarolangun dengan disertai alasan yang jelas.
(3) Pembayaran kelebihan sebagaimana dimaksud pasal (2) dikembalikan kepada
wajib tarif paling lambat 2 (dua) bulan sejak permohonan disetujui oleh
Pimpinan BLUD Rumah Sakit.
(4) Hasil pengenaan kesehatan melalui billing system yang tersentralisasi di
bidang keuangan RSUD Sarolangun.

Pasal 47

(1) Apabila wajib tarif mempunyai utang lainnya, kelebihan pembayaran Jasa
Pelayanan Kesehatan langsung dapat diperhitungkan untuk melunasi terlebih
dahulu utang tersebut.
(2) Pengembalian kelebihan pembayaran wajib tarif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) pasal ini dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)
bulan sejak diterbitkannya SKTDLB.

17
(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran wajib tarif dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Pimpinan BLUD Rumah Sakit memberikan
imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan
pembayaran kelebihan tarif.

Pasal 48

(1) Pengembalian kelebihan pembayaran dilakukan dengan menerbitkan Surat


perintah Membayar kelebihan tersebut.
(2) Apabila kelebihan pembayaran Wajib tarif diperhitungkan dengan utang
lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 70 ayat (1) Pembayaran
dilakukan dengan cara pemindahan buku dan bukti pemindahan buku juga
berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB XI
PENUTUP

Pasal 49

Peraturan Bupati ini berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Sarolangun.

Ditetapkan di Sarolangun
Pada tanggal 2013

BUPATI SAROLANGUN,

CEK ENDRA

Diundangkan di Sarolangun
Pada tanggal 2013

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN,

THABRONI ROZALI

BERITA DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2013 NOMOR

18

Anda mungkin juga menyukai