Disusun Oleh
SURYADI
215121025
Puji Syukur atas Berkat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Pengaruh
ROM Terhadap Kekuatan Otot Pasien Stroke ”.
Makalah ini berisikan tentang Latar belakang, Rumusan masalah, Hasil Evidence Based Nursing
dan Pembahasan, diharapkan makalah ini memberikan informasi kepada kita semua tentang
Evidence Based Nursing
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata “sempurna”, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umunya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan
Rahmat Nya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................6
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................8
2.1 Konsep Teori.....................................................................................................................................8
2.1.1 ROM (Range Of Motion)...............................................................................................................8
2.1.2 Stroke.............................................................................................................................................8
2.2 Review Artikel...................................................................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................................................9
3.1 Keunggulan.......................................................................................................................................9
3.2 Kelemahan.........................................................................................................................................9
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
4.2 Saran................................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius dalam kehidupan modern
saat ini. Prevalensi stroke bertambah seiring bertambahnya usia. World Health Organization
(WHO) menetapkan bahwa stroke merupakan suatu sindrom klinis dengan gejala berupa
gangguan fungsi otak secara fokal atau global yang dapat menimbulkan kematian atau
kelainan menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular
(Anggriani et al., 2018).
Kasus stroke terjadi pada 100 sampai 300 orang penduduk per tahun. Stroke merupakan
penyebab kematian nomor 3 didunia setelah kardiovaskuler dan kanker. Stroke dapat terjadi
pada laki-laki dan perempuan namun lebih dominan pada laki- laki. Indonesia menempati
peringkat ke- 97 dunia untuk jumlah pasien stroke terbanyak dengan jumlah angka kematian
mencapai 138.268 orang atau 9,70% dari total kematian yang terjadi di tahun 2011, dan pada
tahun 2013 telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia menjadi 12,1 per 1.000
penduduk (Hutahaean & Daniel Hasibuan, 2020).
Berdasarkan data (Kementrian Kesehatan Repunlik Indonesia, 2014) tiap tahun lebih dari
17,3 juta kematian disebabkan karena penyakit kardiovaskuler, dan yang paling tinggi
penyakit stroke dan jantung koroner. Jika melihat tren saat ini, diperkirakan akan terus
meningkat hingga mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Secara umum, prevalensi
gejala stroke di Indonesia 12,1 per 1000. Artinya, ada lebih 12 orang Indonesia yang tercatat
menderita stroke per 1000 penduduk (Anita Shinta Kusuma, 2020).
Alwi (2018), Di Asia Tenggara, pada tahun 2016 kurang lebih 11 juta kasus terjadi setiap
tahunnya kematian kurang lebih 4 juta orang, sekitar 30% orang mengalami cacat parah, 70%
korban selamat pulih (WHO, 2016). Kasus stroke meningkat dinegara maju seperti amerika
telah mewabah, di Amerika setiap tahunnya 650.000 menderita stroke. Pada tahun 2020
diperkirakan akan kurang lebih 7,6 juta orang akan meninggal dunia karena stroke
peningkatan tertinggi akan terjadi di negara berkembang yaitu wilayah asia di samudera
pasifik (Nofitasari & Arief Sulistyanto, 2021).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 terkena serangan stroke, dan sekitar
25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat,
prevalensi stroke di Indonesia naik dari 7% menjadi 10,9%. Pada tahun 2018 prevalensi
stroke tertinggi terdapat di Kalimantan Timur (14,7%). Saat ini stroke menempati urutan
ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker (Syahrim et al.,
2019).
Kelemahan otot penderita stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Kontraksi otot
dikarenakan berkurangnya suplai darah ke otak, sehingga menghambat syaraf-syaraf utama
otak dan medula spuinalis. Terhambatnya oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan masalah
kesehatan yang serius karena bisa menimbulkan hemiparese bahkan kematian. Terjadinya
gangguan tingkat mobilisasi fisik pasien sering di sebabkan suatu gerakan dalam bentuk tirah
baring (Purba et al., 2022).
Kelemahan otot pada pasien stroke dapat mengakibatkan orang tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri, mereka perlu bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-
hari. Hal ini lah yang membuat pasien stroke takut, insecure dan merasa bahwa dirinya sudah
tidak berguna lagi, sehingga banyak sekali pasien stroke yang berputus asa terhadap dirinya.
Kondisi ini merupakan menjadi penghambat untuk kesembuhannya (Widiharti & Kamelia,
2021).
Latihan ROM pada pasien stroke bisa dilakukan beberapa kali supaya mendapatkan efek
yang maksimal dan dapat mengurangi kejadian komplikasi, pelaksanaan ROM yang secara
dini dapat mengurangi defisit kemampuan serta kecacatan semakin kecil. Monroe (2020),
latihan ROM dibuktikan dapat bermanfaat membantu masalah rentang gerak sendi dan
fleksibilitas. Kekuatan otot juga bisa diatasi denga latihan ROM setelah pasca stroke.
Sholihah (2017), apabila latihan ROM tidak segera dilakukan pada pasien pasca stroke akan
mengakibatkan terjadinya penurunan kontraksi otot, nyeri, atrofi otot sehingga menyebabkan
hambatan mobilitas fisik atau ketidakmampuan dalam beraktifitas (Anggraini et al., 2021).
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat evidence based nursing
practice tentang pengaruh range of motion terhadap kekuatan otot pasien stroke.
1.2 Rumusan Masalah
P : Pasien Stroke
I : Range of Motion (ROM)
C : Standar Prosedur Operasional ROM
O : Meningkatkan Kekuatan Otot
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pengaruh Range of Motion (ROM) terhadap kekuatan
otot pasien Stroke
Daulay, Hidayah, and Santoso (2021), menyatakan Range Of Motion (ROM) merupakan
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan
menggerakkan persendian dengan sempurna secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan kekuatan otot juga tonus otot. Dalam pemberian latihan ROM ada beberapa
faktor yang mempengaruhi peningkatan kekuatan otot diantaranya yaitu usia, jenis
kelamin, dan frekuensi serangan. Latihan ROM adalah salah satu bentuk proses rehabilitasi
yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada penderita stroke.
Latihan ini juga merupakan salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat
dilakukan untuk menentukan keberhasilan regimen terapeutik dalam pencegahan terjadinya
kecacatan permanen pada penderita stroke setelah melakukan perawatan di rumah sakit
sehingga dapat membantu penurunan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga serta
meningkatkan harga diri dan mekanisme koping penderita.
Kusuma and Sara (2020), Latiham ROM pada penderita stroke dapat dilakukan 2 kali
dalam sehari untuk mencegah terjadinya komplikasi, semakin dini proses rehabilitasi di
mulai, maka semakin kecil kemungkinan penderita mengalami defisit kemampuan.
Penelitian menunjukan bahwa latihan ROM dapat meningkatkan fleksibilitas dan rentang
gerak sendi. Latihan ROM bisa dilakukan selama 1 minggu dan 2 minggu, 1 hari 2 kali
yaitu pagi dan sore selama 10-15 menit, maka memiliki kesempatan untuk mengalami
penyembuhan dengan baik (Andriani et al., 2021).
Hasil penelitian sulaiman (2018) menunjukan bahwa rata-rata kekuatan otot tangan
sebelum ROM sebesar 2,5 dan meningkat menjadi 3,52 setelah pemberian ROM,
kemudian nilai rata-rata kekuatan otot kaki sebelum ROM sebesar 3,11 dan meningkat
menjadi 3,93 setelah mendapatkan perlakuan ROM menunjukkan bahwa ada peningkatan
rata-rata kekuatan otot baik pada otot tangan maupun pada otot kaki. Rata- rata
peningkatan kekuatan otot terbesar ada pada otot tangan meningkat sebesar 1,0 sedangkan
kekuatan otot kaki hanya meningkat (Masliah et al., 2018).
2.1.2 Stroke
Stroke merupakan sindrom klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal
maupun global yang disebabkan adanya gangguan aliran darah dalam otak yang dapat
timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
sehingga terjadi sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Pada pasien stroke masalah
utama yang akan timbul yaitu rusaknya/matinya jaringan otak yang dapat menyebabkan
menurunnya bahkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan tersebut. Salah satu
gejala yang ditimbulkan yaitu adanya kecatatan berupa kelumpuhan anggota gerak
hemiparesis atau kelemahan otot pada bagian anggota gerak tubuh yang terkena seperti
jari-jari tangan. Fungsi ekstremitas begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dan merupakan bagian yang paling aktif, maka jika terjadi kelemahan pada ekstremitas
akan sangat menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari seseorang
(Syahrim et al., 2019).
Gangguan suplai darah ke otak karena penyumbatan atau pendarahan dapat menyebabkan
penurunan atau bahkan hilangnya fungsi otak secara cepat. Di dalam tubuh, peran otak
adalah sebagai pusat kendali dan koordinasi gerakan tubuh. Adanya kerusakan jaringan
pada beberapa sisi otak dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk menggerakkan
salah satu bagian tubuh. Ini biasa disebut hemiparesis. Kekuatan otot akan menurun
sehingga mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (9). Dalam
mencegah kecacatan fisik dan mental pada penderita stroke, diperlukan penanganan yang
tepat. Dikatakan 30%-40% penderita stroke bisa sembuh sempurna jika ditangani di masa
emas atau 6 jam pertama (Srinayanti et al., 2021).
Pada artikel kedua, sebelum diberikan latihan ROM (Range Of Motion) skala kekuatan otot 2
sebanyak 37,1%, dan skala kekuatan otot 3 sebanyak 37,1%. Sesudah diberikan latihan ROM
(Range Of Motion) skala kekuatan otot 2 sebanyak 34,3%, dan skala kekuatan otot 3 sebanyak
31,4%.
Pada artikel ketiga didapatkan sebelum intervensi kekuatan otot responden pada level 1 sebanyak
22.7%, kekuatan otot pada level 2 sebanyak 34.1%, tingkat kekuatan otot pada level 3 sebanyak
27.3%, tingkat kekuatan otot pada level 4 sebanyak 15.9%. Setelah dilakukan intervensi
kekuatan otot responden setelah diberikan intervensi ROM pada level 1 sebanyak 2.3%,
kemudian level 2 sebanyak 25%, pada level 3 sebanyak 36.4%, pada level 4 sebanyak 34.1%,
dan pada level 5 sebanyak 2.3%
Pada artikel keempat sebelum intervensi didapatkan kekuatan otot level 3 sebanyak 73.%, dan
kekuatan otot level 4 sebanyak 27.%,. Setelah intervensi didapatkan kekuatan otot level 3
sebanyak 17.%, dan kekuatan otot level 4 sebanyak 83.%,.
Pada artikel kelima menunjukkan bahwa tingkat kekuatan otot level 1 sebanyak 24,4%, tingkat
kekuatan otot level 2 sebanyak 25,6%, tingkat kekuatan otot level 3 sebesar 32,2%, kemudian
tingkat kekuatan otot level 4 sebanyak 11,1% dan tingkat kekuatan otot level 5 hanya 6,7%.
Setelah intervensi menunjukkan bahwa tingkat kekuatan otot level 1 sebanyak 20%, tingkat
kekuatan otot level 2 sebanyak 20%, tingkat kekuatan otot pada level 3 sebesar 14,4%, tingkat
kekuatan otot level 4 sebanyak 20% dan tingkat kekuatan otot level 5 sebesar 25,6%.
Berdasarkan jurnal tersebut kegunaan dari latihan ROM adalah untuk mencegah kekakuan dan
kontraktur otot, meningkatkan kekuatan otot, merangsang sirkulasi darah, serta mempertahankan
fungsi jantung dan pernapasan. latihan ROM harus dilakukan sedini mungkin agar tidak muncul
komplikasi stroke (seperti kontraktur), untuk memperbaiki pernapasan, sirkulasi dari peredaran
darah serta dapat berperan maksimal dalam perawatan diri.
Menurut Amirudin, Anonim, & Saleh (2018) latihan ROM dapat dikombinasikan masase frirage
dan akupresur yaitu melakukan pijatan untuk merilekskan otot-otot yang tegang, memperlancar
peredaran darah dan melakukan penekanan pada titik tertentu sekitar ekstermitas untuk
mempercepat proses pemulihan bagian yang mengalami kelemahan (Anita Shinta Kusuma,
2020).
Latihan ROM unilateral maupun latihan ROM bilateral dapat meningkatkan kekuatan otot pasien
dengan hemiparese. Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi
yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke
(Cahyati et al., 2013). Lama pemberian latihan ROM berbeda-beda ada yang memberikan
dengan durasi 5 – 10 menit sebanyak dua studi, durasi 15 sampai 30 menit sebanyak empat studi
(Anggraini et al., 2021).
Latihan range of motion ini dapat memulihkan kemandirian atau mengurangi tingkat
ketergantungan pasien supaya pasien dapat hidup mandiri dan optimal seperti sebelum terserang
stroke. Latihan Range Of Motion (ROM) dapat menimbulkan rangsangan sehingga
meningkatkan aktivitas dari kimiawi neuromuskuler dan muskuler. Rangsangan melalui
neuromuskuler akan meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot ekstremitas terutama saraf
parasimpatis yang merangsang untuk produksi asetilcholin, sehingga mengakibatkan kontraksi.
Mekanisme melalui muskulus terutama otot polos ekstremitas akan meningkatkan metabolism
pada metakonderia untuk menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot ekstremitas sebagai
energi untuk kontraksi dan meningkatan tonus otot polos ekstremitas.
Pasien yang mengalami stroke dibutuhkan penanganan untuk mencegah cacat mental maupun
fisik. Pasien stroke yang diberikan intervensi selama 6 jam pertama, namaun jika waktu tersebut
tidak dilakukan dengan segera maka beresiko terjadi kecacatan dan kelemahan seperti
hemiparase. Rehabilitasi dini dapat segera dilakukan diatas tempat tidur setelah pasien tersebut
mengalami kondisi yang stabil dan membaik sehingga dapat memperbaiki fungsi saraf
merupakan tujuan perawatan yang suportif dini yaitu dengan terapi fisik.
3.2 Keunggulan
1. Latihan ROM adalah gerakan mudah, dapat dilakukan dimana saja, tidak membutuhkan
alat
2. Latihan ROM tidak memerlukan kemampuan khusus untuk menerapkannya dan dapat
dilakukan oleh semua pasien stroke yang mengalami kelemahan otot
3. Latihan ROM dapat dilakukan setiap hari dalam durasi tertentu
3.3 Kelemahan
1. Latihan ROM membuat pasien bosan karena gerakan yang dilakukan sama dan diulang-
ulang
2. Peningkatan kekuatan otot yang dirasakan pasien memerlukan waktu yang cukup lama
sehingga dapat menimbulkan rasa putus asa
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Latihan ROM yang dapat meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan
otot
2. Latihan ROM bilateral perlu dilakukan secara terprogram di setiap institusi pelayanan
keperawatan oleh perawat dengan bekerja sama dengan keluarga setelah terlebih dahulu
diajarkan tentang latihan ROM.
3. Kekuatan otot sebelum dan sesudah dilakukan tindakan mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dengan
4.2 Saran
1. Latihan ROM (Range Of Motion) pasif maupun aktif minimal 30 Hari 3 kali dalam
seminggu pagi dan sore di rumah secara mandiri guna untuk meningkatkan kekuatan
pada otot
2. Untuk lebih aktif melakukan aktivitas fisik agar tidak terjadi penurunan kekuatan otot,
keluarga selalu memotivasi pasien untuk terus melakukan ROM secara teratur dan
mandiri
3. Fasilitas pelayanan kesehatan agar menetapkan suatu prosedur operasional dalam
penanganan rehabilitasi pasien stroke iskemik rawat jalan maupun rawat inap
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, D., Nalaratih, A., Afifah, F., & Supriadi, D. (2021). Pengaruh Latihan Rom (Range Of Motion)
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke. Indogenius, 1(01), 1407–1413.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.856
Anggraini, V. D., Qasanah, S. N., Praditya, G., Widiastuti, A., Palupi, L. M., Otot, K., & Otot, K. (2021).
Efek Range of Motion Pada Pasien Stroke : Literature. Prosiding Seminar Informasi Kesehatan
Nasional (SIKesNas), 191–200. http://ojs.udb.ac.id/index.php/sikenas/article/view/1252/1087
Anggriani, A., Zulkarnain, Z., Sulaiman, S., & Gunawan, R. (2018). Pengaruh ROM Terhadap Kekuatan
Otot Ekstremitas Pada Pasien Stroke Non Hemoragic. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam
I/BB Medan, 3(2), 64. https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i2.46
Anita Shinta Kusuma, O. S. (2020). Penerapan Prosedur Latihan Range of Motion (Rom) Pasif Sedini
Mungkin Pada Pasien Stroke Non Hemoragik (Snh). Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(10), 1015–1021.
https://www.jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/view/1706/1614
Cahyati, Y., Nurachmah, E., & Hastono, S. P. (2013). Perbandingan Peningkatan Kekuatan Otot Pasien
Hemiparese Melalui Latihan ROM Unilateral dan Bilateral. Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(1),
40–46. https://doi.org/10.7454/jki.v16i1.18
Hutahaean, R. E., & Daniel Hasibuan, M. T. (2020). Pengaruh Range of Motion Terhadap Kekuatan Otot
Pada Pasien Stroke Iskemik Di Rumah Sakit Umum Hkbp Balige. Indonesian Trust Health Journal,
3(1), 278–282. https://doi.org/10.37104/ithj.v3i1.48
Masliah, Muftadi, & Rahayu, A. N. (2018). Pengaruh Range of Motion Terhadap Kekuatan Otot Pasien
Stroke. Malahayati Nursing Journal, 4, 10–27.
Nofitasari, I., & Arief Sulistyanto, B. (2021). Pengaruh Latihan Rom (Range Of Motion) Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke. Seminar Nasional Kesehatan, 1097–1102.
Purba, S. D., Sidiq, B., Purba, I. K., Hutapea, E., Silalahi, K. L., & Sucahyo, D. (2022). Efektivitas ROM
( Range off Motion ) terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di Rumah Sakit Royal Prima
Tahun 2021. JUMANTIK, 7(1). https://doi.org/10.30829/jumantik.v7i1.10952
Srinayanti, Y., Widianti, W., Andriani, D., & Firdaus, F. A. (2021). Range of Motion Exercise to Improve
Muscle Strength among Stroke Patients : A Literature Review. International Journal of Nursing and
Health Services (IJNHS), 3(2), 332–343.
Syahrim, W. E. P., Azhar, M. U., & Risnah. (2019). Efektifitas Latihan ROM Terhadap Peningkatan
Kekuatan Otot Pada pasien Stroke : Study Systematic Review. MPPKI (Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 186–191.
Widiharti, W., & Kamelia, K. (2021). Pengaruh Latihan Rom (Range Of Motion) Terhadap Kekuatan
Otot Pada Pasien Post Stroke. Indonesian Journal of Professional Nursing, 2(2), 109.
https://doi.org/10.30587/ijpn.v2i2.3337