Disusun Oleh:
Danis Imfroatul Kusnia P07220219084
Dewi Kusuma Wardani P07220219085
Echa Amalia P07220219086
Eka Putri Kumala Dewi P07220219087
Intan Putri Asih P07220219097
Muhammad Reza Anugrah P07220219104
Putri Anisa Dewi P07220219109
Radinka Audrey Putri P07220219111
Dosen :
Dr. H. Edi Sukamto S.KP.,M.Kep
I
II
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa mengenai
Konsep Teraupetik ini tepat pada waktunya.
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan, begitu juga
halnya dengan kami. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi penulisan maupun isi. Kamipun menerima
dengan lapang dada kritikan maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki diri.
Walaupun dengan demikian, kami berharap dengan disusunya makalah ini
dapat memberikan sedikit gambaran mengenai Konsep Teraupetik Terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Kelompok 3
II
III
III
IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI................................................................................................................................III
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
TELAAH MATERI........................................................................................................................3
A. Konsep Komunikasi Terapeutik................................................................................................3
B. Teknik Dalam Berkomunikasi Terapeutik................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................9
PEMBAHASAN
A.Harga Diri Rendah(HDR)..........................................................................................................9
B.ISOS..........................................................................................................................................13
C.GSP.Halusinasi.........................................................................................................................18
DRisiko Perilaku Kekerasan........................................................................................................23
E.PK.............................................................................................................................................29
F.DPD...........................................................................................................................................33
G.WAHAM..................................................................................................................................36
H. Resiko Bunuh Diri (RBD).......................................................................................................41
BAB IV........................................................................................................................................45
PENUTUP....................................................................................................................................45
Kesimpulan...................................................................................................................................45
Saran.............................................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................45
IV
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana konsep teraupetik yang terdiri dari :
1. HDR (harga diri rendah)
2. ISOS
3. GSP. Halusinasi
4. RPK
5. PK
6. DPD
7. WAHAM
8. RBD
2
BAB II
TELAAH MATERI
3
tujuan personal yang realistis
4
D. Teknik Dalam Berkomunikasi Terapeutik
5
17. Refleksi
6
4) Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi
penjelasan tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada
perawat.
5) Evaluasi dan validasi. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus
pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan
keluhan utama.
6) Menyepakati masalah. Teknik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.
3. Fase Kerja Tahap ini merupakan inti dari proses komunikasi terapeutik. Tahap
ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap ini
berkaitan pula dengan pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan. Tekhnik
berkomunikasi terapeutik yang sering digunakan perawat adalah mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif, refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan
menyimpulkan
4. Fase Terminasi Fase ini merupakan fase yang sulit karena hubungan saling
percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Terminasi dapat terjadi
pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang.
Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses keperawatan yang telah
dilalui dan pencapaian tujuan. Terminasi merupakan akhir dari pertemuan
perawat, yang dibagi dua yaitu:
a. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.
b. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu:
1) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan. Meminta klien
menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan setelah tindakan dilakukan
sangat berguna pada tahap terminasi.
2) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan klien
setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu.
3) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak
lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang baru dilakukan atau
yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Tindak lanjut terhadap klien
7
tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam
BAB III
PEMBAHASAN
8
Melatih klien melakukan kemampuan positif kedua yang dimiliki
Memasukkan kemampuan kedua dalam jadwal kegiatan
Harian
Sesi 3:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Melatih klien melakukan kemampuan positif ketiga yang dimiliki
Memasukkan kemampuan ketiga dalam jadwal kegiatan harian
Sesi 4:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
Melatih klien melakukan kemampuan positif keempat
Memasukkan kemampuan keempat dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
9
Fase kerja
“Bapak, apa saja kemampuan yang bapak miliki dan biasa bapak kerjakan
dirumah?”
“Bagus,lalu apalagi pak ? Saya buatkan
daftarnya ya pak. Bapak dari daftar
kegiatan ini,mana yang masih bisa bapat
dapat lakukan ? Bagaimana yang
pertama ? Apakah kegiatan yang
pertama masih bisa bapak lakukan?
Yang kedua dan ketiga juga?
Bagus......... (misalnya hanya ada tiga
kegiatan yang dapat dilakukan).”
“Sekarang coba bapak pilih kegiatan yang
masih bisa bapak lakukan di rumah sakit
ini? Wah,yang nomor satu ya pak ,bapak
akan melukis ? Mari nanti kita akan
melukis ya pak”.
“Sekarang kita akan mulai melukisnya ya
pak. Saya siapkan dulu kanvas,pallet dan
cat lukisnya ya pak, Baiklah kita mulai
ya pak. Bagus sekali lukisan bapak ini.”
Fase terminasi
10
Kontrak yang akan datang “Besok pagi kita
akan melatih bapak ya pak,besok saya
akan kesini lagi jam 09.00 wib. Besok
kami kesini untuk melatih bapa.”
SP 2 Klien : Melatih pasien melakukan
kegiatan lain sesuai dengan kemampuan
pasien.
Fase Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak, bagaimana perasaan
bapak pagi ini? Wah,bapak terlihat lebih
baik dari sebelumnya”.
Evaluasi Validasi
Fase Kerja
11
sebelumnya, tujuannya agar bapak
terbiasa dengan tongkat jalan ini setelah
itu baru kita bisa melatih bapak untuk
berjalan menggunakan ini.”
“Ya pak,gunakan tongkat bantu jalan
ini,kami akan membantu bapak untuk
melakukannya pak.”
“Iya pak bagus pak, sekarang tarur
penyangga tongkat bagian atasnya di
ketiak bapak, tangan bapak pegang
penopang besinya ya pak.iya bagus pak.
Bagus pak,sepertinya bapak sudah bisa
berdiri menggunakan tongkat bantu
jalan itu. Sekarang kita akan melatih
bapak untuk berjalan dengan tongkat
alat bantu jalan. Pegang yang kuat ya
pak penopangnya, bapak bisa latih
melangkah sedikit-demi sedikit dengan
kaki kiri. Iya bagus pak !. Nah,sekarang
tongkat sebelah kanan pak,melangkah
maju sedikit demi sedikit saja pak. Iya
pak bagus sekali”
Fase Terminasi
12
Kontrak yang akan datang
“Besok pagi kita akan melatih kemampuan
bapak yang lainnya ya pak,disini jam
09.00 wib”
“Latihan dapat dilanjutkan untuk
kemampuan lainnya sampai semua
kemampuan dilatih. Setiap kemampuan
yang dimiliki akan menambah harga diri
bapak. Permisi pak,selamat pagi.”
13
Membantu klien mengenal penyebab isos, keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dgn orla
Melatih klien cara berkenalan dengan 1-2 orang 2.
Sesi 2:
Mengevaluasi latihan di sesi 1
Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan 3-4 orang
sambil melakukan kegiatan).
Sesi 3:
Mengevaluasi latihan sesi 1 dan 2
Melatih klien berinteraksi secara bertahap (latihan berkenalan dengan 5-8 orang
sambil melakukan kegiatan dalam kelompok)
Sesi 4:
Mengevaluasi latihan sesi 1, 2, dan 3
Melatih klien berinteraksi dengan orang di luar lingkungan RS (misalnya belanja
di warung)
Stategi Komunikasi
14
Fase Kerja
(Jika pasien baru) "Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat
dengan ibu? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu? Apa yang membuat
ibu jarang bercakap-cakap dengannya?"
(Jika pasien sudah lama dirawat) "Apa yang ibu rasakan selama ibu dirawat
disini? O.. ibu merasa sendirian? Siapa saja yang ibu kenal di ruangan ini" "Apa
saja kegiatan yang biasa ibu lakukan dengan teman yang ibu kenal?"
"Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?"
"Menurut ibu apa keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah benar, ada
teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya ibu? Ya, apa lagi? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman
ya. Kalau begitu inginkah ya ibu? belajar bergaul dengan orang lain? Bagus.
Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain"
"Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S.
senang dipanggil S. Asal saya dari Flores, hobi memancing"
"Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini:
Nama Ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?"
"Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba berkenalan
dengan saya!"
"Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali"
"Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya."
Fase Terminasi
"Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?" "ibu tadi sudah
mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali"
15
"Selanjutnya ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Semau
praktekkan ke pasien lain. Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya."
"Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak ibu berkenalan
dengan teman saya, Suster Anggun. Bagaimana, ibu mau kan?"
"Baiklah, sampai jumpa."
Fase Orientasi
Fase Kerja
16
‘Baiklah Suter, karena ibu sudah selesai berkenalan, saya dan ibu akan kembali ke
ruangan ibu. Selamat pagi.”
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat Anggun untuk melakukan
terminasi dengan klien di tempat lain)
Fase Terminasi
Fase Orientasi
17
terminasi dengan S di tempat lain)
Fase Terminasi
C. GSP. Halusinasi
18
3. Halusinasi pengecapan: sering meludah, muntah, merasa seperti darah, urin
atau feses.
4. Halusinasi perabaan: menggaruk-garuk permukaan kulit, mengatakan ada
serangga dipermukaan kulit, merasa seperti disengat listrik.
Strategi pelaksanaan komunikasi klien halusinasi, yaitu:
Sesi 1 yakni, membantu klien mengenal halusinasinya, mengajarkan klien
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, membuat jadwal kegiatan harian.
Sesi 2 yakni, mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, mengajarkan klien cara
minum obat (prinsip 6 benar obat), menganjurkan klien latihan dan memasukkan
latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.
19
dan sesuatu yang selama ini bapak dengan dan lihat tetapi tidak tampak
wujudnya?”
Waktu: “Berapa lama kira-kira bisa ngobrol? Bapak maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa pak?”
Tempat: “Di mana kita duduk? Di teras? Di kursi panjang itu? Atau mau di
mana?”
Tahap Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar? Atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering bapak mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara tersebut?”
“Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara mencegah suara-suara itu agar tidak munul?”
“Pak ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“Pertama, dengan cara mengahardik suara tersebut?”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain?”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat secara teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya sepertinya ini: Saat suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar.. saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang samapi suara itu tidak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu,
bagus! Coba lagi! Ya, bagus pak sudah bisa.”
Terminasi
Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak dengan obrolan kita tadi? Bapak merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
20
Evaluasi Objektif
“Setelah kita mengobrol tadi, sekarang coba bapak simpulkan pembicaraan kita
tadi?”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara itu agar tidak muncul lagi?’
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silahkan bapak coba cara
tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?”
Kontrak Yang Akan Datang
Topik: “Pak, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
Waktu: “Kira-kira waktunya kapan? Bagimana kalau besok jam 09.30 WITA,
bisa?”
Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya, apa
masih di sini atau cari tempat yang nyaman? Sampai jumpa besok.
Wassalamu’alaikum.”
2. STRATEGI PELAKSANAAN
Pasien Keluarga
SP I P SP I K
1. Mendiskusikan jenis halusinasi 1. Identifikasi permasalahan yang
pasien. dialami keluarga saat merawat
2. Mendiskusikan isi halusinasi pasien halusinasi.
pasien. 2. Jelaskan hal terkait halusinasi
3. Mendiskusikan waktu halusinasi (definisi, sebab, simtomps dan
pasien. akibat yang ditimbulkan serta
jenis).
4. Mendiskusikan frekuensi
halusinasi pasien. 3. Jelaskan bagaimana merawat
pasien halusinasi.
5. Mendiskusikan respons pasien
terhadap halusinasi.
6. Melatih pasien mengotrol SP II K
halusinasi: menghardik halusinasi. Latih keluarga praktik merawat
21
7. Memotivasi pasien memasukkan pasien.
cara mengontrol dengan
menghardik pada jadwal harian.
SP III K
Latih secara langsung keluarga
SP II P mempraktikkan cara merawat pasien.
1. Mengevaluasi kemampuan pasien
dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik. SP IV K
2. Melatih pasien mengendalikan 1. Fasilitasi keluarga menyusun
halusinasi dengan cara bercakap- jadwal kegiatan di rumah untuk
cakap dengan orang lain. klien dan obat (discharge
planning).
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal 2. Jelaskan tindak lanjut setelah
kegiatan harian. pasien pulang.
SP III P
1. Mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol halusinasi yaitu
dengan cara menghardik dan
mengobrol.
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan memotivasi pasien
memasukkan jadwal harian.
SP IV P
1. Mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol halusinasi yaitu
dengan cara menghardik dan
mengobrol serta kegiatan teratur.
2. Memberikan penkes tentang
minum obat secara teratur.
3. Memotivasi pasien memasukkan
dalam jadwal harian.
22
Kekerasan.
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai diri atau orang lain baik secara fisik maupun psikologis.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan:
1. Muka merah dan tegang, pandangan tajam
2. Mengatupkan rahang dengan kuat
3. Mengepalkan tangan
4. Mondar-mandir
5. Bicara kasar
6. Suara tinggi
7. Mengancam secara verbal atau fisik
8. Melempar atau memukul benda atau orang lain
9. Merusak barang
10. Tidak mempunyai kemampuan mencegah atau mengontrol perilaku kekerasan
1. Sesi I:
g. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 dan 2 (teknik nafas dalam
dan pukul bantal)
2. Sesi II:
23
3. Sesi III:
STRATEGI PELAKSANAAN
Pasien Keluarga
SP I P SP I K
1. Jelaskan sebab terjadi PK. 4. Identifikasi permasalahan yang
2. Kenalkan simptom PK. dialami keluarga saat merawat.
3. Identifikasi jenis PK. 5. Jelaskan hal terkait PK (definisi,
sebab, simtomps dan akibat yang
4. Diskusikan akibat ketika PK. ditimbulkan).
5. Ajarkan cara mengontrol PK. 6. Jelaskan bagaimana merawat
6. Latih mengontrol PK cara fisik pasien PK.
pertama: tarik nafas dalam.
7. Susun jadwal harian. SP II K
Latih keluarga praktik merawat
SP II P pasien.
1. Evaluasi kemampuan pasien latih
cara fisik II (pukul bantal atau SP III K
kasur).
Latih secara langsung keluarga
2. Buat jadwal kegiatan harian. mempraktikkan cara merawat pasien.
SP III P SP IV K
1. Evaluasi kemampuan pasien. 1. Fasilitasi keluarga menyusun
2. Latih cara verbal. jadwal kegiatan di rumah untuk
klien dan obat (discharge
3. Tulis jadwal kegiatan harian.
planning).
24
SP IV P 2. Jelaskan tindak lanjut setelah
1. Evaluasi kemampuan pasien. pasien pulang.
2. Latih cara spiritual.
3. Buat jadwal kegiatan harian.
SP V P
1. Evaluasi kemampuan pasien.
2. Anjurkan pasien patuhi jadwal
minum obat.
3. Tulis pengobatan pada jadwal
pasien.
25
WITA sampai dengan pukul 13.00
WITA siang. Kalau boleh saya tahu
nama bapak siapa dan senang dipanggil
dengan apa?”
Evaluasi/validasi
“ Bagaimana perasaan bapak hari ini?
Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada
keluhan tidak/”
Kontrak
Topik: “apakah bapak tidak keberatan untuk
mengobrol dengan saya? Menurut bapak
sebaiknya kita ngobrol apa ya?
Bagaimana kalau kita ngobrol tentang
suara dan sesuatu yang selama ini bapak
dengan dan lihat tetapi tidak tampak
wujudnya?”
Waktu: “Berapa lama kira-kira bisa ngobrol?
Bapak maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa pak?”
Tempat: “Di mana kita duduk? Di teras? Di
kursi panjang itu? Atau mau di mana?”
Tahap Kerja
“Apakah bapak mendengar suara tanpa ada
wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah terus-menerus terdengar? Atau
hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering bapak mendengar suara
tersebut?”
“Berapa kali sehari bapak mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu
26
sendiri?”
“Apa yang bapak rasakan pada saat
mendengar suara tersebut?”
“Apa yang bapak lakukan saat mendengar
suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara tersebut
hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara
mencegah suara-suara itu agar tidak
munul?”
“Pak ada empat cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?”
“Pertama, dengan cara mengahardik suara
tersebut?”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain?”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal.”
“Keempat, minum obat secara teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu,
yaitu dengan menghardik.”
“Caranya sepertinya ini: Saat suara itu
muncul, langsung bapak bilang, pergi
saya tidak mau dengar.. saya tidak mau
dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang samapi suara itu tidak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan!
Nah begitu, bagus! Coba lagi! Ya, bagus
pak sudah bisa.”
Terminasi
Evaluasi Subjektif
27
“Bagaimana perasaan bapak dengan obrolan
kita tadi? Bapak merasa senang tidak
dengan latihan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Setelah kita mengobrol tadi, sekarang coba
bapak simpulkan pembicaraan kita
tadi?”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara
itu agar tidak muncul lagi?’
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul
lagi, silahkan bapak coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya?”
Kontrak Yang Akan Datang
Topik: “Pak, bagaimana kalau besok kita
ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan
suara-suara itu muncul?”
Waktu: “Kira-kira waktunya kapan?
Bagimana kalau besok jam 09.30 WITA,
bisa?”
Tempat: “Kira-kira tempat yang enak buat
kita ngobrol besok di mana ya, apa
masih di sini atau cari tempat yang
nyaman? Sampai jumpa besok.
Wassalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN
28
Pasien Keluarga
SP I P SP I K
8. Mendiskusikan jenis halusinasi 7. Identifikasi permasalahan yang
pasien. dialami keluarga saat merawat
9. Mendiskusikan isi halusinasi pasien halusinasi.
pasien. 8. Jelaskan hal terkait halusinasi
10. Mendiskusikan waktu (definisi, sebab, simtomps dan
halusinasi pasien. akibat yang ditimbulkan serta
jenis).
11. Mendiskusikan frekuensi
halusinasi pasien. 9. Jelaskan bagaimana merawat
pasien halusinasi.
12. Mendiskusikan respons pasien
terhadap halusinasi.
13. Melatih pasien mengotrol SP II K
halusinasi: menghardik halusinasi.
Latih keluarga praktik merawat
14. Memotivasi pasien pasien.
memasukkan cara mengontrol
dengan menghardik pada jadwal SP III K
harian.
Latih secara langsung keluarga
mempraktikkan cara merawat pasien.
SP II P
4. Mengevaluasi kemampuan pasien SP IV K
dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik. 3. Fasilitasi keluarga menyusun
jadwal kegiatan di rumah untuk
5. Melatih pasien mengendalikan klien dan obat (discharge
halusinasi dengan cara bercakap- planning).
cakap dengan orang lain.
4. Jelaskan tindak lanjut setelah
6. Menganjurkan pasien memasukkan pasien pulang.
dalam jadwal kegiatan harian.
SP III P
3. Mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol halusinasi yaitu dengan
cara menghardik dan mengobrol.
4. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan memotivasi pasien
memasukkan jadwal harian.
SP IV P
29
4. Mengevaluasi kemampuan pasien
mengontrol halusinasi yaitu dengan
cara menghardik dan mengobrol
serta kegiatan teratur.
5. Memberikan penkes tentang
minum obat secara teratur.
6. Memotivasi pasien memasukkan
dalam jadwal harian.
30
e. Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.
f. Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
g. Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran
Tujuan umum:
Klien dapat mengontrol perilakunya dapat mengungkapkan kemarahannya secara
asertif.
Tujuan khusus:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab dan tanda-tanda perilaku
kekerasan.
Klien dapat mengidentifikasi cara yang konstruktif dalan berespons
terhadap kemarahan.
Klien mampu mendemonstrasikan perilaku yang terkontrol.
SP 1 Pasien
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah , tanda
dan gejala yang dirasakan , perilaku kekerasan yang dilakukan , akibatnya serta
cara mengontrol secara fisik.
Orientasi
Perawat : selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Kristiani Tauho, bapak bisa
memanggil saya Erni. Saya sadalah mahasiswa praktik dirumah sakit ini, jadi jika
bapak memerlukan bantuan, saya siap membantu… nama bapak siapa, Senang
nya dipanggil apa?
31
Pasien : Pak Hadi
Perawat : Iya Pak Hadi, Bagaimana perasaan Bapak saat ini?
Pasien : (Diam)
Perawat : Baiklah sekarang kita akan akan berbincang-bincang tentang perasaan
marah Bapak. Berapa lama Bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit?
Pasien : Jangan lama-lama bosan saya disini.
Perawat : Baik Pak, Bapak ingin kita berbincang-bincang diamana? Bagaimana
kalau disini saja?
Pasien : Iya.
Kerja
32
Pasien : Kaca jendela rumah saya pecahkan semua.
Perawat : oh.. iya jadi Bapak memecahkan seluruh kaca jendela, apakah dengan
cara ini mereka akan lebih menghargai Bapak?
Pasien : Tidak, tapi rasanya puas.
Perawat : Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Bapak lakukan?
Pasien : Meraka ketakutan. Mereka pikir saya akan membunuh mereka semua.
Perawat : Betul, keluarga jadi takut kepada Bapak, kaca-kaca pecah, harus
mengeluarkan uang untuk membeli kaca baru lagi. Menurut Bapak adakah cara
lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan
denganbaik tanpa menimbulkan kerugian?
Pasien : Bagaimana?
Pearawat : Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Pak. Bagaimana kalau
kita belajar satu cara dulu?
Pasien : Iya.
Perawat : Begini Pak, kalu tanda-tanda tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar , lau keluarkan/tiup perlahan-
lahan melalui mulut seperti menegeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik napas
dari hidung, bagus.. tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5kali. Bagus
sekali, Bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana petasaannya?
Pasien : Agak lebih tenang.
Perawat : Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.
Terminasi
33
pecah.
Perawat : Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak
yang lalu, apa yang Bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan
lupa latihan napas dalamnya ya Pak? Sekarang kita buat jadwal latihannya ya Pak,
berapa kali sehari Bapak mau latihan napas dalam?
Pasien : 3 kali.
Perawat : Jam berapa saja Pak?
Paisen : Jam 12, jam 4 dan jam 8 malam.
Perawat : Baik Pak, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara
yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya Pak.
Selamat pagi.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
34
b. Kegiatan kurang .
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawatt
SP1 PASIEN
Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri dan melatih
pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
35
Orientasi
Kerja
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T
apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut
T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang
yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau,
apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut
T yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir
rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan
berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa
gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x
perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.
“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah
makan.”
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita
kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa
membersihkan pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang
36
perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk,
sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T
melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil
shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus
sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu
siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat
mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai
belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh
tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali
melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
Terminasi
1. Jenis-Jenis Waham
adapun jenis-jenis waham menurut Marasmis, stuart and sundeen dan Keliat
waham terbagi atas beberapa jenis, yaitu:
37
a. Waham agama : keyakinan klien terhjadap suatu agama secara berlebihan
diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran : klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki
kebesaran atau kekuatan khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
c. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan
atau mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah ridak ada di dunia atau
sudah meninggal, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
f. Waham bizar
1. Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di dalam
pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan
2. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
walaupun dia tidak menyatakan kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
2. Fase-Fase Waham
a. Lack of Selfesteen
- Tidak ada pengakuan lingkungan dan meningkatnya kesenjangan antara
kenyataan dan harapan. Ex : perceraian->berumah tangga tidak diterima oleh
lingkungannya.
b. Control Internal Eksternal
38
- Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Ex : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan
c. Environment support
- kerusakan control dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbohong. Ex : seseorang yang mengaku dirinya adalah guru tari
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan
ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan
untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi
digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima
didalam dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas, telah
dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi, waham kebesaran dan
superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia
yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka
yang terluka.
39
Komunikasi pada pasien waham
Fase 1 ORIENTASI
Perawat : “Assalamu’alaikum,”
Pasien : “Wa’alaikum Salam”.
Perawat : Perkenalkan nama saya’ani’, saya perawat yang dinas pagi ini di
ruang Melati, saya dinas dari pukul 07 – 14.00 nanti, saya yang
akan merawat abang hari ini, “Nama abang siapa”.
Pasien : Abang “W”.
Perawat : Senangnya di panggil apa?
Pasien : Terserah suster saja.
Perawat : Bisa kita berbincang – bincang tentang apa yang abang “W”
rasakan sekarang?
Pasien : Boleh, kenapa dengan saya, saya tidak sakit karena setiap malam
Malaikat selalu turun menjaga saya tidur, saya kan seorang Nabi
jadi kalian semua harus mengikuti perintah saya.
Perawatn : Berapa lama bang ‘W” mau kita berbincang – bincang,
bagaimana kalau 15 menit?
Pasien : Ya, tapi jangan lewat dari 15 menit.
Perawat : Dimana enaknya kita berbincang – bincang bang?
Pasien : Bagaimana kalau di taman tempat saya biasa duduk.
Fase 2 KERJA
Perawata : Saya mengerti bang “W” merasa bahwa bang “W” adalah Nabi
tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya
semua Nabi sudah tidak ada lagi.
40
Pasien : Siapa bilang”buktinya saya masih ada”.
Perawat : Bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang,
tampaknya bang “W” gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa
Pasien : yang bang “W” rasakan?
Saya sudah tidak tahan lagi hidup dirumah ini. Saya takut nanti
Perawat : mereka semua terlalu mengatur – atur saya.
O….Jadi bang “W” merasa takut nanti di atur – atur oleh orang
lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri, siapa
Pasien : menurut bang “W” yang sring mengatur – atur diri abang.
Perawat : Ibu, adik dan kakak saya, mereka lah yang sering mengatur saya.
Tadi ibu yang terlalu mengatur-aturnya bang, juga kakak dan
Pasien : adik abang yang lain.
Perawat : “Ya”.
Pasien : Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?
Saya ingin punya kegiatan di luar rumah, supaya saya bisa
Perawat : keluar, karena saya merasa bosan kalau di rumah terus.
O…Bagus abang sudah ounya rencana dan jadwal untuk diri
Pasien : sendiri.
Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut bang?
Perawat : Misalnya, setiap 3 hari sekali saya mau memancing dan
selebihnya saya juga ingin kerja Bantu cari nafkah keluarga.
Pasien : Wah…. bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada
kegiatan di luar rumah, karena bosan kalau di rumah terus, ya.
Ya, Suster.
Perawat : Fase 3 TERMINASi
Bagaimana perasaan bang “W” setelah berbincang – bincang
Pasien : dengan
saya.
Perawat : Saya merasa lebih tenang karena semua keinginan saya sudah
Pasien : saya bilang semuanya sama suster.
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan.
41
Perawat : Tentang keluarga saya yang terlalu mengatur – atur saya, dan
Pasien : masalah kegiatan saya di luar rumah.
Perawat : Bagus, bagaimana kalau jadwal ini abang coba lakukan, setujua
bang.
Pasien : Baiklah, saya akan tunggu suster, tapi apa yang mau suster
Perawat : bicarakan?
Kita bercakap – cakap tentang kemampuan yang pernah abang
miliki, mau dimana kita bercakap – cakap, bagaimana kalau
disini lagi.
Baiklah saya setuju.
Terima kasih ya bang.
Saya permisi…
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk menncederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri
disebabkan karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi
masalah.Beberapa alas an individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaaan terisolasi, dapat
terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan
yang berarti, perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupkan hukuman
pada diri sendiri, cara untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,)
Orientasi
1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi Pak , nama saya perawat cristia
42
apriliani, Bapak / Ibu boleh memanggil saya cristia (sambil mengulurkan tangan
untuk berjabat tangan) saya mahasiswa dari Stikes Banten , nama Bapak / Ibu
siapa, dan Bapak / Ibu ingin dipanggil dengan sebutan apa?
2. Evaluasi/validasi : Bagaimana perasaan Bapak / Ibu pagi ini?
3. Kontrak :
Topik : “ Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang kondisi
bapak/ibu selama prawatan disini
Waktu : “Mau berapa lama kita bercakap-cakap saat ini? Bagaimana bila 15
menit?”
Tempat : “Bapak / Ibu mau dimana kita bercakap – cakap? Bagaimana bila
diruang tamu?”
Tujuan Interaksi : “Bapak/Ibu tujuan kita berbincang-bincang agar saling
mengenal”
Kerja
(langkah-langkah tindakan keperawatan)
1. Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah peristiwa ini terjadi ?
2. Apakah dengan adanya masalah ini, Bapak/Ibu merasa paling menderita
didunia ini ?
3. Apakah Bapak/Ibu merasa kehilangan percaya diri ?
4. Apa yang menyebabkan Bapak/Ibu memiliki perasaan ingin mengakhiri
kehidupan Bapak/Ibu?
5. Saya akan membantu bapak/ibu agar keinginan untuk bunuh diri hilang?
6. Apa yang Bapak/Ibu lakukan jika keinginan bunuh diri tersebut muncul?
7. Apakah Bapak/Ibu merasa sulit untuk berkonsentrasi ? Apakah Bapak/Ibu
berniat untuk mencederai diri ?, saya akan memeriksa seluruh isi kamar
Bapak/Ibu yah, untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan diri Bapak/Ibu.
8. Cara mencegah keinginan bunuh diri
a. Tidak boleh sendirian didalam kamar atau ruangan.
b. Segera meminta bantuan kepada perawat diruangan apabila keinginan
untuk bunuh diri muncul.
43
c. Cara lain yang bisa digunakan adalah mengalihkan perhatian atau pikiran
bapak dengan cara mencari teman untuk diajak bercakap-cakap.
d. Tarik napas dalam
Terminasi
1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
Evaluasi klien (Subjektif) :
“bagiamana Bapak/Ibu setelah kenal dengan saya ? “
2. Rencana tindak lanjut (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan ) :
“baik Bapak/Ibu, tadi kita sudah berdiskusi tentang cara mengendalikan perasaan
ingin bunuh diri. Tugas untuk Bapak/Ibu yaitu berlatih cara mengendalikan
perasaan bunuh diri, nanti pada pertemuan selanjutnya saya akan melihat jadwal
kegiatan latihan Bapak/Ibu ya ?, mari kita masukan ke dalam jadwal kegiatan
hariannya ya Bapak/Ibu”.
44
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, kami sebagai penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggung
jawabkan nantinya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Komunikasi Terapeutik. Dapat diakses
di
http://syakira-blog.blogspot.com/2013/01/unsur-dan-prinsip-komunikasi-
terapeutik.html di buka pada tanggal 08 Desember 2013.
Dalami,Ermawati. Buku Saku Komunikasi
Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
dhanwaode.wordpress.com/2013/10/09/
komunikasi-dalam-proses-pembangunan-
dalam-proses-keperawatan/
http://riff46.wordpress.com/2011/05/21/integrasi-konsep-komunikasi-dan-etika
dalam-pemberian-obat/
http://www.scribd.com/doc/94295114/
Makalah-Komunikasi-Dalam-Keperawatan
http://www.scribd.com/doc/138339534/Makalah-waham
MATERI RBD Bisa di akses disini
xdocs.tips/doc/laporan-pendahuluan-resiko-bunuh-diri-zo25ry47ppom
Damayanti. (2008). Komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan. Bandung:
Refika Aditama.diakses pada tanggal 20 oktobet 2021 pukul 15:00 wita
https://www.academia.edu/10118139/Komunikasi_terapeutik diakses pada
tanggal 20 oktober 2021 pukul 16:00 wita
47