Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

RINDU ARISYA

NIM 2114201116

DOSEN PEMBIMBING :

FAJRI HANIF,S.Pd, M.Kom

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

2022/2023 
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN”

Makalah ini penulis buat sebagai tugas dari mata kuliah Sistem informasi, penulis
tidak lupanya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini: 

1. Orang tua yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk menggapai
impian dan cita-cita.
2. Dosen dan mata kuliah SISTEM INFORMASI yang telah memberikan arahan
untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman tersayang yang telah membantu pembuatan makalah ini.
 

Penulis menerima kritik dan saran dalam penyempurnaan makalah ini, dan
penulis juga minta maaf jika terdapat kekeliruan dalam penyusunan makalah ini.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

Bangkinang , 5 Januari 2023

Penulis

 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 4

BAB I PENDAHULUAN 4

A. LATAR BELAKANG 5

BAB II PEMBAHASAN 4

1.1 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan 5

1.2 Sistem Informasi Manajemen Kperawatan 5

1.3 Program-Program Dalam SIM Keperawatan 5

1.4 Hal-Hal Yang Disiapkan Dalam SIM Keperawatan 5

1.5 Kecendrungan dan Isu SIM Keperawatan 5

1.6 Keuntungan dan Kerugian SIM Keperawatan 5

BAB III PENUTUP 4

2.1 Kesimpulan 5

2.2 Saran 5

DAFTAR PUSTAKA 4
 

BAB I

PENDAHULUAN

 A.  Latar Belakang 

Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan


meningkatnya strata pendidikan keperawatan di Indonesia, disamping akses
informasi yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa efek pada
kemajuan yang cukup berarti di keperawatan (Jasun, 2006). Tenaga perawat
sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu melaksanakan askep sesuai standar, yaitu dari mulai
pengkajian sampai dengan evaluasi. 

Teknologi informasi adalah teknologi yang membantu kita dalam memproses


data untuk mendapatkan informasi. Teknologi informasi ini pada awalnya
diperuntukan bagi tujuan dan departemen tertentu. Namun, dengan semakin
berkembangnya teknologi informasi, saat ini penggunaannya sudah menjadi hal
yang umum di perusahaan swasta dibidang perdagangan maupun jasa, seperti
halnya pelayanan jasa kesehatan. Perkembangan teknologi ini sangatlah
luas dan menjangkau berbagai bidang. Tapi pada akhirnya, semua itu tetap
mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kecepatan, akurasi,
dan kemudahan.

Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka
perlu dibuat suatu mekanisme pendokumentasian yang mudah dan cepat
berkaitan dengan dokumentasi proses keperawatan. 
 

 
BAB II

PEMBAHASAN

 PENDOKUMENTASIAN DALAM KEPERAWATAN

1.1     Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Pendokumentasian Keperawatan  merupakan hal penting yang dapat menunjang


pelaksanaan mutu asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990).  Selain itu
dokumentasi keperawatan merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah
dilakukan oleh seorang perawat kepada pasiennya. Dengan adanya
pendokumentasian yang benar maka bukti secara profesional dan legal dapat
dipertanggung jawabkan.

Pendokumentasian pada pemberian asuhan keperawatan dapat dilakukan


secara manual atau berbasis komputer. Menurut Holmas (2003) terdapat
beberapa keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer yaitu:

1. Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan
cepat diketahui

2. Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan


waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan

3.  Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik


tentang semua pasien dan suatu lokasi  (Ratna Sitorus, 2006)

1.2       Sistem Informasi Manajemen Keperawatan


Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi
dan ilmu keperawatan yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses
pengambilan informasi dan pengetahuan yang digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan (Gravea & Cococran,1989 dikutip oleh
Hariyati, RT.,  1999)

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995 dikutip oleh  Hariyati, RT., 
1999) system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk
memperoleh dan menggunakan data, informasi dan pengetahuan  tentang 
standar dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan,
mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan
kualitas, efektifitas dan efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan
pasien untuk memilih asuhan kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu
sistem informasi pada suatu organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen
yang ada sehingga dapat dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang
berguna, akurat, terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

Selanjutnya pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem


Informasi Manajemen Keperawatan, dimana fasilitas yang dibuat menjadi lebih
lengkap, bahkan menurut Jasun (2006) Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan merupakan “papper less” untuk seluruh dokumen keperawatan

1.3.     Program-Program Yang Dirancang Dalam SIM Keperawatan

Menurut Jasun (2006) beberapa program yang dirancang dalam SIM


Keperawatan antara lain :

a.      Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan menggunakan standar Internasional dengan


mengacu pada Diagnosa Keperawatan yang dikeluarkan oleh North American
Nursing Diagnosis Association, standar outcome keperawatan mengacu pada
Nursing Outcome Clasification dan standar intervensi keperawatan mengacu
pada Nursing Intervention Clasification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa
Outcomes Project. Standar Asuhan Keperawatn ini juga telah dilengkapi dengan
standar pengkajian perawatan dengan mengacu pada 13 Divisi Diagnosa
Keperawatan yang disusun oleh Doenges dan Moorhouse dan standar evaluasi
keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada dalam Nursing Outcome
Clasification (NOC) dengan model skoring.

b. Standart Operating Procedure (SOP)

Standart Operating Procedure (SOP) adalah uraian standar tindakan perawatan


yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan. SOP merupakan aktifitas
detail dari NIC.

c.       Discharge Planning

Discharge Planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat perawatan


setelah pasien dirawat darii rumah sakit. Dalam sistem, discharge
planning sudah tersedia uraian dimaksud, perawat tinggal print out yang
selanjutnya hasil print out tersebut dibawakan pasien pulang.

d.      Jadwal dinas perawat

Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer, sehingga
penanggung jawab ruang tinggal melakukan print.

e.       Penghitungan angka kredit perawat.

Masalah yang banyak dikeluhkan oleh perawat adalah pembuatan angka kredit,
dikarenakan persepsi yang berbeda antara Urusan Kepegawaian dengan tenaga
perawat. Disamping itu, kesempatan perawat untuk menghitung angka kredit
sangat sedikit. Sehingga penghitungan angka kredit banyak yang tertunda dan
tidak valid. Sistem yang dibuat dalam SIM Keperawatan, angka kredit merupakan
rekapan dari aktifitas perawat sehari-hari, yang secara otomatis akan dapat
diakses harian, mingguan atau bulanan.

f. Daftar diagnosa keperawatan terbanyak.


Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasar input perawat
sehari-hari. Penghitungan diagnosa keperawatan bermanfaat untuk pembuatan
standar asuhan keperawatan.

g.     Daftar NIC terbanyak

Adalah rekap tindakan keperawatan terbanyak berdasarkan pada masing-masing


diagnosa keperawatan yang ada.

h.      Laporan Implementasi

Laporan implementasi adalah rekap tindakan-tindakan perawatan pada satu


periode, yang dapat difilter berdasar ruang, pelaksana dan pasien. Laporan ini
dapat menjadi alat monitoring yang efektif tentang kebutuhan pembelajaran bagi
perawat. Laporan implementasi juga dapat dijadikan alat bantu operan shift.

i.      Laporan statistik

Laporan statistik yang di munculkan dalam sistem informasi manajaman


keperawatan adalah laporan berupa BOR, LOS, TOI dan BTO di ruang tersebut.

j.        Resume Perawatan

Dalam masa akhir perawatan pasien rawat inap, resume keperawatan harus
dicantumkan dalam rekam medik. Resume perawatan bermanfaat untuk melihat
secara global pengelolaan pasien saat dirawat sebelumnya, jika pasien pernah
dirawat di rumah sakit. Dalam sistem, resume perawatan dicetak saat pasien
akan keluar dari perawatan. Komputer telah merekam data-data yang dibutuhkan
untuk pembuatan resume perawatan.

k.        Daftar SAK 

Standar Asuhan Keperawatan yang ideal adalah berdasarkan evidance based


nursing, yang merupakan hasil penelitian dari penerapan standar asuhan
keperawatan yang ada. Namun karena dokumen yang tidak lengkap, SAK
banyak diadopsi hanya dari literatur yang tersedia. Dalam sistem informasi
manajemen keperawatan, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah
dibuat.
l.      Presentasi Kasus On Line

Sistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data pasien dapat diakses dalam
ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang rawat dapat
dilakukan on line ketika pasien masih di rawat

m.        Mengetahui Jasa Perawat

Dengan system integrasi dengan SIM RS, memugkinkan perawat mengetahui


jasa tindakan yang dilakukannya.

n.    Monitoring Tindakan Perawat & Monitoring Aktifitas


Perawat Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing
perawat telah melakukan aktifitas keperawatan apa

o.      Laporan Shift

Laporan shift merupakan rekapan dari aktifitas yang telah dilakukan dan yang
akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan pada
masing-masing pasien.

p.      Monitoring Pasien oleh PN atau Kepala Ruang saat sedang Rapat

Monitoring pasien oleh PN atau Kepala Ruang dapat dilakukan ketika PN atau
Kepala Ruang sedang rapat di ruang converence. Akan diketahui apakah
seorang pasien telah dilakukan pegkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi
dan evaluasi atau belum

1.4.      Hal Hal Yang Disiapkan Dalam Penerapan SIM Keperawatan

Menurut Jasun (2006) hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penerapan SIM
Keperawatan ialah :

a.      Hard Ware
1. Perangkat keras berupa PC / CPU pada masing-masing ruang implementasi,
yang terhubung dengan jaringan.

2. Printer digunakan untuk mencetak dokumen yang telah dibuat..

3. Note Book atau Laptop digunakan untuk memasukan data-data saat


penglkajian di samping pasien. Dengan menggunakan Note Book diharapkan
pengkajian menjadi valid.

4. WiFi adalah perangkat keras untuk menghubungkan Note Book dengan


jaringan, sehingga tidak mengunakan kabe, tapi dengan wireless.

b.      Soft Ware

      Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perawat.

c.       Brain Ware

Pembentukan Mind Set bukan sesuatu yang mudah bagi perawat. Istilah gagap
teknologi, tidak percaya diri dengan membawa Note Book ke hadapan pasien,
merasa repot dan lain-lain akan menjadi faktor penentu yang cukup signifikan
bagi keberhasilan penerapan SIM Keperawatan.

d.      Skill

Ketrampilan perawat juga merupakan factor penting yang tidak bisa diabaikan,
mengingat standar yang dipakai adalah standar internasional. Bahasa label
dalam NIC adalah sesuatu yang baru, belum popular disamping membutuhkan
pemahaman yang cukup mendalam.

Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan dengan


berbasis komputer, walaupun perawat umumnya masih menggunakan
pendokumentasian tertulis. Padahal pendokumentasian tertulis ini sering
membebani perawat karena perawat harus menuliskan dokumentasi pada form
yang telah tersedia dan membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya.
Permasalahan  lain yang sering muncul adalah biaya pencetakan form mahal
sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia. Pendokumentasian
secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering hilang.
Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat
penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan.

Oleh karena itu pendokumentasian keperawatan yang menggunakan Sistem


Informasi Manajemen Keperawatan perlu diterapkan, dimana fasilitas yang
dibuat menjadi lebih lengkap, karena memuat berbagai aspek pendokumentasian
yaitu standart operating procedure (SOP), discharge planning, jadwal dinas
perawat, penghitungan angka kredit perawat, daftar diagnosa keperawatan
terbanyak, daftar NIC terbanyak, laporan implementasi, laporan statistik, resume
perawatan, daftar SAK, presentasi kasus on line, mengetahui jasa perawat,
monitoring tindakan perawat & monitoring aktifitas perawat laporan shift dan
monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat

Namun dalam penerapan sistem pendokumentasian manajemen keperawatan ini


perlu mempertimbangkan kendala yang ada. Menurut Jasun (2006) kendala
yang dapat muncul antara lain :      Pengadaan hardware membutuhkan dana
yang cukup banyak. Dengan seperangkat hardware untuk satu ruang (PC,
Notebook, WiFi, Printerdan PDA) minimal membutuhkan dana sebesar Rp.
21.000.000,- Maka solusi yang dapat diambil adalah dengan pengadaan secara
bertahap. Kemudian masalah system baru dimana softare yang dibuat relative
baru dan sangat teoritis. Dengan demikian membutuhkan sosialisasi yang terus
menerus dan komunikasi yang berkesinambungan. Disamping itu, dorongan
secara psikologis juga diperlukan, agar perawat percaya diri menggunakan
notebook di hadapan pasien.

   Dengan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan penerapan SIM


Keperawatan, maka “Komunitas Perawatan” menjadi kelompok yang sangat
berperan, yang merupakan motor penggerak profesi keperawatan di rumah sakit.

1.5.  Kecenderungan dan Isu dalam Bidang SIM Keperawatan di


Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) adalah rangkaian kegiatan atau komponen


pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data
kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan
keputusan yang akurat, cepat dan bermutu (Hafizurachman, 2000). Sistem
informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam
organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses,
prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier
dan rekanan (Eko, 2001).

Kelompok ad hoc the Nursing Information systems National Study  Group (1982)
di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : “ Suatu sistem
komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi pelayanan
keperawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan penelitian
keperawatan”. Sistem Informasi Keperawatan merupakan sistem yang
menggunakan komputer untuk memproses data keperawatan menjadi satu
bentuk informasi yang mampu menunjang aktivitas/fungsi perawat.

            Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak


keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan produktivitas. Beberapa keuntungan
menggunakan sistem informasi manajemen keperawatan adalah  meningkatkan
kualitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan, meningkatkan produktifitas
kerja, memudahkan komunikasi antara tim kesehatan, memudahkan dalam
mengakses informasi, meningkatkan kepuasan kerja perawat, perawat memiliki
waktu lebih banyak untuk melayani pasien, menurunkan Hospital
Cost, menurunkan Lost of data and
information, mencegah Redundancy (Kerangkapan Informasi).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung


pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan /Decision support
system dan Executive information system (Eko, 2001). Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur, BOR pasien, angka
nosokomial, penghitungan budget keperawatan . Data yang akurat pada
keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain.
Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam
pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dan riset kesehatan pada
umumnya.

Trend/Kecenderungan yang sedang berkembang tentang SIM keperawatan di


Indonesia adalah :
1. Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut
adanya suatu sistem teknologi informasi yang mampu
mengatasinya. Tuntutan adanya dokumentasi keperawatan yang
lengkap dengan hanya menggunakan cara manual tulisan tangan
selama ini hanya menambah beban kerja perawat dan semakin
mengurangi jumlah waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat
apabila SIM keperawatan bisa diaplikaskan.
2. Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan
canggih dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika,
sehingga perawat di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan
dan berkualitas tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti
oleh perawat di Indonesia.
3. Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi
manajemen keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada
pasien di rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif
dan efisien.
4. Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif
dan efisien dengan menggunakan SIM.
5. Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien-
perawat lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih
cepat tercapai
6. Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan
kesetaraan antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.
7. Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin
baik.
8. Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas
pelayanan rumah sakit
9. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK-UI) mulai
tahun 2001 telah mengembangkan suatu sistem asuhan
keperawatan yang berbasis dengan komputer. Sampai saat ini
sistem ini baru digunakan untuk proses akademik pembelajaran
komputer keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan masih dalam tahap awal dan masih
memerlukan penyempurnaan (Haryati, 2001). Diharapkan sistem
informasi asuhan keperawatan FIK-UI di masa datang dapat
mempercepat perkembangan sistem informasi yang dapat
diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan keperawatan yang
lain.

Sedangkan isu tentang SIM keperawatan di Indonesia sampai saat ini adalah :

1. Perawat di Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki


program SIM keperawatan
2. Belum dilaksanakannya SIM keperawatan di Indoneisa berdampak
terhadap semakin tingginya  beban kerja perawat. Sehingga perawat
berharap pihak manajemen RS  segera mengaplikasikan program
SIM keperawatan.
3. Beberapa rumah sakit di Indonesia, sampai saat ini yang
berkembang adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru
berupa billing system.
4. Rumah Sakit di Indonesia 99% masih melaksanakan
pendokumentasian keperawatan secara manual .
5. Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan
baru beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun
masih terbatas, seperti Rumah Sakit Fatmawati Jakarta dan rumah
sakit Charitas Palembang. Di RS Fatmawati Jakarta, sejak tahun
2002 mulai mengembangkan sistem pendokumentasian
keperawatan berupa SIM keperawatan. Sistem pendokumentasian
keperawatan yang terkomputerisasi sudah mulai diimplementasikan
sejak tahun 2004. Sistem Informasi Manajemen keperawatan ini
baru sebatas menentukan rencana keperawatan. Di RS Charitas
Palembang, sistem dokumentasi keperawatan terkomputerisasi
mulai dikembangkan sejak tahun 2002. Di RSUD Banyumas sistem
pendokumentasian ini baru menerapkan dengan sistem NIC-NOC.
Di  RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan Clinical
pathway.
6. Pihak manajemen rumah sakit masih memandang  SIM keperawatan
belum menjadi suatu prioritas utama untuk diaplikasikan karena
salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup
besar, masih belum memilki pemahaman yang baik tentang dampak
apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan
keperawatan dan rumah sakit secara  umum, adanya pemikiran
bahwa pekerjaan perawat tidak memerlukan bantuan teknologi/alat
yang canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang
kemampuan SDM keperawatan dalam pemanfaatan tekonolgi ini.
7. Masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi
manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi
ini karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.
8. Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.Faktor-
Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan SIM
Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya,


namun pelaksanan SIM di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Ada
beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan SIM keperawatan di Indonesia
yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan (yang dikelola oleh profesi
keperawatan) yang menawarkan produk SIM keperawatan yang siap pakai untuk
diterapkan di rumah sakit. Sekalipun memiliki harga yang cukup tinggi tetapi
keberadaan perusahaan ini dapat mendukung pelaksanaan SIM keperawatan di
beberapa rumah sakit yang memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut.

Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM keperawatan juga


memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang tepat. Selain itu faktor
pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur tentang
keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-undang
ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki pusat
pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat
menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin
dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu
saja yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat,
pasien sendiri.

1.6.  Keuntungan dan Kerugian SIM Keperawatan

a. Keuntugan SIK:
1.   Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan lebih efisien, dan
produktifitas.
2. Dengan sistem dokumentasi  yang berbasis komputer pengumpulan data dapat
dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
3.  Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber
dari penelitian
4.  Dapat melihat kelanjutan dari  edukasi ke pasien
5.  Melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan biaya dari
pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). 
6. Dokumentasi keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman
7.  Akses untuk mendapat data yang telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih
cepat dibandingkan bila harus mencari lembaran kertas yang bertumpuk di ruang
penyimpanan
8.  Menurut Herring dan Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa
institusi kesehatan yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam
tugasnya dapat menghemat sekitar 20-30 menit waktu  yang dipakai untuk
dokmuntasi keperawatan dan meningkat keakuratan dalam dokumentasi
keperawatan
9.  Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya
mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing
Interventions Classification, 2000).
10.   Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan  di
keperawatan/Decision Support System dan Executive Information System.(Eko,I.
2001)
11.  Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang
berbasis komputer dapat digunakan  dalam menghitung pemakaian tempat
tidur /BOR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan
sebagainya. Dengan adanya data yang akurat pada keperawatan maka data ini
juga dapat digunakan untuk informasi bagi tim kesehatan yang lain. Sistem
Informasi asuhan keperawatan juga dapat menjadi sumber dalam pelaksanaan
riset keperawatan secara khususnya dan riset kesehatan pada umumnya.      
(Udin,and Martin, 1997)
12. Menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang yang kecil.

b. Kerugian SIK:
1. Sistem informasi manajemen keperawatan  sampai saat ini juga masih sangat
minim di rumah sakit Indonesia.
2. Komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan dalam
keperawatan masih banyak kelemahannya.
3. Kekahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk. Pada kondisi tersebut
hilangnya data telah diantisipasi sebagai  perlindungan hukum atas dokumen
perusahaan yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997. Undang-undang ini
mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran
keras, namun sesuai perkembangan tehnologi,  lembaran yang sangat penting
dapat dialihkan dalam   Compact Disk Read Only Memory (CD ROM). CD ROM
dapat dibuat kopinya dan disimpan di lain tempat yang aman . Pengalihan ke CD
ROM ini bertujuan untuk menghindari hilangnya dokumen karena peristiwa tidak
terduga seperti pencurian komputer, dan kebakaran.
4.  Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis komputer
ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini
karena pihak manajemen harus  memperhatikan beberapa aspek yaitu struktur
organisasi keperawatan di Indonesia, kemampuan sumber daya keperawatan,
sumber dana, proses dan prosedur informasi serta penggunaan dan
pemanfaatan bagi perawat dan tim kesehatan lain.

c. Kelebihan Dokumentasi Tertulis:


1.   Dokumentasi tertulis sampai saat ini juga masih banyak di rumah sakit
Indonesia.
2. Tidak kahawatiran hilangnya data dalam satu hard-disk, karena ada dalam
dokumen
3.  Karena dokumentasi tertulis ini berlaku di RS Indonesia,  memutuskan untuk
menerapkan sistem dokumentasi tertulis ke dalam sistem praktek keperawatan di
Indonesia sangat mudah.

d. Kekurangan Dokumentasi Tertulis:


1.  Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu
sering hilang.
2. Pendokumentasian yang  berupa lembaran-lembaran kertas maka dokumentasi
asuhan keperawatan sering terselip.
3.  Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat
penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan.
4.   Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan akan merugikan
perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika terjadi suatu gugatan
hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan rentan
terhadap gugatan hukum.

 
 

BAB III

PENUTUP

2.1 .      Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa terhadap perkembangan Sistem Informasi Manajemen


keperawatan di Indonesia, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:

1. Perkembangan SIM keperawatan di Indonesia masih sangat minim dan


tampaknya belum menjadi suatu kebutuhan dan prioritas utama bagi
pihak manajemen rumah sakit.
2. Beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SIM keperawatan di
Indonesia adalah pengambil kebijakan bukan dari profesi keperawatan,
SDM keperawatan yang belum siap dengan sistem komputerisasi,
Sedangkan faktor pendukungnya adalah adanya kemudahan dalam
mengakses informasi tentang SIM keperawatan.
3. Pendokumentasian Keperawatan  merupakan hal penting yang dapat
menunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan.
4. Sistem informasi manajemen berbasis komputer bermanfaat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan, dan dapat menjadi pendukung
pedoman bagi pengambil kebijakan/pengambil keputusan  di
keperawatan
5. Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang penting dari
dokumentasi  klinis. Dokumentasi keperawatan tidak hanya sebagai
sarana komunikasi namun juga berkaitan dengan aspek legal dan
jaminan dalam pemberian kualitas pelayanan. Dengan
pendokumentasian yang baik pengembangan riset keperawatan juga
akan optimal.

Pendokumentasian keperawatan dengan menggunakan komputer


diharapkan akan membantu meningkatkan dokumentasi keperawatan
yang berkualitas. Namun sebelum suatu instansi rumah sakit menggunakan
pendokumentasian keperawatan yang terkomputerisasi ini ada beberapa hal
yang perlu dipersiapkan, tidak hanya berkaitan dengan penyediaan hardware
dan software computer itu sendiri, tetapi yang lebih dipentingkan adalah
kemampuan perawat dalam menggunakan teknologi informasi ini.

2.2 .      Saran

Bagaimana SIM keperawatan di Indonesia ? Sampai saat ini implementasi sistem


informasi manajemen baik di rumah sakit maupun di masyarakat masih sangat
minim, bahkan masih banyak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi
manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut.  Namun seiring
dengan perkembangan pengetahuan dan ilmu pengetahuan maka beberapa
rumah sakit di Jakarta dan kota lain sudah menerapkan system informasi
keperawatan yang berbasis komputer.
Fakultas ilmu keperawatan telah mempunyai soft-ware system informasi
asuhan keperawatan dan system informasi dalam manajemen untuk manajer
perawat. Media ini sangat berguna dalam menyokong proses pembelajaran 
yang menyiapkan peserta didik dalam menyongsong era globalisasi. Dengan
mengikuti pembelajaran  tersebut peserta didik  diharapkan mampu bersaing ,
namun tentunya tak cukup hanya dalam proses proses pembelajaran di kuliah.
Peserta didik harus terus  belajar agar dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
tehnogi keperawatan. Bagaimana dengan anda, siapkah anda memasuki  era
tehnologi dan era globalisasi?
Profesi keperawatan perlu mengembangkan system pendokumentasian
keperawatan dengan menggunakan system informasi manajemen.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito.  (1985).  Nursing diagnosis application to clinical practice.


J.B.Lippincott Co.,. Philadephia .

Hariyati, S. T. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat


dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokmentasi keperawatan di 
RS.Bhakti Yudha, Tidak dipublikasikan

Jasun, (2006),  Aplikasi Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Nanda NOC


dan NIC Dalam Sistem Informasi Manajemen Keperawatan Di Banyumas

Carpenito.  1985.  Nursing diagnosis application to clinical practice. J.B.


        Lippincott Co.,. Philadephia .

Departemen Kesehatan. 2001. Kebijakan dan strategi Pengembangan Sistem


Informasi  Kesehatan Nasional.  Depkes. RI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai