FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TP. 2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami
bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen fajri M hanif S,Pd, M,
Kom pada mata kuliah sistem informasi keperawatan. Selain itu penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karnanya kami dengan lapang dada menerima segala kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
2
Bangkinang Kota, 29 november 2023
DAFTAR ISI
a. Kesimpulan ............................................................................................ 11
b. Saran ...................................................................................................... 11
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
informasi dan komunikasi bagi penyedia layanan kesehatan maupun
organisasi kesehatan, efektifitasnya justru mulai dipertanyakan. Data dan
informasi kesehatan tersebar membentuk pulau- pulau informasi yang
saling tertutup di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan dan organisasi
kesehatan. Pertukaran dan komunikasi data lintas organisasi terbentur
kendala standarisasi dan interoperabilitas system.
1.3 Tujuan
1 Apa pengertian dari sistem informasi keperawatan?
2 Apa manfaat dari sistem informasi keperawatan?
3 Bagaimana hambatan atau kendala pada pelaksanaan sistem
informasi keperawatan?
BAB II
PEMBAHASAN
5
dapat diartikan sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang
yang merupakan hasil dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Tingkat kepuasan
kerja dapat terukur berdasarkan beberapa indikator yaitu dari pekerjaan itu
sendiri, penghasilan, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja atau
atasan (Robbins S.P, 2007). Robbins (1996) menyatakan tentang kepuasan
kerja sebagai sikap yang umum dari seseorangpada suatu pekerjaan yang
dilakukan. Robbins (1996) juga mengatakan yang perlu diingat bahwa suatu
pekerjaan itu lebih dari sekedar menghadapi kertas, menunggu pelanggan,
namun termasuk didalamnya bagaimana berhubungan dengan rekan kerja,
atasan, mengikuti aturan dan2 kebijakan organisasi, menaati standar kinerja,
dan tinggal didalam kondisi kerja yang sering kali tidak ideal (Nursalam, 2015).
6
3. Pantauan Pasien: SIK dapat digunakan untuk memantau kondisi pasien
secara real-time, membantu perawat dalam mengidentifikasi perubahan
kondisi pasien dan merespons dengan cepat.
4. Manajemen Obat: SIK dapat memfasilitasi manajemen obat, termasuk
resep, dosis, dan interaksi obat untuk meningkatkan keselamatan pasien.
5. Pengelolaan Data Klinis: SIK membantu mengelola data klinis, seperti
hasil tes laboratorium, hasil radiologi, dan catatan lainnya, untuk memudahkan
pengambilan keputusan oleh profesional kesehatan.
6. Integrasi dengan Sistem Kesehatan: SIK dapat terintegrasi dengan
sistem kesehatan secara keseluruhan, memungkinkan pertukaran informasi
antar unit/unit pelayanan kesehatan.
7. Keamanan dan Privasi Informasi: SIK harus memastikan keamanan dan
privasi informasi pasien, mematuhi regulasi dan standar yang berlaku dalam
pengelolaan informasi kesehatan.
7
8. Kualitas pelayanan keperawatan dapat diukur
1. Efisiensi Operasional:
8
Informasi yang Akurat dan Tepat Waktu: Akses cepat ke
informasi pasien memastikan bahwa perawat memiliki informasi
yang akurat dan tepat waktu, mendukung pengambilan
keputusan yang lebih baik dan perawatan yang lebih efektif.
9
Manajemen Inventori dan Sumber Daya: SIK membantu dalam
manajemen inventori dan sumber daya, seperti peralatan medis
dan stok obat, untuk penggunaan yang optimal.
10
Kurangnya Dukungan dari Pimpinan:
Kegagalan mendapatkan dukungan dan komitmen penuh dari
pimpinan organisasi kesehatan dapat menyulitkan suksesnya
implementasi SIK.
4. Masalah Keamanan dan Privasi:
Ketidakamanan Data:
Keamanan data kesehatan menjadi perhatian utama, dan
kebocoran atau penyalahgunaan informasi pasien dapat
menciptakan masalah serius.
Ketakutan akan Pelanggaran Privasi:
Penerimaan SIK dapat terhambat oleh kekhawatiran tentang
pelanggaran privasi dan keamanan pasien.
5. Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan Karyawan:
Kurangnya Pelatihan:
Jika karyawan tidak memahami sepenuhnya cara menggunakan
SIK atau tidak mendapatkan pelatihan yang cukup, ini dapat
menghambat pengadopsian sistem.
Keterbatasan Keterampilan Teknis:
Karyawan mungkin tidak memiliki keterampilan teknis yang
cukup untuk mengoperasikan dan memanfaatkan fitur-fitur SIK
dengan optimal.
6. Perubahan dalam Alur Kerja:
Penyesuaian Alur Kerja:
Implementasi SIK seringkali memerlukan penyesuaian dalam alur
kerja yang telah mapan, dan perubahan ini dapat dianggap
sebagai hambatan oleh beberapa karyawan.
7. Tantangan Hukum dan Regulasi:
Kepatuhan Regulasi:
Ketentuan dan regulasi yang berubah di bidang privasi dan
keamanan data dapat menimbulkan tantangan dalam menjaga
kepatuhan dengan standar tersebut.
11
Menurut (Putri dkk., 2017) hambatan yang dialami puskesmas yaitu:
Banyak Pusat Kesehatan Masyarakat yang hanya memiliki satu atau dua
komputer saja, dan biasanya untuk penggunaan sehari-hari di Puskesmas
kurang mencukupi. Banyak laporan-laporan yang harus ditulis dengan
menggunakan komputer. Komputer umumnya lebih berfungsi sebagai
pengganti mesin ketik saja. Selain itu hambatan dari sisi sumber listrik juga
sering menjadi masalah dalam sistem informasi. Puskesmas di daerah tertentu
atau lain sudah terbiasa menjalani pemadaman listrik sehingga dalam
penggunaan komputer menjadi terganggu. Dalam segi keamanan, banyak
gedung-gedung puskesmas yang kurang aman, sering kali terjadi pada
puskesmas yaitu kehilangan perangkat komputer.
Masih jarang ditemukan pegawai atau pejabat atau bahkan unit kerja yang
khusus menangani data/komputerisasi. Hal ini dapat ditemukan di tingkat
pusat kesehatan masyarakat atau di tingkat dinas kesehatan kabupaten atau
kota.
Dengan kondisi seperti ini, akan sulit untuk menentukan siapa yang
bertanggung jawab atas data yang akan tersedia, baik untuk pemrosesan dan
pemeliharaan data maupun untuk koordinasi antar layanan.
Dalam bidang SDM sering jali ditemui pada puskesmas. Banyak pegawai
puskesmas yang belum maksimal dalam menjalankan komputer.
Pemakaian komputer oleh staf yang terkadang tidak pada fungsi yang
seharusnya.
12
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam pengaplikasian sistem informasi keperawatan sudah cukup
dirasakan dapat memberikan manfaat bagi perawat dan juga pasien
seperti lebih efisien dan juga efektif dalam pelaksanaan keperawatan di
rumah sakit maupun puskesmas, namun manfaat tersebut belum
sempurna karena adanya hambatan ataupun kendala seperti perangkat
yang tidak semua lengkap, sumber daya manusia dan lainnya dalam
proses pengaplikasian sistem informasi tersebut ,yang dapat menjadikan
manfaat yang dirasakan belum begitu maksimal. Kelebihan dan
kekurangan pada sistem informasi keperawatan berbasis komputerisasi
yaitu dapat memperoleh informasi dengan cepat dan sebagainya, tentunya
terdapat kekurangan yaitu bisa terjadi kebocoran data pasien dan lainnya
b. Saran
Setiap sistem harus cukup fleksibel agar disesuaikan dengan budaya
pemberi perawatan dan organisasi di area mana pun daripada
memaksakan metode pengorganisasiannya sendiri. Pelatihan dibutuhkan
agar lebih mengefektifkan sistem, supaya perawat tidak banyak
meluangkan waktu di depan layar komputer dibandingkan bersama
dengan pasien. Selain itu sebaiknya diberikan dukungan oleh manajemen
tingkat atas, agar pemeliharaan dan pengembangan sistem juga dapat
dilakukan guna untuk memperlancar operasional sistem yang ada di suatu
instansi.
13
DAFTAR PUSTAKA
. (2022,november2). Diambil
kembali dari manfaatdanhambatansiteminformasi keperawatan:
https://www.kompasiana.com/aidaaa/636258fa08a8b57fdc265162/manfaat-
hambatan-sistem-informasi-keperawatan?page=all&page_images=1
14
15