Anda di halaman 1dari 17

Manajemen mutu dalam pelayanan

keperawatan

Oleh
Paskalis M. Usfinit., M.Kep
Pengertian mutu pelayanan keperawatan

Mutu adalah nilai kepatutan yang sebenarnya (proper value)


terhadap unit pelayanan tertentu, baik dari aspek technical
(ilmu, ketrampilan, dan teknologi medis atau kesehatan) dan
interpersonal (tata hubungan perawat – pasien, dokter – pasien:
komunikasi, empati dan kepuasan pasien) (Widayat, 2009).
Mutu Pelayanan keperawatan adalah suatu proses kegiatan yang
dilakukan oleh profesi keperawatan dalam pemenuhan
kebutuhan pasien dalam mempertahankan keadaan dari segi
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual pasien (Suarli dan
Bahtiar, 2012).
Tujuan mutu pelayanan keperawatan

Menurut Nursalam cit. Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan


keperawatan terdapat 5 tahap yaitu:
a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan
terencana berdasarkan standar kriteria masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai
dengan kriteria. Informasi disini diharapkan untuk lebih
mendukung dalam proses asuhan keperawatan dan sebagai
pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam
memilih informasi yang akurat diharuskan penyeleksian yang
ketat dan berkesinambungan. Beberapa informasi juga
didapatkan dari pasien itu sendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data.
Perawat dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian
menganalisa satu-persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Diharapan ini berfungsi
untuk meminimalkan kekeliruan dalam pengambilan keputusan
pada asuhan dan tidakan keperawatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu Pelayanan
Keperawatan

Menurut Nursalam (2013) kualitas mutu pelayanan keperawatan


terdiri atas beberapa faktor yaitu:
1. Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth
communication), biasanya komunikasi dari mulut ke mulut
sering dilakukan oleh masyarakat awam yang telah
mendapatkan perawatan dari sebuah instansi.
2. Kebutuhan pribadi (personal need), kebutuhan dari masing-
masing pasien bervariasi maka mutu pelayanan keperawatan
juga harus menyesuaikan berdasarkan kebutuhan pribadi
pasien.
3. Pengalaman masa lalu (past experience), seorang pasien akan
cenderung menilai sesuatu berdasarkan pengalaman yang
pernah mereka alami.
4. Komunikasi eksternal (company’s external communication),
sebagai pemberi mutu pelayanan keperawatan juga dapat
melakukan promosi sehingga pasien akan mempercayai penuh
terhadap mutu pelayanan keperawatan di instansi tersebut.
indikator Mutu Pelayanan Keperawatan

Mutu pelayanan keperawatan sebagai alat ukur dari kualitas


pelayanan kesehatan dan mejadi salah satu faktor penentu citra
instansi pelayanan kesehatan di masyarakat. Dikarenakan
keperawatan merupakan salah satu profesi dengan jumlah
terbanyak dan yang paling dekat dengan pasien. Mutu pelayanan
keperawatannya sendiri dilihat dari kepuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan puas atau tidak puas(Nursalam, 2011).
Tiga indikator mutu pelayanan keperawatan sebagai berikut:
1. Audit Struktur (Input)
Struktur merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik
perlengkapan/peralatan, organisasi, manajemen, keuangan,
sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam fasilitas
keperawatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur
dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur, besarnya anggaran
atau biaya dan kewajaran. Penilaian juga dilakukan terhadap
perlengkapan-perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan
dipergunakan untuk pelayanan.
komponen struktur dapat dilihat melalui :
 Fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan
dan keamanan
 Peralatan, yaitu suplai yang adekuat dan seni menempatkan
peralatan
 Staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, rata-rata turnover
dan rasio pasien-perawat
 Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber
keuangan.
 Tenaga, obat tekhnologi dan informasi
2. Proses (Process)
Pendekatan ini merupakan proses yang mentransformasi struktur
(input) ke dalam hasil (outcome). Proses adalah kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan dalam hal
ini perawat dan interaksinya dengan pasien (Wijono 2000).
Kegiatan proses mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi
tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Penilaian dilakukan
terhadap perawat dalam merawat pasien. Baik tidaknya proses
dapat diukur dari relevan tidaknya proses bagi pasien,
fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu sendiri sesuai dengan
standar pelayanan yang semestinya, dan kewajaran (tidak kurang
dan tidak berlebihan).
Pendekatan ini difokuskan pada pelaksanaan pemberian
pelayanan keperawatan oleh perawat terhadap pasien dengan
menjalankan tahap-tahap asuhan keperawatan. Pada
penilaiannya dapat menggunakan teknik observasi maupun audit
dari dokumentasi keperawatan. Indikator baik tidaknya proses
dapat dilihat dari kesesuaian pelaksanaan dengan standar
operasional prosedur, relevansi tidaknya dengan pasien dan
efektifitas pelaksanaannya.
3. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat
terhadap   pasien. Adanya perubahan derajat kesehatan dan
kepuasan baik positif maupun negatif. Baik tidaknya hasil dapat
diukur dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien
terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Wijono
2000).
Pada proses pelayanan keperawatan, outcome dapat berupa
perubahan yang terjadi pada konsumen termasuk kepuasan dari
konsumen. Tanpa mengukur hasil kinerja rumah sakit dan tidak
diketahui apakah input proses yang baik menghasilkan output
yang baik (Nursalam, 2014).
Pendekatan-pendekatan di atas dapat digunakan sebagai
indikator dalam melakukan penilaian terhadap mutu. Namun,
sebagai suatu sistem penilaian mutu sebaiknya dilakukan pada
ketiga unsur dari sistem tersebut yang meliputi struktur, proses
dan hasil
Upaya Peningkatan Mutu dalam pelayanan keperawatan

a. Mengembangkan akreditasi dalam meningkatkan mutu


rumah sakit
b. ISO 9000:2000 yaitu standar internasional untuk sistem
manajeman kualitas yang bertujuan untuk menjamin
kesesuaian proses pelayanan keperawatan
c. Memperbaharui keilmuan untuk menjamin tindakan medis
dan tindakan keperawatan didukung oleh bukti ilmiah yang
mutakhir
d. Good corporate governance
e. Clinical governance
f. Mengembangkan aliansi dengan rumah sakit di dalam ataupun
luar negeri
g. Melakukan evaluasi terhadap strategi pembiayaan
h. Orientasi ada pada pelayanan (Nursalam, 2014).
Sekian
Dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai