Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ILMU KESEHATAN KEPERAWATAN


“FLU BURUNG”

Disususn Oleh:
I Komang Agus Novi Bimantoro ( 21.9.1.007 )

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN FAKULTAS


ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NAHDLATUL
WATHAN MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Keperawatan Medikal Bedah” mengenai Penyakit Flu Burung. Tak lupa pula kita curahkan
kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah membimbing kita dari zaman Sadya Yuga hingga
ke zaman Kali Yuga ataudi zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Berkat ridho Tuhan yang Maha Esa dan doa kedua orang tua yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini. kami menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.

Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................3

C. Tujuan..............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4

A. Pengertian Flu Burung.....................................................................4

B. Patofisiologi.....................................................................................7

C. Tanda dan Gejala..............................................................................9

D. Tes Diagnotik...................................................................................10

E. Penatalaksanaan...............................................................................10

F. Cara penyembuhan...........................................................................13

G. Cara Mencegah Penyakit Flu Burung..............................................15

H. program pemerintah dalam mengatasi penyakit flu burung.............16

BAB III PENUTUP........................................................................................20

A. Kesimpulan......................................................................................20

B. Saran.................................................................................................21

Daftar Pustaka...................................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Flu burung adalah penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus H5NI. Flu burung
sangat berbahaya karena menyebabkan kematian unggas secara mendadak dan menyebar
dengan cepat. Ayam, itik, angsa, kalkun, burung puyuh, burung-burung liar, dan beberapa
binatang lainnya dapat terkena infeksi flu burung. Flu burung dapat menyebar ke manusia
dan menyebabkan kematian.

Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung yang ditularkan oleh virus Avian Influenza jenis
H5N1 pada unggas dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang,
Thailand, Komboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan tranportasi unggas yang terinfeksi.

Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-
lain). Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi
dibandingkan dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. Masa inkubasi
penyakit flu burung pada manusia sangat cepat yaitu 1-10 hari. Identifikasi tanda dan gejala
klinik penyakit flu burung di awali dengan ISPA dengan keluhan demam (temperatur ≥
38ºC), batuk, sakit tenggorokan, atau beringus (Depkes, 2004). Kadang kala sebagian besar
kelompok masyarakat menganggap biasa-biasa saja. Implikasinya dengan waktu yang sangat
cepat penyakit flu burung menyebar ke berbagai wilayah melintasi negara.

Avian influenza (flu burung) adalah penyakit menular yang dapat terjadi pada unggas
dan mamalia yang disebabkan oleh virus infl uenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki
beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Virus fl u
burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi
selama 3–5 hari. Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan,
minuman, dan sentuhan.

1
Penderita yang terinfeksi H5N1 pada umumnya dilakukan pemeriksaan spesimen klinik
berupa swab tenggorokan dan cairan nasal. Untuk uji konfirmasi terhadap infeksi virus
H5N1, harus dilakukan pemeriksaan dengan cara : (a) mengisolasi virus, (b) deteksi genom
H5N1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan sepasang primer
spesifik, (c) tes imunoflouresensi terhadap antigen menggunakan monoklonal antibodi
terhadap H5, (d) pemeriksaan adanya peningkatan titer antibodi terhadap H5N1, dan (e)
pemeriksaan dengan metode west-ern blotting terhadap H5-spesifik. Untuk diagnosis pasti,
salah satu atau beberapa dari uji konfirmasi tersebut diatas harus dinyatakan positif.

Burung (H5N1) yang sangat patogen pertama kali dilaporkan pada tahun 1997,
bersamaan dengan KLB virus H5N1 pada unggas di Hong Kong, dengan 18 penderita
terinfeksi H5N1 dan 6 orang meninggal (WHO melaporkan sejak Januari 2004 - hingga
akhir Oktober 2006, terdapat 256 kasus manusia dan 152 kasus meninggal (CFR 59,4%) di
Vietnam, Thailand, Kamboja, Cina, Irak, Turki, Mesir, Djibouti, Azerbai.jan dan Indonesia.
Sebagian besar kasus diyakini akibat transmisi dari unggas ke manusia secara sporadik
melalui paparan langsung dengan ayam yang terinfeksi H5N1.

Indonesia pada bulan Januari 2004 pun dikejutkan dengan kematian ayam ternak yang
luar biasa ( terutama di Bali, Jabotabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sejumlah daerah
lainya). Awalnya kematian tersebut disebabkan virus new castle, namun konfirmasi terakhir
oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian Influenza). Jumlah
unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 provinsi di Indonesia sangat besar
yaitu 3.842.275 ekor (4,77%).

2
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit flu burung?

2. Apa patofisiologi penyakit flu burung?

3. Apa saja tanda dan gejala penyakit flu burung?

4. Bagaimana tes dianostik penyakit flu burung?

5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit flu burung?

6. Bagaimana cara penyembuhan penyakit flu burung?

7. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?

8. Apa program pemerintah dalam mengatasi penyakit flu burung?

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai


berikut : Tujuan umum

“Untuk memenuhi tugas mata kuliah "Dasar Ilmu Kesehatan


Masyarakat" Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apa itu penyakit flu burung

2. Untuk mengetahui Apa patofisiologi penyakit flu burung

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit flu burung

4. Untuk mengetahui tes dianostik penyakit flu burung

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit flu burung

6. Untuk mengetahui cara penyembuhkan penyakit flu burung

7. Untuk mengetahui cara pencegahan penyakit flu burung

8. Untuk mengetahui program pemerintah dalam mengatasi penyakit flu burung

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Flu Burung

Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat membunuh seluruh ternak
unggas di areal usaha peternakan. Flu Burung merupakan penyakit yang berbahaya karena
dapat menyebar dengan cepat ke areal peternakan lain dan di seluruh tanah air. Flu Burung
berbahaya karena banyak jenis Flu Burung dapat menyebabkan manusia sakit dan
meninggal. (Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner, Mei 2005)

Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah burung,
bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi, kuda,
anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa terdapat di
burung puyuh dan burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat
juga menular ke manusia. (Mulyadi, 2005)

Avian Influenza (AI) yang juga dikenal sebagai fowl plague adalah penyakit virus
zoonotik yang ditandai dengan pernapasan, menemukan sistem pencernaan dan saraf dengan
tinggi morbiditas dan mortalitas pada spesies unggas. Burung, terutama burung air adalah
yang alami reservoir virus influenza A dan banyak spesies burung, peliharaan dan liar, dapat
terinfeksi dengan ini virus. (M.J. Mehrabanpour et al, 2007)

Karena semua virus influenza A memiliki nukleoprotein dan matriks yang mirip antigen
antigen, ini adalah target yang disukai dari metode serologi kelompok influenza A. Agar gel
tes immunodiffusion dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen ini. Virus
terkonsentrasi persiapan yang mengandung salah satu atau kedua jenis antigen digunakan
dalam tes tersebut. Tidak semua spesies burung mengembangkan antibodi pencetus yang
terbukti. Tes imunosorben terkait enzim memilik telah digunakan untuk mendeteksi antibodi
terhadap influenza. Antigen jenis tertentu tergantung pada spesie (Tidak langsung) atau
format pengujian spesies kompetitif (kompetitif). Tes penghambatan Haemagglutination
juga telah digunakan dalam serologi diagnostik rutin, tetapi mungkin teknik ini mungkin

4
gagal beberapa infeksi tertentu karena haemagglutinin adalah subtipe spesifik.(Alexander et
al, 2010)

Flu burung adalah penyakit menular pada spesies unggas yang disebabkan virus
influenza tipe A dengan berbagai subtipe. Burung liar/migratory waterfowl merupakan
reservoir alamiah virus avian influenza di dalam saluran cernanya dan tidak menimbulkan
gejala penyakit. Lain halnya dengan burung peliharaan, ternak domestik termasuk ayam dan
kalkun sangat rentan terhadap virus ini sampai menimbulkan kematian. Gejala penyakit
bervariasi dari ringan sampai berat. Bila virus avian influenza yang patogenitasnya rendah
berulang kali menginfeksi ternak, maka ia akan bermutasi menjadi sangat patogen dan dapat
menular ke manusia yang kemudian menyebabkan epidemik flu burung. (Kumala Widyasari,
2005)

Penyakit flu burung yang disebabkan virus avian influenza (AI) tipe A galur H5N1 telah
menimbulkan kerugian besar karena membunuh jutaan ternak unggas di Indonesia sampai
70% dan mempengaruhi industri peternakan ayam skala kecil maupun besar Virus yang
awalnya hanya menyerang unggas kini telah merebak menyerang babi, anjing, kucing dan
manusia. Hal yang paling ditakuti para ahli adalah apabila terjadi mutasi yang tidak
diinginkan pada virus H5N1 maka akan terjadi pandemi yang akan menelan korban jiwa
manusia sangat besar karena obatnya belum ditemukan. Di Indonesia, sampai dengan
November 2011, terdapat 182 kasus flu burung positif dan 150 orang (82,42 %) diantaranya
meninggal dunia (Anonim, 2012). Kondisi demikian telah menjadikan Indonesia sebagai
negara dengan resiko tertinggi penyebaran flu burung di dunia. Penyakit ini dianggap sangat
berbahaya karena resiko kematian pasien > 50%. (Setiyono Agus, 2013)

Influenza A disebabkan oleh virus tertentu yang merupakan anggota keluarga


Orthomyxoviridae dan ditempatkan di genus influenzavirus A. Ada tiga genera influenza -
A, B dan C; hanya influenza Virus diketahui dapat menginfeksi burung. Diagnosis adalah
dengan isolasi virus atau dengan deteksi dan karakterisasi fragmen genomnya. Ini karena
infeksi pada burung dapat menimbulkan berbagai macam tanda-tanda klinis yang dapat
bervariasi sesuai dengan tuan rumah, strain virus, kekebalan host status, keberadaan
organisme eksaserbasi sekunder dan kondisi lingkungan. (OIE Terrestrial Manual, 2015)

5
Influenza pada manusia adalah penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan infeksi
virus famili orthomyxoviridae dengan subtipe influenza A, B atau C. Influenza virus A dan B
dapat menyebabkan infeksi pada manusia; infeksi influenza A mengakibatkan risiko yang
lebih tinggi dan berpotensi menjadi epidemi dan pandemi. Virus influenza A dibagi menjadi
beberapa subtipe tergantung permukaan glikoproteinnya yang penting secara imunologi,
yaitu hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Beberapa glikoprotein sudah dapat
dikenali yaitu HA (Hl-H17) dan NA (N 1 -N9). Virus-virus influenza A dari semua tipe HA
dan NA ditemukan pada spesies unggas, dan didapati secara terbatas pada beberapa mamalia.
Pada manusia, sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus H 1 N 1, H2N2 dan H3N2. (R
Endang dkk, 2006)

Penyakit flu burung pada manusia mempunyai tingkat keganasan (virulensi) yang paling
membahayakan di antara penyakit infeksi menular lainnya (HIV/AIDS, Malaria, dan lain-
lain). Tingkat kematian akibat penyakit flu burung angka kejadiannya sangat tinggi
dibandingkan dengan penyakit menular lainnya mencapai 81,7% di Indonesia. (Budiman
dkk, 2008)

Avian influenza (AI) mengacu pada infeksi burung dengan virus flu burung famili
Orthomyxoviridae. RNA inivirus tersebar luas, sangat menulardan sangat bervariasi. Virus
AI adalah paling sering dicatat dalam unggas air (didefinisikan untuk tulisan ini sebagai
anggota pesanan Anseriformes - bebek, angsa, dan angsa), yang dianggap menjadi reservoir
biologis dan genetik dari semua virus AI dan primordial reservoir semua virus influenza
untuk burung dan mamalia. (Surveillance, 2016)

6
B. Patofisiologi

Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan
kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda benda yang
terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi
tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam,orang yang kontak dengan
unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi
flu burung populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung.
berkelanjutan. (Radji,2006)

Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas Pada dasarnya sampai saat ini,
H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu
menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan
tidak. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi
deskuamasi lapisan epitel saluran napas. Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan
menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat
antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat.
Replikasi virus akan merangsang pembentukan sitokinin termasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang
kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik seperti demam,
malaise, myalgia dll. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos
masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka
situasi akan berbeda. Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat
menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory
terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas
yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun &
gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi
pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal
ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa
pneumonitis intertitial. Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi
sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast.
Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal
7
dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi
hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita
dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang ireversibel.

MASA INKUBASI

1. Pada Unggas: 1 minggu


8
2. Pada Manusia: 1-3 hari, Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala. Pada
anak sampai 21 hari

C. Tanda dan Gejala penyakit flu burung

Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia yaitu :

1. Gejala pada unggas

a. Jengger berwarna biru

b. Borok di kaki

c. Kematian

2. Gejala pada manusia

a. Deman ( Suhu badan di atas 38 C )

b. Lama

c. Pendarahan hidung dan gusi

d. Sesak nafas

e. Muntah dan nyeri perut serta diare

f. Batuk dan nyeri tenggorokan

g. Radang nyeri saluran pernafasan

h. Radang paru-paru

i. Infeksi mata

j. Nyeri otot

9
D. Tes Diagnotik

 Pemeriksaan laboratorium

1. Mengisolasi virus usap tenggorok, tonsil,faring)


2. Pemeriksaan PCR (merupakan suatu metode diagnosis biologi molekuler yang mendasarkan
pada deteksi fragmen DNA yang spesifik untuk kuman tertentu)

3. Uji serologi
a. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk H5N1 dari spesimen konvalesen
dibandingkan dengan spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan
titer antibodi netralisasi konvalesen harus pula >1/80.
b. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen serum yang diambil pada hari ke
>14 setelah awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya titer HI
sel darah merah kuda >1/160 atau western blot spesifik H5 positif.
4. Uji penapisan
a. Rapid test untuk mendeteksi Influensa A.
b. ELISA untuk mendeteksi H5N1
5. Pemeriksaan Hematologi
Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit total. Umumnya ditemukan
leukopeni, limfositopeni dan trombositopeni.

6. Pemeriksaan Kimia darah


Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah.
Umumnya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum
dan kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah dapat normal atau abnormal.
Kelainan laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

7. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu burung.
Gambaran infiltrat di paru menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia. Pemeriksaan lain
yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan untuk kasus dengan gejala klinik flu burung
tetapi hasil foto toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

8. Pemeriksaan Post Mortem


Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung tertegakkan, dianjurkan untuk
mengambil sediaan postmortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), specimen dikirim
untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

10
E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan flu burung atau avian influenza diawali dengan penilaian keadaan umum


secara cepat, agar keadaan yang mengancam jiwa dapat ditangani segera. Kemudian, dilakukan
penatalaksanaan secara definitif dengan antivirus. Selain itu, surveilans juga merupakan bagian
penting dari tata laksana flu burung. Penanganan sedini mungkin diperlukan untuk mencegah
komplikasi, seperti pneumonia dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).

Penatalaksanaan Umum

Penatalaksanaan umum mencakup penanganan pada keadaan yang mengancam jiwa,


misalnya sumbatan jalan napas, henti napas, atau henti jantung. Berdasarkan WHO, beberapa
hal penting lain dalam penatalaksanaan umum flu burung yang wajib diterapkan adalah:

 Isolasi pasien suspected, probable, atau confirmed di dalam ruangan isolasi

 Pantau saturasi oksigen secara rutin dan berikan suplementasi oksigen

 Pemeriksaan spesimen darah, usap hidung tenggorok, dan rontgen dada secara serial

 Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti masker N95 atau masker yang sudah teruji
efektivitasnya, gaun proteksi, google/pelindung muka, dan sarung tangan

 Pembatasan terhadap jumlah petugas laboratorium, perawat, dan tenaga kebersihan yang
menangani pasien

 Apabila sudah menangani pasien dengan suspected, probable, atau confirmed penyakit


flu burung, tenaga kesehatan tidak boleh menangani pasien lainnya.

 Petugas kesehatan harus mendapat pelatihan kewaspadaan pengendalian infeksi

 Pembatasan pengunjung dan diwajibkan untuk menggunakan APD

Penatalaksanaan Definitif

Penatalaksanaan definitif flu burung adalah pemberian antivirus, yang bertujuan  untuk
mengurangi risiko kematian.Terdapat dua golongan antivirus yang efektif pada flu burung,
11
yakni golongan inhibitor neuraminidase (oseltamivir dan zanamivir)
dan adamantanes (amantadine dan rimantadine).

Oseltamivir

Oseltamivir merupakan antivirus yang bekerja menghambat enzim neuraminidase untuk


replikasi dan infektivitas virus influenza A dan B sehingga mencegah pelepasan virus dari sel
yang terinfeksi.

Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 75-500 mg setiap 12 jam selama 5-7 hari.
Beberapa uji klinis yang ada menunjukkan bahwa dosis 150 mg efektif dalam tatalaksana flu
burung, tetapi dosis 500 mg juga dapat ditoleransi dengan baik.

WHO pada tahun 2007 merekomendasikan pemberian oseltamivir sebagai profilaksis pada
dewasa, dengan dosis 75 mg/24 jam, selama 10 hari. Profilaksis diberikan dalam waktu 2 hari
pasca paparan, dan dilanjutkan selama 6 minggu ketika terjadi wabah.

Zanamivir

Zanamivir merupakan antivirus derivat sialic acid bekerja menghambat enzim


neuraminidase sehingga mengubah agregasi, pelepasan partikel virus dan replikasi virus
influenza A dan B. Sebagai terapi, pada dewasa dapat diberikan 600 mg setiap 12 jam.

Terapi Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid secara rutin belum terbukti bermanfaat, bahkan dapat


berpotensi merugikan yakni memperpanjang masa replikasi virus dan meningkatkan risiko
infeksi oportunistik. Kortikosteroid dapat diberikan pada syok yang tidak responsif dengan
terapi cairan dan obat golongan vasopressor.

Pilihan kortikosteroid yang dapat diberikan adalah:

 Dewasa: Hydrocortisone 200-300 mg/hari atau methylprednisolone 0,5–1 mg/kgBB/hari


dibagi dalam 3-4 dosis dalam 24 jam.

 Anak: Hydrocortisone 2 mg/kgBB IV atau dexamethasone 0,5 mg/kgBB setiap 8 jam


atau methylprednisolone 1-2 mg/kgBB intravena setiap 6 jam

12
F. Cara penyembuhan

1. Pengobatan flu burung pada ternak

Virus flu burung yang dapat menyerang pada hewan saat ini belum diketahui obat maupun
vaksin yang tepat untuk mengobatinya. Pemberian obat maupun vaksin dilakukan lebih ke arah
pencegahan supaya tidak menular kepada hewan lain maupun manusia di sekitarnya. Beberapa
langkah yang dapat ditempuh dalam penanggulangan pengobatan flu burung antara lain sebagai
berikut:

a. Biosekuriti

Disebut juga keamanan hayati, yaitu perlakuan yang ditujukan untuk menjaga keamanan
hayati demi pemeliharaan kesehatan dan memperkecil ancaman terhadap individu yang
dilindungi. Usaha ini antara lain:

1) Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas, pakan,
kotoran, bulu, dan alas kandang.

2) Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan keluar masuk
peternakan.

3) Peternak dan orang yang hendak masuk peternakan harus memakai pakaian
pelindung seperti masker, kaca mata plastik, kaos tangan, dan sepatu.

4) Mencegah kontak antara unggas dengan burung liar. ( Irianto, K., 2007)

b. Depopulasi

Depopulasi adalah tindakan pemusnahan unggas secara selektif di peternakan yang tertular
virus flu burung. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas. Cara
pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung adalah menyembelih semua unggas yang
sakit dan yang sehat dalam satu kandang (peternakan). Selain itu, dapat juga dilakukan dengan

13
cara disposal, yaitu membakar dan mengubur unggas mati, sekam dan pakan yang tercemar,
serta bahan dan peralatan yang terkontaminasi. (Khairil A. Notodiputro, 2008)

c. Vaksinasi

Dilakukan pada semua jenis unggas yang sehat di daerah yang telah diketahui ada virus flu
burung. Vaksin yang digunakan adalah vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi dari
pemerintah. (Pranata Setia, 2011)

2. Pengobatan flu burung pada manusia

Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita mengalami
kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan mengalami
mutasi menjadi lebih ganas. Berikut ini beberapa tindakan untuk mewaspadai flu burung:

a. Berolahraga secara teratur, sehingga fisik sehat.

b. Makan makanan yang bergizi, agar dapat menyuplai energi untuk pembentukan
kekebalan tubuh yang optimal.

c. Mengkonsumsi produk unggas yang benar-benar sudah matang.

d. Hindari berkunjung ke peternakan.

e. Seringlah mencuci tangan dan hindari meletakkan tangan di hidung dan mulut.

f. Membiasakan hidup bersih dan menjaga kebersihan lingkungan.

g. Cukup istirahat.

Jika ada yang terkena flu burung di sekitar kita maka langkah yang dapat diambil adalah:

a. Tidak panik, tapi tetap waspada.

b. Membawa penderita ke dokter atau rumah sakit terdekat.

c. Melaporkan pada pihak terkait, seperti Dinas Peternakan atau Dinas Kesehatan
setempat supaya ditindaklanjuti.

14
d. Tidak mengucilkan keluarga penderita karena keluarga penderita belum tentu
tertular. Selain itu belum ada bukti bahwa flu burung menular antar manusia.
(Irianto, K., 2007)

Penanggulangan di rumah sakit :

a.Penderita dirawat di ruang isolasi selama 7 hari (masa penularan).

b.Oksigenasi, dengan mempertahankan saturasi O2 > 90 %

c.Hidrasi

d.Antibiotika, anti inflamasi , obat –obatan imunomodulator

e.Terapi simptomatis untuk gejala flu, seperti analgetika atau antipiretika, mukolitik,
dekongestan. (Soejoedono, D. Retno. 2006)

G. Cara Mencegah Penyakit Flu Burung

Upaya sanitasi lingkungan dalam rangka pencegahan flu burung pada masyarakat di
Kecamatan Cikupa, Curug, Pasar Kemis, dan Sepatan, Kabupaten Tangerang tahun 2009 secara
umum sudah baik. Beberapa hal masih yang tergolong buruk antara lain sanitasi kandang
unggas (57,1%). Kasus flu burung di Kabupaten Tangerang masih tinggi kemungkinan karena
daya beli

masyarakat terhadap desinfektan masih rendah. Jumlah pengeluaranbrata-rata masyarakat


umumnya mendekati upah minimum regional (UMR) Kabupaten Tangerang, sehingga biaya
pengeluaran rumah tangga mungkin lebih diprioritaskan untuk kebutuhan pokok.(Lestari Selfi
Octaviani dkk, 2010)

Tanaman obat Sambiloto (A. paniculata), Temu Ireng (C. aeruginosa L.), Beluntas (P.
indica L.), Sirih Merah (Piper sp.) dan Adas (F. vulgare) secara umum masing-masing memiliki
potensi sebagai bahan pendukung (prekursor) untuk menangkal infeksi virus AI H5N1 ke sel
lestari Vero. Khusus Sambiloto dan Temu Ireng baik dalam komposisi tunggal maupun

15
kombinasi mampu menahan infeksi virus ke sel Vero hingga hari ke-3 setelah infeksi.
(Bermawie Nurliana dkk, 2013)

Secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan menggunakan
alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan oleh mereka yang
kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya kulit telur dan telur
mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan memasaknya seperti yang
biasa kita lakukan selama ini, virus flu burung akan mati. Ada anjuran: daging, daging unggas
harus dimasak sampai suhu 700C atau 800C selama sedikitnya satu menit. Kalau kita
menggoreng atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu lebih dari itu suhu dan lamanya
memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas lainnya asal telah dimasak dengan
baik. (WHO, 2010)

1. Pencegahan Luar

Pencegahan luar bertujuan untuk mencegah penularan dari lingkungan agar tidak masuk ke
dalam tubuh. Tindakannya adalah:

a. Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari unggas harus
menggunakan pelindung.

b. Memusnahkan unggas yang terkena flu burung.

c. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi resiko penularan.

d. Tidak mengkonsumsi produk unggas dari peternakan yang terkena wabah flu
burung.

e. Tetap terapkan pola hidup sehat.

2. Pencegahan Dalam

Pencegahan dalam dilakukan dengan mengonsumsi obat dan makanan untuk meningkatkan
daya tahan tubuh.

Dengan melaksanakan upaya pencegahan diatas diharapkan kita semua dapat terhindar dari
penyakit flu burung ini. ( Akoso, Budi Tri. 2006)

H. program pemerintah dalam mengatasi penyakit flu burung

16
Flu Burung menjadi masalah yang memprihatinkan. Selain itu disinyalir beritanya pasien-
pasien yang tertular dan sudah beberapa korban dari virus Flu Burung tersebut. Informasi
WHO, hal ini pernah terjadi di Spanyol 1918, yang menewaskan banyak orang.

Flu Burung adalah influenza pada unggas yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI)
dari famili Orthomy xoviridae. Penyakit unggas di Indonesia terdiri dari virus sebanyak 12
jenis diantaranya AI, bakteri 3 jenis, dan parasit 1 jenis. Virus AI dibagi kedalam sub type
berdasarkan permukaan Haengglusimin (HA) dan Neoraminedae (NA) ada 15 sub type II A
dan 9 jenis NA. Arah kebijakan pemerintah pusat dalam program penanggulangan wabah AI di
Indonesia, adalah:

Prinsip pengendalian penyakit hewan menular oleh pemerintah pusat :

a. Fokus pada wabah antar propinsi, regional atau batas negara yang memiliki dampak
ekonomi dan zoonosis (menular ke manusia);
b. 11 Penyakit strategis di Indonesia SK Dirjen No. 13/1998 dan sedang dilakukan
perbaikan menjadi 13 penyakit.

Prinsip pengendalian penyakit hewan menular oleh pemerintah pusat sebagai langkah
lanjutan:

a. Penyakit endemik dan sporadik antar kabupaten/kota tanggungjawab pemerintah


propinsi;
b. Penyakit hewan yang bersifat individu menjadi taggungjawab peternak;
c. Penyakit epidemik dan sporadik dalam satu kabupaten/kota menjadi tanggungawab
pemerintah kabupaten/kota;
d. Prioritas nasional pemberantasan penyakit unggas adalah Avian influenza (SK Dirjen
No. 17 tahun 2004)

Sembilan strategi pengendalian AI :

1. Peningkatan biosekuriti;
2. Vaksinasii daerah tertular dan tersangka;
3. Depopulasi terbatas dan kompensasi;

17
4. Pengendalian lalu-lintas unggas dan produknya;
5. Surveilans dan penelusuran kembali;
6. Pengisian kandang kembali;
7. Stamping out di daerah tertular baru;
8. Public awareness;
9. Monitoring and evaluasi.

Penyebaran virus AI semakin melebar ke berbagai spesies unggas di luar ayam. Spesies
Unggas yang Positif HPAI H5NI di Indonesia menurut hasil Surveilans adalah Ayam petelur,
Ayam pedaging, Ayam kampung, Itik, Entok, Angsa, Kalkun, Burung unta, Burung puyuh,
Burung merpati, Burung merak putih, Burung perkutut. Diperlukan kewaspadaan pada ayam
buras dan burung puyuh. Hal ini mengingat perkembangan kasus pada bulan Januari – April
2005 dilaporkan meningkat secara sporadis dan lebih banyak menyerang ayam buras dan
burung puyuh di beberapa daerah tertular di P. Jawa, Sumatera Utara, dan Kaltimantan Timur.

Evaluasi program vaksinasi AI dilakukan, melalui :

1. Rasional Vaksinasi: Vaksinasi menurunkan kepekaan terhadap infeksi dan mengurangi


pengeluaran virus dari tubuh unggas (baik dalam waktu dan jumlah), sehingga
merupakan alat yang tepat untuk menurunkan insidens kasus baru dan sirkulasi virus di
lingkungan;
2. Syarat Suksesnya Program Vaksinasi: Vaksinasi harus dianggap sebagai alat untuk
memaksimalkan tindakan biosekriti dan bisa dikombinasikan dengan surveilans untuk
mendeteksi secara cepat setiap perubahan dari antigenik virus yang bersirkulasi.

Pada pengendalian ke pemberantasan, tahap pertama menurunkan tingkat infeksi, tahap


kedua membuktikan virus tidak bersirkulasi di lingkungan. Rencana Strategi Umum
Pengendalian AI 2005 – 2007 adalah :

a. Penguatan regulasi dan institusi;


b. Peningkatan kerjasama dan koordinasi (internasional, pusat dan daerah);
c. Keterlibatan peran serta swasta;
d. Pengendalian penyakit dan reaksi cepat;

18
e. Research and development;
f. Capasity building (organisasi dan sdm);
g. Zoning dan kompartementalisasi;
h. Restrukturisasi sistem perunggasan.

Target 2005 – 2007 dalam penanganan penyakit Flu Burung AI adalah:

a. Mempertahankan daerah bebas;


b. Tidak adanya kasus AI di sektor 1 dan 2 di daerah endemik;
c. Mencegah kasus di sektor 3 dan 4 di daerah endemik;
d. Mencegah peyebaran/kasus pada hewan rentan AI lainnya;
e. Tidak adanya penyebaran AI kepada manusia.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Penyakit flu burung (bird flu, avian influenza/AI) ialah penyakit yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A dan ditularkan antar unggas. Unggas penular tersebut ialah
burung, bebek, ayam, selain itu dapat ditularkan oleh beberapa hewan yang lain seperti babi,
kuda, anjing laut, ikan paus, dan musang. Data lain menunjukkan penyakit ini bisa
terdapat di burung puyuh dan

burung onta. Penyakit ini ditularkan dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke
manusia.

2. Penyakit influensa unggas (avian influenza), atau lebih dikenal sebagai “wabah flu burung”,
pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai wabah yang menjangkiti ayam dan burung di
Italia, yang disebut juga sebagai “Penyakit Lombardia” mengikuti nama sebuah daerah lembah di
hulu sungai Po.

3. Flu burung pada manusia belum ada obatnya. Meskipun tidak semua penderita
mengalami kematian, flu burung tetap harus diwaspadai karena dikhawatirkan virus ini akan
mengalami mutasi menjadi lebih ganas

4. Secara umum prinsip-prinsip kerja yang higienis seperti mencuci tangan dan
menggunakan alat pelindung diri bila diperlukan merupakan upaya yang harus dilakukan
oleh mereka yang kontak dengan ternak. Karena telur juga dapat tertular, penanganannya
kulit telur dan telur mentah juga perlu diperhatikan. WHO juga menyatakan, dengan
memasaknya seperti yang biasa kita lakukan selama ini, virus flu burung akan mati. Ada
anjuran: daging, daging unggas harus dimasak sampai suhu 700C atau 800C selama
sedikitnya satu menit. Kalau kita menggoreng atau merebus ayam di dapur misalnya, tuntu
lebih dari itu suhu dan lamanya memasak. Artinya aman mengkonsumsi ayam atau unggas
lainnya asal telah dimasak dengan baik.

20
B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan
tentang daftar pustaka makalah.

21
Daftar Pustaka

http://www.litbang.pertanian.go.id/info-aktual/248/

https://wiki.isikhnas.com/w/Penyakit_Avian_Influenza_HPAI

Buku Petunjuk bagi Paramedik Veteriner. 2005. Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung
(Avian Influenza) pada Peternakan Unggas Skala Kecil.

Alexander at al. 2010. Avian Influenza in Mexico.

Kumala Widyasari. Avian influenza : profil dan penularannya pada manusia. Oktober-
Desember 2005,Vol.24 No.4

Setiyono Agus,. Bermawie Nurliani. Potensi Tanaman Obat untuk Penanggulangan Flu
Burung: Uji In Vitro pada Sel Vero. JSV 31 (1), Juli 2013.

22

Anda mungkin juga menyukai