Anda di halaman 1dari 7

WABAH VIRUS FLU BURUNG DAN PENULARANNYA PADA MANUSIA

Disusun oleh:

Binandari Karin Nirmaya


Dewi Nur Safitri
Nabila Deviani Putri
Rossy Azzahra

Kelas:
XI Musik 1
PENDAHULUAN

I . Latar Belakang Masalah

Flu burung adalah penyakit infeksi saluaran pernafasan yang disebabkan oleh virus
influenza tipe A yang ditularkan oleh unggas ke manusia.H5N1 adalah virus flu burung pertama
yang menginfeksi manusia.wabah flu burung pertama kali ditemukan di Italia pada 1878.Tetapi
baru dikenali dalam wabah besar yang melanda peternakan ayam di Amerika Serikat (AS) pada
1924-1925.Saat itu flu burung masih menular di antara unggas dan belum terjadi penularan ke
hewan lain .

Pada Maret 1997, flu burung dari subtipe H5N1 mulai menjangkiti peternakan ayam di
Hongkong . Wabah ini terkait dengan penanganan unggas yang terinfeksi. Flu burung pernah
mewabah di Asia, Afrika, Timur Tengah, serta beberapa bagian Eropa, dan menyebabkan
kematian pada sebagian penderitanya. Menurut data badan kesehatan dunia atau World Health
Organization (WHO), virus flu burung jenis H5N1 telah menjangkiti 861 orang di seluruh dunia
dan menyebabkan kematian pada 455 orang hingga tahun 2019 .

H5N1 muncul secara alami di unggas air liar, tetapi dapat menyebar dengan mudah ke
unggas domestik. Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui kontak dengan kotoran burung
yang terinfeksi, sekresi hidung, atau sekresi dari mulut maupun mata. Mengkonsumsi unggas
atau telur yang dimasak dengan benar dari unggas yang terinfeksi tidak menularkan flu burung,
tetapi telur tidak boleh disajikan berair. Daging dianggap aman jika telah dimasak pada suhu
internal 73,9 derajat Celsius.

H5N1 memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam waktu yang lama. Burung yang
terinfeksi H5N1 terus melepaskan virus dalam feses dan air liur selama 10 hari. Menyentuh
permukaan yang terkontaminasi dapat menyebarkan infeksi.

Penularan antarmanusia diduga juga dapat terjadi, tetapi belum jelas mekanisme dan cara
penularannya. Seseorang lebih berisiko terinfeksi virus flu burung jika memiliki faktor-faktor
berikut ini: Bekerja sebagai peternak unggas , bekerja sebagai tim medis yang merawat penderita
flu burung , memiliki anggota keluarga yang menderita flu burung , pergi ke daerah atau tempat
terjadinya infeksi flu burung , berada dekat dengan unggas yang terinfeksi , sering mengonsumsi
daging atau telur unggas yang tidak matang .

Gejala flu burung umumnya baru muncul setelah 3–5 hari terpapar virus ini. Gejala yang
timbul dapat berbeda-beda, mulai dari yang ringan hingga parah. Meskipun kadang orang yang
terinfeksi virus flu burung bisa tidak merasakan gejala apa pun, tetapi secara umum, penderita flu
burung akan mengalami gejala berupa:Demam , batuk , sakit tenggorokan , nyeri otot , sakit
kepala , kelelahan , hidung berair atau tersumbat , sesak napas . Pada beberapa penderita, gejala
lain yang juga dapat timbul antara lain muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri
dada, dan mata merah (konjungtivitis). Pada infeksi yang berat, flu burung bahkan bisa
menyebabkan pneumonia, acute respiratory distress syndrome (ARDS), gagal napas, kejang, dan
gangguan sistem saraf.

Flu burung pertama kali masuk ke wilayah ASEAN pada tahun 2003 melalui negara
Vietnam, dengan dinyatakannya 3 orang yang menderita penyakit tersebut dan seluruhnya
meninggal. Kemudian menyerang Thailand di tahun 2004 .

Pada bulan September-Oktober 2003, virus H5N1 penyebab flu burung diidentifikasi di
Indonesia. Deklarasi Pemerintah Indonesia dilakukan pada tanggal 3 Februari 2004 melalui
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 96/Kpts/PD.620/2/2004 yang menyatakan bahwa penyakit
flu burung telah tersebar di sembilan provinsi, yaitu Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Bali.

Jumlah konfirmasi kasus flu burung di Indonesia paling banyak dilaporkan pada tahun
2006, setelah itu jumlah kasus flu burung terus menurun dari tahun ke tahun, yaitu dari 55 kasus
pada tahun 2006 menjadi 9 kasus pada tahun 2012. Sampai dengan tahun 2012 terdapat ada 15
provinsi .yang tertular Flu Burung, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera
Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

Berdasarkan laporan resmi WHO, sampai dengan April 2014 konfirmasi kasus flu burung
pada manusia di Indonesia tercatat sebanyak 195 kasus dengan 163 kematian (WHO,
2014a).Provinsi Jawa tengah merupakan provinsi dengan angka kematian kasus flu burung
tertinggi pada tahun 2005 sampai 2012 dengan CFR sebesar92,3% dimana dari jumlah 13 kasus
terdapat 12 kematian. Berada di bawah provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah 1 kasus dan 1
kematian, DI Yogyakarta dengan jumlah 3 kasus dengan 3 kematian, Bali terdapat 6 kasus
dengan 6 kematian, dan Sulawesi Selatan terdapat 1 kasus dengan 1 kematian, sehingga masing-
masing provinsi tersebut memiliki CFR sebesar 100%.

Kematian pasien flu burung di Bengkulu tahun 2012 menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah korban H5N1 tertinggi di dunia . Menurut WHO, dari 349 kematian akibat flu
burung di seluruh dunia sejak 2003, 155 diantaranya terjadi di Indonesia.Sampai saat ini, belum
ada vaksinasi yang spesifik untuk virus flu burung. Meskipun demikian, untuk menurunkan
resiko terserang flu burung dapat melakukan vaksinasi flu tahunan .
II. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai
berikut.

a. Apa yang dimaksud dengan flu burung?

b. Apa penyebab penyakit flu burung?

c. Apa gejala penyakit flu burung?

d. Bagaimana cara pengobatan flu burung?

e. Bagaimana cara pencegahan penyakit flu burung?

III. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik dan perilaku

masyarakat dengan kejadian suspek flu burung .

2. Tujuan Khusus

Menganalisis hubungan faktor lingkungan fisik dengan kejadian

suspek flu burung yang meliputi:

1) Menganalisis hubungan kepemilikan kandang dengan kejadian

suspek flu burung.

2) Menganalisis hubungan jarak kandang dari rumah dengan kejadian

suspek flu burung.

3) Menganalisis hubungan kebersihan kandang dengan kejadian

suspek flu burung.

4) Menganalisis hubungan adanya unggas yang mati di lingkungan

dengan kejadian suspek flu burung.

b. Menganalisis hubungan perilaku masyarakat dengan kejadian suspek


flu burung yang meliputi :

1) Menganalisis hubungan memelihara unggas di rumah dengan

kejadian suspek flu burung.

2) Menganalisis hubungan kontak dengan unggas mati mendadak

dengan kejadian suspek flu burung.

3) Menganalisis hubungan mencuci tangan menggunakan deterjen

dengan kejadian suspek flu burung.

IV. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para masyarakat dalam
meningkatkan kewaspadaan terhadap keadaan-keadaan yang dapat mendukung terjadinya kasus
flu burung. Faktor lingkungan fisik dan perilaku yang berhubungan dengan kejadian suspek flu
burung. Sehingga selanjutnya masyarakat dapat terhindar dari penyakit flu burung. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan. Hasil
penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam perencanaan program
dalam pemberantasan penyakit flu burung. Bagi peneliti, penelitian ini berguna dalam
memahami lebih jauh mengenai penyakit flu burung.

V. Definisi Operasional

Flu burung merupakan penyakit yang di sebabkan oleh virus influenza yang menyerang
unggas dan bisa juga menular ke manusia . Gejala yang di alami penderita berupa demam, batuk,
sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala. Pada beberapa penderita gejala lain yang juga dapat
timbul antara lain muntah, sakit perut, diare, gusi berdarah, mimisan, nyeri dada, dan mata
merah. Flu burung yang di maksud dalam penelitian ini adalah virus flu burung yang dapat
menginfeksi manusia jika terjadi kontak langsung atau tidak langsung dengan unggas yang telah
terinfeksi virus ini.

VI. Tinjauan Pustaka

Flu Burung Penyakit influenza pada unggas ( Avian Influenza / AI ) yang pada saat ini
kita kenal dengan sebutan Flu Burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
influenza subtipe H5N1 yang umumnya ditemukan pada unggas . Penyakit ini dikelompokkan
kedalam kelompok penyakit menular berbahaya karena bersifat zoonosis yang
mematikan .Selain dapat menyerang unggas dan hewan mamalia, virus AI juga menular ke
manusia.

2.1 Karakteristik Virus Flu Burung Dalam buku Petunjuk Umum Pencegahan Flu Burung
(H5N1) Pada Unggas dan Manusia, dijelaskan mengenai karakteristik dari virus Flu Burung
sebagai berikut: a. Virus ini dapat bertahan di dalam kotoran unggas dan lingkungan (air dan
tanah) dalam waktu beberapa minggu. b. Virus ini dapat bertahan dalam jangka waktu panjang
pada suhu dingin. c. Virus ini dapat mati jika makanan di masak hingga matang .

2.2 Gejala flu burung yang umum pada unggas Kita harus mencurigai unggas kita telah
terjangkit virus Flu Burung jika mengalami gejala sebagai berikut (CBAIC,2007):1.Unggas mati
mendadak dalam jumlah yang besar dengan atau tanpa gejala klinis. 2.Unggas mungkin memiliki
gejala yang berikut: a.Lemas (tidak berenergi) dan kehilangan selera. b.Jengger bengkak,
berwarna biru atau berdarah, bulu-bulu berguguran. c.Kepala tertunduk menyatu dengan badan.
d.Kesulitan bernafas. e.Bengkak pada kepala dan kelopak mata. f.Pendarahan di kulit pada area
yang tidak ditumbuhi bulu, terutama pada kaki. g.Penurunan jumlah telur yang dihasilkan.
h.Diare, menggigil dan mengeluarkan air mata. i.Gelisah.

2.3 Epidemiologi penyakit AI Penyakit Avian Influenza (AI) atau flu burung pertama kali
dilaporkan pada tahun 1878 sebagai wabah yang menjangkiti ayam dan burung di Italia yang
disebut juga sebagai Penyakit Lombardia (Perroncito, 1878). Meskipun di tahun 1901 Centanini
dan Savonucci berhasil mengidentifikasi organisme mikro yang menjadi penyebab penyakit itu,
namun baru di tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri organisme itu sebagai virus
influenza A (Schafer, 1955). Pada tahun 1959 dilaporkan kematian ayam pada dua flok di satu
peternakan ayam di Skotlandia yang terindikasi terkena virus AI subtipe H5N1, diikuti laporan
kematian ribuan hingga puluhan ribu kalkun di sekitar Inggris dan sekitarnya, Kanada dan
semakin meluas pada jenis unggas lainnya termasuk angsa, bebek, burung puyuh bahkan burung
liar. Ratusan ribu bahkan jutaan unggas harus dimusnahkan. (Elfidasari et al, 2014). Virus AI
mulai masuk Asia sekitar tahun 1994 di Pakistan, tahun 1996 di China, sementara tahun 1997
muncul di Hongkong yang terindikasi disebabkan oleh virus AI H5N1 (Class et al., 1998;
Elfidasari et al., 2014; FAO, 2012). Kasus kejadian AI di Hongkong pada tahun 1997
membuktikan bahwa virus yang berpatogenesis tinggi tersebut sudah mampu melintas barier dan
dapat beradaptasi terhadap hospes baru, dan merupakan kasus pertama kali adanya penularan
langsung virus AI dari spesies unggas ke manusia yang berakibat fatal (Gabriel et al., 2005;
Peiris et al., 2004). Pada awal tahun 2003 virus AI H5N1 dilaporkan mewabah di 32 provinsi di
Indonesia (Andhesfha et al., 2013), dan dilaporkan kembali terjadi di Provinsi DKI dan
Kabupaten Pandeglang pada tahun 2004 (Dharmayanti et al., 2005). Selain itu wabah HPAI juga
telah terjadi di Thailand, Vietnam, dan Malaysia sejak tahun 2003-2004 (FAO, 2005). Hasil
analisis daerah cleavage sitemenunjukkan bahwa semua isolat Indonesia yang diisolasi pada
Oktober 2003 sampai bulan Oktober 2004 mempunyai multiple basic asam amino yang
merupakan virus AI highly pathogenic (Dharmayanti et al., 2005). Strain dominan HPAI H5N1
penyebab pandemik unggas tahun 2003-2004 merupakan hasil evolusi virus tahun 1999 sampai
2002 yang menciptakan genotype Z yang disebut Asian lineage HPAI H5N1 (Mandal, 2013)
yang menyebabkan kerugian tinggi mencapai 4,3 trilyun rupiah hanya dalam kurun waktu 4
tahun sejak pertama kali muncul (Basuno, 2008).

VII. Metode Penelitian

Metode penulisan ini menggunakan metode deskriptif sebagai salah satu metode untuk
menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas. Metode penulisan deskriptif merupakan jenis
penelitian dimana penulis berusaha untuk memberikan gambaran atau mendeskripsikan keadaan
obyek serta permasalahan dengan menggunakan analisa data. Dalam penelitian ini, peneliti akan
menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian secara obyektif.

Anda mungkin juga menyukai