Oleh :
Kelompok 5
Flu burung yang dikenal dengan istilah avian influenza (AI) merupakan
penyakit zoonis yang disebabkan oleh virus Avian Influenza tipe A. Penyakit yang
awalnya hanya ditemukan pada unggas ini merupakan salah satu penyakit hewan
menular yang bersifat akut. Flu burung merupakan penyakit influenza yang
menyerang unggas baik pada burung, bebek, ayam, serta beberapa binatang lain
seperti babi.
Penyakit flu burung pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai
wabah yang menyerang ayam dan burung di Italia (Perroncito, 1878), yang
disebut juga sebagai “Penyakit Lombardia” berdasarkan nama suatu daerah
lembah di hulu sungai Po. Pada tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri
organisme itu sebagai virus influenza A (Schafer, 1955). Flu burung di manusia
pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun 2003
ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini kemudian
merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003 sampai saat ini (Depkes RI,
2006).
Flu burung pertama diidentifikasi pada satu pasien di rumah sakit yang
selanjutnya disebut kasus tersangka flu burung. Pada tanggal 24 Februari 2012,
kasus berobat ke IGD RSUD dr.M.Yunus setelah mengeluh demam, pusing dan
mual. Pada tanggal 27 Februari 2012, kasus difoto thorax dengan hasil kesan
Community-Acquired Pneumonia (CAP) dan TBC paru. Tanggal 28 Februari
2012 pukul 03.00 WIB dini hari, kasus mengalami batuk darah dan dikonsulkan
ke spesialis paru dengan hasil diagnosa pneumonia dan atelektasis. Pukul 08.00
WIB tanggal yang sama, kasus mengalami penurunan kesadaran dan dipindahkan
ke ICU dan dinyatakan suspek Flu Burung.
1
Pengambilan spesimen kasus dilakukan pada 29 Februari – 1 Maret 2012
oleh perawat dan petugas laboratorium rumah sakit. Hasil pemeriksaan spesimen
kasus pada tanggal 2 Maret 2012 adalah positif Flu Burung. Investigasi KLB
kemudian dilakukan pada tanggal 6-8 Maret 2012 oleh tim investigasi Pusat
Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan dengan mengambil serum pada orang
yang kontak dengan penderita (keluarga, tetangga, medis). Keluarga dan tetangga
yang kontak sebanyak 17 orang, dan 1 orang menunjukkan gejala batuk dan pilek.
Pada laporan ini tidak dijelaskan secara rinci, bagaimana kasus KLB flu
burung mulai menyebar dan jumlah kasus yang terjadi. Jumlah pelaporan kasus
awal dan riwayat pelaporan KLB flu burung tidak dicantumkan dalam laporan.
Hal lain yang dicantumkan adalah data kasus dan hubungan kasus dengan kontak
hingga terjadi penularan penyakit flu burung.
2
diantaranya merupakan kluster, namun hingga saat ini penularan masih
terjadi dari unggas ke manusia. Kasus konfirmasi terakhir (sebelum kasus
ke-200 di Klungkung Bali) adalah kasus cluster pada Maret 2015 di Kota
Tangerang, Banten.
B. TUJUAN PENYELIDIKAN
3
menimbulkan KLB. Contoh bencana sosial seperti perang atau ledakan bom dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sosial di masyarakat karena mengancam
keselamatan mereka.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, suatu derah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB
apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau
tidak dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu
dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis
penyakitnya.
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per
bulan dalam tahun sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah
kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
Penanggulangan KLB dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah beserta
masyarakat secara terpadu. Penanggulangan KLB meliputi:
a. Penyalidikan epidemiologis;
b. Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita, termasuk tindakan karantina;
c. Pencegahan dan pengebalan;
4
d. Pemusnahan penyebab penyakit;
e. Penanganan jenazah akibat wabah;
f. Penyuluhan kepada masyarakat;
g. Upaya penanggulangan lainnya.
Dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan upaya penanggulangan secara
dini apabila di daerahnya terdapat salah satu kriteria KLB yang terpenuhi, baik
sebelum maupun setelah daerah ditetapkan dalam keadaan KLB. Upaya
penaggulangan dini dilakukan kurang dari 24 jam sejak daerah tersebut memenuhi
salah satu kriteria KLB.
2. Flu Burung
Avian influenza (AI) atau flu burung adalah penyakit akut yang berasal dari oleh
virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae. Flu
burung merupakan penyakit influenza yang menyerang unggas baik pada burung,
bebek, ayam, serta beberapa binatang lain seperti babi. Penyakit ini dapat terjadi
saat perubahan musim/cuaca dengan gejala penyakit seperti demam 5%, batuk
1%, sakit kepala 6%, diare 2%, mual 3%, pilek 1%, bersin dan rasa pegal di otot
dan tulang 3%. Penularan penyakit flu burung ke manusia dapat melalui:
a. Binatang : kontak langsung dengan unggas yang sakit maupun produk
unggas yang berasal dari unggas yang sakit;
b. Lingkungan : udara atau peralatan yang tercemar virus flu burung
(terkontamnasi tinja unggas yang sakit);
c. Manusia : kontak dengan manusia yang positif terkena flu burung;
d. Mengkonsumsi produk unggas yang tidak dimasak dengan sempurna.
Masa inkubasi flu burung pada unggas rata-rata 4 hari (2 – 7 hari). Sedangkan
masa inkubasi rata-rata virus flu burung secara umum 3 hari (1-7 hari),dan masa
penularan pada manusia adalah 1 hari sebelum dan 3-5 hari setelah gejala timbul.
Sedang masa penularan pada anak dapat mencapai 21 hari (Depkes RI, 2007).
5
C. METODE PENYELIDIKAN
1. Desain Penyelidikan
Menurut (CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and
Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990 dalam
Maulani, 2010) Penyelidikan KLB mempunyai tujuan utama yaitu
mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa
yang akan datang (pengendalian). Langkah-langkah yang harus dilalui
pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosa etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika
diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan
10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat
dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah diatas tidak
harus dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah
dapat dikerjakan secara serentak. Pemastian diagnosa dan penetapan
KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan (Mausner and
Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989 dalam Maulani, 2010).
6
lapangan, keterampilan analisis data, dukungan tinjauan pustaka, dan
instrurmen investigasi. Persiapan administasi meliputi penyediaan
perijinan, surat-surat atau dokumen legal lainnya yang mendukung
investigasi. Persiapan konsultasi berupa menjalin kerja sama dengan
tim, ataupun pejabat wilayah yang berada di wilayah tersebut.
7
Berbagai informasi tersebut biasanya direkam dalam format pelaporan
yang standar, kuesioner atau form abstraksi/ kompilasi data. Hasil
perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan
KLB. Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil
pemastian diagnosis penyakit. Identifikasi paparan perlu dilakukan
sebagai arahan untuk indentifikasi sumber penularan. Pada tahap ini
cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara
penularan penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada
penyakit yang cara penularannya tidak jelas (bervariasi).
4. Penanggulangan sementara
Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat
dilakukan atau diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan
dilampaui. Cara penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah
sesudah semua langkah penyelidikan KLB dilaksanakan. Menurut
Goodman et al. (1990) dalam Maulani (2010), kecepatan keputusan
cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi
penyakit, sumber dan cara penularannya, sebagai berikut:
a. Jika etiologi telah diketahui, sumber dan cara penularannya dapat
dipastikan maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan
yang luas.
b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum
dapat dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih
diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan
cara penularannya.
c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan
sudah diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan,
walaupun masih memerlukan penyelidikan yang luas tentang
etiologinya.
d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui,
maka penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara
penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.
8
5. Identifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
a. Identifikasi sumber penularan
Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan
membuktikan adanya agent pada sumber penularan.
b. Identifikasi keadaan penyebab KLB
Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan
keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan.
7. Penyusunan Rekomendasi
Rekomedasi yang diusulkan dapat berupa program pengendalian,
dan penanggulangan KLB.
9
dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat
dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.
10
kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan),
kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vector.
11
tenggorok, cairan Endo Tracheal Tube (ETT) dan serum diambil dari
kasus selama 2 hari berturut-turut. Pada spesimen tersebut dilakukan
pemeriksaan Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-
PCR) untuk mengetahui adanya materi genetik Flu Burung dan
pemeriksaan serum dilakukan dengan metode Hemaglutinasi Inhibisi
(HI) untuk mengetahui antibodi terhadap Flu Burung. Pengambilan
spesimen serum juga dilakukan pada kontak kasus. Hasil pemeriksaan
(RT-PCR) menunjukkan positif H5N1 Keluarga dan tetangga pasien
juga ikut diperiksa dengan pengambilan swab hidung dan swab
tenggorokan sedangkan kontak tanpa gejala batuk dan pilek diambil
spesimen darah.
12
tetangga rumah kakek nenek kasus. Kondisi lingkungan di rumah kakek nenek
kasus merupakan daerah padat penduduk dan di sekitarnya terdapat ruko yang
memelihara burung walet. Juga ada beberapa tetangga yang memelihara ayam dan
terdapat satu pet shop.
- Berdasarkan Tempat
Berdasarkan hasil penelitian, kasus dan kontak KLB flu burung di daerah
Bengkulu hanya terdapat konfirmasi 1 kasus flu burung yang terjadi yakni
tepatnya di Kelurahan Kebun Dahri, Kecamatan Ratusamban, Kota Bengkulu,
Provinsi Bengkulu.
- Berdasarkan Waktu
Berdasarkan hasil penelitian, kasus KLB flu burung di Bengkulu sejak tahun 2005
– 2015 hanya terdapat 1 laporan mengenai konfirmasi positif terkena Flu Burung
tepatnya pada 2 Maret 2012 yang berada di Kelurahan Kebun Dahri, Kecamatan
Ratusamban, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
13
D. HASIL PENYELIDIKAN
Pada pasien yang positif virus flu burung harus diberikan oseltamivir
selama dirawat di rumah sakit, karena hasil penelitian yang didapatkan
kemungkinan positif terjangkit virus H5N1 disebabkan tidak adanya stock
oseltamivir di rumah sakit. Padahal sebenarnya pemberian oseltamivir diberikan
sedini mungkin pada infeksi influenza agar dapat terefikasi klinis secara
maksimal. Sehingga mempertipis kemungkinan terjangkit virus H5N1. Serta
diperlukan tenaga ahli dan kecepatan dalam penanganan kasus ini.
3. Sosialiasi
4. Penanggulangan lain
14
Tabel:
1. Demam 5 0,5%
2. Batuk 1 0,1%
3. Sakit Kepala 6 0,6%
4. Diare 2 02%
5. Pilek 1 0,1%
6. Mual 3 0,3%
7. Bersin 3 0,3%
TOTAL 21 0,021%
E. KESIMPULAN
Sejak tahun 2003 hingga saat ini, WHO mencatat kasus Flu Burung A
H5N1 sebanyak 859 kasus konfirmasi dengan 453 kematian yang tersebar di
beberapa negara diantaranya adalah Azerbaijan, Bangladeh, China, Djibouti,
Indonesia, India, Iraq, Kamboja, Nigeria, Pakistan, Thailand, Turki, Vietnam,
Laos PDR, dan Myanmar. Pada kronologi kejadian KLB flu burung di kota
Bengkulu, flu burung pertama diidentifikasi pada satu pasien di rumah sakit yang
selanjutnya disebut kasus tersangka flu burung pada tanggal 24 Februari 2012
disertai gejala-gejala yang dialami hingga hasil pemeriksaan spesimen kasus pada
tanggal 2 Maret 2012 ditetapkan sebagai positif Flu Burung.
15
adanya materi genetik Flu Burung dan pemeriksaan serum dilakukan dengan
metode Hemaglutinasi Inhibisi (HI) untuk mengetahui antibodi terhadap Flu
Burung (untuk pasien yang mengalami batuk darah hingga harus dilarikan ke
spesialis paru dan diduga kasus flu burung). Dalam pemastian kasus KLB, kota
Bengkulu sebelumnya belum pernah mengalami penyakit flu burung, dan muncul
pada tahun 2012. Kejadian kasus KLB flu burung selama tahun 2005 – 2015
hanya terjadi di Kelurahan Kebun Dahri, Kecamatan Ratusamban, Kota
Bengkulu, Provinsi Bengkulu dengan pasien atau tersangka kasus berjumlah satu
orang pada tahun 2012. Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan yakni
dengan melengkapi sarana dan prasarana kesehatan berupa ruang isolasi dan
peningkatan teknologi untuk deteksi dini, lebih diperhatikan pengobatan dan
perawatan pasien, serta adanya sosialisasi pada masyarakat mengenai KLB flu
burung maupun upaya lainnya.
D. SARAN
Mengenai kasus KLB flu burung di provinsi Bengkulu ini yang terbilang
jarang, perlunya kewaspadaan yang tinggi agar tidak menjadi kasus yang lebih
parah. Dengan menerapkan upaya penanggulangan kasus flu burung tersebut serta
ditingkatkan lagi kewaspadaan diri terhadap tanda-tanda dari virus flu burung
melalui seperti sosialisasi kepada masyarakat.
16
DAFTAR PUSTAKA
BBC Indonesia. Fakta tentang Penyakit Flu Burung. [Online] Diakses di :
http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2005/10/051017_birdflufacts.s
html pada 18 Oktober 2017 pukul 16:20 WIB.
17