Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN


AKIBAT PARASIT (SCABIES)

Oleh :
Agus Purnomo. S.Kep, Ners.
NIP. 198608292010121002

LAPAS KELAS IIB INDRAMAYU


2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT karena atas limpahan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini alhamdulillah tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rosululloh yang mulia,
Muhammad shallaullahu ‘alaihi wasallam.
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan mengambil referensi dari berbagai sumber,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan
referensi baik dari buku, maupun dari (internet).
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk hasil
yang lebih baik. Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi penulis dan
untuk semua yang membaca.

Indramayu, 12 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN
A.    Pengertian scabies
B.     Etiologi scabies
C.    Manifestasi klinis scabies
D.   Patofisiologi scabies
E.    Penatalaksanaan scabies
F.     Asuhan keperawatan

BAB III : PENUTUP


A.    Kesimpulan
B.     Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
sarcoptes scabiei var huminis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis.
Penyakti scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabiei
tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum membentuk kanalikuli atau
terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 cm.
Akibatnya, penyakti ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan udem yang disebabkan oleh
garukan.

B.    Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Menjelaskan pengertian scabies
2.      Menjelaskan etiologi scabies
3.      Menjelaskan manifestasi klinis scabies
4.      Menjelaskan patofisiologi scabies
5.      Menjelaskan penatalaksanaan scabies
6.      Menjelaskan asuhan keperawatan scabies
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan
iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-
gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).

Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi kutu
sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada stratum korneum kulit,
terutama pada tempat predileksi (Wahidayat, 1998).

Scabies merupakan investasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal.
Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi higiene
dibawah standar sekalipun juga sering tedapat diantara orang–orang yang sangat bersih.
Scabies sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi
parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti
jari-jari tangan, sentuhan tangan dan menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal
semalaman dengan teman yang terinfeksi atau atau saling berganti pakaian dengannya dapat
menjadi sumber infeksi. Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan
pasien scabies dapat pula terinfeksi.

B.    Etiologi
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina yang dewasa akan
membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya.
Dengan rahang dan pinggir dan tajam perluas dari persendian kaki depannya, kutu tersebut
akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari sampai
selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3 hingga
4 hari dan berlanjut hingga stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam
tempo sekitar 10 hari.

Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan
tidak langsung :
1.      Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
2.      Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

C.    Manifestasi klinik


Pasien dengan skabies memiliki gejala-gejala yang sangat khas. Ini berbeda dengan penyakit
kulit yang lain. Oleh karena itu perawatan harus memahami secara benar gejala tersebut :
1.      Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan tenang
atau tidak beraktvitas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
3.      Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat predileksi; berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada
ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit dengan
stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar,
lipatan ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna
pria (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
4.      Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

D.   Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-
kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi
tungau.

E.    Penatalaksanaan
Kepada pasien agar diminta mandi dengan air yang hangat dan sabun guna menghilangkan
debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan kering benar serta menjadi
dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane (Kwell) atau krotamiton (krim dan lotion Eurax),
dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher kebawah dengan hanya
meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada scabies tidak terkena). Obat itu
dibiarkan selama 12 hingga 24 jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya
sampai bersih. Aplikasi obat satu kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan
agar terapi tersebut diulang sesudah 1 minggu kemudian.
         Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan skabisida segera
sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi dingin dapat meningkatkan
absorbsi perkuatan skabisida sehingga berpotensi untuk menimbulkan gangguan sistem saraf
pusat seperti serangan kejang.

F.     Asuhan keperawatan


Pengkajian
Data yang perlu dikaji adalah :
1.      Biodata, perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua
semua kelompok umur baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat,
paling sering dilingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya, seperti
asrama dan penjara.
2.      Keluhan utama, biasanya klien datang keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
3.      Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengeluh gatal terutama malam hari dan
timbul lesi berbentuk pustula pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola
mamae, bokong atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal biasanya penderita
menggaruk lesi tersebut sehingga dapat ditemukan adanya lesi tambahan akibat garukan.
4.      Riwayat penyakit dahulu, tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies
kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita.
5.      Riwayat penyakit keluarga, pada pasien skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga
lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang
sama. Oleh karena itu, dalam melakukan pengkajian/anamnesis, perawat perlu
menanyakannya secara lengkap.
6.      Psikososial, penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, daan cemas dengan adanya
lesi yang berbentuk pustula. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang
terkena lesi pada saat interaksi sosial.
7.      Pola kehidupan sehari-hari, penyakit skabies terjadi karena higiene pribadi yang
buruk/kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat
anamnesis perlu ditanyakan secara jelas tentang pola kebersihan diri klien maupun
keluarga. Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita seringkali terganggu.
Lesi dan bau yang tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan
menimbulkan gangguan aktivitas dan interaksi sosial.
8.      Pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk papula, pustula,
vesikel, urtikaria, dll. Garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Pada daerah predileksi ditemukan terowongan kecil, sedikit meninggi,
berkelok-kelok, berwarna putih keabu-abuan, panjang kira-kira 10 mm. Pada beberapa
kasus, ditemukan bau yang tidak sedap/amis.

Diagnosa
1.      Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
2.      Gangguan pola tidur b/d pruritus/gatal
3.      Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
4.      Risiko tinggi infeksi b/d lesi
5.      Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Intervensi
Dx I : Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan 3x24 jam diharapkan :
lapisan kulit klien terlihat normal : dengan kriteria evaluasi :
1.      Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
2.      Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3.      Perfusi jaringan baik

Intervensi :
1.      Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan yang kurang
menyenangkan.
2.      Disarankan pasien mandi dengan air hangat dan sabun.
3.      Monitor kulit akan adanya kemerahan.

Dx II : Ganguan pola tidur b/d pruritus/gatal


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan :
1.      Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2.      Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur

Intervensi :
1.      Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur
2.      Beri penjelasan pada klien penyebab gangguan pola tidur
3.      Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan

Dx III : Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : klien tidak mengalami gangguan
dalam cara penerapan citra diri dengan kriteria evaluasi :
1.      Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2.      Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang ada

Intervensi :
1.      Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran,
pandangan dirinya
2.      Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan
kesehatan.

Dx IV : Risiko tinggi infeksi b/d lesi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : tidak terjadi risiko infeksi dengan
kriteria hasil :
1.      Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2.      Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3.      Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi :
1.      Monitor tanda dan gejala infeksi
2.      Monitor kerentanan terhadap infeksi
3.      Batasi pengunjung bila perlu
4.      Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
meninggalkan pasien.
5.      Ajarkan cara menghindari infeksi

DxV : Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan : klien tidak cemas
lagi dengan kriteria hasil :
1.      Klien tidak resah
2.      Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyataan
3.      Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala kecemasan

Intervensi :
1.      Identifikasi kecemasan
2.      Gunakan pendekatan yang menenangkan
3.      Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi ketakutan
4.      Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5.      Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga
menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini.
Cara penularan (transmisi) penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak
langsung :
1.     Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
dan hubungan sekseual.
2.      Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

Manifestasi klinis
1.      Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan
tenang atau tidak beraktvitas.
2.      Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
3.      Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat predileksi; berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm.
Pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku
bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong,
genitalia eksterna pria (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak
tangan dan kaki.
4.      Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

B.    Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita
selalu menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari kemudian, selalu
berhati-hati dengan orang yang menderita penyakit menular salah satunya adalah scabies.

DAFTAR PUSTAKA
Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku sjsr asuhan keperawatan dengan sisitem integumen.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC
http://muhsakirm.blogspot.com/2013/02/makalah-skabies_7852.html

Anda mungkin juga menyukai