PENDAHULUAN
2
1.4.2 Manfaat Untuk Mahasiswa
Sebagai sarana pembelajaran dan pelatihan dalam
upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga di Puskesmas Pakjo Palembang.
3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Tuberkulosis
2.1.1 Definisi dan Gejala Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies
Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M.
Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang
bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.
4
Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan HIV
positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas, sehingga
gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.
5
Beberapa istilah dalam definisi kasus:
1. Kasus TB : Pasien TB yang telah dibuktikan secara mikroskopis atau
didiagnosis oleh dokter.
2. Kasus TB pasti (definitif) : pasien dengan biakan positif untuk
Mycobacterium tuberculosis atau tidak ada fasilitas biakan, sekurang-
kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
7
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu)
2. Kasus Kambuh
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB an
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, diagnosis kembali
dengan BTA positif (apusan atau kultur)
3. Kasus Putus Berobat
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau
lebnih dengan BTA positif.
4. Kasus Gagal
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
5. Kasus Pindah
Adalah pasien yang dipindahkan kdari UPK yang memiliki register TB
laiun untuk melanjutkan pengobatannya.
6. Kasus Lain
7. Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan dioatas. Dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
2.1.3 Epidemiologi
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasusu insiden TBC
yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima negara yang
insiden kasus tertinggi yaitu : india, indonesia, china, philipina, dan pakistan.
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high
burden countries (HBC) untuk TBC berdasarkan 3 indikator yaitu TBC,
TBC/HIV, dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang masuk dalam dafar
tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau
keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indopnesia bersama 13
8
negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut,l artinya
indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi penyakit TBC.
9
lingkungan (enviroment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul – simpul
tersebut, pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium
tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat
itu. Pengidap HIV/AIDS atau orang dengan status gizi yang buruk lebih
mudah untuk terinfeksi dan terjangkit TBC.
2.1.5 Patofisiologi
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei)
yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera
diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar
kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu
menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag.
10
Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya
akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB
di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer, kuman TB
menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu
kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer.
Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus
primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak
di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks
primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional
yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga
terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi
TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi
lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8
minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi
tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103 -104 , yaitu jumlah
yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. Selama berminggu-
minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB
sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap
tuberculin, mengalami perkembangan sensitivitas.
Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB primer
dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif
terhadap uji tuberculin. Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif.
Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer tubuh terhadap TB
telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang
berfungsi baik, begitu system imun seluler berkembang, proliferasi kuman
TB terhenti. Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
11
granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk
ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.
Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru
biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau
kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar
limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna focus primer di jaringan paru.
Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam
kelenjar ini.
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus
primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis
fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan
mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di
jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya
berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi
yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus
akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat
merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB
endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat menimbulkan
obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan
pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental
kolaps-konsolidasi. Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas
seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen.
Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional
membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen,
kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai
penyakit sistemik. Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah
dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hamatogenic
12
spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit
demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian
akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh.
Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama
apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan
bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler
yang akan membatasi pertumbuhannya. Di dalam koloni yang sempat
terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler,
kuman tetap hidup dalam bentuk dormant. Fokus ini umumnya tidak langsung
berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi focus reaktivasi.
Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON.
Bertahuntahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus
TB ini dapat 5 mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ
terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain. Bentuk penyebaran
hamatogen yang lain adalah penyebaran hematogenik generalisata akut (acute
generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB
masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang
disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan
setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan
virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.
Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun pejamu
(host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.
Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized
hematogenic spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang
dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran yang lebih kurang sama.
Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butur
padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa
nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan
granuloma. Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah
13
protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus
perkijuan menyebar ke saluran vascular di dekatnya, sehingga sejumlah
kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah.
Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan
dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara
berulang. Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun
pertama), biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3
bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB
endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3% penyebaran
limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya
terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi
segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi
dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).
Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia
terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi
kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini
jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi
TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling
banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal
biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer
14
2.1.6 Diagnois
Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan diagnosis klinis, dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologis.
2.1.7 Tatalaksana
Pengobatan Tuberkulosis bertujuan untuk meyembuhkan pasien,
mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan memutu rantai penularan
dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis
(OAT).
15
Panduan OAT yang digunakan di-Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia:
Kategori I : 2(RHZE)/4(RH)3
Kategori II : 2(RHZE)S/(RHZE)/5(RH)3E3
Kategoti Anak : 2(RHZ)/4(RH)
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin,
Rthionamide, Sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1 yaitu: Pirazinamid dan
Ethambutol.
- Panduan OAT kategoti I dan II disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan pasien. panduan ini dikemas dalam satu
paket untuk satu pasien.
- Paket Kombipak adalah obat lepas yangterdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister. Panduan AOT ini disediakan program untuk digunakan dalam
pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
16
Panduan OAT lini pertama
a. Kategori I (2RHZE)/4(R3H3)
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB patu BTA Positif
Pasien TB Paru BTA Negatif foto Thoraks Positif
Pasien TB Ektra Paru
b. Kategoti II (2RHZE)S/(RHZE)/5(RHE)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA Psitif yang telah di obati
sebelumnya:
Pasien Kambuh
Pasien Gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putuh obat
17
Penggunaan obat OAT dalam jangka tertentu dapat menyebabkan ffek
samping obat, berikut adalah efek samping pada setiap obat OAT
18
2.1.8 Pencegahan
Pencegahan kasus TB dilakukan dengan
Penemuan kasus TB secara dini
Tatalaksana kasus TB resistan obat yang bermutu
Pengurangan risiko penularan (dari pasien ke sekitarnya)
Pencegahan timbulnya TB resisten obat ekstensif
Pencegahan dan pengendalian faktor risiko TB dilakukan dengan cara:
Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat
Membudayakan perilaku etika batuk
Melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan
lingkungan sesuai dengan standar rumah sehat
Peningkatkan daya tahan tubuh
Penanganan penyakit penyerta TB (HIV)
Penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi TBC di fasilitas
pelayanan dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan
19
a. Mengikuti pendidikan dokter sesuai standar nasional;
b. Pekerjaannya berlandaskan etik profesi;
c. Mengutamakan panggilan kemanusiaan daripada keuntungan;
d. Pekerjaannya legal melalui perizinan;
e. Anggota – anggotanya belajar sepanjang hayat;
f. Anggota – anggotanya bergabung dalam suatu organisasi
profesi;
g. Melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang,
melainkan sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai
anggota masyarakat sekitarnya;
h. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang di
sampaikan;
i. Mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati sedini mungkin;
j. Mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya; dan
k. Menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan
kesehatan lanjutan.
20
b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan
sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan keluhan yang
disampaikan.
c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya
penyakit dan mengenal serta mengobati penyakit sedini
mungkin.
d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan dan berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-
baiknya.
e. Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan
tingkat pertama dan bertanggung jawab pada pelayanan
kesehatan lanjutan.
21
Menurut WONCA (1991) dokter keluarga adalah dokter
yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi
semua orang yang mencari pelayanan kedokteran, dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah
seorang generalis yang menerima semua orang yang membutuhkan
pelayanan kedokteran tanpa adanya pembatasan usia, gender,
ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa dokter keluarga
adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut.Tanpa
membedakan ras, budaya, dan tingkatan sosial.Secara klinis, dokter
ini berkompeten untuk menyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan dan memerhatikan latar belakang budaya,
sosioekonomi, dan psikologis pasien. Dokter ini bertanggung jawab
atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan bagi pasiennya.11
23
bandingnya
3. Aspek 3 (aspek internal): faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya, (misal: usia, perilaku
kesehatan, persepsi kesehatan, dan sebagainya).
4. Aspek 4 (aspek eksternal pasien): dokter menulis (keadaan
keluarga, lingkungan psikososial & ekonomi keluarga, keadaan
lingkungan rumah& pekerjaan yang memicu atau menjadi
hazsard pada penyakit/masalah ini atau kemungkinan dapat
menghambat penatalaksanaan penyakit/masalah kesehatan yang
ada.
5. Aspek 5 (aspek fungsional): dokter menilai derajat fungsional
pasien pada saat ini.11
Begitu pula pada saat perencanaan penatalaksanaan masalah
kesehatan, dengan memperhitungkan faktor-faktor disekitar pasien,
dokter perlu memiliki perencanaan pencegahan mulai dari
pencegahan primer, sekunder, tersier untuk pasien dan
keluarganya.11
24
2.2.3 Prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga
Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia
mengikuti anjuran WHO dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga
merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan
dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip
pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan
atau mewujudkan sebagai berikut8.
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang kontinu.
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan.
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif.
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral
dari keluarganya.
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja,
dan lingkungan tempat tinggalnya.Pelayanan yang menjunjung
tinggi etika dan hukum.
g. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggung
jawabkan.
h. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu.
29
2.3 Rumah Sehat
2.3.1 Definisi
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan,halaman dan area
sekitarnya yang dipakai sebagaitempat tinggal dan sarana pembinaan
keluarga. Rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk tempat
berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.12
31
6. Vektor penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat;
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%.
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan
kelestarian alam.12
34
Beberapa alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu
dilakukan melalui kunjungan rumah dan atau perawatan di
rumah tersebut.
1. Karena keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan
untuk datang ke tempat praktik Keadaan yang tidak
memungkinkan tersebut banyak macamnya, yaitu:
a. Karena menderita penyakit akut yang tidak
memungkinkan pasien untuk dibawa ke tempat praktik
atau kalau dibawa dan kebetulan menderita penyakit
menular dapat membahayakan orang lain
b. Karena menderita penyakit kronis, terutama apabila
dialami oleh orang yang telah lanjut usia
c. Karena menderita penyakit stadium terminal yang telah
tidak ada harapan untuk hidup lagi
2. Sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Dokter keluarga yang baik seyogyanya dapat melakukan
pelayanan tindak lanjut ini, sedemikian rupa sehingga
keadaan kesehatan pasien kembali pada keadaan semula
serta dapat melakukan kegiatan rutin sehari-hari. Pada akhir-
akhir ini, pelayanan tindak lanjut rawat inap melalui
kunjungan rumah dan atau perawatan di rumah, tampak
makin bertambah penting. Penyebab utama adalah karena
mahalnya biaya perawatan di rumah sakit, sehingga pasien
karena kesulitan biaya, meskipun belum sembuh sempurna
telah meminta untuk dipulangkan.
36
2. Panggilan kunjungan rumah yang tidak diperlukan Masalah
pokok kedua yang sering dihadapi adalah adanya panggilan
kunjungan rumah dari pasien atau keluarga pasien yang
sebenarnya tidak diperlukan. Terjadinya peristiwa yang seperti
ini tentu saja tidak diinginkan. Jika ditinjau dari sudut pandang
dokter, hanya membuang waktu dan tenaga. Apabila berlanjut
sampai menimbulkan rasa kesal, dapat membuat hubungan
dokter-pasien menjadi buruk, yang tentu saja akan merugikan
pasien sendiri.
3. Ketergantungan pasien atau keluarga yang berlebihan Maksud
dilakukannya kunjungan rumah antara lain untuk memberikan
pertolongan kedokteran sesuai dengan keperluan pasien. Tentu
amat diharapkan dengan pertolongan kedokteran yang dilakukan
tersebut sekaligus dapat ditingkatkan pula kemandirian pasien
memelihara kesehatannya. Sayangnya untuk beberapa pasien
atau keluarga tertentu, kemandirian yang diharapkan ini tidak
pernah muncul sehingga pasien atau keluarga tersebut akhirnya
sangat tergantung dengan dokter, yang tentu saja apabila banyak
ditemukan, akan memberatkan pekerjaan dokter Untuk
menghindari terjadinya masalah pertama dan kedua, sangat
dianjurkan kiranya dokter dapat mengumpulkan data
selengkapnya tentang keadaan pasien sebelum melakukan
kunjungan rumah. Dengan lengkapnya keterangan tersebut.
disatu pihak dokter dapat mempersiapkan diri sebelum
berkunjung ke rumah. Dipihak lain, dapat secara bijaksana
menolak melakukan kunjungan, jika memang keadaan penyakit
pasien tidak memerlukannya. Sedangkan untuk menghindari
terjadinya masalah ketiga, tidak ada upaya lain yang dapat
dilakukan, kecuali melalukan pendidikan kesehatan tentang hak
dan kewajiban pasien terhadap diri dan atau penyakitnya sendiri,
pada setiap kali berkomunikasi dengan pasien.
37
4. Tata Cara Kunjungan Rumah dan Perawatan di Rumah Tata cara
kunjungan dan perawatan pasien di rumah mencakup bidang
yang amat sangat luas. Jika ditinjau dari tenaga pelaksana, dapat
dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan sendiri oleh
dokter yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga.
Kedua, dilakukan oleh petugas kesehatan khusus, lazimnya
tenaga paramedis, yang telah mendapatkan pelatihan. Jika
ditinjau dari pihak mengambil inisiatif, juga dibedakan atas dua
macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga yang
melaksanakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif
pasien yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter
keluarga. Tata cara kunjungan rumah dibedakan atas tiga
macam, yaitu:
a. Untuk mengumpulkan data tentang pasien Jika tujuan
kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data tentang
pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan
dikunjungi Apabila ada kemampuan, seyogianya dokter
keluarga dapat melakukan kunjungan rumah kepada
semua keluarga yang menjadi tanggung jawabnya,
terutama apabila keluarga tersebut merupakan pasien
baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki,
kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup
dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan
saja, yaitu keluarga yang termasuk dalam kelompok
berisiko tinggi (high risk family).
Mengatur jadwal kunjungan Untuk menghindari
kunjungan rumah yang sia-sia, perlu dilakukan
pengaturan jadwal kunjungan rumah yang
sebaikbaiknya.
Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
38
Macam data minimal yang patut dikumpulkan adalah
tentang keadaan rumah dan lingkungan pemukiman
pasien, struktur keluarga, fungsi keluarga serta interaksi
anggota keluarga dalam menjalankan fungsi keluarga.
Data minimal ini disebut juga data dasar (data base)
keluarga atau disebut juga sebagai profil keluarga.
Melakukan pengumpulan data Apabila ketiga persiapan
diatas telah selesai, kegiatan dilanjutkan dengan
kunjungan rumah serta mengumpulkan data sesuai
dengan yang telah direncanakan. Kumpulkanlah data
tersebut selengkap-lengkapnya.
Melakukan pencatatan data Catatan data dasar pasien ini
biasanya dilakukan dalam rekam medis khusus yang
disebut dengan nama rekam medis keluarga.
Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan
Saat kunjungan rumah dianjurkan untuk menyampaikan
nasihat dan ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan
sesuai dengan hasil temuan.
b. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif
dokter keluarga Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data tentang pasien, tata cara yang ditempuh
adalah sebagai berikut:
Mempersiapkan jadwal kunjungan Mempersiapkan
jadwal kunjungan yang berisikan daftar nama pasien
yang akan dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam
kunjungan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
pasien. Ada baiknya jadwal kunjungan tersebut disusun
satu minggu sekali.
Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun
kepada pasien Jika keadaan memungkinkan ada baiknya
jadwal kunjungan tersebut disampaikan kepada pasien
39
yang akan dikunjungi.
Mempersiapkan keperluan kunjungan Sebelum
berkunjung ke tempat pasien, dokter harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai
dengan pertolongan kedokteran yang akan dilakukan.
Jangan lupa membawa rekam medis keluarga untuk
pasien yang akan dikunjungi tersebut.
Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
Sesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan
dalam jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke
tempat pasien serta melakukan pertolongan kedokteran
sesuai dengan keperluan pasien. Dapat pula diberikan
nasihat atau penyuluhan kesehatan yang ada
hubungannya dengan kesehatan pasien.
Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada
rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga
dengan lengkap.
Menyusun rencana tindak lanjut Jika memang perlu
pelayanan rawat rawat inap di rumah sakit, bicarakan
kepada pasien dengan sebaik-baiknya.
c. Untuk memberikan pertolongan kedokteran atas inisiatif
pasien atau pihak keluarga Jika pihak yang mengambil
inisiatif adalah pasien atau keluarganya, yang biasanya
terjadi apabila menderita penyakit yang bersifat mendadak
(acute), tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut:
Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien Jika
panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan dapat
langsung ditanyakan kepada anggota keluarganya. Jika
panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah
berbicara langsung dengan pasien yang memerlukan
40
pertolongan kedokteran di rumah tersebut.
Mempersiapkan keperluan kunjungan Mempersiapkan
segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan
pertolongan kedokteran yang diperkirakan akan
dilakukan. Bawalah semua alat dan ataupun obat yang
diperlukan. Jangan lupa membawa rekam medis
keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.
Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Mengunjungi rumah pasien serta melakukan pertolongan
kedokteran sesuai keperluan pasien, termasuk pemberian
nasihat atau penyuluhan kesehatan yang ada
hubungannya dengan kesehatan pasien.
Mengisi rekam medis keluarga Mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada
rekam medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga
dengan lengkap.
Menyusun rencana tindak lanjut Bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat rawat
inap di rumah sakit, bicarakan kepada pasien dengan
sebaik-baiknya.
41
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. Bayu Wijaya Sukarni
Umur : 37 Tahun
Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 23 Maret 1982
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Driver Online
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Seleko/Akbar RT/RW 2/2 Pakjo Palembang
3.2 Subjektif
Autoanamnesis dengan penderita.
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke puskesmas untuk kontrol dan mengambil obat
43
E. Riwayat Keluarga
Genogram Keluarga
Keterangan :
: Laki – laki Cerai
: Pasien Tuberkulosis
F. Riwayat Higiene
Pasien mandi satu hingga dua kali sehari, kamar mandi yang di gunakan
pasien adalah kamar mandi umum yang ia gunakan bersama dengan
saudara – saudara yang tinggal di dekat rumahnya.
Pasien mengganti pakaian setiap hari
Pasien menggunakan handuk dan pakaian sendiri, tidak bercampur
dengan orang lain
G. Riwayat Nutrisi
Pasien biasa makan 2 hingga 3x sehari sebanyak ± 1 piring setiap kali
makan. Ikan, tahu, tempe, telur dan sayur merupakan lauk pauk yang
paling sering dikonsumsi oleh pasien. Pasien makan masakan bibi-nya
yang tinggal di dekat rumahnya atau terkadang pasien membeli makanan
diluar ketika sedang bekerja
44
H. Riwayat Sosioekonomi
Penderita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Pasien memiliki 1
adik perempuan. Kedua orang tua pasien bercerai dan pasien ikut tinggal
bersama ibunya. Ibu pasien menikah lagi. Sekarang pasien tinggal
sendirian dirumah yang tidak terlalu besar, namun terkadang ia tinggal
ditemani ibunya walaupun tidak terlalu sering. Ibu pasien tinggal bersama
suami barunya dengan adik perempuan pasien.
Pasien tinggal di daerah yang tidak terlalu kumuh, dan tidak padat
penduduk. Rumah pasien menempel dengan rumah – rumah saudaranya
yang tinggal di dekat rumahnya, untuk rumah pasien sendiri merupakan
rumah dengan luas kurang lebih 3m x 10m. Terbuat dari dinding kayu dan
lantai semen, atap terbuat dari papan kayu, terdapat satu ruang tidur
sekaligus ruang utama pasien, dan satu ruang penyimpanan. Kamar mandi
pasien merupakan kamar mandi umum yang terdapat diluar rumah, kamar
mandi tersebut memiliki jamban jongkok dan air yang berasal dari PDAM.
Ventilasi udara rumah pasien tidak baik, tidak terdapat jendela pada
rumah pasien, sehingga udara hanya masuk dari pintu depan rumah pasien.
dan tidak ada jarak antara rumah pasien dan tetangganya. Kebersihan
rumah pasien tidak baik sebab pasien jarang membersihkan rumahnya.
Biasanya rumah pasien dibersihkan sesekali oleh pasien atau oleh ibu
pasien saat berada dirumah pasien.
Pasien bekerja sebagai driver online, nemun sudah sejak sakit ini ia
tidak menjalani pekerjaanya tersebut. Pasien bekerja biasanya dari jam 6
pagi hingga 9 malam, dan satu bulan mendapat uang yang tidak menentu,
menurut pasien sehari jika sedang baik ia bisa mendapat uang sekitar
200.000 Rupiah. Namun dengan keadaannya yang sekarang pasien
mendapat uang yang ia dapat dari membantu ibunya berjualan di sekitar
rumahnya, dan untuk keseharian pasien sedang sering diurus oleh bibi
pasien yang tinggal dekat rumah pasien.
45
I. Persepsi tentang Diri dan Kehidupan
Pasien cukup yakin penyakitnya dapat segera membaik dan sembuh,
Pasien berharap obat yang diberikan dapat menyembuhkan penyakitnya,
sehingga ia bisa bekerja kembali.
3.3 Objektif
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 37,0 °C
Berat Badan : 43 kg
Tinggi Badan : 164 cm
IMT : 16 (Underweight)
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi (-), scar (-), striae (-), sianosis (-),ikterus
pada kulit (-), spider nevi (-), pucat pada telapak tangan dan kaki (-), eritema
palmar (-), purpura (-), pertumbuhan rambut normal, turgor baik .
KGB
Ada pembesaran KGB pada daerah leher, nemun tidak ditemukan pada
daerah subclavicula, axilla, dan inguinal.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit ringan, deformitas (-), rambut hitam
tidak mudah dicabut.
46
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva
palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal,
pergerakan mata ke segala arah baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung (-).
Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran berkurang.
Mulut
Thypoid tongue (-), tonsil tidak ada pembesaran, atrofi papil (-), gusi berdarah
(-), stomatitis (-), bau pernapasan khas (-), faring tidak ada kelainan.
Leher
JVP (5-2) cmH2O, kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening tidak
ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada.
Dada
Bentuk dada simetris, spider nevi (-), venektasi (-), nyeri tekan (-), nyeri ketok
(-), krepitasi (-)
Paru-paru
Inspeksi : Dada simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, sela iga
melebar, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri, melemah pada bagian
apex
Perkusi : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri, batas paru hepar pada
ICS VI
Auskultasi : Vesikuler (+/+) normal, ronkhi basah kasar (+/+) di apeks kedua
paru dan paru sebelah kiri pasien wheezing (-/-)
47
Jantung
Inspeksi: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi : Batas jantung kiri atas ICS II linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan atas ICS II linea sternalis dextra
Batas jantung kiri bawah ICS V linea mid klavikula sinistra
Batas jantung kanan bawah ICS V linea sternalis dextra
Auskultasi: HR = 82 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-), caput medusa (-), striae (-)
Palpasi : Lemas, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
undulasi (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus normal
Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
Extremitas
Eutoni, eutrophi, gerakan bebas, kekuatan 5, nyeri sendi (-), edema (-),
jaringan parut (-), palmar pucat (-),kuku tampak pucat (-), clubbing finger (-)
koilonychia (-), purpura (-), akral hangat.
49
BAB IV
PEMBAHASAN PEMBINAAN KELUARGA
Total 5
50
Tabel 4.2. APGAR Score Nani Misni
Total 5
51
Fungsi patologis
Tabel 4.5. SCREEM Keluarga Tn. Bayu
Sumber Patologis
Interaksi sosial yang kurang jelas antara seluruh anggota keluarga
Social Anggota keluar tidak seluruhnya aktif dalam kegiatan kemasyarakatan +
seperti kerja bakti, dll.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
Culture pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak -
tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang
bersifat kondangan, sunatan, dan lain-lain.
Dalam keluarga ini pemahaman agama cukup baik. Namun keluarga
Religious ini jarang melukan sholat 5 waktu dan jarang mengikuti sholat +
berjamaah ke mesjid
52
4.1.1 Riwayat Sosioekonomi
Pasien merupakan anak pertama dari keluarga yang sudah bercerai,
pasien tinggal sendirian namun terkadang ditemani ibunya. Pasien
merupakan seorang driver online dengan gaji +/- Rp. 200.000/hari
sekitar Rp. 3.000.000 – 6.000.000/bulan. Ibu pasien bekerja menjual
gorengan dan beberapa snack didepan rumah pasien di pagi hari.
Dengan keuntungan yang tidak menentu +/- Rp. 200.000 –
500.000/bulan.
Pasien hidup di rumah sendiri dan keluarga memiliki perlengkapan
rumah tangga, peralatan elektronik seperti televisi, , magic com dan
kipas angin, mempunyai alat komunikasi seperti telfon, dan satu buah
kendaraan bermotor roda dua.
Sosial : Kurang harmonis
Ekonomi : Menengah ke bawah yang mana tergolong dalam keluarga
sejahtera II
53
susunan perabotan rumah tidak rapi dan terkesan sedikit
berantakan. Bagian luar rumah sedikit kotor karena ada beberapa
sampah dan genangan air dari got. Sirkulasi udara didalam rumah
cukup berjalan baik. Tidak terdapat tempat sampah diluar rumah,
untuk sampah biasanya keluarga membuang sampah diluar rumah
yang kemudian diambil oleh petugas kebersihan setiap harinya.
• Denah Rumah
10 m
3m
2 1
3
1
Keterangan:
1. Ruang tidur pasien sekaligus Ruang Utama dirumah ini
2. Ruang penyimpanan
3. Ruang memasak dan kedai kecil didepan rumah pasien
54
4.1.3 Masalah Keluarga
Masalah organobiologik
Ditemukan adanya Tuberkulosis pada keluarga
Masalah psikologik
Tinggal sendirian,
Masalah dalam keluarga
Perceraian Orang tua
55
2. Preventif
Tidak membuang dahak sembarang tempat
4. Rehabilitatif
• menjaga pola makan
56
4.2 Diagnosis Holistik
Dalam menetapkan masalah serta faktor yang mempengaruhi, digunakan
konsep Mandala of Health. Diagnosis holistik yang ditegakan pada pasien
adalah sebagai berikut:
GAYA HIDUP
LINKUNGAN PSIKO-
PERILAKU SOSIAL- EKONOMI
KESEHATAN
Berobat Dapat memenuhi
kepuskesmas kebutuhan primer,
ketika sakit sosialisasi dengan
anggota keluarga inti
kurang
LINGKUNGAN FISIK
FAKTOR BIOLOGI
dikeluarga pasien Rumah sempit,ventilasi
tidak ada yang yang sangat buruk dan
menderita keluhan tidak rapi
yang sama
Komunitas -- Pemukiman
padat dengan sanitasi kurang
57
Berdasarkan diagnostic holistik yang ditegakan pada pasien yaitu pasien menderita
tuberkulosis paru. Pasien berusia 37 tahun, jarang berolahraga. Saat ini pasien rutin
berobat ke puskesmas. Kedua orang tua pasien sudah bercerai, lingkungan
psikososial dan ekonomi pasien cukup baik sebab apsien masih dapat memenuhi
kebutuhan primer, namun lingkungan rumah pasien sangat buruk seperti ventilasi
pasien yang tidak baik. Derajat fungsional pasien saat ini 2 yaitu mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri namun sudah mulai mengurahi aktivitas diluar
rumah.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pasien adalah peserta BPJS. Pasien menderita tuberkulosis paru setelah +/- 3
bulan batuk tidak kunjung berhenti, dan sesak nafas sehingga pasien datang
berobat ke puskesmas Dempo Palembang untuk berobat. Pasien didiagnosis
dengan TB dengan Sputum SPS (-) dan Roentgen Thorak (+). Pasien telah
rutin mengkonsumsi OAT kategori I selama lebih dari 10 hari, dan selama
pengobatan telah ada perbaikan dari pasien. nafsu makan pasien meningkat
dan batuk sesak pasien telah berkurang.
Pada hari senin tanggal 13 Januari 2020 pukul 10.00 WIB, 15 Januari 2020
pukul 12.00 WIB, 17 Januari 2020 pukul 13.15 WIB dilakukan homevisite ke
rumah pasien di Jl. Seleko/Akbar RT/RW 2/2 Pakjo Palembang.
5.2 Saran
1. Untuk Institusi
59
DAFTAR PUSTAKA
60
13. Widmann. 1995. Tinjauan Klinis Atas Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta :
penerbit Buku Kedokteran EGC.
14. World Health Organization. 1993. Treatment of Tuberculosis : Guidelines
for National programmes. Geneva : 3-15
15. World Health Organization. 2010. Epidemiologi tuberkulosis di Indonesia
diakses pada 23 Maret 2010 pukul 14:39 WIB
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 3. Kondisi Dapur
47