Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah spektrum penyakit digunakan setidaknya dalam tiga pengertian. Ini
dapat diilustrasikan dengan mempertimbangkan rasa sakit. Pertama, seseorang dapat
memikirkan karakteristik nyeri seperti berdenyut, intermiten, lokal, dll. Kedua, adalah
besarnya nyeri - ringan, sedang, berat, dll., Atau 7 pada skala 10 poin. Keparahan
prognostik seperti stadium kanker juga termasuk dalam kategori ini. Ketiga dapat
disebut perkembangan yang dijelaskan untuk infeksi dari kerentanan hingga virulensi.
Orang yang diimunisasi secara efektif terhadap difteri, pertusis dan tetanus (DPT)
tidak rentan terhadap penyakit ini setidaknya selama satu tahun. Seorang anak tidak
rentan terhadap infark miokard. Kerentanan adalah milik tuan rumah (host).
Penularan adalah sifat agen yang menyebabkan infeksi. Virus campak sangat
mudah menular bagi yang rentan tetapi HIV tidak. Infektivitas adalah kinerja aktual
dalam hal persentase terinfeksi saat terpapar. Infeksi mungkin atau mungkin tidak
memanifestasikan penyakit. Persentase kerentanan yang terkena penyakit sebenarnya
setelah terpapar dapat disebut patogenisitas. Dari mereka yang sakit, banyak yang
mengalami episode ringan dan sembuh dengan mudah. Persentase yang mendapat
bentuk penyakit parah yang membutuhkan rawat inap dan berisiko kematian disebut
virulensi penyakit. Kolera sangat patogen tetapi kurang virulen sedangkan rabies
kurang patogen tetapi lebih mematikan. AIDS kurang infektif tetapi sangat patogen
dan sangat mematikan. Pada akhir spektrum ini adalah kematian, yang merupakan
yang tertinggi untuk virulensi. Kematian dapat diukur per 1000 populasi atau sebagai
persen yang terkena dampak. Yang terakhir ini disebut fatalitas kasus sebagaimana
telah didefinisikan.
Ice berg merupakan sebuah metafora (perumpamaan) yang menekankan
bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh lebih besar daripada bagian yang
terlihat di atas air. Beberapa spektrum penyakit terkadang seperti iceberg, yaitu
masalah dalam jumlah besar namun tidak terlihat. Fenomena ini dapat terjadi pada
penyakit kronis, kecelakan, penyakit infeksi baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Penyakit yang tidak terdeteksi seperti penampakan es bawah laut. Dengan skrining
dan deteksi dini akan dapat mengontrol penyakit menjadi lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spectrum of Disease
Spektrum penyakit sering menunjukkan manifestasi dan tingkat keparahan yang luas,
yaitu penyakit menular maupun tidak menular. Rentang dan variasi gejala manifestasi
dan keparahan dari penyakit infeksi disebut gradient penyakit sedangkan pada non
infeksi disebut dengan spektrum penyakit. Spektrum penyakit adalah berbagai variasi
tingkatan simptom dan gejala penyakit menurut intensitas infeksi atau penyakit pada
penderitanya, dari yang ringan, sedang sampai yang berat dengan komplikasi pada
organ-organ vital. Sebagai contoh, infeksi HIV berkisar dari tidak tampak, ringan
misalnya, kompleks terkait AIDS, hingga parah misalnya, sindrom wasting. Sebagai
contoh spektrum penyakit tidak menular, penyakit arteri koroner ada dalam bentuk
asimtomatik (aterosklerosis), iskemia miokard transien, dan infark miokard dengan
berbagai tingkat keparahan.

1. Manifestasi klinik secara umum


a. Spektrum Penyakit Menular

Pada proses penyakit menular secara umum dijumpai berbagai manifestasi klinik,
mulai dari gejala klinik yang tidak tampak sampai keadaan yang berat disertai
komplikasi dan berakhir cacat atau meninggal dunia. Akhir dari proses penyakit
adalah sembuh, cacat atau meninggal. Penyembuhan dapat lengkap atau dapat
berlangsung jinak (mild) atau dapat pula dengan gejala sisa yang berat (serve
sequele).

b. Infeksi Terselubung (Tanpa Gejala Klinis)

Adalah keadaan suatu penyakit yang tidak menampakkan diri secara jelas dan nyata
dalam bentuk gejala klinis yang jelas sehingga tidak dapat didiagnosa tanpa cara
tertentu seperti test tuberkulin, kultur tenggorokan, pemeriksaan antibodi dalam tubuh
dll. Untuk mendapatkan perkiraan besar dan luasnya infeksi terselubung dalam
masyarakat maka perlu dilakukan pengamatan atau survai epidemiologis dan tes
tertentu pada populasi. Hasil survai ini dapat digunakauntuk pelaksanaan program,
keterangan untuk kepentingan pendidikan.

2. komponen proses penyakit menular


a. Faktor Penyebab Penyakit Menular
Pada proses perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat faktor yang
memegang peranan penting :

• Faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab penyakit

• Sumber penularan yaitu reservoir maupun resources

b. Interaksi Penyebab dengan Pejamu


1. Infektivitas
Infektivtas adalah kemampuan unsur penyebab atau agent untuk masuk dan
berkembang biak serta menghasilkan infeksi dalam tubuh pejamu.
2. Patogenesis
Patogenesis adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit dengan gejala klinis
yang jelas
3. Virulensi
Virulensi adalah nilai proporsi penderita dengan gejala klinis yang berat terhadap
seluruh penderita dengan gejala klinis jelas.
4. Imunogenisitas
Imunogenisitas adalah suatu kemampuan menghasilkan kekebalan atau Imunitas
c. Mekanisme Patogenesis
1. Invasi jaringan secara langsung
2. Produksi toksin
3.Rangsangan imunologis atau reaksi alergi yang menyebabkan kerusakan
pada4tubuh pejamu
4. Infeksi yang menetap (infeksi laten)
5. Merangsang kerentanan pejamu terhadap obat dalam menetralisasi toksisitas
6. Ketidakmampuan membentuk daya tangkal (immuno supression)
d. Sumber penularan
1. Manusia sebagai reservoir Kelompok penyakit menular yang hanya dijumpai atau
lebih sering hanya dijumpai pada manusia. Penyakit ini umumnya berpindah dari
manusia ke manusia dan hanya dapat menimbulkan penyakit pada manusia saja.
2. Reservoir binatang atau benda lain
Selain dari manusia sebagai reservoir maka penyakit menular yang mengenai
manusia dapat berasal dari binatang terutama yang termasuk dalam kelompok
penyakit zoonosis.

B. The Epidemiologic Iceberg


Menurut (Gerstman, 2013) epidemiologi ice berg merupakan sebuah metafora
(perumpamaan) yang menekankan bahwa bagian yang tak terlihat dari gunung es jauh
lebih besar daripada bagian yang terlihat di atas air. Beberapa spektrum penyakit
terkadang seperti iceberg, yaitu masalah dalam jumlah besar namun tidak terlihat.
Fenomena ini dapat terjadi pada penyakit kronis, kecelakan, penyakit infeksi baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Penyakit yang tidak terdeteksi seperti
penampakan es bawah laut. Dengan skrining dan deteksi dini akan dapat mengontrol
penyakit menjadi lebih baik. Seperti dalam kasus, ada beberapa usaha yang gagal dari
percobaan bunuh diri yang tercatat. Namun jumlah orang yang ingin bunuh diri akibat
depresi penyakit yang mereka derita terjadi lebih banyak namun tidak tercatat.
Dengan perawatan yang tepat jumlah depresi dengan kecenderungan orang yang ingin
bunuh diri ini akan berkurang. Skrining pada penyakit yang tak terlihat akan
terdetekdi san menjadi bagian program pengendalian penyakit yang efektif.
Pada kebanyakan masalah kesehatan populasi, jumlah kasus penyakit yang
belum diketahui jauh lebih banyak daripada jumlah kasus penyakit yang telah
diketahui. Fenomena gunung es menghalangi penilaian yang tepat tentang besarnya
beban penyakit (disease burden) dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang
sesungguhnya, serta pemilihan kasus yang representatif untuk suatu studi.
Mempelajari hanya sebagian dari kasus penyakit yang diketahui memberikan
gambaran yang tidak akurat tentang sifat dan kausa penyakit tersebut. Sebagai contoh
kasus yaitu kasis AIDS yang dilaporkan hanya merupakan ujung infeksi HIV. Dengan
terapi antiretroviral yang tepat, penyakit klinis mungkin tertunda dan penularannya
dapat dicegah. Sebagai contoh lain yaitu cedera gigitan anjing pada tahun 1992 dan
1994, terjadi 20 kematian akibat gigitan anjing setiap tahunnya. Namun, dengan
hanya mengandalkan informasi sertifikat kematian, banyak cedera gigitan anjing
serius tambahan tidak terdeteksi. Untuk setiap gigitan anjing yang fatal ada 670
gigitan anjing yang dirawat di rumah sakit, 16000 kunjungan gawat darurat untuk
gigitan anjing, 21000 kunjungan medis ke klinik lain, dan 187000 gigitan yang tidak
diobati (Weiss et al., 1998; Gambar 2.5). Dengan mengenali masalah ini, program
pengendalian dan pengawasan hewan yang lebih efektif dapat diterapkan untuk
mencegah cedera gigitan anjing di masa mendatang.

Gambar 1: epidemiologi gunung es: jumlah tahunan cedera gigitan anjing di Amerika Serikat, 1992–
1994 (Berdasarkan Weiss et al., 1998)
DAFTAR PUSTAKA

X
Bhisma, M. (2014). Riwayat Alamiah Penyakit. Journal, 13, 1.
Gerstman, B. B. (2013). Epidemiology Kept Simple Third Editon (third edit). Department of
Health Science.
A. Indrayan and R.K. Malhotra.(2017). Probably The Most Complete Book On Biostatistics,
www.crcpress.com
Irianto, K. (2018). Epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular. Jmj, 4(2),
195–202.
ISMAH, Z. (2018). Dasar Epidemiologi. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Anda mungkin juga menyukai