Oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligamen
kronis, migrasi epitelium penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang
prevalensi periodontitis tinggi. Berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Jawa
Tengah pada tahun 2014 yang berasal dari 35 kabupaten/kota, rasio tertinggi sebesar 7,1
adalah Kota Tegal dan rasio terendah sebesar 0,1 yaitu di Kabupaten Rembang. Terdapat 17
(48,57%) kabupaten/kota dengan rasio yang rendah di bawah 1 yang berarti lebih banyak
B. Rumusan Masalah
A. Periodontitis
1. Pengertian Periodontitis
2016). Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi serta
pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif terjadinya attachment
loss. Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam
pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap
adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah.
Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.
Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat. Penyakit
ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Periodontitis agresif biasanya
menghasilkan berbagai macam toksin (protease) yang secara langsung dapat merusak
jejas bakterial. Hal ini ditandai oleh respons fagosit yaitu neutrofil untuk memfagositosis
ditujukan untuk membunuh bakteri, juga dapat menyerang dan merusak molekul inang di
Periodontitis bermula dari penumpukan plak di gigi. Plak ini terbentuk dari sisa-
sisa makanan yang berinteraksi dengan bakteri yang normalnya hidup di mulut. Jika tidak
dibersihkan, plak tersebut akan mengeras dan membentuk karang gigi yang menjadi
media bakteri berkembang biak. Bakteri merupakan penyebab utama dari penyakit
periodontal. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat menyerang jaringan
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan
permukaan akar dan terdapat bebas di dalam poket, dari daerah ini produk-produk bakteri
akan mengalir masuk ke jaringan melalui epitelium poket yang seringkali terulserasi.
dari individu satu ke indiviu lainnya dari bagian mulut yang satu ke bagian mulut yang
1. Kebiasaan Merokok
banyak banyak rokok yang dikonsumsi, maka resiko terjadinya periodontitis akan
semakin tinggi dan proses kerusakan jaringan akan semakin hebat (1). Kebiasaan merokok
dapat menyebabkan perubahan sekresi saliva dan vaskularisasi akibat panas yang
dihasilkan oleh asap rokok. Akibat dari merokok akan terjadi vaskularisasi yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga
terjadi pembesaran pada gingiva. Kondisi tersebut diikuti dengan jumlah limfosit dan
makrofag semakin bertambah. Kandungan tar dalam rokok dapat mengendap pada gigi
dan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga plak dan bakteri mudah
melekat. Invasi kronis bakteri pada plak di bawah margin gingiva mengakibatkan
yang parah yaitu ditandai hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi sehingga terjadi
resesi gingiva, kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan akumulasi sel-sel
terjadinya periodontitis karena nikotin dapat diserap oleh mukosa mulut melalui aliran
darah dan perlekatan gusi pada gigi dan akar. Konsentrasi nikotin pada cairan sulkus
gingiva lebih tinggi pada orang yang merokok. Nikotin pada darah menyebabkan
vasokontriksi sehingga dapat merusak aliran darah gingiva. Nikotin juga dapat
mengganggu proses revaskularisasi saat terjadi proses penyembuhan pada jaringan lunak
dan jaringan keras rongga mulut. Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas ligamen
periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi dapat dihalangi oleh konsentrasi
nikotin yang tinggi. Konsentrasi nikotin yang tinggi dapat menjadi racun dengan
2014)
.
periodontal sangat besar. Disamping karena sumber air yang mereka konsumsi, jarak
antara pemukiman warga dengan sarana kesehatan cenderung jauh, ditambah lagi dengan
sikap dan perilaku mereka yang belum memahami tentang pentingnya menjaga kesehatan
masyarakat pesisir pantai yang air minum nya berasal dari sumur gali dan sikap perilaku
masyarakat tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang dapat menyebabkan terdapatnya poket periodontal dan kegoyangan gigi (Quamilla,
2016). Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam
pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap
adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah.
Kondisi periodontitis yang parah yaitu ditandai hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi
sehingga terjadi resesi gingiva, kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan
Kadar nikotin yang terkandung dalam rokok berperan dalam memulai terjadinya
periodontitis karena nikotin dapat diserap oleh mukosa mulut melalui aliran darah dan
perlekatan gusi pada gigi dan akar. Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas
ligamen periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi dapat dihalangi oleh
konsentrasi nikotin yang tinggi. Disamping karena sumber air yang mereka konsumsi,
jarak antara pemukiman warga dengan sarana kesehatan cenderung jauh, ditambah lagi
dengan sikap dan perilaku mereka yang belum memahami tentang pentingnya menjaga
B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Quamilla N. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). J Syiah Kuala Dent Soc.
2016;1(2):161–8.
3. Liana, I. et al. (2019) “Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Penyakit Periodontal Pada
Masyarakat Usia 15 Tahun Keatas Di Desa Siren Kecamatan Bandar Baru Pidie Jaya
Tahun 2018,” Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 4(1), hal. 25–32. Tersedia pada:
http://114.7.97.221/index.php/JMKM/article/view/663.
4. Ramadhani, Deby Kania Tri Putri, C. (2014) “Prevalensi Penyakit Periodontal Pada
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.
6. Yulianti, R. P. dan Abi Muhlisin (2005) “Hubungan antara Pengetahuan Orang Tua
tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di SDN V