Anda di halaman 1dari 8

BIOMOLEKULER

Oleh:

1. Lidya Dwi Apriyanti


2. Megatasya Afriani
3. Elsa L
4.Andi Maulidia L
5. Miranda Gita Wahyuningtyas
6. Andi Nur Ameliah
7. Aprillia Dini Sulistyanti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

TERAPIS GIGI DAN MULUT

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Periodontitis adalah peradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi, disebabkan

oleh mikroorganisme dan dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligamen

periodontal, tulang alveolar dan disertai dengan pembentukan poket. Periodontitis

menyebabkan destruksi jaringan yang permanen yang dikarakteristikkan dengan inflamasi

kronis, migrasi epitelium penyatu ke apikal, kehilangan jaringan ikat dan kehilangan tulang

alveolar.(Rohmawati dan Santik, 2019)

  Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi tertinggi ke empat yang mempunyai

prevalensi periodontitis tinggi. Berdasarkan data pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Jawa

Tengah pada tahun 2014 yang berasal dari 35 kabupaten/kota, rasio tertinggi sebesar 7,1

adalah Kota Tegal dan rasio terendah sebesar 0,1 yaitu di Kabupaten Rembang. Terdapat 17

(48,57%) kabupaten/kota dengan rasio yang rendah di bawah 1 yang berarti lebih banyak

pencabutan gigi tetap akibat periodontitis.(Liana et al., 2019)

B. Rumusan Masalah

1.      Apakah yang dimaksud dengan periodontitis?

2.      Bagaimana proses terjadinya periodontitis?

3.      Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap terjadinya periodontitis?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Periodontitis

1. Pengertian Periodontitis

Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi pada jaringan periodonsium yang

dapat menyebabkan terdapatnya poket periodontal dan kegoyangan gigi (Quamilla,

2016). Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi serta

pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif terjadinya attachment

loss. Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam

pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap

adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah.

Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis agresif.

Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat. Penyakit

ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Periodontitis agresif biasanya

mempengaruhi individu sehat yang berusia di bawah 30 tahun (Sudirman, 2016). 

2. Toksisitas Infeksi Periodontal

Infeksi periodontal mengandung bahan-bahan toksik (berasal dari bakteri maupun

respons inflamasi) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Bakteri dapat

menghasilkan berbagai macam toksin (protease) yang secara langsung dapat merusak

jaringan inang. Respons inflamasi juga dapat menghasilkan bahan-bahan toksik

prooksidatif yang secara masif merusak jaringan. 


Inflamasi merupakan bagian pertama pada sistem pertahanan tubuh terhadap

jejas bakterial. Hal ini ditandai oleh respons fagosit yaitu neutrofil untuk memfagositosis

dan menghancurkan antigen bakterial. Mekanisme penghancuran dilakukan dengan cara

neutrofil memproduksi bahan-bahan toksik prooksidatif seperti antioksidan (radikal

bebas) dan enzim-enzim hidrolitik serta proteolitik. Bahan-bahan tersebut  selain

ditujukan untuk membunuh bakteri, juga dapat menyerang dan merusak molekul inang di

sekitar daerah inflamasi (Susilawati, 2011).

B. Proses Terjadinya Periodontitis

    Periodontitis bermula dari penumpukan plak di gigi. Plak ini terbentuk dari sisa-

sisa makanan yang berinteraksi dengan bakteri yang normalnya hidup di mulut. Jika tidak

dibersihkan, plak tersebut akan mengeras dan membentuk karang gigi yang menjadi

media bakteri berkembang biak. Bakteri merupakan penyebab utama dari penyakit

periodontal. Bakteri plak memproduksi beberapa faktor yang dapat menyerang jaringan

baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara merangsang reaksi imun dan

inflamasi. Pada semua tahap periodontitis, bakteri-bakteri dapat ditemukan pada

permukaan akar dan terdapat bebas di dalam poket, dari daerah ini produk-produk bakteri

akan mengalir masuk ke jaringan melalui epitelium poket yang seringkali terulserasi.

Organisme yang dominan adalah streptococcus. Jumlah dan variasinya bermacam-macam

dari individu satu ke indiviu lainnya dari bagian mulut yang satu ke bagian mulut yang

lainnya. (Yulianti dan Abi Muhlisin, 2005)


C. Faktor Periodontitis pada Lingkungan 

1. Kebiasaan Merokok

       Kebiasaan merokok dapat meningkatkan terjadinya periodontitis. Semakin

banyak banyak rokok yang dikonsumsi, maka resiko terjadinya periodontitis akan

semakin tinggi dan proses kerusakan jaringan akan semakin hebat (1). Kebiasaan merokok

dapat menyebabkan perubahan sekresi saliva dan vaskularisasi akibat panas yang

dihasilkan oleh asap rokok. Akibat dari merokok akan terjadi vaskularisasi yang

menyebabkan dilatasi pembuluh darah kapiler dan infiltrasi agen-agen inflamasi sehingga

terjadi pembesaran pada gingiva. Kondisi tersebut diikuti dengan jumlah limfosit dan

makrofag semakin bertambah. Kandungan tar dalam rokok dapat mengendap pada gigi

dan menyebabkan permukaan gigi menjadi kasar, sehingga plak dan bakteri mudah

melekat. Invasi kronis bakteri pada plak di bawah margin gingiva mengakibatkan

terjadinya gingivitis yang dapat berlanjut menjadi periodontitis. Kondisi periodontitis

yang parah yaitu ditandai hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi sehingga terjadi

resesi gingiva, kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan akumulasi sel-sel

inflamasi kronis . (Liana et al., 2019)

Kadar nikotin yang terkandung dalam rokok berperan dalam memulai

terjadinya periodontitis karena nikotin dapat diserap oleh mukosa mulut melalui aliran

darah dan perlekatan gusi pada gigi dan akar. Konsentrasi nikotin pada cairan sulkus

gingiva lebih tinggi pada orang yang merokok. Nikotin pada darah menyebabkan

vasokontriksi sehingga dapat merusak aliran darah gingiva. Nikotin juga dapat

mengganggu proses revaskularisasi saat terjadi proses penyembuhan pada jaringan lunak

dan jaringan keras rongga mulut. Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas ligamen

periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi dapat dihalangi oleh konsentrasi
nikotin yang tinggi. Konsentrasi nikotin yang tinggi dapat menjadi racun dengan

menghalangi proses proliferasi jaringan fibroblas(Ramadhani, Deby Kania Tri Putri,

2014)

2. Tempat Tinggal (Pantai)

Contohnya pada masyarakat pesisir pantai, kecenderungan terjadinya penyakit

periodontal sangat besar. Disamping karena sumber air yang mereka konsumsi, jarak

antara pemukiman warga dengan sarana kesehatan cenderung jauh, ditambah lagi dengan

sikap dan perilaku mereka yang belum memahami tentang pentingnya menjaga kesehatan

jaringan periodontal. Penyakit periodontal dapat mengenai siapa saja terutama

masyarakat pesisir pantai yang air minum nya berasal dari sumur gali dan sikap perilaku

masyarakat tersebut.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi pada jaringan periodonsium

yang dapat menyebabkan terdapatnya poket periodontal dan kegoyangan gigi (Quamilla,

2016). Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing dalam

pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya terhadap

adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang berdarah.

Kondisi periodontitis yang parah yaitu ditandai hilangnya perlekatan gingiva dengan gigi

sehingga terjadi resesi gingiva, kehilangan tulang alveolar dan gigi yang diakibatkan

akumulasi sel-sel inflamasi kronis.

Kadar nikotin yang terkandung dalam rokok berperan dalam memulai terjadinya

periodontitis karena nikotin dapat diserap oleh mukosa mulut melalui aliran darah dan

perlekatan gusi pada gigi dan akar. Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas

ligamen periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi dapat dihalangi oleh

konsentrasi nikotin yang tinggi. Disamping karena sumber air yang mereka konsumsi,

jarak antara pemukiman warga dengan sarana kesehatan cenderung jauh, ditambah lagi

dengan sikap dan perilaku mereka yang belum memahami tentang pentingnya menjaga

kesehatan jaringan periodontal.

B.   Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak

kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para

pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

1.        Quamilla N. Stres Dan Kejadian Periodontitis (Kajian Literatur). J Syiah Kuala Dent Soc.
2016;1(2):161–8.

2.        Periodontitis K, Kabupaten DI. HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH.


2017;1(4):97–108.

3. Liana, I. et al. (2019) “Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Penyakit Periodontal Pada

Masyarakat Usia 15 Tahun Keatas Di Desa Siren Kecamatan Bandar Baru Pidie Jaya

Tahun 2018,” Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, 4(1), hal. 25–32. Tersedia pada:

http://114.7.97.221/index.php/JMKM/article/view/663.

4. Ramadhani, Deby Kania Tri Putri, C. (2014) “Prevalensi Penyakit Periodontal Pada

Perokok Di Lingkungan Batalyon Infanteri 621/Manuntung Barabai Hulu Sungai

Tengah,” Dentino jurnal kedokteran gigi, II(2), hal. 116.

5. Rohmawati, N. dan Santik, Y. D. P. (2019) “Status Penyakit Periodontal pada Pria

Perokok Dewasa,” Higeia, 3(2), hal. 286–297. Tersedia pada:

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.

6. Yulianti, R. P. dan Abi Muhlisin (2005) “Hubungan antara Pengetahuan Orang Tua

tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak di SDN V

Jaten Karanganyar,” Journal of Consumer Research, 32(1), hal. 119–129.

Anda mungkin juga menyukai