JANTUNG KORONER
Disusun Oleh:
Adhelia Galuh P.A
G991620142
Periode: 14 Agustus 26 Agustus 2017
Penguji :
Sandy Trimelda, drg, Sp.Ort
Periodontitis merupakan faktor resiko beberapa penyakit sistemik (Samad,
2006). Pada kondisi periodontitis sering didapatkan adanya peningkatan tanda-tanda
inflamasi, yang merupakan indikator dari faktor resiko penyakit jantung koroner.
Bakteri yang berasal dari poket periodontal dapat masuk ke dalam aliran darah
selama terjadi aktivitas rongga mulut saat mengunyah dan menggosok gigi (Hatta,
2011). Bakteri gram-negatif atau lipopolisakarida sejenis (endotoksin), ketika di coba
pada hewan coba, dapat menginduksi pembuluh darah otot polos, degenerasi lapisan
lemak pada pembuluh darah dan koagulasi dalam pembuluh darah. Infeksi merupakan
salah satu faktor resiko penyebab aterogenesis dan tromboembolik. (Janket SJ, 2003).
Infeksi dari struktur periodontal dapat mempercepat pembentukan aterosklerosis yang
menjadi penyebab PJK dengan cara menimbulkan inflamasi sistemik melalui
pelepasan endotoksin, protein atau reactor fase-akut (Hatta, 2011).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PERIODONTITIS
1. Definisi
sistemik sangat erat hubungannya dan berperan sebagai penyebab terjadinya
kerusakan jaringan periodontal (Amaliya et al., 2015). Faktor lokal adalah
faktor yang berakibat langsung pada jaringan periodonsium. Yang dimaksud
dengan faktor lokal adalah plak bakteri sebagai penyebab utama. Dan faktor-
faktor lainnya antara lain adalah bentuk gigi yang kurang baik dan letak gigi
yang tidak teratur, maloklusi, dan sebagainya. Sedangkan faktor sistemik
dapat berupa pengaruh hormonal, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
respon imun yang menurun, dan lain-lain.
Salah satu faktor lokal dari periodontitis yang penting adalah bakteri
pathogen gigi. Bakteri ini berkumpul dan membentuk biofilm menjadi plak
gigi yang tidak mudah dibersihkan.
Pembentukan biofilm dimulai dari adanya adsorbsi makromolekul (protein
dan mucin saliva) yang membentuk lapisan tipis (pelikel) pada gigi. Bakteri
dapat menempel pada lapisan tersebut dengan adhesin. Setelah menempel
bakteri mulai tumbuh, berkembang biak, serta mensintesis suatu komponen
yang dapat memfasilitasi bakteri lain untuk ikut menempel. Akhirnya
terbentuk kumpulan bakteri yang semakin besar yang disebut dengan biofilm.
Akibat semakin tebalnya biofilm pada gigi menyebabkan difusi nutrien dan
oksigen keluar masuk menjadi sulit, sehingga terbentuklah suasana anaerob
(Hasan et Palmer, 2014). Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa
mikroorganisme subgingiva terutama bakteri anaerob Gram-negatif adalah
penyebab utama periodontitis kronis dan agresif (Kusumawardani et al, 2010).
Hingga kini telah lebih dari 400 spesies teridentifikasi pada sulkus
gingival (Arora et al., 2014). Salah satu bakteri pathogen yang banyak
ditemukan pada plak gigi penderita periodontitis adalah Porphyromonas
gingivalis. Bakteri P. gingivalis termasuk dalam golongan bakteri black-
pigmented Gram-negative anaerobes. Sebagaimana bakteri Gram-negatif
lainnya, P. gingivalis memiliki lipopolisakarida sebagai faktor virulensi
patogeniknya yang dapat menginduksi inang untuk melepaskan IL-1 dan
TNF- (Kusumawardani et al., 2010). Infeksi bakteri periodontal mampu
merangsang pelepasan sitokin, seperti tumor nekrosis faktor- (TNF- ) dan
interleukin (IL-1, IL-6, dan IL-8) (Permana et al., 2013).
Perusakan atau destruksi jaringan ikat penyokong gigi diawali pada
matriks kolagen ekstraseluler. Enzim utama untuk proses degradasi jaringan
adalah endopeptidase (proteinase) yang diproduksi oleh sel-sel di jaringan
ikat, seperti monosit, makrofag, keratinosit, dan sel endotel. Setelah terjadi
perusakan jaringan penyokong dilanjutkan terjadinya perusakan pada tulang
alveolar. Pada gingivitis belum sampai terjadi perusakan tulang alveolar
(Nurul, 2002).
Normalnya pada tulang terjadi proses remodeling, yaitu aktivitas
osteoblas, osteoklas, dan osteosit seumur hidup dalam menjaga tulang. Namun
proses ini terganggu pada periodontitis. Faktor-faktor lokal seperti IL-1, TNF-
dan PGE2 akibat adanya inflamasi menghambat osteoblas dan menstimulasi
osteoklas (Nurul, 2002).
Pada periodontitis, sel-sel infiltrat dan degradasi kolagen bekerja ke arah
apikal. Osteoblas di puncak tulang menghilang sedangkan aktivitas osteoklas
pada puncak tulang justru meningkat. Akibatnya principle fibers
periodonsium rusak. Hal ini membuktikan bahwa periodontitis merupakan
penyakit yang irreversible (Nurul, 2002).
3. Diagnosis Periodontitis
kedalaman probing dan clinical attachment level (CAL) juga dapat
memberikan gambaran terapi yang harus diberikan (Mishra et al., 2016).
Salah satu indikator untuk menilai status periodontal adalah Probing
Pocket Depth (PPD) dan Loss of Attachment (LOA). PPD adalah pengukuran
secara klinis dari margin gingiva ke dasar saku yang diukur dengan
menggunakan periodontal probe. PPD digunakan untuk menilai kedalaman
poket. Poket yang dalam menunjukkan buruknya kesehatan gigi dan mulut.
Loss of Attachment adalah ukuran dari jumlah total yang mengalami
kerusakan periodontal di bagian tertentu karena gigi erupsi. LOA
menggambarkan kerusakan ligamentum periodontal dan tulang alveolar yang
mendukung gigi (Saptorini, 2011).
Pada tahun 1978 WHO mengeluarkan standar global untuk skrining
penyakit periodontal, yaitu the Community Periodontal Index of Treatment
Needs (CPITN). Penilaian CPITN dilakukan dengan melakukan probing
menggunakan sonde yang memiliki black band sebagai penanda. Skor
penilaian dengan CPITN dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Skor Penilaian the Community Periodontal Index of Treatment
Needs (CPITN)
Skor Kriteria
0 Tidak terdapat kantong > 3,5 mm, black band masih terlihat
utuh.
1 Tidak terdapat kantong > 3,5 mm, black band masih terlihat
utuh, terjadi perdarahan setelah probing.
2 Tidak terdapat kantong > 3,5 mm, black band masih terlihat
utuh, terdapat kalkulus.
3 Terdapat kantong > 3,5 mm tapi < 5 mm, black band hanya
terlihat sebagian.
1. Definisi
diakibatkan multifaktorial berbagai patogenesis yang bersifat kronik progresif,
fokal atau difus yang memiliki manifestasi akut ataupun kronik sehingga
menimbulkan penebalan dan kekakuan pada pembuluh arteri (Moore, 2011).
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan
kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit
dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel) dan
akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering
terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal (Ariesty, 2011).
Aterosklerosis adalah suatu proses peradangan yang juga disertai fibrosis
berlebihan pada intima, pembentukan plak, proliferasi sel sel otot polos dan
migrasi dari sekelompok sel seperti monosit, sel T dan trombosit dimana
terbentuk sebagai respon peradangan (Rafieian-Kopaei, 2014) yang
diakibatkan multifaktorial berbagai patogenesis yang bersifat kronik progresif,
fokal atau difus yang memiliki manifestasi akut ataupun kronik sehingga
menimbulkan penebalan dan kekakuan pada pembuluh arteri (Moore, 2013).
Beberapa penelitian mengatakan hipotesa bahwa aterosklerosis diinisiasi
oleh disfungsi epitel pembuluh arteri, setiap lesi dari aterosklerosis memiliki
karakterisrik tersendiri pada inflamasi kronik dalam arteri, apabila proses
dibiarkan berlanjut akan berkembang menjadi lesi yang lebih luas dan rumit.
Penyebab yang mungkin aterosklerosis antara lain meningkatnya LDL (Low
Density Lypoprotein), radikal bebas yang disebabkan pada keadaan merokok
hipertensi, diabetes mellitus, faktor genetik, peningkatan plasma homosistein,
organisme infeksius.
3. Patogenesis Aterosklerosis
mekanisme molekuler dan seluler yang menginduksi dan mempromosi lesi
aterosklerotik. Stress oksidatif dapat mempromosikan aktivasi atau disfungsi
endotel, serta menginduksi ekspresi molekul adesi, sehingga memacu migrasi
monosit (Hopskins, 2013).
b. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung
kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam
b. Keterlibatan langsung mediator peradangan dari periodontitis pada proses
trombotik.
perkembangan respon inflamasi secara repat yang dipengaruhi
faktor intrinsic (umur, gender, gen) atau pengaruh ekstrinsik (diit,
merokok dan lain-lain) yang selanjutnya sebagai predisposisi
terjadinya penyakit periodontal maupun aterosklerosis.
c. Keberadaan fokus inflamasi pada rongga mulut dapat menjadi
faktor hormonal dan jalur cell mediated inflamaroty. Derajat
inflamasi pada penyakit periodontal dipengaruhi oleh respon
inflamasi sistemik dan dapat dibuktikan terjadinya peningkatan
CRP
b. Pelepasan local dari endotoksin (Lipopolisakarida) yang dapat
meningkatkan ambilan (uptake) ester kolesterol oleh makrofag
untuk membentuk sel busa (foam cells).
terhadap bakteria, baik dalam jumlahnya maupun lamanya. Sebagai tambahan,
lipopolisakarida dari plak dental dapat menembus gingiva dan menimbulkan
suatu respon antibody spesifik-lipopolisakarida yang bersifat sistemik
(Tonetti, 2007).
a. Jalur langsung
Mikroorganisme yang hidup di rongga mulut dan produk yang
dilepaskan dapat menyebar secara sistemik melalui sistem sirkulasi.
Pada penyebaran secara sistemik, bakteri rongga mulut mempunyai
pengaruh langsung sebagai mediator terjadinya penyakit vaskuler,
misalnya hiperkoagulasi, perkembangan aterosklerotik atau keduanya.
b. Jalur tidak langsung
gigi atau mengunyah mengakibatkan bakteri jaringan periodontal
beserta endotoksinnya dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik
(Lockhart, 2000). Bakteri pathogen pada jaringan periodontal ternyata
dapat terdeteksi pada plak karotis dan berperan terhadap terjadinya
aterogenesis, dengan cara merusak endothelium dan menstimulasi
proses inflamasi pada arteri yang lebih besar (Haraszthy, 2000).
Bakteri jaringan periodontal juga daoat menstimulasi terjadinya
trombogenesis dengan cara menginduksi agregasi platelet dan
meningkatkan faktor-faktor koagulasi (Sharma, 2000)
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Periodontitis merupakan penyakit peradangan kronis yang disebabkan
oleh kolonisasi bakteri, mengakibatkan kerusakan jaringan jaringan pengikat
gigi dan gingiva, erosi tulang alveolar hingga tanggalnya gigi. Dengan adanya
infeksi jaringan periodontal dapat sebabkan episode singkat terjadinya
bakteriemia yang mana dikaitkan dengan kejadian penyakit jantung koroner
melalui pengaruh langsung mediator dari bakteri rongga mulut. Inflamasi
dinding pembuluh darah dan penimbunan lemak merupakan faktor yang
paling banyak sebabkan sumbatan pada arteri koronaria.
Beberapa mekanisme telah menjelaskan hubungan periodontitis dan
penyakit kardiovaskular yaitu periodontitis sebabkan inflamasi lokal maupun
sistemik juga respon imunitas tubuh dengan meningkatkan jumlah sel darah
putih, protein C-reaktif, fibrinogen, molekul adhesi sel dan sitokin pro-
inflamasi. selain itu pathogen didalam mulut dapat langsung memasuki plak
aterosklerosis melalui aliran darah dan memicu respon inflamasi.
B. SARAN
Periodontitis dapat dicegah dengan menjaga oral hygine dan rutin
memeriksakan gigi ke dokter gigi mengingat periodontitis merupakan faktor
resiko terbentuknya plak aterosklerosis yang mengakibatkan pada penyakit
jantung koroner.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliya, Laine ML, Delanghe JR, Loos BG, Van Wijk AJ, Van Der Velden U
(2015). Java project on periodontal diseases: Periodontal bone loss in relation
to environmental and systemic conditions. Journal of Clinical
Periodontology, 42 (4): 325.
Beck, James.D, Slade, Gary, Offenbacher Steven. Oral disease, cardiovascular, and
systemic inflammation . 23 January 2003. Available from :
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/prd.2000.23.issue- 1/issuetoc
Hopkins PN (2013). Molecular biology of atherosclerosis. Physiological Reviews,
93(3): 1317-1542.
Janket S-J, Baird AE, Chuang S-K, Jones JA. Meta-analysis of periodontal disease
and risk of coronary heart disease and stroke. Oral Surg Oral Med Oral Pathol
Oral Radiol Endod 2003; 95: 559-69.
Lamnont, Richard. J. Oral Microbiology and immunology. ASM press; 2006 Majid.
Abdul. Penyakit Jantung Koroner, Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan
terikini; 2007.
Lestari AB. Status penyakit periodontal masyarakat Kabupaten Tana Toraja ditinjau
dari pengetahuan, sikap dan perilaku [Skripsi].Makassar: Universitas
Hassanudin; 2013.
Lockhart PB, Bolger AF, Papapanou PN, Osinbowale O, Trevisan M, Levison ME,
Taubert KA, Newburger JW, Gornik HL, Gewitz MH, Wilson WR, Smith SC
Jr, Baddour LM, on behalf of the American Heart Association Rheumatic
Fever, Endocarditis, and Kawasaki Disease Committee of the Council on
Cardiovascular Disease in the Young, Council on Epidemiology and
Prevention, Council on Peripheral Vascular Disease, and Council on Clinical
Cardiology (2012). Periodontal disease and atherosclerotic vascular disease:
Does the evidence support an independent association?: A scientific statement
from the American Heart Association. Circulation, 125: 25202544.
Moore KJ, Sheedy FJ and Fisher EA (2013). Macrophages in atherosclerosis: a
dynamic balance. Nature Reviews Immunology, 13(10): 709-721.
Petersen PE dan Ogawa H (2012). The global burden of periodontal disease: Towards
integration with chronic disease prevention and control. Periodontology 2000,
60: 15-39.
Saptorini KK (2011). Hubungan oral hygiene index (OHI) dengan probing pocket
depth (PPD) dan loss of attachment (LOA) pada lanjut usia. Jurnal VISKES,
10 (2).
Suwandi T (2010). Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita
periodontitis kronis dewasa. Jurnal PDGI, 59 (3): 110-114.
Tonetti MS, D'aiuto F, Nibali L, Donald A, Storry C, Parkar M & Deanfield J
(2007). Treatment of periodontitis and endothelial function. New England
Journal of Medicine, 356(9), 911-920.
Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH, Fonarow GC, et
al (2013). 2013 ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: a
report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart
Association Task Force on Practice Guidelines. Journal of the American
College of Cardiology, 62(16): 147-e239.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...
A. Periodontitis . 3
1. Definisi. 3
2. Etiologi dan Patofisiologi . 3
3. Diagnosis Periodontitis 5
B. Penyakit Jantung Koroner...
1. Definisi... 7
2. Etiologi Penyakit Jantung Koroner.... 8
3. Patogenesis Aterosklerosis 8
C. Hubungan Periodentitis dengan Penyakit Jantung Koroner 10
BAB III PENUTUP...
A. Simpulan... 16
B. Saran. 16
DAFTAR PUSTAKA... 17