Di susun untuk memenuhi penugasan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Epidemiologi
Dental
DI SUSUN OLEH :
IVA / P1337425220010
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas
berkah rahmat dan barokah-Nya, kita masih dapat melaksanakan progam perkuliahan
sebagaimana mestinya melalui metode daring.
Dan tak lupa pula, kita kirimkan shalawat serta salam kepada Baginda Rasulullah SAW, Nabi
kita, yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul kiyamah kelak.
Sebelumnya, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak, diantaranya orang
tua saya, Ibu Tri Wiyatini, SKM, M.Kes (Epid) selaku dosen pembimbing, serta teman-teman
semua yang telah mendukung serta membantu saya, sehingga makalah yang berjudul
“Makalah Penyakit Periodontitis” ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Dan saya, sebagai penulis mohon kiranya sebuah kritikan dan saran yang dapat membangun
dan memperbaiki berbagai kesalahan dalam penulisan makalah ini. Sebagaimana hakikat kita
sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan.
Demikianlah makalah ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan saya memohon maaf atas
segala kekeliruan yang terdapat pada makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan
zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa
populasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis, herediter,
penyakit sistemik, lingkungan fisik dan sosial, serta perilaku individu. Salah satu
masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi tinggi di masyarakat
adalah penyakit periodontal. Pada pertengahan tahun 1960-an, berbagai metode untuk
mencegah dan mengobati penyakit periodontal telah banyak dilakukan. Hal ini
dikarenakan banyaknya jumlah individu yang menderita penyakit periodontal dari
tingkat ringan sampai berat, banyaknya kasus penyakit gingivitis yang berlanjut
menjadi periodontitis dengan resiko terjadi kehilangan jaringan pendukung gigi, serta
kemungkinan individu usia 35-55 tahun beresiko tinggi terkena periodontitis
(Costa,2012).
Penyakit periodontal merupakan penyakit dalam rongga mulut yang diderita oleh
hampir semua manusia di dunia dan mencapai angka 50% dari jumlah populasi orang
dewasa (Newman dkk.,2012). Penyakit periodontal adalah lesi rongga mulut yang
menyebabkan daerah penyangga gigi kehilangan struktur kolagennya, dan merupakan
respon terhadap akumulasi bakteri pada jaringan periodontal. Apabila penyakit
periodontal ini tidak dilakukan perawatan yang tepat, maka dapat menyebabkan
kehilangan gigi. Akumulasi bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab
utama terjadinya penyakit periodontal (Lumentut,2013). Menurut Newman dkk.
(2012), plak mengandung lebih dari 500 spesies bakteri. Oleh karena itu, penyakit
periodontal menjadi penyakit yang sulit dicegah dan dirawat (Gehrig dan
Willmann,2011).
Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua setelah karies, yaitu
mencapai 96,58%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007
masalah gigi dan mulut, termasuk penyakit periodontal mencapai 23,5%. Sebanyak 19
provinsi mempunyai prevalensi Masalah Gigi dan Mulut diatas prevalensi nasional.
Kabupaten Surakarta tercatat sebagai kabupaten dengan proporsi penduduk yang
memiliki masalah gigi dan mulut tertinggi di Jawa Tengah yaitu mencapai 37,6%
(RISKESDAS,2007). Penyakit jaringan periodontal yang paling sering dijumpai
adalah gingivitis dan periodontitis (Chauhan dkk.,2012).
Periodontitis merupakan suatu inflamasi yang diakibatkan oleh infeksi pada jaringan
pendukung gigi, terjadi kerusakan secara progesif pada ligamen periodontal dan
tulang alveolar (Lamont dkk.,2006). Penyakit ini disebabkan oleh adanya induksi dari
90% bakteri anaerob fakultatif dan 75% bakteri gram negatif (Newman dkk.,2012).
Salah satu bakteri anaerob gram negatif yang berperan dalam pembentukan plak
subgingiva penyebab periodontitis adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans.
Bakteri ini menghasilkan Leukotoxin yang berperan dalam menurunkan respon imun
dalam gingiva serta mendegradasi perlekatan epitel pada jaringan periodontal
(Newman dkk.,2012). Tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah
mempertahankan keberadaan gigi di dalam rongga mulut (Newman dkk.,2012).
Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan usaha untuk mengontrol plak agar terhindar
dari penyakit (Andlaw and Rock,1992). Beberapa usaha tersebut diantaranya dengan
mengatur pola makanan, melakukan tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan
terhadap polisakarida ekstraseluler, serta tindakan secara mekanis berupa
pembersihan rongga mulut (Forrest, 1989). Menghilangkan plak secara mekanik
merupakan cara yang paling efektif untuk mengontrol biofilm plak gigi. Namun,
penggunaan sikat gigi dan dental floss hanya mampu membersihkan permukaan
supragingiva dan tidak dapat mencapai daerah subgingiva.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit periodontitis ?
2. Seberapa besarkah prevalensi penyakit periodontitis ?
3. Apakah penyebab terjadinya penyakit periodontitis ?
4. Bagaimana konsep terjadinya penyakit periodontitis ?
5. Bagaimana patogenesis dari penyakit periodontitis ?
6. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya penyakit periodontitis ?
7. Apa sajakah faktor risiko penyebab terjadinya penyakit periodontitis ?
8. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit periodontitis ?
9. Bagaimana cara pengobatan penyakit periodontitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari penyakit periodontitis
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit periodontitis
3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya penyakit periodontitis
4. Untuk mengetahui dan memahami konsep terjadinya penyakit periodontitis
5. Untuk mengetahui bagaimana patogenesis penyakit periodontitis
6. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit
periodontitis
7. Untuk mengetahui dan memahami faktor risiko penyebab terjadinya penyakit
periodontitis
8. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit periodontitis
9. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit periodontitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Periodontitis
Periodontitis adalah “suatu penyakit inflamasi pada jaringan penyokong gigi yang
disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, mengakibatkan kerusakan progresif pada
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan pembentukan poket, resesi atau
keduanya.”
Tanda klinis inflamasi seperti perubahan warna, kontur dan konsistensi serta
pendarahan pada saat probing, tidak selalu menjadi indikator positif terjadinya
attachment loss. Namun, timbulnya pendarahan yang berkelanjutan pada saat probing
dalam pemeriksaan yang berulang telah menjadi suatu indikator yang terpercaya
terhadap adanya inflamasi dan potensi terjadinya attachment loss pada daerah yang
berdarah. Periodontitis dibagi menjadi dua, yaitu periodontitis kronis dan periodontitis
agresif.
Periodontitis kronis berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus dan secara
umum berkembang lambat, tetapi nampak periode destruksi yang cepat. Peningkatan
perkembangan periodontitis dapat disebabkan oleh dampak faktor lokal, sistemik dan
lingkungan yang dapat mempengaruhi akumulasi plak. Penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus dan HIV dapat mempengaruhi pertahanan hospes; faktor lingkungan
seperti kebiasaan merokok dan stress juga dapat mempengaruhi respon hospes
terhadap akumulasi plak.
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada kecepatan perkembangan
penyakitnya yang sebaliknya terlihat pada individu yang sehat, tidak adanya
akumulasi besar plak dan kalkulus, dan riwayat periodontitis agresif pada keluarga.
Manson dan Eley (1993), menyebutkan secara klinis periodontitis ditandai dengan perubahan
bentuk gingiva, perdarahan pada gingiva, nyeri dan sakit, kerusakan tulang alveolar, rasa tidak
enak dan adanya halitosis.
Pocket adalah sulcus gingiva yang bertambah dalam secara patologis di sebabkan oleh kelainan
periodontal dengan kedalaman gusi lebih dari 2 mm. Tanda–tanda pocket : warna dinding gusi
merah tua sampai kebiruan, gingiva margin membengkak yang mungkin menutupi email,
dinding pocket mudah diangkat dari permukaan gigi, bila ditusuk perlahan–lahan dengan sonde
pada permukaan dalam dari pocket akan terasa sakit dan berdarah, tekanan pada dinding pocket
akan mengakibatkan keluarnya eksudat dari marginal, giginya goyang, terjadi elongasi dari
gigi dan migrasi gigi (Sea, 2010).
3. Enviroment (lingkungan )
Faktor ligkungan yaitu kondisi oral hygene atau lingkungan dari rongga mulut.
E. Patogenesis Periodontitis
Patogenesis penyakit periodontal disebabkan oleh faktor lokal yaitu adanya akumulasi
bakteri (dysbiotic microbiota) di sulkus gingiva, yang berhubungan erat dan berperan
sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal. Umumnya, faktor lokal
merupakan penyebab utama penyakit periodontal, dan diperberat oleh keadaan
sistemik yang kurang menguntungkan dan memungkinkan terjadinya keadaan yang
progresif. Bakteri periodonto patogen dan produknya yaitu toksin bakteri, misalnya
lipopolisakarida (LPS) menyebabkan terjadinya inflamasi gingiva karena sel neutrofil
di dalam endothelium yang bertugas sebagai pertahanan awal telah gagal mengontrol
bakteri sehingga LPS menginvasi gingiva. Akibatnya terjadi invasi bakteri ke jaringan
ikat dan berinteraksi dengan sel-sel imun (monosit, sel dendritik, sel T) yang ada di
epitel gingiva, dan terjadi pelepasan mediator proinflamasi (Tumor
necrosisfactor/TNF, Interleukin/IL1β, IL-17) yang menyebabkan diferensiasi sel T
dan berperan dalam respon inflamasi. Sitokin IL-17 juga menginduksi pelepasan
kemokin CXC, matrix metalloproteinase (MMPs) dan molekul destruksi jaringan
gingiva lainnya yaitu reactive oxygen species/ROS dan nuclear factor kβ
ligand/RANKL yang akan memicu pematangan prekursor osteoklas (osteoclast
precursors/OCPs). Sel limfosit yang teraktivasi yaitu sel B dan sel T (Th1 dan Th17)
yang berperan dalamresorpsi tulang alveolar melalui mekanisme RANKL-dependent
dimana osteoprotegerin (OPG) akan menghambat interaksi RANKL dengan
reseptornya (RANK) yang ada di OCP. Rasio jumlah RANKL dan OPG bertambah
seiring bertambahnya aktivitas inflamasi, dan neutrofil teraktivasi mengekspresikan
bertambahnya RANKL berikatan dengan membran dan dapat merangsang
osteoklastogenesis jika jumlahnya mencukupi menempel di tulang, sedangkan sitokin
antiinflamasi IL-10 (diproduksi oleh Tregs), Interferon/IFN (diproduksi oleh sel Th1)
serta IL-4 dan IL-13 (diproduksi oleh sel Th2) dapat menekan osteoklastogenesis.
Jika proses ini berlanjut maka inflamasi terus meluas ke dalam jaringan dan
meyebabkan rusaknya serabut dentogingiva dan puncak tulang alveolar, epitel
junsional migrasi ke apikal dan terbentuk poket periodontal disertai edema jaringan
ikat, dilatasi pembuluh darah, trombosis dan akhirnya inflamasi menyebar ke puncak
tulang alveolar dan menyebabkan resorpsi tulang alveolar. Kondisi inflamasi ini
disebut sebagai periodontitis. Pada kasus yang parah dapat terjadi supurasi dan gigi
menjadi goyang. Selain faktor bakteri, faktor penyebab lainnya adalah kondisi
sistemik antara lain pengaruh hormonal pada masa pubertas, kehamilan, penuaan atau
menopause, defisiensi vitamin, dan diabetes mellitus. Dalam hal ini dikemukakan
bahwa defisiensi vitamin D berperan penting dalam proses patogenesis penyakit
periodontal.
Faktor utama penyebab penyakit periodontitis dibedakan menjadi dua yaitu faktor
lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal adalah faktor yang terdapat disekitar gigi
sedangkan faktor sistemik yang berhubungan dengan metabolisme tubuh dan
kesehatan umum.
1) Faktor lokal
a) Plak bakteri
Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan
gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik
interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan gigi dan mulutnya. Faktor
lokal yang sering disebut sebagai faktor etiologi dalam penyakit
periodontitis, antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, materi alba,
dan debris makanan. Di antara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah
plak gigi. Semua faktor lokal tersebut diakibatkan karena kurangnya
memelihara kebersihan gigi dan mulut .
b) Faktor iatrogenic
a) Faktor Genetik
b) Usia
Seiring dengan pertambahan usia, gigi geligi menjadi memanjang hal ini
menunjukkan bahwa usia dipastikan berhubungan dengan hilangnya
perlekatan pada jaringan ikat. Namun, penelitian ini juga menunjukkan
bahwa pada gigi geligi yang memanjang sangat berpotensi mengalami
kerusakan. Kerusakan ini meliputi periodontitis, trauma mekanik yang kronis
yang disebabkan cara menyikat gigi, dan kerusakan dari faktor iatrogenik
yang disebabkan oleh restorasi yang kurang baik atau perawatan scalling and
root planing yang berulang-ulang. Kesimpulan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa hanya sedikit kaitan antara umur dengan kerusakan
jaringan periodontal. Namum disamping itu beberapa studi melaporkan
bahwa faktor genetik berpengaruh terhadap kerentanan terjadinya penyakit
periodontal.
c) Penyakit sistemik
periodontal.
1. Merokok
Merokok adalah salah satu faktor risiko paling penting untuk periodontitis,
dan prevalensi merokok juga dapat menyebabkan pengurangan prevalensi penyakit
periodontal. Perokok 3 kali lebih mungkin untuk memiliki penyakit periodontal yang
parah daripada yang bukan perokok.
Para perokok juga secara signifikan meningkatkan kehilangan tulang
alveolar dan prevalensi kehilangan gigi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak merokok, dan mereka juga memiliki hasil yang buruk dari semua bentuk
perawatan periodontal. Bukti menunjukkan bahwa merokok mengubah flora
mikroba oral yang dapat meningkatkan mikroorganisme periodontal tertentu atau
memengaruhi respons inang. Nikotin telah terbukti menyebabkan kerusakan jaringan
periodontal, secara langsung atau tidak langsung melalui interaksi dengan faktor-
faktor lain.
3. Diabetes Millitus
4. Obat – obatan
1. Usia
2. Turun Temurun
Turunan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan periodontitis yang
membuat beberapa orang lebih rentan terhadap penyakit daripada yang lain.
Interaksi yang rumit antara faktor genetik dengan faktor lingkungan dan demografis
telah dihipotesiskan untuk menunjukkan variasi yang luas di antara populasi ras dan
etnis yang berbeda ( Nazir, 2017 )
Menurut Solomon (et all 2017) faktor risiko penyakit periodontal termasuk faktor
lokal dan sistemik. Di antara yang lokal kita dapat menghitung kebersihan mulut
yang buruk, berbagai cedera, maloklusi, gigi yang belum diganti, parafungsi,
pernapasan mulut, merokok, iatrogenies dan lain - lain. Faktor sistemik dapat dibagi
menjadi faktor fisiologis (seperti pubertas, kehamilan, menopause) dan faktor umum
patologis yang meliputi penyakit sistemik, seperti diabetes, penyakit kardiovaskular,
osteoporosis, penyakit ginjal, aterosklerosis dan lain – lain.
H. Pencegahan Periodontitis
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain adalah menjaga kebersihan mulut
dengan baik dengan cara menyikat gigi dan flossing (Periodontitis dapat dicegah
dengan menyikat gigi secara rutin, minimal 2 kali sehari, yaitu setiap pagi dan
menjelang tidur. Selain itu, bersihkan sela-sela gigi menggunakan benang gigi.
Dengan begitu, plak tidak akan terbentuk dan Anda terhindar dari periodontitis. Selain
rajin menyikat gigi, juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin
ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali. Namun, jika seseorang termasuk kelompok orang
yang berisiko terserang periodontitis, seperti merokok atau sedang mengonsumsi obat
yang membuat mulut kering, pemeriksaan perlu dilakukan lebih rutin). Selain itu,
periodontitis bisa dicegah dengan menjaga berat badan, menghindari rokok dan
penggunaan zat-zat berbahaya lainnya.
I. Pengobatan Periodontitis
Penanganan bertujuan untuk membersihkan kantung antara gigi dan gusi dan untuk
mencegah kerusakan lanjut.
Penanganan non-surgikal termasuk :
• Scaling untuk menghilangkan tartar dan bakteri dari permukaan gigi dan di balik gusi
• Root planing untuk menghaluskan permukaan akar saraf dengan tujuan mengurangi
dan menghilangkan bakteri dan hal-hal lain yang berkontribusi pada peradangan gusi
Jika periodontitis yang terjadi sudah masuk dalam tahap lanjut, maka mungkin
diperlukan tindakan surgikal seperti :
• Regenerasi jaringan
❖ Fase I : Fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor
etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau
melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur
yang dilakukan pada fase I :
1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.
2. Scaling dan root planning
3. Perawatan karies dan lesi endodontic
4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging
5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)
6. Splinting temporer pada gigi yang goyah
7. Perawatan ortodontik
8. Analisis diet dan evaluasinya
9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas
❖ Fase II : Fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti
poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai
suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi
dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada
fase ini:
1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase
gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah
tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)
2. Penyesuaian oklusi
3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilang
❖ Fase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan
pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada
fase ini:
1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien
2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada
tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi.
3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang
alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali.
4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak
pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus
5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Periodontitis merupakan suatu inflamasi yang diakibatkan oleh infeksi pada jaringan
pendukung gigi, terjadi kerusakan secara progesif pada ligamen periodontal dan tulang
alveolar. Penyakit ini disebabkan oleh adanya induksi dari 90% bakteri anaerob fakultatif dan
75% bakteri gram negatif. Salah satu bakteri anaerob gram negatif yang berperan dalam
pembentukan plak subgingiva penyebab periodontitis adalah Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Bakteri ini menghasilkan Leukotoxin yang berperan dalam
menurunkan respon imun dalam gingiva serta mendegradasi perlekatan epitel pada jaringan
periodontal. Tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah mempertahankan
keberadaan gigi di dalam rongga mulut.
Berdasarkan hal diatas, maka diperlukan usaha untuk mengontrol plak agar terhindar dari
penyakit. Beberapa usaha tersebut diantaranya dengan mengatur pola makanan, melakukan
tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraseluler, serta
tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut. Menghilangkan plak secara
mekanik merupakan cara yang paling efektif untuk mengontrol biofilm plak gigi. Namun,
penggunaan sikat gigi dan dental floss hanya mampu membersihkan permukaan supragingiva
dan tidak dapat mencapai daerah subgingiva.
Saran
Penyakit periodontitis sampai saat ini masih sulit sekali untuk dicegah karena masih sering
diabailan, sehingga diharapkan akan adanya penelitian tentang penyakit periodontitis lebih
mendalam sehingga dapat mencegah dan menanggulangi penyakit periodontitis sehingga
semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan sadar akan kesehatan gigi dan mulutnya
terutama penyakit periodontitis.
Lampiran
Periodontitis Agresif
Periodontitis Kronis
DAFTAR PUSTAKA
Estining Tyas ,W. dkk. (2016). Gambaran Kejadian Penyakit Periodontal Pada Usia
Dewasa Muda (15-30 Tahun) di Puskesmas Srondol Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 510-513. 28 Maret 2022, Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik,
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Wijaksana, E. (2019). Periodontal Chart dan Periodontal Risk Assesment Sebagai Bahan
Evaluasi dan Edukasi Pasien dengan Penyakit Periodontal. Jurnal Kesehatan Gigi, 19-25.
Diakses 28 Maret 2022, Departemen Periodonsia, FKG Unair
Quamilla,N. (2016). Stress dan Kejadian Periodontitis. Journal of Syiah Kuala Dentistry
Society, 1(2), 161-168