Anda di halaman 1dari 7

EPIDEMIOLOGI DENTAL

Dosen Pengampu : Tri Wiyatini, SKM, M.Kes(Epid)

Disusun Oleh :

Mohammad Imam S. A. K. A.

P1337425218033

SEMESTER 4

PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2020
Patogenesi Karies Gigi

A. Karies Gigi

Karies didefinisikan sebagai penghancuran lokal dari jaringan gigi akibat fermentasi
karbohidrat dari aktifitas bakteri (Samaranayake, 2002). Karies pada dasarnya menyerang
jaringan mineralisasi tubuh, sehingga terjadi demineralisasi (Jacobsen, 2008). Dalam hal ini
terjadi proses demineralisasi pada gigi dimana lapisan enamel dan dentin pada gigi terkikis oleh
asam yang dihasilkan dari proses metabolism bakteri pada plak menyebabkan gigi berlubang.
Perkembangan karies dipengaruhi oleh empat faktor yang berperan diantaranya: permukaan gigi
yang rentan (host), substrat bakteri yang berasal dari karbohidrat yang difermentasi oleh bakteri
(makanan), mikroorganisme pada plak, dan waktu 13 (Felton, 2009).

Berdasarkan hal tersebut ditetapkan bahwa karies gigi adalah penyakit multifaktorial dan
merupakan kombinasi dari empat pokok faktor, yaitu host dan gigi, mikroorganisme dalam plak
gigi terutama Streptococcus mutans dan substrat terutama sukrosa, faktor keempat yaitu waktu
yang relevan karena bahkan di antara 3 faktor lain, perkembangan karies gigi adalah proses yang
relatif lambat dan kerusakan klinis terlihat dari enamel (kavitasi) membutuhkan waktu hingga 4
tahun untuk perkembangannya tergantung pada usia dan jenis permukaan yang diserang (Pine,
2007).

B. Peran Streptococcus mutans Terhadap Pembentukan Karies

Streptococcus mutans adalah faktor etiologi utama pada karies. Mikroorganisme ini
memiliki sejumlah faktor virulensi yang memungkinkan kolonisasi dan bahkan mendominasi
kavitas pada rongga mulut (Hakim, 2009).

Streptococcus mutans memiliki sifat virulen pada patogenesis karies gigi, salah
satunya adalah kemampuan membentuk biofilm, disamping kemampuan 14 mensintesis
protein dan karbohidrat. Biofilm yang terdapat dalam rongga mulut disebut juga plak gigi
merupakan kumpulan dari glukan yang merupakan sumber makanan utama bakteri
(Samaranayake, 2002), bakteri dan komponen saliva (Gani, 2009). Habitat utama
Streptococcus mutans ada pada mulut, faring dan usus. Dalam pembentukan karies,
Streptococcus mutans memiliki peran penting karna kemampuan melekat pada enamel
melalui pelikel saliva dan sebagai bakteri penghasil asam sehingga menciptakan lingkungan
asam yang akan beresiko terjadinya gigi berlubang (Forssten dkk, 2010)

C. Etiologi Karies gigi


Karies gigi merupakan penyakit periodontal yang dapat menyerang seluruh
lapisan masyarakat. Etiologi karies bersifat multifaktorial, sehingga memerlukan faktor-
faktor penting seperti host, agent, mikroorganisme, substrat dan waktu.
Untuk dapat terjadinya proses karies pada gigi diperlukan adanya faktor host yaitu
gigi dan saliva. Faktor agent dipengaruhi oleh jumlah bakteri dan plak dalam rongga
mulut. Plak gigi berperan penting dalam proses terjadinya karies. Faktor substrat dapat
mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme pada permukaan enamel. Karies merupakan suatu penyakit kronis
progresif yang membutuhkan waktu beberapa bulan bahkan tahun untuk dapat
berkembang
D. Faktor Risiko Karies
Karies merupakan peyakit multifaktorial, Untuk dapat terjadinya karies harus
didapatkan berbagai macam faktor resiko. Faktor resiko adalah berbagai aspek atau
karakteristik dasar dari studi populasi yang mempengaruhi kemungkinan terjadinya suatu
penyakit. Adanya hubungan sebab akibat antara faktor resiko dengan terjadinya karies
penting sebagai proses identifikasi dan menilai perkembangan lesi awal karies. Adapun
factor factor yang mempengaruhi karies adalah sebagai berikut :
1. Pengalaman karies
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Social Economy
5. Diet
E. Patogenesis Karies Gigi
Karies gigi dimulai dengan kerusakan pada email yang dapat berlanjut ke dentin.
Untuk dapat terjadinya suatu proses karies pada gigi dibutuhkan empat faktor utama yang
harus saling berinteraksi yaitu faktor host, aget, substrat dan waktu. Mekanisme
terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak beserta bakteri penyusunnya. Dalam
proses terjadinya kries, mikroorganisme lactobacillus dan streptococcus mempunyai
peranan yang sangan besar. Proses karies dimulai oleh streptococcus dengan membentuk
asam sehingga menghasilkan pH yang lebih rendah. Penurunan pH tersebut mendorong
laktobacillus untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies.
Streptococcus memiliki sifat-sifat tertentu yang memungkinkannya memegang
peranan utama dalam proses karies gigi, yaitu memfermentasi karbohidrat menjadi asam
sehingga mengakibatkan pH turun, membentuk dan menyimpan polisakarida intraseluler
dari berbagai jenis karbohidrat, simpanan ini dapat dipecahkan kembali oleh
mikroorganisme tersebut bila karbohidrat eksogen kurang sehingga dengan demikian
menghasilkan asam terus menerus.
F. Klasifikasi Karies Gigi
a. Karies Superfisialis, Karies hanya mengenai enamel, dentin belum terkena
b. Karies Media, Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
c. Karies Profunda Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang sudah
mengenai pulpa.
Makna Pandemik, Endemik, Epidemik, dan Wabah

1. Pandemik

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan, kata tersebut berarti


tersebar luas (tentang penyakit) di suatu kawasan, benua, atau di seluruh dunia.
WHO mendefinisikan istilah ini sebagai wabah patogen baru yang menyebar
dengan mudah dari orang ke orang di seluruh dunia. Pandemik adalah ketika ia menyebar
di beberapa negara atau benua dan biasanya memengaruhi orang dalam jumlah besar.
Persebarannya secara global.
Wabah penyakit yang masuk dalam kategori pandemi adalah penyakit yang
menular dan memiliki garis infeksi berkelanjutan. Jadi, jika ada kasus terjadi di beberapa
negara lainnya selain negara asal, tetap digolongkan sebagai pandemi. Contoh penyakit
pandemi yang umum kita ketahui adalah HIV/AIDS.
Pandemi HIV/AIDS, yang pertama kali diidentifikasi oleh Republik Demokratik
Kongo di tahun 1976. Kematian akibat AIDS luar biasa, yakni telah menewaskan lebih
dari 36 juta orang sejak tahun 1981. Awalnya, virus HIV berasal dari spesies simpanse
dan menyebar ke manusia, ujar laman Avert.
Pada September 1982, istilah acquired immune deficiency syndrome (AIDS)
pertama kali dicetuskan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Untuk
saat ini, ada 19,5 juta orang hidup dengan virus HIV dan menyambung hidup dengan
rutin mengonsumsi obat antiretroviral. Kesadaran orang tentang HIV pun menjadi lebih
baik sekarang.

2. Wabah

Hampir mirip dengan defisini epidemik. Kata wabah dalam KBBI berarti penyakit
menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang
luas (seperti penyakit lainnya misalnya wabah cacar, disentri, kolera).
Wabah adalah terjadinya suatu penyakit dalam masyarakat, di mana jumlah orang
terjangkit lebih banyak daripada biasanya. Penyakit dikatakan wabah ketika penyakit itu
sudah lama tidak pernah menjangkiti masyarakat, datang penyakit baru yang sebelumnya
tidak diketahui, dan penyakit tersebut adalah penyakit yang baru pertama kali menjangkiti
masyarakat di daerah itu.
Contoh Kasus : Difteri adalah penyakit yang mewabah dengan sangat cepat di
Indonesia. Setidaknya setiap tahun selalu ada wabah difteri di berbagai provinsi di
Indonesia. Wabah ini sangat mematikan karena bisa membuat korbannya meninggal
dengan sangat cepat. Terutama mereka yang masih anak-anak dan tak segera
mendapatkan perawatan yang sangat baik. Pada awal tahun 2016 ini, di beberapa daerah
Jawa Timur mulai darurat difteri yang cuku parah. Pemerintah daerah sudah mulai
melakukan vaksinasi agar tak tidak muncul korban jiwa.
Penyakit difteri biasanya ditandai dengan tenggorokan sakit, demam, sulit
bernapas dan menelan. Mulut dan hidung selalu mengeluarkan lendir. Penderita biasanya
selalu mengalami kelelahan berlebih dan membuatnya selalu lemas. Penderita difteri
harus segera mendapatkan penanganan agar jumlah korban meninggal tidak semakin
banyak.
3. Kejadian Luar Biasa
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di Indonesia
untuk mengklasifikasikan peristiwa pernyakit yang merebak dan dapat berkembang
menjadi wabah penyakit. Istilah "KLB" dengan "wabah" sering tertukar dipakai oleh
masyarakat, tetapi istilah "wabah" digunakan untuk kondisi yang lebih parah dan luas.
Istilah KLB dapat dikatakan sebagai peringatan sebelum terjadinya wabah.

Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No.
451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa.
Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
a. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.
Contoh kasus :
Pasien perempuan berusia 40 tahun datang ke Puskesmas Panekan, Magetan, Jawa
Timur dengan keluhan demam sejak 6 hari sebelumnya disertai dengan mual, muntah,
nyeri di perut sebelah kanan, nyeri pada kedua betis, sesak nafas, dan sklera berubah
menjadi berwarna kuning. Pasien menjalani rawat inap di Puskesmas. Dari hasil
pemeriksaan darah dan urin, diperoleh leukositosis, peningkatan SGOT, SGPT, alkalin
phosphatase, BUN, kreatinin, serta terdapat proteinuria dan hematuria. Pada hari kedua
rawat inap, pasien mengeluh pandangan menjadi kabur, demam semakin meningkat,
buang air kecil semakin sedikit, disertai rasa nyeri, dan berwarna kuning kemerahan.
Pasien dirujuk ke rumah sakit umum daerah, tetapi pasien meninggal pada hari
kesembilan dari onset penyakit dan rapid diagnostic test (RDT) belum sempat dilakukan.
Kasus ini termasuk dalam kasus probable leptospirosis. Meskipun belum sempat
dilakukan pemeriksaan RDT, Dinas Kesehatan Magetan sepakat menyatakan kasus ini
sebagai kasus KLB oleh karena hingga menimbulkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai