Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KEBUTUHAN DASAR MAHASISWA


Bantuan Hidup Dasar Resusitasi Paru Jantung

Dosen Pengampu : Yodong, S.ST, M.Hkes

Disusun Oleh :
Mohammad Imam S. A. K. A.
P1337425218033
SEMESTER 4

PRODI DIV KEPERAWATAN GIGI SEMARANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
LAPORAN PRAKTIKUM KDM
I. Judul
“Bantuan Hidup Dasar Resusitasi Paru Jantung”
II. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan serta dapat melakukan bantuan Hidup dasar
III. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Bantuan Hidup Dasar
2. Mahasiswa dapat menjelaskan Prinsip-prinsip Bantuan Hidup Dasar
3. Mahasiswa dapat mengenali tanda-tanda henti jantung
4. Mahasiswa dapat menjelaskan teknik-teknik napas bantuan
5. Mahasiswa dapat memberikan bantuan pernapasan pada pasien tidak sadar
6. Mahasiswa dapat melakukan Resusitasi jantung Paru (RJP) satu dan dua penolong
IV. Landasan Teori
Basic Life Support atau yang biasa kita sebut sebagai bantuang hidup dasar.
Aspek dasar BLS meliputi penanganan langsung terhadap sudden cardiac arrest
(SCA) dan sistem tanggap darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau
resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan (AED) automated
external defibrillator (Berg, et al 2010)
Bantuan Hidup Dasar adalah memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi
dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas melalui RJP/ CPR
(Krisanty,2009). Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengembalikan dan
mempertahankan fungsi vital organ tubuh korban yang mengalami henti jantung
ataupun henti nafas.
Menurut AHA Guidelines tahun 2015, Prinsip utama Bantuan Hidup Dasar
adalah mengalirkan sirkulasi darah, dan pemberian nafas melalui jalan nafas yang
bersih, sehingga proses kerusakan organ – organ tubuh dapat dihambat. Tehnik ABC
pada prosedur RJP yaitu :
a. A (Airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka
b. B (Breathing) : Ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat
c. C (Circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.
Indikasi dilakukannya bantuan Hidup Dasar Resusitasi Jantung Paru adalah
ketika terjadi Henti Jantung dan Henti Nafas. Henti jantung adalah berhentinya
sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung untuk melakukan kontraksi
secara efektif, keadaan tersebut bias disebabkan oleh penyakit primer dari jantung
atau penyakit sekunder non jantung. Henti jantung adalah bila terjadi henti jantung
primer, oksigen tidak beredar dan oksigen tersisa dalam organ vital akan habis
dalam beberapa detik (Mansjoer & Sudoyo 2010).
Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tidak teraba (a. karotis, a.
femoralis, a. radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan
berhenti atau satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tidak bereaksi dengan
rangsang cahaya dan pasien dalam keadaan tidak sadar (Latief & Kartini 2009).
Henti napas adalah berhentinya pernafasaan spontan disebabkan karena
gangguan jalan nafas persial maupun total atau karena gangguan dipusat
pernafasaan. Tanda dan gejala henti napas berupa hiperkarbia yaitu penurunan
kesadaran, hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (Mansjoer
& Sudoyo 2010).
Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,
obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan
infark jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain (Latief
& Kartini 2009).
V. Alat Praktikum

No Kegunaan Gambar
Nama Alat
.
1. Boneka CPR Sebagai alat
peraga tindakan
RJP

2. Barrier face Sebagai perantara


mask dalam melakukan
tindakan nafas
buatan guna
meminimalkan
risiko
kontaminasi
silang.
3. Pocket mask Sebagai perantara
dalam melakukan
tindakan nafas
buatan guna
meminimalkan
risiko
kontaminasi
silang.
4. Bag valve Untuk mengatasi
mask (bagging kondisi henti
) napas,
hpoventilasi, atau
jika ventilasinya
tidak memadai
sampai pasien
bisa bernapas
spontan atau
sampai ada
ventilasi
peunjang yang
lebih definitif
seperti ventilator.
5. Hand scone Alat belindung
diri berupa
sarung tangan
6. automated menganalisis
external ritme jantung
defibrillator pasien dan dapat
(AED) melakukan
defibrilasi pada
pasien henti
jantung.
Dibeberapa alat
AED juga sudah
Tersedia alat
bantu kejut
jantung

VI. Prosedur Kerja


a. Persiapan Tindakan
1. Pastikan keamanan lingkungan
2. Pastikan keamanan penolong dengan memakai APD
3. Pastikan keamanan pasien, posisi korban atau pasien terlentang pada permukaan
yang kuat dan datar
4. Meminta bantuan ( Aktifkan call SPGDT)
b. Memastikan Kesadaran Korban
Jika korban ditemukan dalam keadaan tidak bergerak, mungkin korban jatuh
pada keadaan tidak respon. Gunakan pedoman berikut secara bertahap untuk menilai
tingkat kesadaran si korban.
1. Alert/Awas: korban bangun, meskipun mungkin masih dalam keadaan bingung
terhadap apa yang terjadi.
2. Verbal/Suara: korban merespon terhadap rangsang suara yang diberikan oleh
penolong. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan rangsang suara yang
nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap ini.
3. Pain Stimulli/Nyeri: korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan
oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan dengan
keras di pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan
yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang dada. Namun, pastikan bahwa
tidak ada tanda cidera di daerah tersebut sebelum melakukannya.
4. Unresponsive/tidak respon: korban tidak merespon semua tahapan yang ada di
atas.
c. Langkah Kerja
Ketika mendapati bahwa korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi
keadaan jalan napas korban. Ketika membuka jalan nafas (Airway) perhatikan hal
hal berikut :
1. Pastikan ada atau tidak perkiraan trauma
kepala, leher dan belakang.
2. Bila ada lakukan Jaw Trust
3. Bila tidak ada coba buka mulut pasien
dengan hati hati, miringkan kepala
bersihkan mulut dengan cara sapukan jari dan bersihkan dari benda
padat/cairan ( Crossfinger)
4. Lakukan Head Tilt-chin lift (Ekstensikan kepala dan angkat dagu ke atas)

Setelah jalan nafas didapat lalu periksa nafas korban. Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan :

1. Nilai pernafasan selama 3-5 detik tidak lebih dari 10 detik dengan Lihat,
Dengar, Rasakan ( Look, Listen, Fell )
2. Lihat gerakan dada apakah mengembang dengan baik dan simetris
3. Dengar dan rasakan hembusan nafas dari mulut dan hidung
4. Bila tidak ada pernafasan berikan segera 2x pernafasan buatan ( 2 Innitial
breathing ). Setiap 1x pernafasan diberikan dalam 1 detik sampai dada
mengembang dengan baik
5. Bila ada pernafasan lakukan pemeriksaan lanjutan ( Primary and secondary
Survey )

Lakukan periksa nadi korban, perhatikan beberapa hal berikut :

1. Chek nadi dicarotis pada orang dewasa & brachialis pada bayi & anak
(lama mengecek 5-10 detik)
2. Bila tidak ada langsung lakukan RJP
3. Cari ujung sternum, tempatkan 2 jari diatas sternum
4. Letakkan pangkal tangan lainnya di atas tangan pertama, kunci jari-jari
kedua tangan, luruskan lengan sehingga bahu tegak lurus dengan tangan,
siku harus selalu tegak lurus
5. Tekan dengan kuat dan cepat, tekan sedalam 4-5 cm. Pastikan penolong
menekan tulang dada dengan baik
6. Setelah penekanan pastikan dada pasien kemmbali ke posisi semula
sebelum ditekan.tapi tangan tidak diangkat tetap menempel didada
7. Berikan penekanan yang baik dengan kecepatan 100x per menit
8. Lakukan penekanan dada berbanding dengan pemberian nafas buatan.
9. Setelah 5 siklus penekanan dan nafas buatan lakukan evaluasi dengan cara
meraba nadi carotis / brachialis.

Airways Breathing Circulation

Nafas Buatan Resusitasi Jantung Paru Recovery Potition

VII. Kesimpulan
Jadi dapat kita simpulkan bahwa bahwa jus sirsak, jus jeruk, dan air tajin, yang
ditambahkan benedict dihasilkan endapan merah bata yang menunjukan terdapat gula
pereduksi. Sedangkan pada larutan gula tidak terjadi endapan berwarna mereh bata yang
menunjukan bahwa tidak terdapat gula pereduksi pada larrutan gula

Anda mungkin juga menyukai