Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PRAKTIKUM

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknik Laboratorium

Dosen pengampu:
Dr. H. Bambang Supriatno, M.Si.
Dr. H. Riandi, M.Si.
Dr. Didik Priyandoko, M.Si.

oleh:
Kelompok 2
Biologi C 2019

LuthfiFirdausZein (1908418)

MuhtiaraYaser (1901492)

Nurul Zahra Zahirah (1908904)

SalsabilaAuliaHidayat (1905145)

WafiqAzizah (1908128)

Zahra ApriyaniPratiwi (1902025)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2019
A. JUDUL
Pengamatan Mikroskop
B. WAKTU DAN TEMPAT
a. Hari/tanggal : Selasa/26 November 2019
b. Pukul : 10.20-12.00
c. Tempat : Laboratorium Ekologi FPMIPA UPI
C. TUJUAN
D. LANDASAN TEORI
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan
kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang
sebelum mendapatkan pertolongan dari tenaga medis.  Ini berarti :

 Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.


 Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban
bukan menambah sakit korban

Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :

 Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut


 Membuat keadaan penderita tetap stabil
 Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
 Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat
kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Klasifikasi Penolong:

a.   Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan


pertama
b. Penolong pertama: Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih :Tenaga yang dilatih secara khusus untuk
menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi
sebagai berikut

 Jujur dan bertanggungjawab.


 Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan
bersosialisasi.
 Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
 Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama:

 Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya


 Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
 Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan
korban
 Meminta bantuan / rujukan
 Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
 Mempersiapkan untuk ditransportasikan

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)

 Sarung Tangan Lateks


Berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh
dianggap dapat menularkan penyakit
 Kacamata Pelindung
Berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah
cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan
pertolongan.
 Baju pelindung
Berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui
baju penolong.
 Masker Penolong
Berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
 Masker RJP
Diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
 Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda
untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan
pertolongan. 

Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama

 Penutup Luka misalnya kasa  Tandu


steril  Tensimeter dan Stetoskop
 Pembalut misalnya pembalut  Kapas
segitiga (mitella) dan pembalut  Pinset
gulung  Senter
 Cairan Antiseptik misalnya  Alat Tulis
alkohol
 Kartu penderita
 Cairan Pencuci Mata misalnya
boorwater
 Peralatan stabilisasi misalnya
bidai dan papan spinal panjang
 Gunting
 Senter

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai


berikut:

 Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah


atau kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan.
Sebelum kita menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah
aman atau masih dalam bahaya
 Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan
yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
 Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan
ini berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan
oleh pihak lain

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama


1.    Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk
membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka
juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung
tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan
tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru
dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar beberapa
sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.
2.    Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka
sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan
pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot
yang terluka supaya menyatu kembali.
3.     Mitella (pembalut segitiga)
 Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai
ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
 Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
 Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
4.     Dasi (cravat)

 Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga


berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
 Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang
terkilir.

Cara membalut
    o  Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
    o  Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara  sebelum diikat
arahnya saling menarik
    o  Kedua ujung diikatkan secukupnya

5. Pembalut Gulung
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta
tidak mudah kendor.

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:

1.  2,5 cm : untuk jari-jari


2.  5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
3.  7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
4.  10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.
Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap


2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang
akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat
dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka
(distal), lalu balut lurus 2 kali.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
Setiap balutan menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci
dengan peniti atau jepitan perban.

6.    Plester (pembalut berperekat)


 Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung
dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke
proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasi lengan plester.
 Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid,
Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:

1. Luka diberi antiseptik


2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.

 7.    Kassa Steril


 Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.
 Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
 8.    Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1.   Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan
lemah,
     otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2.   Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya
syok karena
     rasa nyeri yang hebat.
3.   Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya
     infeksi tulang.

Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi
juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor
sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki
sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.
 9.    Pembalut Lainnya
 Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan
steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka
lebar.
 Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan
untuk menutup luka-luka kecil.

 
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
A. Asma
Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
·    Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
·    Canned be heard the voice of the additional breath
·    Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
·    Irama nafas tidak teratur
·    Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
·    Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
1.    Tenangkan korban 4.    Atur nafas
2.    Bawa ketempat yang luas dan 5.    Beri oksigen (bantu) bila
sejuk diperlukan
3.    Posisikan setengah duduk
B. Lemah Jantung
Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung
terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
 Nyeri di dada  Mual, muntah,
 Penderita memegangi perasaan tidak enak
dada sebelah kiri di lambung
bawah dan sedikit  Kepala terasa ringan
membungkuk  Lemas
 Kadang sampai tidak  Kulit berubah
merespon terhadap pucat/kebiruan
suara  Keringat berlebihan
 Denyut nadi tak
teraba / lemah
 Gangguan nafas

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena
gangguan pencernaan, stress, tegang.

Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C.Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
·   Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
.   Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh
darah
·    Kadang disertai pusing
Penanganan
1.    Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2.    Tenangkan korban
3.    Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4.    Diminta bernafas lewat mulut
5.    Bersihkan hidung luar dari darah
6.   Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan
Pertama
D. Mual-Mual
Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
·    Perut terasa nyeri/mual
·    Berkeringat dingin
·    Lemas
Penanganan
1.    Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi
korban
2.    Beri minuman hangat (teh/kopi)
3.    Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan
keras.
Gejala
·    Warna kebiruan/merah pada kulit
·    Nyeri jika di tekan
·    Kadang disertai bengkak
Penanganan
1.    Kompres dingin
2.    Balut tekan
3.    Tinggikan bagian luka
F. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
·    Bengkak dan nyeri bila ditekan
·    Kebiruan/merah pada derah luka
·    Sendi terkunci
·    Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1.    Korban diposisikan nyaman
2.    Kompres es/dingin
3.    Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4.    Tinggikan bagian tubuh yang luka
G. Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
·    Nyeri pada otot
·    Kadang disertai bengkak
Penanganan
1.    Istirahatkan
2.    Posisi nyaman
3.    Relaksasi
4.    Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
H. Histeria
Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling
guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
·    Seolah-olah hilang kesadaran
·    Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
·    Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1.    Tenangkan korban
2.    Pisahkan dari keramaian
3.    Letakkan di tempat yang tenang
4.    Awasi
I. Keracunan Makanan atau Minuman
Gejala
·    Mual, muntah
·    Keringat dingin
·    Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
1.    Bawa ke tempat teduh dan segar
2.    Korban diminta muntah
3.    Diberi norit
4.    Istirahatkan
5.    Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu
untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk
mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip Evakuasi
1.    Dilakukan jika mutlak perlu
2.    Menggunakan teknik yang baik dan benar
3.    Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
       semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
       bahkan kematian
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu,
namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi
korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1.    Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut
mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
  ·   Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
  ·   Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
  ·   Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,

Bila dua orang maka penderita dapat:


Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila
korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban
patah tulang leher atau tulang punggung.
·    Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
·    Model membawa balok
·    Model membawa kereta
2.    Alat bantu
·    Tandu permanen
·    Tandu darurat
·    Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
·    Tali / webbing

Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:

1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak


berdasarkanpenilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka,
patah tulang dan angguan persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban
diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan
penderita yang tidak daolam posisi benar.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang
mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis;
yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko
infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
·    Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
·    Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan 
kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada
ketepatan diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap
menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1.    Hematotoksin (keracunan dalam)
2.    Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3.    Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat
pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu
menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya
takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama:

 Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih


rendah dari jantung.
 Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
 Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan

o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk


membendung  sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak
menghalangi aliran arteri. Torniquet/  toniket dikendorkan setiap
15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine
50 mg/im  untuk menghilangkan rasa nyeri
 Perawatan luka
o  Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau
benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila
perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui
breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak
berbahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
 Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
 Perbaikan sirkulasi darah
o Kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
 Obat-obatan lain
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic

Gigitan Lipan
Ciri-ciri
1.    Ada sepasang luka bekas gigitan
2.  Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan
sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
1.    Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2.    Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
Gigitan Lintah dan Pacet
Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
1.    Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2.    Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal.
Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam
tubuh korban yang sangat menyakiti.
Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan
menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan
racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau
dengan mendorongnya ke arah samping. Balutlah bagian yang tersengat dan
basahi dengan larutan garam inggris.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga
tulang menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang
yang tulangnya patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya
karena jika salah maka cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas,
klinik, dokter, ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera
diberi perawatan yang intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih
kembali.
Gejala

 Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah
tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
 Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang
yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
 Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat
tidak sama bentuk dan panjangnya.
 Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama
sekali tidak dapat digunakan lagi.
 Perubahan bentuk
 Nyeri bila ditekan dan kaku
 Bengkak
 Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
 Ada memar (jika tertutup)
 Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa
menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit
hingga menimbulkan luka berdarah.
Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.

2. Patah Tulang Terbuka


Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek
terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah
infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah
tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
 Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan
mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.
3. Patah Tulang Belakang / Spinal
Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan
merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan
menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang
belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan
atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
Langkah – langkah penanganan:

 Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat,


mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan
korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan
jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
 Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
 Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja,
dll diangkut minimal dua orang agar stabil.

Prosedur Pembalutan :
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

 Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
 Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
 Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
 Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu)
kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
 Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian
di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
 Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan
dengan cara:

 Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai


pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
 Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan
paling lama 15 menit.
 Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara
biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan
di lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di
kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya
dialasi dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang
terkena torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan
sepotong kayu. Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya
denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara
luka ditekan dengan kasa steril.
 Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

 Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu


difiksasi
 Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
 Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
 Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang
paling bawah letaknya di sebelah distal.
 Tidak mudah kendor atau lepas
Prinsip dan Prosedur Pembidaian :
Prinsip

 Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban


jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih
aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan
perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
 Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur
harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang
keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
 Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian

 Siapkan alat-alat selengkapnya


 Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan
rawat lukanya dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
 Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang,
diukur dahulu pada sendi yang sehat.
 Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di
antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit,
pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang
ada tonjolan tulang.
 Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan
sebagainya) dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak
boleh menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada
permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
 Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar
secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
 Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.
 Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


Luka
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan atau injury.
Gejala

 Terbukanya kulit
 Pendarahan
 Rasa nyeri

Penanganan
1.    Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2.    Tutup luka dengan kasa steril / plester
3.    Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4.    Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1.    Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:

 Keluarkan tanpa menyinggung luka


 Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
 Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2.   Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka
mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:

Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :

  Untuk mengurangi rasa sakit


  Mencegah terjadinya infeksi
  Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban

      
Tingkatan Luka Bakar :
Luka Bakar Tingkat I
Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan
hanya di bagian luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari,
kontak langsung dengan objek panas seperti air panas atau uap panas.
Gejala :
-   kemerahan pada bagian yang terbakar
-   bengkak ringan
-   nyeri
-   kulit tidak terkoyak karena melepuh
Penanganan:
1.   Siram dengan air mengalir bagian luka  yang terbakar atau kompres dengan air
dingin
      Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2.   Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3.   Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4.   Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5.   Jangan memberikan obat – obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
Luka Bakar Tingkat II
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan
bawah kulit misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan
percikan api dari bensin atau substansi lain.
Gejala:
-   kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
-   melepuh
-   bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
-   kulit terlihat lembab atau becek
Penanganan
1.   Siram dengan air dingin / air es bagian luka  yang terbakar atau kompres
handuk kecil
      atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2.   Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3.   Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4.   Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5.   Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar
bibir atau
      kesulitan bernapas.
Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka
bakar tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan
listrik
Gejala :
-   daerah luka tampak berwarna putih
-   kulit hancur
-   sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
Penanganan
1.   Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan
menggunakan selimut,
      karpet, jaket dan bahan lain.
2.   Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat
pada wajah,
      leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai
pembakaran.
      Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3.   Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk
luka di bagian
      wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4.   Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal,
atau bahan lain
      yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas /
kapuk.
5.   Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan
meski lukanya
      tidak terlalu besar.
Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai
berikut :
Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal,
korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan
pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang menderita luka yang
paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
a)   Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu
upaya pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya
kita hadapai, apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan
seorang penolong. Ingatlah selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi
korban, jangan ditambah lagi dengan penolong yang menjadi korban.
Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi kejadian,sudah dapat
dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :

1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar


lokasi kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
    • Nama Penolong
    • Nama Organisasi
    • Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.

b)   Penilaian Dini

 Kesan umum

Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi


penderita tergolong kasus trauma atau kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda – tanda yang jelas terlihat
atau teraba misalnya luka bakar, patah tulang, dll
Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda – tanda yang terlihat atau teraba
misalnya sesak napas, pingsan,dll
 Periksa Respon

Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan


otak penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong,
misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T=Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong.
Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia.
Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan
gagal.

Pasien dengan respon


Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat
berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan
bicara.

Pasien yang tidak respon


Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif
untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah
angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa
makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan
(simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ),
dalam urutan berikut:
1. Kepala

 Kulit Kepala dan Tengkorak


 Telinga dan Hidung
 Pupil Mata
 Mulut

2. Leher
3. Dada

 Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan


 Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan
 Lakukan perabaan pada tulang

4. Abdomen

 Periksa rigiditas (kekerasan)


 Periksa potensial luka dan infeksi
 Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
 Periksa adanya pembengkakan

5. Punggung

 Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk


 Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur
atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau
ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi
kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :

 Bayi : 120 - 150 x /menit


 Anak : 80 - 150 x /menit
 Dewasa : 60 - 90 x /menit

Frekuensi Pernapasan Normal :

 Bayi : 25 - 50 x /menit
 Anak : 15 - 30 x /menit
 Dewasa : 12 - 20 x /menit

Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk
mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban
dengan penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk
membantu digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau
obat yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita.
Selain itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus
menjalani pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan
dengan keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak
napas dengan riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu
bentuk alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala
dan tanda penyakit yang diderita saat ini.
Pemeriksaan Berkala / lanjut
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan
pemeriksaan berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit,
sedangkan pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :

1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila
waktu memang tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa
kembali dari ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang
terlewat atau membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa
atau sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih
perlu ada tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan,
pembidaian apakah masih cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di
atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan
nyaman
Pelaporan
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai
catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

    •    Umur dan jenis kelamin penderita


    •    Keluhan Utama
    •    Tingkat respon
    •    Keadaan jalan napas
    •    Pernapasan
    •    Sirkulasi
    •    Pemeriksaan Fisik yang penting
    •    KOMPAK yang penting
    •    Penatalaksanaan
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada
seseorang akibat sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah,
keracunan, terkejut/kaget, lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya.
Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak
kekurangan O2, kecelakaan,  lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, terkejut /
kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh),  anemia, dan lain-lain

Gejala umum :
 Perasaan limbung  Lemas
 Pandangan  Keringat dingin
berkunang-  Menguap
kunang berlebihan
 Telinga  Tak respon
berdenging (beberapa menit)
 Nafas tidak  Denyut nadi
teratur
 Muka pucat lambat
 Biji mata melebar

Penanganan

 Baringkan korban dalam posisi terlentang


 Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
 Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang
menghambat pernafasan
 Beri udara segar
 Periksa kemungkinan cedera lain
 Selimuti korban
 Korban diistirahatkan beberapa saat
 Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan
dapat menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti
minyak wangi, minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.
 Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya
lebih tinggi dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat
mengalir ke kepala korban pingsan tersebut.
 Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan
bantal atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya
secara normal.
 Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan
kepalanya agar untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur
penapasan orang itu bisa lancar kembali.
 Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti
kopi atau teh hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika
orangnya masih belum kuat memegang gelas atau minum sendiri dengan
tangannya harap jangan diberi dulu agar tidak tersedak.
 Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka
sebaiknya hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat
seperti puskesmas, klinik, dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan
perawatan yang lebih baik.
 Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik
orang yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang
senang beraksi dikala orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang
membantu atau menonton korban, jangan sampai mereka kecopetan saat
serius membantu korban atau asyik melihat kejadian.

Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat


RESUSITASI JANTUNG - PARU
RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang
tidak bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan
untuk merangsang organ jantung dan paru – paru korban berfungsi kembali
memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu
diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :
  Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )
  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :      

 Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.


 Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda –
benda asing menggunakan jari penolong.
 Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk
membuka jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong
di kening korban dan jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang
bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.

  Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )


  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak


 Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam –
dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup
dengan cepat  2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah
menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
 Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan
telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya
(LDR)
 Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau
keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik)
untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4
detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit  (1 hembusan
tiap 3 detik ) untuk bayi.
 Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun
pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan

  Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)


  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada
pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku
anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
 Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda
mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-
berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit 
 Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu 
 untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan
penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama
1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi
memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas
kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut
berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat
atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi
anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan
menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Bidang Anatomis
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3
buah bidang khayal:

 Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan


 Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah
(posterior)
 Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan
bawah (inferior)

A. ALAT DAN BAHAN


Tabel 1. Alat
No Alat Jumlah
1 Matras 1 buah
2 Mitela 2 buah
3 Pulpen 1 buah

Tabel 2. Bahan
No Bahan Jumlah
1
2
3
4

F. CARA KERJA
Diagram 1. Langkah Kerja Pengamatan Mikroskop

G. HASIL PENGAMATAN
H. PEMBAHASAN
3.1 Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah – langkah penanganannya :
1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa
menjadi terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit
hingga menimbulkan luka berdarah.
Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah.
2. Patah Tulang Terbuka
Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya
membuat daging dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek
terluka. Patah tulang ini harus benar-benar diwaspadai karena selain mudah
infeksi karena luka menganga juga kita bisa tertular penyakit orang yang berdarah
tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah – langkah penanganan:

 Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak
perlu.
 Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan
mengikat bagian yang terluka dengan kain bersih.
 Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak
semakin patah baik dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu,
sapu ijuk, tiang antena, dll yang ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat
tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di bagian yang patah atau terluka.

3. Patah Tulang Belakang / Spinal


Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan
merasa sakit pada bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan
menimbulkan banyak gerakan pada korban agar tidak merusak sumsum tulang
belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh permanen. Sebaiknya tunggu ambulan
atau petugas medis yang berpengalaman untuk mengurus korban lebih lanjut.
Langkah – langkah penanganan:

 Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat,


mengangkat kepala, berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan
korban patah tulang belakang jangan dipindahkan dari tempat semula dan
jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke atas.
 Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.
 Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja,
dll diangkut minimal dua orang agar stabil.
Prosedur Pembalutan :
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

 Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
 Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
 Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
 Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu)
kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
 Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian
di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
 Kemudian berikan balutan yang menekan.

3.1 RESUSITASI JANTUNG - PARU


RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang
tidak bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan
untuk merangsang organ jantung dan paru – paru korban berfungsi kembali
memompa darah dan mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu
diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan tindakan ABC meliputi :
  Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )
  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :      

 Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.


 Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda –
benda asing menggunakan jari penolong.
 Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk
membuka jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong
di kening korban dan jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang
bertujuan agar lidah korban tertarik dari pangkal tenggorokan.

  Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )


  Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak


 Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban
dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam –
dalam. Tempelkan mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup
dengan cepat  2 kali napas penuh. Lepaskan mulut Anda setiap setelah
menghembuskan napas dan ambil napas panjang lagi dan tiup lagi.
 Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan
telinga Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya
(LDR)
 Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau
keduanya sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik)
untuk korban dewasa, 15 kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4
detik) untuk korban anak-anak, 20 kali hembusan permenit  (1 hembusan
tiap 3 detik ) untuk bayi.
 Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun
pertanda dia bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan

Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)

 Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

 Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada
pasien. Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku
anda lurus dan posisi bahu anda tepat di atas tangan anda
 Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda
mendorong ke bawah (menekan) dada 4 –5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-
berikan dua tekanan tiap detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit 
 Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu 
 untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan
penyelamat. Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama
1 detik. Jika dada naik berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi
memiringkan kepala ke belakang-mengangkat dagu dan berikan napas
kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain anda, minta orang tersebut
berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat
atau jaringan tubuh.
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi
anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan
menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3
buah bidang khayal:

 Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan


 Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah
(posterior)
 Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan
bawah (inferior)

3.3 Luka Bakar

Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)Tujuan
pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :

•  Untuk mengurangi rasa sakit


•  Mencegah terjadinya infeksi
•  Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban
Gejala :

-   kemerahan pada bagian yang terbakar


-   bengkak

-   nyeri

-   kulit melepuh

- Muncul gelembung berisi cairan

Penanganan:

1. Siram dengan air mengalir bagian luka  yang terbakar atau kompres dengan air
dingin. Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air).
2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5. Jangan memberikan obat lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.

Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:

• Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
• Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
• Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
• Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.

Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan pembalut
yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-
urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

• Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
• Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
• Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
• Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran
yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
• Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di
atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
• Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan dengan
cara:

• Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai


pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
• Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling
lama 15 menit.
• Pengikatan dengan tourniquet.
Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan) dan
lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
• Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan
kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk
torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat
kekuningan.
• Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.
• Elevasi bagian yang terluka
Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

• Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi


• Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
• Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
• Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling
bawah letaknya di sebelah distal.
• Tidak mudah kendor atau lepas

Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam
keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun)
dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih
besar daripada luka biasa.

Pertolongan Pertamanya adalah:

·    Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptic

·    Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut

Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan  kegiatan
di alam terbuka, diantaranya:

Gigitan Ular

Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan
diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut
berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:

1.    Hematotoksin (keracunan dalam)

2.    Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)

3.    Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)

Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan,
sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan
penderita adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.

Penanganan untuk Pertolongan Pertama :

  Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari
jantung.

  Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat

  Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan:

Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk membendung


sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet/
toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik

- Berikan kompres es

- Perawatan luka: Hindari kontak luka dengan larutan asam, yodium atau benda panas

- segera bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan Anti Bisa Ular

Anda mungkin juga menyukai