Anda di halaman 1dari 9

Nama : Widya Ifana Tanjung

NPM : 314121003

Dosen : Nanik Cahyani, M. Keb

KESEHATAN LAPANGAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KECELAKAAN

Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama adalah perawatan pertama yang di berikan kepada orang
yang mendapatkan kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba sebelum mendapatkan
pertolongan medis.

Tujuan utama pertolongan pertama

1. Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut


2. Membuat keadaan penderita tetap stabil
3. Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas
4. Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Pelaku pertolongan pertama

Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat
kejadian yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.

Klasifikasi Penolong:

a. Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan


pertama

b. Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

c. Tenaga Khusus/Terlatih :

Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan

Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?

Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi


sebagai berikut

1. Jujur dan bertanggungjawab.


2. Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan
bersosialisasi.
3. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
4. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama

1. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya


2. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
3. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
4. Meminta bantuan / rujukan
5. Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat
6. Mempersiapkan untuk ditransportasikan

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)

1. Sarung Tangan Lateks


2. berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh
dianggap dapat menularkan penyakit
3. Kacamata Pelindung
4. berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah
cedera akibat benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan
pertolongan.
5. Baju pelindung
6. berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui
baju penolong.
7. Masker Penolong
berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
8. Masker RJP
diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
9. Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda
untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala saat melakukan
pertolongan.

Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama

1. Penutup Luka misalnya kasa steril


2. Pembalut misalnya pembalut segitiga (mitella) dan pembalut gulung
3. Cairan Antiseptik misalnya alkohol
4. Cairan Pencuci Mata misalnya boorwater
5. Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan papan spinal panjang
6. Gunting Senter
7. Tandu
8. Tensimeter dan Stetoskop Kapas
9. Pinset
10. Senter
11. Alat Tulis
12. Kartu penderita

Prinsip Dasar Pertolongan Pertama

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai


berikut:
Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita
menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih
dalam bahaya

Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana
pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang
matang dan dipahami oleh seluruh anggota.

Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda


lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna
bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama

1. Perban

Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk
membantu menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka
juga mencegah terjadinya kontaminasi kuman.

Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung
tangan, lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan
tersebut disterilkan dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru
dikeringkan. Pada saat menutup luka usahakan perban lebih lebar beberapa
sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah kontaminasi kotoran atau kuman.

2. Pembalut / bebat

Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka
sehabis diperban. Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan
pendarahan, mengurangi terjadinya pembengkakan dan mendukung bagian otot
yang terluka supaya menyatu kembali.
3. Mitella (pembalut segitiga)

 Bahan pembalut

 Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak
tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.

 Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

4. Dasi (cravat)

 Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga


berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.

 Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian
kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang
terkilir.

 Cara membalut:

o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan

o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat
arahnya

saling menarik

o Kedua ujung diikatkan secukupnya

5. Pita (pembalut gulung)

Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling
sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta
tidak mudah kendor.

Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:

1. 2,5 cm : untuk jari-jari

2. 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan


3. 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki

4. 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul

5. 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.

Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):

1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap

2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang

3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari

proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari distal
ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain
secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.

4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang


tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan
menutupi dua per tiga bagian sebelumnya.

5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan
peniti atau jepitan perban.

6. Plester (pembalut berperekat)

 Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang
terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung
dengan lester disebut strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke
proksimal dan untuk membatasi gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya
difiksasi lengan plester.

 Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid,
Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:

1. Luka diberi antiseptik

2. Tutup luka dengan kassa

3. Baru letakkan pembalut plester.

7. Kassa Steril

 Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan
dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum
digunakan.

 Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati
(misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.

8. Bidai

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang
yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi
rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:

1. 2. 3.

Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan
lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.

Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok
karena rasa nyeri yang hebat.

Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah
terjadinya infeksi tulang.

Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi
juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi
yang pernah mengalami dislokasi, ligamen- ligamennya biasanya menjadi kendor
sehingga gampang mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki
sebaiknya untuk sementara waktu dilakukan pembidaian.

9. Pembalut Lainnya

 Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril.
Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.

 Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan


untuk menutup luka-luka kecil.

Anda mungkin juga menyukai