Anda di halaman 1dari 105

1.

Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang
mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari
tenaga medis. Ini berarti :

Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat.

Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan
menambah sakit korban

Apa saja Tujuan utama Pertolongan Pertama?


Tujuan utama pertolongan pertama adalah untuk :

Mempertahankan penderita tetap hidup atau terhindar dari maut

Membuat keadaan penderita tetap stabil

Mengurangi rasa nyeri, ketidak-nyamanan dan rasa cemas

Menghindarkan kecacatan yang lebih parah

Siapa saja Pelaku Pertolongan Pertama ?


Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian
yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar. Secara umum semua
orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam : Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama : Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih :
Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan
Apa saja Kualifikasi Seorang Pelaku Pertolongan Pertama ?
Agar dapat menjalankan tugas, petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai
berikut

Jujur dan bertanggungjawab.

Memiliki sikap profesional, kematangan emosi. dan Kemampuan bersosialisasi.

Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik

Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI.

Apa saja Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama ?

Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya

Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa

Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban

Meminta bantuan / rujukan

Ikut menjaga kerahasiaan dengan petugas lain yang terlibat

Mempersiapkan untuk ditransportasikan

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama (Alat Pelindung Diri)


Sarung Tangan Lateks
berguna untuk melindungi diri karena pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat
menularkan penyakit
Kacamata Pelindung
berguna untuk melindungi mata dari percikan darah maupun mencegah cedera akibat
benturan atau kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
Baju pelindung
berguna untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui baju penolong.
Masker Penolong
berguna untuk mencegah penularan penyakit penyakit melalui udara.
Masker RJP
diperlukan bila akan melakukan tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Helm
Dipakai apabila akan bekerja di tempat yang rawan akan jatuhnya benda untuk mencegah
terjadinya cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.
Apa saja Peralatan yang dibutuhkan dalam Pertolongan Pertama?

Penutup Luka misalnya kasa steril

Tandu

Pembalut misalnya pembalut segitiga


(mitella) dan pembalut gulung

Tensimeter dan Stetoskop

Kapas

Cairan Antiseptik misalnya alkohol

Pinset

Senter

Alat Tulis

Kartu penderita

Cairan Pencuci Mata misalnya


boorwater

Peralatan stabilisasi misalnya bidai dan


papan spinal panjang

Gunting

Senter

Bagaimana Prinsip Dasar Pertolongan Pertama ?

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:

Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang
berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong
korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya

Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung
lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan
dipahami oleh seluruh anggota.

Biasakan membuat catatan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah Anda


lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini berguna bila
penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain

Alat Bantu pada Pertolongan Pertama


1. Perban
Perban adalah bahan yang digunakan untuk menutup luka dengan tujuan untuk membantu
menghentikan pendarahan dan menyerap cairan yang keluar dari luka juga mencegah
terjadinya kontaminasi kuman.
Bila perban tidak tersedia dapat digunakan bahan lain seperti sapu tangan, sarung tangan,
lembaran kain atau pakaian yang bersih. Jika memungkinkan, bahan tersebut disterilkan
dengan merebusnya selama 15 menit kemudian baru dikeringkan. Pada saat menutup luka
usahakan perban lebih lebar beberapa sentimeter dari pinggiran luka untuk mencegah
kontaminasi kotoran atau kuman.
2. Pembalut / bebat
Bebat atau balutan adalah bahan yang sering digunakan untuk melapis luka sehabis diperban.
Kegunaannya adalah untuk menbantu menghentikan pendarahan, mengurangi terjadinya
pembengkakan dan mendukung bagian otot yang terluka supaya menyatu kembali.
3. Mitella (pembalut segitiga)

Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran.
Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan,
pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.

4. Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita
dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang
lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya

5. Pita (pembalut gulung)


Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang paling sering adalah
kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
1.

2,5 cm : untuk jari-jari

2.

5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan

3.

7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki

4.

10 cm : untuk paha dan sendi pinggul

5.

10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.

Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):


1. Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
2. Pastikan bahwa perban tergulung kencang
3. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang diletakkan
dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang akan dibalut dari
distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat dengan ujung yang lain
secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka (distal), lalu balut lurus 2 kali.

4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih
antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per
tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti
atau jepitan perban.

6. Plester (pembalut berperekat)


Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi yang terkilir, untuk
merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara pembidaian langsung dengan lester disebut
strapping. Plester dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi
gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi lengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah dilengkapi dengan
kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Band-aid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
1. Luka diberi antiseptik
2. Tutup luka dengan kassa
3. Baru letakkan pembalut plester.
7.

Kassa Steril

Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus
sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya
sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi
adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah
terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk
sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang
mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu
dilakukan pembidaian.
9. Pembalut Lainnya
Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru
dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup
luka-luka kecil.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


A. Asma
Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.
Gejala
Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
Canned be heard the voice of the additional breath
Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
Irama nafas tidak teratur
Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
1. Tenangkan korban
4. Atur nafas
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk 5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan
3. Posisikan setengah duduk
B. Lemah Jantung
Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah kejantung terganggu
atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala

Nyeri di dada

Penderita memegangi dada


sebelah kiri bawah dan

Mual, muntah, perasaan


tidak enak di lambung

sedikit membungkuk

Kepala terasa ringan

Kadang sampai tidak


merespon terhadap suara

Lemas

Denyut nadi tak teraba /


lemah

Kulit berubah
pucat/kebiruan

Gangguan nafas

Keringat berlebihan

Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan
pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C. Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim
(terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
Kadang disertai pusing
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
D. Mual-Mual
Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
Perut terasa nyeri/mual
Berkeringat dingin
Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
Warna kebiruan/merah pada kulit

Nyeri jika di tekan


Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
F. Keseleo
Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai kram.
Gejala
Bengkak dan nyeri bila ditekan
Kebiruan/merah pada derah luka
Sendi terkunci
Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka
G. Kram
Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan.
Gejala
Nyeri pada otot
Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi
H. Histeria
Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-guling) oleh
korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
Seolah-olah hilang kesadaran
Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Pisahkan dari keramaian
3. Letakkan di tempat yang tenang
4. Awasi
I. Keracunan Makanan atau Minuman
Gejala
Mual, muntah
Keringat dingin
Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
1. Bawa ke tempat teduh dan segar
2. Korban diminta muntah
3. Diberi norit

4. Istirahatkan
5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk
memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan
medis lebih lanjut.
Prinsip Evakuasi
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal
tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan
alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi
cara angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,

Bila dua orang maka penderita dapat:


Maka pengangkutnya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak

perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau
tulang punggung.
Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
Model membawa balok
Model membawa kereta
2. Alat bantu
Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
Tali / webbing

Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian
kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan
persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita
yang tidak daolam posisi benar.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam

keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan
yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar
daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di
alam terbuka, diantaranya:
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan
diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut
berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan,
sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita
adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama :

Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari
jantung.
Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk
membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran
arteri. Torniquet/ toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im
untuk menghilangkan rasa nyeri

Perawatan luka
o

Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas

o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu
pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau
dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak
ada luka di mulut).

Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)

Perbaikan sirkulasi darah


o Kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

Obat-obatan lain
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic

Gigitan Lipan
Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya
setelah 4-5 jam
Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
Gigitan Lintah dan Pacet
Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun
beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang
sangat menyakiti.
Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku
atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah
mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping.
Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang
menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya
patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka
cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter,
ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang
intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.
Gejala

Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.

Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah
akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.

Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama
bentuk dan panjangnya.

Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi.

Perubahan bentuk

Nyeri bila ditekan dan kaku

Bengkak

Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah

Ada memar (jika tertutup)

Terjadi pendarahan (jika terbuka)

Beberapa Jenis/Macam Patah Tulang dan langkah langkah penanganannya :


1. Patah Tulang Tertutup
Patah tulang tertutup adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya tidak
melukai/merobek daging dan kulit yang ada di dekatnya. Patah tulang ini bisa menjadi
terbuka jika patahan tulangnya semakin parah dan menusuk daging / kulit hingga
menimbulkan luka berdarah.
Langkah langkah penanganan:

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang
ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di
bagian yang patah.

2. Patah Tulang Terbuka


Patah tulang terbuka adalah kasus patah tulang di mana patahan tulangnya membuat daging
dan kulit yang ada di sekitar patahan tulang menjadi sobek terluka. Patah tulang ini harus
benar-benar diwaspadai karena selain mudah infeksi karena luka menganga juga kita bisa
tertular penyakit orang yang berdarah tersebut bila tidak berhati-hati.
Langkah langkah penanganan:

Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.

Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat
bagian yang terluka dengan kain bersih.

Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang
ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di
bagian yang patah atau terluka.

3. Patah Tulang Belakang / Spinal


Pada kondisi patah tulang punggung atau tulang belakang si penderita akan merasa sakit pada
bagian belakang atau bagian leher. Jika demikian maka jangan menimbulkan banyak gerakan
pada korban agar tidak merusak sumsum tulang belakang yang bisa mengakibatkan lumpuh
permanen. Sebaiknya tunggu ambulan atau petugas medis yang berpengalaman untuk
mengurus korban lebih lanjut.
Langkah langkah penanganan:

Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala,
berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan
dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke
atas.

Hangatkan badan penderita patah tulang punggung dengan selimut.

Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll
diangkut minimal dua orang agar stabil.

Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:

Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)

Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)

Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)

Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)

Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:

Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi
luka selama didesinfeksi.

Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.

Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh
bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.

Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang
tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.

Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya
dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.

Kemudian berikan balutan yang menekan.

Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat dilakukan


dengan cara:

Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau sampai pertolongan


yang lebih mantap dapat diberikan.

Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama
15 menit.

Pengikatan dengan tourniquet.


o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di lengan)
dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi dengan
kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena torniket. Untuk
torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu. Tanda torniket sudah
kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal dan kulit menjadi pucat
kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka ditekan
dengan kasa steril.

Elevasi bagian yang terluka

Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:

Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu difiksasi

Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain

Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.

Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah
letaknya di sebelah distal.

Tidak mudah kendor atau lepas

Prinsip dan Prosedur Pembidaian :


Prinsip

Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera (korban jangan


dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan fraktur lebih aman dipindahkan
ke tandu medis darurat setelah dilakukan tindakan perawatan luka, pembalutan dan
pembidaian.

Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan,
perlakukan sebagai fraktur.

Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian

Siapkan alat-alat selengkapnya

Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.

Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.

Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan di antara


bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit, pembuluh darah, atau
penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh yang ada tonjolan tulang.

Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat
di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada
permukaan anggota tubuh yang dibidai.

Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.

Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai.

Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.

Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama


Luka
Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena kekerasan
atau injury.
Gejala

Terbukanya kulit

Pendarahan

Rasa nyeri

Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:

Keluarkan tanpa menyinggung luka

Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)

Evakuasi korban ke pusat kesehatan

2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai
menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:

Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :

Untuk mengurangi rasa sakit

Mencegah terjadinya infeksi

Mencegah dan mengatasi peristiwa shyok yang mungkin dialami korban

Tingkatan Luka Bakar :


Luka Bakar Tingkat I
Luka bakar tingkat satu adalah luka bakar dengan tingkat kerusakan jaringan hanya di bagian
luar lapisan kulit, misalnya, kulit terkena sengatan sinar matahari, kontak langsung dengan
objek panas seperti air panas atau uap panas.
Gejala :
- kemerahan pada bagian yang terbakar
- bengkak ringan

- nyeri
- kulit tidak terkoyak karena melepuh
Penanganan:
1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin
Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5. Jangan memberikan obat obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
Luka Bakar Tingkat II
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit
misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau
substansi lain.
Gejala:
- kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
- melepuh
- bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
- kulit terlihat lembab atau becek
Penanganan
1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil
atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
kesulitan bernapas.
Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar
tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik
Gejala :
- daerah luka tampak berwarna putih
- kulit hancur
- sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
Penanganan
1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,
karpet, jaket dan bahan lain.
2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di
bagian
wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan
lain
yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
5. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski
lukanya
tidak terlalu besar.
Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :

Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban
yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan
diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk
ditolong.
Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
a) Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai,
apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah
selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan
penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi
kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi
kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
Nama Penolong
Nama Organisasi
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
b) Penilaian Dini

Kesan umum

Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong
kasus trauma atau kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba
misalnya luka bakar, patah tulang, dll
Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak
napas, pingsan,dll

Periksa Respon

Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak
penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.

N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya
dicubit, tekanan pada tulang dada.
T=Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak
membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun
usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya
gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk
membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan
dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang
mungkin menyumbat saluran napas
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry),
cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala

Kulit Kepala dan Tengkorak

Telinga dan Hidung

Pupil Mata

Mulut

2. Leher
3. Dada

Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan

Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakan

Lakukan perabaan pada tulang

4. Abdomen

Periksa rigiditas (kekerasan)

Periksa potensial luka dan infeksi

Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan

Periksa adanya pembengkakan

5. Punggung

Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk

Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha
bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering,
berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :

Bayi : 120 - 150 x /menit

Anak : 80 - 150 x /menit

Dewasa : 60 - 90 x /menit

Frekuensi Pernapasan Normal :

Bayi : 25 - 50 x /menit

Anak : 15 - 30 x /menit

Dewasa : 12 - 20 x /menit

Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk
mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan
penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu
digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang
seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu
data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan
kemudian di rumah sakit.

P = Penyakit yang diderita


Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan
keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan riwayat
gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk
alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan tanda
penyakit yang diderita saat ini.
Pemeriksaan Berkala / lanjut
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan
berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan
pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang
tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari
ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau
membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau
sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada
tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih
cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan
anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
Umur dan jenis kelamin penderita
Keluhan Utama
Tingkat respon
Keadaan jalan napas
Pernapasan
Sirkulasi

Pemeriksaan Fisik yang penting


KOMPAK yang penting
Penatalaksanaan
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan tidak sadarkan diri seperti orang tidur pada seseorang akibat
sakit, kecelakaan, kekurangan oksigen, kekurangan darah, keracunan, terkejut/kaget,
lapar/haus, kondisi fisik lemah, dan lain sebagainya. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu
hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2, kecelakaan, lapar, terlalu banyak
mengeluarkan tenaga, terkejut / kaget, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), anemia, dan
lain-lain
Gejala umum :

Perasaan limbung

Lemas

Pandangan berkunangkunang

Keringat dingin

Menguap berlebihan

Telinga berdenging

Tak respon (beberapa


menit)

Denyut nadi lambat

Nafas tidak teratur

Muka pucat

Biji mata melebar

Penanganan

Baringkan korban dalam posisi terlentang

Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung

Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang menghambat


pernafasan

Beri udara segar

Periksa kemungkinan cedera lain

Selimuti korban

Korban diistirahatkan beberapa saat

Untuk mengembalikan kesadaran orang yang mengalami kepingsanan dapat


menggunakan bau-bauan yang menyengat dan merangsang seperti minyak wangi,
minyak nyong-nyong, anomiak, durian dan lain-lain.

Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi
dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban
pingsan tersebut.

Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal
atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.

Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar
untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa
lancar kembali.

Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh
hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat
memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar
tidak tersedak.

Apabila tidak sadar-sadar dan berangsur-angsur membaik / pulih maka sebaiknya


hubungi ambulan atau dibawa ke pusat kesehatan terdekat seperti puskesmas, klinik,
dokter, rumahsakit, dsb agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang
yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala
orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton
korban, jangan sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik
melihat kejadian.

Bagaimanakah Teknik Pertolongan Pertama dalam Kondisi Gawat Darurat


RESUSITASI JANTUNG - PARU
RJP adalah teknik dasar pertolongan pertama yang digunakan pada korban yang tidak
bernapas dan kuat dugaan jantungnya berhenti berdenyut . RJP bertujuan untuk merangsang
organ jantung dan paru paru korban berfungsi kembali memompa darah dan mengalirkan
oksigen ke seluruh tubuh. Oleh karena itu diperlukan prosedur RJP yang dikenal dengan
tindakan ABC meliputi :
Airway Controlling ( membuka Jalan udara / napas )
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Membaringkan korban telentang di lantai atau di tanah.

Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda benda asing
menggunakan jari penolong.

Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk membuka
jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong di kening korban dan
jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik
dari pangkal tenggorokan.

Breathing Support (bantuan pernapasan / napas buatan )


Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Pastikan kepala korban dalam posisi mendongak

Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam dalam. Tempelkan
mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup dengan cepat 2 kali napas penuh.
Lepaskan mulut Anda setiap setelah menghembuskan napas dan ambil napas panjang
lagi dan tiup lagi.

Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga
Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)

Lanjutkan pemberian udara kepada korban melalui mulut,hidung atau keduanya


sekitar 12 kali hembusan permenit (1 hembusan per 5 detik) untuk korban dewasa, 15
kali hembusan permenit (1 hembusan tiap4 detik) untuk korban anak-anak, 20 kali
hembusan permenit (1 hembusan tiap 3 detik ) untuk bayi.

Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia
bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan

Circulatoring Support (Memulihkan sirkulasi darah)


Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien.
Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi
bahu anda tepat di atas tangan anda

Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong
ke bawah (menekan) dada 4 5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap
detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit

Setelah 15 tekanan, miringkan kepala ke belakang-angkat dagu

untuk membuka jalan udara. Bersiaplah untuk memberikan 2 pernapasan penyelamat.


Jepit ujung hidung dan berikan napas ke mulut pasien selama 1 detik. Jika dada naik
berikan napas kedua. Jika tidak naik, ulangi memiringkan kepala ke belakang-

mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain
anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.

Seperti Apakah Anatomi dan Fisiologi Manusia secara Umum


Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh) adalah Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau
jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis,
yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan.
Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Bidang Anatomis
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang
khayal:

Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan

Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)

Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah
(inferior)

Pembagian tubuh manusia


Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh
manusia dibagi menjadi :

Kepala : Tengkorak, wajah, dan rahang bawah


Leher
Batang tubuh : Dada, perut, punggung, dan panggul
Anggota gerak atas :
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
Anggota gerak bawah :
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam
tubuh yaitu :
Rongga tengkorak : Berisi otak dan bagian-bagiannya
Rongga tulang belakang : Berisi bumbung saraf atau spinal cord
Rongga dada : Berisi jantung dan paru
Rongga panggul : Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi
dalam
Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan Untuk mempermudah perut manusia dibagi

menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:


i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
Sistem dalam tubuh manusia
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas kedalam darah
dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang tidak
disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke
dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi

Penilaian Dini dilakukan setealah penilaian keadaan dan pada tahap ini penolong harus
mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat,
cepat dan sederhana. keadaan yang mengancam nyawa diantaranya adalah masalah
Pernapasan, Kesadaran dan perdarahan berat. Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung
melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan resusitasi ( BHD RJP ).
Langkah-langkah penilaian dini :
1. Kesan Umum
2. Memeriksa Respon
3. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik ( AIRWAY )
4. Menilai pernafasan ( Breathing )
5. Menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat.
6. Hubungi bantuan.

Pada halaman sebelumnya telah dibahas tentang Penilaian Keadaan (bag.1), dan
pada halaman ini selanjutnya akan dibahas tentang Penilaian Dini.

Memeriksa Respon
B. PENILAIAN DINI
Ditahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan
sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar
dan Resusitasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Penilaian Dini adalah:
1. Kesan Umum, harus dilakukan penentuan apakah korban menderita kasus
trauma atau kasus medis.
a. Kasus Trauma : kasus yang disebabkan oleh ruda paksa dengan tanda yang
terlihat jelas atau teraba. Contoh : luka terbuka, luka memar, patah tulang dan
sebagainya disertai dengan gangguan kesadaran.
b. Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
Contoh : sesak nafas atau pingsan. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya
mencari riwayat gangguannya.
2. Memeriksa Respon.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan yang
terjadi di dalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi yang diberikan korban
terhadap rangsangan yang diberikan oleh penolong. Respon korban dibagi menjadi
4 tingkat : AWAS, SUARA, NYERI, TIDAK-RESPON (ASNT).

Awas : Korban ini sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya korban tanggap
terhadap orang, waktu dan tempat. Sedikit gangguan dapat bermakna. Beberapa
korban mungkin terkesan sadar penuh tetapi tidak menyadari keadaan lingkungan
atau dimana mereka berada.
Suara : Korban hanya bisa menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar
suara. Penderita ini dikatakan respon terhadap (rangsang) suara. Seorang korban
yang tidak dapat menjawab mengenai tempat dan waktu juga tergolong dalam
kelompok ini. Mungkin saat itu mereka sedang mengalami kasus medis. Korban
tidak pelu mampu menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.
Nyeri : Korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri, misal
dengan
cubitan yang kuat, penekanan ditengah tulang dada (bila tidak ada
cedera dada) oleh penolong. Bila korban respon terhadap suara, maka rangsang
nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi yang mungkin bisa dilihat ketika diberi ransang
nyeri adalah membuka mata, erangan, melipat atau menjatuhkan alat gerak, dan
gerakan ringan lainnya. Laporannya adalah korban respon terhadap nyeri.

Respon Nyeri
Tidak Respon : Korban tidak berekasi dengan rangsang apapun yang dilakukan
penolong. Jika dijumpai kasus ini, maka penolong harus segera melakukan
penatalaksanaan penanganan jalan nafas dan lainnya.
Catatan Khusus : Menentukan respon untuk anak kecil dan bayi agak sulit,
penilaian respon ini dapat dilakukan dengan cara bagaimana mereka bereaksi
terhadap lingkungannya. Umumnya mereka mengenali orang tuanya dan cenderung
untuk menuju kepada mereka. Besar kemungkinan anak kecil dan bayi akan
menangis bila dilakukan pemeriksaan. Mereka yang tidak mengenali orang tuanya
atau tidak bereaksi pada saat diperiksa mungkin mengalami penyakit atau

gangguan berat. Informasi dari orang tua atau keluarga sangat penting dan menjadi
perhatian khusus.
3. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik (AIRWAY)
Keadaan jalan nafas dan respon korban merupakan dasar penatalaksanaan
penderita. Pastikan agar jalan nafas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan
keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respons atau
tidak.
a. Korban dengan respon baik
Perhatikan pada saat korban berbicara, perhatikan ada tidaknya gangguan suara
atau gangguan berbicara, atau suara tambahan? Suara tambahan ini dapat menjadi
petunjuk adanya gigi, darah atau benda lainnya dalam saluran nafas. Nilai juga
apakah penderita itu dapat mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus atau tidak.
b. Korban yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak
ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik ANGKAT DAGU - TEKAN DAHI.
Sebaliknya bila terdapat cedera spinal gunakan teknik PERASAT PENDORONGAN
RAHANG BAWAH.
Pemeriksaan jalan nafas tidak hanya dilakukan satu kali saja, namun berulang kali
dan terus menerus terutama pada korban yang mengalami cedera berat atau
banyak muntah.

Angkat Dagu Tekan Dahi


4. Menilai Penafasan (Breathing)
Setelah jalan nafas dipastikan terbuka dengan baik dan bersih, maka anda sebagai
penolong harus menentukan pernafasan penderita. Periksalah ada atau tidaknya
nafas korban dengan cara LIHAT, DENGAR dan RASAKAN selama 3-5 detik. Penilaian
ini tidak terbatas hanya pada ada atau tidak adanya nafas, tapi juga pada kualitas
nafas itu sendiri, apakah korban cukup untuk mempertahankan kehidupan. Bila
ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan tindakan Bantuan Hidup
Dasar dan Resusitasi Jantung Paru.
5. Menilai Sirkulasi dan Menghentikan Pendarahan Berat.

Pada pemeriksaan ini penolong menilai apakah jantung korban melakukan tugasnya
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau tidak. Pastikan denyut jantung
cukup baik dan tidak ada pendarahan yang membahayakan nyawa.
Menilai Sirkulasi
a. Korban Respon :
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), untuk bayi pada nadi brakial (bagian
dalam lengan atas).

Nadi Radial
b. Korban Tidak Respon
Periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi brakial. pemeriksaan
dilakukan dengan interval waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan
Resusitasi Jantung Paru.

Nadi Karotis

Catatan : Pada penilaian dini penolong hanya menentukan ada tidaknya nafas dan
nadi. Jangan terpengaruh dengan penampilan cedera korban. Pastikan tidak ada
pendarahan yang dapat mengancam nyawa, termasuk pendarahan yang tidak
terlihat. Periksa benar kondisi korban, terutama yang memakai pakaian tebal dan
berwarna gelap karena hal itu dapat menyembunyikan darah dalam jumlah yang
cukup banyak.
6. Hubungi Bantuan
Apabila dirasa perlu atau bagi anda yang memang awam terhadap Pertolongan
Pertama segeralah minta bantuan rujukan. Mintalah bantuan kepada orang lain
untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Pesan yang disampaikan harus singkat,
jelas dan lengkap. Hubungi bantuan segera bila penolong menilai bahwa korban
tidak ada respon.
Setelah melakukan penilaian dini maka segera lakukan pemeriksaan berikutnya
sesuai dengan kasus yang dihadapi yaitu kasus trauma atau kasus medis. Penilaian
ini dilakukan secara terarah terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik rinci.
Dalam Pemeriksaan Dini perlu juga dipertimbangkan prioritas transportasi korban.
Apakah harus sesegera mungkin atau dapat tertunda. Penilaian terarah akan sangat
membantu menentukan hal ini.
Penilaian Dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.

PP (PERTOLONGAN PERTAMA)
(Cuplikan materi Buku Pedoman HW)
Pertolongan Pertama Yaitu : Pemberian pertolongan, perawatan atau pengobatan untuk
waktu yang singkat dengan tujuan untuk mencegah maut jika bahaya maut sudah ada, untuk
mencegah dari bahaya cacat, untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah rasa sakit. Bahaya
maut misalnya : penderita berada dalam keadaan shock (gugat), dan pendarahan yang hebat.
Bahaya cacat dibedakan menjadi 2 macam yaitu cacat rohani dan cacat jasmani. Cacat rohani
(sakit jiwa) yaitu kecelakaan yang mengenai otak. Cacat jasmani yaitu cacat yang timbul
karena kehilangan salah satu anggota badan, mata, kaki atau tangan. Infeksi adalah
kemasukan hama dalam badan yang terluka sehingga menimbulkan rasa sakit. Pada
pertolongan pertama ini bukan memusnahkan hama yang masuk dalam luka melainkan agar
infeksi tersebut tidak ditambah dengan perbuatan yang salah. Sehingga yang harus dilakukan
adalah membersihkan luka, ditutup dengan kasa steril kemudian dibalut dengan kain
pembalut. Sebaiknya segera bawa ke rumah sakit untuk penangan lebih lanjut.
1.
Gejala/Tanda
Umumnya
Pusing
Mual,
Pandangan
Cemas
Keringat
Tidak
Denyut

PINGSAN
orang

pingsan

mengalami

perasaan
berkunang-kunang
ada

dan

respon

untuk

telinga
beberapa

nadi

:
:
limbung
berdenging
dingin
menit
melambat

Tindakan Pertolongan Pertama :Baringkan penderita (tanpa bantal) dengan tungkai di


tinggikan
Beri ruang udara cukup agar penderita dapat menghirup udara segar
Periksa
adanya
kemungkinan
cidera
lain
Bila penderita telah pulih, usahakan penderita beristirahat beberapa menit
Bila tidak cepat pulih, segera bawa penderita ke puskesmas/rumas sakit terdekat.
Catatan
:
Jangan diberi minuman sebelum siuman, berilah minum ketika sudah sadar. Yaitu minuman
hangat
(panas)
:
teh
atau
kopi.
2.

DIARE

Diare adalah keadaan buang air besar yang encer/cair lebih dari 3 kali sehari. Biasanya diare
paling sering menyerang anak-anak, terutama dibawah usia 6 bulan sampai 2 tahun. Diare
sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), sehingga
sering
menyebabkan
kekurangan
gizi
bahkan
kematian.
Gejala/Tanda
Mata
Mulut

dan

terlihat
lidah

terasa

:
cekung
kering

Sering
Kencing
Bila
kulit
Denyut

sedikit
dicubit
tidak
nadi

merasa
bahkan
tidak
segera
kembali
alam
keadaan
sangat

haus
kencing
semula
cepat

Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Berilah cairan (oralit, sup, tajin, air putih matang, ASI) lebih banyak dari biasanya
Apabila usia kurang dari 6 bulan dan hanya dapat ASI berikan larutan oralit atau air putih
sebagai
tambahan
ASI.
Apabila usia 6 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan padat, berikan juga : bubur
atau makanan dari tepung yang dicampur dengan kacang-kacangan, sayuran, daging atau
ikan,
dan
lain-lain,
sari
buah
segar
atau
pisang
yang
dihaluskan.
Makanan diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering (paling kurang 6 kali sehari)
Beri makanan ekstra setiap hari selama dua minggu setelah diare berhenti
Apabila dalam tiga hari tidak kunjung membaik, bawa segera ke puskesmas/rumah sakit.
3.

KEJANG

PADA

ANAK

Serangan kejang lebih sering diderita pada anak berusia 1 5 tahun. Biasanya didahului
dengan demam tinggi dan berlangsung beberapa menit. Meski begitu, serangan kejang pada
anak tidak bisa di anggap remeh, karena mungkin merupakan tanda penyakit yang lebih
serius
apabila
ada
kaku
leher.
Cara
Memeriksa
kemungkinan
kaku
leher
akibat
kejang
:
Angkat
kepala
anak
Apabila ada kaku leher, maka badan anak akan ikut terangkat, hal ini berarti menandakan
adanya
penyakit
di
selaput
otak.
Apabila menemukan kasus ini, segera bawa penderita ke puskesmas/rumah sakit Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Lindungi lidah penderita dengan meletakkan kayu/sendok yang dibungkus sapu tangan di
mulutnya.
Kompres kepala dan badannya dengan air suam-suam kuku untuk membantu menurunkan
panasnya.
Buka
semua
pakaiannya
Letakkan kepala agak miring untuk menjaga agar jalan nafas tidak kemasukan lendir atau
muntahan
Berikan Stesolid Rectal (Diazepam) melalui dubur (dengan resep dokter)
Bila
BB
<>
10
kg
:
10
mg
Ulangi
setiap
15
menit
bila
kejang
belum
berhenti.
4.

KESELAK/KESEDAK

Keselak/kesedak terjadi disebabkan adanya benda asing (makanan, mainan, darah dan lain
sebagainya) di tenggorokan. Akibatnya jalan pernafasan dapat tersumbat dengan gejala :
Tidak
dapat
bicara
Sulit
bernafas
Penderita
terkesan
mencekik
leher
sendiri
Bunyi
nafas
mengorok
Tindakan

Pertolongan

Pertama

Bila
Penderita
Dewasa
dan
Masih
Sadar
:
Penolong
berdiri
dibelakang
penderita
Lingkarkan tangan pada penggang penderita, kedua tangan penolong saling menggenggam di
atsa perut penderita tepat pada pertengahan antara pusar dan batas pertemuan iga kiri dan
kanan.
Hentakkan tangan penolong ke arah belakang dan atas (45) posisi kedua siku penolong ke
arah luar, lakukan hentakan sambil minta penderita bantu memuntahkannya.
Gerakan
Bila
Penderita
Dewasa
dan
Tidak
Sadar
:
Baringkan
penderita
dalam
posisi
terlentang
Penolong
berlutut
diantara
dua
paha
Tempatkan kedua tumit tangan saling bertumpu pada garis tengah antara pusat dan pertemuan
rusuk
kiri
dan
kanan,
dengan
mengarah
ke
dada.
Lakukan
lima
kali
hentakan
perut
ke
arah
atas.
Periksa mulut penderita dan lakukan sapuan jari. Bila perlu dapat dilakukan
penarikan
rahang
bawah.
Catatan : Tindakan ini dapat dilakukan pada anak kecil dan bayi, jika benda dalam keadaan
terlihat.
Bila belum barhasil ulangi langkah-langkah di atas sampai jalan nafas terbuka.
Bila
Penderita
Dewasa
dan
Tidak
Sadar
:
Cara
I
Letakkan
badan
bayi
di
atas
lengan
penolong
Wajah
mengarah
ke
bawah,
kepala
lebih
rendah
dari
tubuh
Topang bagian kepala dengan jari penolong pada daerah rahang dan tulang pipi (hati-hati,
jangan
sampai
menciderai
mata
dan
hidung)
Lakukan lima kali pukulan punggung, gunakan tumit tangan di antara kedua tulang belikat
Bila
belum
keluar,
balikkan
penderita,
kepala
lebih
rendah.
Cara
II
Lakukan
lima
kali
hentakan
dada
Gunakan jari tengah dan jari manis pada pertengahan garis tengah tulang dada tepat di bawah
garis
khayal
penghubung
puting
kiri
dan
kanan
Lakukan tindakan berulang-ulang hingga sumbatan teratasi atau penderita tidak ada respon
5.
a.

KERACUNAN
Melalui

Mulut/Pencernaan

Disebabkan oleh obat-obatan, makanan yang mengandung racun, baygon, minyak


tanah,
alkohol,
dan
lain-lain.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Untuk menurunkan kadar racun, beri minum penderita dengan susu atau air
sebanyakbanyaknya
atau
beri
anti
racun
seperti
norit,
putih
telur.
Catatan
:
Mengeluarkan racun dengan rangsanagn muntah hanya efektif dilakukan dalam 4 jam
pertama.
Tindakan ini dilakukan pada kasus menelan asam/basa kuat, minyak, korban kejang

atau

bakat

kejang,

serta

korban

tidak

ada

respon.

b.
Akibat
Gigitan
Binatang
Berbisa
Tenangkan
korban
Jangan
gerakkan
bagian
yang
terkena
gigitan
Lepaskan semua perhiasan, jam tangan yang melekat pada tubuh korban.
Balut tekan di atas dan di bawah dari gigitan untuk memperlambat aliran darah.
Segera
bawa
ke
rumah
sakit.
6.
KEMASUKAN
BENDA
ASING
Benda asing dapa masuk ke mata, hidung, telinga dan kulit. Jangan berusaha mengeluarkan
benda asing bila tidak yakin dapat melakukannya. Hal ini dapt merusak jaringan disekitarnya.
Tindakan
yang
dianjurkan
segera
bawa
penderita
ke
dokter.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
a.
Benda
Asing
di
Mata
Buka
mata
Pisahkan kelopak mata atas dan bawah dengan ibu jari dan jari telunjuk Periksa semua bagian
dari
mata
Jika benda asing terlihat, cuci guyur mata yang terkena dengan boorwater atau air bersih.
Tindakan lain juga dapat dilakukan dengan menghapus bagian mata yang kemasukan benda
asing dengan kapas yang dipilin/ujung kain bersih yang dibasahi air bersih.
Catatan
:
Jangan menyentuh sesuatu yang melekat/terbenam di dalam bola mata (bagian mata yang
berwarna hitam). Segera tutup kedua mata yang sakit dengan pembalut, kemudian bawa ke
rumah
sakit.
b.
Benda
Asing
di
Hidung
Tutup
lubang
hidung
yang
tidak
tersumbat
Usahakan
bersin
untuk
hidung
yang
tersumbat
Dapat juga dicoba dengan kawat berujung tumpul yang dibengkokkan seperti kail
Masukkan
kawat
lewat
samping
benda
Setelah
melewatinya
tariklah
benda
tersebut
perlahan-lahan
Apabila
gagal
bawa
ke
puskesmas/rumah
sakit
Untuk kasus pada anak kecil sebaiknya langsung dibawa ke puskesmas/rumah sakit
c.
Benda
Asing
di
Telinga
1.
Bila
kemasukan
biji-bijian
Miringkan kepala penderita ke arah telinga yang kemasukan biji-bijian tersebut Tepuk kepala
disekitar tilinga satunya beberapa kali Bila tidak berhasil segera ke dokter
2.
Bila
kemasukan
serangga
Tetesi telinga dengan minyak kelapa/air bersih yang hangat Bila tidak berhasil bawa ke
dokter
Catatan
:
Jangan berusaha mengeluarkan benda asing bila tidak yakin dapat melakukannya, yang
memungkinkan
cidera
berat
atau
tertekan
lebih
ke
dalam.

7.
LUKA
BAKAR
Luka bakar sering terjadi karena : panas (suhu > 60C), uap panas, bahan panas, bahan kimia
(asam kuat, basa kuat, soda api), listrik (listrik rumah, kilat), radiasi (sinar matahari, bahan
radioaktif)
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Alirkan
air
dingin
pada
bagian
yang
terkena
luka
bakar
Jika luka bakar akibat bahan kimia alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih
Lepaskan pakaian yang melekat pada tubuh korban jika luka terjadi dianggota badan yang
tertutup
Tutup
luka
dengan
penutup
luka
steril
sekali
pakai.
Jika
luka
bakar
mengenai
mata
pastikan
kedua
mata
tertutup
Jika jari-jari yang terbakar, maka balutlah masing-masing jari terpisah Segera bawa ke rumah
sakit
Catatan
Jangan
mengolesi
luka
dengan
lotion,
Jangan
pecahkan
gelembung
Jangan
gunakan
salep
atau
cairan

:
kecap,
mentega
atau
minyak
akibat
luka
bakar
antiseptik
atau
juga
es

8.
LUKA
LECET
Biasanya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit terkelupas dan tampak titik-titik
pendarahan.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Bersihkan kulit sekitar luka mulai dari tengah luka sampai kulit sekitar luka Tutup dengan
kain
penutup
luka
steril
dan
plester.
9.
LUKA
TUSUK
Luka ini biasanya akibat benda tajam seperti pisau, pecahan kaca, paku dan lain-lain.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Jangan
mencabut
bila
ada
benda
yang
menempel
pada
luka
Tutup
luka
dengan
kasa
steril
Bila masih ada benda yang menusuk, balut disekitar benda tersebut dan tinggikan anggota
badan
yang
berdarah
Segera
bawa
korban
ke
rumah
sakit
10.
LUKA
SAYAT/IRIS
Biasanya terjadi akibat kontak dengan benda tajam, akibatnya kulit dan lapisan dibawahnya
terputus
dengan
kedalaman
bervariasi.
Tindakan
Pertolongan
Bersihkan
luka
dengan
Tutup luka dan di plester.

Pertama
cairan

:
antiseptik.

DASAR PERTOLONGAN PERTAMA


Pertolongan Pertama
Pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau korban kecelakaan yang

memerlukan penanganan medis dasar untuk mencegah cacat atau maut.

Tujuan Pertolongan Pertama


1. Menyelamatkan jiwa penderita
2. Mencegah cacat
3. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Dalam perkembangannya tindakan pertolongan pertama diharapkan menjadi bagian dari
suatu sistem yang dikenal dengan istilah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu,
yaitu sistem pelayanan kedaruratan bagi masyarakat yang membutuhkan, khususnya di
bidang kesehatan.
Komponen Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu:
1. Akses dan Komunikasi
Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan, baik yang
umum maupun yang khusus.
1. Pelayanan Pra Rumah Sakit
Secara umum semua orang boleh memberikan pertolongan.
Klasifikasi Penolong:
a. Orang Awam
Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan pertolongan pertama
b. Penolong pertama
Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI
c. Tenaga Khusus/Terlatih

Tenaga yang dilatih secara khusus untuk menanggulangi kedaruratan di Lapangan


1. Tansportasi
Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
Dasar Hukum
Pasal 531 K U H Pidana
Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang
lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan : KUHP 45,
165, 187, 304 s, 478, 525, 566
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan
Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa
pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih
dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang
dikenal dalam pertolongan pertama :
1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat (Implied Consent)
Persetujuan yang diberikan pendarita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau
penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak
mampu memberikan persetujuan
1. Pesetujuan yang dinyatakan (Expressed Consent)
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
Alat Perlindungan Diri
Keamanan penolong merupakan hal yang sangat penting, sebaiknya dilengkapi dengan
peralatan yang dikenal sebagai Alat Perlindungan Diri antara lain :
a. Sarung tangan lateks

Pada dasarnya semua cairan tubuh dianggap dapat menularkan penyakit.


b. Kaca mata pelindung

Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong

Mencegah penularan penyakit melalui udara


e. Masker Resusitasi Jantung Paru

Masker yang dipergunakan untuk memberikan bantuan napas


f. Helm

Mencegah benturan di kepala ketika melakukan pertolongan.

Semua carian tubuh dianggap menular


Untuk mencegah penularan penyakit melalui cairan tubuh:
1. Mencuci Tangan
2. Membersihkan peralatan
Mencuci

Membersihkan perlatan dengan sabun dan air


Desinfeksi
Menggunakan bahan kimia seperti alkohol untuk membunuh bakteri patogen
Sterilisasi
Proses menggunakan bahan kimia atau pemanasan untuk membunuh semua
mikroorganisme.
3. Menggunakan APD
Seiring risiko adanya benturan pada kepala meningkat. Helm dapat mencegah terjadinya
cedera pada kepala saat melakukan pertolongan.

Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama


Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan :
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
b. Dapat menjangkau penderita.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa.
d. Meminta bantuan/rujukan.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi.

Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama


Agar dapat menjalankan tugas seorang petugas penolong harus memiliki kualifikasi sebagai
berikut :
a. Jujur dan bertanggungjawab.

b. Memiliki sikap profesional.


c. Kematangan emosi.
d. Kemampuan bersosialisasi.
e. Kemampuannya nyata terukur sesuai sertifikasi PMI. Secara berkesinambungan
mengikuti kursus penyegaran.
f. Selalu dalam keadaan siap, khususnya secara fisik
g. Mempunyai rasa bangga.
h.
Fungsi Alat dan Bahan Dasar
Dalam menjalankan tugasnya ada beberapa peralatan dasar yang sebaiknya tersedia dan
mampu digunakan oleh penolong di antaranya :
1. Alat dan bahan memeriksa korban
2. Alat dan bahan perawatan luka
3. Alat dan bahan perawatan patah tulang
4. Alat untuk memindahkan penderita
5. Alat lain yang dianggap perlu sesuai dengan kemampuan
ANATOMI
Pengertian pengertian
Anatomi (susunan Tubuh)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
Fisiologi (faal tubuh)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat atau jaringan tubuh.
Posisi Anatomis
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis,
yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan.
Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
Gambar bisa dilihat pada buku Pertolongan Pertama edisi ke II, terbitan
Markas Pusat PMI

BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang
khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah
(inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik
referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).

Pembagian tubuh manusia


Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh
manusia dibagi menjadi :
a. Kepala
Tengkorak, wajah, dan rahang bawah
b. Leher
c. Batang tubuh
Dada, perut, punggung, dan panggul
d. Anggota gerak atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e. Anggota gerak bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

Rongga dalam tubuh manusia


Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam
tubuh yaitu :
a. Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya

b. Rongga tulang belakang


Berisi bumbung saraf atau spinal cord
c. Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d. Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan
Untuk mempermudah perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai
kwadran sebagai berikut:
i. Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii. Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus)
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e. Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam

Sistem dalam tubuh manusia


Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
a. Menopang bagian tubuh
b. Melindungi organ tubuh
c. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
d. Memberi bentuk bangunan tubuh
2. Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3. Sistem pernapasan (respirasi)

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam
darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang
tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap
masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi

PENILAIAN
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan

Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai,
apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah
selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan
penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.

Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan
serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan
seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini
berjalan bersamaan.

Tindakan saat tiba di lokasi


Bila anda sudah memastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi
kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
Nama Penolong
Nama Organisasi
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan
penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.

6. Minta bantuan.

Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
Kejadian itu sendiri.
Penderita (bila sadar).
Keluarga atau saksi.
Mekanisme kejadian.
Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.

Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita
tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma Mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis Tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak
penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara

Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.


N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong,
misalnya dicubit, tekanan pada tulang dada.
T = Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong.
Tidak membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali tidak bereaksi
pada rangsang nyeri.
c. Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia.
Apapaun usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan
gagal.
a. Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat
berbicara. Adanya gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan
bicara.
b. Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif
untuk membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah
angkat dagu tekan dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa
makanan atau benda lain yang mungkin menyumbat saluran napas
d. Menilai pernapasan (Breathing)
Periksa ada tidaknya napas dengan jalan lihat, dengar dan rasakan, nilai selama 3
5 detik.
Pernapasan yang cukup baik
i. Dada naik dan turun secara penuh
ii. Bernapas mudah dan lancar
iii. Kualitas pernapasan normal
(<8 x/menit dewasa, <10 x/menit anak anak, 20 x/menit bayi)
Pernapasan yang kurang baik
i. Dada tidak naik atau turun secara penuh

ii. Terdapat kesulitan bernapas


iii. Cyanosis (warna biru/abu abu pada kulit, bibir, atau kuku)
iv. Kualitas pernapasan tidak normal
e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat
Pastikan denyut jantung cukup baik Pastikan bahwa tidak ada perdarahan yang dapat
mengancam nyawa yang tidak terlihat. Pakaian tebal dapat mengumpulkan darah
dalam jumlah yang cukup banyak.
f. Hubungi bantuan
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah
harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.
Mintalah bantuan kepada orang lain atau tenaga terlatih lain. Pesan yang disampaikan harus
singkat, jelas dan lengkap.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan rinci dan sistematis mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki.
Tiga metode pemeriksaan fisik:
1. Penglihatan (Inspection)
2. Perabaan (Palpation)
3. Pendengaran (Auscultation)
Jangan banyak membuang waktu untuk melakukan pemeriksaan secara rinci. Lakukan secara
cepat tetapi pastikan tidak ada yang terlewat. Pemeriksaan fisik memastikan bahwa tidak ada
yang terlewat.
Beberapa hal yang dapat dicari pada saat memeriksa korban :
P erubahan bentuk - (Deformities) bandingkan sisi sakit dengan yang sehat
L uka Terbuka - (Open Ijuries) biasanya terlihat adanya darah
N yeri - (Tenderness) daerah yang cedera lunak bila ditekan
B engkak - (Swelling) daerah yang cedera mengalami pembengkakan

Beberapa tanda cedera mungkin dapat jelas terlihat, banyak yang


tidak terlihat dan menyimpan serius cedera potensial.
Dengarkan penderita. Dengan mendengarkan dapat menunjukkan kepedulian dan
memungkinkan mendapat informasi.
Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry),
cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam
urutan berikut:
1. Kepala
Kulit Kepala dan Tengkorak
Telinga dan Hidung
Pupil Mata
Mulut
2. Leher
3. Dada
Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
Lakukan perabaan pada tulang
4. Abdomen
Periksa rigiditas (kekerasan)
Periksa potensial luka dan infeksi
Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
Periksa adanya pembengkakan
5. Punggung
Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6. Pelvis

7. Alat gerak atas


8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha
bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering,
berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi : 120 150 x/menit
Anak : 80 150 x/menit
Dewasa : 60 90 x/menit
Frekuensi Pernapasan Normal:
Bayi : 25 50 x/ menit
Anak : 15 30 x/ menit
Dewasa : 12 20 x/ menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk
mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan
penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu
digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat
yang seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.

M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain
itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani
pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan
keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan
riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk
alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan
tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu
menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan
berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan
pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang
tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari
ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau
membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau
sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.

7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada
tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih
cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini
berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :

Umur dan jenis kelamin penderita

Keluhan Utama

Tingkat respon

Keadaan jalan napas

Pernapasan

Sirkulasi

Pemeriksaan Fisik yang penting

KOMPAK yang penting

Penatalaksanaan

Perkembangan lainnya yang dianggap penting

Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih
korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau
anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BHD
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2

Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )


Susunan saluran napas :
i. Mulut/hidung
ii. Faring
iii. Larings
iv. Trakea
v. Bronkus
vi. Bronkiolus
vii. Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b. Sistem sirkulasi, fungsi :
Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
i. Jantung
ii. Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
iii. Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
iv. Saluran limfe
Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya
kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel
otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan
melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).

Tanda-tanda pasti mati :


a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Pembusukan
d. Tanda lainnya : cedera mematikan.
4 komponen rantai survival
a. Kecepatan dalam permintaan bantuan
b. Resusitasi jantung paru ( RJP )
c. Defibrilasi
d. Pertolongan hidup lanjut
3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a. A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b. B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c.

C (Circulatory Suport) : bantuan


menghentikanperdarahan besar.

sirkulasi

(pijatan

jantung

luar)

dan

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas


Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )
2 macam cara membuka jalan napas
Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang
belakang).
Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Menempatkan posisi pemulihan

Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi
napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan
kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur),
yaitu :
Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga
kanan/kiri dengan pusar.
Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i. Menggunakan mulut penolong :
mulut ke masker RJP
mulut ke APD
mulut ke mulut/ hidung
ii. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
penyebaran penyakit
kontaminasi bahan kimia
muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita.
Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik


Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
i. Tanda pernapasan adekuat :
Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Penderita tampak nyaman
Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii. Tanda pernapasan kurang adekuat :
Gerakan dada kurang baik
Ada suara napas tambahan
Kerja oto bantu napas
Sianosis ( kulit kebiruan )
Frekuensi napas kurang/ berlebih
Perubahan status mental
iii. Tanda tidak bernapas :
Tidak ada gerakan dada/ perut
Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.
Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Dewasa : 4 5 cm
Anak dan bayi : 3 4 cm
Bayi : 1,5 2,5 cm
Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :

Tidak ada respon


Tidak ada napas
Tidak ada nadi
Alas RJP harus keras dan datar
a. 2 macam rasio pada RJP
i. Dewasa dikenal 2 rasio :
2 penolong : 15:2 (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
1 penolong : 5:1 (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii. Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b. Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan
tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i. Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii. Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii. Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2
jari ( jari tengah dan jari manis )
c. 6 tanda RJP dilakukan dengan baik
i. Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka
berarti tekanan kita cukup baik.
ii. Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
iii. Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
iv. Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
v. Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
vi. Nadi akan berdenyut kembali
d. 5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
i. Patah tulang dada/ iga

ii. Bocornya paru-paru ( pneumothorak)


iii. Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
iv. Luka dan memar pada paru-paru
v. Robekan pada hati
e. 4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i. penderita pulih kembali
ii. penolong kelelahan
iii. diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
iv. jika ada tanda pasti mati
f. Kesalahan pada RJP dan akibatnya

KESALAHAN

AKIBAT

Penderita tdk berbaring pd bidang keras

PJL kurang efektif

Penderita tidak horisontal

Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke


otak berkurang

Tekan dahi angkat dagu, kurang baik

Jalan napas terganggu

Kebocoran
buatan

saat

melakukan

napas Napas buatan tidak efektif

Lubang hidung kurang tertutup rapat Napas buatan tidak efektif


dan mulut penderita kurang terbuka
saat pernapasan buatan

Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat

Patah tulang, luka dalam paru-paru

Rasio PJL dan napas buatan tidak baik

Oksigenasi darah kurang

Pendarahan
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah
dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali
pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen
dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru
paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru paru untuk
kembali diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung.
Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai
hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa
titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat
dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radial Berada di pergelangan tangan
2. Carotid Berada di leher
3. Femoral Berada di lipatan paha
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Darah

Komposisi
Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti
cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
PENDARAHAN
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan
terlihat ada di luar tubuh.
Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir
langsung keluar tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang
dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh
penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah
mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib
mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung
b. Elevasi
c. Titik Tekan
d. Immobilisasi
Menggunakan Torniket

Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk
menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita.
Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi
tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga
terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak
kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini
bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular
penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah

5. Buang air besar atau air kecil berdarah


6. Luka tusuk
7. Patah tulang tertutup
8. Nyeri tekan, kaku atau kejang dinding perut
Perawatan Perdarahan
1. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
a. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban.
b. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi perawatan
c. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
d. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan
tubuh korban.
1. Pada perdarahan besar:
a. Jangan buang waktu mencari penutup luka
b. Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan) atau
dengan bahan lain.
c. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya
pada alat gerak), bila masih belum berhenti maka lakukan penekanan pada titiktitik tekan.
d. Pertahankan dan tekan cukup kuat.
e. Pasang pembalutan penekan
1. Pada perdarahan ringan atau terkendali :
a. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b. Tekan sampai perdarahan terkendali
c. Pertahankan penutup luka dan balut
d. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
1. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam
a. Baringkan dan istirahatkan penderita

b. Buka jalan napas dan pertahankan


c. Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan menjadi syok
e. Jangan beri makan dan minum
f. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan,
bukan berarti
Syok
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang
mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke alat tubuh yang penting (terutama otak, jantung
dan paru-paru).
Penyebab
Kegagalan jantung memompa darah
Kehilangan darah dalam jumlah besar
Pelebaran ( dilatasi ) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat
mengisinya dengan baik
Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare.
Gejala dan tanda syok
Nadi cepat dan lemah
Napas cepat dan dangkal
Kulit pucat,dingin dan lembab
Sering kebiruan pada bibir dan cuping telinga
Haus
Mual dan muntah
Lemah dan pusing
Merasa seperti mau kiamat, gelisah

Penanganan syok
Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah
tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka
angkat bagian kaki.
Pakaian penderita dilonggarkan
Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Tenangkan penderita
Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Jangan beri makan dan minum.
Periksa berkala tanda vital secara berkala
Rujuk ke fasilitas kesehatan
Jaringan Lunak
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah
akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang
dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan
penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.

Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya
kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya
jaringan di bawah kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu
cedera.

Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan
dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya
biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman
luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang
menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan
tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat
dari luar berupa warna merah kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di
bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak,
biasanya besar yang kemerahan.
c. Luka remuk

Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka.
Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan
pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Pembalut pita/gulung.
Pembalut segitiga (mitela).
Pembalut penekan.
Penutupan luka
Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila
luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan
penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalutan

Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan


penekanan untuk menghentikan perdarahan.
Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan
korban
Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar untuk
menambah luasnya permukaan yang mengalami tekanan diperluas sehingga
mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan
kita terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan
terlalu kuat dan harus diperbaiki.
Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih
dahulu lalu mendekati tubuh.
Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan
sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.
Penggunaan penutup luka penekan
Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan
tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :
1. Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung atas luka dan tekan.
2. Beri bantalan penutup luka.
3. Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4. Balut.
5. Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).
Perawatan luka Terbuka
1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol perdarahan bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah

7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Balut tekan
Istirahatkan anggota gerak tersebut
Tinggikan anggota gerak tersebut

Bila ada kecurigaan perdarahan besar maka sebaiknya pederita


dirawat seperti syok.
Perawatan luka dengan benda asing menancap
Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing adalah
sebagai berikut :
1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.
2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati-hati jangan sampai menekan benda yang menancap
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau berbagai
variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain-lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Patah Tulang
Cedera Otot Rangka

Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting.
Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya
pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya
sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan.
Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif
lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan
langsung tidak mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini
sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang
kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat
tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satusatunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah
dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan
dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).

5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.


Pembagian Patah Tulang
Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Patah tulang terbuka
2. Patah tulang tertutup
Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang
terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang
yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan
mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk
kedaruratan segera.
Pembidaian
Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian.
Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.
Tujuan pembidaian
1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
4. Mengurangi rasa nyeri.
5. Mempercepat penyembuhan
Beberapa macam jenis bidai :
1. Bidai keras.
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat
dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam
keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di
lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
1. Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan
oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha

1. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
1. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga)
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila
ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka
perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam
posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih
dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.

12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian
sendi atas dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan
dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah
cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
Istirahatkan bagian yang cedera.
Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Luka Bakar
Sebab :
Panas
Kimia
Listrik
Radiasi

PENGGOLONGAN

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :


1. Luka bakar superfisial (derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis).
Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak
2. Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)
Meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu. Luka
bakar jenis ini paling sakit , ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi
cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
3. Luka bakar derajat tiga
Lapisan yang terkena tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.
Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih,
namun dapat juga gosong dan hitam.Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan
saraf. Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat
tiga tidak menimbulkan nyeri
Luas luka bakar

Gambar rumus sembilan


Rumus telapak tangan.
Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah embandingkannya dengan luas telapak
tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.
Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat
luka bakar.
DERAJAT BERAT LUKA BAKAR

Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh
yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
Luka

bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan
atau saluran napas

Luka

bakar derajat dua kurang dari 15%

Luka

bakar derajat satu kurang dari 50%

Luka bakar sedang


Luka

bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan
atau saluran napas

Luka

bakar derajat dua antara 15% sampai 30%

Luka

bakar derajat satu lebih dari 50%

Luka bakar berat


Semua

luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera
tulang

Luka

bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas

Luka

bakar derajat tiga di atas 10%

Luka

bakar derajat dua lebih dari 30%

Luka

bakar yang disertai cedera alat gerak

Luka

bakar mengelilingi alat gerak

Beberapa penyulit pada luka bakar adalah :


1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun.
Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan
berkepanjangan.
Penatalaksanaan luka bakar
Keamanan

keadaan

Keamanan

penolong dan orang lain

1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada
bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar

6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan
gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari
tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin
Pemindahan
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus
dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting.
Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.

Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
Gunakan tungkai jangan punggung
Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum,
bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap
korban

Contoh situasi yang membutuhkan pemindahan segera:


Kebakaran atau bahaya kebakaran
Ledakan atau bahaya ledakan
Sukar untuk mengamankan korban dari bahaya di lingkungannya :
Bangunan yang tidak stabil
Mobil terbalik
Kerumunan masa yang resah
Material berbahaya
Tumpahan minyak
Cuaca ekstrim
Memperoleh akses menuju korban lainnya
Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi korban, misalnya
melakukan RJP
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal. Ini dapat
dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu panjang badan dan menjaga
kepala dan leher semaksimal mungkin
Beberapa macam pemindahan darurat
Tarikan

baju

Tarikan

selimut atau kain

Tarikan

bahu/lengan

Menggendong
Memapah
Membopong
Angkatan

pemadam

Pemindahan Biasa

Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila
semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.

Contohnya :
Angkatan

langsung

Angkatan

ekstremitas (alat gerak)

Posisi Korban

Bagaimana meletakkan penderita tergantung dari keadaannya.


Korban dengan syok
Tungkai ditinggikan
Korban dengan gangguan pernapasan
Biasanya posisi setengah duduk
Korban dengan nyeri perut
Biasanya posisi meringkuk seperti bayi
Posisi pemulihan
Untuk korban yang tidak sadar atau muntah
Tidak mungkin untuk membahas semua keadaan. Situasi di lapangan dan keadaan korban
akan memberikan petunjuk bagaimana posisi yang terbaik.
Peralatan Evakuasi

Tandu beroda
Tandu lipat
Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
Vest type extrication device (KED)
Tandu kursi
Tandu basket
Tandu fleksibel
Kain evakuasi
Papan spinal

Kedaruratan
Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam kecelakaan dimasukan dalam
kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat
mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya
kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya,
terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh
berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber
informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga
jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas.
Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan
medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita
pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat
kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan,
terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk
perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)

5. Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil


6. Bau khas dari mulut atau hidung
7. Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8. Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9. Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman
maka perlakukan sebagai kasus medis
Beberapa gangguan medis yang umum ditemukan adalah :
1. Pingsan (Syncope/collapse) :
Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi
yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan
lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.
Gejala dan tanda:
1. Perasaan limbung.
2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
3. Lemas, keluar keringat dingin.
4. Menguap.
5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
6. Denyut nadi lambat.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
2. Longgarkan pakaian.
3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
4. Periksa cedera lainnya.
5. Beri selimut, agar badannya hangat.
6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
7. Bila tidak cepat pulih, maka:

- periksa napas dan nadi.


- posisikan stabil.
- bawa ke fasilitas kesehatan
2. Paparan panas
Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang
terjadi:
A. Kram panas
Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan melalui keringat.
Gejala dan Tanda:
1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
2. Tungkai dan perut.
3. Kelelahan.
4. Mual
5. Mungkin pingsan
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat teduh.
2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG
WAKTU UNTUK MENCARI GARAM.
3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
B. Kelelahan Panas
Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu
udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.
Gejala dan tanda :
1. Pernapasan cepat dan dangkal.
2. Nadi lemah.
3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
4. Pucat, keringat berlebihan.

5. Lemah.
6. Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada
banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak
akan segera mati.
Gejala dan tanda:
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di
samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es
ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

3. Paparan dingin (Hipotermia)


Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai
beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia
yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.
Gejala dan tanda
Hipotermia sedang :
1. Menggigil.
2. Terasa melayang.
3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
4. Gangguan penglihatan.
5. Reaksi mata lambat.
6. Gemetar.
Hipotermia berat :
1. Pernapasan sangat lambat.
2. Denyut nadi sangat lambat.
3. Tidak ada respon.
4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
5. Alat gerak kaku.
6. Tidak menggigil.
Penanganan hipotermia:
Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.
1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering.
5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan pelan.

6. Pantau tanda vital secara berkala.


7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Keracunan
Pengertian:
Racun adalah suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian.
Dalam keadaan sehari-hari ada beberapa zat yang sering digolongkan sebagai racun namun
sebenarnya bahan ini adalah korosif, yaitu dapat menyebabkan luka bakar pada bagian tubuh
dalam bila masuk ke dalam tubuh. Penatalaksanaan penderita pada kasus ini biasanya
disamakan dengan keracunan.
Cara terjadinya Keracunan pada manusia:
A. Sengaja bunuh diri
Dengan minum obat-obatan/cairan kimia dalam jumlah yang berlebihan misalnya minum
racun serangga, obat tidur berlebihan. Sering berakhir dengan kematian, kecuali penemuan
kasus keracunan tersebut cepat dan langsung mendapat pertolongan.
B. Keracunan tidak disengaja
Misalnya:
a. Makan makanan/minuman yang telah tercemar oleh kuman/ zat kimia tertentu.
b. Salah minum yang biasanya terjadi pada anak-anak/orang tua yang sudah pikun misalnya
obat kutu anjing disangka susu dan sebagainya.
c. Makan singkong yang mengandung kadar sianida tinggi.
d. Udara yang tercemar gas beracun.
Jalur masuknya racun dalam tubuh manusia
1. Melalui mulut/alat pencernaan.
a. Obat-obatan terutama obat tidur/penenang, biasanya dalam jumlah besar atau diminum
dengan bahan lain sehingga terjadi reaksi keracunan
b. Makanan yang mengandung racun misalnya: singkong, jengkol, tempe bongkrek, oncom,
makanan kaleng yang kadaluarsa.
c. Baygon, minyak tanah, zat pembunuh serangga lainnya.
d. Makanan atau minuman yang mengandung alkohol (bir, minuman keras)

a. Perhatikan sekitar penderita mungkin ditemukan petunjuk mengenai sebab keracunannya,


misalnya botol obat, pembungkus, sisa makanan, sisa muntahan.
2. Melalui pernapasan.
a. Menghirup gas beracun/udara beracun (mis. gas mobil dalam kendaraan yang tertutup).
b. Kebocoran gas industri.
3. Melalui kulit atau absorbsi (kontak)
Zat kimia/tanaman beracun yang terpapar melalui permukaan kulit dan dapat meresap ke
dalam kulit tersebut.
Keracunan ini dapat juga terjadi akibat tersentuh binatang yang memiliki racun pada kulit
atau bagian tubuh lainnya.
4. Melalui suntikan atau gigitan
a. Gigitan / sengatan binatang berbisa (ular, kalajengking, dll.).
b. Gigitan binatang laut (ubur-abur, anemon, ketimun laut, gurita, tiram dll).
c. Obat suntik
Gejala dan tanda keracunan secara umum
Gejala dan tanda keracunan yang khas biasanya sesuai dengan jalur masuk racun ke dalam
tubuh. Bila masuk melalui saluran pencernaan, maka gangguan utama akan terjadi pada
saluran pencernaan. Bila masuk melalui jalan napas maka yang terganggu adalah
pernapasannya dan bila melalui kulit akan terjadi reaksi setempat lebih dahulu. Gejala
lanjutan yang terjadi biasanya sesuai dengan sifat zat racun tersebut terhadap tubuh.
Gejala dan tanda keracunan umum :
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, diare
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat atau sianosis
h. Kejang-kejang

i. Gangguan pada kulit


j. Bekas suntikan, gigitan, tusukan
k. Syok
l. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu.
Penatalaksanaan keracunan secara umum :
1. Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang.
2. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas beracun.
3. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
4. Penilaian dini, bila perlu lakukan RJP.
5. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan
beracun bila ada
6. Bila racun masuk melalui saluran cerna, uapayakan mengencerkan racun .
7. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah.
8. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
9. Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya
diamankan untuk identifikasi.
10. Penatalaksanaan syok bila terjadi
11. Pantaulah tanda vital secara berkala.
12. Bawa ke fasilitas kesehatan
Incident Command System dan Triage
Incident Command System (ICS)

Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan
suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya
sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur
penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban,
bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana,
kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.

Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa
sehingga ada :
1. Daerah triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.

2. Daerah pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan
diberikan.

3. Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban,
termasuk pencatatan data pengiriman korban.

4. Daerah penampungan penolong dan peralatan.


Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur
pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk
peralatan, barang-barang lainnya.
Peran Penolong Pertama

Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan
pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
1. Mendirikan Posko dan komandonya
2. Menilai keadaan
3. Meminta bantuan sesuai keperluan
4. Mulai melakukan triage
Penilaian keadaan

Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang
paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan
kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan
2. Jumlah penderita
3. Tindakan khusus
4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi

6. Berapa banyak sektor yang diperlukan


7. Wilayah atau areal penampungan
Buat suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan
keperluan.
Triage

Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T
atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4
kategori :
1. Prioritas 1 Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak
terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami
keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah
tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai Walking
Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah
ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T

Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :

1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah
ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan
jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4. Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila
ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini
berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke
penderita berikut.

HIJAU
Penderita dapat berjalan ?
Penderita bernapas ?
Penderita bernapas setelah jalan napas dibuka

HITAM
MERAH
Frekuensi pernapasan
Waktu pengisian kapiler
Status mental perintah sederhana ?

YA
TIDAK
30 x

TIDAK
YA
< 30 x
2 detik
< 2 detik

TIDAK
YA
KUNING

YA
TIDAK

Pertolongan Pertama

Pada pertolongan pertama hal yang sangat vital dan wajib dimiliki oleh setiap penolong
adalah penilaian. Dalam penilaian terhadap korban terdapat langkah-langkah berikut :
1. Penilaian Keadaan;
2. Penilaian Dini;
3. Pemeriksaan Fisik;
4. Riwayat Penderita;
5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjutan;
6. Pelaporan
Penilaian Keadaan
Hal pertama yang dilakukan ketika melakukan adalah penilaian keadaan. Terdapat 3
pertanyaan umum yang dapat menunjang penilaian keadaan.
1. Bagaimana kondisi saat itu?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?
3. Bagaimana mengatasinya?
Secara umum tugas penolong saat tiba dilokasi adalah sebagai berikut:
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang disekitarnya. Ingat! Amankan diri
sendiri terlebih dahulu! Keselamatan penolong nomor 1.
2. Penolong memperkenalkan diri(nama, nama organisasi dan minta izin).
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian
dini.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan/cedera yang mengancam jiwa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
Penilaian Dini
Setelah melakukan penilaian keadaan, saatnya melakukan penilaian dini. Ada 6 langkah
penilaian dini. Kesan umum, memerika respon, A,B,C, dan hubungi bantuan.
a. Kesan Umum
Pada langkah ini, penolong harus menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah kasus
trauma atau kasus medis.
Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan ruda paksa, mempunyai tanda yang jelas
terlihat dan atau teraba.
Kasus medis adalah kasus yang diderta seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
b. Memeriksa Respon
Respon seorang penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat
ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Respon penderita dibagi 4 tingkat, yaitu ASNT.
Awas(A), Suara(S), Nyeri(N), Tidak respon(T)
Pada tingkat awas, penderita masih dapat menyahut dan berinteraksi.
Di tingkat suara, penderita masih merespon dengan suara yang ada.
Di tingkat nyeri, dapat dilakukan dengan mengecek apakah penderita masih merespon dengan
tekanan ataupun tes lainnya dari penolong. Misalnya dengan mencubit korban.
Tingkat tidak respon ketika korban tidak sadar.
c. A (Airway); memastikan jalan nafas

1) Pasien merespon dengan respon baik


Memestikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya gangguan suara atau
gangguan
berbicara atau tambahan suara. Dan nilai juga apakah penderita
mengucapkan suatu kalimat tanpa
terputus. Penolong bisa melakukan tes dengan
meminta korban agar menyebutkan namanya.
2) Pasien yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak ada
kecurigaan cedera
spinal (tulang belakang), gunakan teknik ADTD (angkat dagu tekan
dahi). Sebaliknya apabila
ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik perasat
pendorong rahang bawah
d. B (Breathing); menilai pernafasan
Menilai pernafasan berbeda dengan memastikan jalan nafas. Menilai pernafasan
merupakan penilaian memperhatikan tempo dan rata-rata nafas yang dapat dilakukan oleh
penderita. Pemeriksaan ada tidaknya nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR)
dilakukan selama 3-5 detik.
e. C (Circulation); menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat
1) Penderita Respon
Periksa nadi RADIAL (Pergelangan tangan), sedang untuk bayi periksa nadi BRAKIAL
(bagian dalam lengan atas).
2) Penderita Tidak Respon
Periksa nadi KAROTIS (leher) kecuali bayi tetap periksa nadi Brakial. Ada tidaknya nadi
diperiksa dalam waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan Resusitasi Jantung
Paru (RJP).
f. Hubungi Bantuan
Dengan menghubungi ambulans
PEMERIKSAAN FISIK
Setelah melakukan penilaian dini, maka penanganan cedera yang dianggap berbahaya harus
segera dilakukan.
Penilaian terarah bertujuan agar penolong dapat melakukan penatalaksanaan yang terbaik
sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Hal ini penting untuk menunjukkan sikap profesional
penolong bahwa penolong segera melakukan tindakan pertolongan secepatnya
berorientasikan masalah yang dihadapi.
Prinsip pemeriksaan fisik menyeluruh penderita:
a. Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang meliputi seluruh tubuh penderita.
Tujuannya untuk menemukan berbagai tanda.
b. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematiks dan berurutan, biasanya dari ujung kepala
sampai ujung kaki, namun dapat berubah sesuai dengan kondisi penderita.
Tindakan ini melibatkan panca indra kita, yaitu :
a. Penglihatan (inspeksi);
b. Perabaan (palpasi);
c. Pendengaran (auskultasi);
Pada penderita cedera, harus dicari adanya P.L.N.B yang merupakan singkatan dari:
Perubahan bentuk (P)

Luka Terbuka (L)


Nyeri Tekan (N)
Bengkak (B)
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan teliti. Berikut
bagian-bagian yang harus diperiksa tersebut:
1. Kepala
Kulit kepala dan tulang tengkorak, termasuk tulang-tulang bawah. Telinga dan Hidung. Pada
bagian Mata ada hal-hal penting lagi yang harus diperhatikan, antara lain :
a. Manik mata(pupil), kamu bisa memeriksanya dengan menggunakan senter kecil;
b. Gerakan bola mata;
c. Kelopak mata;
d. Bagian putih mata;
e. Bagaimana refleksnya, misalnya dengan mengibas-ngibaskan tangan.
Catatan : JANGAN BERUSAHA MENGELUARKAN KOTORAN YANG MENEMPEL DI
BAGIAN HITAM MATA.
TANDA VITAL
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan tanda vital, yaitu :
1. Jam tangan dengan penunjuk detik yang jelas;
2. Senter kecil;
3. Stetoskop;
4. Sfigmomanometer;
5. Termometer;
6. Alat tulis untuk mencatat.
Parameter yang dikelompokkan dalam tanda vital adalah:
1. Denyut nadi normal
Bayi : 120 150 x/menit
Anak : 80 150 x/menit
Dewasa : 60 90 x/menit
2. Frekuensi pernafasan normal
Bayi : 20 50 x/menit
Anak : 15 30 x/menit
Dewasa : 12 20 x/menit
3. Suhu tubuh normal
37C
4. Tekanan Darah Normal (dewasa)
Sistonik : 100-140 mmHg
Diastonik : 60-90 mmHg
5. Kulit
Pemeriksaan Denyut Nadi
1. Leher (KAROTIS);
2. Lengan atas (BRAKIALIS), umumnya pada bayi;
3. Lengan bawah (RADIALIS);
4. Lipat paha (FEMORALIS)
Pemeriksaan Pernafasan

Saat menghitung frekuensi pernafasan pada penderita respons jangan biarkan ia


mengetahuinya. Satu pernafasan adalah satu kali menghirup nafas dan satu kali mengeluarkan
nafas.
Beberapa gejala dan tanda gangguan pernafasan:
1. Berusaha menghirup nafas;
2. Pernafasan yang terlalu cepat, lambat, dalam atau dangkal;
3. Bunyi nafas tambahan;
4. Kulit lembab berlebihan dan kemerahan kemudian jadi pucat atau kebiruan;
5. Sulit berbicara;
6. Pusing;
7. Nyeri dada, rasa kesemutan pada tangan dan kaki;
8. Perubahan status mental (cemas, gelisah sampai tidak respons).
Pemeriksaan Suhu Tubuh
Dilakukan dengan perabaan menggunakan punggung tangan pada bagian tubuh yang terbuka
(dahi, leher)
Warna kulit juga harus dinilai, yaitu:
Pucat dapat terjadi akibat gangguan peredaran darah;
Kemerahan tekanan darah tinggi, keracunan alkohol, luka bakar, demam, penyakit infeksi;
Kebiruan (sianosis) kurangnya oksigen dalam darah;
Kekuningan sering merupakan tanda gangguan hati;
Biru kehitaman tanda pendarahan bawah kulit.
Pada penderita yang berkulit relatif gelap, maka perubahan dapat dilihat pada bibir, bawah
kuku, telapak tangan, bagian putih mata, bagian dalam kelopak mata bawah, gusi dan lidah.
Pemeriksaan Tekanan Darah
Tekanan Darah adalah besarnya tekanan yang diterima dinding pembuluh nadi pada saat
darah dipompa melalui pembuluh darah
Tekanan SISTOLIK adalah tekanan yang diukur pada saat jantung memompa darah ke dalam
pembuluh nadi
Tekanan DISTOLIK adalah tekanan pada saat jantung sedang tidak memompa darah atau
dengan kata lain tekanan diantara dua denyut jantung
RIWAYAT PENDERITA
Untuk mempermudah pembuatan Riwayat Penderita dikenal istilah KOMPAK :
K = Keluhan utama (gejala dan tanda);
O = Obat-obatan yang diminum;
M = Makanan/minuman terakhir;
P = Penyakit yang diderita;
A = Alergi yang dialami;
K = Kejadian.
Catatan : Penolong tidak membuat diagnosa, tetapi dapat membuat kesimpulan berdasarkan
hasil temuannya
PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUTAN
Secara umum pemeriksaan berkala harus dinilai kembali:

a. Keadaan respons;
b. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu;
c. Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya;
d. Periksa kembali nadi dan bila perlu lakukan secara rinci bila ada waktu;
e. Nilai kembali keadaan kulit;
f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada yang terlewati;
g. Nilai kembali penatalaksanaan (pembalutan, pembidaian);
h. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.
Bila penderita stabil dan keadannya cukup parah, maka penilaian dilakukan setiap 5 menit
sekali. Bila penderita tenang dan stabil, maka pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit sekali.
PELAPORAN
Dalam pelaporan sebaiknya dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita;
2. Keluhan utama;
3. Tingkat respons;
4. Keadaan jalan nafas;
5. Pernafasan
6. Sirkulasi;
7. Pemeriksaan fisik yang penting;
8. KOMPAK yang penting;
9. Penatalasanaan;
10. Pekembangan yng dianggap penting.

Anda mungkin juga menyukai