Pertolongan Pertama
Pertolongan Pertama
Apakah Definisi Pertolongan Pertama ?
Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang
mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan dari
tenaga medis. Ini berarti :
Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban bukan
menambah sakit korban
Tandu
Kapas
Pinset
Senter
Alat Tulis
Kartu penderita
Gunting
Senter
Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan adalah sebagai berikut:
Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau kurang
berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita menolong
korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya
Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik alat, manusia maupun sarana pendukung
lainnya. Bila Anda bekerja dalam tim, buatlah perencanaan yang matang dan
dipahami oleh seluruh anggota.
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan berbagai ukuran.
Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku, telapak tangan,
pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk dasi.
4. Dasi (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga berbentuk pita
dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara 5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau bagian kepala yang
lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis, dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yg akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum diikat arahnya
saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya
2.
3.
7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
4.
5.
4. Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan tumpang tindih
antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya. Setiap balutan menutupi dua per
tiga bagian sebelumnya.
5. Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci dengan peniti
atau jepitan perban.
Kassa Steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah disterilkan dan dibungkus
sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau diobati (misalnya
sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau diplester.
8. Bidai
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
yang digunakan untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak
(immobilisasi), memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi
adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak jaringan lemah,
otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah terjadinya syok karena
rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga mencegah
terjadinya
infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang patah tetapi juga untuk
sendi yang baru direposisi setelah mengalami dislokasi. Sebuah sendi yang pernah
mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang
mengalami dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara waktu
dilakukan pembidaian.
9. Pembalut Lainnya
Snelverband : pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka, dan steril. Baru
dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk menutup luka-luka lebar.
Sofratulle : kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan untuk menutup
luka-luka kecil.
Nyeri di dada
sedikit membungkuk
Lemas
Kulit berubah
pucat/kebiruan
Gangguan nafas
Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung. Hal itu bisa terjadi karena gangguan
pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu
7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)
C. Mimisan
Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu ekstrim
(terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan.
Gejala
Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh darah
Kadang disertai pusing
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan Pertama
D. Mual-Mual
Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
Gejala
Perut terasa nyeri/mual
Berkeringat dingin
Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat
E. Memar
Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras.
Gejala
Warna kebiruan/merah pada kulit
4. Istirahatkan
5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik
Evakuasi Korban
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu untuk
memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk mendapatkan pertolongan
medis lebih lanjut.
Prinsip Evakuasi
1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal
tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan
alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi
cara angkut yang dilaksanakan.
Bila satu orang maka penderita dapat:
Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas,
perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau
tulang punggung.
Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
Model membawa balok
Model membawa kereta
2. Alat bantu
Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras / ponco / jaket lengan panjang
Tali / webbing
Persiapan :
Yang perlu diperhatikan:
1. Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkanpenilaian
kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang dan angguan
persendian
2. Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
3. Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban diangkut
4. Memilih alat
5. Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan penderita
yang tidak daolam posisi benar.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Gigitan Binatang
Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang
tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang mengancam
keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan
yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar
daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat melakukan kegiatan di
alam terbuka, diantaranya:
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung pada ketepatan
diagnosa, maka pad keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap ular tersebut
berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)
Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita dapat pingsan,
sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap penolong yaitu menenangkan penderita
adalah sangat penting karena rata-rata penderita biasanya takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama :
Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit lebih rendah dari
jantung.
Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin cepat
Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan
o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan untuk
membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak menghalangi aliran
arteri. Torniquet/ toniket dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan petidine 50 mg/im
untuk menghilangkan rasa nyeri
Perawatan luka
o
Hindari kontak luka dengan larutan asam Kmn 04, yodium atau benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam lukanya, bila perlu
pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan melalui breastpump sprit atau
dengan isapan mulut sebab bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama tidak
ada luka di mulut).
Obat-obatan lain
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic
Gigitan Lipan
Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya
setelah 4-5 jam
Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedik
Gigitan Lintah dan Pacet
Ciri-ciri
Pembengkakan, gatal dan kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep anti gatal
Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah, dan gatal. Namun
beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat memasukkan racun dalam tubuh korban yang
sangat menyakiti.
Perhatian :
Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi jangan menggunakan kuku
atau pinset, Anda justru akan lebih banyak memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah
mengorek sengat itu dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah samping.
Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam inggris.
Kasus kasus yang Membutuhkan Pertolongan Pertama
Patah Tulang
Patah tulang dapat terjadi akibat adanya cidera berat pada bagian tubuh sehingga tulang
menjadi terbelah dan menimbulkan rasa sakit. Jika kita menemukan orang yang tulangnya
patah sebaiknya kita harus berhati-hati jika ingin menolongnya karena jika salah maka
cideranya akan bertambah parah.
Orang yang patah tulang sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit, puskesmas, klinik, dokter,
ahli patah tulang atau pusat kesehatan lainnya agar dapat segera diberi perawatan yang
intensif agar tulang yang patah bisa berangsur-angsur pulih kembali.
Gejala
Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah tulang:
pembengkakan, memar, rasa nyeri.
Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang yang patah
akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat terlihat tidak sama
bentuk dan panjangnya.
Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama sekali tidak
dapat digunakan lagi.
Perubahan bentuk
Bengkak
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang
ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di
bagian yang patah.
Tidurkan korban patah tulang dan jangan banyak bergerak yang tidak perlu.
Jika darah masih mengalir hentikan pendarahan dengan menekan dan mengikat
bagian yang terluka dengan kain bersih.
Pasang penyangga tulang yang patah agar patahan tulangnya tidak semakin patah baik
dengan menggunakan spalk / bidai, tongkat, kayu, sapu ijuk, tiang antena, dll yang
ringan dan kuat diikat atau dibalut kuat tetapi tidak membuat ikatan atau balutan di
bagian yang patah atau terluka.
Jangan membuat pasien banyak bergerak baik berpindah tempat, mengangkat kepala,
berdiri, duduk, dsb. Jika tidak mendesak jangan korban patah tulang belakang jangan
dipindahkan dari tempat semula dan jaga posisi agar tetap dengan kepala lurus ke
atas.
Gunakan pengangkut dengan alas yang kuat dan keras seperti papan, meja, dll
diangkut minimal dua orang agar stabil.
Prosedur Pembalutan :
Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan menjawab
pertanyaan ini:
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut yang
digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan perdarahan)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk menentukan perlu
dibidai/tidak?)
Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut dengan
pembalut yang mengandung desinfektan. Jika terjadi disposisi/dislokasi perlu
direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk melindungi
luka selama didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk membasuh
bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu) kotoran yang
tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian di atasnya
dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan paling lama
15 menit.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang paling bawah
letaknya di sebelah distal.
Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak perlu harus
dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan fraktur harus selalu
dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan yang keras. Apabila ada keraguan,
perlakukan sebagai fraktur.
Prosedur Pembidaian
Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan rawat lukanya
dengan cara menutup dengan kasa steril dan membalutnya.
Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang, diukur
dahulu pada sendi yang sehat.
Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dan sebagainya)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh menyilang tepat
di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada permukaan bidainya, tidak pada
permukaan anggota tubuh yang dibidai.
Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya agar secara
keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
Terbukanya kulit
Pendarahan
Rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol atau boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril / plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:
1. Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
2. Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti luka mulai
menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah lagi.
Luka dan Pencegahan terhadap kemungkinan Tetanus:
Luka Bakar
Luka Bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar)
Tujuan pertolongan pertama pada korban luka bakar adalah :
- nyeri
- kulit tidak terkoyak karena melepuh
Penanganan:
1. Siram dengan air mengalir bagian luka yang terbakar atau kompres dengan air dingin
Pakailah handuk kecil atau sapu tangan yang dicelup air dingin).
2. Lakukan sampai rasa sakit menghilang.
3. Tutup luka bakar dengan kain perban steril untuk mencegah infeksi.
4. Jangan memberi mentega atau minyak pada luka bakar
5. Jangan memberikan obat obatan lain atau ramuan tanpa persetujuan dokter.
Luka Bakar Tingkat II
Luka bakar tingkat dua adalah luka yang disebabkan oleh kerusakan lapisan bawah kulit
misalnya, sengatan matahari yang berlebihan, cairan panas, dan percikan api dari bensin atau
substansi lain.
Gejala:
- kemerahan atau bintikn-bntik hitam bergaris
- melepuh
- bengkak yang tidak hilang selama beberapa hari
- kulit terlihat lembab atau becek
Penanganan
1. Siram dengan air dingin / air es bagian luka yang terbakar atau kompres handuk kecil
atau sapu tangan yang dicelup air dingin.
2. Keringkan luka dengan handuk bersih atau bahan lain yang lembut
3. Tutup dengan perban steril untuk menghindari infeksi
4. Angkat bagian tangan ataua kaki yang terluka lebih tinggi dari organ jantung
5. Segera cari pertolongan medis jika korban mengalami luka bakar di sekitar bibir atau
kesulitan bernapas.
Luka Bakar Tingkat III
Luka bakar yang menghancurkan semua lapisan kulit dikategorikan sebagai luka bakar
tingkat III misalnya kontak terlalu lama dengan sumber panas dan sengatan listrik
Gejala :
- daerah luka tampak berwarna putih
- kulit hancur
- sedikit nyeri karena ujung saraf telah rusak
Penanganan
1. Jika korban masih dalam keadaan terbakar, padamkan api dengan menggunakan selimut,
karpet, jaket dan bahan lain.
2. Kesulitan bernapas dapat terjadi pada korban khususnya bila luka terdapat pada wajah,
leher dan di sekitar mulut karena korban menghirup asap yang menyertai pembakaran.
Lakukan pemeriksaan untuk memastikan korban bernapas.
3. Tempelkan kain basah atau air ingin, tetapi jangan menggunakan air es untuk luka di
bagian
wajah, tangan dan kaki. Tujuannya untuk menurunkan suhu daerah luka
4. Tutup luka bakar dengan perban steril dan tebal, kain bersih, sarung bantal, atau bahan
lain
yang anda temukan. Tetapi jangan bahan yang mudah rontok seperti kapas / kapuk.
5. Segera telepon ambulan, penting bagi korban untuk mendapatkan perawatan meski
lukanya
tidak terlalu besar.
Bagaimanakah Tata Cara dalam Pertolongan Pertama
Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah sebagai berikut :
Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat massal, korban-korban
yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk membantu dan pertolongan diutamakan
diberikan kepada korban yang menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk
ditolong.
Lakukan Penilaian terhadap penderita yang meliputi :
a) Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai,
apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah
selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan
penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu. Saat tiba di lokasi
kejadian,sudah dapat dipastikan bahwa keadaan aman maka tindakan selanjutnya adalah :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita, dan orang-orang di sekitar lokasi
kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri, bila memungkinkan:
Nama Penolong
Nama Organisasi
Permintaan izin untuk menolong dari penderita / orang
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai
melakukan penilaian dini dari penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cedera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
b) Penilaian Dini
Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita tergolong
kasus trauma atau kasus medis.
jika termasuk kasus trauma maka mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba
misalnya luka bakar, patah tulang, dll
Jika termasuk kasus medis maka tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba misalnya sesak
napas, pingsan,dll
Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak
penderita. Terdapat 4 tingkat Respons penderita yaitu:
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
Penderita hanya menjawab/bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong, misalnya
dicubit, tekanan pada tulang dada.
T=Tidak respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsang apapun yang diberikan oleh penolong. Tidak
membuka mata, tidak bereaksi terhadap suara atau sama sekali.
Memastikan jalan napas terbuka dengan baik (Airway).
Jalan napas merupakan pintu gerbang masuknya oksigen ke dalam tubuh manusia. Apapaun
usaha yang dilakukan, namun bila jalan napas tertutup semuanya akan gagal.
Pasien dengan respon
Cara sederhana untuk menilai adalah dengan memperhatikan peserta saat berbicara. Adanya
gangguan jalan napas biasanya akan berakibat pada gangguan bicara.
Pasien yang tidak respon
Pada penderita yang tidak respon, penolonglah yang harus mengambil inisiatif untuk
membuka jalan napas. Cara membuka jalan napas yang dianjurkan adalah angkat dagu tekan
dahi. Pastikan juga mulut korban bersih, tidak ada sisa makanan atau benda lain yang
mungkin menyumbat saluran napas
Pemeriksaan Fisik
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry),
cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit ), dalam urutan berikut:
1. Kepala
Pupil Mata
Mulut
2. Leher
3. Dada
4. Abdomen
5. Punggung
6. Pelvis
7. Alat gerak atas
8. Alat gerak bawah
Pemeriksaan tanda vital
1. Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2. Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha
bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3. Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4. Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering,
berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Dewasa : 60 - 90 x /menit
Bayi : 25 - 50 x /menit
Anak : 15 - 30 x /menit
Dewasa : 12 - 20 x /menit
Riwayat Penderita
Selain melakukan pemeriksaan, jika memungkinkan dilakukan wawancara untuk
mendapatkan data tambahan. Wawancara sangat penting jika menemukan korban dengan
penyakit.
Mengingat wawancara yang dilakukan dapat berkembang sangat luas, untuk membantu
digunakan akronim : KOMPAK
K = Keluhan Utama (gejala dan tanda)
sesuatu yang sangat dikeluhkan penderita
O = Obat-obatan yang diminum.
Pengobatan yang sedang dijalani penderita atau obat yang baru saja diminum atau obat yang
seharusnya diminum namun ternyata belum diminum.
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain itu
data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani pembedahan
kemudian di rumah sakit.
Perasaan limbung
Lemas
Pandangan berkunangkunang
Keringat dingin
Menguap berlebihan
Telinga berdenging
Muka pucat
Penanganan
Selimuti korban
Jika wajah orang pingsan itu pucat pasi maka sebaiknya buat badannya lebih tinggi
dari kepala dengan disanggah sesuatu agar darah dapat mengalir ke kepala korban
pingsan tersebut.
Jika muka orang yang pingsan itu merah maka sanggah kepalanya dengan bantal
atau sesuatu agar darah di kepalanya bisa mengalir ke tubuhnya secara normal.
Apabila si korban pingsan tadi muntah, maka sebaiknya miringkan kepalanya agar
untah orang itu bisa keluar dengan mudah sehingga jalur penapasan orang itu bisa
lancar kembali.
Jika orang yang pingsan sudah siuman maka bisa diberi minum seperti kopi atau teh
hangat. Jika orangnya diabetes jangan diberi gula dan jika orangnya masih belum kuat
memegang gelas atau minum sendiri dengan tangannya harap jangan diberi dulu agar
tidak tersedak.
Perhatikan orang lain di sekitar korban, jangan sampai harta benda milik orang
yang jatuh pingsan tersebut raib digondol maling / copet yang senang beraksi dikala
orang lain sengsara. Perhatikan pula ornag lain yang membantu atau menonton
korban, jangan sampai mereka kecopetan saat serius membantu korban atau asyik
melihat kejadian.
Membersihkan mulut dan jalan udara dari kemungkinan adanya benda benda asing
menggunakan jari penolong.
Jika tidak ada dugaan terjadi cedera leher, dongakkan kepala korban untuk membuka
jalan udara. Dengan cara menempelkan telapak tangan penolong di kening korban dan
jari tangan lainnya mengangkat dagu korban yang bertujuan agar lidah korban tertarik
dari pangkal tenggorokan.
Dengan meletakkan telapak tangan pada dahi, pencetlah hidung korban dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk kemudian ambil napas dalam dalam. Tempelkan
mulut Anda pada mulut korban yang terbuka, tiup dengan cepat 2 kali napas penuh.
Lepaskan mulut Anda setiap setelah menghembuskan napas dan ambil napas panjang
lagi dan tiup lagi.
Setelah Anda mengembuskan udara ke dalam mulut dan hidung, dekatkan telinga
Anda ke hidung korban untuk mendengarkan hembusan napasnya (LDR)
Kemudian perhatikan dada korban apakah ada gerakan naik dan turun pertanda dia
bernapas, jika dada sudah mulai mengembang hentikan tiupan
Letakkan bagian dalam salah satu tangan anda di atas bagian tengah dada pasien.
Taruhlah tangan lainnya di atas tangan yang pertama. Jaga siku anda lurus dan posisi
bahu anda tepat di atas tangan anda
Gunakan berat badan bagian atas (tidak hanya lengan anda) ketika anda mendorong
ke bawah (menekan) dada 4 5,5 cm. Dorong kuat dan cepat-berikan dua tekanan tiap
detik atau sekitar 100 tekanan tiap menit
mengangkat dagu dan berikan napas kedua. Itu satu siklus. Jika ada orang lain selain
anda, minta orang tersebut berikan dua napas setelah anda melakukan 15 tekanan.
Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah
(inferior)
Penilaian Dini dilakukan setealah penilaian keadaan dan pada tahap ini penolong harus
mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat,
cepat dan sederhana. keadaan yang mengancam nyawa diantaranya adalah masalah
Pernapasan, Kesadaran dan perdarahan berat. Bila dalam pemeriksaan ditemukan adanya
masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan sistem sirkulasi maka penolong langsung
melakukan tindakan bantuan hidup dasar dan resusitasi ( BHD RJP ).
Langkah-langkah penilaian dini :
1. Kesan Umum
2. Memeriksa Respon
3. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik ( AIRWAY )
4. Menilai pernafasan ( Breathing )
5. Menilai sirkulasi dan menghentikan pendarahan berat.
6. Hubungi bantuan.
Pada halaman sebelumnya telah dibahas tentang Penilaian Keadaan (bag.1), dan
pada halaman ini selanjutnya akan dibahas tentang Penilaian Dini.
Memeriksa Respon
B. PENILAIAN DINI
Ditahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam
nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana. Bila dalam
pemeriksaan ditemukan adanya masalah, khususnya pada sistem pernafasan dan
sistem sirkulasi maka penolong langsung melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar
dan Resusitasi.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Penilaian Dini adalah:
1. Kesan Umum, harus dilakukan penentuan apakah korban menderita kasus
trauma atau kasus medis.
a. Kasus Trauma : kasus yang disebabkan oleh ruda paksa dengan tanda yang
terlihat jelas atau teraba. Contoh : luka terbuka, luka memar, patah tulang dan
sebagainya disertai dengan gangguan kesadaran.
b. Kasus Medis : kasus yang diderita seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
Contoh : sesak nafas atau pingsan. Pada kasus ini penolong harus lebih berupaya
mencari riwayat gangguannya.
2. Memeriksa Respon.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran berat ringannya gangguan yang
terjadi di dalam otak. Respon dinilai berdasarkan reaksi yang diberikan korban
terhadap rangsangan yang diberikan oleh penolong. Respon korban dibagi menjadi
4 tingkat : AWAS, SUARA, NYERI, TIDAK-RESPON (ASNT).
Awas : Korban ini sadar dan mengetahui keberadaannya, biasanya korban tanggap
terhadap orang, waktu dan tempat. Sedikit gangguan dapat bermakna. Beberapa
korban mungkin terkesan sadar penuh tetapi tidak menyadari keadaan lingkungan
atau dimana mereka berada.
Suara : Korban hanya bisa menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar
suara. Penderita ini dikatakan respon terhadap (rangsang) suara. Seorang korban
yang tidak dapat menjawab mengenai tempat dan waktu juga tergolong dalam
kelompok ini. Mungkin saat itu mereka sedang mengalami kasus medis. Korban
tidak pelu mampu menjawab namun dapat mengikuti perintah sederhana.
Nyeri : Korban hanya bereaksi bila diberikan respon (rangsang) nyeri, misal
dengan
cubitan yang kuat, penekanan ditengah tulang dada (bila tidak ada
cedera dada) oleh penolong. Bila korban respon terhadap suara, maka rangsang
nyeri tidak perlu diberikan. Reaksi yang mungkin bisa dilihat ketika diberi ransang
nyeri adalah membuka mata, erangan, melipat atau menjatuhkan alat gerak, dan
gerakan ringan lainnya. Laporannya adalah korban respon terhadap nyeri.
Respon Nyeri
Tidak Respon : Korban tidak berekasi dengan rangsang apapun yang dilakukan
penolong. Jika dijumpai kasus ini, maka penolong harus segera melakukan
penatalaksanaan penanganan jalan nafas dan lainnya.
Catatan Khusus : Menentukan respon untuk anak kecil dan bayi agak sulit,
penilaian respon ini dapat dilakukan dengan cara bagaimana mereka bereaksi
terhadap lingkungannya. Umumnya mereka mengenali orang tuanya dan cenderung
untuk menuju kepada mereka. Besar kemungkinan anak kecil dan bayi akan
menangis bila dilakukan pemeriksaan. Mereka yang tidak mengenali orang tuanya
atau tidak bereaksi pada saat diperiksa mungkin mengalami penyakit atau
gangguan berat. Informasi dari orang tua atau keluarga sangat penting dan menjadi
perhatian khusus.
3. Memastikan Jalan Nafas Terbuka dengan Baik (AIRWAY)
Keadaan jalan nafas dan respon korban merupakan dasar penatalaksanaan
penderita. Pastikan agar jalan nafas korban terbuka dan bersih. Cara menentukan
keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respons atau
tidak.
a. Korban dengan respon baik
Perhatikan pada saat korban berbicara, perhatikan ada tidaknya gangguan suara
atau gangguan berbicara, atau suara tambahan? Suara tambahan ini dapat menjadi
petunjuk adanya gigi, darah atau benda lainnya dalam saluran nafas. Nilai juga
apakah penderita itu dapat mengucapkan suatu kalimat tanpa terputus atau tidak.
b. Korban yang tidak respon
Perlu dilakukan tindakan segera untuk memastikan jalan nafas terbuka. Bila tidak
ada kecurigaan cedera spinal gunakan teknik ANGKAT DAGU - TEKAN DAHI.
Sebaliknya bila terdapat cedera spinal gunakan teknik PERASAT PENDORONGAN
RAHANG BAWAH.
Pemeriksaan jalan nafas tidak hanya dilakukan satu kali saja, namun berulang kali
dan terus menerus terutama pada korban yang mengalami cedera berat atau
banyak muntah.
Pada pemeriksaan ini penolong menilai apakah jantung korban melakukan tugasnya
untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau tidak. Pastikan denyut jantung
cukup baik dan tidak ada pendarahan yang membahayakan nyawa.
Menilai Sirkulasi
a. Korban Respon :
Periksa nadi radial (pergelangan tangan), untuk bayi pada nadi brakial (bagian
dalam lengan atas).
Nadi Radial
b. Korban Tidak Respon
Periksa nadi karotis (leher), pada bayi tetap pada nadi brakial. pemeriksaan
dilakukan dengan interval waktu 5-10 detik. Bila tidak ada segera lakukan tindakan
Resusitasi Jantung Paru.
Nadi Karotis
Catatan : Pada penilaian dini penolong hanya menentukan ada tidaknya nafas dan
nadi. Jangan terpengaruh dengan penampilan cedera korban. Pastikan tidak ada
pendarahan yang dapat mengancam nyawa, termasuk pendarahan yang tidak
terlihat. Periksa benar kondisi korban, terutama yang memakai pakaian tebal dan
berwarna gelap karena hal itu dapat menyembunyikan darah dalam jumlah yang
cukup banyak.
6. Hubungi Bantuan
Apabila dirasa perlu atau bagi anda yang memang awam terhadap Pertolongan
Pertama segeralah minta bantuan rujukan. Mintalah bantuan kepada orang lain
untuk melakukannya atau lakukan sendiri. Pesan yang disampaikan harus singkat,
jelas dan lengkap. Hubungi bantuan segera bila penolong menilai bahwa korban
tidak ada respon.
Setelah melakukan penilaian dini maka segera lakukan pemeriksaan berikutnya
sesuai dengan kasus yang dihadapi yaitu kasus trauma atau kasus medis. Penilaian
ini dilakukan secara terarah terlebih dahulu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan
fisik rinci.
Dalam Pemeriksaan Dini perlu juga dipertimbangkan prioritas transportasi korban.
Apakah harus sesegera mungkin atau dapat tertunda. Penilaian terarah akan sangat
membantu menentukan hal ini.
Penilaian Dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
sudah harus ditanggulangi sebelum melanjutkan pemeriksaan fisik.
PP (PERTOLONGAN PERTAMA)
(Cuplikan materi Buku Pedoman HW)
Pertolongan Pertama Yaitu : Pemberian pertolongan, perawatan atau pengobatan untuk
waktu yang singkat dengan tujuan untuk mencegah maut jika bahaya maut sudah ada, untuk
mencegah dari bahaya cacat, untuk mencegah infeksi, dan untuk mencegah rasa sakit. Bahaya
maut misalnya : penderita berada dalam keadaan shock (gugat), dan pendarahan yang hebat.
Bahaya cacat dibedakan menjadi 2 macam yaitu cacat rohani dan cacat jasmani. Cacat rohani
(sakit jiwa) yaitu kecelakaan yang mengenai otak. Cacat jasmani yaitu cacat yang timbul
karena kehilangan salah satu anggota badan, mata, kaki atau tangan. Infeksi adalah
kemasukan hama dalam badan yang terluka sehingga menimbulkan rasa sakit. Pada
pertolongan pertama ini bukan memusnahkan hama yang masuk dalam luka melainkan agar
infeksi tersebut tidak ditambah dengan perbuatan yang salah. Sehingga yang harus dilakukan
adalah membersihkan luka, ditutup dengan kasa steril kemudian dibalut dengan kain
pembalut. Sebaiknya segera bawa ke rumah sakit untuk penangan lebih lanjut.
1.
Gejala/Tanda
Umumnya
Pusing
Mual,
Pandangan
Cemas
Keringat
Tidak
Denyut
PINGSAN
orang
pingsan
mengalami
perasaan
berkunang-kunang
ada
dan
respon
untuk
telinga
beberapa
nadi
:
:
limbung
berdenging
dingin
menit
melambat
DIARE
Diare adalah keadaan buang air besar yang encer/cair lebih dari 3 kali sehari. Biasanya diare
paling sering menyerang anak-anak, terutama dibawah usia 6 bulan sampai 2 tahun. Diare
sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi), sehingga
sering
menyebabkan
kekurangan
gizi
bahkan
kematian.
Gejala/Tanda
Mata
Mulut
dan
terlihat
lidah
terasa
:
cekung
kering
Sering
Kencing
Bila
kulit
Denyut
sedikit
dicubit
tidak
nadi
merasa
bahkan
tidak
segera
kembali
alam
keadaan
sangat
haus
kencing
semula
cepat
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Berilah cairan (oralit, sup, tajin, air putih matang, ASI) lebih banyak dari biasanya
Apabila usia kurang dari 6 bulan dan hanya dapat ASI berikan larutan oralit atau air putih
sebagai
tambahan
ASI.
Apabila usia 6 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan padat, berikan juga : bubur
atau makanan dari tepung yang dicampur dengan kacang-kacangan, sayuran, daging atau
ikan,
dan
lain-lain,
sari
buah
segar
atau
pisang
yang
dihaluskan.
Makanan diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering (paling kurang 6 kali sehari)
Beri makanan ekstra setiap hari selama dua minggu setelah diare berhenti
Apabila dalam tiga hari tidak kunjung membaik, bawa segera ke puskesmas/rumah sakit.
3.
KEJANG
PADA
ANAK
Serangan kejang lebih sering diderita pada anak berusia 1 5 tahun. Biasanya didahului
dengan demam tinggi dan berlangsung beberapa menit. Meski begitu, serangan kejang pada
anak tidak bisa di anggap remeh, karena mungkin merupakan tanda penyakit yang lebih
serius
apabila
ada
kaku
leher.
Cara
Memeriksa
kemungkinan
kaku
leher
akibat
kejang
:
Angkat
kepala
anak
Apabila ada kaku leher, maka badan anak akan ikut terangkat, hal ini berarti menandakan
adanya
penyakit
di
selaput
otak.
Apabila menemukan kasus ini, segera bawa penderita ke puskesmas/rumah sakit Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Lindungi lidah penderita dengan meletakkan kayu/sendok yang dibungkus sapu tangan di
mulutnya.
Kompres kepala dan badannya dengan air suam-suam kuku untuk membantu menurunkan
panasnya.
Buka
semua
pakaiannya
Letakkan kepala agak miring untuk menjaga agar jalan nafas tidak kemasukan lendir atau
muntahan
Berikan Stesolid Rectal (Diazepam) melalui dubur (dengan resep dokter)
Bila
BB
<>
10
kg
:
10
mg
Ulangi
setiap
15
menit
bila
kejang
belum
berhenti.
4.
KESELAK/KESEDAK
Keselak/kesedak terjadi disebabkan adanya benda asing (makanan, mainan, darah dan lain
sebagainya) di tenggorokan. Akibatnya jalan pernafasan dapat tersumbat dengan gejala :
Tidak
dapat
bicara
Sulit
bernafas
Penderita
terkesan
mencekik
leher
sendiri
Bunyi
nafas
mengorok
Tindakan
Pertolongan
Pertama
Bila
Penderita
Dewasa
dan
Masih
Sadar
:
Penolong
berdiri
dibelakang
penderita
Lingkarkan tangan pada penggang penderita, kedua tangan penolong saling menggenggam di
atsa perut penderita tepat pada pertengahan antara pusar dan batas pertemuan iga kiri dan
kanan.
Hentakkan tangan penolong ke arah belakang dan atas (45) posisi kedua siku penolong ke
arah luar, lakukan hentakan sambil minta penderita bantu memuntahkannya.
Gerakan
Bila
Penderita
Dewasa
dan
Tidak
Sadar
:
Baringkan
penderita
dalam
posisi
terlentang
Penolong
berlutut
diantara
dua
paha
Tempatkan kedua tumit tangan saling bertumpu pada garis tengah antara pusat dan pertemuan
rusuk
kiri
dan
kanan,
dengan
mengarah
ke
dada.
Lakukan
lima
kali
hentakan
perut
ke
arah
atas.
Periksa mulut penderita dan lakukan sapuan jari. Bila perlu dapat dilakukan
penarikan
rahang
bawah.
Catatan : Tindakan ini dapat dilakukan pada anak kecil dan bayi, jika benda dalam keadaan
terlihat.
Bila belum barhasil ulangi langkah-langkah di atas sampai jalan nafas terbuka.
Bila
Penderita
Dewasa
dan
Tidak
Sadar
:
Cara
I
Letakkan
badan
bayi
di
atas
lengan
penolong
Wajah
mengarah
ke
bawah,
kepala
lebih
rendah
dari
tubuh
Topang bagian kepala dengan jari penolong pada daerah rahang dan tulang pipi (hati-hati,
jangan
sampai
menciderai
mata
dan
hidung)
Lakukan lima kali pukulan punggung, gunakan tumit tangan di antara kedua tulang belikat
Bila
belum
keluar,
balikkan
penderita,
kepala
lebih
rendah.
Cara
II
Lakukan
lima
kali
hentakan
dada
Gunakan jari tengah dan jari manis pada pertengahan garis tengah tulang dada tepat di bawah
garis
khayal
penghubung
puting
kiri
dan
kanan
Lakukan tindakan berulang-ulang hingga sumbatan teratasi atau penderita tidak ada respon
5.
a.
KERACUNAN
Melalui
Mulut/Pencernaan
atau
bakat
kejang,
serta
korban
tidak
ada
respon.
b.
Akibat
Gigitan
Binatang
Berbisa
Tenangkan
korban
Jangan
gerakkan
bagian
yang
terkena
gigitan
Lepaskan semua perhiasan, jam tangan yang melekat pada tubuh korban.
Balut tekan di atas dan di bawah dari gigitan untuk memperlambat aliran darah.
Segera
bawa
ke
rumah
sakit.
6.
KEMASUKAN
BENDA
ASING
Benda asing dapa masuk ke mata, hidung, telinga dan kulit. Jangan berusaha mengeluarkan
benda asing bila tidak yakin dapat melakukannya. Hal ini dapt merusak jaringan disekitarnya.
Tindakan
yang
dianjurkan
segera
bawa
penderita
ke
dokter.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
a.
Benda
Asing
di
Mata
Buka
mata
Pisahkan kelopak mata atas dan bawah dengan ibu jari dan jari telunjuk Periksa semua bagian
dari
mata
Jika benda asing terlihat, cuci guyur mata yang terkena dengan boorwater atau air bersih.
Tindakan lain juga dapat dilakukan dengan menghapus bagian mata yang kemasukan benda
asing dengan kapas yang dipilin/ujung kain bersih yang dibasahi air bersih.
Catatan
:
Jangan menyentuh sesuatu yang melekat/terbenam di dalam bola mata (bagian mata yang
berwarna hitam). Segera tutup kedua mata yang sakit dengan pembalut, kemudian bawa ke
rumah
sakit.
b.
Benda
Asing
di
Hidung
Tutup
lubang
hidung
yang
tidak
tersumbat
Usahakan
bersin
untuk
hidung
yang
tersumbat
Dapat juga dicoba dengan kawat berujung tumpul yang dibengkokkan seperti kail
Masukkan
kawat
lewat
samping
benda
Setelah
melewatinya
tariklah
benda
tersebut
perlahan-lahan
Apabila
gagal
bawa
ke
puskesmas/rumah
sakit
Untuk kasus pada anak kecil sebaiknya langsung dibawa ke puskesmas/rumah sakit
c.
Benda
Asing
di
Telinga
1.
Bila
kemasukan
biji-bijian
Miringkan kepala penderita ke arah telinga yang kemasukan biji-bijian tersebut Tepuk kepala
disekitar tilinga satunya beberapa kali Bila tidak berhasil segera ke dokter
2.
Bila
kemasukan
serangga
Tetesi telinga dengan minyak kelapa/air bersih yang hangat Bila tidak berhasil bawa ke
dokter
Catatan
:
Jangan berusaha mengeluarkan benda asing bila tidak yakin dapat melakukannya, yang
memungkinkan
cidera
berat
atau
tertekan
lebih
ke
dalam.
7.
LUKA
BAKAR
Luka bakar sering terjadi karena : panas (suhu > 60C), uap panas, bahan panas, bahan kimia
(asam kuat, basa kuat, soda api), listrik (listrik rumah, kilat), radiasi (sinar matahari, bahan
radioaktif)
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Alirkan
air
dingin
pada
bagian
yang
terkena
luka
bakar
Jika luka bakar akibat bahan kimia alirkan air terus menerus selama 20 menit atau lebih
Lepaskan pakaian yang melekat pada tubuh korban jika luka terjadi dianggota badan yang
tertutup
Tutup
luka
dengan
penutup
luka
steril
sekali
pakai.
Jika
luka
bakar
mengenai
mata
pastikan
kedua
mata
tertutup
Jika jari-jari yang terbakar, maka balutlah masing-masing jari terpisah Segera bawa ke rumah
sakit
Catatan
Jangan
mengolesi
luka
dengan
lotion,
Jangan
pecahkan
gelembung
Jangan
gunakan
salep
atau
cairan
:
kecap,
mentega
atau
minyak
akibat
luka
bakar
antiseptik
atau
juga
es
8.
LUKA
LECET
Biasanya terjadi akibat gesekan sehingga permukaan kulit terkelupas dan tampak titik-titik
pendarahan.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Bersihkan kulit sekitar luka mulai dari tengah luka sampai kulit sekitar luka Tutup dengan
kain
penutup
luka
steril
dan
plester.
9.
LUKA
TUSUK
Luka ini biasanya akibat benda tajam seperti pisau, pecahan kaca, paku dan lain-lain.
Tindakan
Pertolongan
Pertama
:
Jangan
mencabut
bila
ada
benda
yang
menempel
pada
luka
Tutup
luka
dengan
kasa
steril
Bila masih ada benda yang menusuk, balut disekitar benda tersebut dan tinggikan anggota
badan
yang
berdarah
Segera
bawa
korban
ke
rumah
sakit
10.
LUKA
SAYAT/IRIS
Biasanya terjadi akibat kontak dengan benda tajam, akibatnya kulit dan lapisan dibawahnya
terputus
dengan
kedalaman
bervariasi.
Tindakan
Pertolongan
Bersihkan
luka
dengan
Tutup luka dan di plester.
Pertama
cairan
:
antiseptik.
Mata juga termasuk pintu gerbang masuknya penyakit kedalam tubuh manusia
c. Baju pelindung
Mengamankan tubuh penolong dari merembesnya carian tubuh melalui pakaian.
d. Masker penolong
BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang
khayal:
1. Bidang Medial; yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2. Bidang Frontal; yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3. Bidang Transversal; yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah
(inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik
referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oskigen dari udara bebas ke dalam
darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4. Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5. Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai yang
tidak disadari
6. Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap
masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7. Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8. Sistem Kemih (urinarius)
9. Kulit
10. Panca Indera
11. Sistem Reproduksi
PENILAIAN
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan
tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya.
Langkah langkah penilaian pada penderita
a. Penilaian Keadaan
b. Penilaian Dini
c. Pemeriksaan Fisik
d. Riwayat Penderita
e. Pemeriksaan Berkala atau Lanjut
f. Serah terima dan pelaporan
Penilaian keadaan
Penilaian keadaan dilakukan untuk memastikan situasi yang dihadapi dalam suatu upaya
pertolongan. Sebagai penolong kita harus memastikan apa yang sebenarnya kita hadapai,
apakah ada bahaya susulan atau hal yang dapat membahayakan seorang penolong. Ingatlah
selalu bahwa seorang atau lebih sudah menjadi korban, jangan ditambah lagi dengan
penolong yang menjadi korban. Keselamatan penolong adalah nomor satu.
Keamanan lokasi
Pelaku pertolongan pertama saat mencapai lokasi kejadian, haruslah tanggap dan dengan
serta merta melakukan penilaian keadaan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan
seperti dibawah.
a. Bagaimana kondisi saat itu
b. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
c. Bagaimana mengatasinya
Setelah keadaan di atasi barulah kita mendekati dan menolong korban. Adakalanya kedua ini
berjalan bersamaan.
6. Minta bantuan.
Sumber Informasi
Informasi tambahan mengenai kasus yang kita hadapi dapat diperoleh dari :
Kejadian itu sendiri.
Penderita (bila sadar).
Keluarga atau saksi.
Mekanisme kejadian.
Perubahan bentuk yang nyata atau cedera yang jelas.
Gejala atau tanda khas suatu cedera atau penyakit.
Penilaian Dini
Penolong harus mampu segera mampu untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang
mengancam nyawa korban.
Langkah-langkah penilaian dini
a. Kesan umum
Seiring mendekati penderita, penolong harus mementukan apakah situasi penderita
tergolong kasus trauma atau kasus medis.
Kasus Trauma Mempunyai tanda tanda yang jelas terlihat atau teraba.
Kasus Medis Tanpa tanda tanda yang terlihat atau teraba
b. Periksa Respon
Cara sederhana untuk mendapatkan gambaran gangguan yang berkaitan dengan otak
penderitaTerdapat 4 tingkat Respons penderita
A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaan dan lingkungannya.
S = Suara
M = Makanan/minuman terakhir
Peristiwa ini mungkin menjadi dasar terjadinya kehilangan respon pada penderita. Selain
itu data ini juga penting untuk diketahui bila ternyata penderita harus menjalani
pembedahan kemudian di rumah sakit.
P = Penyakit yang diderita
Riwayat penyakit yang diderita atau pernah diderita yang mungkin berhubungan dengan
keadaan yang dialami penderita pada saat ini, misalnya keluhan sesak napas dengan
riwayat gangguan jantung 3 tahun yang lalu.
A = Alergi yang dialami.
Perlu dicari apakah penyebab kelainan pada pasien ini mungkin merupakan suatu bentuk
alergi, biasanya penderita atau keluarganya sudah mengetahuinya
K = Kejadian.
Kejadian yang dialami korban, sebelum kecelakaan atau sebelum timbulnya gejala dan
tanda penyakit yang diderita saat ini.
Wawancara ini dapat dilakukan sambil memeriksa korban, tidak perlu
menunggu sampai pemeriksaan selesai dilakukan.
Pemeriksaan Berkelanjutan
Setelah selesai melakukan pemeriksaan dan tindakan, selanjutnya lakukan pemeriksaan
berkala, sesuai dengan berat ringannya kasus yang kita hadapi.
Pada kasus yang dianggap berat, pemeriksaan berkala dilakukan setiap 5 menit, sedangkan
pada kasus yang ringan dapat dilakukan setiap 15 menit sekali.
Beberapa hal yang dapat dilakukan pada pemeriksaan berkala adalah :
1. Keadaan respon
2. Nilai kembali jalan napas dan perbaiki bila perlu
3. Nilai kembali pernapasan, frekuensi dan kualitasnya
4. Periksa kembali nadi penderita dan bila perlu lakukan secara rinci bila waktu memang
tersedia.
5. Nilai kembali keadaan kulit : suhu, kelembaban dan kondisinya Periksa kembali dari
ujung kepala sampai ujung kaki, mungkin ada bagian yang terlewat atau
membutuhkan pemeriksaan yang lebih teliti.
6. Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa atau
sengaja dilewati karena melakukan pemeriksaan terarah.
7. Nilai kembali penatalaksanaan penderita, apakah sudah baik atau masih perlu ada
tindakan lainnya. Periksa kembali semua pembalutan, pembidaian apakah masih
cukup kuat, apakah perdarahan sudah dapat di atasi, ada bagian yang belum terawat.
8. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman
Pelaporan dan Serah terima
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini
berguna sebagai catatan anda, PMI dan bukti medis.
Hal-hal yang sebaiknya dilaporkan adalah :
Keluhan Utama
Tingkat respon
Pernapasan
Sirkulasi
Penatalaksanaan
Bila ada formulirnya sertakan form laporan ini kepada petugas yang mengambil alih
korban dari tangan anda.
Serah terima dapat dilakukan di lokasi, yaitu saat tim bantuan datang ke tempat anda, atau
anda yang mendatangi fasilitas kesehatan.
BHD
Sistem pernapasan dan sirkulasi
a. Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
sirkulasi
(pijatan
jantung
luar)
dan
Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi
napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan
kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur),
yaitu :
Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga
kanan/kiri dengan pusar.
Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada
Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
i. Menggunakan mulut penolong :
mulut ke masker RJP
mulut ke APD
mulut ke mulut/ hidung
ii. Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
penyebaran penyakit
kontaminasi bahan kimia
muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita.
Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
KESALAHAN
AKIBAT
Kebocoran
buatan
saat
melakukan
Pendarahan
Pengertian Perdarahan
Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah
dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali
pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen
dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.
Jantung
Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru
paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru paru untuk
kembali diperkaya dengan oksigen.
Arteri/Pembuluh Nadi
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh tubuh.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar
Vena/Pembuluh Balik
Adalah pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung.
Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap
Kapiler/Pembuluh Rambut
Arteri akan terbagi bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai
hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa
titik-titik perdarahan
Denyut
Dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri/Pembuluh Nadi berada dekat
dengan kulit.
Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
1. Radial Berada di pergelangan tangan
2. Carotid Berada di leher
3. Femoral Berada di lipatan paha
Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
Darah
Komposisi
Terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah.
Sumber Perdarahan
Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti
cedera atau penyakit.
Berdasarkan sumber perdarahan:
a. Perdarahan nadi
b. Perdarahan pembuluh balik
c. Perdarahan pembuluh rambut
PENDARAHAN
Jenis Perdarahan
Perdarahan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
Perdarahan luar (terbuka), bila kulit juga cedera sehingga darah bisa keluar dari tubuh dan
terlihat ada di luar tubuh.
Perdarahan dalam (tertutup), jika kulit tidak rusak sehingga darah tidak bisa mengalir
langsung keluar tubuh.
Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang
dapat mengancam nyawa.
Perdarahan luar
Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh
penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah
mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib
mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.
Perawatan untuk Perdarahan luar
a. Tekanan Langsung
b. Elevasi
c. Titik Tekan
d. Immobilisasi
Menggunakan Torniket
Torniket hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk
menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.
Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita.
Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.
Gejala dan Tanda
Beberapa tanda perdarahan dalam dapat diidentifikasi. Beberapa adalah sbb.:
a. Batuk darah berwarna merah muda
b. Memuntahkan darah berwarna gelap (seperti ampas kopi)
c. Terdapat memar
d. Bagian Abdomen terasa lunak
Perawatan untuk Perdarahan dalam
Ingatlah untuk menggunakan standard universal, amankan lokasi kejadian dan hubungi
tenaga terlatih.
a. Jaga jalan napas tetap terbuka dan berikan oksigen sesuai peraturan
b. Pertahankan panas tubuh penderita, tapi jangan sampai kepanasan
c. Atasi Syok
d. Pindahkan penderita secepatnya
Laporkan kemungkinan adanya perdarahan dalam kepada tenaga
terlatih segera setelah mereka tiba di lokasi.
Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak
kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini
bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular
penyakit.
Perdarahan dalam harus dicurigai pada beberapa keadaan seperti :
1. Riwayat benturan benda tumpul yang kuat
2. Memar
3. Batuk darah
4. Muntah darah
Penanganan syok
Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
Tidurkan telentang, tungkai ditinggikan 20 30 cm bila tidak ada kecurigaan patah
tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau tandu maka
angkat bagian kaki.
Pakaian penderita dilonggarkan
Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut penutup
Tenangkan penderita
Pastikan jalan napas dan pernapasan baik.
Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
Jangan beri makan dan minum.
Periksa berkala tanda vital secara berkala
Rujuk ke fasilitas kesehatan
Jaringan Lunak
Pengertian
Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah
akibat suatu ruda paksa. Keadaan ini umumnya dikenal dengan istilah luka. Beberapa penyulit yang
dapat terjadi adalah perdarahan, kelumpuhan serta berbagai gangguan lainnya sesuai dengan
penyebab dan beratnya cedera yang terjadi.
Klasifikasi Luka
Luka secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu rusaknya
kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.
b. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit, yang rusak hanya
jaringan di bawah kulit.
Pembagian ini tidak menjadi penentu berat ringannya suatu
cedera.
Luka Terbuka
Luka terbuka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk diantaranya :
a. Luka lecet
Terjadi biasanya akibat gesekan dengan permukaan yang tidak rata
b. Luka robek
Luka ini memiliki ciri tepi yang tidak beraturan, biasanya terjadi akibat tumbukan
dengan benda yang relatif tumpul. Merupakan luka yang paling banyak ditemukan.
c. Luka sayat
Diakibatkan oleh benda tajam yang mengenai tubuh manusia. Bentuk lukanya
biasanya rapi. Sering merupakan kasus kriminal
d. Luka tusuk
Terjadi bila benda yang melukai bisa masuk jauh ke dalam tubuh, biasanya kedalaman
luka jauh dibandingkan lebar luka. Bahayanya alat dalam tubuh mungkin terkena.
e. Luka avulsi
Luka ini ditandai dengan bagian tubuh yang terlepas, namun masih ada bagian yang
menempel.
f. Luka amputasi
Bagian tubuh tertentu putus.
Luka Tertutup
Luka tertutup yang sering ditemukan adalah :
a. Luka memar
Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul, biasanya terjadi di daerah permukaan
tubuh, darah keluar dari pembuluh dan terkumpul di bawah hulit sehingga bisa terlihat
dari luar berupa warna merah kebiruan
b. Hematoma (darah yang terkumpul di jaringan)
Prinsipnya sama dengan luka memar tetapi pembuluh darah yang rusak berada jauh di
bawah permukaan kulit dan biasanya besar, sehingga yang terlihat adalah bengkak,
biasanya besar yang kemerahan.
c. Luka remuk
Terjadi akibat himpitan gaya yang sangat besar. Dapat juga menjadi luka terbuka.
Biasanya tulang menajadi patah di beberapa tempat.
Penutup dan Pembalut Luka
Penutup luka
1. Membantu mengendalikan perdarahan
2. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
3. Mempercepat penyembuhan
4. Mengurangi nyeri
Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan
pembalut dibuat dari bermacam materi kain.
Fungsi pembalut
1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.
Beberapa jenis pembalut
Pembalut pita/gulung.
Pembalut segitiga (mitela).
Pembalut penekan.
Penutupan luka
Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila
luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.
Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan
penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi
Pembalutan
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, bila perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan
Perawatan Luka Tertutup
Lakukan perawatan seperti halnya terjadi perdarahan dalam
Khusus untuk luka memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
Berikan kompres dingin (misalnya kantung es)
Balut tekan
Istirahatkan anggota gerak tersebut
Tinggikan anggota gerak tersebut
Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting.
Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya
pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.
Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang.
Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya
sebagian saja.
Penyebab
Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan.
Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.
Cedera dapat terjadi sebagai akibat :
1. Gaya langsung.
Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.
2. Gaya tidak langsung.
Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif
lemah, sehingga akhirnya bagian lain iilah yang patah. Bagian yang menerima benturan
langsung tidak mengalami cedera berarti
3. Gaya puntir.
Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini
sering terjadi pada lengan.
Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan
patah tulang. Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang
kita hadapi.
Gejala dan tanda patah tulang
Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat
tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :
1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seing merupakan satusatunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah
dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
4. Terdengar suara berderak pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan
dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
1. Bidai improvisasi.
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.
Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan
improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
1. Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga)
dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan
daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
Pedoman umum pembidaian
Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum.
1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila
ada.
3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka
perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan
pembidaian.
5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
1. 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam
posisi ketika ditemukan.
6. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
7. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih
dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
8. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut.
Upayakan juga membidai sendi distalnya.
9. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
10. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
11. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
12. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian
sendi atas dari tulang yang patah.
13. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan
dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
14. Jangan membidai berlebihan.
Pertolongan cedera alat gerak
1. Lakukan penilaian dini.
Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
2. Lakukan pemeriksaan fisik.
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah
cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
7. Lakukan pembidaian.
8. Kurangi rasa sakit.
Istirahatkan bagian yang cedera.
Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Luka Bakar
Sebab :
Panas
Kimia
Listrik
Radiasi
PENGGOLONGAN
Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh
yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
Luka bakar ringan
Luka
bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan
atau saluran napas
Luka
Luka
bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan
atau saluran napas
Luka
Luka
luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera
tulang
Luka
bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
Luka
Luka
Luka
Luka
keadaan
Keamanan
1. Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena. Bila ada
bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit
2. Buka pakaian dan perhiasan
3. Lakukan penilaian dini
4. Berikan pernapasan buatan bila perlu
5. Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6. Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan
gelembungnya. Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari
tersendiri
7. Upayakan penderita senyaman mungkin
Pemindahan
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus
dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting.
Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
MEKANIKA TUBUH
Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk
mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
Gunakan tungkai jangan punggung
Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat
korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja
berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
MEMINDAHKAN KORBAN
Kapan penolong harus memindahkan korban sangat tergantung dari keadaan. Secara umum,
bila tidak ada bahaya maka jangan memindahkan korban. Lebih baik tangani di tempat.
Pemindahan korban ada 2 macam yaitu darurat dan tidak darurat
Pemindahan Darurat
Pemindahan ini hanya dilakukan bila ada bahaya langsung terhadap
korban
baju
Tarikan
Tarikan
bahu/lengan
Menggendong
Memapah
Membopong
Angkatan
pemadam
Pemindahan Biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan bila
semuanya telah siap dan korban selesai ditangani.
Contohnya :
Angkatan
langsung
Angkatan
Posisi Korban
Tandu beroda
Tandu lipat
Tandu skop / tandu ortopedi/ tandu trauma
Vest type extrication device (KED)
Tandu kursi
Tandu basket
Tandu fleksibel
Kain evakuasi
Papan spinal
Kedaruratan
Semua yang dialami korban yang tidak tergologn dalam kecelakaan dimasukan dalam
kelompok kedaruratan medis. Seseorang yang mengalami kasus medis mungkin juga dapat
mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya
kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi suatu luka.
Dalam penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus medis tidak banyak berbeda antara yang
satu dengan yang lainnya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya,
terutama secara dini. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh
berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber
informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga
jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis.
Gejala dan tanda pada kedaruratan medis sangat beragam, khas maupun tidak khas.
Perubahan yang tidak normal dari tanda vital penderita sudah mengarah pada kedaruratan
medis. Beberapa hal yang dapat diamati pada penderita yang mengarahkan kecurigaan kita
pada adanya masalah medis adalah :
Gejala :
1. Demam
2. Nyeri
3. Mual, muntah
4. Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5. Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6. Sesak atau merasa sukar bernapas
7. Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1. Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2. Perubahan irama jantung : nadi cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat
kuat.
3. Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan,
terlalu merah)
4. Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk
perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5. Lemah.
6. Pusing, kadang tidak repon.
Penatalaksanaan :
1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 30 cm.
4. Berikan oksigen bila ada.
5. Beri minum bila penderita sadar.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Sengatan Panas
Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada
banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak
akan segera mati.
Gejala dan tanda:
1. Pernapasan cepat dan dalam.
2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
4. Manik mata melebar.
5. Kehilangan kesadaran.
6. Kejang umum atau gemetar pada otot.
Penatalaksanaan :
1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di
samping leher.
3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan tambahkan es
ke dalamnya.
4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan
suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong bahwa sistem ini sebenarnya
sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur
penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban,
bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana,
kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa
sehingga ada :
1. Daerah triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
2. Daerah pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan
diberikan.
3. Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban,
termasuk pencatatan data pengiriman korban.
Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan
pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
1. Mendirikan Posko dan komandonya
2. Menilai keadaan
3. Meminta bantuan sesuai keperluan
4. Mulai melakukan triage
Penilaian keadaan
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang
paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan
kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1. Keadaan
2. Jumlah penderita
3. Tindakan khusus
4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.
Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T
atau Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4
kategori :
1. Prioritas 1 Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak
terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami
keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah
tulang tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai Walking
Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah
ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :
1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah
ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan
jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4. Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila
ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini
berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.
Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera lanjutkan ke
penderita berikut.
HIJAU
Penderita dapat berjalan ?
Penderita bernapas ?
Penderita bernapas setelah jalan napas dibuka
HITAM
MERAH
Frekuensi pernapasan
Waktu pengisian kapiler
Status mental perintah sederhana ?
YA
TIDAK
30 x
TIDAK
YA
< 30 x
2 detik
< 2 detik
TIDAK
YA
KUNING
YA
TIDAK
Pertolongan Pertama
Pada pertolongan pertama hal yang sangat vital dan wajib dimiliki oleh setiap penolong
adalah penilaian. Dalam penilaian terhadap korban terdapat langkah-langkah berikut :
1. Penilaian Keadaan;
2. Penilaian Dini;
3. Pemeriksaan Fisik;
4. Riwayat Penderita;
5. Pemeriksaan Berkala atau Lanjutan;
6. Pelaporan
Penilaian Keadaan
Hal pertama yang dilakukan ketika melakukan adalah penilaian keadaan. Terdapat 3
pertanyaan umum yang dapat menunjang penilaian keadaan.
1. Bagaimana kondisi saat itu?
2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi?
3. Bagaimana mengatasinya?
Secara umum tugas penolong saat tiba dilokasi adalah sebagai berikut:
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang disekitarnya. Ingat! Amankan diri
sendiri terlebih dahulu! Keselamatan penolong nomor 1.
2. Penolong memperkenalkan diri(nama, nama organisasi dan minta izin).
3. Menentukan keadaan umum kejadian (mekanisme cedera) dan mulai melakukan penilaian
dini.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan/cedera yang mengancam jiwa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.
Penilaian Dini
Setelah melakukan penilaian keadaan, saatnya melakukan penilaian dini. Ada 6 langkah
penilaian dini. Kesan umum, memerika respon, A,B,C, dan hubungi bantuan.
a. Kesan Umum
Pada langkah ini, penolong harus menentukan apakah kasus yang dihadapi adalah kasus
trauma atau kasus medis.
Kasus trauma adalah kasus yang disebabkan ruda paksa, mempunyai tanda yang jelas
terlihat dan atau teraba.
Kasus medis adalah kasus yang diderta seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa.
b. Memeriksa Respon
Respon seorang penderita adalah suatu cara sederhana untuk mendapatkan gambaran berat
ringannya gangguan yang terjadi dalam otak. Respon penderita dibagi 4 tingkat, yaitu ASNT.
Awas(A), Suara(S), Nyeri(N), Tidak respon(T)
Pada tingkat awas, penderita masih dapat menyahut dan berinteraksi.
Di tingkat suara, penderita masih merespon dengan suara yang ada.
Di tingkat nyeri, dapat dilakukan dengan mengecek apakah penderita masih merespon dengan
tekanan ataupun tes lainnya dari penolong. Misalnya dengan mencubit korban.
Tingkat tidak respon ketika korban tidak sadar.
c. A (Airway); memastikan jalan nafas
a. Keadaan respons;
b. Nilai kembali jalan nafas dan perbaiki bila perlu;
c. Nilai kembali pernafasan, frekuensi dan kualitasnya;
d. Periksa kembali nadi dan bila perlu lakukan secara rinci bila ada waktu;
e. Nilai kembali keadaan kulit;
f. Periksa kembali secara seksama mungkin ada yang terlewati;
g. Nilai kembali penatalaksanaan (pembalutan, pembidaian);
h. Pertahankan komunikasi dengan penderita untuk menjaga rasa aman dan nyaman.
Bila penderita stabil dan keadannya cukup parah, maka penilaian dilakukan setiap 5 menit
sekali. Bila penderita tenang dan stabil, maka pemeriksaan dilakukan setiap 15 menit sekali.
PELAPORAN
Dalam pelaporan sebaiknya dicantumkan :
1. Umur dan jenis kelamin penderita;
2. Keluhan utama;
3. Tingkat respons;
4. Keadaan jalan nafas;
5. Pernafasan
6. Sirkulasi;
7. Pemeriksaan fisik yang penting;
8. KOMPAK yang penting;
9. Penatalasanaan;
10. Pekembangan yng dianggap penting.