Anda di halaman 1dari 198

BAB I

BALUTAN

CARA MEMBUAT

CARA MEMBUAT BALUTAN

A. PENGERTIAN
Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan
bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang
dikehendaki.
B. TUJUAN
1. menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan
sebagainya agar tidak bergeser dari tempatnya
2. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut
tekanan)
3. menunjang bagian tubuh yang cedera
4. menjaga agar bagian yang cedera tidak bergerak
5. menutup bagian tubuh agar tidak terkontaminasi.
C. MACAM- MACAM BALUTAN
1. Mitella (pembalut segitiga)
2. Dasi (cravat)
3. Pita (pembalut gulung)
4. Plester (pembalut berperekat)
5. Pembalut lainnya
6. Kassa steril
1. MITELLA (pembalut segitiga)
Bahan pembalut dari kain yang berbentuk segitiga sama kaki dengan
berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50-100 cm
Pembalut ini biasa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku,
telapak tangan, pinggul, telapak kaki, dan untuk menggantung lengan.
Page 1

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

dapat dilipat-lipat sejajar dengan alasnya dan menjadi pembalut bentuk


dasi.
2. DASI (cravat)
Merupakan mitella yang dilipat-lipat dari salah satu ujungnya sehingga
berbentuk pita dengan kedua ujung-ujungnya lancip dan lebarnya antara
5-10 cm.
Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau
bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut, betis,
dan kaki yang terkilir.
Cara membalut:
o Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua ujungnya dapat
diikatkan
o Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor, dengan cara sebelum
diikat arahnya saling menarik
o Kedua ujung diikatkan secukupnya.
3. PITA (pembalut gulung)
Dapat terbuat dari kain katun, kain kasa, flanel atau bahan elastis. Yang
paling sering adalah kasa. Hal ini dikarenakan kasa mudah menyerap air
dan darah, serta tidak mudah kendor.
Macam ukuran lebar pembalut dan penggunaannya:
o 2,5 cm : untuk jari-jari
o 5 cm : untuk leher dan pergelangan tangan
o 7,5 cm : untuk kepala, lengan atas, lengan bawah, betis dan kaki
o 10 cm : untuk paha dan sendi pinggul
o 10-15 cm : untuk dada, perut dan punggung.

Page 2

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Cara membalut anggota badan (tangan/kaki):


o Sangga anggota badan yang cedera pada posisi tetap
o Pastikan bahwa perban tergulung kencang
o Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu ujung yang
diletakkan dari proksimal ke distal menutup sepanjang bagian tubuh, yang
akan dibalut dari distal ke proksimal (terakhir ujung yang dalam tadi diikat
dengan ujung yang lain secukupnya). Atau bisa dimulai dari bawah luka
(distal), lalu balut lurus 2 kali.
o Dibebatkan terus ke proksimal dengan bebatan saling menyilang dan
tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan berikutnya.
Setiap balutan menutupi duapertiga bagian sebelumnya.
o Selesaikan dengan membuat balutan lurus, lipat ujung perban, kunci
dengan peniti atau jepitan perban.
4. PLESTER (pembalut berperekat)
Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada sendi
yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang. Cara
pembidaian

langsung

dengan

plester

disebut

strapping.

Plester

dibebatkan berlapis-lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi


gerakan perlu pita yang masing-masing ujungnya difiksasi dengan plester.
Untuk menutup luka yang sederhana dapat dipakai plester yang sudah
dilengkapi dengan kasa yang mengandung antiseptik (Tensoplast, Bandaid, Handyplast dsb).
Cara membalut luka terbuka dengan plester:
o luka diberi antiseptik
o tutup luka dengan kassa
o baru letakkan pembalut plester.

Page 3

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

5. PEMBALUT LAINNYA
Snelverband: pembalut pita yang sudah ditambah kasa penutup luka,
dan steril. Baru dibuka saat akan digunakan, sering dipakai untuk
menutup luka-luka lebar.
Sofratulle: kasa steril yang sudah direndam dalam antibiotika. Digunakan
untuk menutup luka-luka kecil.
6. Kassa steril
Kasa steril ialah potongan-potongan pembalut kasa yang sudah
disterilkan dan dibungkus sepotong demi sepotong. Pembungkus tidak
boleh dibuka sebelum digunakan.
Digunakan untuk menutup luka-luka kecil yang sudah didisinfeksi atau
diobati (misalnya sudah ditutupi sofratulle), yaitu sebelum luka dibalut atau
diplester.
Prosedur Pembalutan:
1. Perhatikan tempat atau letak bagian tubuh yang akan dibalut dengan
menjawab pertanyaan ini:
Bagian dari tubuh yang mana? (untuk menentukan macam pembalut
yang digunakan dan ukuran pembalut bila menggunakan pita)
Luka terbuka atau tidak? (untuk perawatan luka dan menghentikan
perdarahan)
Bagaimana luas luka? (untuk menentukan macam pembalut)
Perlu dibatasi gerak bagian tubuh tertentu atau tidak? (untuk
menentukan perlu dibidai/tidak?)
2. Pilih jenis pembalut yang akan digunakan. Dapat satu atau kombinasi.
3. Sebelum dibalut, jika luka terbuka perlu diberi desinfektan atau dibalut
dengan

pembalut

yang

mengandung

Page 4

desinfektan.

Jika

terjadi

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

disposisi/dislokasi perlu direposisi. Urut-urutan tindakan desinfeksi luka


terbuka:
Letakkan sepotong kasa steril di tengah luka (tidak usah ditekan) untuk
melindungi luka selama didesinfeksi.
Kulit sekitar luka dibasuh dengan air, disabun dan dicuci dengan zat
antiseptik.
Kasa penutup luka diambil kembali. Luka disiram dengan air steril untuk
membasuh bekuan darah dan kotoran yang terdapat di dalamnya.
Dengan menggunakan pinset steril (dibakar atau direbus lebih dahulu)
kotoran yang tidak hanyut ketika disiram dibersihkan.
Tutup lukanya dengan sehelai sofratulle atau kasa steril biasa. Kemudian
di atasnya dilapisi dengan kasa yang agak tebal dan lembut.
Kemudian berikan balutan yang menekan.
Apabila terjadi pendarahan, tindakan penghentian pendarahan dapat
dilakukan dengan cara:
Pembalut tekan, dipertahankan sampai pendarahan berhenti atau
sampai pertolongan yang lebih mantap dapat diberikan.
Penekanan dengan jari tangan di pangkal arteri yang terluka. Penekanan
paling lama 15 menit.
Pengikatan dengan tourniquet.
o Digunakan bila pendarahan sangat sulit dihentikan dengan cara biasa.
o Lokasi pemasangan: lima jari di bawah ketiak (untuk pendarahan di
lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk pendarahan di kaki)
o Cara: lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki, sebelumnya dialasi
dengan kain atau kasa untuk mencegah lecet di kulit yang terkena
torniket. Untuk torniket kain, perlu dikencangkan dengan sepotong kayu.

Page 5

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Tanda torniket sudah kencang ialah menghilangnya denyut nadi di distal


dan kulit menjadi pucat kekuningan.
o Setiap 10 menit torniket dikendorkan selama 30 detik, sementara luka
ditekan dengan kasa steril.
Elevasi bagian yang terluka
4. Tentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan:
Dapat membatasi pergeseran/gerak bagian tubuh yang memang perlu
difiksasi
Sesedikit mungkin membatasi gerak bgaian tubuh yang lain
Usahakan posisi balutan paling nyaman untuk kegiatan pokok penderita.
Tidak mengganggu peredaran darah, misalnya balutan berlapis, yang
paling bawah letaknya di sebelah distal.
Tidak mudah kendor atau lepas.
PEMBIDAIAN
Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan
lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk menahan atau menjaga
agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi), memberikan
istirahat dan mengurangi rasa sakit. Maksud dari immobilisasi adalah:
1. Ujung-ujung dari ruas patah tulang yang tajam tersebut tidak merusak
jaringan lemah, otot-otot, pembuluh darah, maupun syaraf.
2. Tidak menimbulkan rasa nyeri yang hebat, berarti pula mencegah
terjadinya syok karena rasa nyeri yang hebat.
3. Tidak membuat luka terbuka pada bagian tulang yang patah sehingga
mencegah terjadinya infeksi tulang.
Pembidaian tidak hanya dilakukan untuk immobilisasi tulang yang
patah tetapi juga untuk sendi yang baru direposisi setelah mengalami
dislokasi. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-

Page 6

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

ligamennya biasanya menjadi kendor sehingga gampang mengalami


dislokasi kembali, untuk itu setelah diperbaiki sebaiknya untuk sementara
waktu dilakukan pembidaian.

Prinsip pembidaian :

1. Lakukan pembidaian di mana anggota badan mengalami cedera


(korban jangan dipindahkan sebelum dibidai). Korban dengan dugaan
fraktur lebih aman dipindahkan ke tandu medis darurat setelah dilakukan
tindakan perawatan luka, pembalutan dan pembidaian.
2. Lakukan juga pembidaian pada persangkaan patah tulang, jadi tidak
perlu harus dipastikan dulu ada tidaknya patah tulang. Kemungkinan
fraktur harus selalu dipikirkan setiap terjadi kecelakaan akibat benturan
yang keras. Apabila ada keraguan, perlakukan sebagai fraktur.
Tanda dan gejala patah tulang:
Adanya tanda ruda paksa pada bagian tubuh yang diduga terjadi patah
tulang: pembengkakan, memar, rasa nyeri.
Nyeri sumbu: apabila diberi tekanan yang arahnya sejajar dengan tulang
yang patah akan memberikan nyeri yang hebat pada penderita.
Deformitas: apabila dibandingkan dengan bagian tulang yang sehat
terlihat tidak sama bentuk dan panjangnya.
Bagian tulang yang patah tidak dapat berfungsi dengan baik atau sama
sekali tidak dapat digunakan lagi.
3. Melewati minimal dua sendi yang berbatasan.

Prosedur Pembidaian :

1. Siapkan alat-alat selengkapnya

Page 7

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2. Apabila penderita mengalami fraktur terbuka, hentikan perdarahan dan


rawat

lukanya

dengan

cara

menutup

dengan

kasa

steril

dan

membalutnya.
3. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum
dipasang, diukur dahulu pada sendi yang sehat.
4. Bidai dibalut dengan pembalut sebelum digunakan. Memakai bantalan
di antara bagian yang patah agar tidak terjadi kerusakan jaringan kulit,
pembuluh darah, atau penekanan syaraf, terutama pada bagian tubuh
yang ada tonjolan tulang.
5. Mengikat bidai dengan pengikat kain (dapat kain, baju, kopel, dll)
dimulai dari sebelah atas dan bawah fraktur. Tiap ikatan tidak boleh
menyilang tepat di atas bagian fraktur. Simpul ikatan jatuh pada
permukaan bidainya, tidak pada permukaan anggota tubuh yang dibidai.
6. Ikatan jangan terlalu keras atau kendor. Ikatan harus cukup jumlahnya
agar secara keseluruhan bagian tubuh yang patah tidak bergerak.
7. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai.
8. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat pengikat perlu dilepas.
D. TEHNIK MEMBALUT LUKA
A.Jenis Pembalut/Perban
1.Perban segi tiga (Mitella)
2.Perban pita (Zwachtel)
3.Plester
B.Tujuan Membalut/Perban
1.Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu dan kuman.
2.Menopang yang cedera
3.Menahan dalam suatu sikap tertentu

Page 8

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4.Menekan
5.Menarik
E. Bahan Untuk Perban
Bahan yang diperlukan untuk membalut, antara lain salep, bubuk
luka, plester, bahan penyerap (kasa atau kapas), kertas tissue, bahan
tidak mudah menyerap (kertas khusus, kain taf, sutera), bahan elastis
(spons, kapas).
F. Jenis jenis Pembalutan
1.Perban segi tiga (Mitella)
Perban segi tiga dibuat dari kain belacu atau kain muslin, perbannya
dibuat segitiga sama kaki yang puncaknya bersudut 90derajat . Panjang
dasar segitiga kira-kira 125 cm dan kedua kakinya masing-masing 90 cm.
Buatlah terlebih dahulu kain segi empat dengan sisi 90 cm lalu lipat dua
atau digunting pada garis diagnonalnya.
2.Balut segi tiga untuk kepala
Untuk luka kepala dapat dipakai perban segi tiga. Dasar segi tiga dilipat
selebar 5 cm 2 kali. Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi. Bagian
yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar. Ujung puncak segi tiga
ditarik ke belakang kepala sehingga puncak kepala tertutup kain segi tiga.
Kedua ujung lipatan tadi dililitkan ke belakang kepala lalu kembali ke dahi
dan dibuat simpul di dahi.
3.Balut segi tiga untuk bahu
Guntingan ujung puncak segitiga tegak lurus pada dasar sepanjang 25
cm. Kedua ujung yang baru dibuat dililitkan secara longgar ke leher, lalu
diikat ke belakang. Dasar segi tiga ditarik sehingga bagian bahu yang
cedera tertutup. Lalu kedua ujung dasar segi tiga dililitkan ke lengan dan
diikat.

Page 9

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4.Balut segi tiga untuk dada


Gunting puncak segitiga tegak lurus pada dasarnya sepanjang 25 cm.
Ikatlah kedua ujung puncak itu secara longgar dibelakang leher, sehingga
dasar segi tiga berada di depan dada. Lipatlah dasar segi tiga beberapa
kali sesuai dengan kebutuhan lalu ujung dasar tadi diikat di punggung.
5.Balut segi tiga untuk tangan
Bila seluruh telapak tangan akan dibalut, dapat dipakai perban segi tiga.
Letakkan dasar segitiga pada telapak tangan. Ujung puncak segitiga di
lilitkan ke punggung tangan, sehingga seluruh jari jari tertutup, lalu
kedua ujung dasar segi tiga dililitkan beberapa kali pada pergelangan
tangan dan diikat. Bila segi tiga terlalu besar, buatlah beberapa lipatan
pada dasar segi tiga.
G. Cara Membuka Pembalut/Perban
Buka simpul perban, bila sulit, gunting saja. Tangan kanan
memegang ujung perban. Bukalah gulungan dengan memindahkan
perban itu ke kiri, lalu kembali lagi ke kanan dan ke kiri lagi. Begitu
seterusnya sampai seluruh pembalut terlepas. Untuk membuka perban
kotor pergunakan 2 buah pinset. Bila perban itu telah kotor atau tidak ingin
dipakai lagi, lebih baik digunting dengan memakai gunting perban.
Dengan demikian, perban lebih cepat terlepas.
H. Jenis Jenis Perban Menurut Bahannya
1.Perban kasa :Dibuat dari benang yang dianyam jarang jarang, sering
dipakai untuk membalut pada anggota badan.
2.Perban planel :Kain berbulu dipakai sebagai perban penekan pada
pertolongan

pertama.

3.Perban kambrik:Terbuat dari benang kasar pemakaian-nya sama


dengan

kasa.

4.Perban trikot :Sering dipakai untuk membuat perban ransel.

Page 10

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

5.Perban katun dan linen:Dipakai dalam keadaan darurat, sebagai


pembalut, penekan dan penarik
6.Perban elastis:Dipakai untuk balutan penekan pada keseleo atau salah
urat (luksasio dan sprain) atau untuk membalut anggota gerak yang telah
diamputasi.
7.Perban cepat:Dipakai untuk pertolongan pertama pada kecelakaan,
dalam
peperangan pada luka tembak atau patah terbuka.
8.Perban gips
I. Cara cara Membalut
1.Cara cara khusus membalut perban kepala
a.Verban kepala fasela galenika
Cara memakainya adalah sebagai berikut :
Letakkan kain persegi itu diatas kepala dengan kedua ujung mengarah ke
masing masing telinga.
Ikatkanlah dengan peniti atau plester pita tengah dibawah dagu. Pita
depan diikat ke belakang kepala, sedangkan pita belakang diikat ke dahi.
b.Perban pita untuk membalut kepala dengan cara mempersatukan
(Fascia

Union).

Perban yang dipakai dapat yang berkepala satu maupun yang berkepala
dua. Dipakai untuk luka disamping kepala. Cara fascia union ini sangat
merosot sehingga sekarang tidak dipakai lagi.
c.Perban kepala cara Fascia sagitalis
Perban kepala cara sagitalis memakai pembalut berkepala tiga atau
disebut juga perban T. Perban ini dipakai untuk luka di kepala.
Mula mula perban berkepala dua diletakkan pada dahi, lalu kedua ujung
dililitkan ke belakang kepala. Ujung tengah perban juga diletakkan ke
belakang. Setelah dihimpit dengan kedua ujung perban yang datang dari
samping, kembalikan lagi ujung perban tengah ke depan. Demikian pula
kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga

Page 11

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

mengimpit lagi ujung perban tengah. Demikianlah seterusnya sampai


semua perban terpakai.
d.Perban kepala dengan cara pita silang (Fascia nodosa)
Dengan memakai perban berkepala dua. Bila kedua ujung perban telah
sampai diatas salah satu telinga silangkanlah kedua perban itu lalu
masing masing ujung membalut dahi dan belakang kepala. Setelah
kedua ujung sampai diatas telinga yang lain, dibuat pula silang, diatur
menuju ke bawah dagu, bertemu kembali di atas telinga pertama, dan
seterusnya.
e.Perban penutup kepala (Fascia kapitalis atau mitra hippokrates)
Sebaiknya dilakukan oleh dua orang. Dipakai sebagai perban penutup
atau
pelindung luka kepala yang luas.
Satu orang berulang ulang melingkarkan perban. Mulai dari dahi terus
ke belakang sambil menghimpit perban kedua yang diletakkan berulang
ulang di atas kepala oleh orang kedua dari arah depan kepala ke
belakang kepala. Balutan digeser sedikit demi sedikit ke kiri dan ke kanan.
2.Cara cara membalut mata
a.Membalut satu mata (Monokulus)
Dipakai untuk menutupi atau menekan luka pada mata dan sekitarnya.
Buatlah lingkaran perban di sekitar dahi dan belakang kepala beberapa
kali. Lalu secara berangsur-angsur dililitkan sedikit demi sedikit ke mata
yang cedera dan belakang kepala, sehingga seluruh mata tertutup.
Usahakan agar lapisan perban terbawah tidak menutup mata yang sehat
b.Membalut kedua mata (Binoukulus)
Cara ini dipakai untuk menutupi atau menekan mata, misalnya pada
operasi katarak. Caranya : Mulailah seperti membalut satu mata. Setelah
melingkarkan lapisan perban terakhir disekitar depan dan belakang
kepala, teruskan dengan melingkari mata yang lain dengan cara yang
sama, tetapi dengan arah sebaliknya. Ujung perban terakhir dilekatkan
dengan sepotong plester.

Page 12

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

3.Perban telinga cara koroner


Balutlah perban melingkar dahi dan belakang kepala beberapa kali, lalu
berangsur angsur diarahkan ke arah telinga yang sakit. Lakukan balutan
perban itu terus sampai seluruh telinga tertutup. Usahakan lapisan perban
terakhir berada di lingkaran dahi lalu dilekatkan dengan plester.
4.Perban pada anggota gerak badan berbentuk bulat panjang
Untuk melakukan perban pada leher, lengan atas dan paha dapat dibalut
dengan 2 cara yaitu :
a.Membalut biasa (Dolobra currens)
b.Membalut pucuk rebung (Dolobra reversa)
Setiap kali membalut harus diperhatikan agar :
a.Perban saling menutupi lapis demi lapis.
b.Gulungan perban tidak boleh bergeser, walaupun saling bekerja.
c.Lilitkan perban harus cukup kencang.
5.Membalut persendian
Untuk membalut persendian dipakai :
a.Cara balut silang (Spica)
b.Cara balut penyu (testudo)
Ad. 1 Cara balut silang pergelangan tangan
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan
tangan, lalu arahkan perban ke distal melilit punggung tangan dan telapak
tangan. Masukkan lilitan diantara ibu jari dan jari telunjuk, miring pada
punggung tangan menuju pergelangan tangan. Lilitkan satu kali lalu ulangi
pekerjaan itu sambil menggeser perban sedikit demi sedikit sehingga
seluruh

pergelangan

tangan

terbalut.

Ad. 2 Membalut sendi siku cara penyu keluar (Testudo cubiti Reversa)
1.)Bengkokkan sedikit siku yang akan dibalut.
2.)Balutkan perban beberapa kali pada pertengahan siku.
3.)Arahkan lilitan perban bergantian ke proksimal dan ke distal.

Page 13

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4.)Lanjutkan lilitan perban ke lengan atas dan ke lengan bawah berulang


ulang sampai seluruh sendi siku terbalut.
5.)Ujung lilitan perban terakhir dilekatkan dengan plester.
6.Cara-cara Membalut kaki (Membalut seluruh kaki)
a.Misalkan kaki kiri ingin dibalut, mulailah perban dari bagian punggung
kaki menuju ke ujung jari jari lalu ke telapak kaki. Peganglah dengan
tangan kiri ujung perban yang ada di punggung. Dengan tangan kanan
lilitkan perban untuk menutup jari jari kaki dengan cara tadi. Bergantian
ke lateral dan medial. Geserlah sedikit demi sedikit ke arah tengah jari
jari sehingga seluruh jari terbalut. Di telapak kaki, arah balutan melintang,
sedangkan telapak kaki arahnya miring.
b.Kemudian lilitkan perban melintang punggung dan telapak kaki sehingga
ujung ujung perban tadi terhimpit. Buatlah lilitan perban sebanyak 3
lilitan sambil menggeser ke arah pergelangan kaki.
c.Sewaktu lilitan ke empat berada di punggung kaki, perban diarahkan di
telapak kaki sekitar tumit. Kemudian dililitkan ke pergelangan kaki, terus
kepunggung kaki lagi.
d.Ulangi lagi balutan seperti tadi beberapa kali, sampai seluruh kaki
terbalut. Akhiri balutan pada pergelangan kaki.
A. Gips dan Pemasangannya.
Cara membuat gips spalk (Bidai gips)
Bila terjadi patah proximal, maka panjang gips spalk adalah dari pangkal
jari sampai
ke lengan atas kira kira 2 jari dibawah lipatan ketiak.
Lengan harus ditekuk sampai 90 0 dengan telapak tangan agak diputar ke
dalam (supinasi). Pergelangan tangan lurus dengan tulang lengan bawah.
Pada patah tulang tungkai bawah (Fraktur tibia dan fibula), gips spalk dan
sirkuler harus dipasang mulai ujung jari sampai 2 3 cm dibawah sendi
paha. Posisi kaki dan tungkai bawah dibuat sudut 900 sedangkan lutut
agak ditekuk membuat sudut kira kira 1700.

Page 14

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pada patah tulang kaki dan tumit gips sirkuler dipasang mulai dari ujung
jari sampai kira kira 2 3 cm dibawah sendi lutut saja. Setelah diketahui
panjangnya ukuran spalk, bukalah gulungan gips perban dan letakkan
dimeja sepanjang ukuran yang diinginkan. Untuk anggota gerak atas,
cukup dibuat 6 lapis, sedangkan untuk tungkai dibuat 8 10 lapis.
Setelah lapisan gips spalk selesai dibuat, basahkan lalu letakkan ke
anggota gerak yang akan di gips. Sebelum di gips anggota gerak harus di
reposisi dengan kain trikot atau kapas berlemak.
Setelah dipasang gips spalk, dibalut dengan perban kasa.
Gips sirkuler
Bila melakukan balutan secara gips sirkuler, setelah tulang yang patah
direposisi, dilapisi dengan kapas berlemaj dan dipasang gips spalk
langsung dibalut dengan perban gips dengan cara balut biasa. Gips yang
telah dibalut itu diratakan dengan kedua telapak tangan agar perban gips
melekat betul. Jari jari tangan dan kaki bila tidak patah jangan di gips.
Bila dilakukan reposisi sanguinea, maka luka operasi ditutup dahulu
dengan kasa steril yang telah dioles dengan antiseptik. Kemudian
dipasang gips sirkuler. Luka operasi dibiarkan tertutup dengan gips,
jahitan

baru

dilepas

setelah

gips

dibuka.

Biasanya gips baru dibuka setelah terjadi kalus, untuk lengan memerlukan
waktu 4 6 minggu, sedangkan untuk tungkai memerlukan 6 10 minggu.
Makin muda usia seseorang, makin cepat sembuhnya.

Page 15

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Cara Balutan & Jenis Balutan Anduh

cara-cara lipatan untuk balutan cincin

Selepas kita menggulungkn kain anduh seperti yang ditunjukkan kita


balutkan

ia

seperti

gelang

atau

lebih

senang

dipanggil

seperti

cincin.Balutan cincin ini digunakan untuk menghalang tulang/benda tajam


yang tertusuk masuk dalam anggota badan kita supaya tidak bergerak ke
tempat lain.

Page 16

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

cara-cara membuat balutan anduh kecil


Letakkan tapak tangan yang tercedera di atas kain anduh , kemudian tarik
dan letakkan
bucu atas kain anduh di atas tangan.
-Silangkan kedua-dua bucu hujung kain anduh di atas dan bawah.
-Ikatan buku sila kemudiannya diikat pada atas pergelangan tangan.

cara-cara membuat balutan anduh besar


-Bucu kain atas anduh hendaklah diletakkan pada siku lengan yang
cedera.
-Kemudian ikatan buku sila diikatkan pada atas bahu.

Page 17

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

-Bucu atas kain anduh yang diletakkan pada siku tadi boleh dipinkan atau
dilipat
ke bahagian dalam supaya nampak lebih kemas.
Fungsi:
- mengampu bahagian anggota atas yang luka atau cedera.
- mengurangkan pergerakan serta sakit anggota atas.

Balutan Anduh Besar


Step 1

Page 18

BAB I
BALUTAN

Step 2

Step 4

CARA MEMBUAT

Step 3

Step 5

Page 19

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

CARA MENGANGKAT PASIEN

A. CARA MENGANGKAT PASIEN

Mekanika tubuh yang benar dapat mengurangi kepenatan dan


ketegangan serta mencegah cedera yang serius dan memungkinkan
perawat untuk menggerakkan,mengangkat dan memindahkan pasien
dengan aman dan juga

melindungi perawat dari cedera system

musculoskeletal.
Perawatan yang dilakukan pada pasien imobilisasi adalah diubah
posisi, dipindahkan diatas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat
tidur ke kursi ataupun brankar. Menurut Hegner & Caldwell (2003. p. 198)
perubahan posisi dapat menghindari :
1. Deformitus musculoskeletal dan kehilangan kalsium tulang.
2. Nutrisi kulit yang buruk dan berkembangnya luka karena tekanan.
3. Komplikasi pernapasan seperti pneumonia.
4. Berkurangnya sirkulasi yang dapat menyebabkan tromboflebitis dan
kalkulus ginjal.
5. Kehilangan kesempatan pertukaran sosial antara pasien dan staf.
Page 20

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Menurut Potter & Perry (2005. p. 1215) Petunjuk umum yang harus di
ikuti disetiap prosedur perpindahan adalah sebagai berikut :
1. Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan
dengan perawat untuk mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
2. Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
3. Kaji mobilisasi dan kekuatan pasien untuk mencegah pasien yang dapat
digunakan saat memindahkan.
4. Tentukan kebutuhan akan bantuan.
5. Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari pasien.
6. Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali
memindahkan.

Berikut ini merupakan prosedur teknik memindahkan pasien


menurut Potter & Perry (2005 p.1227) :
Tabel :
Langkah
Persiapan untuk memindahkan
1.

Rasional

Kaji kekuatan otot, mobilisasi sendi, Menentukan tingkat fisiologis dan kognitif
paralisis

atau

paresis,

ortostatik,

toleransi

hipotensi pasien untuk berperan serta dalam teknik

aktivitas,

tingkat memindahkan.

kesadaran, tingkat kenyamanan dan


kemampuan pasien mengikuti intruksi.
2.

Siapkan peralatan dan persediaan


yang di butuhkan :
Page 21

BAB I
BALUTAN
a.

CARA MEMBUAT

Tranfer belt (bila diperlukan).

Mengurangi

risiko

cedera.

Sebaiknya

digunakan pada semua pasien yang


membutuhkan bantuan sedang sampai
maksimal atau memiliki risiko cedera
maupun jatuh.
b.

Kursi roda (posisi kursi pada sudut 45 Posisi

kursi

roda

atau

brankar

derajat dari tempat tidur: rem terkunci; memfasilitasi perpindahan tempat tidur ke
memindahkan kaki istirahat: rem tempat kursi roda atau dari tempat tidur ke
tidur terkunci).
c.

brankar dengan cepat.

Brankar (posisi tempat tidur pada


sudut 900: rem brankar terkunci: rem
tempat tidur terkunci).

3.

Jelaskan prosedur kepada pasien.


Mendukung

kerjasama

pemahaman

tentang

4.

Tutup pintu/gorden.

keuntungan mobilisasi.

5.

Cuci tangan.

Mendukung privasi.

pasien
prosedur

dan
serta

Membantu Pasien Duduk Di Tempat Mengurangi perpindahan infeksi.


Tidur
1.
2.

Lengkapi persiapan langkah 1-5.


Letakkan

pasien

pada

posisi

terlentang.

Memudahkan

pengkajian

kesejajaran

tubuh pasien yang terus menerus dan


pemberian tambahan perawatan seperti
suksion dan kebutuhan kebersihan.
3.

Pindahkan bantal dari tempat tidur.

Mengurangi

gangguan

ketika

pasien

duduk di tempat tidur


4.

Hadap kebagian kepala tempat tidur.

Mengurangi perputaran tubuh perawat


ketika memindahkan pasien.

5.

Letakkan kaki terbuka dengan kaki Meningkatkan

keseimbangan

perawat

yang terdekat tempat tidur dibelakang dan memungkinkan perpindahan berat


kaki yang lain

badan pasien.

Page 22

BAB I
BALUTAN
6.

CARA MEMBUAT

Letakkan tangan yang terjauh dari Mempertahankan


pasien

dibawah

bahu,

menyokong vetebra

kepala dan vertebra servikal


7.

Letakkan

tangan

lainnya

serfikal

kesejajaran
serta

kepala

memudahkan

mengangkat tubuh bagian atas pasien


diatas Memberi sokongan dan keseimbangan.

permukaan tempat tidur


8.

Tinggikan pasien pada posisi duduk Meningkatkan

keseimbangan

perawat,

dengan mengubah berat perawat dari menghilangkan inersia dan memindahkan


kaki depan ke kaki belakang
9.

berat

pada

arah

dimana

pasien

Dorong berlawanan dengan tempat dipindahkan.


tidur menggunakan lengan yang terletak Membagi aktivitas mengangkat pasien
di permukaan tempat tidur

pada posisi duduk antara lengan dan kaki

10. lakukan penyelesaian langkah 1-4

perawat dan melindungi punggung dari


ketegangan. Penompang satu tangan
berlawanan

dengan

matras

dan

mendorong berlawanan dengan matras


seperti pasien terangkat, bagian dari
Membantu

pasien

duduk

disisi beban

tempat tidur

ini

punggung

1.

Lengkapi persiapan langkah 1-5

2.

Tempatkan pasien pada posisi side

akan
dan

diangkat

oleh

dipindahkan

otot

melalui

lengan ke matras.

laying menghadap perawat pada sisi


tempat tidur dimana pasien akan duduk
3.

Tinggikan bagian kepala tempat tidur Mempersiapkan

pasien

untuk

pindah

dengan ketinggian yang di toleransi kesisi tempat tidur dan melindungi pasien
pasien
4.

Berdiri berlawanan dengan pinggul Menurunkan


pasien

5.

dari jatuh.
jumlah

kekuatan

yang

diperlukan pasien dan perawat untuk

Putar diagonal sehingga perawat mengangkat pasien pada posisi duduk.


berhadapan dengan pasien dan berada Menempatkan pusat gravitasi perawat
jauh sudut kaki tempat tidur

6.

mendekati pasien.

Letakkan kaki terbuka dengan kaki Mengurangi perputaran tubuh perawat


terletak kepala tempat tidur berada karena

Page 23

perawat

menghadap

kearah

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

didepan kaki lain


7.

gerakan.

Letakkan lengan terdekat kepala Meningkatkan


tempat

tidur

dibawah

bahu

pasien memungkinkan

menyokong kepala dan leher


8.

keseimbangan
perawat

dan

memindahkan

berat seperti pasien berada posisi duduk

Letakkan lengan lain diatas paha di sisi tempat tidur.


pasien.

Mempertahankan kesejajaran kepala dan


leher saat perawat memposisikan duduk

9.

Pindahkan tungkai bawah pasien dan pada pasien.


kaki diatas sisi tempat tidur

Menyokong

10. Putar kearah bagian belakang tungkai pasien


perawat, memudahkan

pinggul

jatuh

dan

mencegah

kebelakang

selama

tungkai atas prosedur.

pasien mengayun kebawah.

Menurunkan friksi dan tahanan.

11. Pada saat bersamaan tindakan berat


perawat kebagian belakang tungkai dan Memungkinkan
elefasikan pasien

gravitasi

untuk

menurunkan tungkai pasien.

12. Tetap berada di depan pasien sampai


pasien mencapai keseimbangan
13.

Turunkan

ketinggian

Memungkinkah

tempat

perawat

memindahkan

tidur berat dalam gerakan langsung.

sampai kaki pasien menyentuh lantai


14. Lakukan penyelesaian langkah 1-4
Memindahkan

pasien

dari

Mengurangi risiko jatuh

tempat

tidur ke kursi

Menyokong kaki pasien dorso fleksi dan

1.

Lengkapi persiapan langkah 1-5

memungkinkan

2.

Bantu pasien duduk disisi tempat tidur berdiri disisi tempat tidur
Letakkan kursi pada posisi sudut 45

pasien

lebih

mudah

pada tempat tidur


3.

Gunakan transfer belt bila diperlukan


Letakkan kursi untuk member kemudahan
untuk berpindah

4.

Pastikan pasien stabil, sepatu tidak


tergelincir

Membantu

Page 24

perawat

mempertahankan

BAB I
BALUTAN
5.

Lebarkan

CARA MEMBUAT

kaki

perawat

menjadi kestabilan pasien selama pindah dan

terbuka

mengurangi risiko jatuh.


Mengurangi

6.

risiko

terpeleset

selama

Fleksikan pinggul dan lutut perawat, berpindah


luruskan lutut perawat sama dengan Memberikan keseimbangan dengan dasar
lutut pasien

7.

penyokong lebar.

Genggam transfer belt dari bawah Merendahkan pusat gravitasi perawat ke


atau mencapainya melalui aksila pasien objek yang diangkat dan memberikan
dan letakkan tangan di scapula pasien

8.

stabilisasi lutut ketika pasien berdiri.

Tegakkan pasien untuk berdiri pada Mengurangi


hitungan ketiga

dengan

tekanan

aksila

dan

meluruskan mempertahankan kestabilan pasien.

pinggul dan tungkai perawat, jaga lutut


sedikit fleksi

Memberikan momentum tubuh pasien


dan memberikan sedikit usaha otot untuk

9.

Pertahankan stabilitas tungkai lemah mengangkat pasien. Gunakan mekanika


atau paralisis dengan lutut

tubuh yang tepat untuk menaikkan pasien


berdiri.

10. Putar kaki yang terjauh dari kursi

Kemampuan berdiri sering dipertahankan


pada anggota tubuh yang paralisis atau
lemah dengan menyokong lutut untuk

11. Intruksikan pasien untuk menggunakan stabil.


lengan bersandar pada kursi untuk Mempertahankan sokongan pada pasien
topangan

selama mendapatkan ruang yang cukup

12. Fleksikan pinggul dan lutut perawat bagi pasien untuk bergerak.
selama menurunkan pasien ke kursi.

Meningkatkan kestabilan pasien.

13. Kaji kesejajaran pasien yang sesuai


untuk duduk
14. Lakukan penyelesaian langkah 1-4

Mencegah cedera akibat mekanika tubuh

Melakukan dengan 3 orang pembawa

yang buruk.

1.

Lengkapi persiapan langkah 1-5

Mencegah cedera pada pasien akibat

2.

3 perawat yang hampir sama tinggi kesejajaran tubuh yang buruk.


berdiri bersebelahan menghadap sisi

Page 25

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

tempat tidur pasien


3.

Setiap orang bertanggung jawab


untuk 1 dari 3 area : kepala dengan Mencegah perputaran tubuh. Kesejajaran
bahu,

pinggul

dan

paha

dengan tubuh pasien dipertahankan.

pergelangan kaki.
4.

Setiap
sokongan
terdekat

orang
ynag

membuat

lebar

brankar

dasar Mendistribusikan berat badan pasien.

dengan

berada

kaki

didepan

dengan lutut sedikit fleksi.


5.

Lengan

pengangkat

Meningkatkan

keseimbangan

dan

diletakkan menurunkan pusat gravitasi pengangkat.

dibawah kepala dengan bahu, pinggul


dan

paha

dengan

tungkai

bawah,

dengan jari-jari tangan mereka terkunci Mendistribusikan

berat

pasien

diatas

melingkari sisi bagian tubuh pasien lengan bawah pengangkat.


yang lain.
6.

Pengangkat memutar pasien kearah


dada mereka.

7.

Pada hitungan ke 3 pasien diangkat Memindahkan


dan dipegang kearah dada mereka

8.

beban

kerja

kedasar

sokongan pengangkat.

Pada hitungan ke 2 dari 3 perawat Memudahkan pengangkat bekerjasama


melangkah ke belakang dan memutar dan mengangkat pasien dengan aman.
kearah brankar. Memindahkan kedepan Memindahkan badan ke brankar.
jika diperlukan

9.

Perawat menurunkan pasien secara


perlahan ke pusat brankar dengan
memfleksikan lutut dan pinggul mereka Mempertahankan

kesejajaran

tubuh

sampai siku mereka berada setinggi tepi selama pindah.


brankar.
10. Perawat mengkaji kesejajaran tubuh
pasien, menempatkan ikat pinggang
pengaman,

menyilangi

meninggikan sisi bergerak.

pasien

dan Mengurangi risiko cedera maupun jatuh


akibat kesejajaran yang buruk.

Page 26

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

11. Lengkapi penyelesaian langkah 1-4


Penyelesaian pemindahan.
1.

Posisikan pasien pada posisi yang


dipilih.

2.

Cuci tangan

Menguarngi

3.

Observasi pasien untuk menentukan musculoskeletal dari posisi yang tidak


respon

berpindah.

kesejajaran

tubuh

yang

cedera

system

Observasi tepat.
benar dan Mengurangi transmisi infeksi.

adanya tekanan.
4.

risiko

Mengurangi

Catat prosedur pada catatan perawat

risiko

cedera

dari

perpindahan berikutnya dan pengaturan


posisi.
Mendokumentasikan efektivitas asuhan
keperawatan.

Mendukung

diantar tenaga keperawatan.

B. TEKNIK MENGANGKAT PASIEN


1.

Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir,


dan lebih dari setengahnya adalah cidera punggung yang diakibatkan oleh
teknik mengangkat dan membungkuk yang salah (owen dan garg, 1991).

2.

Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat atau


mengubah posisi klien imobilisasi.

3.

Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat


klien / objek yang akan diangkat.

C. Kriteria Dasar Cara Mengangkat Klien


1.

Posisi beban : beban yang akan diangkat sedekat mungkin dengan


klien, posisikan objek seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya
mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama. (stamps,
1989)

Page 27

konsistensi

BAB I
BALUTAN
2.

CARA MEMBUAT

Posisi tubuh : tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga


kelompok otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron.

3.

Berat maksimum : setiap perawat harus mengetahui berat maksimum


yang aman untuk diangkat (aman bagi perawat dan klien)

4.

Objek yang berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35%
berat badan orang yang mengangkat. Misal : pearawt berat badannya
59,1 kg jangan mencoba mengangkat klien dengan berat badan 45,5 kg.
Mengangkat objek dari tempat tidur yang lebih tinggi meningkatkan resiko
karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. untuk meraih
objek yang lebih tinggi, orang sering berdiri berjinjit dengan kakinya
bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat
gravitasi pada akhirnya menurunkan keseimbangan

D. Prosedur Mengangkat yang Tepat


LANGKAH

RASIONAL

1. Kaji berat, posisi, tinggi dan beart Menentukan


maksimum

apakah

anda

mengankat

sendiri atau perlu bantuan

2. Angkat objek dengan benar dari pusat


a. Memindahkan gravitasi lebih dekat

gravitasi.

ke objek
a. Dekatkan pada objek yang akan
b. Mengurangi resiko jatuh

dipindah
b. Tempatkan kedua kaki agak sedikit

c. Mengurangi resiko cedera vertebra


lumbal dan otot ( owen and garg,

terbuka

1991)
c. Turunkan objek gravitasi anda ke
objek yang akan diangkat
3 Angkat objek dengan benar dari atas
a. Mencapai pusat gravitasi lebih dekat

pusat gravitasi tempat tidur

Page 28

BAB I
BALUTAN

a. Gunakan

CARA MEMBUAT

alat

melangkah

yang

ke objek

aman
b. Meningkatkan keseimbangan tubuh
b. Berdiri dekat tempat tidur
c. Mengurangi resiko jatuh
c. Pindahkan objek ke tempat tidur
dengan cepat

E. MEMINDAHKAN PASIEN DARI KURSI RODA KE TEMPAT TIDUR


A. PENGERTIAN:
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan
fungsional untuk berpindah dari kursi roda ke tempat tidur.
B. TUJUAN:
1. Melatih ototo skelet untuk mencegah kontraktur atau sindrom disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang
toleransi dengan kegiatan ini)
C. PERSIAPAN MEMINDAHKAN KLIEN KEATAS TEMPAT TIDUR
1. Kaji tingkat kenyamanan,toleransi aktivitas,kekuatan otot dan mobilisasi
klien
2. Tinggi kan tempat tidur dengan ketinggian yang nyaman untuk bekerja
3. Pindahkan bantal dan alat bantu yang digunakan klien pada posisi
sebelumnya

Page 29

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4. Dapatkan bantuan tambahan bila diperlukan


5. Jelaskan prosedur pada klien
6. Cuci tangan
7. letakkan tempat tidur pada posisi datar dengan roda tempat tidur
terkunci
D. PERSIAPAN LINGKUNGAN
Persiapan lingkungan yang harus di perhatikan adalah:
1. Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (kondusif)
menjaga privacy pasien2. Tutup pintu atau gorden

F. LANGKAH-LANGKAH MEMINDAHKAN KLIEN YANG TAK BERDAYA


KEATAS TEMPAT TIDUR(1 PERAWAT)
1. lengkapi persiapan diatas
2. letakkan klien bersandar dengan bagian kepala tempat tidur
memudahkan perawat mengkajirata.berdiri di satu sisi tempat tidur
kesejajaran tubuh dan mengurangi tarikan gravitasi tubuh klien bagian
atas
mencegah kepala klien membentur tempat tidur3. tempatkan bantal
dibagian kepala tempat tidur
4. mulai pada kaki klien.hadapkan kaki tempat tidur pada sudut
45.letakakan kaki terbuka dengan kaki yang terdekat kepala dari tempat
tidur di belakang kaki yang lain.fleksikan lutut dan pinggul yang diperlukan
untuk membawa lengan perawat setinggi kaki klien.pindahkan berat
badan perawat dari kaki depan ke kaki belakang dan geser kaki
pengaturan posisi dimuilai padaklien sejajar bagian kepala tempat tidur
kaki klien karena lebih ringan dan lebih mudah.menghadap arah gerakan
menjamin keseimbangan yang tepat.pemindahan berat badan perawat
mengurangi gaya yang diperlukan untuk menggerakan beban.gerakan
diagonal memungkinkan menarik sesuai arah gaya.fleksikan lutut
Page 30

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

mendekati pusat gravitasi dan menggunakan otot paha dari pada otot
punggung.
5. bergerak sejajar pada pinggul klien.fleksi lutut dan pinggul yang
diperlukan untuk membawa lengan perawat setinggi pinggul mempertahan
kan kesejajaran tubuh perawat yang sesuai.dekatkanklien objek sedekat
mungkin dengan perawat untuk dipindahkan dan rendahkan pusat
gravitasi.gunakan otot paha daripada otot punggung.
6. meluruskan kaki dan pinggul klien.geser pinggul klien sejajar arah
kepala tempat tidur
7. pindahkan kepala klien dan bahu klien secara parallel.fleksikan lutut
dan pinggul yang diperlukan untuk membawa tinggi lengan dengan tubuh
mempertahan kan kesejajaran tubuh yang sesuai.klien
8. masukkan lengan perawat yang terdekat bagian kepala tempat tidur
kebawah leher klien,dengan tangan memegang kebawah dan menyokong
mempertahankan kesejajaran tubuh dan mencegah cidera selamabahu
pergerakan
9. menyokong berat badan klien dan mengurangi friksiletakakan lengan
perawat yang lain dibawah punggung bawah klien
10.geser tubuh,bahu,kepala dan leher klien secara diagonal kearah
kepala meluruskan kembali tubuh klien disis tempat tidurtempat tidur
11.tinggikan sisi bergerak.pindahkan kesisi tempat tidur yang lain dan
melindungi klien jatuh dari tempat tidurrendahkan sisi bergerak
12.pusat klien ditengah tempat tidur,pindahkan tubuh pada ketiga bagian
mempertahan kan kesejajaran tubuh,memberikan ruang yang cukupyang
sama untuk bergerak,dan ,member keamanan pada klien
G. MEMBANTU KLIEN PINDAH KEATAS TEMPAT TIDUR
(1/2PERAWAT)
1. lengkapi Persiapan
2.letakkan klien bebaring pada bagian kepala tempat tidur memudahkan
perawat mengkaji kesejajaran tubuh.mengurangi tarikanrata gravitasi

Page 31

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

pada tubuh klien bagian atas


mencegah kepala klien membentur tempat tidur3.letakkan bantal
dikepala tempat tidur
4.hadapkan kepala tempat tidur
a.jika 2 perawat membantu klien setiap perawat harus meletakkan satu
lengan nya dibawah bahu klien,dan lengan lain berada dibawah paha
b.posisi alternative.posisi satu perawat dibagian atas tubuh klien.lengan
perawat yang terdekat dengan bagian kepala tempat tidur harus berada
dibawah kepala klien dan berlawanan dengan bahu.lengan lain harus
dibawah lengan terdekat dari bahu klien.posisi perawat lain berada pada
bagian bawah tubuh klien.lengan perawat harus berada dibawah
punggung bagian bawah dan batang tubuh klien
5.letakkan kaki terbuka dengan kaki terbuka dibagian kepala tempat tidur
dibelakang kaki yang lain.
6.minta klien untuk memfleksikan lututnya dengan kaki rata pada tempat
memudahkan klien mnggunakan otot femoral selama bergeraktidur
mencegah hyperekstensi pada leher7.instruksikan klien untuk
memfleksikan lehernya,miringkan dagu kearah dada
meningkatkan mobilisasi klien8.instruksikan klien untuk membantu
dengan mendorong kakinya pada permukaan tempat tidur
9.fleksikan lutut dan pinggul perawat,bawa lengan bawah perawat lebih
dekat tempat tidur
mempersiapakn klien pindah10.instruksikan klien untuk mendorong
dengan tumit
11.pada hitungan ketiga,goyang dan ubah berat dari kaki depan ke kaki
menggoyang memungkinkan perawat mencapai keseimbanganbelakang
H. TEKNIK MEMINDAHKAN KLIEN
a. PERSIAPAN UNTUK TEKNIK MEMINDAHKAN

Page 32

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

a.kaji kekuatan otot,mobilisasi sendi,paralisis atau pareksis,hypotensi


ortostatik,toleransi aktivitas,tingkat kesadaran,tingkat kenyamanan dan
kemampuan klien mengikuti instruksi.
b.siapkan peralatan dan persediaan yang dibutuhkan
mengurangi resiko cidera.-transferbelt(bila diperlikan )
-kursi roda(posisi pada sudut 45 dari tempat tidur,rem
terkinci,memindahkan kaki istirahat,rem tempat tidur terkunci)
-brankar(posisi tempat tidur pada sudut 90,rem brankar terkunci,rem
tempat tidur terkunci)
c.jelaskan prosedur pada klien
d.tututp pintu dan gorden
e.cuci tangan

I. MEMBANTU KLIEN BERJALAN DARI KURSI RODA KETEMPAT


TIDUR
Seperti halnya tindakan lain,membantu pasien berjalan memerlukan
persiapan.perawat mengkaji toleransi terhadap aktivitas,kekuatan,adanya
nyeri,koordinasi dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah
bantuan yang diperlukan pasien.aktivitas ini mungkin memerlukan alat
seperti kruk,tongkat dan walker.namun pada prinsipnya perawat dapat
melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat.
TUJUAN:
1.memulihkan kembali toleransi aktivitas
2.mencegah terjadinya kontraktur sendi dan flaksit otot
PROSEDUR KERJA
1.jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Page 33

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2.cuci tangan
3.minta pasien untuk meletakkan tangan disamping badan atau
memegang telapak tangan perawat
4.berdiri disamping pasien berpegang telapak dan lengan tangan pada
bahu pasien
5.bantu pasien untuk jalan ketempat tidur
6.observasi respon pasien saat berdiri dari kursi roda
7.cuci tangan setelah prosedur dilakukan
8.catat tindakan dan respon pasien
J. MEMBANTU KLIEN DUDUK DITEMPAT TIDUR
a.melengkapi persiapan
b.letakkan klien pada posisi terlentang
c.pindahkan bantal dari tempat tidur klien
d.hadap kebagian kepala tempat tidur
e.letakkan kaki terbuka dengan kaki yang tertdekat tempat tidur
dibelakang kaki yang lain
f.letakkan tangan yang terjauh dari klien dibawah bahu,menyookong
kepala dan vertebra servikal
g.letakkan tangan lainnya diatas permukaan tempat tidur
h.tinggikan klien pada posisi duduk dengan mengubah berat perawat dari
kaki depan ke belakang
i.dorong berlawanan dengan tempat tidur menggunakan lengan yang
terletak dipermukaan tempat tidur
K. PEMINDAHAN PASIEN DARI KURSI RODA KE TEMPAT TIDUR
1.komunikasikan dengan pasien tindakan yang akan di lakukan dan
prosedurnya.
2.bersihkan tempat tidur pasien.
3.cuci tangan
4.pasang handskun
5.dekatkan kursi roda pasien ke tempat tidur.
Page 34

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

6.kunci kursi roda pasien untuk memundahkan memindahkan pasien.


7.angkat kaki pasien secara perlahan
8.suruh pasien memegang bahu perawat
9.bantu pasien berdiri dan berjalan ke tempat tidur
10.pasien di dudukkan di tempat tidur.
11.perawat memegang kaki dan punggung pasien supaya pasien mudah
tidur.
12.setelah pasien nyaman di tempat tidur
13.perawat minta izin untuk mengakhiri pertemuannya dengan perawat.

L. MEMINDAHKAN PASIEN DARI TEMPAT TIDUR KE KURSI RODA


A. PERSIAPAN :
1. Persiapan Alat :
Kursi roda dan handscun atau sarung tangan (jika perlu)
2. Persiapan Pasien :
Pasien berada di tempat tidur
Jelaskan prosedur pada pasien
3. Persiapan Tempat :
Atur posisi tempat tidur pada posisi paling rendah, sampai kaki pasien
bias menyentu pasien, kunci semua roda ban
Letakkan kursi roda sejajar atau sedekat mungkin dengan tempat tidur,
kunci semua roda kursi
B. PELAKSANAAN
1. Bantu pasien di tempat duduk di tepi tempat tidur
2. kaji postural hipotensi
3. itruksikan pasien untuk bergerak ke depan dan duduk di tepi bed
4. intruksikan mencondongkan tubuh ke depan mulai dari pinggul
5. intruksikan meletakkan kaki yang kuat di bawah tepi bed, sedangkan
kaki yang lemah berada di depannya

Page 35

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

6. meletakkan tangan pasien di atas permukaan bed atau diatas kedua


bahu

perawat

7. berdiri tepat di depan pasien, condogkan tubuh ke depan, fleksikan


pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Lebarkan kaki dengan salah satu di
depan dan yang lainnya di belakang
8. lingkari punggung pasien dengan kedua tangan perawat
9. tangan otot gluteal, abdominal, kaki dan otot lengan anda. Siap untuk
melakukan gerakan
10. Bantu pasien untuk berdiri, kemudian bergerak-gerak bersama menuju
korsi roda
11. Bantu pasien untuk duduk, minta pasien untuk membelakangi kursi
roda, meletakkan kedua tangan di atas lengan kursi roda atau tetap pada
bahu perawat
12. minta pasien untuk menggeser duduknya sampai pada posisi yang
paling aman
13. turunkan tatakan kaki, dan letakkan kedua kaki pasien di atasnya
C. EVALUASI
1. dokumentasikan hasil tindakan
2. pastikan posisi pasien berada pada posisi yang paling aman dan
nyaman
3. mencuci tangan
M. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur kekursi Roda
A.

Definisi
Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan

kemampuan fungsiona luntuk berpindah dari tempat tidur kekursi roda.


B. Tujuan
1. Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri pasien
4. Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi
5. Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang
toleransi dengan kegiatan ini)

Page 36

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

6. Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah


baring
7. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik
C. Alat
Kursi roda
D. Langkah
1. Cuci tangan
2. Ucapkan salam kepada pasien
3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan pada klien
4. Kaji kondisi klien
5. Bantu klien keposis iduduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada
sudut 45 derajat terhadap tempat tidur, yakinkan bahwa kurisi ini dalam
posisi terkunci
6. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga
7. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang satabil dan anti slip
8. Regangkan kedua kaki anda
9. Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien
10. Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien
dan tempatkan tangan pada skapula klien
11. Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan
panggul andan dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi
12. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut
anda
13. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara
langsung ke depan kursi
14. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi
untuk menyokong
15. Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi roda
16. Kaji klien untuk kesejajarn yang tepat untuk posisi duduk
17. Posisikan klien pada posisi yang dipilih
18.Observasi
klien
untuk
menentukan
respon
terhadap
pemindahan.Observasi terhadap kesejajaran tubuh yang tepat dan
adanya titik tekan.
19.Tutup salam sebelum meninggalkan klien setelah selesai melakukan
tindakan
20. Cucitangan
21. Catat prosedur dalam catatan keperawatan klien.
2. Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur kebrankart
A. Pengertian

Page 37

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan,


keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau tidak sadar dari tempat
tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.
B. Tujuan
memindahkan

pasien

antar

ruangan

untuk

tujuan

tertentu

(misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dlL).


C. Alat dan Bahan
1. Brankart
2.Bantal bila perlu
D. Prosedur
1. Ikuti protokol standar
2. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat
terhadap tempat tidur
3. Dua atau tiga orang perawat menghadap ke tempat tidur/pasien
4. Silangkan tangan pasien ke depan dada
5. Tekuk lutut anda , kemudian masukkan tangan anda ke bawah
tubuh pasien
6. Perawat pertama meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang

dan

panggul

pasien,

sedangkan

perawat

ketiga

meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.


7. Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-sama dan pindahkan
ke brankar
8. Atur posisi pasien, dan pasang pengaman.

Page 38

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

9. Lengkapi akhir protocol


E.

Pelaksanaan
1.naikkan posisi tempat tidur sampai lebih tinggi dari berangkar
2. Posisikan pasien di tepi tempat tidur,tutupi dengan selimut untuk
kenyamanan dan prevacy
3.minta pasien untuk memfleksikan leher jika memungkinkan dan
meletakkan keduatangan menyilang di atas dada
4. Lakukan persiapan untuk mengangkat pasien. Perawat pertama
meletakkan keduatangan di bawah bagian dada dan leher, perawat kedua
di bawah pinggul, da nperawatketiga di bawah kaki pasien
5.condongkan tubu hkedepan, fleksikan pinggul, lutut dan pergelangan
kaki. Perawa tpertama memberikan intruksi kemudian angkat pasien
secara bersama-sama dari tempat tidur dan pindahkan kebrankar
6.buat pasien merasa nyaman dan angkat pagar berangkar atau
kencangkan sabuk pengaman melintang di ata stubuh pasien.

Page 39

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

OSTEOPOROSIS

A.

Defenisi
Osteoporosis

tulang,

berasal

dan porousberarti

dari

kata osteo dan porous, osteo artinya

berlubang-lubang

atau

keropos.

Jadi,

osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai


sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai
gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang
yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut

WHO

pada International

Consensus

Development

Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan


sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada
akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan
resiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).
Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah
kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan
dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan
kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas
tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).
Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai oleh
penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan
mudah patah. Pada tahun 2001, National Institute of Health (NIH)
mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik
yang ditandai oleh compromised bone strength sehingga tulang mudah
patah (Sudoyo, 2009).

Page 40

BAB I
BALUTAN

B.

CARA MEMBUAT

Epidemiologi

Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan


merupakan problem pada wanita pascamenopause. Osteoporosis di klinik
menjadi penting karena problem fraktur tulang, baik fraktur yang disertai
trauma yang jelas maupun fraktur yang terjadi tanpa disertai trauma yang
jelas.
Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis ,
sepertiganya terjadi pada usia 60-70 th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80
th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau lebih
patah tulang vertabra. Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat
patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka kematian 5 tahun
pertama meningkat sekitar 20 % pada patah tulang nertebra maupun
panggul.
Di Amerika pada tahun 1995 pata tulang aibat osteoporosis menduduki
peringkat 1 dibanding penyakit lain, jumlah 1,5 juta pertahun dengan
patah tulang vertebra terbanyak (750 ribu),hip(250 ribu), wrist(250 ribu),
fraktur lain ( 250 ribu),dengan anggaran meningkat sebesar 13,8 miliar
dollarpertahun(kebanyakan biaya untuk patah tulang hip sebesar 8,7
miliar dollar. Bahkan diperkirakan insiden patah tulang hip meningkat
bermakna 240% pada wanita dan 320% pada pria. Perkiraan pada tahun
2050 menjadi 6,3 juta terbanyak di asia.
C.

Patofisiologi
Kartilago hialin adalah jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan

matrik ekstra selular, 5 % sel konrosit. Fungsinya sebagai penyangga juga


pelumas sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat pergerakan sendi.
Apabila

kerusakan

jaringan

rawan

sendi

lebih

cepat

dari

kemampuannya untuk memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan


kehilangan pelumas sehingga kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang

Page 41

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut. Setelah terjadi kerusakan


tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah.
D.

Etiologi

Beberapa penyebab osteoporosis dalam (Junaidi, 2007), yaitu:


1. Osteoporosis pascamenopause terjadi

karena

kurngnya

hormon

estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur


pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada
perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih
cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3
tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah
meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 13% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
2.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan


kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara
kecepatan

hancurnya

tulang (osteoklas) dan

pembentukan

tulang

baru(osteoblast). Senilis berati bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan 2 kali lebih sering wanita. Wanita sering kali menderita
osteoporosis senilis dan pasca menopause.
3.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis


sekunder yang disebakan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan
hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan
(mislnya kortikosteroid, barbiturat, anti kejang, dan hormon tiroid yang
berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dapat memperburuk
keadaan ini.

4.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang


penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

Page 42

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

E. Klasifikasi
Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu :
1)

Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal
pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.

2)

Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar
tulang
F. Manifestasi Klinis
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1.

Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2.

Nyeri timbul mendadak.

3.

Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4.

Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5.

Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan
aktivitas.

6.

Deformitas vertebra thorakalis (Penurunan tinggi badan)


G. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang
pada usia lanjut

1.

Determinan Massa Tulang

a.

Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan
tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang
lain kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai
struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa Kaukasia. Jacii
seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika),
relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.

Page 43

BAB I
BALUTAN
b.

CARA MEMBUAT

Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor
genetk. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan
berkurangnya beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang.
Kedua hal tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban
mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan juga
massa tulang yang besar. Sebagai contoh adalah pemain tenis atau
pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun
tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya, sebaliknya atrofi baik
pada otot maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus
istrahat di tempat tidur dalam waktu yang lama, poliomielitis atau pada
penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian belum diketahui dengan
pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa lama
untuk meningkatkan massa tulang di sampihg faktor genetik.

c.

Faktor makanan dan hormone


Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup
(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal
sesuai

dengan

pengaruh

genetik

yang

bersangkutan.

Pemberian

makanan yang berlebih (misalnya kalsium) di atas kebutuhan maksimal


selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan
sesuai dengan kemampuan genetiknya.
2.
a.

Determinan penurunan Massa Tulang


Faktor genetik
Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat
risiko fraktur dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat
ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang
normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu
dengan tulang yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa
tulang (osteoporosis) sehubungan dengan lanjutnya usia, maka individu

Page 44

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak dari pada individu
yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama.
b.

Faktor mekanis
Faktor mekanis mungkin merupakan yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun
demikian telah terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis
dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan
menurun dengan bertambahnya usia; dan karena massa tulang
merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.

c.

Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses
penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang
sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri menopause, dengan
masukan

kalsiumnya

rendah

dan

absorbsinya

tidak

bak,

akan

mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang


mereka yang masukan kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik,
menunjukkan keseimbangan kalsium positif. Dari keadaan ini jelas, bahwa
pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat antara masukan
kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya.
Pada wanita dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan
terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta eksresi melalui
urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan estrogen pada
masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang negatif,
sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
penurunan

massa

tulang.

Makanan

yang

kaya

protein

akan

mengakibatkan ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui


urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada umumnya protein
tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila

Page 45

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan


mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan
yang

mengandung

protein

berlebihan

akan

mengakibatkan

kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negative.


e.

Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh
karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

f.

Rokok dan kopi


Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan
kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan
massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

g.

Alkohol
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.
Individu dengan

alkoholisme

mempunyai

kecenderungan

masukan

kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat.


Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a.

Pemeriksaan radiologik
Dilakukan untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.
Gambaran radiologik yang khas pada osteoporosis adalah penipisan
korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.Hal ini akan tampak pada
tulang-tulang

vertebra

yang

memberikan

gambaran picture-frame

vertebra.
b.

Pemeriksaan densitas massa tulang (Densitometri)

Page 46

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Densitometri tulang merupakan pemeriksaan yang akurat dan untuk


menilai

densitas

massa

tulang,

seseorang

dikatakan

menderita

osteoporosis apabila nilai BMD ( Bone Mineral Density ) berada dibawah


-2,5 dan dikatakan mengalami osteopenia (mulai menurunnya kepadatan
tulang) bila nilai BMD berada antara -2,5 dan -1 dan normal apabila nilai
BMD berada diatas nilai -1.
Beberapa metode yang digunakan untuk menilai densitas massa tulang:
1.

Single-Photon Absortiometry (SPA)


Pada SPA digunakan unsur radioisotop I yang mempunyai energi photon
rendah guna menghasilkan berkas radiasi kolimasi tinggi. SPA digunakan
hanya untuk bagian tulang yang mempunyai jaringan lunak yang tidak
tebalseperti distal radius dan kalkaneus.

2.

Dual-Photon Absorptiometry (DPA)


Metode ini mempunyai cara yang sama dengan SPA. Perbedaannya
berupa sumber energi yang mempunyai photon dengan 2 tingkat energi
yang berbeda guna mengatasi tulang dan jaringan lunak yang cukup tebal
sehingga dapat dipakai untuk evaluasi bagian-bagian tubuh dan tulang
yang mempunyai struktur geometri komplek seperti pada daerah leher
femur dan vetrebrata.

3.

Quantitative Computer Tomography (QCT)


Merupakan densitometri yang paling ideal karena mengukur densitas
tulang secara volimetrik.

c.

Sonodensitometri
Sebuah metode yang digunakan untuk menilai densitas perifer dengan
menggunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi.

d. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dalam menilai densitas tulang trabekula melalui dua langkah yaitu
pertama T2 sumsum tulang dapat digunakan untuk menilai densitas serta
kualitas jaringan tulang trabekula dan yang kedua untuk menilai arsitektur
trabekula.
e.

Biopsi tulang

Page 47

BAB I
BALUTAN
f.

CARA MEMBUAT

Histomorfometri merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk


memeriksa kelainan metabolisme tulang.

g.

Radiologis
Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus
vertebra biasanya merupakan lokasi yang paling berat. Penipisa korteks
dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering
ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang
menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan
menyebabkan deformitas bikonkaf.

h.

CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang
mempunyai nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral
vertebra diatas 110 mg/cm3baisanya tidak menimbulkan fraktur vetebra
atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65 mg/cm 3 ada
pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

i.

Pemeriksaan Laboratorium

1.

Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2.

Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct


(terapi ekstrogen merangsang pembentukkan Ct)

3.
4.

Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.


Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat
kadarnya.
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1.

Pengobatan

Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan


pembentukan tulan adalah Na-fluorida dan steroid anabolik

2.

Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat


resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.

1.

Penatalaksanaan keperawatan

Membantu klien mengatasi nyeri.

Page 48

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2.

Membantu klien dalam mobilitas.

3.

Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.

4.

Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.


J. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda,
hal ini bertujuan:

1.

Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal

2.

Mengatur makanan dan life style yg menjadi seseorang tetap bugar


seperti:

a.

Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

b.

Latihan teratur setiap hari

c.

Hindari :

1.

Makanan tinggi protein

2.

Minum alkohol

3.

Merokok

4.

Minum kopi

5.

Minum antasida yang mengandung aluminium


K. Komplikasi
Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi
panas, rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan
fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur
daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan frakturcolles pada
pergelangan tangan
L. Prognosis
Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan
pada

pria

dan

wanita.

Kompresi

fraktur

pada

tulang

menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pernafasan.


II.

Konsep Keperawatan

Page 49

belakang

BAB I
BALUTAN
1.

CARA MEMBUAT

Pengkajian

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


a.

Kaji pengetahuan pasien tentang penyakit

b.

Kebiasaan minum alkohol, kafein

c.

Riwayat keluarga dengan osteoporosis

d. Riwayat anoreksia nervosa, bulimia


e.

Penggunaan steroid
2) Pola nutrisi metabolic
Inadekuat intake kalsium
3) Pola aktivitas dan latihan

a.

Fraktur

b.

Badan bungkuk

c.

Jarang berolah raga


4) Pola tidur dan istirahat
Tidur terganggu karena nyeri
5) Pola persepsi kognitif
Nyeri punggung
6) Pola reproduksi seksualitas
Menopause
7) Pola mekanisme koping terhadap stress
Stres, cemas karena penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan

1) Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh


2) Nyeri b.d adanya fraktur
3) Konstipasi b.d imobilitas

Page 50

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi


3.

Perencanaan

1) Risti injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh


HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh
Intervensi:

Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.

R/. lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan
mengakibatkan fraktur

Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu


jalan atau tongkat.

R/. Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia

Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari
pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.

R/. Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang


sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.

Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara


perlahan dan tidak mengangkat beban yang berat.

R/. Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur compression


vertebral pada klien dengan osteoporosis

Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D)


dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.

R/ Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah


kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.

Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.

R/. kafein berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan dalam


urine;

alkohol berlebihan

meningkatkan

asidosis, meningkatkan

reabsorpsi tulang.

Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.

R/. rokok meningkatkan asidosis

Page 51

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2) Nyeri b.d adanya fraktur


HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri,
dan nyeri berkurang sampai hilang.
Intervensi:

Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.

R/. menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk


mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien

R/. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat


tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa
hari.

Beri kasur padat dan tidak lentur.

R/. Memberikan rasa nyaman bagi klien

Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.

R/. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi


otot.

Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.

R/. kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi otot.

Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh


sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.

R/. Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.

Bantu klien untuk turun dari tempat tidur.


Pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi
sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan

kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.


Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di
luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk
mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur

abnormal pada otot yang melemah.


Opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah
awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non
opoid dapat mengurangi nyeri.

Page 52

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

3) Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi


HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam
seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2
Intervensi:

Kaji pola elimeinasi bab klien

R/. menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi bab

Berikan diet tinggi serat.

R/. Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan meminimalkan


kostipasi

Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.

R/. Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau meminimalkan


konstipasi.

Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila
terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami

ileus.
Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja
sesuai ketentuan

R/. Membantu meminimalkan konstipasi


4) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
HYD: meningkatkan pengetahuan klien tentang osteoporosis, cara
pencegahan dan program tindakan
Intervensi:

Kaji tingkat pengetahuan klien tentang osteoporosis.

Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


oeteoporosis.

Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.


Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup
seperti Pengurangan kafein, rokok dan alkohol.

R/. Hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.

Page 53

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Anjurkan dan ajarka cara latihan aktivitas fisik sesuai kemampuan


klien.

R/. Latihan aktivitas merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang


dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.

Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,


sinar matahari. R/. Kebutuhan kalsium, vitamin D, terpapar sinar
matahari

pagi

yang

memadai

dapat meminimalkan

efek

oesteoporosis.
Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.
Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek
samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien
sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk
mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan
cairan yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu
ginjal.

Page 54

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

PEMASANGAN GIPS

DAN TRAKSI

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa tulang, misalnya femur mempunyai kekuatan otot yang
kuat sehingga reposisi tidak tepat dapat dilakukan sekaligus. Traksi
adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi digunakan untuk
meminimalkan

spasme

otot,

untuk

mereduksi,

menyejajarkan,

mengimobilisasi fraktur, mengurangi deformitas, dan untuk menambah


ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang. Untuk itu, traksi
diperlukan untuk reposisi dan imobilisasi pada tulang panjang.
Traksi digunakan untuk menahan kerangka pada posisi sebenarnya,
penyembuhan, mengurangi nyeri, mengurangi kelainan bentuk atau
perubahan bentuk. Penanganan nyeri dan pencegahan komplikasi adalah
dua kunci tugas perawat dalam perawatan traksi. Komplikasi yang terjadi
berhubungan dengan penggunaan traksi dan pembatasan gerak, jika klien
obesitas, cachetic, tua, anak muda, diabetes, dan perokok (Altman, 1999).
Kadang traksi harus dipasang dengan arah yang lebih dari satu
untuk mendapatkan garis tarikan yang diinginkan. Efek traksi yang
dipasang harus dievaluasi dengan sinar-X, dan mungkin diperlukan
penyesuaian. Indikasi traksi adalah pada pasien fraktur dan atau dislokasi.
Bila otot dan jaringan lunak sudah rileks, berat yang digunakan harus
diganti untuk memperoleh gaya tarikan yang diinginkan.

Page 55

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

B. Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi traksi.
2.
Untuk mengetahui tujuan pemasangan traksi.
3.
Untuk mengetahui jenis-jenis traksi.
4.
Untuk mengetahui prinsip-prinsip traksi efektif.
5.
Untuk mengetahui komplikasi pemasangan traksi dan pencegahannya.
6.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pemasangan traksi.
II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Traksi adalah penggunaan kekuatan penarikan pada bagian tubuh.
Ini dicapai dengan memberi beban yang cukup untuk mengatasi penarikan
otot.
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot.
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh. Traksi
digunakan

untuk

meminimalkan

spasme

otot;

untuk

mereduksi,

menyejajarkan dan mengimbolisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas;


dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan
tulang. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan
untuk mendapatkan efek terapeutik.
B. Tujuan
Tujuan pemasangan traksi pada klien yang mengalami gangguan
musculoskeletal adalah mobilisasi tulang belakang servikal, reduksi
dislokasi/subluksasi, distraksi interforamina vertebrae, dan deformitas.
C. Jenis-Jenis Traksi
Traksi lurus atau langsung, memberikan gaya tarikan dalam satu
garis lurus dengan bagian tubuh berbaring di tempat tidur. Traksi ekstensi
Buck dan traksi pelvis merupakan contoh traksi lurus. Traksi suspensi
seimbang memberi dukungan pada ekstrimitas yang sakit di atas tempat
tidur sehingga memungkinkan mobilisasi klien sampai batas tertentu tanpa
terputusnya garis tarikan. Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit)
atau langsung ke skelet tubuh (traksi skelet). Traksi dapat dipasang
dengan tangan (traksi manual), dan merupakan traksi sementara yang
bisa digunakan pada saat pemasangan gips.
1. Traksi kulit

Page 56

BAB I
BALUTAN
Traksi

CARA MEMBUAT

kulit

digunakan

untuk

mengontrol

spasme

kulit

dan

memberikan imobilisasi. Bila dibutuhkan beban traksi yang berat dan


dalam waktu yang lama, sebaiknya gunakan traksi skelet. Traksi kulit
terjadi akibat beban menarik tali, spon karet atau bahan kanvas yang
diletakkan ke kulit. Traksi pada kulit meneruskan traksi ke struktur
musculoskeletal. Beratnya beban yang dipasang sangat terbatas, tidak
boleh melebihi toleransi kulit, tidak lebih dari 2-3 kg. traksi pelvis
umumnya 4,5-9 kg, tergantung berat badan klien (Smeltzer, 2002).
Menurut Sjamsuhidayat (1997), beban tarikan pada traksi kulit tidak
boleh melebihi 5 kg, karena bila beban berlebih kulit dapat mengalami
nekrosis akibat tarikan yang terjadi karena iskemia kulit. Pada kulit yang
tipis, beban yang diberikan lebih kecil lagi dan pada orang tua tidak boleh
dilakukan traksi kulit. Traksi kulit banyak dipasang pada anak-anak karena
traksi skelet pada anak dapat merusak cakram epifisis. Jadi beratnya
beban traksi kulit antara 2-5 kg.
Lama traksi, baik traksi kulit maupun traksi skelet bergantung pada
tujuan traksi. Traksi sementara untuk imobilisasi biasanya hanya beberapa
hari, sedangkan traksi untuk reposisi beserta imobilisasi lamanya sesuai
dengan lama terjadinya kalus fibrosa. Setelah terjadi kalus fibrosa,
ekstremitas diimobilisasi dengan gips. Traksi kulit apendikuler (hanya
pada ekstremitas) digunakan pada orang dewasa, termasuk traksi
ekstensi Buck, traksi Russel, dan traksi Dunlop.
Traksi Buck, ekstensi Buck (unilateral atau bilateral) adalah bentuk
traksi kulit di mana tarikan diberikan pada satu bidang bila hanya
imobilisasi parsial atau temporer yang diinginkan. Traksi Buck digunakan
untuk memberikan rasa nyaman setelah cedera pinggul sebelum
dilakukan fiksasi bedah. Sebelumnya inspeksi kulit dari adanya abrasi dan
gangguan peredaran darah. Kulit dan peredaran darah harus salam
keadaan sehat agar dapat menoleransi traksi. Kulit harus bersih dan
kering sebelum boot spon atau pita traksi dipasang.
Traksi Russel, traksi Russel dapat digunakan untuk fraktur pada
plato tibia, menyokong lutut yang fleksi pada penggantung dan
memberikan gaya tarikan horizontal melalui pita traksi dan balutan elastis

Page 57

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

ke tungkai bawah. Bila perlu, tungkai dapat disangga dengan bantal agar
lutut benar-benar fleksi dan menghindari tekanan pada tumit.
Traksi Dunlop, adalah traksi yang digunakan pada ekstremitas
atas. Traksi horizontal diberikan pada humerus dalam posisi abduksi, dan
traksi vertikal diberikan pada lengan bawah dalam posisi fleksi. Untuk
menjamin traksi kulit tetap efektif, harus dihindari adanya lipatan dan
lepasnya balutan traksi dan kontraksi harus tetap terjaga. Posisi yang
benar harus dipertahankan agar tungkai atau lengan tetap dalam posisi
netral. Untuk mencegah pergerakan fragmen tulang satu sama lain, klien
dilarang memiringkan badannya namun hanya boleh bergeser sedikit.
Traksi kulit dapat menimbulkan masalah risiko, seperti kerusakan kulit,
tekanan saraf, dan kerusakan sirkulasi.
Traksi kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit. Kulit yang sensitif dan
rapuh pada lansia harus diidentifikasi pada pengkajian awal. Reaksi kulit
yang berhubungan langsung dengan plester dan spon harus dipantau
ketat. Traksi kulitt harus dipasang dengan kuat agar kontak dengan plester
dan spon tetap erat. Gaya geseran pada kulit harus dicegah. Plester traksi
harus dipalpasi setiap hari untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Pada
ekstremitas bawah, tumit, dan tendo achilles harus diinspeksi beberapa
kali sehari.
Boot spon harus diangkat untuk melakukan inspeksi tiga kali sehari.
Perlu bantuan perawat lain untuk menyangga ekstremitas selama
inspeksi. Lakukan perawatan punggung minimal tiap dua jam untuk
mencegah ulkus dekubitus. Gunakan kasur udara, busa densitas padat
untuk meminimalkan terjadinya ulkus kulit.
Lakukan perawatan ekstremitas bawah untuk mencegah penekanan
saraf proneus pada titik ketika melewati sekitar leher fibula tepat di bawah
lutut. Tekanan itu dapat menyebabkan footdrop. Klien ditanya tentang
sensasi perabaannya, minta klien untuk menggerakkan jari dan kakinya.
Kelemahan dorsofleksi menunjukkan fungsi saraf proneus kommunis.
Plantar fleksi menunjukkan fungsi saraf tibialis.
Bila traksi kulit dipasang di lengan, daerah di sekitar siku di mana
saraf ulnaris berada tidak boleh dibalut terlalu kuat. Fungsi saraf ulnaris

Page 58

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

dapat dikaji dengan abduksi aktif jari kelingking dan sensasi rabaan pada
sisi ulnar jari kelingking.
Selain risiko komplikasi kerusakan kulit dan tekanan saraf di atas,
kerusakan sirkulasi juga harus mendapat perhatian. Setelah traksi kulit
terpasang, kaku atau tangan diisnpeksi dari adanya gangguan peredaran
darah dalam beberapa menit hingga satu sampai dua jam. Denyut perifer
dan warna, pengisian kapiler, serta suhu jari tangan atau jari kaki harus
dikaji. Kaji adanya nyeri tekan pada betis dan adanya tanda Homan positif
yang merupakan tanda adanya thrombosis vena dalam. Anjurkan klien
untuk melakukan latihan tangan dan kaki setiap jam.
2.

Traksi Skelet
Metode ini sering digunakan untuk menangani fraktur femur, tibia,
humerus, dan tulang leher. Traksi dipasang langsung ke tulang dengan
menggunakan pin metal atau kawat (missal Steinmans pin, Kirchner wire)
yang dimasukkan ke dalam tulang di sebelah distal garis fraktur,
menghindari saraf, pembuluh darah, otot, tendon, dan sendi. Tong yang
dipasang di kepala (missal Gardner-Wells tong) difiksasi di kepala untuk
memberikan traksi yang mengimobilisasi fraktur leher.
Traksi skelet biasanya menggunakan beban 7-12 kg untuk mencapai
efek terapi. Beban yang dipasang biasanya harus dapat melawan daya
pemendekan akibat spasme otot yang cedera. Ketika otot rileks, beban
traksi dapat dikurangi untuk mencegah terjadinya dislokasi garis fraktur
dan

untuk

mencapai

penyembuhan

fraktur.

Mengutip

pendapat

Sjamsuhidajat (1997), bahwa beban traksi untuk reposisi tulang femur


dewasa biasanya 5-7 kg, pada dislokasi lama panggul bisa sampai 15-20
kg.
Kadang-kadang traksi skelet bersifat seimbang, yang menyokong
ekstremitas terkena, memungkinkan klien dapat bergerak sampai batasbatas tertentu, dan memungkinkan kemandirian klien maupun asuhan
keperawatan, sementara traksi yang efektif tetap dipertahankan. Bebat
Thomas dengan pengait Pearson sering digunakan dengan traksi kulit dan
aparatus suspense seimbang lainnya.
Untuk mempertahankan traksi tetap efektif, pastikan tali tetap terletak
dalam alur roda pada katrol, tali tidak rusak, pemberat tetap tergantung
Page 59

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

dengan bebas, dan simpul pada tali terikat dengan erat. Evaluasi posisi
klien, karena klien yang merosot ke bawah dapat menyebabkan traksi
tidak efektif. Beban tidak boleh diambil dari traksi skelet kecuali jika terjadi
keadaan

yang

membahayakan

jiwa.

Bila

beban

diambil,

tujuan

penggunaannya akan hilang dan dapat terjadi cedera.


Kesejajaran tubuh klien harus diajaga agar tarikannya efektif. Kaki
diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat dicegah terjadinya footdrop
(plantar fleksi), rotasi ke dalam (inversi). Kaki klien harus disangga dalam
posisi netral dengan alat ortopedi.
Perlu dipasang pegangan di atas tempat tidur, agar klien mudah
untuk berpegangan. Alat itu sangat berguna untuk membantu klien
bergerak dan defekasi di tempat tidur, serta menaikkan pinggul dari
tempat tidur untuk memudahkan perawatan punggung. Lindungi tumit dan
lakukan

inspeksi,

karena

klien

sering

menggunakannya

sebagai

penyangga, sehingga dapat menyebabkan cedera pada jaringan tersebut.


Tempat penusukan pin (lika) perlu dikaji. Lakukan inspeksi paling sedikit
tiap delapan jam dari adanya tanda inflamasi dan bukti adanya infeksi.
Pada klien terpasang traksi perlu melakukan latihan, berguna untuk
menjaga kekuatan dan tonus otot, serta memperbaiki peredaran darah.
Latihan dilakukan sesuai kemampuan. Latihan aktif meliputi menarik
pegangan di atas tempat tidur, fleksi dan ekstensi kaki, latihan rentang
gerak, dan menahan beban bagi sendi yang sehat. Pada ekstremitas yang
diimbilisasi, lakukan latihan kuadrisep dan pengesetan gluteal.
Dorong klien untuk melakukan latihan fleksi dan

ekstensi

pergelangan kaki dan kontraksi isometrik oto-otot betis, sebnayak 10 kali


tiap jam saat klien terjaga, dapat mengurangi risiko thrombosis vena
dalam. Dapat juga diberikan stoking elastic, alat kompresi, dan terapi
antikoagulan untuk mencegah terbentuknya thrombus.
Pengangkatan pin dapat dilakukan setelah sinar-X menunjukkan
terbentuknya kalus. Pin dipotong sedekat mungkin dengan kulit dan
diangkat oleh dokter kemudian dipasang gips atau bidai untuk melindungi
tulang yang sedang proses penyembuhan.
D. Prinsip-Prinsip Traksi Efektif

Page 60

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pemasangan traksi menimbulkan adanya kontratraksi. Kontratraksi


adalah gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. Umumnya berat
badan klien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu memberikan
konstratraksi. Kontratraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.
Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur
efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi
spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermitten.
Prinsip traksi efektif adalah sebagai berikut:
1. Traksi skelet tidak boleh putus
2. Beban tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermitten
3. Tubuh klien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur
4.
5.

ketika traksi dipasang


Tali tidak boleh macet
Beban harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat

6.

tidur atau lantai


Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki
tempat tidur.

E. Komplikasi dan Pencegahan


Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi yang timbul pada klien
yang terpasang traksi adalah sebagai berikut.
1. Dekubitus

Periksa kulit dari adanya tanda tekanan dan lecet, kemudian berikan

intervensi awal untuk mengurangi tekanan.


Perubahan posisi dengan sering dan memakai alat pelindung kulit

(misal pelindung siku) sangat membantu perubahan posisi.


Konsultasikan penggunaan tempat tidur khusus untuk mencegah

kerusakan kulit.

Bila sudah ada ulkus akibat tekanan, perawat harus konsultasi dengan
dokter atau ahli terapi enterostomal, mengenai penanganannya.
2. Kongesti Paru dan Pneumonia

Auskultasi paru untuk mengetahui status pernapasan klien

Ajarkan klien untuk napas dalam dan batuk efektif

Konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan terapi khusus,


misalnya

spirometri

insentif,

bila

riwayat

klien

dan

data

dasar

menunjukkan klien berisiko tinggi mengalami komplikasi pernapasan


Bila telah terjadi masalah pernapasan, perlu diberikan terapi sesuai

3.

order.
Konstipasi dan Anoreksia

Page 61

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Diet tinggi serat dan tinggi cairan dapat membantu merangsang

motilitas gaster.
Bila telah terjadi konstipasi, konsultasikan dengandokter mengenai

penggunaan pelunak tinja, laksatif, suppositoria, dan enema.

Kaji dan catat makanan yang disukai klien dan masukkan dalam
progam diet sesuai kebutuhan
4. Stasis dan infeksi saluran kemih

Pantau masukan dan keluaran berkemih

Anjurkan dan ajarkan klien untuk minum dalam jumlah yang cukup dan

berkemih tiap 2-3jam sekali.


Bila tampak tanda dan gejala terjadi infeksi saluran kemih,

konsultasikan dengan dokter untuk menanganinya.


5. Trombosis vena profunda

Ajarkan klien untuk latihan tumit dan kaki dalam batas traksi

Dorong untuk minum yang banuak untuk mencegah dehidrasi dan

hemokonsentrasi yang menyertainya, yang akan menyebabkan stasis.


Pantau klien dari adanya tanda-tanda trombosis vena dalam dan
melaporkannya ke dokter untuk menentukan evaluasi dan terapi.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Traksi membatasi

mobilitas dan kemandirian

klien. Dampak

psikologik dan fisiologik masalah muskiloskeletal dengan terpasangnya


alat traksi harus dipertimbangkan. Perlatan sering terlihat mengerikan dan
pemasangannya

tampak

menakutkan

bagi

klien.

Kebingungan,

disorientasi, dan masalah perilaku dapat terjadi pada klien yang


terkungkung pada tempat terbatas dalam waktu yang cukup lama. Tingkat
ansietas klien dan respons psikologis terhadap traksi harus dikaji dan
sdipantau.
Bagian tubuh yang ditraksi harus dikaji. Status neurovaskular (misal
warna, suhu, dan pengisian kapiler) dievaluasi dan dibandingkan dengan
ekstremitas yang sehat. Intregritas kulit harus dilengkapi sebagai data
dasar, dan dilakukan pengkajian terus-menerus. Imobilisasi dapat
menyebabkan

terjadinya

masalah

pada

system

kulit,

respirasi,

gastrointestinal, perkemihan, dan kardiovaskular. Masalah tersebut dapat


berupa ulkus akibat tekanan, kongesti paru, stasis pneumonia, konstipasi,
kehilangan nafsu makan, stasis kemih, dan infeksi saluran kemih.

Page 62

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Adanya nyeri tekan betis, hangat, kemerahan, bengkan, atau tanda


Homan positif (tidak nyaman ketika kaki didorsofleksi dengan kuat)
mengarahkan adanya trombosis vena dalam. Identifikasi awal masalah
yang telah timbul dan sedang berkembang memungkinkan dilakukan
intervensi segera untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan pada klien menggunakan traksi menurut
Atlman (1999), adalah kerusakan mobilitas fisik, nyeri, dan risiko
kerusakan integritas kulit. Sedangkan menurut Smeltzer (2002), diagnosis
keperawatan utama yang dapat ditemukan pada klien yang dipasang
traksi adalah kurang pengetahuan mengenai program terapi, ansietas
berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi, nyeri dan
ketidaknyamanan

berhubungan

dengan

traksi,

imobilisasi,

kurang

perawatan diri: makan, higiene, atau toileting berhubungan dengan traksi,


dan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit traksi.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan diagnosis
keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan traksi adalah
a.
b.
c.
d.

sebagai berikut.
Kurang pengetahuan mengenai program terapi
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan traksi dan imobilisasi
Kurang pearwatan diri: makan, higiene, atau toileting berhubungan

dengan traksi
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit dan
f.

traksi
Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pertahanan primer
tidak efektif, pembedahan.

3.

Intervensi
Berikut ini merupaka rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan traksi, meliputi diagnosis keperawatan, tindakan keperawatam,
dan kriteria keberhasilan tindakan (kriteria evaluasi).
Dx 1: Kurang pengetahuan mengenai program terapi
Tindakan
1. Diskusikan masalah patologik
Kriteria Evaluasi:
2.
Jelaskan alasan pemberian terapi Klien
menunjukkan
traksi

pemahaman

Page 63

terhadap

BAB I
BALUTAN
3.

Ulangi

CARA MEMBUAT

dan

berikan

informasi program terapi:

Menjelaskan

tujuan
sesering mungkin
4. Dorong partisipasi aktif klien dalam traksi

Berpartisipasi dalam
rencana perawatan
rencana perawatan
Dx 2:Ansietas berhubungan dengan status kesehatan dan alat traksi.
Tindakan
Jelaskan prosedur, tujuan dan Kriteria Evaluasi
Klien menunjukkan penurunan
implikasi pemasangan traksi
2.
Diskusikan bersama klien ansietas:

Berpartisipasi aktif dalam


tentang apa yang dikerjakan dan
perawatan
mengapa perlu dilakukan

Mengekspresikan perasaan
3. Lakukan kunjungan yang sering
dengan aktif
setelah pemasangan traksi.
4. Dorong klien mengekspresikan
1.

perasaan dan dengarkan dengan


5.

aktif.
Anjurkan keluarga dan kerabat

untuk sering berkunjung


6. Berikan aktivitas pengalih.
Dx 3: Nyeri berhubungan dengan traksi dan imobilisasi
1.

Tindakan
Berikan penyangga berupa papan pada tempat Kriteria Evaluasi

tidur dari kasur yang padat.


2.
Gunakan bantalan kasur
3.

Klien menyebutkan peningkatan


khusus

untuk

meminimalkan terjadi ulkus.

Miringkan dan rubah posisi klien dalam batas-

batas traksi.

4. Bebaskan linen tempat tidur dari lipatan dan

kenyamanan:
Mengubah

posisi

sesering mungkin
Kadang-kadang
analgesik oral.

kelembaban
5. Observasi setiap keluhan klien.

Dx 4: Kurang perawatan diri (makan, higiene, atau toileting)


berhubungan dengan traksi.
Tindakan

Page 64

sendiri
meminta

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. Bantu klien memenuhi kebutuhan Kriteria Evaluasi


Klien
mampu
melakukan
sehari-harinya seperti makan,
perawatan diri:
mandi, dan berpakaian.

Memerlukan sedikit bantuan


2. Dekatkan alat bantu di samping
pada saat makan, mandi,
klien
3. Tingkatkan rutinitas untuk me- berpakaian, dan toileting.
maksimalkan kemandirian klien.
Dx 5: Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan proses penyakit
dan traksi
Tindakan
1. Dorong klien untuk melakukan Kiteria Evaluasi
Klien menunjukkan mobilitas
latihan otot dan sendi yang tidak
yang meningkat:
diimobilisasi

Melakukan latihan yang


2.
Anjurkan klien untuk mengdianjurkan
gerakkan secara aktif semua

Menggunakan alat bantu


sendi.
yang aman.
3.
Konsultasikan dengan ahli
4.

fisioterapi.
Pertahankan gaya tarikan dan
posisi

yang

menghindari

benar
komplikasi

untuk
akibat

ketidaksejajaran.
4.

Implementasi
Implementasi atau pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh
perawat, melaksanakan anjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari
rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih dahulu harus mengecek
kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan data bila
terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan
pasien.
Diagnosa

Tindakan
1.
Kurango Mendiskusikan masalah patologik
o Menjelaskan alasan pemberian terapi traksi
pengetahuan
o Mengulangi dan memberi informasi sesering
Page 65

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

mengenai

program mungkin
o Mendorong partisipasi aktif klien dalam

terapi

rencana perawatan
Ansietaso Menjelaskan prosedur, tujuan dan implikasi

2.

berhubungan dengan
status kesehatan dan

pemasangan traksi
o Mendiskusikan bersama klien tentang apa
yang

alat traksi.

dikerjakan

dan

mengapa

perlu

dilakukan
o Melakukan kunjungan yang sering setelah
pemasangan traksi.
o Mendorong klien mengekspresikan perasaan
dan dengarkan dengan aktif.
o Menganjurkan keluarga dan kerabat untuk

3.

sering berkunjung
o Memberikan aktivitas pengalih.
Nyeri berhubungan o Memberikan penyangga berupa papan pada
dengan

traksi

dan

imobilisasi

tempat tidur dari kasur yang padat.


o Menggunakan bantalan kasur khusus untuk
meminimalkan terjadi ulkus.
o Memiringkan dan rubah posisi klien dalam
batas-batas traksi.
o Membebaskan linen tempat tidur dari lipatan

4.

dan kelembaban
o Mengobservasi setiap keluhan klien.
Kurang perawatan o Membantu klien memenuhi kebutuhan
diri (makan, higiene,
atau

toileting)

fisik

berhubungan

sehari-harinya seperti makan, mandi, dan

berpakaian.
o Mendekatkan alat bantu di samping klien
berhubungan dengan
o
Meningkatkan
rutinitas
untuk
metraksi.
maksimalkan kemandirian klien.
5. Gangguan mobilitas o Mendorong klien untuk melakukan latihan
dengan

proses

penyakit dan traksi

otot dan sendi yang tidak diimobilisasi


o Menganjurkan klien untuk meng-gerakkan
secara aktif semua sendi.
o Mengkonsultasikan dengan ahli fisioterapi.
o Mempertahankan gaya tarikan dan posisi
yang benar untuk menghindari komplikasi
akibat ketidaksejajaran.

Page 66

BAB I
BALUTAN
5.

CARA MEMBUAT

Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Terdiri atas:
S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O: Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
A: Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan
hasil dengan tujuan
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien, dan tindak lanjut oleh
perawat.
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan dapat tercapai

a.

tujuan dan kriteria hasil.


Klien mengerti dengan program terapi, klien menunjukkan pemahaman
terhadap program terapi (menjelaskan tujuan traksi, berpartisipasi dalam

b.

rencana perawatan.
Klien berpartisipasi aktif dalam perawatan, mengekspresikan perasaan

dengan aktif, dan tingkat ansietas klien menurun.


c.
Nyeri berkurang, klien mampu mengubah posisi sendiri sesering
mungkin sesuai kemampuan traksi, klien dapat beristirahat nyenyak.
d. Klien memerlukan sedikit bantuan pada saat makan, mandi, berpakaian
e.

dan toileting.
Mobilitas klien meningkat, klien melakukan latihan yang dianjurkan,

menggunakan alat bantu yang aman.


f. Tidak ditemukan adanya dekubitus dan nyeri tekan. Kulit tetap utuh, atau
tidak terjadi luka tekan lebih luas.

Page 67

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

FRAKTUR DAN DISLOKASI

A. Konsep Dasar Teori


1. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya. (Smelter&Bare,2002).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Price, 1995).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit
seperti osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Barret
dan Bryant, 1990).

Page 68

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa


nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan
krepitasi (Doenges, 2000).
Fraktur adalah teputusnya jaringan tulang/tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau
kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur
(elastisitas) dengan kekuatan yang memadai, apabila trauma melebihi dari
daya lentur tersebut maka terjadi fraktur (patah tulang). Penyebab
terjadinya fraktur adalah trauma, stres kronis dan berulang maupun
pelunakan tulang yang abnormal.
2. Definisi Dislokasi
Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi).
(brunner&suddarth).
Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi
merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.
(Arif Mansyur, dkk. 2000).
Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat
menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur
dislokasi. ( Buku Ajar Ilmu Bedah, hal 1138).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari
kesatuan sendi. Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang
bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang
seharusnya (dari mangkuk sendi). Seseorang yang tidak dapat
mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya adalah
karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
sendi bahu dan sendi pinggul (paha). Karena terpeleset dari tempatnya,
maka sendi itupun menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri.
Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya

Page 69

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

biasanya menjadi kendor. Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi


lagi.
3. Etiologi
A. Etiologi Fraktur
Fraktur dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
Trauma Langsung : Kecelakaan lalu lintas
Trauma tidak langsung: Jatuh dari ketinggian dengan berdiri atau duduk
sehingga terjadi fraktur tulang belakang.
Proses penyakit (osteoporosis yang menyebabkan fraktur yang
patologis).
Menurut Oswari E (1993), fraktur terjadi karena adanya :
a. Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma.
b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan padabagian yang terkena
trauma.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Sedangkan MenurutBarbaraCLong(1996), fraktur terjadi karena adanya :
a. Benturan & cedera (jatuh, kecelakaan)
b. Fraktur patofisiologi (oleh karena patogen, kelainan)
c. Patah karena letih
B. Etiologi Dislokasi
Dislokasi terjadi saat ligarnen memberikan jalan sedemikian rupa
sehingga tulang berpindah dari posisinya yang normnal di dalam sendi.
Dislokasi dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau trauma karena
dapatan (acquired) atau karena sejak lahir (kongenital).
Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang/fraktur yang
disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena
kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Cedera Olah Raga
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki,
serta olah raga yang beresiko jauth misalnya : terperosok akibat bermain

Page 70

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering
mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari kaki karena secara tidak
sengaja menangkap bola dari pemain lain.
2. Trauma yamg tidak berhubungan dengan olah raga, benturan keras
pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
4. Patologis, terjadinya tear ligament dan kapsul articuler yang
merupakan komponen vital penghubung tulang.

3. Tanda dan Gejala


A. Fraktur
a. Look
Deformitas
- Penonjolan yang abnormal misalnya fraktur condylus lateralis
humerus
- Angulasi
- Rotasi
- Pemendekan
- Odema
- Echymosis
- Laserasi
- Fungsi laesa : Hilangnya fungsi misalnya pada fraktur cruris tidak
dapat berjalan dan pada fraktur antebrachi tidak dapat menggunakan
lengan.
b. Feel
- Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu
- Kejang otot
- Hilang sensasi
c. Move
Krepitasi
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan tetapi ini bukan cara yang baik
dan kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran / beradunya ujungPage 71

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

ujung tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis
tidak terasa krepitasi.
Nyeri
Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
Gangguan Fungsi
Gerakan yang tidak normal
Gerakan yang terjadi tidak pada sendi misalnya pertenganhan femur
dapat digerakkan. Ini adalah bukti yang paling penting adanya fraktur
yang membuktikan adanya putusnya kontuinitas tulang sesuai
defenisi fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum misalnya bila
tidak ada fasilitas pemeriksaan rontgen.
2. denyut nadi tak teraba.
Periksalah di bawah daerah patah tulang, Anda akan menemukan:
1. kulit berwarna kebiruan dan pucat;
mengalami spasme
3. Selain itu pada bagian yang mengalami fraktur, otot-otot disekitarnya
Bagaimana Mengetahui Adanya Patah Tulang yaitu :
1. Riwayat: Setiap patah tulang umumnya mempunyai riwayat trauma
yang diikuti pengurangan kemampuan anggota gerak yang terkena. Ingat
bahwa fraktur tidak selalu terjadi pada daerah yang mengalami trauma
(tekanan).
2. Pemeriksaan:
Inspeksi (Lihat) bandingkan dengan sisi yang normal, dan perhatikan
hal-hal dibawah ini:
1. Adanya perubahan asimetris kanan-kiri
2. Adanya Deformitas seperti Angulasi (membentuk sudut) atau;
Rotasi (memutar)dan Pemendekan
3. Jejas (tanda yang menunjukkan bekas trauma);
4. Pembengkakan
5. Terlihat adanya tulang yang keluar dari jaringan lunak;
Palpasi (Meraba dan merasakan)

Page 72

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Perlu dibandingkan dengan sisi yang sehat sehingga penolong dapat


merasakan perbedaannya. Rabalah dengan hati-hati !
a. Adanya nyeri tekan pada daerah cedera (tenderness);
b. Adanya crepitasi (suara dan sensasi berkeretak) pada perabaan yang
sedikit kuat;
c. Adanya gerakan abnormal dengan perabaan agak kuat.
Perhatian:
Jangan lakukan pemeriksaan yang sengaja untuk mendapat bunyi
crepitasi atau gerakan abnormal, misal meraba dengan kuat sekali.
3. Gerakan
Terdapat dua gerakan yaitu :
Aktif: Adalah pemeriksaan gerakan dimana anda meminta korban
menggerakkan bagian yang cedera.
Pasif: Dimana penolong melakukan gerakan pada bagian yang cedera.
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut:
Terdapat gerakan abnormal ketika menggeerakkan bagian yang cedera
Korban mengalami kehilangan fungsi pada bagian yang cedera. Apabila
korban mengalami hal ini, maka dapat disebabkan oleh dua kemungkinan
yaitu akibat nyeri karena adanya fraktur atau akibat kerusakan saraf yang
mempersarafi bagian tersebut (ini diakibatkan oleh karena patahan tulang
merusak saraf tersebut).
Pemeriksaan Komplikasi

Dislokasi
a. Deformitas
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya trauma ekstensi
dan eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu.
Pemendekan astau pemanjangan (misalnya dislokasi anterior
sendi panggul)
Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi

posterior sendi panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan aduksi.


b. Nyeri

Page 73

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

c. Functio Laesa, misalnya bahu tidak darat endorotasi pada


dislokasi anterior bahu.
4. Klasifikasi
4.1 Fraktur
a. Menurut jumlah garis fraktur
hanya terdapat satu garis fraktur- simple fraktur
terdapat lebih dari satu garis.- Multiple fraktur
terjadi banyak garis fraktur atau banyak fragmen kecil yang
terlepas.- Camminute fraktur
b. Menurut garis fraktur
- Fraktur inkomplit tulang tidak terpotong secara total
- Fraktur komplit tulang terpotong secara total.
- Hair line fraktur garis fraktur hampir tak tampak sehingga

bentuk tulang tak ada perubahan.


c. Menurut bentuk fragmen
- Fraktur transversal bentuk fragmen melintang
- Fraktur oblique bentuk fragmen miring
- Fraktur spiral bentuk fragmen melingkar

d. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar.


- Fraktur terbuka : fragmen tulang sampai menembus kulit
Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu :
1. Pecahan tulang menusuk kulit, kerusakan jaringan sedikit,
kontaminasi ringan, luka < 1 cm.
2. Kerusakan jaringan sedang, potensial infeksi lebih besar, luka >
1 cm (misalnya fraktur Komminutive).
3. Luka besar sampai lebih kurang 8 cm, kehancuran otot
kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar misalnya luka tembak.
Menurut R. Gustillo, fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat yaitu :
Derajat I
- Luka < 2 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk

Page 74

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

- Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan


- Kontaminasi minimal
Derajat II
- Laserasi > 2 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
- Fraktur kominutif sedang
- Kontaminasi sedang
Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur
derajat III terbagi atas :
Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat
kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa
melihat besarnya ukuran luka.
Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminasi masif.
Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak.
- Fraktur tertutup : fragmen tulang tak berhubungan dengan dunia
luar.
Dislokasi dibagi menjadi 3 jenis yaitu :
a. Dislokasi Congenital :
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan, Congenital
dislocation berhubungan dengan congenital deformities.
b. Dislokasi Patologis :
Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
c. Dislokasi Traumatik :
Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
Page 75

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat


oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma
yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari jaringan
disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang
dewasa.
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow dan hip.
2. Dislokasi kronik
3. Dislokasi berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi
dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal, maka
disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada shoulder joint
dan patello

Pertolongan Pertama pada Patah Tulang :

Prinsip Pertolongan
1. mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri;
2. mencegah gerakan patah tulang yang dapat mengakibatkan
kerusakan jaringan lunak sekitarnya seperti: pembuluh darah, otot,
saraf dan lainnya.
Penanganan Secara Umum
1. DRABC
2. Atasi perdarahan dan tutup seluruh luka
3. Korban tidak boleh menggerakkan daerah yang terluka atau fraktur

Page 76

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4. Imobilisasi fraktur dengan penyandang, pembalut atau bidai


5. Tangani dengan hati-hati
6. Observasi dan atasi syok bila perlu
7. Segera cari pertolongan medis
Fraktur dan dislokasi harus diimobilisasi untuk mencegah
memburuknya cedera. Tetapi situasi yang memerlukan Resusitasi baik
pernafasan maupun jantung dan cedera kritis yang multipel harus
ditangani terlebih dahulu.
Prioritas dalam menangani fraktur:
1. fraktur spinal;
2. fraktur tulang kepala dan tulang rusuk;
3. fraktur extremitas
Perhatian:
Dalam menangani fraktur, jangan hanya terpaku pada frakturnya saja
tetapi selalu mulai dengan DRABCH dan lakukan monitoring secara
periodik.
Dan selalu ingat jika Anda tidak terlatih dan tidak berpengalaman jangan
melakukan reposisi baik pada fraktur mapun pada dislokasi.
Pembidaian adalah proses yang digunakan untuk imobilisasi fraktur dan
dislokasi. Pembidaian harus memfixasi tulang yang patah dan persendian
yang berada di atas dan dibawah tulang yang fraktur. Jika yang cedera
adalah sendi, bidai harus memfixasi sendi tersebut beserta tulang
disebelah distal dan proximalnya.

Page 77

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Tipe-tipe bidai:
1. Bidai Rigid adalah bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium
atau bahan lainyang keras.
2. Bidai Soft adalah bidai dari bantal, selimut, handuk atau pembalut
atau bahan yang lunak lainnya.
3. Bidai Traksi
Digunakan untuk imobilisasi ujung tulang yang patah dari fraktur femur
sehingga dapat terhindari kerusakan yang lebih lanjut. Traksi merupakan
aplikasi dari kekuatan yang cukup untuk menstabilkan patah tulang yang
patah, traksi bukanlah meregangkan atau menggerakkan tulang yang
patah sampai ujung-ujung tulang yang patah menyatu.
Prinsip Pembidaian
a. Lakukan pembidaian pada bagian badan yang mengalamai cedera;
b. Lakukan juga pembidaian pada kecurigaan patah tulang, jadi tidak perlu
harus dipastikan dulu ada atau tidaknya patah tulang;
c. Melewati minimal 2 sendi yang berbatasan.
Syarat Pembidaian
1. Bidai harus meliputi dua sendi, sebelum dipasang diukur terlebih
dahulu pada anggota badan yang tidak sakit;
2. Ikatan jangan terlalu ketat dan jangan terlalu kendor;
3. Bidai dibalut/ dilapisi sebelum digunakan;
4. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tempat yang patah;

Page 78

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

5. Jika mungkin naikkan anggota gerak tersebut setelah dibidai;


6. Sepatu, cincin, gelang, jam dan alat yang mengikat tubuh lainnya
perlu dilepas.
Aturan dasar yang harus diingat ketika melakukan pembidaian:
1. Jika ragu-ragu fraktur atau tidak Bidai
2. Bidai Rigid sebelum digunakan harus dilapisi dulu;
3. Ikatlah bidai dari distal ke proximal
4. Periksalah denyut nadi distal dan fungsi saraf sebelum dan
sesudah pembidaian dan perhatikan warna kulit ditalnya;
5. Jika mungkin naikkan bagian tubuh yang mengalami patah tulang.
PEMBALUTAN
Pembalut harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi
tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan
nyeri. Dalam usaha untuk mencegah pergesekan dan ketidaknyamanan
pada kulit, penggunaan bantalan lunak dianjurkan sebelum melakukan
balutan. Pengikatan selalu dilakukan di atas bidai atau pada sisi yang
tidak cedera, kalau kedua kaki bawah mengalami cedera, pengikatan
dilakukan di depan dan diantara bagian yang cedera.
Periksa dengan interval 15 menit untuk menjamin bahwa pembalut tidak
terlalu kencang akibat pembengkakan dari jaringan yang cedera.
Lewatkan pembalut pada bagian lekuk tubuh seperti leher, lutut dan
pergelangan kaki jika diperlukan.
Cara Imobilisasi Fraktur
Dengan Pembalut

Page 79

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Gunakan pembalut lebar bila ada;


1. Taruh pembalut dibawah bagian tubuh yang terjadi fraktur;
2. Topang lengan atau tungkai dengan bidai sampai pembalut cukup
memfixasi
3. Setiap 15 menit periksa agar pembalut tudak terlalu ketat
4. Periksa pembalut supaya tidak longgar
Dengan Bidai
1. Dapat dipakai benda apa saja yang kaku dan cukup panjang
melewati sendi dan ujung tulang yang patah;
2. Pakai perban bantal diantara bidai dan bagian tubuh yang dibidai;
3. Ujung-ujung lengan/tungkai dibalut di atas dan dibawah daerah
fraktur. Ikatan harus cukup kuat pada daerah yang sehat.
6. Tahap Dan Proses Penyembuhan Tulang
a. Haematom : dari pembuluh darah yang pecah.
Dalam 24 jam mulai pembekuan darah dan terjadi hematoma di sekitar
fraktur. Setelah 24 jam suplai darah ke ujung fraktur meningkat,
hematoma ini mengelilingi fraktur dan tidak diabsorbsi selama
penyembuhan tapi berubah dan berkembang menjadi granulasi.
b. Proliferasi sel.
Sel sel dari lapisan dalam periosteum berproliferasi pada sekitar fraktur, di
mana sel sel ini menjadi precusor dari osteoblast, osteogenesis ini
berlangsung terus, lapisan fibrosa periosteum melebihi tulang. Setelah
beberapa hari kombinasi dari periosteum yang meningkat dengan fase
granulasi membentuk collar di ujung fraktur.
c. Pembentukan callus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur jaringan granulasi berubah dan

Page 80

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

membentuk callus. Sementara pembentukan cartilago dan matrik tulang


diawali dari jaringan callus yang lunak. Callus ini bertambah banyak,
callus sementara meluas, menganyam massa tulang dan cartilago
sehingga diameter tulang melebihi normal. Hal ini melindungi fragmen
tulang tapi tidak memberikan kekuatan callus sementara ini meluas
melebihi garis fraktur.
d. Ossification
Callus yang menetap / apermanen menjadikan tulang kaku karena adanya
penumpukan garam garam calcium dan bersatu bersama ujung ujung
tulang. Proses ossifikasi ini mulai dari callus bagian luar kemudian bagian
dalam dan terakhir bagian tengah. Proses ini terjadi selama 3 10 minggu.
e. Konsolidasi dan Remodelling.
Pada waktu yang sama pembentukan tulang yang sebenarnya callus
dibentuk dari aktivitas osteoblast dan osteoklast. Kelebihan kelebihan
tulang seperti dipahat dan diabsorbsi dari callus. Proses pembentukan lagi
ditentukan oleh beban tekanan dari otot.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen
Menunjukkan lokasi / luasnya fraktur / trauma
b. Scan tulang, tonogram, CT scan / MRI
Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasikan
kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram
Bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler
d. Hitung darah lengkap
Hematokrit mungkin meningkat atau menurun. Peningkatan jumlah sel
darah putih adalah respon stress normal terhadap trauma.
e. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
f. Profil koagulasi

Page 81

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Perubahan dapat terjadi pad kehilangan darah, transfusi, multipel / cedera


hati.
Pada semua tipe fraktur, proses penyembuhan fraktur berhubungan
dengan proses penyembuhan tulang. Sedangkan pada dislokasi dilakukan
pemeriksaan radiologi untuk memastikan arah dislokasi dan apakah
disertai dengan fraktur.
8. Penatalaksanaan
8.1 Pengobatan pada kasus fraktur
8.1.1. Therapi konservatif
a. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan
kedudukan baik
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkoplit dan fraktur
dengan kedudukan baik
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi
pergelangan
d. Traksi
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga penuh /
dipasang gips setelah tidak sakit lagi.
8.1.2. Therapi operatif
Terapi operatif dengan reposisi secara tetrtutup dengan bimbingan
radiologis.
a. Reposisi tertutup Fiksasi externa
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka
dipasang alat fiksasi externa.
b. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna,
misalnya reposisi tertutup fraktur condylair humerus pada anak diikuti
dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur colum pada
anak diikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus

Page 82

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

berkembang menjadi Close Nailing pada fraktur femur dan tibia yaitu
pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka
frakturnya.
Therapi operatif denganmembuka frakturnya
1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open reduction and internal fixation)
Keuntungan cara ini adalah : reposisi anatomis dan mobilisasi dini tanpa
fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
a. Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avanculair tinggi ,
misalnya : fraktur talus dan fraktur collum femur
b. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup, misalnya : fraktur avulsi dan
fraktur dislokasi.
c. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan, misalnya ;
fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur antebrachi, dan fraktur
pergelangan kaki.
d. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yan glabih baik
dengan operasi, misalnya : fraktur femur
2. Excisional Arthrplasty
Membuang fragmen yang patah yang memnentuk sendi, misalnya : fraktur
caput radii pada orang dewasa, dan fraktur collum femur yang dilakukan
operasi.
3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis / yang
lainnya.
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka
sejak awal harus dipertimbangkan latihan-latihan untuk menceegah atropi
otot dan keakuansendi, disertai mobilisasi dini.
8.1.3. Pengobatan Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka aadalah suatu keadaan darurat yang memerlukan
penanganan dengan segera. Tindakan sugah harus dimulai dari fase pra Rumah sakit :

Page 83

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

a. Pembidaian
b. Menghentikan perdarahan dengan verban tekan
c. Mengehentikan perdarahan besar dengan klem.
Tiba di UGD rumah sakit harus segera periksa menyeluruh oleh karena
40% dari fraktur terbuka merupakan kasus polytrauma. Tindakan lifesaving harus segera didahulukan dalam rangka kerja terpadu (Team
work).
8.2 Pengobatan pada kasus Dislokasi
a. Lakukan reposisi segera
b. Dislokasi sendi kecil dapat diresposisi ditempat kejadian tanpa anastesi,
misalnya disloksi siku, dislokasi jari (pada fase syok). Dislokasi bahu, siku
atau jari dapat direposisi dengan anastesi lokal dan obat penenang
misalnya valium.
c. Dislokasi sendi besar, misalnya panggul memerlukan anastesi umum.
Dalam penanganan kasus dislokasi dapat dilakukan dengan pemberian
terapi medika mentosa, reposisi dan program rehabilitasi yaitu sebagai
berikut :
Reposisi
- MUA (Manipular Under General Anastesi)
- Hanging Arm Teknik
- Hipocratic Methode
- Kocher
- Eksternal Rotasi Metode :traksi pada humerus distal kemudian eksternal
rotasi formarm secara pelan-pelan.hentikan jika terjadinya nyeri.
Terapi Medika Mentosa
- Analgetik opioid diberikan untuk mengurangi nyeri dengan kualitas tinggi.
- Suntikan intrarticular dan anastetik regional teknik telah dilaporkan
sukses membantu dalam mereduksi dislokasi shoulder.
- Prosedural sedasi dan analgesi umumnya digunakan untuk memperoleh
control nyeri yang adekuat dan relaksan otot untuk reduksi.Prosedural
sedasi dan analgesi {PSA}yang digunakan Morphine dan midazolam
memperlamlambat perawatan di department emergensi serta bebas

Page 84

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

komplikasi.[emedicene]Etomidate,fentanyl/midazolam,ketamine, atau
propofol umumnya digunakan untuk PSA.
Program Rehabilitasi
a. Non operatif Rehabilatation
Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan
stabilisasi sendi bahu, sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.
Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot
secara hati-hati merupakan
komponen penting dalam program rehabilitasi.
Minggu 0 2, Hindari provokatif posisi termasuk eksternal rotasi, Abduksi
dan Distrak.
Immobilisasi tergantung umur
- Kurang dari 20 tahun 3-4 minggu.
- 20-30 tahun 2-3 minggu.
- Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.
- Lebih dari 40 tahun 3-5 hari.
Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai
prosedu rehabilitasi yang telah ditetapkan.
b. Operatif Treatment
Tujuan utama rehabilitasi adalah :
- Memulihkan ROM fungsional secara full
- Meningkatkan stabilitas Dynamik.
- Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga.

9. Komplikasi
9.1. Komplikasi Fraktur
Komplikasi dini
1. Lokal :
a. Vaskuler :
Compartemen syndrome (Volkmann`s Ischemia),
Trauma vaskular
b. Neurologis :
Page 85

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Lesi medula spinalis atau staraf perifer


Komplikasi lanjut.
1. Kekakuan sendi / kontraktur
2. Disuse atropi otot-otot
3. Malunion
Tulang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
4. Delayed union
Proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal.
5. Nonunion / Infected nonunion
Tulang tidak menyambung kembali.
6. Gangguan pertumbuhan (fraktur epifisis)
7. Osteoporosis post trauma
9.2 Komplikasi Dislokasi
a. Komplikasi Dini
Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat
mengkerutkan otot deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati
rasa pada otot tesebut.
Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak.
b. Fraktur Dislokasi
c. Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu:Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan
kekakuan sendi bahu ,terutama pada pasien yang berumur 40
tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis
membatasi Abduksi.
dislokasi yang berulang:terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul
terlepas dari bagian depan leher glenoid
kelemahan otot.

Page 86

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Pengkajian primer
Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret
akibat kelemahan reflek batuk.
Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi.
Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.
b) Pengkajian sekunder
Aktivitas/istirahat
kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
Keterbatasan mobilitas
Sirkulasi
Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
Tachikardi
Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
Capilary refil melambat
Pucat pada bagian yang terkena
Masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
Kesemutan
Kelemahan
Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi
berderit), spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi.

Page 87

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri / anxietas


Kenyamanan
Nyeri hebat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area
jaringan / kerusakan tulang, dapat berkurang deengan imobilisasi) tak ada
nyeri akibat keruisakan syaraf.
Spasme / kram otot (setelah immobilisasi).
Keamanan
laserasi kulit
perdarahan
perubahan warna
pembengkakan local
Selain pengkajian diatas, pada kasus dislokasi juga perlu dilakukan
pengkajian berupa :
- Anamnesis :
Ada trauma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan
eksorotasi pada dislokasi anterior sendi bahu
Ada rasa sendi keluar
Bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekurens atau
habitual
Oedema
Sulut/tidak dapat bergerak
- Pemeriksaan Klinis :
Deformitas
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, misalnya deltoid yang rata pada
dislokasi bahu. Pemendekan atau pemanjangan (misalnya dislokasi
anterior sendi panggul). Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu,
misalnya dislokasi posterior sendi panggul kedudukan panggul endorotasi,
fleksi dan adduksi.
Nyeri
Funcio laesa, misalnya bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi bahu
anterior.

Page 88

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2. Prioritas Keperawatan
a. Mencegah cedera tulang
b. Menghilangkan nyeri
c. Mencegah komplikasi
d. Memberikan informasi tentang kondisi / prognosis dan kebutuhan
pengobatan.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.
b. Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur
terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi,
sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar
fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.
d. Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih,
hipovolemik dan pembentukan trombus.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
4. Intervensi Keperawatan
Dx.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen
tulang, edema, cedera pada jaringan lunak, pemasangan alat / traksi.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan.
Kriteria Hasil :
- Klien menyatakan nyeri berkurang.
- Klien menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas
Page 89

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

terapetik sesuai indikasi untuk situasi individual.


- Edema berkurang / hilang.
- Tekanan darah normal.
- Tidak ada peningkatan nadi dan pernapasan.
Intervensi :
1.1 Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, lamanya, dan intensitas (skala 0
10). Perhatikan petunjuk verbal dan non-verbal
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk / keefektifan analgesic.
1.2 Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pembebat, dan traksi.
Rasional :
Meminimalkan nyeri dan menvegah kesalahan posisi tulang / tegangan
jaringan yang cedera.
1.3 Tinggikan dan sokong ekstremitas yang terkena.
Rasional :
Menurunkan aliran balik vena, menurunkan edema, dan rasa nyeri
1.4 Bantu pasien dalam melakukan gerakan pasif/aktif.
Rasional :
Mempertahankan kekuatan / mobilisasi otot yang sakit dan memudahkan
resolusi inflamasi otot yang sakit dan memudahkan resolusi inflamasi
pada jaringan yang terkena.
1.5 Berikan alternatif tindakan kenyamanan (massage, perubahan posisi).
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi umum menurunkan area tekanan lokal dan
kelelahan otot.
1.6 Dorong penggunaan teknik manajemen stress, contohnya relaksasi
progresif, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi dan sentuhan
terapeutik.
Rasional :
Meningkatkan sirkulasi umum, mengurangi area tekanan dan kelelahan.

Page 90

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

otot.
1.7 Lakukan kompres dingin/es selama 24-48 jam pertama dan sesuai
indikasi.
Rasional :
Menurunkan udema/ pembentukan hematoma, menurunkan sensasi nyeri.
1.8 Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.
Rasional :
Diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
Dx.2 Kerusakan integritas kulit / jaringan berhubungan dengan fraktur
terbuka : bedah permukaan ; pemasangan kawat, perubahan sensasi,
sirkulasi, akumulasi eksresi atau sekret / immobilisasi fisik.
Tujuan : Kerusakan integritas jaringan dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
- Penyembuhan luka sesuai waktu.
- Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.
Intervensi :
2. 1 Kaji kulit untuk luka terbuka, kemerahan, perdarahan, perubahan
warna.
Rasional :
Memberikan informasi gangguan sirkulasi kulit dan masalah-masalah
yang mungkin disebabkan oleh penggunaan traksi, terbentuknya edema.
2.2 Massage kulit dan tempat yang menonjol, pertahankan tempat tidur
yang kering dan bebas kerutan.
Rasional :
Menurunkan tekanan pada area yang peka dan resiko abrasi/kerusakan
kulit.
2.3 Rubah posisi selang seling sesuai indikasi.
Rasional :
Mengurangi penekanan yang terus-menerus pada posisi tertentu.
2.4 Gunakan bed matres / air matres.
Rasional :

Page 91

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Mencegah perlukaan setiap anggota tubuh dan untuk anggota tubuh yang
kurang gerak efektif untuk mencegah penurunan sirkulasi.
Dx.3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar fraktur dan kerusakan rangka neuromuskuler.
Tujuan : Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien akan meningkat/ mempertahankan mobilitas pada tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi.
- Klien mempertahankan posisi /fungsional.
- Klien meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit dan mengkompensasi
bagian tubuh.
- Klien menunjukkan teknik yang mampu melakukan aktifitas.
Intervensi :
3.1 Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
Rasional :
Mengetahui persepsi diri pasien mengenai keterbatasan fisik aktual,
mendapatkan informasi dan menentukan informasi dalam meningkatkan
kemajuan kesehatan pasien.
3.2 Dorong partisipasi pada aktivitas terapeutik/rekreasi dan pertahankan
rangsang lingkungan.
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol diri dan membantu
menurunkan isolasi sosial.
3.3 Instruksikan dan bantu pasien dalam rentang gerak aktif/pasif pada
ekstremitas yang sakit dan yang tak sakit.
Rasional :
Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus
otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan

Page 92

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

respon kalsium karena tidak digunakan.


3.4 Tempatkan dalam posisi telentang secara periodik bila mungkin, bila
traksi digunakan untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah.
Rasional :
Menurunkan resiko kontraktur fleksi panggul.
3.5 Bantu/dorong perawatan diri/kebersihan (contoh mandi dan
mencukur).
Rasional :
Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi, meningkatkan kontrol pasien
dalam situasi dan meningkatkan kesehatan diri langsung.
3.6 Berikan/bantu dalm mobilisasi dengan kursi roda, kruk dan tongkat
sesegera mungkin. Instruksikan keamanan dalam menggunakan alat
mobilisasi.
Rasional :
Mobilisasi dini menurunkan komplikasi tirah baring (contoh flebitis) dan
meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi organ.
3.7 Awasi TD dengan melakukan aktivitas dan perhatikan keluhan pusing.
Rasional :
Hipotensi postural adalah masalah umum menyertai tirah baring lama dan
dapat memerlukan intervensi khusus.
3.8 Ubah posisi secara periodik dan dorong untuk latihan batuk/napas
dalam.
Rasional :
Mencegah/menurunkan insiden komplikasi kulit/pernapasan (contoh
dekubitus, atelektasis dan pneumonia).
3.9 Auskultasi bising usus.
Rasional :
Tirah baring, pengguanaan analgetik dan perubahan dalam kebiasaan diet
dapat memperlambat peristaltik dan menghasilkan konstipasi.
3.10 Dorong penigkatan masukan cairan sanpai 2000-3000 ml/hari.
Rasional :
Mempertahankan hidrasi tubuh, menurunkan resiko infeksi urinarius,

Page 93

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

pembentukan batu dan konstipasi.


3.11 Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabilitasi spesialis.
Rasional :
Berguna dalan membuat aktivitas individual/program latihan.
Dx.4 Resiko tinggi terhadap disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan
dengan aliran darah; cedera vaskuler langsung, edema berlebih,
hipovolemik dan pembentukan trombus.
Tujuan : Disfungsi neurovaskuler perifer tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan perfusi jaringan yang ditandai dengan terabanya
pulsasi.
- Kulit hangat dan kering.
- Perabaan normal.
- Tanda vital stabil.
- Urine output yang adekuat
Intervensi :
4.1 Kaji kembalinya kapiler, warna kulit dan kehangatan bagian distal dari
fraktur.
Rasional :
Pulsasi perifer, kembalinya perifer, warna kulit dan rasa dapat normal
terjadi dengan adanya syndrome comfartemen syndrome karena sirkulasi
permukaan sering kali tidak sesuai.
4.2 Kaji status neuromuskuler, catat perubahan motorik / fungsi sensorik.
Rasional :
Lemahnya rasa/kebal, meningkatnya penyebaran rasa sakit terjadi ketika
sirkulasi ke saraf tidak adekuat atau adanya trauma pada syaraf.
4.3 Kaji kemampuan dorso fleksi jari-jari kaki.
Rasional :
Panjang dan posisi syaraf peritoneal meningkatkan resiko terjadinya injuri
dengan adanya fraktur di kaki, edema/comfartemen syndrome/malposisi
dari peralatan traksi.

Page 94

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4.4 Monitor posisi / lokasi ring penyangga bidai.


Rasional :
Peralatan traksi dapat menekan pembuluh darah/syaraf, khususnya di
aksila dapat menyebabkan iskemik dan luka permanen.
4.5 Monitor vital sign, pertahanan tanda-tanda pucat/cyanosis umum, kulit
dingin, perubahan mental.
Rasional :
In adekuat volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan.
4.6 Pertahankan elevasi dari ekstremitas yang cedera jika tidak
kontraindikasidengan adanya compartemen syndrome.
Rasional :
Mencegah aliran vena / mengurangi edema.
Dx.5 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakan kulit dan trauma jaringan.
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi dan tidak menjadi actual.
Kriteria Hasil :
- Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu.
- Bebas drainase purulen, eritema dan demam.
- Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
5.1 Inspeksi kulit untuk mengetahui adanya iritasi atau robekan
kontinuitas.
Rasional :
Pen atau kawat yang dipasang masuik melalui kulit dapat memungkinkan
terjadinya infeksi tulang.
5.2 Kaji sisi pen/kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri/rasa terbakar
atau adanya edema, eritema, drainase/bau tak enak.
Rasional :
Dapat mengindikasi timbulnya infeksi lokal/nekrosis jaringan dan dapat
menimbulkan osteomielitis.
5.3 Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan

Page 95

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

mencuci tangan.
Rasional :
Dapat mencegah kontaminasi silang dan kemungkinan infeksi.
5.4 Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi, perubahan warna
kulit kecoklatan, bau drainase yang tak enak/asam.
Rasional :
Tanda perkiraan infeksi gangren.
5.5 Kaji tonus otot, refleks tendon dalam dan kemampuan untuk berbicara.
Rasional :
Kekakuan otot, spasme tonik otot rahang dan disfagia menunjukkan
terjadinya tetanus.
5.6 Selidiki nyeri tiba-tiba/keterbatasan gerakan dengan oedema
lokal/eritema ektremitas cedera.
Rasional :
Dapat mengindikasikan terjadinya osteomielitis.
5.7 Lakukan prosedur isolasi.
Rasional :
Adanya drainase purulen akan memerlukan kewaspadaan luka/linen untuk
mencegah kontaminasi silang.
5.8 Berikan obat sesuai indikasi seperti antibiotik IV/topikal dan Tetanus
toksoid.
Rasional :
Antibiotik spektrum luas dapat digunakan secara profilaktik atau dapat
ditujukan pada mikroorganisme khusus.
Dx.6 Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang informasi, salah interpretasi informasi, tidak
mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pemahaman dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah.
Kriteria Hasil :
- Menyatakan pehaman kondisi, prognosis dan pengobatan.
- Melakukan dengan benar prosedur yang diperlukan dan menjelaskan
alasan tindakan.

Page 96

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Intervensi :
6.1 Kaji ulang patologi, prognosis dan harapan yang akan datang.
Rasional :
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
informasi.
6.2 Beri penguatan metode mobilitas dan ambulasi sesuai instruksi
dengan terapis fisik bila diindikasikan.
Rasional :
Banyak fraktur memerlukan gips, bebat atau penjepit selama proses
penyembuhan. Kerusakan lanjut dan pelambatan penyembuhan dapat
terjadi sekunder terhadap ketidaktepatan pengguanaan alat ambulasi.
6.3 Buat daftar aktivitas dimana pasien dapat melakukannya secara
mandiri dan yang memrlukan bantuan.
Rasional :
Penyusunan aktivitas sekitar kebutuhan dan yang memerlukan bantuan.
6.4 Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dab
di bawah fraktur.
Rasional :
Mencegah kekakuan sendi, kontraktur dan kelelahan otot, meningkatkan
kembalinya aktivitas sehari-hari secara dini.
6.5 Diskusikan pentingnya perjanjian evaluasi klinis.
Rasional :
Penyembuhan fraktur memerlukan waktu tahunan untuk sembuh lengkap
dan kerja sama pasien dalam program pengobatan membantu untuk
penyatuan yang tepat dari tulang.
6.6 Informasikan pasien bahwa otot dapat tampak lembek dan atrofi
(massa otot kurang). Anjurkan untuk memberikan sokongan pada sendi di
atas dan di bawah bagian yang sakit dan ginakan alat bantu mobilitas,
contoh verban elastis, bebat, penahan, kruk, walker atau tongkat.
Rasional :
Kekuatan otot akan menurun dan rasa sakit yang baru dan nyeri

Page 97

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

sementara sekunder terhadap kehilangan dukungan.

KARSINOMA TULANG

A.

LATAR BELAKANG
Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika
benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus
diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker
tulang.
Metastasis suatu kanker atau karsinoma adalah penyebaran sel-sel
kanker keluar dari tempat asalnya ( primary site ) ke tempat lain atau
bagian tubuh yang lain. Sel-sel kanker dapat keluar dari suatu tumor
primer yang ganas, dan kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya
melalui peredaran darah ataupun aliran limfe. Metastasis juga dapat
terjadi melalui penyebaran langsung. Apabila sel kanker melalui aliran
limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam kelenjar limfe,
biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel berjalan
melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke
seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru. Proses ini
disebut metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling
sering menjadi tempat metastasis.
1. Pengertian
Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus
menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker

Page 98

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel
kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur
pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik
yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi
yang jauh dalam tubuh.(Wong.2003: 595).
Metastase bisa terjadi pada setiap tulang dan dimana saja. Biasanya
(tidak selalu) menimbulkan nyeri local. Tumor metastasik biasanya
dekstruktif (lytic) dan bisa terjadi fraktur bila tulang menjadi lemah.
Kadang-kadang terlihat densitas (terutama bila tumor primernya prostat
atau payudara). Jarang terlihat pembentukan tulang baru secara
periosteal (bila dibandingkan dengan tumor primer). Yang paling penting,
hampir selalu multiple, terjadi pada tulang yang berbeda. Jarang dapat
dikenali tumor prime dari mana metastase berasal. ( Tucker.1993 )
2. Etiologi
Beberapa tumor ganas yang sering bermetastasis ke tulang antara lain :
-

Prostat ( paling sering bagi pria ) hampir semua jenis osteblastik

Payudara (paling sering bagi wanita) kira-kira 2/3 kasus menunjukkan


metastasis ke tulang. Hampir semuanya jenis oteolitik, kira-kira 10%
osteoblastik, 10% campuran

Paru-paru 1/3 dari kasus, hampir semua jenis osteolitik

Ginjal sering soliter sehingga sulit dibedakan dan tumor primer,jenisnya


oteolitik

Multypel myeloma merupakan tumor ganas tulang,dengan gejala klinis


nyeri yang menetap, nyeri pinggang yang kadang-kadang disertai
radikuler serta kelemahan gerak.gejala umum anemia,anoreksia, muntahmuntah.dan gangguan psikis.

Gambaran radiologisnya;densitas tulang tampak berkurang akibat


osteoporosis dengan daerah-daerah osteoloitik yang bulat raferaksi pada
sumsum tulang.gambran ini bias berbentuk lubang-lubang pukulan yang
kecil (punched out) yang bentukya bervariasi serta daerah radiolusen

Page 99

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

yang berbatas tegas.lokasi: tumor berasal dari sumsum tulang dan


menyebar

ketulang

lain,

paling

sering

tulang

belakang,panggul,iga,sternum dan tengkorak.

3.

Klasifikasi
Keganasan

tulang

primer

dikalsifikasikan

secara

histologis

berdasarkan jenis sel atau jaringan yang mendasarinya. Tipe tersebut


termasuk tulang, kartilago, jaringan fibrosa, retikuloendotelial dan
vaskular.
Secara umum, kanker tulang dibagi menjadi 2 macam yakni kanker
tulang sekunder dan kanker tulang primer. Kanker tulang sekunder adalah
kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari
organ lain dan menyebar ke tulang lainnya. Umumnya kanker tulang
sekunder terjadi akibat komplikasi dari kanker sebelumnya seperti kanker
paru-paru yang menyebar ke tulang kemudian berkembang menjadi
kanker tulang.
Beberapa jenis penyakit kanker dapat menyebabkan sel-sel kanker
menyebar pada tulang-tulang rawan dan rentan terhadap serangan sel
kanker dari kanker yang sebelumnya ada pada tubuh, jenis kanker yang
paling umum dan menyebarkan sel-sel kankernya pada tulang seperti
kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker prostat.
Sedangkan kanker tulang primer adalah kanker yang disebabkan oleh selsel kanker yang berasal dari tulang itu sendiri atau tempat dimana
tumbuhnya sel kanker pada tulang.
4.

Patofisiologi

Proses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara


lain :
-

Perluasan secara langsung

Mengikuti aliran darah balik vena

Page 100

BAB I
BALUTAN
-

CARA MEMBUAT

Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.


Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke
kapiler-kapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel
darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal.
Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.
Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan
kerusakan tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi
kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ),
beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF )
dan , Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang
berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal
ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses
ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.
Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang
dapat menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini
disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase
ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat
menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal
sehingga menjadi lebih mudah patah.
5.

a.

Manifestasi Klinik
Nyeri tulang

Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses
metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari
oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi
saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih
terasa pada malam hari atau waktu beristirahat.
b.

Fraktur
Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi
lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur
timbul sebelum gejala-gejala lainnya. Daerah yang sering mengalami

Page 101

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta


vertebra.
c.

Penekanan medula spinalis


Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis
menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan
nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi,
atau mati rasa disekitar abdomen.

d.

Peninggian kadar kalsium dalam darah


Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari
tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan,
mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran.

e.

Gejala lainnya
Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai
dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila
mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka
pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada
platelet, dapat menyebabkan perdarahan.
6.

a.

Pemeriksaan Penunjang
Foto tulang konvensional

Foto

tulang

konvensional

digunakan

untuk

menentukan

karakter

metastasis ke tulang.
b.

Gambaran CT-Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas pada tulang yang
susah atau tidak dapat ditemukan dengan X-Ray dan untuk menentukan
luasnya tumor atau keterlibatan jaringan 7.

c.

MRI
Banyak pendapat yang mengatakan bahwa penggunaan MRI untuk
mendeteksi

suatu

metastasis

lebih

sensitif

skintiscanning.

Page 102

daripada

penggunaan

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pada pemeriksaan MRI didapatkan modul yang soliter atau lebih


(kebanyakan/lebih sering soliter),lesi multipel dengan metastasis ke aksis
dari pada rangkaian.
d.

Scintigraphy ( nuclear medicine )


Skintigrafi adalah metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh
untuk menilai metastasis ke tulang.

e.

Pemeriksaan bone survey (foto seluruh tubuh)


Bone

Survey

atau

pemeriksaan

tulang-tulang

secara

radio-grafik

konvensional adalah pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering


dikenai lesi-lesi metastatik yaitu skelet, foto bone survey dapat
memberikan gambaran klinik yaitu:
-

Lokasi lesi lebih akuran apakah daerah epifisis, metafisis, dan diafisis
atau pada organ-organ tertentu.

Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.

Jenis tulang yang terkena.

Dapat memberikan gambaran sifat-sifat tumor


7.

a)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis

Tujuan penatalaksanaan menghancurkan atau mengangkat jaringan


ganas dengan metode seefektip mungkin :
-

Tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi

Alloperinol untuk mengontrol hiperurisemia. Outputurin harus baik(25003000ml/hari) unutuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah
hiperkalsium dan hiperurisemia.

Bifosfonat
Bifosfonat berfungsi untuk menekan laju destruksi dan pembentukan
tulang yang berlebihan akibat metastasis.

Kemoterapi dan terapi hormonal


Obat-obat kemoterapi digunakan untuk membunuh sel-sel kanker didalam
tubuh. Kemoterapi dapat diberikan per-oral maupun intravena. Terapi

Page 103

BAB I
BALUTAN
hormon

CARA MEMBUAT

digunakan

untuk

menghambat

aktivitas

hormon

dalam

mendukung pertumbuhan kanker.


1.

Radioterapi
Radioterapi

berguna

untuk

menghilangkan

nyeri

dan

mengontrol

pertumbuhan tumor di area metastasis.


2.

Pembedahan
Pembedahan dilakukan untuk mencegah atau untuk terapi fraktur.
Biasanya pembedahan juga dilakukan untuk mengangkat tumor. Dalam
pembedahan

mungkin

ditambahkan

beberapa

ornament

untuk

mendukung struktur tulang yang telah rusak oleh metastasis.


b)

Penatalaksanaan keperawatan

1.

Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam,
visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian
analgetika ).

2.

Mengajarkan mekanisme koping yang efektif


Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan

dukungan

secara

moril

serta

anjurkan

keluarga

untuk

berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.


3.

Memberikan nutrisi yang adekuat


Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.

4.

Pendidikan kesehatan
Pasien

dan

keluarga

diberikan

pendidikan

kesehatan

tentang

kemungkinan terjadinya komplikasi,program terapi, dan teknik perawatan


luka di rumah.(Smeltzer. 2001)

Page 104

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


I. PENGKAJIAN
1. Identitas

Identits klien
( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, status marietal,
pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis )

Identitas penanggung jawab (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,


pendidikan,status, agama, hubungan dengan klien ).
2. Riwayat keperawatan

a)

Keluhan utama
Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya klien ke rumah
sakit.

b)

Riwayat penyakit sekarang


Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga
nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana
yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan yang lain (Ignatavicius, Donna
D, 1995).

c)

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat penyakit dahulu perlu dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit
yang pernah dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam menentukan proses keperawatan.

d)

Riwayat penyakit keluarga


Perlu dikaji untuk mengetahui apakah penyakit yang dialami oleh klien
saat ini ada hubungannya dengan penyakit herediter.
3. Pola aktivitas sehari hari

a)

Aktivitas /Istirahat
1.

kelemahan dan atau keletihan.

Page 105

BAB I
BALUTAN
2.

CARA MEMBUAT

Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari, adanya

faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri, ansietas, dan


berkeringat malam.
3.

Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.

4.

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress

tinggi.
b)

Sirkulasi
1.

palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.

2.

Perubahan pada TD.

c)

Integritas Ego
1.

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara

mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari


pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
2.

Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalny : alopesia,

lesi, cacat, pembedahan.


3.

Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak

mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan.


d)

Eliminasi
1.

Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat

defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa


terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
e)

Makanan/Cairan
1.

Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif,

dan bahan pengawet).


2.

Anoreksia, mual/muntah.

3.

Intoleransi makanan.

4.

Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,

berkurangnya massa otot.


f)

Neurosensori
1.

Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan

sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).


g)

Pernafasan

Page 106

BAB I
BALUTAN
1.

CARA MEMBUAT

Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang

merokok), pemajanan asbes.


h)

Keamanan
1.
2.

i)

Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.


pemajanan matahari lama/berlebihan.
Seksualitas

1.

Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan

pada tingkat kepuasaan.


2.

Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.

3.

Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan

herpes genital.
j)

Interaksi Social
1.
2.

Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.


Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,

dukungan atau bantuan).


4. Observasi dan Pemeriksaan fisik
a)

Keadaan umum : baik, kurang, atau lemah.

b)

Tanda tanda vital ( TD,Suhu,Nadi,Pernafasan )

c)

Pemeriksaan fisik
1.

Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta

adanya pelebaran vena


2.

Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta

pergerakan yang terbatas


3.

Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit

Mungkin hebat atau dangkal

Sering hilang dengan posisi flexi

Anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan

aktifitas, tidak mampu


4.

menahan objek berat.

Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi,

nodus limfe regional.

Page 107

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


ANALISA DATA
NO

DATA

.
1.

DS :

ETIOLOGI

MASALAH

Zat karsinogen

Nyeri Akut

DO :
- teraba massa tulang
- adanya nyeri tekan Pertumbuhan Sel kanker
pada sisi yang sakit
- pembengkakan di atas
tulang dan persendian.
-

Adanya

vena.

peleberan
Bermetastase melalui PD
Sumsum tulang belakang

Aktivitas hematopatik

Plasma
Pembelahan

tidak

matang
sel

yang

abnormal

Jumlah sel meningkat

Menekan saraf nyeri

Page 108

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Nyeri akut
2.

DS :

Metastase sel kannker melalui Nutrisi

DO :

PD

dari kebutuhan

- keletihan
-

berkeringat

tubuh
pada

kurang

Sumsum tulang

malam hari
- anorexia
Mengalami

kerusakan

yang

luas

Pembentukan substrat

Anemia

Oksigenasi sel
Gangguan metabolic

Transport nutrisi ke sel


tubuh
Gangguan nutrisi

Page 109

BAB I
BALUTAN
3.

CARA MEMBUAT

DS :

Metastase sel kannker melalui Koping

DO :

PD

efektif

- cemas
- kurang pengetahuan

Sumsum tulang

Perkembangan sel kanker


di tulang
Proses penyakit

Kurang pengetahuan

Persepsi tentang penyakit

Anxietas

Koping tidak efektif

Page 110

tidak

BAB I
BALUTAN

4.

DS :

CARA MEMBUAT

Metastase

sel

kannker Gangguan

DO :
- lemah

harga diri
melalui PD

- kehilangan alat gerak


- moblisasi terbatas

Sumsum tulang
Mengalami

kerusakan

yang luas
Perkembangan sel kanker di
tulang

Gangguan ortopedik

Tindakan operasi

Hilangnya anggota tubuh

5.

DS :

Gangguan harga diri


Perkembangan sel kanker di Berduka

DO :

tulang

- lemah

Page 111

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

- kehilangan alat gerak


- moblisasi terbatas

Gangguan ortopedik

Tindakan operasi

Berduka
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker tulang ialah :
1.

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi

2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status


hipermetabolik berkenaan dengan kanker.

3.

Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak


tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak
adekuat

4.

Gangguan harga diri karena hilangnya bagian tubuh atau perubahan


kinerja peran

5.

Berduka berhubungan dengan kemungkinan kehilangan alat gerak

III. INTERVENSI
NO.

DIAGNOSA

1.

Nyeri

akut Tujuan

berhubungan
dengan

TUJUAN DAN KH
:

INTERVENSI

klien
1.

mengalami

Kaji status
1.
nyeri

agen pengurangan nyeri

Page 112

RASIONAL
Memberikan
data dasar untuk

lokasi, menentukan

dan

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

cedera biologi

KH :
-

frekuensi,

Mengikuti aturan durasi,


farmakologi

mengevaluasi
dan intervensi

yang

yang intensitas nyeri diberikan.

ditentukan

2.
Mendemontrasikan
penggunaan

relaksasi klien.

2.

keterampilan

meningkatkan

Berikan
lingkungan

relaksasi

dan yang nyaman,

aktifitas

hiburan dan

sesuai

indikasi hiburan

situasi individu.

aktivitas

misalnya 3.
:

meningkatkan

musik,

relaksasi

televisi ).

dapat

yang

menurunkan rasa
3.

Ajarkan nyeri klien


teknik
manajemen
nyeri

seperti

teknik relaksasi
napas

dalam,

visualisasi, dan
bimbingan

4.

imajinasi.

mengurangi
nyeri dan spasme
otot

Kolaborasi :
4.

Berikan
analgesik
sesuai
kebutuhan
untuk nyeri.

Page 113

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

3
2.

Nutrisi kurang Tujuan :

1.

Catat
1.

Mengidentifikasi

dari

Mengalami

asupan

kekuatan

atau

kebutuhan

peningkatan

makanan

defisiensi nutrisi.

tubuh

asupan nutrisi yang setiap hari.

berhubungan

adekuat

2.

dengan status
KH : penambahan berat
2.

Ukur tinggi, Mengengidentifika

hipermetabolik badan, bebas tanda berat

badan, si

keadaan

berkenaan

malnutrisi,

nilai ketebalan kulit malnutrisi protein

dengan

albumin

kanker.

batas normal ( 3,5 hari.

bila berat badan

5,5 g% )

dan

dalam trisep

setiap kalori

khususnya
pengukuran

antropometrik
kurang

dari

norma.

3.

Berikan diet
3.
TKTP

Memenuhi

dan kebutuhan

asupan cairan metabolik


adekuat.

jaringan.

Asupan

cairan

adekuat

untuk
menghilangkan
produk sisa.
Kolaborasi :
1)

4.

Pantau

hasil

4.

membantu

pemeriksaan

mengidentifikasi

laboratorium

derajat malnutrisi

Page 114

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

sesuai indikasi.
2)

3.

Koping

tidak Tujuan :

1.

Motivasi
1.

efektif

Mendemonstrasikan pasien

berhubungan

penggunaan

dengan
takut

keluarga untuk pasien

tentang efektif
partisipasi

tahuan,

dalam

persepsi

pengobatan

tentang

KH :

proses
penyakit,

dan kesempatan pada

rasa mekanisme koping mengungkapka

ketidak

mengungkapkan
rasa takut serta

aktif

kesalahan konsep
tentang diagnosis

2.

Berikan
2.

tampak lingkungan

dan rileks

sistem

untuk

dan n perasaan.
aturan

Pasien

memberikan

yang

membina
hubungan

nyaman percaya

saling
dan

Melaporkan dimana pasien membantu pasien

pendukung

berkurangnya

dan

keluarga untuk

tidak adekuat

ansietas

merasa

aman diterima

Mengungkapkan untuk

kondisi

perasaan mengenai mendiskusikan


perubahan
terjadi

merasa
dengan
apa

adanya

yang perasaan atau

pada

diri menolak untuk

klien

berbicara.
3.

Pertahankan
kontak

sering
3.

Memberikan

dengan pasien keyakinan bahwa


dan

bicara pasien

tidak

dengan

sendiri

atau

menyentuh

ditolak.

pasien.
Page 115

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

4.

Berikan
informasi
akurat,

4.

Dapat

konsisten

menurunkan

mengenai

ansietas

prognosis.

memungkinkan
pasien

dan
membuat

ke-putusan

atau

pilihan

sesuai

realita.

4.

Gangguan

Tujuan :

1.

Diskusikan
1.

Membantu

harga

diri mengungkapan

dengan

karena

perubahan

terdekat

hilangnya

pemahaman dalam pengaruh

masalah

untuk

tubuh gaya hidup tentang diagnosis

dan memulai

proses

bagian
atau

tubuh,

perubahan

tidak berdaya, putus terhadap

kinerja peran

asa

orang dalam
memastikan

perasaan pengobatan
dan

pemecahan
masalah.

tidak kehidupan

mampu.

pribadi

pasien

dan keluarga.
KH :
Mulai

2.

mengembangkan

Motivasi
pasien

dan

mekanisme koping keluarga untuk


2.
untuk

menghadapi mengungkapka

masalah
efektif.

secara n

Membantu
dalam

perasaan pemecahan

tentang

efek masalah

kanker

atau

pengobatan.

Page 116

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

3.

Pertahankan
kontak

mata

selama
interaksi

3.

Menunjukkan

dengan pasien rasa empati dan


dan

keluarga menjaga

dan

bicara hubungan

dengan

percaya

menyentuh

pasien

pasien.

keluarga.

Page 117

saling
dengan
dan

BAB I
BALUTAN
5.

CARA MEMBUAT

Berduka

Tujuan :

1.

Lakukan
1.

berhubungan

Keluarga dan klien pendekatan

rasa

dengan

siap

dengan klien.

kemungkinan

kemungkinan

kehilangan

kehilangan anggota

alat gerak

gerak.

menghadapi langsung

Meningkatkan
percaya

dengan klien.
2.

Diskusikan
2.

Memberikan

kurangnya

dukungan

moril

KH :

alternatif

kepada

klien

Pasien

pengobatan.

untuk

menyesuaikan

diri

menerima

pembedahan.

terhadap
kehilangan anggota
3.

Ajarkan
3.

Membantu

gerak

penggunaan

dalam melakukan

Mengalami

alat

peninggkatan

seperti

mobilitas

roda atau kruk kemandirian

bantu mobilitas

dan

kursi meningkatkan

sesegera

pasien.

mungkin
sesuai dengan
kemampuan
pasien.
4.

Motivasi dan
libatkan pasien
4.

Secara

tidak

dalam aktifitas langgsung


bermain.

memberikan
latihan mobilisasi

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah dibuat
dengan format sbb :
Page 118

BAB I
BALUTAN

NO.

HARI / TGL

CARA MEMBUAT

DIAGNOSA KEP.

TINDAKAN KEP.

RESPON HASIL

V. EVALUASI
NO.

TGL

JAM

DIAGOSA

EVALUASI

PARAF

KEP.
S : Data subjektif yang di dapat
dari

pengkajian

langsung

kepada klien atau hal yang


dirasakan

oleh

klien

saat

pengkajian dilakukan.
O : Data objektif yang didapat
dari

hasil

pengkajian

perawat

oleh

misalnya

keadaan umum, TTV ).


A : Apakah masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau belum
teratasi

yang

dengan

kriteria

diharapkan

disesuaikan
hasil

pada

yang
kolom

intervensi. Jika sesuai dengan


kriteria hasil maka dapat ditulis
Masalah teratasi
P : Tindakan selanjutnya yang
akan dilakukan.
Jika

masalah

teratasi

maka

intervensi dihentikan, sebaliknya


jika masalah belum teratassi
atau teratasi sebagian maka
intervensi dilanjutkan.

Page 119

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

TUMOR TULANG

Page 120

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

A. PENGERTIAN
Tumor

tulang

adalah

istilah

yang

dapat

digunakan

untuk

pertumbuhan tulang yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan


untuk tumor tulang utama, seperti osteosarkoma, chondrosarkoma,
sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.
Sjamsuhidayat R (1997), membagi bahasan neoplasma pada
system muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan
neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ
besar biasanya disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma,
karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan
tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam
golongan ini.
Reeves (2001), terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu
primer dan metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup
tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel
raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat,
pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas
sangat jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini
mencangkup osteosarkoma dan multiple myeloma.
Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan
gangguan pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit
dan bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang
berasal dari tulang, otot, atau jaringan penyambung.
Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap
awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang

yang utama,

sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Tumor tulang metastatik


awalnya terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid.
Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada tumor tulang primer
dan memiliki prognosis

yang buruk. Karsinoma akan lebih sering

bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.

Page 121

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

B. ETIOLOGI
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan, Contoh faktor genetika yang dapat meningkatkan resiko
kanker tulang adalah:
1. Multiple exostoses
2. Rothmund-Thomson sindrom
3. Retinoblastoma genetic
4. Li-Fraumeni sindrom
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).
C. PATOFISIOLOGI
Gambaran patologik yang penting untuk meramalkan perjalanan
klinis dan menentukan cara penanggulangannya ialah banyaknya mitosis
dan banyaknya nekrosis. Tumor ganas ini dibagi dalam tiga derajat
maliknitas. Bila klien mendapat terapi optimal, prognosis pertahanan hidup
setiap lima tahunnya berdasarkan derajat keganasan tumor dari derajat I
III adalah 90%, 70%, dan 45%. Banyaknya mitosis dari derajat I III
berturut-turut adalah < 4/2 mml2, 4-25/2 mm2 (2mm2 artinya banyaknya
mitosis pada lapangan mikroskopik 2mm2).
D. INSIDEN TUMOR TULANG
Insiden dari beberapa neoplasma berkaitan dengan usia, misalnya
osteosarkoma

terjadi

kebanyakan

pada

anak

dan

remaja,

dan

osteoklastoma terjadi pada dewasa. Lokasi anatomi juga mempunyai


kekhususan, yaitu sering terjadi pada daerah metafisis tulang panjang
seperti femur distal, tibia proksimal dan humerus proksimal.
E. KLASIFIKASI
Tumor tulang ganas di golongkan berdasarkan TNM (Tumor,
Nodus, Metastasis), yaitu penyebaran setempat dan metastatis. Klasifikasi
tumor tulang menurut Sjamsuhidajat R (1997) sebagai berikut:
a. T
b. TX
c. T0

=
=
=

Tumor Induk
Tumor tidak dapat dicapai
Tidak ditemukan tumor primer

Page 122

BAB I
BALUTAN
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

T1
T2
T3
N
N0
N1
M
M0
M1

CARA MEMBUAT

=
=
=
=
=
=
=
=
=

Tumor terbatas didalam periosteum


Tumor menembus periosteum
Tumor masuk organ atau struktur seputar tulang
Kelenjar limfe regional
Tidak ditemukan tumor di kelejar limfe
Tumor di kelenjar limfe regional
Metastatis jauh
Tidak di temukan metastasis jauh
Metastasis jauh

F. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa
bervariasi tergantung pada jenis tumor

tulangnya, namun yang paling

umum adalah nyeri. Tumor tulang lebih umum terjadi pada tulang yang
bentuknya panjang (lengan dan kaki), sehingga tempat-tempat tersebut
merupakan tempat yang paling sering merasakan nyeri.
Tidak semua tumor tulang bersifat ganas, melainkan ada juga yang
jinak. Nyeri tulang umumnya menunjukkan bahwa tumor tersebut adalah
jinak. Beberapa manifestasi klinis tumor tulang, antara lain:
a. Persendian yang bengkak dan inflamasi.
b. Patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh
Manifestasi klinis yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya
berat badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala
tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
G. PENGOBATAN
a. Pembedahan.
Kanker

tulang

umumnya

diterapi

dengan

pembedahan.

Pembedahan dilakukan pada kanker yang belum menyebar dan


mengangkat jaringan kanker dan jaringan yang ada disekitarnya.
Beberapa tumor mungkin masih memerlukan kemoterapi atau radiasi
selain pembedahan.
b. Terapi radiasi

Page 123

BAB I
BALUTAN
Terapi

CARA MEMBUAT

radiasi

menggunakan

energi

radiasi

tertentu

untuk

mengecilkan tumor atau menghilangkan sel kanker. Terapi radiasi bekerja


dengan merusak DNA sel, sehingga sel tidak mampu berkembang.
Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel sehat yang ada disekitarnya,
sel kanker lebih sensitif terhadap radiasi dan akan mati saat diradiasi. sel
sehat disekitarnya akan rusak karena radiasi, namun mereka akan segera
pulih
c. Kemoterapi.
Kemoterapi sering diberikan untuk pengobatan kanker tulang. Obat
kemoterapi

bekerja

dengan

menghilangkan

sel-sel

yang

memiliki

kecepatan dalam membelah diri, seperti sel kanker. Namun, ada beberapa
jenis sel normal yang juga memiliki sifat cepat membelah diri seperti sel
rambut. Sehingga kadangkala kemoterapi menyebabkan kerontokan
rambut.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Aktivitas /Istirahat
Gejala:
1. Kelemahan dan atau keletihan.
2. Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan.
3. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat
stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala :
1. Palpitasi dan nyeri dada pada aktivitas fisik berlebih.
2. Perubahan pada TD.
c. Integritas Ego
Gejala :

Page 124

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara


mengatasi stres (misalnya merokok, minum alkohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religious/spiritual).
2. Masalah tentang perubahan dan penampilan, misalnya : alopesia,
lesi, cacat, pembedahan. Tanda :
1. Kontrol depresi.
2. Menyangkal, menarik diri, dan marah.
d. Eliminasi
Gejala :
Perubahan pola defikasi, misalnya : darah pada feses, nyeri saat
defikasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya : nyeri atau rasa
terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda:
Perubahan bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/Cairan
Gejala:
1. Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi lemak, aditif,
dan bahan pengawet).
2. Anoreksia, mual/muntah.
3. Intoleransi makanan.
Tanda:
1. Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot.
2. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori
Gejala :
Pusing, sinkope.
g. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Tidak ada nyeri yang bervariasi, misalnya : kenyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit).
h. Pernafasan
Gejala :
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang
i.
1.
2.
3.
j.

merokok), pemajanan asbes.


Keamanan
Gejala :
Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama/berlebihan.
Demam.
Tanda :
Ruam kulit, ulserasi.
Seksualitas
Gejala :
Page 125

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan, perubahan


pada tingkat kepuasaan.
2. Nuligravida lebih besar dariusia 30 tahun.
3. Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini, dan
herpes genital.
k. Interaksi Social
Gejala :
1. Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
2. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,
dukungan atau bantuan). Masalah tentang fungsi/tanggung jawab
peran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas
berhubungan

dengan

krisis

situasi

(kanker),

ancaman/perubahan pada status kesehatan/sosial ekonomi, fungsi


peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
2. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi
(kehilangan bagian tubuh, perubahan fungsi), perubahan gaya
hidup, penerimaan kemungkinan kematian klien.
3. Gangguan harga diri berhubungan dengan biofisik (kecacatan
bedah, efek kemoterapi, penurunan BB, impoten, nyeri tidak
terkontrol, kelehan tidak terkontrol, ragu tentang penerimaan, takut
atau kehilangan).
4. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,
opstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai
agen terapi saraf.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stasus
hipermetabolik, konsekuensi, kemotrapi, radiasi, pembedahan,
distre emosiona, keletihan atau kontrol nyeri buruk.
6. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
status hipermetabolik, kerusakan masukan cairan, kehilangan
cairan berlebihan (luka, selang indwelling).
7. Keletihan berhubungan dengan penurunan

produksi

energi

metabolik (hipermetabolik), emosional berlebihan, efek obatobatan/kemoterapi.


8. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubumgan dengan pertahanan
sekunder tidak adekuat, malnutrisi, proses penyakit kronis, atau
prosedur invasif.

Page 126

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

9. Risiko tinggi terjadi perubahan membran mukosa oral berhubungan


dengan efek samping agen kemoterapi dan radiasi.
10. Risiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
efek radiasi, kemoterapi, perubahan imunologis, perubahan status
nutrisi, atau anemia.
C. Rencana Keperawatan
Dx.I Intervensi :
1. Tinjauan

ulang

pengalaman

klien/orang

terdekat

sebelum

mengalami kanker.
Rasional : Membantu dalam identifikasi rasa takut dan kesalahan
kopnsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker.
2. Dorong klien untuk menungkapkan pikiran dan perasaannya.
Rasional : Memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut, realisasi serta kesalahan konsep tentang diagnosis.
3. Berikan

lingkungan

terbuka,

dimana

klien

merasa

aman

mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara.


Rasional : Membantu klien untuk merasa diterima apa adanya,
kondisi tanpa perasaan di hakimi dan meningkatkan rasa terhormat
dan control.
4. Pertahankan kontak sering dengan klien. Berbicara dengan
menyentuh klien bila memungkinkan.
Rasional : Memberikan keyakinan bahwa klien tidak sendiri atau
ditolak. Berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan
kepercayaan.
5. Sadari

efek-efek

isolasi

pada

klien

bila

diperlukan

untuk

imunosupresi atau implan radiasi. Batasi penggunaan pakaian


/masker isolasi bila mungkin.

Page 127

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Rasional : Penyimpangan sensori dapat terjadi bila nilai stimulasi


yang cukup tidak tersedia dan dapat memperberat perasaan
ansietas/takut.
Dx.II Intervensi Mandiri:
1. Antisipasi terjadinya syok aawal dan ketidak yakinan setelah
diagnosis

kanker

trauma,missal

dan/atau
bedah

prosedur

yang

yang

menimbulkan
menimbulkan

kecacatan,kolostomi,amputrasi.
Rasional: Sedikit klien yang benar-benar siap untuk realita
perubahan yang dapat terjadi.
2. Kaji klien/orang terdekat terhadap persepsi berduka.
Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat
normalitas perasaan/reaksi terhadap apa yang di alami dan dapat
membantu klien menghadapi situasi yang ada dengan lebih efektif.
3. Dorong pengungkapan pikiran/masalah dan penerimaan ekspresi
kesedihan,marah,penolakan. Akui normalitas perasaan ini.
Rasional: Klien merasa terdukung mengekspresikan perasaan
dengan memahami bahwa konflik emosi yang dalam dan sering
adalah norma dan di alami orang lain dalam situasi sulit ini.
Intervensi Kolaborasi:
1. Rujuk Pada konselor yang tepat sesuai kebutuhan (perawat klinik
psikiatri, pekerja social, psikologi).
Rasional : Dapat membantu untuk menghilangkan disters atau
mengatasi perasaan berduka untuk memudahkan koping dan
mengembangkan pertumbuhan.
2. Rujuk pada program komunitas bila tepat

Page 128

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Rasional : Memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan


fisik dan emosional klien/rang terdekat, dan menambahkan
perawatan keluarga dan teman yang dapat diberikan.
Dx.III Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien/orang terdekat bagaimana diagnosis
pengobatan yang memengaruhi kehidupan pribadi klien dan
aktivitas kerja.
Rasional : Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai
proses pemecahan masalah.
2. Tinjau ulang efek samping yang di antisipasi berkenaan dengan
pengobatan tertentu, termasuk kemungkinan efek pada aktivitas
seksual

dan

rasa

ketertarikan/keinginan,

missal

alopesia,

kecacatan bedah beritahu klien bahwa tidak semua efek samping


terjadi.
Rasional : Bimbingan antisipasi dapat membantu klien/orang
terdekat

memulai

proses

adaptasi

pada

stasus

baru

dan

menyiapkan untuk beberapa efek samping, missal membeli wige


sebelum

menjalani

radioterapi,

jadwal

waktu

libur

kerja,

memberikan rujukan pada risiko pada perubahan seksual.


3. Dorong

klien

untuk

mendiskusikan

tentang

masalah

efek

kanker/pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga, orang


tua, dan sebagainya.
Rasional

Dapat

membantu

menurunkan

masalah

yang

memengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan


penyakit.
4. Akui kesulitan yang mungkin dialami klien. Berikan informasi bahwa
konseling sering perlu dan penting dalam proses adaptasi.

Page 129

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Rasional : Memvalidasi realita perasaan dan memberikan izin untuk


melakukan tindakan apapun perlu dalam mengatasi apa yang
terjadi.
5. Evaluasi dtruktur pendukung yang ada dan digunakan oleh
klien/orang terdekat.
Rasional : Membantu merencanakan perawatan saat di rumah sakit
dan setelah pulang.
Dx.IV Intervensi :
1. Kaji nyeri, missal lokasi nyeri, frekwensi, durasi, dan itensitas (skala
1-10), serta tindakan penghilang nyeri yang digunakan.
Rasional : Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
2. Evaluasi terapi tertentu, missal pemidahan, radiasi, kemoterapi,
bioterapi. Ajarkan pada klien/orang terdekat apa yang diharapkan.
Rasional : Ketidaknyamanan adalah umum, (missal nyeri insisi,
kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala), tergantung
pada prosedur yang digunakan.
3. Peningkatan

kenyamanan

dasar

(missal

teknik

relaksasi,

visualisasi, bimbingan imajinasi) dan aktivitas hiburan (missal


music, televise).
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan
kembali perhatian.
4. Dorongan penggunaan keterampilan managemen nyeri (missal
teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, music,
dan sentuhan terapeutik.
Rasional : Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif
dan meningkatkan rasa kontrol.

Page 130

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

5. Evaluasi penghilang nyeri/control.


Rasional : Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada aktivitas kegiatan sehari-hari (AKS).
Dx.V Intervensi :
1. Pantau intake makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku
harian tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
2. Ukur tinggi badan(TB), berat badan (BB), dan ketebalan lipatan
kulit, triseps atau dengan antroprometrik lainnya. Pastikan jumlah
penurunan berat badan saat ini.
Rasional : Membantu dalam identifiksi malnutrisi protein-kalori,
khususnya bila BB dan pengukuran antroprometik kurang dari
normal.
3. Dorong klien untuk makan dengan diet tinggi kalori kaya nutrient,
dengan intake cairan yang adekuat. Dorong penggunaan suplemen
dan makan sedikit tapi sering.
Rasional : Kebutuhan metabolic jaringan ditingkatkan, begitu juga
cairan (untuk menghilagkan produk sisa). Suplemen berguna untuk
mempertahankan masukan kalori dan protein.
4. Nilai diet sebelum dan setelah pengobatan, missal makanan, cairan
dingin, bubur saring, roti, creackers, minuman berkabonat. Berikan
cairan satu jam sebelum atau sesudah makan.
Rasional : Efektifitas penilaian diet saat individual mengurangi mual
pasca

terapi.

Klien

harus

mencoba

solusi/kombinasi terbaik.
Dx.VI Intervensi :

Page 131

untuk

menemukan

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. Pantau masukan dan keluaran berat jenis, masukan semua sumber


keluaran, missal muntah, diare, luka basah. Hitung keseimbangan
cairan 24 jam.
Rasional : Keseimbangan cairan negative yang terus-menerus
dapat menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urin. Hal ini
menunjukkan terjadinya dehidrasi dan perlunya peningkatan
penggantian cairan.
2. Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional

Pemngukuran

sensitive

terhadap

fluktiuasi

keseimbangan cairan.
3. Pantau tanda vital, evaluasi nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Rasional : Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
4. Kaji turgor kulit dan kelmbaban membrane mukosa. Perhatikan
keluhan haus.
Rasional : Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat
kekurangan.
5. Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 mL/hari sesuai
toleransi individu.
Rasional : Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan
menurunkan resiko efek samping yang membahayakan, missal
sistitis hemoragi pada klien yang mendapat siklofosfamid (cytoxan).
Dx.VII Intervensi :
1. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat.
Jadwalkan aktivitas periodic bila klien mempunyai energy yang
banyak. Libatkan klien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.

Page 132

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Rasional : Perencanaan akan memungkinkan klien menjadi aktif


selama tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki
perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
2. Buat tujuan aktivitas realistis dengan klien.
Rasional : Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu
menyelesaikan.
3. Dorong klien untuk melaksanakan apa saja bila mungkin, missal
mandi duduk, bangun dari kursi, berjalan. Tingkatkan aktivitas
sesuai kebutuhan.
Rasional : Meningkatkan kekuatan atau staminadan menjadikan
klien lebih aktif tanpa kelelahan yang berarti.
4. Pantau respon fisiologis terhadap aktivitas, missal perubahan TD
atau frekuensi jantung dan pernafasan.
Rasional : Toleransi sangat bervariasi bergantung pada tahap
proses penyakit, status nutrisi, keseimbanagn cairan, dan reaksi
terhadap aturan terapeutik.
5. Dorong masukan nutrisi.
Rasional : Masukan nutrisi yang adekuat perlu untuk memenuhi
kebutuhan energy selama aktivitas.
Dx.VIII Intervensi :
1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staff dan
pengunjung sebelum dan setelah bersentuhan dengan klien. Batasi
pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan klien pada isolasi
sesuai indikasi.
Rasional : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti
pengunjung dan staff yang mengalami ISK.

Page 133

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2. Tekanan hygene personal


Rasional : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan
sekunder.
3. Pantau suhu
Rasional : Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang
tepat untuk dimulai dengan segera.
4. Kaji semua sistem, missal kulit, pernafasan, genitourineria dari
adanya gejala/tanda infeksi secara kontinu
Rasional : Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah
progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.
5. Ubah posisi dengan sering, pertahankan kl;ien kering dan bebas
kerutan.
Rasional : Menurunkan tekanan dan iritasi pada jaringan dan
mencegah kerusakan kulit.

Page 134

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

GOUT

1. Latar Belakang
Di masyarakat kini beredar mitos bahwa ngilu sendi berarti asam urat.
Pengertian ini perlu diluruskan karena tidak semua keluhan dari nyeri
sendi disebabkan oleh asam urat. Pengertian yang salah ini diperparah
oleh iklan jamu/obat tradisional. Penyakit rematik banyak jenisnya. Tidak
semua keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam urat.
Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium.
Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang
berbentuk kristal-kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme
purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam
nukleat yang terdapat pada intisel - sel tubuh. Secara alamiah, purin
terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau
pun hewan (daging, jeroan, ikan sarden).
Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh, yang
kadarnya tidak boleh berlebih. Setiap orang memiliki asam urat di dalam
tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak
mengandung purin. Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa
purin untuk kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari
makanan hanya sekitar 15 persen. Sayangnya, fakta ini masih belum
diketahui secara luas oleh masyarakat. Akibatnya banyak orang suka
menyamaratakan semua makanan. Orang menyantap apa saja yang dia
inginkan, tanpa mempertimbangkan kandungan didalamnya sangat tinggi.
Produk makanan mengandung purin tinggi kurang baik bagi orang-orang
tertentu, yang punya bakat mengalami gangguan asam urat. Jika
mengonsumsi

makanan

ini

tanpa perhitungan,

jumlah purin

dalam

tubuhnya dapat melewati ambang batas normal. Beberapa jenis makanan


dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat adalah
Page 135

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan. Ikan hearing atau sejenisnya
(sarden), dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat potensial. Yang
tergolong jeroan bukan saja usus melainkan semua bagian lain yang
terdapatdalam perut hewan seperti hati, jantung, babat, dan limfa.
Konsumsi
jeroan
memperberat
kerja
enzim
hipoksantin
untuk mengolah purin. Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam
darahnya, yang berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar sendi
sehingga menimbulkan rasasangat sakit. Jeroan memang merupakan
salah satu hidangan menggiurkan, diantaranya soto babat, sambal hati,
sate jantung, dan kerupuk limfa. Tetapi salahsatu dampaknya, jika tubuh
kelebihan

senyawa

purin

maka

si

empunya

dirimengalami

sakit

pada persendian.

2.Tujuan

Untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan Gout


Mengetahui pengertian tanda ,gejala serta patofisiologi gout
mengetahui apasaja penatalaksanaan gout yang bisa di lakukan

A. Definisi
Gout merupakan gangguan metabolik yang sudah dikenal oleh
Hipokrates pada zaman yunani kuno. Pada waktu itu Gout dianggap
sebagai penyakit kalangan sosial elit yang disebabkan karena terlalu
banyak makan, minum anggur dan seks. Sejak saat itu banyak teori
etiologis dan terapiotik yang telah dikemukakan, namun kini banyak yang
telah diketahui mengenai penyakiy Gout, dan tingkat keberhasilan
pengobatannya juga tinggi.
Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik, sekurang-kuranggnya ada sembilan gangguan yang ditandai
oleh meningkatnya konsentrasi asam urat atau hiperurisemia. Gout dapat
bersifat primer maupun sekunder. Gout primer merupakan akibat langsung
pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan
ekskresi asam urat. Gout sekunder disebabkan karena pembentukan
Page 136

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

asam urat yang berlebih atau ekskresi asam urat yang berkurang akibat
proses penyakit lain atau pemakaian obat-obat tertentu.
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi
karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout terjadi
sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama (asam urat
serum

meningkat)

disebabkan

karena

penumpukan

purin

atau

ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Gout mungkin primer atau
sekunder.
Pirai atau gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri
karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di
dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah
(hiperurisemia).
Macam macam Gout:
a.

b.

Gout primer
Merupkan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat
Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu.

B. Etiologi
Gout

disebabkan

oleh

adanya

kelainan

metabolik

dalam

pembentukan purin atau ekresi asam urat yang kurang dari ginjal yang
menyebakanhyperuricemia.
Hyperuricemia pada penyakit ini disebabkan oleh :
a)

Pembentukan asam urat yang berlebih.


Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang bertambah.
Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat berlebih
karana penyakit lain, seperti leukemia.
Page 137

BAB I
BALUTAN
b)

CARA MEMBUAT

Kurang asam urat melalui ginjal.


Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distal ginjal
yang sehat. Penyabab tidak diketahui
Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal, misalnya
glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik..

C. Tanda dan gejala


1)
2)
3)
4)

Hiperurisemia (tingkat tinggi asam urat dalam darah)


Kristal asam urat dalam cairan sendi
Lebih dari satu serangan arthritis akut
Arthritis yang berkembang dalam 1 hari, menghasilkan sendi bengkak,

merah, dan hangat


5)
Serangan arthritis hanya dalam satu sendi, biasanya jari kaki,
pergelangan kaki, atau lutut.

D. Gambaran klinis
Kadar urat serum pada laki-laki mulai meningkat setelah pubertas
pada perempuan kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopouse
karena ekstrogen meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah
menopouse kadar urat serum meningkat seperti pada pria. Terdapat
empat tahap perjalanan klinis dari penyakit gout yang tidak diobati.
Tahap pertama hiperurisemia asimtomatik nilai normal asam urat
serum pada laki-laki adalah 5,1 atau lebih dari kurang lebih 1,0 dan pada
perempuan adalah 4,0 , lebih dari 1,0 mg/dl. Pada seseorang dengan gout
tahap ke 2 adalah artritis gout akut pada tahap ini tejadi awitan mendadak
pembengkakan dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari
kaki dan sendi metatarsofalangeal artritis bersifat monoartikular dan
menunjukkan tanda-tanda peradangan otak mungkin terdapat demam dan
peningkatan jumlah leukosit serangan dapat dipicu oleh pembedahan
trauma obat-obatan, alkohol, atau stresss emosional. Serangan gout akut
biasanya pulih tanpa pengobatan tetapi memakan waktu 10 sampai 14
hari.

Page 138

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Perkembangan dari serangan akut gout umumnya mengikuti


serangkaian peristiwa sebagai berikut mula-mula terjadi hipersaturasi dari
urat plasma dan cairan tubuh. Selanjutnya diikuti oleh penimbunan
didalam dan sekeliling sendi-sendi mekanisme terjadinya kristalisasi asam
urat setelah keluar dari serum masih belum jelas di mengerti serangan
gout sering kali terjadi sesudah trauma lokal atau ruptura tofi (timbunan
natrium urat) yang mengakibatkan peningkatan cepat konsentrasi asam
urat lokal. Kristalisasi dan penimbunan asam urat akan memicu serangan
gout, kristal-krital asam urat memicu respon fagositik oleh leukosit,
sehingga leukosit memakan kristal-kristal urat dan memicu mekanisme
respon peradangan lainnya.
Tahap ketiga setelah serangan gout akut, adalah tahap interkrtis.
Tidak terdapat gejala - gejala pada masa ini yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun kebanyakan orang mengalami serangan
gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di obati. Tahap
keempat adalah tahan gout kronik denagn timbunan asam laktat yang
terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat kristal-krital asam urat megakibatkan nyeri sakit
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi yang bengkak. Gout
dapat meerusk ginjal sehingga ekskresi asam urat akan bertambah buruk.
Kristal-kristal asam urat dapat terbentuk dalam interstisio medula, papila,
dan piramid sehingga timbul protein uria dan hipertensi ringan. Kriteria
diagnostik gout harus dipertimbangkan pada setiap pasien laki-laki yang
mengalami atritis monoartikular terutama pada ibu jari kaki yang
awitannya terjadi secara akut.
Suatu pemeriksaan lain untuk mendiagnosis gout adalah dengan
melihat respon dari gejala-gejala pada sendi terhadap pemberian kolkisin.
Kolkisin adalah obat yang menghambat aktivitas fagositik leukosit
seghingga memberikan perubahan dramatis dan cepat meredakan gejalagejala.
a)

Fase akut

Page 139

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Biasanya timbul tiba-tiba, tanda-tanda awitan serangan gout adalah


rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Kulit diatasnya mengkilat
dengan reaksi sistemik berupa demam, menggigil, malaise dan sakit
kepala. Yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki (sendi
metatarsofalangeal) tapi sendi lainnya juga dapat terserang. Serangan ini
cenderung sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari meskipun tanpa
b)

terapi.
Fase kronis
Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan
rasa nyeri, kaku, dan pegal. Akidat adanya kristal-kristal urat maka terjadi
peradangan kronik. Sendi yang bengkak akibai gout kronik sering besar

dan berbentuk noduler. Tanda yang mungkin muncul :


Tampak deformitas dan tofus subkutan.
Terjadi pemimbunan kristal urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal.
Terjadi uremi akibat penimbunan urat pada ginjal
Mikroskofik tanpak kristal-kristal urat disekitar daerah nekrosisi.

E. Faktor resiko
a.

Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.

b.
c.

Kelaparan dan intake etil alkohol yang berlebih.


Penggunaan obat diuritik, anti hipertensi , salisilat dosis rendah.

F. Patofisiologi
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh
pembentukan berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun
keduanya. Asam urat adalah produk akhir metabolisme purin. Secara
normal, metabolisme purin menjadi asam urat dapat diterangkan sebagai
berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur
penghematan (salvage pathway).

Page 140

BAB I
BALUTAN
1.

CARA MEMBUAT

Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat,
asam guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian
mekanisme yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang
mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan
amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya

2.

untuk mencegah pembentukan yang berlebihan.


Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui
basa purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan.
Jalur ini tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa
purin bebas (adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP
untuk membentuk prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini
dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase
(HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).
Asam urat yang terbentuk dari hasil metabolisme purin akan
difiltrasi secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal
ginjal. Sebagian kecil asam urat yang diresorpsi kemudian diekskresikan
di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan
metabolisme (pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut,
meliputi:

1.

Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik

2.

Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal

3.

Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang


meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)

4.

Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

Page 141

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan


kadar asam urat dalam tubuh. Asam urat ini merupakan suatu zat yang
kelarutannya sangat rendah sehingga cenderung membentuk kristal.
Penimbunan asam urat paling banyak terdapat di sendi dalam bentuk
kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat ini masih belum
diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi
melalui beberapa cara:
1.

Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.


Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan
(sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu
pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.

2.

Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.


Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi
akan melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai
mediator proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator
ini akan memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan
sel sinovium dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease
ini akan menyebabkan cedera jaringan.
Penimbunan kristal urat dan serangan yang berulang akan
menyebabkan terbentuknya endapan seperti kapur putih yang disebut
tofi/tofus (tophus) di tulang rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut
endapan akan memicu reaksi peradangan granulomatosa, yang ditandai
dengan massa urat amorf (kristal) dikelilingi oleh makrofag, limfosit,
fibroblas, dan sel raksasa benda asing. Peradangan kronis yang persisten
dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat
diikuti oleh fusi sendi (ankilosis). Tofus dapat terbentuk di tempat lain
(misalnya tendon, bursa, jaringan lunak). Pengendapan kristal asam urat
dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati
gout.
G. Penatalaksanaan
Page 142

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Penatalaksanaan non medik.


1.

2.

Diet rendah purin.


Hindarkan alkohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden,
daging kambing) serta banyak minum.
Tirah baring.
Merupakan suatu keharusan dan di teruskan sampai 24 jam setelah
serangan menghilang. Gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak.

Penatalaksanaan medik.
1.

Fase akut.
Obat yang digunakan :

a.
b.
c.

Colchicine (0,6 mg)


Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Fenilbutazon.

2.

Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk mencegah


komplikasi.

a.

Golongan urikosurik
- Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan asam
urat dalam serum.
- Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400 mg

perhari.
- Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
- Benzbromaron.
b.
Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah konversi
hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin menjadi asam urat.

H. Pengobatan
Gout bergantung pada tahap penyakitnya. Serangan atritis gout
yang akut diobati dengan obat-obatan AINS atau kolkisin. Pengobatan
gout kronik adalah berdasarkan usaha untuk menurunkan produksi asam
urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal. Obat allopurinol

Page 143

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

menghambat pembentukan asam urat dari prekursornya xantin dan


hipoxantin. Obat-obatan urikosurik dapat meningkatkan ekskresi asam
urat dengan menghambat reabsobsi tubulus ginjal supaya agen-agen
urikosorik ini dapat bekerja dengan efektiv dibutuhkan fungsi ginjal yang
memadai. Kreatinin klirens perlu diperiksa untuk menentukan fungsi ginjal
normal adalah 115-120 ml/menit. Progenesik dan sulfinpirazon adalah dua
jenis agen urikosorik yang banyak dipakai. Perubahan diet yang ketat
tidak diperlukan dalam pengobatan gout. Tetapi yang pasti makanan yang
mengandung purin yang tinggi dapat menimbulkan persoalan. Makanan
ini termasuk daging dari alat-alat dalaman seperti hepar, ginjal, pangkreas,
dan otak dan demikian pula daging-daging olahan. Minum alkohol
berlebihan juga dapat memicu serangan.
I. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :
a.
b.
c.

Deformitas pada persendian yang terserang


Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I.

PENGKAJIAN
A.

Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin ( lebih sering pada pria daripada
wanita ), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang
digunakan,

status

perkawinan,

pendidikan,

pekerjaan,

asuransi

kesehatan, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit,


dan diagnosis medis.
B.

Keluhan Utama

Page 144

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu jari
kaki (sendi lain)
C.

Riwayat Penyakit Sekarang


P (Provokatif)

: kaji penyebab nyeri

Q (Quality / qualitas) : kaji seberapa sering nyeri yang dirasakan klien


R (Region) : kaji bagian persendian yang terasa nyeri (biasanya pada
pangkal ibu jari)
S (Saverity)

: Apakah mengganggu aktivitas motorik ?

T (Time)

: Kaji kapan keluhan nyeri dirasakan ?


(Biasanya terjadi pada malam hari)

D.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal

E.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.

F.

Pengkajian Psikososial dan Spiritual


Psikologi

: apakah klien mengalami peningkatan stress

Sosial

: Cenderung menarik diri dari lingkungan

Spiritual

: Kaji apa agama pasien, bagaimana pasien menjalankan

ibadah menurut agamanya


G.

Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


-

Kebutuhan nutrisi

1. Makan

: kaji frekuensi, jenis, komposisi (pantangan makanan kaya

protein)
Page 145

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2. Minum : kaji frekuensi, jenis (pantangan alkohol)


-

Kebutuhan eliminasi

1. BAK

: kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

2. BAB

: kaji frekuensi, jumlah, warna, bau

Kebutuhan aktivitas

Biasanya klien kurang / tidak dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari


secara mandiri akibat nyeri dan pembengkakan
H.

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum dan


pemeriksaan setempat.

a.

B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan system pernafasan, biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak nafas, tidak ada penggunaan
otot bantu pernafasan.
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang sakit, biasanya

b.

didapatkan suara ronki atau mengi.


B2 (Blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing karena nyeri. Suara S1 dan S2 tunggal.

c.

B3(Brain)
Kepala dan wajah

Mata
Leher

d.

sianosis.

Sklera

biasanya tidak ikterik, konjungtiva anemis

Pada k

kasus efusi pleura hemoragi kronis.

Biasan

JVP dalam batas normal.

B4 (Bladder)
Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada
system perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke

Page 146

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

ginjal berupa pielonefritis, batu asam urat, dan gagal ginjal kronik yang
d.

akan menimbulkan perubahan fungsi pada system ini.


B5 (Bowel)
Kebutuhan elimknasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi tetap
perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna, serta bau feses. Selain itu, perlu
dikaji frekuensi, kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya
mual, mengalami nyeri lambung. Dan tidak nafsu makan, terutama klien

yang memakan obat alnagesik dan antihiperurisemia.


e.
B6 ( Bone ). Pada pengkajian ini di temukan:
a.
Look. Keluhan nyeri sendi yang merypoakan keluhan utama yang
mendorong klien mencari pertolongan (meskipun mungkin sebelumnya
sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan

dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa

gerakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebih dibandingkan


dengan gerakan yang lain. Deformitas sendi (pembentukan tofus) terjadi
dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan
membesar.
b. Feel. Ada nyeri tekan pda sendi kaki yang membengkak.
c.
Move. Hambatan gerak sendi biasanya seamkin bertambah berat.
Pemeriksaan diasnostik. Gambaran radiologis pada stadium dini terlihat
perubahan yang berarti dan mungkin terlihat osteoporosis yang ringan.
Pada kasus lebih lanju, terlhat erosi tulang seperti lubang-lubang kecil
(punch out).

II.

Diagnosa Keperawatan
1.

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya radang pada sendi

2.

Gangguan perfusi jaringan b.d oedema jaringan

3.

Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi

4.

Gangguan citra diri b.d perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi

III. Intervensi
DIANOSA KEPERAWATAN :

Page 147

BAB I
BALUTAN
1.

CARA MEMBUAT

Gangguan rasa nyaman nyeri b.d adanya radang pada sendi

Tujuan Kriteria Hasil


1.
2.
3.

Menyatakan secara verbal alternatif untuk mengurangi nyeri


Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
Mengenali faktor- faktor yang meningkatkan dan melakukan tindakan

pencegahan nyeri
4. Menggunakan alat pengurang nyeri analgesik dan non analgesik secara
5.
6.
7.
8.
9.

tepat
Tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah
Tidak ada posisi melindungi
Tidak ada kegelisahan atau ketegangan otot
Tidak ada kehilangan nafsu makan
Frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri dilaporkan menengah atau
ringan

INTERVENSI
1.

Pemberian analgesik : penggunaan agen agen farmakologi untuk

2.

mengurangi nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat di terima pasien


Penatalaksanaan nyeri : meringankan atau mengurangi nyeri sampai

tingkat kenyamanan yang dapat di terima oleh pasien


3.
Bantuan analgesia yang di kendalikan oleh pasien : memudahkan
pengendalian pasien dalam pemberian dan pengaturan analgesik

Aktivitas Keperawatan :
1.

Kaji dan dokumentasikan efek efek penggunaan pengobatan jangka

2.

panjang
Penatalaksanaan

3.

penatalaksanaan nyeri pada interval yang spesifik


Tentukan dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup ( misalnya :

nyeri

pantau

kepuasan

pasien

dengan

tidur , nafsu makan , aktivitas , mood , hubungan , dan tanggung jawab


peran )

Page 148

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pendidikan Pasien dan keluarga :


1.

Bicarakan pada pasien bahwa pengurangan nyeri secara total tidak akan
dapat di capai
Aktivitas Kolaborasi

1.
2.

Pemberian analgesik secara tepat untuk mengurangi nyeri


Pemberian teknik distraksi , relaksasi untuk mengurangi nyeri

Aktivitas Lain :
1.

Tawarkan tindakan pengurangan nyeri untuk membantu pngobatan nyeri

2.

( misalnya: umpan balik biologis , teknik relaksasi , masase punggung )


Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan dan

dapat diterima
3.
Tingkatkan istirahat atau tidur yang adekuat untuk menfasilitasi
4.

pengurangan nyeri
Berikan pengobatan sebelum aktivitas untuk meningkatkan partisipasi

Page 149

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

OSTEOMILITIS

1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang.Infeksi tulang

lebih

sulit

disembuhkan dari pada infdeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan


darah, respon jaringan terhadap inflamasi. Tinggi tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum ( pembentukan tulang baru disekeliling jaringan
tulang mati ). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi

kualitas

hidup

atau

mengakibatkan

kehilangan

ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos
infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas ). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di
mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis
(tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic
seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus.

Page 150

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Selain itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di
rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani
pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi
margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma
pascaoperasi.
( Brunner & Suddarth,2001 )
Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadangkadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah
yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
2. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus 70% 80 %
Proteus
Pseudomonas
Escerehia Coli
Awitan Osteomielitis :
Setelah pembedahan ortopedi terjadi 3 bulan pertama (Akut FulminanStadium 1)
Antara 4-24 bulan setelah pembedahan (Awitan Lambat-Stadium 2)
Penyebaran hematogen lebih dari 2 tahun setelah pembedahan
(Awitan Lama-Stadium 3)
3. PATOFISIOLOGI
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram
negative dan anaerobik.
Page 151

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi


dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering
berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran

hematogen

dan

terjadi

tahun

atau

lebih

setelah

pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis
pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan
jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis
dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,
kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun
yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronis.
4. KLASIFIKASI
Osteomielitis dapat diklasifikasikan dua macam yaitu:

Osteomielitis Primer

Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari


focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)

Page 152

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka
fraktur dan sebagainya.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis
dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada
keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan
saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan
pada daerah infeksi dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan
Jika infeksi dibawa oleh darah, biasanya awaitan mendadak, sering terjadi
dengan manifetasi klinis septikema (misalnya : menggigil, demam tinggi,
tachycardia dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat
menutupi gejala local secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari
rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai posterium, dan
jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan
sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan
pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah terinfeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
Pada pasein dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
( DR. Faisal Yatim, 2006 )
6. KOMPLIKASI

1.
2.

Dini :
Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang

mendasarinya sembuh
Page 153

BAB I
BALUTAN
3.

CARA MEMBUAT

Atritis septik
Lanjut :
1.

2.
3.
4.

Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan

penurunan fungsi tubuh yang terkena


Fraktur patologis
Kontraktur sendi
Gangguan pertumbuhan

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endapan darah.
2. Pemeriksaan titer antibodi anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri Salmonella.
4 . Pemeriksaan Biopsi tulang.
5. Pemeriksaan ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus.
8. PENCEGAHAN
Pencegahan Osteomielitis adalah sasaran utamanya. Penanganan
infeksi

fokal

dapat

menurunkan

angka

penyebaran

hematogen.

Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.


Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan

Page 154

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomielitis


pascaoperasi.
Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan
yang memadai saat pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah
operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi
aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial
terjadinya osteomielitis.
9. PENATALAKSANAAN
Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi.

Kultur

darah,

swab

dan

kultur

abses

dilakukan

untuk

mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,


infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen.
Begitu

spesimen

kultur

diperoleh

dimulai

terapi

antibiotika

intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang


peka terhadap peningkatan semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya
adalah mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus
menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika
dalam darah yang terus-menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif
terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan
dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol antibiotika dapat
diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan
absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibioka,
tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan
nekrotik dinagkat dan daerah itu diirigasi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Terapi antibiotika dilanjutkan.

Page 155

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap


debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pangangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk menjalankan rongga yang
dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space)
atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan grunulasi atau
dilakukan

grafting

dikemudian

hari.

Dapat

dipasang

drainase

berpenghisap untuk mengontrol hematoma dan membuang debris. Dapat


diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi
infeksi samping dangan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dangan grafit tulang
kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat
besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau
flap otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan
meningkatkan asupan darah, perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.
Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan
tulang, yang kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan
fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya
patah tulang.
10. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN OSTEOMIELITIS
1. Pengkajian
a)

Riwayat keperawatan

Dalam hal ini perawat menanyakan faktor-faktor resiko sehubungan


dengan osteomielitisHal-hal yang dikaji meliputi umur, pernah tidaknya

Page 156

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

trauma, luka terbuka, tindakan operasi khususnya operasi tulang, dan


terapi radiasi.Faktor-faktor tersebut adalah sumber potensial terjadinya
infeksi.
b)

Pemeriksaan fisik

Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi,
irritable, lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
c)

Riwayat psikososial

Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat


sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d)

Pemeriksaan diagnostik

Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju endap darah


meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini
adanya osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat
pula dengan biopsi tulang atau MRI
2. Diagnosa Keperawatan
1.

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.

2.

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi

dan keterbatasan menahan beban berat badan.


3.

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

4.

Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan

abses tulang.
3. Intervensi dan Rasional
Dx1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan Peningkatan rasa kenyamanan
Kriteria Evaluasi :

Page 157

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Tidak terjadi nyeri,Napsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan


suhu tubuh normal
Intervensi dan Rasionalisasi :
No

Intervensi
Mandiri;

Rasionalisasi

1.

Mengkaji karakteris- tik nyeri : Untuk mengetahui tingkat rasa


lokasi, durasi, intensitas nyeri nyeri

sehingga

dapat

me-

dengan meng- gunakan skala nentukan jenis tindak annya


nyeri (0-10)
2.

Mempertahankan im- mobilisasi Mencegah pergeseran tulang dan


(back slab)

penekanan pada jaring- an yang


luka.

3.

Berikan sokongan (support) pada


ektremitas yang luka

Peningkatan
menurunkan

4.

vena
edem,

return,
dan

Amati perubahan suhu setiap 4 ngurangi

menyeri

jam
Untuk mengetahui penyimpangan
penyimpangan yang terjadi

5.
Kompres air hangat

Mengurangi
6.

analgesik

nyeri

dan

memberikan rasa nyaman

Kolaborasi :
Pemberian

rasa

obat-obatan
Mengurangi rasa nyeri

Dx 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat


imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
Tujuan / Hasil Pasien :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
Mempertahankan posisi fungsional

Page 158

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Meningkatkan / fungsi yang sakit


Menunjukkna teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasionalisasi :
No. Intervensi
Mandiri;
1.

Rasionalisasi

Pertahankan tirah baring dalam Agar


posisi yang di programkan

2.

Tinggikan

gangguan

ekstremitas

latihan

rentang

fisik

dapat berkurang
yang Dapat

meringankan

sakit, instruksikan klien / bantu gangguan


dalam

mobilitas

mobilitas

masalah
fisik

yang

gerak dialami klien

pada ekstremitas yang sakit dan


3.

tak sakit
Beri

penyanggah

pada Dapat

meringankan

masalah

ekstremitas yang sakit pada saat gangguan mobilitas yang dialami


bergerak

klien

4.
Jelaskan

pandangan

keterbatasan dalam aktivitas

dan Agar klien tidak banyak melakukan


gerakan

yang

Berikan dorongan pada klien membahayakan


untuk melakukan AKS dalam terjadinya

dapat
Mengurangi

penyimpangan

lingkup keterbatasan dan beri penyimpangan yang dapat terjadi


5.

bantuan sesuai kebutuhan


Ubah posisi secara periodik
Mengurangi gangguan mobilitas
fisik

6.

Kolabortasi :
Fisioterapi / aoakulasi terapi

Page 159

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Mengurangi gangguan mobilitas


fisik
Dx 3: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan / Hasil Pasien :
Mendemonstrasikan bebas dari hipertermia
Kriteria Evaluasi :
Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut, suhu tubuh normal, tidak
mual, suhu tubuh normal
Intervensi dan Rasionalisasi
No Intervensi
Mandiri;

Rasionalisasi

1.

Pantau :

Memberikan dasar untuk deteksi

Suhu tubuh setiap 2 jam

hati

Warna kulit

TD, nadi dan pernapasan

Hidrasi

(turgor

dan

kelembapan kulit
2.

Lepaskan

pakaian

berlebihan

yang
Pakaian

yang

tidak

berlebihan

dapat mengurahi peningkatansuhu


tubuh dan dapat memberikan rasa
3.

nyaman pada pasien.


Lakukan kompres dingin atau Menurunkan panas melalui proses
kantong es untuk menurunkan konduksi

serta

evaporasi,

dan

kenaikan suhu tubuh.

meningkatkan kenyaman pasien.

Motivasi asupan cairan

Memperbaiki

4.
kehilangan

cairan

akibat perspirasi serta febris dan


meningkatkan tingkat kenyamanan
pasien.
Kolaborasi :
5.
Page 160

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Beriakn obat antipiretik sesuai Antipiretik membantu mengontrol


dengan anjuran

peningkatan suhu tubuh

Dx 4: Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan


pembentukan abses tulang
Tujuan / Hasil Pasien :
Tidak terjadi pesiko perluasan infeksi yang dialami
Kriteria Hasil:
Mencapai waktu penyembuhan
Intervensi dan rasionalisasi:
No.

Intervensi

Rasionalisasi

Mandiri;
1.

Pertahankan system kateter steril; Mencegah


berikan

perawatan

kateter

pemasukan

bakteri

regular dari infeksi/ sepsis lanjut.

dengan sabun dan air, berikan salep


2.

antibiotic disekitar sisi kateter.


Ambulasi dengan kantung drainase Menghindari refleks balik urine,
dependen.

yang dapat memasukkan bakteri

kedalam kandung kemih.


Awasi tanda vital, perhatikan demam Pasien
yang
mengalami
ringan,

menggigil,

pernapasan

cepat,

nadi
gelisah,

dan sistoskopi/ TUR prostate beresiko


peka, untuk

disorientasi.
.
4.

syok

bedah/

septic

sehubungan dengan manipulasi/

instrumentasi
Observasi drainase dari luka, sekitar Adanya drain, insisi suprapubik
kateter suprapubik.

meningkatkan

resiko

untuk

infeksi, yang diindikasikan dengan


5.

eritema, drainase purulen.


Ganti balutan dengan sering (insisi Balutan basah menyebabkan kulit
supra/

retropublik

dan

perineal), iritasi

pembersihan dan pengeringan kulit untuk


6.

sepanjang waktu
Gunakan pelindung kulit tipe ostomi

dan

memberikan

pertumbuhan

media
bakteri,

peningkatan resiko infeksi luka.


Memberikan perlindungan untuk
kulit sekitar, mencegah ekskoriasi
dan menurunkan resiko infeksi.

Page 161

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Kolaborasi:
7.

Berikan antibiotic sesuai indikasi

Mungkin

diberikan

secara

profilaktik

sehubungan

dengan

peningkatan resiko infeksi pada


prostatektomi.

.4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
di rencanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk kesehatan lainya.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama seperti dokter atau petugas kesehatan lain.

RHEUMATOID ARTRITIS

A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang
bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
Page 162

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu


Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 :
1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak
sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya
umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi
dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi
dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama
mengenai mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya
ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan
mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti reumatod arthritis tidak diketahui. Biasanya
merupakan kombinasi dari faktor genetic, lingkungan, hormonal dan faktor
system reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang
dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus

non-

hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor
infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma

Page 163

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang
rawan sendi penderit
C. MANIFESTASI KLINIS
Pola karakteristik dari persendian yang terkena
Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki.
Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku,
pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.
Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit.
Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Gambaran Ekstra-artikular
Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia
Fenomena Raynaud.
Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak bebas, di
temukan pada jaringan
subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan
berupa:
1. demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.
2. nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.
3. rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
4. Pada sekitar 20% penderita rheumatoid artritits muncul nodus
rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini erdiri dari sel darah putih dan sisia
sel yang terdapat di daerah trauma atau peningkatan tekanan. Nodus
biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku dan jari tangan.

Page 164

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

D.PATOFISIOLOGI

E. KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit
( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya
berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Page 165

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis

arthritis

reumatoid

tidak

bersandar

pada

satu

karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok tanda


dan gejala.
Kriteria diagnostik adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid dalam serum
6. Perubahan-perubahan radiologik (erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan positif apabila sekurangkurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi. Empat kriteria yang
disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung sekurang-kurangnya 6
minggu.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi
nyeri,

mengurangi

inflamasi,

menghentikan

kerusakan

sendi

dan

meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone &


Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara
lain

1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin
untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi,

pemberian

corticosteroid

sistemik

untuk

memperlambat

destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses


autoimun.

Page 166

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

2. Pengaturan aktivitas dan istirahat


Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal
penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang
terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu
dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus
diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot
dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek
analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive
daripada kompres dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur
dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan

dilakukan

apabila

rheumatoid

arthritis

sudah

mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis


untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk
mengganti sendi.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan

Page 167

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu


senggang, pekerjaan, keletihan
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada
sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi.

Ketergantungan

6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Page 168

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran
mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan

peran;

isolasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4.
Kurang
perawatan
diri
berhubungan
dengan
kerusakan
muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan
prognosis

dan

(kebutuhan

kebutuhan

belajar),

pengobatan

mengenai

berhubungan

penyakit,
kurangnya

pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi


C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera;
distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi
sendi.
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai kemampuan.
- Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,

Page 169

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

- Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam


program kontrol nyeri.
Intervensi dan Rasional:.
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan

program

b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai

kebutuhan

R/ Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah


pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada
sendi yang terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
(R/

Mencegah

terjadinya

kelelahan

umum

dan

kekakuan

sendi.

Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)


e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi, dan sebagainya.
(R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)
f. Berikan masase yang lembut
(R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)

Page 170

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi


progresif,sentuhan

terapeutik,

biofeed

back,

visualisasi,

pedoman

imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.


(R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping)
h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
(R/

Memfokuskan

kembali

perhatian,

memberikan

stimulasi,

dan

meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)


i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
(R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme,
memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
(R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
k. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan
(R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas
skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan
otot.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan
kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/
atau konpensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
(R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari
peoses

inflamasi)

Page 171

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas


untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganmggu.
(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan
kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif
dan isometris jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan
sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d.

Ubah

posisi

dengan

sering

dengan

jumlah

personel

cukup.

Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan


mobilitas, mis, trapeze
(R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Memepermudah

perawatan

diri

dan

kemandirian

pasien.

Tehnik

pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)


e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat,
brace
(R/

Meningkatkan

stabilitas

mengurangi

resiko

cidera

dan

memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,


mengurangi kontraktor)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
(R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan
(R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h.

Berikan

lingkungan

yang

aman,

misalnya

menaikkan

menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.


(R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

Page 172

kursi,

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

(R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang


berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan
alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
(R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi

risiko

imobilitas)

k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).


(R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas
umum,

peningkatan

penggunaan

energi,

ketidakseimbangan

mobilitas.
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa
takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang
terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap
intervensi/ konseling lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat
menerima keterbatasan.
(R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)

Page 173

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.


(R/ Nyeri

konstan

akan

melelahkan, dan perasaan

bermusuhan

marah

umum

dan

terjadi)

e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu


memperhatikan perubahan.
(R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive,
membutuhkan intervensi lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
(R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat
jadwal aktivitas.
(R/ Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.
(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
(R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis
psikiatri, psikolog.
(R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan
obat-obatan peningkat alam perasaan.
(R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif
4.

Kurang

perawatan

diri

berhubungan

dengan

kerusakan

muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu


bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :

Page 174

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten


dengan kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
-

Mengidentifikasi

sumber-sumber

pribadi/

komunitas yang

dapat

memenuhi kebutuhan perawatan diri.


Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/
eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
(R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b.Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
(R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi
/rencana untuk modifikasi lingkungan.
(R/

Menyiapkan

untuk

meningkatkan

kemandirian,

yang

akan

meningkatkan harga diri)


d.Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
(R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan
dengan evaluasi setelahnya.
(R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat

kemampuan

aktual)

f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan


perawatan rumah, ahli nutrisi.
(R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah)
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit,
prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan kurangnya
pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.

Page 175

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Kriteria Hasil :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
(R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan
istirahat.
(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik,
dan manajemen stres.
(R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
(R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida
pada waktu tidur.
(R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus,
perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
(R/

Memperpanjang

dan

memaksimalkan

dosis

aspirin

dapat

mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar


terapeutik

darah

yang

Page 176

tinggi)

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi


penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
(R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
(R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan
informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
(R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
j. Berikan informasi mengenai alat bantu
(R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang
dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk
mempersiapkan makanan dan mandi
(R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi
tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang
ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama
menggunakan,

dan

bergeser

daripada

mengangkat

benda

jika

memungkinkan.
(R/ mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup
pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang
tepat.
( R/ mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )

Page 177

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium,


mis: LED, Kadar salisilat, PT.
( R/ Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek
samping

yang

berbahaya.)

o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan


( R/ Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau
pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan
hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada).
(R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan
maksimal).

KUMPULAN SOAL
Soal :
1. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi, adalah pendapat dari...
a. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal.
165 )
b. (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
c. (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
d. .( Susan Martin Tucker.1998 )
2. Rheumatoid arthritis ditandai oleh

adanya

peradangan, KECUALI :
a. demam, lemah tubuh dan pembengkakan sendi.

Page 178

gejala

umum

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

b. nyeri dan kekakuan sendi yang dirasakan paling parah pada


pagi hari.
c. rentang gerak berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur
otot.
d. Pada sekitar 50% penderita rheumatoid artritits muncul
nodus rheumatoid ekstrasinovium.
3. Faktor pencetus terbesar Rheumatoid arthritis menurut (Lemone &
Burke, 2001). Adalah...
a. faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus
b. faktor Arthritis yang simetris
c. faktor Fenomena Raynaud.
d. Faktor reumatoid dalam serum
4. Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah....KECUALI...:
a. mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi,
b. menghentikan kerusakan sendi
c. meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita
d. menjaga keseimbanagan tubuh
5. Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis adalah
a. Pemberian terapi, Pengaturan aktivitas dan istirahat,
Kompres panas dan dingin, Diet, Pembedahan
b. Pemberian obat analgetik
c. Pemberian anti histamin
d. Traksi
6. Diagnosis arthritis reumatoid tidak bersandar

pada

satu

karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari sekelompok


tanda dan gejala. Kriteria diagnostiknya adalah...
a. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
b. Arthritis pada sepuluh atau lebih sendi
c. Arthritis sendi-sendi jari-jari tangan dan lutut
d. Arthritis tidak yang simetris
7. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktorfaktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
Apakah rasional dari intervensi di atas....
a. R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
mempertahankan kekuatan
b. R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan
memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman
dalam aktivitas yang dibutuhkan
c. R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen
nyeri dan keefektifan program

Page 179

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

d. R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/


resolusi dari peoses inflamasi
8. Diagnosa: Nyeri akut/kronis berhubungkan

dengan

agen

pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses


inflamasi, destruksi sendi. Dengan kriteria hasil yaitu, KECUALI...
a. Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
b. Dapat mengungkapkan perasaanya
c. Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam
aktivitas sesuai kemampuan.
d. Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
9. Apakah pengertian Reumatoid arthritis menurut ( Diane C.
Baughman. 2000 )....
a. Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang
menyebabkan proses inflamasi pada sendi
b. Reumatoid Artritis adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang
tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi
inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi
kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut
c. Rematoid artritis adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh.
d. Reumatoid Artritis ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang
terutama

mengenai

mengenai

membran

sinovial

dari

persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri


persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan.
10. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidak terganmggu. Rasional dari
intervensi di atas adalah :
a. R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut
dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan kekuatan
b. R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan
c. R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra
diri

Page 180

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

d. R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat


sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih
efektif

Pertanyaan;
1.)Manakah yang termasuk Etiologi atau penyebab osteomielitis ,kecuali ?
a.Proteus

c.Staphylococus Aereus 40-60%

b.Pseudomonas

d.Esceria Coli

2.)Osteomielitis adalah infeksi Bone Marrow pada tulang-tulang panjang


yang

disebabkan

oleh

staphylococcus

Aureus

kadang-kadang

Haemophylus influenza.Definisi diatas merupakan pendapat dari ?


a.Brunner Suddarth 2001

c.Depkes RI 1995

b.Henderson 1997

d.Carpenito 1990

3.)Berdasarkan Awitan Osteomielitis(Brunner &Suddarth 2001).dibawah


ini,manakah yang benar ,kecuali?
a.Setelah pembedahan ortopedi terjadi 3 bulan pertama (Akut
Fulminan-stadium 1)
b.Antara 2-12 bulan sebelum pembedahan (Awitan Lambatstadium 2)
c.Antara 4-24 bulan setelah pembedahan (Awitan Lambat-stadium 2)
d.Penyebaran hematogen lebih dari 2 tahun setelah pembedahan
(Awitan lama-stadium 3)
4.)Yang termasuk Komplikasi DINI.pada Osteomielitis adalah ?
a.Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai
tulang yang mendasarinya sembuh.
b.Kontraktur sendi
c.Gangguan pertumbuhan
d.fraktur patologis.

Page 181

BAB I
BALUTAN
5.)

Diagnosa

CARA MEMBUAT

keperawatan

yang

mungkin

timbul

pada

Osteomielitis,kecuali ?
a.Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b.Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri,alat
imobolisasi dan keterbatasan menahan
berat beban badan
c.Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
d.Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan konstipasi.
6.)

Pada diagnos Dx l,

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan

pembengkaka ,intervensi yang dapat dilakukan adalah ? Kecuali !


a. Mengkaji karakteristik nyeri;durasi ,lokasi,intensitas nyeri dengan
menggunakan skala (0-10)
b.Mempertahankan immobilisasi (back slab)
c.Berikan sokongan (support) pada ektremitas yang luka.
d.kompres dengan air dingin
7.) Pada Diagnosa (Dx ll),Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan
nyeri,alat immobilisai dan keterbatasan menahan berat badan ,kriteria
hasil yang kemungkinan besar dapat dicapai adalah ?
a. Tidak nyeri,nafsu makan menjadi normal,ekspresi wajah rileks dan
suhu tubuh normal
b.Mempertahankan posisi fungsional
c.Pasien tidak mengalami dehidrasi lebih lanjut
d.Mencapai waktu penyembuhan.
8.) Pemeriksaan yang dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella.Merupakan pemeriksaan penunjang yang berupa ?
Page 182

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

a.Pemeriksaan darah
b.Pemeriksaan feses
c.Pemeriksaan Biopsi tulang
d.Pemeriksaan Ultra Sound.
9.) tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat
dan bukan atas petunjuk kesehatan lainya
a.
b.
c.
d.

Evaluasi
Observasi
Implementasi
Intervensi

10.) tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama


seperti dokter atau petugas kesehatan lain disebut
a.
b.
c.
d.

Tindakan kolaborasi
Tindakan mandiri
Tindakan kelompok
Tindakan individu

PERTANYAAN
1. Gout atau pirai adalah..
a. suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi
kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi
b. akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat
c. pembentukan asam urat yang berlebih atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat-obat tertentu
d. sebagai akibat dari hyperuricemia yang berlangsung lama
2. akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang berlebih
atau akibat penurunan ekresi asam urat. Pernyataan tersebut
merupakan pengertian dari
a. gout sekunder
b. pirai
c. gout primer
Page 183

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

d. hyperuricemia
3. hyperuricemia pada penyakit gout disebabkan oleh..
a. Pembentukan asam urat yang berlebih
b. adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau
ekresi asam urat
c. Kurang asam urat melalui ginjal
d. a dan c benar
4. pernyataan dibawah ini merupakan tanda dan gejala dari
gout,kecuali..
a. Kristal asam urat dalam cairan sendi
b. Lebih dari satu serangan arthritis akut
c. Kurang asam urat melalui ginjal
d. Serangan arthritis hanya dalam satu sendi, biasanya jari
kaki, pergelangan kaki, atau lutut
5. Komplikasi yang sering terjadi

akibat

gout

arthritis

adalah.
a. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial
ginjal
b. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
c. Deformitas pada persendian yang terserang
d. Semua benar
6. Diagnosa pada penyakit gout adalah..
a. Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi
b. Nyeri b.d traksi dan immobilisasi
c. Ansietas b.d status kesehatan
d. Kurang pengetahuan mengenai program terapi
7. Factor resiko yang dapat menyebabkan gout adalah
a.
Diet tinggi purin, karen asam urat dibentuk dari purin.
b. Kelaparan dan intake etil alkohol yang kurang
c.
Penggunaan obat salisilat dosis tinggi
d. penggunaan obat-obat terlarang
8. pada penatalaksanaan penyakit gout, terdapat penatalaksaan
non medic yaitu.
a. diet rendah purin dan pemberian fenilbutason
b. diet rendah purin dan tirah baring
c. pemberian fenibutason dan tirah baring
d. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
9.

Pada fase kronis, timbul dalamjangka waktu beberapa tahun

dan ditandai dengan.


a. rasa nyeri, kaku dan pegal
b. rasa nyeri, panas dan kesenutan
c. pegal, rasa nyeri dan bengkak
d. rasa nyeri, kaku dan bengkak

Page 184

BAB I
BALUTAN
10.

CARA MEMBUAT

Pada pemeriksaan fisik penyakit gout, terdapat pemeriksaan


B1 (breathing) salah satunya adalah perkusi,, apa yg di periksa
?
a. perkusi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
b. perkusi : Suara nafashilang/ melemah pada sisi yang
sakit, biasanya didapatkan suara ronki atau mengi.
c. Perkusi : Suara resonan pada seluruh lapang paru.
d. perkusi : suara resonan pada seperdua lapang paru

Soal Tumor Tulang


1. Pengertian dari tumor tulang .....
a. Penyakit pada tulang
b. Pertumbuhan tulang yang tidak normal
c. Kanker pada susunan saraf tulang
d. Kelainan struktur tulang
Jawaban: B
2. Menurut Sjamsuhidayat R (1997) tumor tulang di luar tulang, kulit, dan
sistem organ besar biasanya disebut .....
a. Patah tulang terbuka
b. Patah tulang tertutup
c. Osteoporosis
d. Tumor ganas jaringan lunak
Jawaban: D
3. tiologi tumor tulang, kecuali .....
a. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi
b. Keturunan
c. Beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit
paget (akibat pajanan radiasi ).
d. Benturan benda tumpul
Jawaban: D
4. Pada insiden tumor tulang lokasi anatomi mempunyai kekhususan
yaitu sering terjadi pada, kecuali .....
a. Femur distal
b. Tibia proksimal
c. Axilla
d. Humerus proksimal

Page 185

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Jawaban: C
5. Salah satu manifestasi klinis dari tumor tulang, yaitu .....
a. Jari-jari sulit digerakkan
b. Tubuh terasa lemas
c. Persendian yang bengkak dan inflamasi.
d. Keram pada tulang
Jawaban: C
6. Menurut Reeves (2001), tumor yg berasal dari tulang (primer)
menckup tumor yg tidak berbahaya, yaitu kecuali......
a. Osteoma
b. Kondroma
c. Osteid Osteoma
d. Osteoporosis
Jawaban: D
7. Beberapa penatalaksaan pada penyakit tumor tulang, kecuali .....
a. Pembedahan
b. Terapi Radiasi
c. Diurut
d. Kemoterapi
Jawaban: C
8. Menurut Sjamsuhidajat R (1997) salah satu klasifikasi tumor tulang
dibawah ini, yaitu ......
a. Patah tulang terbuka
b. Patah tulang tertutup
c. Tx (Tumor tidak dapat dicapai)
d. Fractur Complete
Jawaban: C
9. Salah satu manifestasi klnis yg tidak spesifik, yaitu .....
a. Dehidrasi
b. Diare
c. Demam tulang
d. Kelelahan yg hebat
Jawaban: D
10. Salah satu diagnosa keperawatan pada tumor tulang, yaitu ......
a. Nyeri b/d benturan benda tumpul
b. Ketidakseimbangan elektrolit tubuh b/d intake yg tidak adekuat
c. Nyeri berhubungan dengan kompresi/destruksi jaringan saraf,
opstruksi jaringan saraf atau inflamasi, serta efek samping berbagai
agen terapi saraf.
d. Ansietas b/d akan dilakukan tindakan operasi

Page 186

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

Jawaban: C

SOAL
1. Di daerah manakah biasanya kanker bermetastase....
a) Tubuh bagian atas
b) Dimana saja
c) Daerah tertentu
d) Tubuh bagian bawah
2. Yang merupakan tumor gana stulang dengan gejala klinis nyeri
yang menetap disebut....
a) Multypel myeloma
b) PGE
c) TGF
d) TNF
3. Kanker tulang yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal
dari organ lain dan meyebar ketulang lainnnya disebut....
a) Kanker metastase
b) Penyebaran kanker
c) Kanker tulang sekunder
d) Kanker tulang primer
4. Proses metastase tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar
KECUALI...
a) Perluasan secara langsung
b) Berkembang
c) Mengikuti aliran darah balik vena
d) Mengikuti emboli tumor melaliui aliran darah dan limfe
5. Kanker yang disebabkan oleh sel-sel kanker yang berasal dari
tulang itu sendiri atau tempat dimana tumbuhnya sel kanker pada
tulang, disebut....
a) Kanker langsung
b) Kanker tidak langsung
c) Kanker tulang sekunder
Page 187

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

d) Kanker tulang primer


6. Disebut apakah osteoclas yang berlabihan akan menyebabkan
resopsi tulang yang berlebihan sehingga tulang tidak padat ialah...
a) Proses osteolitik
b) Proses osteoblastik
c) Proses metastase
d) Proses perkembangan
7. Hal yang terjadi akibat peninggian kalsium yang menyebabkan
kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan
bahkan gangguan kesadaran.diakibatkan oleh....
a) Nyeri tulang
b) Penigkatan medulla spinalis
c) Peningkatan kadar kalsium dalam darah
d) Fraktur
8. Alat yang digunakan untuk menentukan kanker metastase tulang
adalah...
a) CT scan
b) Foto tulang konvensional
c) MRI
d) X-ray
9. Metode yang efektif sebagai skrining pada seluruh tubuh untuk
menilai metastase ketulang, disebut...
a) Retikuleon detelial
b) Scoliosis
c) Scinting graphy
d) Bone survey
10. Yang bukan termasuk gambaran klinik dari foto bone survey yaitu....
a) Apakah tumor bersifat soliter atau multiple
b) Memberikan gambaran sifat-sifat tumor
c) Jenis tulang terkena
d) Mengidentifikasi tulang
KUNCI JAWABAN

Page 188

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. B. Dimana saja
2. A. Multypel myeloma
3. C. Kanker tulang sekunder
4. B. Berkembang
5. D. Kanker tulang primer
6. A. Proses osteolitik
7. C. Peningkatan kadar kalsium dalam darah
8. B. Foto tulang konvensional
9. C. Scinting graphy
10. D. Mengidentifikasi tulang

1. Terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan


luasnya, disebut.
1. Fraktur
2. Gips
3. Dislokasi
4. Amputasi
2. Keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi), disebut
.
a.
b.
c.
d.

Fraktur
Gips
Dislokasi
Amputasi

3. Menurut Oswari E (1993), fraktur terjadi karena adanya, KECUALI.


a.Kekerasan langsung Terkena pada bagian langsung trauma.
b. Kekerasan tidak langsung Terkena bukan padabagian yang
terkena

trauma.

c. Kekerasan akibat tarikan otot


d. Trauma tidak langsung
4. Dislokasi disebabkan oleh.
a.Benturan
b.

Fraktur

&
patofisiologi

cedera
(oleh

(jatuh,
karena

c. Patah karena letih


d.Cedera olahraga

Page 189

kecelakaan)

patogen,

kelainan)

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

5. Menurut garis fraktur, KECUALI..


1. Fraktur inkomplit tulang tidak terpotong secara total
2. Fraktur komplit tulang terpotong secara total.
3. Hair line fraktur garis fraktur hampir tak tampak sehingga
bentuk tulang tak ada perubahan.
4. Fraktur transversal bentuk fragmen melintang
6.Sebut ciri-ciri derajat 1 menurut R. Gustillo adalah.
a. Laserasi > 2 cm
b. Luka < 2 cm
c.Kontaminasi sedang
d. Fraktur kominutif sedang
7. Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan
tipe kliniknya dibagi menjadi 3 yaitu, KECUALI.
a.Dislokasi traumatic
b. Dislokasi akut umumnya terjadi pada shoulder, elbow dan hip.
c. Dislokasi kronik
d. Dislokasi berulang
8. bidai yang terbuat dari kayu, plastik, alumunium atau bahan lainyang
keras, disebut
a. Bidai Rigid
b.Bidai Soft
c.Bidai Traksi
d.Bidai dari bantal

Page 190

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

9.Sesuatu harus dipasang cukup kuat untuk mencegah pergerakan tapi


tidak terlalu kencang sehingga mengganggu sirkulasi atau menyebabkan
nyeri, disebut.
a.Pembidaian
b.Pembalutan
c.Fraktur
d.Gips
10. Pengobatan Fraktur Terbuka, KECUALI.
a. Pembidaian
b. Menghentikan perdarahan dengan verban tekan
c. Mengehentikan perdarahan besar dengan klem
d.Pembalutan

1. Metode lain yang baik untuk mempertahankan reduksi ektermitas


yang mengalami fraktur. Merupakan pengertian dari.....
a. Traksi
b. Ektensi buck
c. Traksi buck
d. traksi Dunlop
2. Traksi yang digunakan pada pasien fraktur pada plato tibia
adalah......
a. Traksi buck
b. Traksi Dunlop
c. Traksi rusell
d. Traksi kulit Bryani
3. Traksi yang digunakan untuk merawat anak- anak usia 3 tahun
sampai dewasa muda adalah.....
a. Traksi 90-90-90

Page 191

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

b. Traksi Skelet
c. Traksi Rangka Seimbang
d. Traksi Dunlop
4. Prinsip pemasangan traksi adalah, kecuali.....
a. Traksi lurus atau langsung
b. Traksi suspensi seimbang
c. traksi kulit
d. Traksi Dunlop
5. Prinsip perawatan traksi adalah, kecuali....
a. Berikan tindakan kenyamanan dan aktivitas terapeutik
b. Berikan obat sesuai indikasi contoh analgesik relaksan
otot.
c. Berikan pemanasan lokal sesuai indikasi.
d. Selalu dikontrol dengan sinar roentgen
6. balutan ketat yang digunakan untuk imobilisasi bagian tubuh
dengan mengunakan bahan gips tipe plester atau fiberglass.
Merupakan pengertian dari.....
a. Traksi Skelet
b. Traksi Rangka Seimbang
c. Gips
d. Traksi
7. Jenis-jenis gips adalah, kecuali........
a. Gips lengan pendek
b. Gips lengan panjang
c. Gips tungkai pendek.
d. Gips lengan
8. Gips dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak
tangan, dan melingkar erat didasar ibu jari. Pengertian dari.......
a. Gips lengan pendek.
b. Gips spika pinggul
c. Gips spika
d. Gips spika bahu
9. Persiapan alat-alat untuk pemasangan gips adalah. kecuali.....
a. Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh
yang akan di gips
b. Baskom berisi air hangat
c. Gunting perban
d. Nonplester berpori-pori,
10. Yang diperhatikan dalam pemasangan gips adalah. Kecuali....
a. Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b. Gips patah tidak bisa digunakan
c. Krim atau minyak
d. Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat
membahayakan klien.

Page 192

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1.Apa yang di maksud dengan membalutan ?


a.`Membalut adalah tindakan medis untuk menyangga atau menahan
bagian tubuh tertentu agar tidak bergeser atau berubah dri posisi
yang dikehendaki.
b. Membalut adalah tindakan medis untuk tdk menyangga atau menahan
bagian tubuh tertentu agar bergeser atau berubah dari posisi yang
dikehendaki.
c.membalut adalah tindakan pencegahan fraktur
d.membalut adalah proses tindakan medis dalam mengatasi demam
2.Manakah tujuan dari membalut,(kecuali)
a. menahan sesuatu misalnya bidai (spalk), kasa penutup luka, dan
sebagainya agar tidak bergeser dari tempatnya
b. menahan pembengkakan (menghentikan pendarahan: pembalut
tekanan)
c. menunjang bagian tubuh yang cedera
d.mencegah fraktur
3. manakah yang bukan merupakan macam balutan
a. Mitella (pembalut segitiga)
b. Dasi (cravat)
c. Pita (pembalut gulung)
d. simpul (pembalut simpul)
4.Dibuat dari benang yang dianyam jarang jarang, sering dipakai untuk
membalut pada anggota badan merupakan pengertian dari ?

Page 193

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

a. Perban kasa
b.Perban planel
c.Perban trikot
d.Perban katun dan linen
5. pada gambar di samping merupakan cara
membuat?
a.balutan anduh kecil
b.balutan anduh besar
c. balutan anduh cincin
d. balutan anduh simpul
6. pada gambar di samping merupakan cara membuat?
a.balutan anduh kecil
b.balutan anduh besar
c. balutan anduh cincin
d. balutan anduh simpul

Page 194

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

1. Mekanika tubuh yang benar dapat mengurangi :


a. Kepenatan dan ketegangan serta mencegah cedera yang
serius
b. Kemalasan
c. Keberhasilan dalam mengangkatpasien
d. Menambah hambatan.
2. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji :
a. kemampuan mengangkat klien / objek yang akan diangkat.
b. Jumlah keluarga pasien yang menjenguk.
c. Keadaan perawat
d. Kebutuhan cairan
3. Rasional dapipada prosedur mengangkat pasien Kaji berat, posisi,
tinggi dan beart maksimum adalah
a. Menentukan apakah anda mengankat sendiri atau perlu
bantuan.
b. Mengetahui kondisi kesehatan keluarga pasien
c. Mengetahui kondisi kesehatan perawat
d. Mengetahui kondisi kesehatan dokter
4. Tujuan dari membantu klien berjalan dari kursi roda ketempat tidur
adala:
a.memulihkan

kembali

toleransi

aktivitas

&

mencegah

terjadinya kontraktur sendi dan flaksit otot.


b.membantu keluarga pasien agar dapat berjalan normal
c.memulihkan kesehatan pasien
d.memulihkan kesehatan dokter.
5. Pengertian Memindahkan Pasien dari Tempat Tidur kebrankart .
a. Adalah
memindahkan
pasien
yang
mengalami
ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakukan
sendiri, atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar yang
dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.
b. Upaya memindahkan pasien dari kursi roda ke ambulance.
c. Upaya mengangkat pasien dari tempat tidur ke lantai.
d. Tindakan mengangkat pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
6. Tujuan memindahkan pasien daritempat tidur ke brankar :
a. memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu
(misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dlL).
b.untuk membawa dokter ke ambulance
c.membawa perawat ke klinik
d.membawa pasien ke toilet.

Page 195

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

7.alat dan bahan untuk memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar:
a. Brankart,Bantal bila perlu
b. hammer
c.spoit
d.nierbekken
8. fungsi Catatan prosedur pada catatan perawat
a.mempersulit perawat dan tenaga kesehatan lain
b. Mendokumentasikan efektivitas asuhan keperawatan.
Mendukung konsistensi diantar tenaga keperawatan
c.meminimalkan biaya
d. menambah jumlah personil tnaga perawat
9. pengertian memindahkan pasien dari kursiroda ke tempat tidur
a.Suatu kegiatan yang dilakuanian pada klien dengan
kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari kursi roda
ke tempat tidur.
b.suatu tindakan memindahkan pasien dari ambulance ke brankar
c.tindakan mengangkat pasien dari kursi roda ke tampat tidur.
d.Adalah suatu tindakan keperawatan memindahkan pasien dari
tempat tidur satu ke tempat tidur yang lain.
10.persiapan lingkungan memindahkan pasien dari kursiroda ke tempat
tidur :
a.Berikan lingkungan yang nyaman bagi pasien (kondusif)
menjaga privacy pasien, Tutup pintu atau gorden
b.berikan lingkungan yangpenat dan tidak nyaman.
c.buka pintu atau gorden.
d.biarkan ruangan tetap gelap.

1. Manakah yang merupakan pengertian osteoporosis menurut WHO


tahun 1992 ?

Page 196

BAB I
BALUTAN

CARA MEMBUAT

a. osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang


mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau
berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan
penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang.
b. Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan
kekuatan

tulang

mengkhawatirkan

dan

dipengaruhi

oleh

meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang


merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang
dan kualitas tulang.
c. Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas
berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan
mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan
tulang,

yang

pada

akhirnya

menimbulkan

akibat

meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya


patah tulang.
d. Osteoporosis adalah penyakit tulamg sisitemik yang ditandai
oleh penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi
rapuh dan mudah patah.
2. Kartilago hialin,adalah....
a. jaringan elastis yang 85% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular, 15 % sel konrosit.
b. jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular, 5 % sel konrosit.
c. jaringan elastis yang 95% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular, 5 % sel leukosit.
d. jaringan elastis yang 85% terdiri dari air dan matrik ekstra
selular,15 % sel leukosit.
3. faktor- faktor yang mempengaruhi determinan masa tulang,
KECUALI......
a. faktor genetik
b. faktor mekanis
c. faktor hormone dan makanan
d. faktor lingkungan
4. penyebab osteoporosis pascamenopause dapat terjadi.....
a. kekurangan kalsium
b. kurangnya hormon estrogen
c. keadaan medis atau obat-obatan

Page 197

BAB I
BALUTAN
d. kelainan hormonal
5. penyakit tulang sistemik

CARA MEMBUAT

yang

di

tandai

oleh

penurunan

mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah


patah......
a. osteomalasia
b. compromised bone strength
c. osteoporosis
d. osteoklas
6. berikut ini yang bukan merupakan faktor determinan massa
tulang.......
a. faktor genetik
b. faktor mekanis
c. faktor makanan dan hormon
d. kasium
7. osteoporosis
mengakibatkan

tulang

secara

progresif

menjadi.kecuali
a. fraktur
b. ruptur
c. prognosis
d. tidak nyaman
8. sebuah metode yang di gunakan untuk menilai sebuah metode
yang digunakan gelombang suara dan tanpa adanya resiko radiasi
yaitu......
a. MRI
b. Radiologis
c. Histomorfomateri
d. Sonodensitometri
9. Komprensi fraktur pada tulang belakang dapat disebabkan
oleh........
a. Kondisi kronis
b. Tidak nyaman dan mengganggu pernafasan
c. Terjadinya cedera
d. Kelainan metabolisme tulang
10. Obat-obatan yang dapat meningkatkanpembentukan
adalah....
a. Kalsium
b. Kalsitonin
c. Na-fluorida
d. estrogen

Page 198

tulang

Anda mungkin juga menyukai